UPAYA PENINGKATAN KETRAMPILAN MEMBACA PE (1)

Entrance Jurnal Pendidikan Vol.1, No.1, September - Oktober 2017, 1 – 14

UPAYA PENINGKATAN KETRAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN TEKS
DEKSRIPTIF BAHASA INGGRIS MELALUI PENERAPAN METODE SQ3R
Joko Burham, S. Pd., Guru SMP Negeri 1 Wonosegoro, Boyolali

ABSTRACT
The objective of the research is to improve the
students’ reading comprehension of descriptive text for the 8th grade students of
semester 1 SMP Negeri 1 Wonosegoro
academic year of 2015/2016 through SQ3R
method. The type of the research is a
Classroom Action Research. The research was
carried out on class VIII E SMP Negeri 1
Wonosegoro, semester 1 academic year
2015/2016. The subject of the research is the
students of the class VIII E. The research
concludes that the SQ3R method was effective
to improve the students’ reading comprehension of descriptive text.

Informasi Artikel:

Artikel diterima: 28 Juli 2017
Diterima setelah revisi: 6 Agustus 2017
Disetujui untuk diunggah: 10 Agustus 2017

©2017, Entrance Jurnal Pendidikan

Keywords:

www.jurnalcenter.com

PENDAHULUAN

Reading
comprehension,
SQ3R method, descriptive
text

Wonosegro, di kelas VIII.E dilaksanakan
dengan memberikan tugas kepada siswa
untuk membaca teks. Sebelum kegiatan

dilaksanakan, guru berceramah tentang
informasi yang dianggap penting berkaitan dengan apa yang harus dilakukan
siswa. Kegiatan membaca dilakukan dari
awal sampai akhir teks, apabila mereka
belum paham tentang isinya, pembacaan
akan diulang beberapa kali, kegiatan
selanjutnya siswa diminta untuk mengerjakan soal-soal yang sudah disiapkan guru. Metode yang digunakan dalam
pembelajaran tersebut sampai sekarang
masih monoton yaitu ceramah. Kondisi
tersebut mengakibatkan siswa merasa
je-nuh. Guna menarik perhatian siswa
dibutuhkan metode yang variatif.

Kemampuan membaca pemahaman merupakan bekal dan kunci keberhasilan siswa dalam menjalani proses
pendidikan. Sebagian besar pemerolehan
ilmu dila-kukan siswa melalui aktivitas
membaca. Ilmu yang diperoleh siswa
tidak hanya didapat dari proses belajar
mengajar di sekolah, tetapi juga melalui
kegiatan membaca dalam kehidupan

sehari-hari. Oleh karena itu, kemampuan
membaca dan kemampuan memahami
bacaan menjadi bagian penting dalam
penguasaan dan peningkatan ilmu
pengetahuan siswa.
Pelaksanaan pembelajaran membaca pemahaman di SMP Negeri 1

1

2
Joko Burham, S. Pd./ Entrance Jurnal Pendidikan Vol.1, No.1, September - Oktober 2017, 1 – 14

Permasalahan lain ditemukan pada
kelas VIII E SMP Negeri 1 Wonosegoro,
yaitu siswa masih terlihat pasif. Hal ini
ditunjukkan dari interaksi pembelajaran
yang tidak muncul, ada pertanyaan yang
tidak terjawab, ada permasalahan tetapi
siswa tidak mau mengungkapkan, materi
tidak variatif dan kurang menarik

perhatian siswa.
Permasalahan-permasalahan yang
muncul tersebut mengakibatkan kemampuan membaca pemahaman siswa masih
rendah. Rendahnya kemampuan membaca pemahaman pada siswa di kelas VIII E
tersebut tercermin dari rendahnya nilai
hasil belajar dan ketuntasan belajar
siswa, yaitu dengan nilai rata-rata
sebesar 67.50 dengan ketuntasan belajar
50.00%.
Memahami bacaan tidaklah mudah
karena itu berarti siswa perlu memahami
ide pokok, dan isi bacaan. Oleh karena
itu, siswa perlu memahami banyak
kosakata dan struktur tulisan yang baik.
Dengan demikian, keterampilan membaca bukanlah suatu keterampilan yang
mudah. Perlu sebuah teknik atau metode
untuk memahami sebuah bacaan dengan
lebih mudah dan cepat. Metode yang
dapat diterapkan untuk meningkatkan
kemampuan membaca pada anak salah

satunya adalah metode SQ3R.
Metode SQ3R adalah metode membaca yang sistematik dan meliputi tahapan survey, question, read, recite dan
review (Soedarso, 2004). Metode ini
dapat meningkatkan kemampuan pemahaman siswa dan menuntun siswa untuk
menyelidiki, judul dan subjudul, membuat pertanyaan, membaca, menyatakan
ide dan mengulang kembali isi bacaan
ter-sebut (Robinson, dalam Hartati,
2008: 34). Menurut penelitian Sallis

(2014) penerapan metode SQ3R berpengaruh signifikan terhadap kemampuan
membaca siswa. Ini berarti, bahwa metode ini dapat meningkatkan kemampuan
membaca siswa dalam pembelajaran
bahasa dengan lebih cepat dan mudah.
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut di atas, selanjutnya dapat dikemukakan identifikasi permasalahan sebagai berikut: 1) Guru selama ini
menggunakan metode ceramah dalam
pembelajaran membaca pemahaman sehingga mengakibatkan siswa menjadi
jenuh dan bosan; dan 2) Siswa
cenderung pasif dalam proses pembelajaran, yang ditunjukkan dari interaksi
pembelajaran yang tidak muncul, ada
pertanyaan yang tidak terjawab, ada

permasalahan tetapi siswa tidak mau
mengungkapkan, materi tidak variatif
dan kurang menarik perhatian siswa.
Agar pembahasan tidak membias,
maka diperlukan pembatasan masalah.
Adapun pembatasan masalah dalam
penelitian ini dapat dikemukakan
sebagai berikut ini: 1) Subjek dibatasi
pada siswa kelas VIII E SMP Negeri 1
Wonosegoro pada semester I tahun
pelajaran 2015/ 2016; 2) Materi
membaca pemahaman dibatasi pada teks
deskriptif; dan 3) Metode pembelajaran
dibatasi pada metode SQ3R dalam
pembelajaran membaca pemahaman.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan kemampuan membaca
pemahaman teks deskriptif bagi siswa
kelas VIII E semester I SMP Negeri 1 Wonosegoro tahun pelajaran 2015/2016
melalui penerapan metode SQ3R.


