MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PERS

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
DALAM PERSPEKTIF ADMINISTRASI PUBLIK

Perkembangan tehnologi di era globalisasi menjadi bagian yang tidak bisa dielakkan dalam
pelayanan administrasi publik. Meskipun demikian, sumber daya manusia tetap menjadi bagian
yang tidak tergantikan sepenuhnya, meskipun beberapa fungsi yang biasanya dilakukan manusia
sudah tergantikan mesin. Berbeda dengan administrasi bisnis, kemajuan tehnologi
dimanfaatkan sepenuhnya untuk meningkatkan produktivitas, ini disebabkan orientasi
administrasi bisnis adalah keuntungan sehingga pemakaian mesin dinilai lebih menguntungkan.
Ada beberapa kelebihanyang dimiliki mesin dibandingkan manusia antara lain mesin lebih
efektif, mesin tidak menuntut peningkatan kesejahteraan, mesin tidak pernah mogok dan
sebagainya. Administrasi publik mempunyai nilai dan tujuan yang berbeda dengan administrasi
bisnis, dimana kompleksitas pelanggan menuntut pelayanan yang terbaik. Di samping itu beban
moral dari administrasi publik lebih berat dibandingkan administrasi bisnis.
Dari perbedaan orientasi dan nilai tersebut, sumber daya manusia dalam adminsitrasi publik
tetap memegang peranan sentral. Hal ini disebabkan fungsi administrasi publik adalah
memberikan pelayanan dasar, misalnya pengambilan keputusan, regulasi dan pembuatan
kebijakan yang tidak mungkin dilakukan oleh administrasi bisnis. Layanan yang demikian
pentingnya akan berhasil dengan baik manakala sumber daya manusia yang tersedia
mempunyai kemampuan yang memadai untuk memahami sekaligus menyelesaikan persoalan di
masyarakat secara keseluruhan.


A. PERKEMBANGAN ADMINISTRASI PUBLIK
Administrasi publik merupakan ilmu dengan fokus pada implementasi fungsi regulasi dan
pelayanan publik. Untuk menjalankan fungsi tersebut administrasi menggunakan berbagai teori,
antara lain manajemen, politik dan hukum. Perspektif manajemen dibagi dua, yakni perspektif
manajemen tradisional dengan nilai efektifitas, efisiensi dan ekonomis dan perspektif new
public manajemen dengan nilai yang ingin dicapai yakni biaya yang effektif dan memberikan
respon yang cepat terhadap keinginan pelanggan.
Perspektif politik mempunyai nilai keterwakilan, responsive dan akuntabilitas, sedangkan
perspektif hukum ingin mencapai nilai integritas konstitusi, proses yang prosedural, hak-hak
substantif yang kuat, proteksi yang sama dan keadilan.
Nilai yang dianut perspektif manajemen tadisional dan new public manajemen akan
berpengaruh terhadap penentuan struktur organisasi, proses pengambilan keputusan dan
pengembangan sumber daya manusia dalam organisasi.
PERSPEKTIF MANAJEMEN TRADISIONAL
Penentuan struktur organisasi didasarkan pada tipe ideal birokrasi Max Weber, yaitu birokrasi
dengan ciri-ciri :
a. Adanya standarisasi dan formalisasi,
b. Adanya pembagian kerja dan spesialisasi,
c. Adanya khierarkhi otoritas,

d. Adanya Profesionalisasi,
e. Adanya dokumentasi tertulis.

Pengambilan keputusan didasarkan pada cara rational komprehensive. Pengambilan keputusan
dengan rasional komprehensif dilakukan melalui tahapan-tahapan :
a. Mengetahui pilihan-pilihan dan kecenderungan yang diinginkan warga,
b. Menemukan pilihan-pilihan kebijakan yang mungkin untuk diimplementasikan,
c. Menilai konsekuensi masing-masing pilihan kebijakan,
d. Menilai perbandingan perhitungan keuntungan dan kerugian yang akan diperoleh
apabila kebijakan tersebut diimplementasikan,
e. Memilih kebijakan yang paling efisien dan ekonomis.
PERSPEKTIF MANAJEMEN PUBLIK KONTEMPORER
Penentuan struktur organisasi didasarkan pada kondisi lingkungan yang kompetitif dan model
organisasi bisnis, dengan ciri :
a. Sederhana sehingga dapat beradaptasi dengan lingkungannya,
b. Berisi struktur yang datar, sehingga dapat bekerja dengan efisien, komunikasi berjalan
cepat dan lancar, karena rantai komando yang pendek dan pengambil keputusan tidak
jauh dari bawahan.
c. Keputusan dapat dijalankan oleh bawahan dengan cepat, karena tidak ada perantara
( jabatan antara ) dengan bawahan.