3
Joko Burham, S. Pd./ Entrance Jurnal Pendidikan Vol.1, No.1, September - Oktober 2017, 1 – 14

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
TINDAKAN
Keterampilan Membaca Pemahaman
Membaca merupakan salah satu
keterampilan berbahasa dari empat
keterampilan berbahasa yaitu menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis (Tarigan, 2010: 1). Pengertian membaca
menurut Dechant (dalam zuchdi dan
Budiasih, 2007: 21) adalah proses
pemberian makna terhadap tulisan. Ada
berbagai definisi tentang membaca
sebagaimana yang dikemukakan oleh
Burns, dkk (dalam Herlina, 2009: 11)
reading is a complex act that must be
learned. It is also a means by which
further learning takes place. In other

words, a person learns to read and reads
to learn . Kutipan tersebut menegaskan
bahwa membaca merupakan suatu
perilaku kompleks yang harus dipelajari
dan merupakan alat untuk pembelajaran
yang lebih lanjut. Jadi, belajar untuk
membaca dan membaca untuk belajar .
Membaca merupakan proses mendapatkan informasi atau ilmu pengetahuan dari suatu bacaan di media
tulisan. Menurut Hasanah, Nurchasanah
& Hamidah (2015: 47), membaca adalah
suatu proses membangun pemahaman
sari teks yang tertulis. Selain itu,
membaca juga merupakan proses
mengenal kata dan memadukan arti kata
dalam kalimat dan stuktur bacaan
sehingga hasil akhir dari proses
membaca adalah seseorang yang mampu
membuat intisari dari bacaan. Jadi,
dengan mem-baca seorang mampu
mengetahui jendela dunia, wawasan dan

perekembangan terkini tentang sesuatu.
Membaca tidak hanya tahu huruf dan
kata-kata tetapi harus mampu menarik
kesimpulan dari suatu bacaan.

Nuttal (dalam Hasanah, dkk., 2015:
45) mendefinisikan membaca pemahaman sebagai suatu proses interaksi antara
pembaca dengan teks dalam suatu peristiwa membaca. kegiatan atau membaca
yang penekanannya diarahkan pada keterampilan dan menguasai isi bacaan.
Pembaca harus mampu menguasai dan
memahami bacaan yang dibacanya.
Dalam hal ini, unsur yang harus ada
dalam setiap kegiatan membaca adalah
pemahaman.
Bormouth
(dalam
Franz
&
Bernhardt, 2003: 16) menyatakan bahwa
pemahaman merupakan seperangkat

keterampilan pemerolehan pengetahuan
yang digeneralisasi, yang memungkinkan
orang memperoleh dan mewujudkan
informasi yang diperoleh sebagai hasil
membaca bahan tertulis. Hal tersebut
dapat juga dikatakan bahwa kegiatan
membaca merupakan aktivitas mental
memahami apa yang dituturkan pihak
lain melalui sarana tulisan.
Berdasarkan beberapa pendapat di
atas dapat disimpulkan bahwa membaca
pemahaman merupakan suatu proses
dapat memahami isi bacaan, mencari
hubungan antar hal, hubungan sebab akibat, perbedaan dan persamaan antar hal
dalam wacana, mengklarifikasi kebingungan, menyimpulkan bacaan, dan merefleksikan hal-hal yang telah dibaca.
Membaca pemahaman bukanlah teknis
atau membaca indah, melainkan membaca untuk mengenal atau menemukan
ide baik yang tersurat maupun yang
tersirat. Proses ini melibatkan faktor
kecerdasan dan pengalaman pembaca,

keterampilan bahasa, dan penglihatan.

4
Joko Burham, S. Pd./ Entrance Jurnal Pendidikan Vol.1, No.1, September - Oktober 2017, 1 – 14

Teks Deskriptif
Karangan deskripsi adalah suatu
karangan yang menjelaskan pokok
masalah yang disertai dengan fakta-fakta
dan penjelasannya. Tujuannya agar pembaca memperluas pemahaman dan pengetahuan pembaca terhadap masalah
yang diungkapkan (Tarigan, 2010: 35).
Contoh karangan jenis ini adalah artikelartikel dalam surat kabar, majalah, dan
tulisan-tulisan ilmiah.
Karangan deskripsi melukiskan suatu objek dengan kata-kata. Objek yang
dilukiskan bisa berupa orang, benda,
tempat, kejadian. Dalam karangan deskripsi penulis seakan-akan menghadirkan sesuatau ke hadapan pembaca,
sehingga seolah-olah pembaca dapat
melihat, mendengar, meraba, merasakan
objek yang dihadirkan (Zuchdi dan
Budiasih, 2007: 117). Menurut Sumadyo
(2011: 89) menjelaskan bahwa karangan
deskripsi adalah ragam wacana yang
melukiskan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan kesan-kesan isi pengamatan, pengalaman dan perasaan
penulisnya.
Masri (2008: 50), karangan
deskripsi adalah karangan yang bersifat
laporan, yaitu penulisan data, informasi
yang ada di tempat atau objek dengan
menyampaikan opini. Karangan deskripsi berusaha menyajikan suatu objek
sedemikian rupa sehingga pembaca
seolah-olah melihat sendiri objek yang
digambarkan. Objek dapat berupa benda,
pemandangan, orang, atau sensasi yang
dialami penulis.
Tujuan menulis deskripsi adalah
membuat para pembaca ikut merasakan
apa yang diserap penulis melalui pancaindera, sehingga pembaca seolah-olah
dapat mengalami pengalaman langsung.

Objek yang dideskripsikan bisa berupa
sebuah pemandangan alam, jalan-jalan
kota, tikus-tikus selokan, wajah seseorang yang cantik, seseorang yang putus
asa, alunan musik, gelegar guntur dan
seba-gainya.
Karangan deskripsi lebih menekankan pada pengungkapannya melalui
rang-kaian kata-kata. Membuat karangan
deskripsi yang baik, penulis harus
mengadakan identifikasi terlebih dahulu.
Dengan mengenal ciri-ciri objek garapan,
penulis dapat menggambarkan secara
verbal objek yang ingin diperkenalkan
kepada pembaca. Seakan-akan pembaca
melihat, mendengar, atau mengalami
langsung tentang objek tersebut. Objek
karangan deskripsi dapat berupa benda,
orang, peristiwa, suasana dan lainya
(Tarigan, 2010: 48).
Dari beberapa uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa karangan deskripsi
merupakan karangan yang melukiskan
suatu objek sehingga pembaca seolaholah melihat, mendengar, dan merasakan
hal-hal yang ditulis penulis. Tujuan
menulis deskripsi adalah menciptakan
gambaran objek dengan pancaindra yang
digunakan untuk melihat, mende-ngar,
dan merasakan objek.
Metode SQ3R
Metode SQ3R adalah suatu metode
untuk meningkatkan kemampuan membaca baik secara intensif maupun rasional. Metode ini dikembangkan pertama
kali oleh seorang Profesor bernama
Francis P. Robinson pada tahun 1946
(Zuhdi, 2012: 52). Metode ini merupakan
salah satu metode yang telah diperkenalkan mulai dari sekolah sampai ke
perguruan tinggi. Metode ini dirancang
untuk membantu siswa memahami

5
Joko Burham, S. Pd./ Entrance Jurnal Pendidikan Vol.1, No.1, September - Oktober 2017, 1 – 14

materi dan membimbing siswa dalam
membaca dengan beberapa tahapan,
yaitu survey, question, read, recite dan
review.
Langkah-langkah metode SQ3R disusun secara sistematis dan bertahap
hingga memudahkan siswa untuk memahami materi. Adapun langkah-langkah
metode SQ3R adalah sebagai berikut
(Masri, 2008: 54):
Survey. Survey adalah aktivitas
siswa untuk mengamati atau mengidentifikasi seluruh teks dari segi judul,
subjudul, kata-kata yang bercetak miring,
kata-kata yang di bold atau kata-kata
yang dianggap penting (Masri, 2008: 55).
Pada aktivitas ini, guru membantu dan
mendorong siswa untuk memeriksa dan
meneliti seluruh teks yang akan dibaca.
Selain itu, siswa perlu meneliti judul
buku, nama pengarang, nama penerbit,
tahun terbit, daftar isi, kata pengantar,
rangkuman dan daftar pustaka. Pada
langkah ini, siswa dianjurkan menyiapkan pensil, kertas, stabilo untuk menandai bagian-bagian tertentu. Langkah ini
mempermudah untuk menyusun bahan
pertanyaan pada langkah selanjutnya.
Question.
Question
adalah
aktivitas siswa untuk menyusun pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan
dengan bacaan atau teks (Masri, 2008:
56). Pada langkah ini guru memberikan
petunjuk atau contoh kepada siswa
untuk membuat pertanyaan-pertanyaan
yang jelas, singkat, dan relevan dengan
menggunakan kata Tanya apa, bagaimana, mengapa, kapan, dimana, dan
siapa. Fungsi tahap ini adalah untuk
memfokuskan siswa pada bacaan yang
akan dibaca.
Read. Langkah ketiga adalah read,
yaitu membaca. Read adalah aktivitas

membaca teks atau bacaan secara aktif.
Aktivitas ini dilakukan untuk mencari ide
pokok dan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat pada langkah
kedua (question) (Masri, 2008: 57).
Disini, siswa diharapkan dapat menemukan, menggarisbawahi, memberi warna
dan mencatat kata-kata penting atau ide
pokok bacaan.
Recite. Recite adalah aktivitas menjawab setiap jawaban yang telah ditemukan. Pada langkah ini, siswa menyebutkan jawaban-jawaban atas pertanyaanpertanyaan yang telah disusun (Masri,
2008: 58). Siswa harus dapat menceritakan ulang dan menuliskan kembali isi
bacaan atau teks dengan kata-kata
mereka sendiri. Pada langkah ini siswa
dilatih untuk tidak membuka catatan
jawaban. Disini, pertanyaan yang tidak
bisa dijawab oleh siswa maka siswa tetap
melanjutkan untuk pertanyaan selanjutnya. Langkah ini untuk mengetahui
sejauhmana tingkat pemahaman siswa
terhadap materi bacaan atau teks
tersebut.
Review. Review adalah aktivitas
siswa untuk mengulang kembali seluruh
pertanyaan dan jawaban secara singkat.
Di langkah ini, siswa membaca kembali
bagian materi untuk mengkonfirmasi
jawaban-jawaban yang di jawab sebelumnya (Masri, 2008: 59). Aktivitas ini
digunakan untuk memastikan siswa
sejauhmana mereka menangkap informasi dan memahami ide pokok dari
bacaan yang diberikan. Pada aktivitas ini,
guru bisa memberikan kuis untuk menguji dan mengetahui pemahaman siswa
pada materi bacaan atau teks yang telah
diberikan.
Penggunaan metode SQ3R dapat
mendorong siswa untuk lebih memahami