Pengambilan keputusan lebih didasarkan pada desentralisasi dan meminimumkan biaya.
Pengambilan keputusan ini bercirikan :
a. Para administrator dan manajer/ pimpinan merupakan pengambil keputusan di level
jabatannya masing-masing,

b. Para administrator telah mendelegasikan kewenangan kepada para menejer/ pimpinan
di bawahnya untuk mengambil keputusan
c. Para manajer/pimpinan berkewenangan penuh dalam menyelesaikanberbagai masalah
dalam lingkup tugasnya dan berkewenangan penuh dalam mengambil langkah-langkah
dalam meningkatkan kinerjanya,
d. Penentuan langkah dalam pencapaian tujuan organisasi harus didasarkan biaya yang
minimal.
PERSPEKTIF NEW PUBLIC SERVICE
Persepektif ini mendasarkan diri pada teori demokrasi. Pelayanan publik yang demokratis
sebenarnya merupakan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh birokrasi publik dengan
memprhatikan kepentingan warga negara. Penyelenggara pelayanan publik lebih banyak “
mendengar- listening “ warga ketimbang “ mendikte – telling “ dan memberikan “ pelayananserving “ daripada “ mengarahkan- streering “.
Warga negara dan pejabat publik diharapkan bekerja bersama-sama untuk menentukan dan
menyelesaikan masalah bersama dalam suatu cara yang sifatnya kooperatif dan menguntungkan
kedua belah pihak.

Pelayanan publik yang demokratis tidak memfokuskan diri pada bagaimana menyelenggarakan
pelayanan

publik

dengan

efisien

tetapi

lebih

mengarahkan

pada

bagaimana

menyelenggarakannya dengan memberikan kehidupan warga yang lebih baik untuk semua.

Penyelenggaraan pelayanan publik yang efiisen merupakan penyelengaraan yang menuntut
adanya perbandingan yang terbaik antara input dan output. Efisiensi selalu menuntut hasil yang
terbaik dengan dengan biaya minimal. Penyelenggaraan pelayanan publik yang demokratis tidak

dapat dituntut dengan ukuran yang demikian, karena ia lebih banyak berorientasi pada proses,
seperti proses pelibatan warga mulai dari perumusan sampai dengan penentuan kebijakan
bahkan dalam implementasii sebuah kebijakan sehingga diharapkan membawa perubahan
posisitp terhadap kehidupan yang lebih baik.
B. MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM ADMINISTRASI PUBLIK KLASIK
Sebuah organisasi dalam mencapai tujuannya sangat ditentukan dan dipengaruhi oleh berbagai
nilai yang dianutnya. Nilai yang dianut organisasi publik berdasarkan perspektif administrasi
publik klasik adalah nilai efektivitas efisiensi dan ekonomis. Untuk mencapai nilai-nilai tersebut,
proses administrasi yang berlangsung harus sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan
sehingga setiap hasil kegiatan dapat ditentukan dengan jelas. Manajamen Sumber Daya
Manusia dalam organisasi publik harus dirancang untuk memahami dan mencapai nilai-nilai
tersebut, karena sumber daya manusia menempati posisi yang penting dalam proses
pencapaian tujuan organisasi.
Manajemen Sumber Daya Manusia berdasarkan perspektif administrasi publik meliputi
rekruitmen pegawai sampai pada pemberhentian pegawai telah diatur sedemikian rupa untuk
mendukung proses administrasi yang berlangsung dalam organisasi publik. Sumber daya

manusia ( pegawai ) yang akan direkrut akan mengikuti pelatihan awal ( pra jabatan ). Pelatihan
ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada calon pegawai tentang sistem
kepegawaian yang digunakan dalam organisasi publik ( organisasi pemerintahan ).
Dalam pelatihan tersebut, diharapkan setiap pegawai akan memahami posisi dan
keberadaanya dalam organisasi, tunduk pada aturan dan loyal pada atasan. Pegawai yang
berada dan bekerja dalam birokrasi pemerintahan adalah pegawai yang siap menuruti semua