6
Joko Burham, S. Pd./ Entrance Jurnal Pendidikan Vol.1, No.1, September - Oktober 2017, 1 – 14

buku teks yang diberikan oleh guru sehingga mereka lebih terarah pada intisari
yang terdapat dalam buku teks. Langkahlangkah pada metode SQ3R ini sistematis
sehingga membuat siswa untuk aktif dalam proses berpikir. Dalam metode ini
diharapkan siswa mampu menyimpan
dengan baik dan dalam waktu jangka
panjang setiap informasi yang diperoleh.
Menurut Soedarso (2004) usaha yang
efektif untuk memahami dan mengingat
lebih lama dapat dilakukan dengan cara:
(1) mengorganisasikan bahan yang akan
dibaca dalam kaitan yang mudah dipahami, (2) mengaitkan fakta yang satu
dengan yang lain atau dengan menghubungkan pengalaman atau konteks
yang dihadapi.
Kerangka Berpikir
Berdasarkan hasil identifikasi
awal, dapat diketahui bahwa guru selama ini menggunakan metode ceramah
dalam pembelajaran. Pembelajaran
membaca dilaksanakan dengan memberikan tugas kepada siswa untuk membaca teks. Sebelum kegiatan dilaksanakan,
guru berceramah tentang informasi
yang dianggap penting berkaitan dengan
apa yang harus dilakukan siswa.
Kegiatan membaca dilakukan dari awal
sampai akhir teks, apabila mereka
belum paham tentang isinya, pembacaan
akan diulang bebera-pa kali, kegiatan
selanjutnya siswa diminta untuk
mengerjakan soal-soal yang sudah
disiapkan guru.
Metode yang digunakan tersebut
berdampak pada rendahnya minat siswa
untuk mengikuti proses pembelajaran.
Siswa terlihat kurang antusias dalam
mengikuti pembelajaran. Hal ini berdampak lanjutan terhadap rendah-nya
kemampuan siswa dalam memahami
bacaan. Berdasarkan kondisi tersebut,

guru perlu melakukan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan metode
pembelajaran yang menarik dan bervariatif. Langkah tersebut ditujukan untuk
meningkatkan keterlibatan siswa dalam
pembelajaran sehingga pada gilirannya
dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam membaca teks secara mendalam.
Upaya yang dilakukan guru adalah
dengan menerapkan metode SQ3R.
Metode SQ3R merupakan suatu metode
yang dianggap dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa secara lebih
cepat dan mudah dalam memahami
bacaan atau teks.
Penggunaan metode SQ3R ini
diharapkan akan lebih efektif dan efisien
dalam meningkatkan hasil belajar siswa
serta dapat memberikan hasil yang maksimal dalam keterampilan membaca siswa
Agar lebih jelas, kerangka berpikir
dapat digambarkan ke dalam diagram sebagai berikut.

Gambar 1 Diagram Kerangka Berpikir

Hipotesis Tindakan
Berdasarkan latar belakang permasalahan, kajian teori dan kerangka pemikiran yang sudah dibahas sebelumnya,
maka dapat disusun suatu hipotesis tindakan sebagai berikut: Penerapan metode SQ3R dapat meningkatkan kemam-

7
Joko Burham, S. Pd./ Entrance Jurnal Pendidikan Vol.1, No.1, September - Oktober 2017, 1 – 14

puan membaca pemahaman teks deskriptif bagi siswa kelas VIII E semester I
SMP Negeri 1 Wonosegoro tahun pelajaran
/
.
METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di SMP
Negeri 1 Wonosegoro, Kabupaten Boyolali, yaitu pada siswa kelas VIII E semester gasal tahun pelajaran 2015/2016.
Pemilihan lokasi dilandasi adanya
alasan: 1) bahwa peneliti merupakan
guru di sekolah tersebut sehingga memudahkan dalam pelaksanaan penelitian
tindakan yang dilakukan; 2) siswa di
kelas tersebut memerlukan perbaikan
dalam pembelajaran.
Penelitian ini dilakukan pada semester gasal tahun pelajaran 2015/2016.
Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan,
yaitu mulai bulan September 2015
sampai dengan bulan Nopember 2015.
Subjek penelitian ini adalah siswa
kelas VIII E semester gasal SMP Negeri 1
Wonosegoro, Kabupaten Boyolali tahun
pelajaran 2015/2016. Jumlah siswa di
kelas tersebut adalah sebanyak 30 orang
siswa, yaitu terdiri dari 16 orang siswa
laki-laki dan 14 orang siswa perempuan.
Penetapan subjek dilandasi adanya kenyataan bahwa siswa di kelas tersebut
mempunyai hasil belajar yang rendah
dalam pembelajaran bahasa Inggris dalam keterampilan membaca pemahaman
sehingga memerlukan perbaikan dalam
pembelajaran.
Sumber data dalam penelitian ini
terdiri dari guru, siswa, dan dokumen.
Data-data tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut: 1) Data tentang pelaksanaan pembelajaran metode SQ3R yang
diperoleh dari guru; 2) Data tentang ak-

tivitas dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran bahasa Inggris dalam keterampilan membaca pemahaman diperoleh dari siswa; dan 3) Data tentang
pelaksanaan pembelajaran diperoleh
dari dokumen berupa RPP, kurikulum,
dan leger nilai yang disusun oleh guru.
Data dalam penelitian ini diperoleh
melalui dokumentasi dan observasi
langsung pada proses pembelajaran
bahasa Inggris dalam keterampilan
membaca pemahaman dengan metode
SQ3R di kelas VIII E semester gasal SMP
Negeri 1 Wonosegoro, Kabupaten Boyolali tahun pelajaran 2015/2016. Observasi langsung dilakukan pada saat
kondisi awal pembelajaran dan pada
saat tindakan kelas yang berupa peningkatan hasil belajar bahasa Inggris dalam
keterampilan membaca pemahaman.
Analisa data yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan analisis data
kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa hasil belajar kognitif, dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif dengan menentukan
prosentasi ketuntasan belajar dan mean
(rata-rata) kelas. Adapun penyajian data
kuantitatif dipaparkan dalam bentuk
prosentasi dan angka. Teknik analisis
kualitatif model alur, meliputi: reduksi
data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan (Milles & Huberman, dalam
Arikunto, 2010: 37).
Keberhasilan dalam penelitian ini
diukur berdasarkan indikator-indikator
sebagai berikut: 1) Siswa dianggap mencapai ketuntasan belajar apabila sudah
memperoleh nilai > 70.0; 2) Pembelajaran dianggap berhasil apabila siswa
sudah mencapai ketuntasan belajar
secara klasikal dengan nilai rata-rata
kelas > 70.0; dan 3) Pembelajaran

8
Joko Burham, S. Pd./ Entrance Jurnal Pendidikan Vol.1, No.1, September - Oktober 2017, 1 – 14

dianggap berhasil apabila tingkat penguasaan penuh secara klasikal > 80%, atau
jumlah siswa yang sudah mencapai
ketuntasan belajar adalah sebesar > 80%
dari jumlah siswa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Kondisi awal tindakan merupakan
hasil refleksi terhadap pencarian fakta
tentang pembelajaran Bahasa Inggris pada siswa kelas VIII E Semester Gasal SMP
Negeri 1 Wonosegoro Boyolali tahun
pelajaran 2015/2016 sebelum dilakukan tindakan. Data refleksi diperoleh
dari hasil tes berupa ulangan harian
pelajaran bahasa Inggris aspek keterampilan membaca pemahaman teks
deskriptif.
Hasil tes ulangan harian yang
diper-oleh dari 30 orang siswa kelas VIII
E Semester Gasal SMP Negeri 1 Wonosegoro Boyolali tahun pelajaran 2015/
2016 menunjukkan bahwa nilai terendah
diperoleh sebesar 60.00, nilai tertinggi
sebesar 80.00, dan nilai rata-rata kelas
diperoleh sebesar 67.50. Nilai tersebut
berada di bawah KKM yang ditetapkan
sekolah dengan KKM > 70.00.
Ditinjau dari tingkat ketuntasan
be-lajar, jumlah siswa yang sudah memperolah nilai > KKM atau > 70.0, adalah
sebanyak 15 orang siswa atau 50.00%.
Adapun lainnya, yaitu sebanyak 15 orang
siswa atau 50.00% masih belum mencapai KKM yang ditetapkan dengan KKM
> 70.0. Dengan demikian, secara klasikal
siswa kelas VIII E Semester Gasal SMP
Negeri 1 Wonosegoro Boyolali tahun pelajaran 2015/2016 belum mencapai ketuntasan belajar yang dipersyaratkan,
yaitu 80.00% dari jumlah siswa.

Data perolehan nilai hasil ulangan
harian dapat disajikan pada tabel di
bawah ini.
Tabel 1
Hasil Belajar Kondisi Awal
No. Ketuntasan
Jumlah
%
1.
Tuntas
15
50.00
2.
Blm Tuntas
15
50.00
Jumlah
30
100.00
Nilai Rata2
67.50
Nilai Terendah
60.00
Nilai Tertinggi
80.00

Data tingkat ketuntasan belajar
siswa pada kondisi awal tindakan dapat
digambarkan ke dalam diagram berikut.

Gambar 2 Diagram Ketuntasan Belajar
Kondisi Awal

Deskripsi Tindakan Siklus I
Perencanaan tindakan pembelajaran merupakan langkah operasional awal
dari penelitian tindakan kelas yang
disusun dengan mengacu pada hasil
refleks dari kondisi awal sebelum
dilakukan tindakan. Pada pelaksanaan
tindakan Siklus I, siswa mempelajari
pembelajaran Bahasa Inggris kompetensi
membaca pemahaman. Kegiatan pelaksanaan pembelajaran dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan (4 X 40 menit).
Pertemuan pertama dilaksanakan pada
hari Sabtu, 26 September 2015. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari
Sabtu, 3 Oktober 2015.

9
Joko Burham, S. Pd./ Entrance Jurnal Pendidikan Vol.1, No.1, September - Oktober 2017, 1 – 14

Observasi dilakukan untuk mengetahui perilaku kelas dan dampak proses
yang dihasilkan selama berlangsungnya
kegiatan pembelajaran dilakukan. Hasilhasil observasi dapat dijelaskan sebagai
berikut.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dalam pembelajaran tindakan Siklus I pada tabel di atas,
dapat diketahui bahwa aktivitas guru
dalam pembelajaran dinilai oleh pengamat masih belum baik atau masih dalam
kategori cukup baik , yaitu dengan skor
rata-rata sebesar 66.67.
Kemampuan membaca pemahaman diperoleh dari hasil tes akhir tindakan
Siklus I yang dilaksanakan pada akhir
pertemuan kedua. Hasil tes menunjukkan bahwa nilai terendah yang diperoleh
siswa adalah sebesar 64.00, nilai
tertinggi sebesar 88.00, dan nilai ratarata sebesar 73.73. Nilai rata-rata yang
diperoleh sis-wa sudah melampaui nilai
KKM yang ditetapkan dengan KKM >
70.00. Atas dasar hal tersebut maka
siswa kelas VIII E Semester Gasal SMP
Negeri 1 Wonose-goro Boyolali tahun
pelajaran 2015/2016 dapat dikatakan
sudah mencapai ketuntasan belajar.
Ditinjau dari ketuntasan belajar,
hasil tes menunjukkan adanya peningkatan dalam hal tingkat ketuntasan
belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan
jumlah siswa yang sudah mencapai nilai
> KKM sebesar 70.00 adalah sebanyak 23
orang siswa atau 76.67% dari jumlah
siswa.
Data perolehan nilai hasil tes akhir
tindakan Siklus I dapat disajikan pada
tabel di bawah ini.

Tabel 2
Hasil Belajar Tindakan Siklus I
No. Ketuntasan
Jumlah
%
1.
Tuntas
23
76.67
2.
Blm Tuntas
7
23.33
Jumlah
30
100.00
Nilai Rata2
73.73
Nilai Terendah
64.00
Nilai Tertinggi
88.00

Nilai rata-rata kemampuan membaca pemahaman yang diperoleh siswa
sebenarnya sudah melampaui KKM yang
ditetapkan. Meskipun demikian, indikator kinerja berupa banyaknya siswa yang
sudah mencapai ketuntasan belajar mencapai > 80.00% dari jumlah siswa belum
terpenuhi, yaitu baru mencapai 76.67%.
Data tingkat ketuntasan belajar
siswa pada tindakan Siklus I dapat
disajikan ke dalam diagram berikut ini.

Gambar 3 Diagram Ketuntasan Belajar
Tindakan Siklus I

Berdasarkan
hasil
evaluasi
tindakan pembelajaran pada Siklus I
dapat diperoleh refleksi hasil pembelajaran
Bahasa
Inggris
kompetensi
membaca pemahaman dengan menggunakan metode SQ3R sebagai berikut:
1) Implementasi pembelajaran dengan
metode SQ3R dapat meningkatkan
keterampilan membaca pemahaman
pada siswa. Hal ini ditunjukkan

10
Joko Burham, S. Pd./ Entrance Jurnal Pendidikan Vol.1, No.1, September - Oktober 2017, 1 – 14

dengan meningkatnya nilai rata-rata
hasil bel-ajar dan tingkat ketuntasan
belajar siswa. Nilai rata-rata hasil
belajar siswa meningkat dari 67.50
pada kondisi awal menjadi 73.73 pada
akhir tindakan Siklus I. Ketuntasan
belajar siswa sebagai dampak produk
juga meningkat, yaitu dari 50.00%
pada kondisi awal, meningkat menjadi
76.67% pada akhir tindakan siklus I;
2) Hal-hal yang masih belum berhasil
dalam pembelajaran tindakan Siklus I
adalah: (a) belum berubahnya pola
pembelajaran yang berpusat pada
guru menjadi pola pembelajaran
berpusat pada siswa; (b) masih
rendahnya kemampuan siswa dalam
membangun konsep; (c) aktivitas
guru dalam pem-belajaran dengan
menggunakan meto-de SQ3R masih
belum optimal, yaitu baru mencapai
tingkatan cukup baik ; dan d
dampak produk berupa pe-nguasaan
kompetensi penuh secara klasikal
sebesar > 80.00% belum ter-capai,
yaitu
baru
mencapai
tingkat
ketuntasan kelas sebesar 76.67%.
Akan tetapi nilai hasil belajar masih
belum optimal. Untuk itu diperlukan
perbaikan pada tindakan pembelajaran Siklus II.
Deskripsi Tindakan Siklus II
Perencanaan tindakan pembelajaran tindakan Siklus II dilakukan berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pembelajaran pada
Siklus I. Tindakan pembelajaran Siklus II
merupakan upaya untuk meningkatkan
dampak proses dan dampak produk dari
tindakan pembelajaran yang lebih baik.
Rencana pembelajaran tindakan ini
merupakan hasil revisi dalam rangka

perbaikan pembelajaran tindakan siklus
I yang dinilai belum berhasil membawa
siswa mencapai penguasaan kompetensi
penuh. Beberapa upaya perbaikan yang
akan dilaksanakan dalam tindakan pembelajaran Siklus II menyangkut upaya: 1)
meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar; 2) meningkatkan kemandirian belajar siswa; 3) meningkatkan aktivitas guru dalam pembelajaran; dan 4) meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi
dalam memahami bacaan.
Pelaksanaan tindakan pembelajaran pada Siklus II sama dengan pelaksanaan tindakan pembelajaran yang
dilakukan pada Siklus I. Pelaksanaan tindakan pembelajaran dilaksanakan dalam
dua kali pertemuan selama 4 X 40 menit
atau 4 jam pelajaran. Pertemuan pertama
tindakan pembelajaran Siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu, 24 Oktober
2015. Pertemuan kedua dilaksanakan
pada hari Sabtu, 31 Oktober 2015.
Observasi terhadap aktivitas guru
dalam pembelajaran dilakukan oleh guru
pengamat. Penilaian dilakukan dengan
memberikan skor pada setiap aspek yang
diamati. Berdasarkan hasil pengamatan
terhadap aktivitas guru dalam pembelajaran tindakan Siklus II, dapat
diketahui bahwa aktivitas guru dalam
pembelajaran dinilai oleh pengamat sudah termasuk kategori baik . (al ini ditunjukkan dengan rata-rata skor hasil
pengamatan sebesar 80.56 yang sudah
termasuk ke dalam klasifikasi baik .
Kemampuan membaca pemahaman siswa diketahui dari hasil tes akhir
pem-belajaran tindakan Siklus II. Hasil
tes ke-mampuan membaca pemahaman
pada tindakan Siklus II menunjukkan

11
Joko Burham, S. Pd./ Entrance Jurnal Pendidikan Vol.1, No.1, September - Oktober 2017, 1 – 14

adanya peningkatan dalam hal nilai hasil
belajar siswa.
Berdasarkan hasil tes yang dilakukan pada akhir tindakan Siklus II dapat
diketahui bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa adalah sebesar 68.00, nilai
tertinggi sebesar 92.00, dan nilai ratarata kelas yang diperoleh adalah sebesar
77.60. Mengingat nilai rata-rata kelas
yang diperoleh siswa > KKM yang ditetapkan sebesar 70.0, maka siswa kelas
VIII E Semester Gasal SMP Negeri 1 Wonosegoro Boyolali tahun pelajaran 2015/
2016 secara klasikal sudah dianggap
men-capai ketuntasan belajar.
Ditinjau dari tingkat ketuntasan
belajar siswa, jumlah siswa yang sudah
mencapai ketuntasan belajar dengan
KKM > 70.0 adalah sebanyak 28 orang
siswa atau 93.33% dari jumlah siswa.
Data tingkat ketuntasan belajar siswa pada tindakan pembelajaran Siklus II
dapat disajikan pada tabel berikut.
Tabel 3
Hasil Belajar Tindakan Siklus II
No. Ketuntasan
Jumlah
%
1.
Tuntas
28
93.33
2.
Blm Tuntas
2
6.67
Jumlah
30
100.00
Nilai Rata2
77.60
Nilai Terendah
68.00
Nilai Tertinggi
92.00

Data tingkat ketuntasan belajar
siswa pada tindakan Siklus II dapat
disajikan ke dalam diagram berikut ini.

Gambar 4 Diagram Ketuntasan Belajar
Tindakan Siklus II

Berdasarkan hasil evaluasi tindakan pembelajaran pada Siklus II dapat
diperoleh refleksi implementasi pembelajaran dengan menggunakan metode
SQ3R dalam pembelajaran Bahasa
Inggris aspek membaca pemahaman
sebagai berikut.
1) Implementasi pembelajaran membaca
denga metode SQ3R pada tindakan
Siklus II berhasil meningkatkan dampak proses pembelajaran berupa meningkatnya aktivitas guru dalam pembelajaran. Aktivitas guru dalam pembelajaran mengalami peningkatan dibandingkan dengan aktivitas pada tindakan Siklus I. Hal ini diindikasikan
dengan hasil pengamatan yang menunjukkan bahwa aktivitas guru
dalam sudah mencapai kategori baik ,
yaitu dengan skor rata-rata hasil
peng-amatan sebesar 80.56;
2) Implementasi pembelajaran tindakan
pada Siklus II berhasil meningkatkan
dampak produk berupa peningkatan
penguasaan kompetensi dasar siswa
dalam pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai
rata-rata hasil belajar siswa. Nilai
rata-rata
hasil
belajar
siswa
meningkat dari 73.73 pada akhir

12
Joko Burham, S. Pd./ Entrance Jurnal Pendidikan Vol.1, No.1, September - Oktober 2017, 1 – 14

tindakan Siklus I, menjadi 77.60 pada
akhir Siklus II;
3) Ditinjau dari ketuntasan belajar, penerapan metode SQ3R dapat meningkatkan dampak produk pembelajaran
berupa meningkatnya ketuntasan
belajar siswa dibandingkan kondisi
sebelumnya. Ketuntasan belajar siswa
meningkat dari sebesar 76.67% pada
tindakan Siklus I, menjadi sebesar
93.33% pada tindakan Siklus II; dan
4) Hal-hal yang masih belum berhasil
dalam pembelajaran tindakan Siklus I
sudah berhasil tercapai pada tindakan
Siklus II. Dengan demikian maka
dapat disimpulkan bahwa penerapan
metode SQ3R dapat meningkatkan
kemam-puan membaca pemahaman
teks deskriptif bagi siswa kelas VIII E
semester I SMP Negeri 1 Wonosegoro
tahun pelajaran 2015/2016.
Pembahasan Hasil Tindakan
Hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa Penggunaan Metode SQ3R
dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman bagi siswa Kelas VIII E
Semester Gasal SMP Negeri 1 Wonosegoro Boyolali tahun pelajaran 2015/
2016 terbukti kebenarannya. (al ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai
rata-rata hasil belajar dan ketuntasan
belajar siswa pada setiap siklus tindakan
yang dilakukan.
Nilai rata-rata kemampuan membaca pemahaman pada siswa mengalami
peningkatan dari sebesar 67.50 pada
kondisi awal, menjadi 73.73 pada akhir
tindakan Siklus I, dan meningkat menjadi
77.60 pada akhir Siklus II. Ditinjau dari
tingkat ketuntasan belajar, jumlah siswa
yang mencapai ketuntasan belajar
meningkat dari sebesar 50.00% pada

kondisi awal menjadi 76.67% pada akhir
tindakan siklus I, dan meningkat menjadi
93.33% pada akhir tindakan Siklus II.
Data perkembangan ketuntasan
belajar siswa dari akhir tindakan pembelajaran Siklus I hingga siklus II dapat
disajikan ke dalam tabel berikut.
Tabel 4
Peningkatan Hasil Belajar Siswa dari
Kondisi Awal hingga Tindakan Siklus II
No.

Ketuntasn

1.
Tuntas
2.
Blm Tnts
Jumlah
Nilai Rata-rata
Nilai Terendah
Nilai Tertinggi

Awal
Jm
%
15
50
15
50
30 100
67.50
60.00
80.00

Siklus I
Jm
%
23 76.7
7
23.3
30
100
7373
64.00
88.00

Siklus II
Jm
%
28 93.3
2
6.7
30 100
77.60
68.00
92.00

Peningkatan kemampuan membaca pemahaman siswa dari kondisi awal
hingga akhir tindakan Siklus II dapat
disajikan ke dalam diagram berikut ini.

Gambar 5 Diagram Peningkatan
Ketuntasan Belajar dari Kondisi Awal –
Tindakan Siklus II

PENUTUP
Berdasarkan analisis data dan
pembahasan pada bab sebelumnya,
penelitian tindakan kelas ini menyimpulkan sebagai berikut:
Penerapan metode SQ3R dapat
meningkatkan kemampuan membaca pe-

13
Joko Burham, S. Pd./ Entrance Jurnal Pendidikan Vol.1, No.1, September - Oktober 2017, 1 – 14

mahaman teks deskriptif bagi siswa
kelas VIII E semester I SMP Negeri 1
Wonosegoro tahun pelajaran 2015/
2016. Hal ini ditunjukkan dengan
meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar
dan tingkat ketuntasan belajar siswa
pada setiap siklus tindakan yang
dilakukan. Nilai rata-rata hasil belajar
siswa mengalami peningkatan dari 67.50
pada kondisi awal menjadi 73.73 pada
akhir tindakan Siklus I, dan kemudian
meningkat menjadi 77.60 pada akhir
tindakan Siklus II.
Ditinjau dari ketuntasan belajar,
tingkat ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan pada setiap siklus
tindakan yang dilakukan. Tingkat ketuntasan belajar siswa sebagai dampak
produk juga mengalami peningkatan,
yaitu dari 50.00% pada kondisi awal
menjadi 76.67% pada akhir tindakan siklus I, dan kemudian meningkat menjadi
93.33% pada akhir tindakan Siklus II.
Berdasarkan simpulan hasil penelitian tersebut di atas selanjutnya dapat
dikemukakan
saran-saran
sebagai
berikut:
Bagi Siswa. Siswa disarankan
untuk lebih giat dan aktif dalam
mengikuti proses pembelajaran sehingga
hasil yang diperoleh semakin optimal.
Bagi Guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode SQ3R dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan
membaca pemahaman bagi siswa. Untuk
itu disarankan kepada para guru untuk
mau menggunakan berbagai metode
pembelajaran yang bervariatif.
Bagi Sekolah. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan gambaran bahwa penggunaan metode pembelajaran yang bervariatif mampu meningkatkan kualitas pembelajaran. Untuk itu

disarankan kepada sekolah untuk lebih
men-dorong para guru agar mau mencoba menggunakan berbagai metode
pembelajaran guna meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M., 2005. Pendidikan Bagi
Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:
Departemen
Pendidikan
dan
Kebudayaan.
Arikunto, S., 2010. Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: Rineka Cipta.
Franz, K. & Bernhard, M. 2003. Membina
Minat Baca. Bandung: Remadja
Karya.
Hartati, T. 2008. Penerapan strategi SQ3R
(Survey, Question, Read, Recite,
Review)
dalam
pembelajaran
membaca bahasa Inggris di sekolah
dasar.
Bandung:
Universitas
Pendidikan Indonesia.
Hasanah, M., Nurchasanah & Hamidah, S.
C. 2015. Membaca Ekstensif: Teori,
Praktik, dn Pembelajaran. Malang:
Pustaka Kaiswaran
Herlina, M. M., 2009. Easy Reader, Metode
Cepat dan Mudah Belajar Membaca
Bahasa Inggris. Jakarta: Kawan
Pustaka.
Masri, S. P., 2008. Menumbuhkan Minat
Baca Sejak Dini. Jakarta: PT Indeks.
Salis, N, R. 2014. Penerapan metode SQ3R
(Survey, Question, Read, Recite,
Review)
untuk
meningkatkan
keterampilan
membaca
pada
pembelajaran bahasa Arab kelas
VIII A MTsN Karang Wojo Gunung
Kidul tahun ajaran 2013/2014.
Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.
Soedarso. 2004. Speed reading sistem
membaca cepat dan aktif. Jakarta:
Gramedia Pustaka.

14
Joko Burham, S. Pd./ Entrance Jurnal Pendidikan Vol.1, No.1, September - Oktober 2017, 1 – 14

Sumadyo, S. 2011. Strategi dan Teknik
Pembelajaran Bahasa. Jakarta:
Depdikbud.
Tarigan, H. G., 2010. Membaca Sebagai
Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa
Wiriaatmadja, R., 2006. Metode Penelitian
Tindakan Kelas. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Zuhdi, D., 2012. Terampil Membaca dan
Berkarakter Mulia. Yogyakarta:
Multi Presindo
Zuhdi, D., dan Budiasih. 2007. Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia di
Kelas Rendah. Surabaya: Unesa
University Press.

Dokumen yang terkait

PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PAKAIAN JADI (Study Kasus di UD Hardi, Ternate)

24 208 2

KEBIJAKAN BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAERAH (BAPEDALDA) KOTA JAMBI DALAM UPAYA PENERTIBAN PEMBUANGAN LIMBAH PABRIK KARET

110 657 2

PENGARUH TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KEMATANGAN SOSIAL REMAJA AWAL DI FULL DAY SCHOOL

0 50 2

EVALUASI PENGENDALIAN INTERNAL PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMINIMALKAN PEMBIAYAAN BERMASALAH (STUDI KASUS PADA BMT UGT SIDOGIRI BONDOWOSO)

2 64 22

INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH ( DI KABUPATEN BANYUWANGI

16 118 18

UPAYA PENINGKATAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS IV (EMPAT) SDN 3 TEGALSARI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

23 110 52

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 SINAR MULYA KECAMATAN BANYUMAS KAB. PRINGSEWU

43 182 68

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI LUAS BANGUN DATAR MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY DI KELAS VB SD NEGERI 5 SUMBEREJO KECAMATAN KEMILING BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

7 63 30

PENINGKATAN KESTABILAN ENZIM LIPASE DARI Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853 DENGAN AMOBILISASI MENGGUNAKAN BENTONIT

3 96 80