Aturan organisasi dan loyal pada atasannya. Aturan yang ada dalam organisasi akan menjamin
tyercapainya tujuan organisasi atau akan dapat memberikan pelayanan publik yang berkualitas
sebagaimana yang menjadi tujuan organisasi publik itu sendiri. Atasan merupakan representasi
organisasi, sehingga perintah atasan harus ditaati dan dipatuhi. Oleh karena itu, organisasi
publik ( birokrasi pemerintahan ) memiliki sifat hierarkhis yang sangat ketat dengan aturan.
Organisasi publik menjalankan fungsi utama utamanya berupa “ pelayanan publik “ yang
selalu didasari aturan-aturan formal. Aturan yang menjadi acuan dasar seringkali diterapkan
secara kaku, sehingga tidak jarang tujuan melayani sebaik-baiknya menjadi terabaikan. MSDM
memandang manusia ( pegawai ) sebagai mesin, yang harus tunduk pada sistem aturan yang
ketat, sehingga tidak diberikan keleluasaan untuk mengembangkan kreatifitas dalam
menjalankan tugasnya. Hal ini mengakibatkan pegawai lamban dalam menjalankan tugasnya.
Selain pengaturan yang ketat, perspektif ini juga mengunakan pengawasan yang ketat dalam
menjalankan aktifitas organisasi, karena unit sumber daya manusia telah merancang sistem

yang menyebabkan semua pegawai tunduk pada aturan dan loyal pada atasan. Penerapan
sistem pengawasan yang ketat tersebut disebabkan organisasi publik mempunyai fungsi utama
sebagai penyedia barang-barang dan pelayanan publik secara langsung. Pelaksanaan fungsi
utama ini menuntut adanya organisasi yang besar dan sekaligus menuntut para pegawainya
memiliki kemampuan dan keahlian atau ketrampilan yang sangat beragam serta tunduk
terhadap berbagai aturan yang ada.

C. MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUYSIA DALAM PERSPEKTIF NEW PUBLIC MANAGEMENT

Perspektif NPM berbeda dengan perspektif administrasi klasik terutama dalam hal “ Cara “
mencapai mencapai nilai walaupun nilai yang dianut masih sama, yakni efektifitas, efisiensi dan
ekonomis. Perbedaan cara ini memiliki konsekuensi terhadap manajemen sumber daya manusia
dalm organisasi publik. Perubahan cara mencapai nilai disebabkan oleh faktor lingkungan
administrasi publik. Perubahan faktor lingkungan seperti ekonomi, sosial dan politik
menyebabkan cara-cara yang selama ini digunakan oleh administrasi publik klasik menjadi tidak
efisien lagi.
Perubahan lingkungan ekonomi, dari kondisi stabil menjadi tidak stabil menyebabkan
terjadinya perubahan kebijakan ekonomi secara drastis baik dari segi makro maupun mikro,
nasional maupun internasional. Di bidang politik terjadi perubahan dari sentralistis menjadi
desentralistis. Di bidang tehnologi juga terjadi perubahan yang sangat cepat dari waktu ke

waktu.
Perubahan-perubahan tersebut menyebabkan terjadinya perubahan persepsi dan sekaligus
perubahan tuntutan masyarakat akan pelayanan publik yang berkualitas. Adanya pengaruh
faktor lingkungan tersebut menyebabkan perubahan cara organisasi publik menyelenggarakan
pelayanan publik dan karenanya terjadi pula perubahan dalam pengelolaan sumber daya
manusia sebagai salah satu dimensi penting untuk penyelenggaraan pelayanan publik yang
efektif dan efisien.
Perubahan cara tersebut dilakukan dengan mengadopsi pada sistem, gaya, metodhe dan
mekanisme manajemen bisnis. Pengadopsian itu dianggap akan mampu menyelenggarakan
pelayanan publik yang efektif dan efisien. Penggunaan cara-cara manajemen bisnis dalam
penyelengaraan pelayanan publik merupakan suatu keharusan, kaqrena tuntutan masyarakat

sebagai pelanggan yang menghendakinya. Sistem pemerintahan bersifat desentralistis, yang
dianggap mampu mengenali masalah-masalah publik lebih dekat dan menyelesaikannya dengan
cepat. Sistem ini juga dianggap mampu memahami kebutuhan-kebutuhan dan keinginankeinginan pelanggan lebih cepat dan akurat, serta dapat memenuhi dalam kurun waktu yang
cepat pula.
Perapektif ini orientasi dititikberatkan pada pelanggan, bukan berorientasi pada peraturan,
namun bukan berarti tidak ada aturan dalam penyelenggaraan pelayanan publik, tetapi aturan
main yang digunakan merupakan aturan main yang fleksibel. Fleksibilitas penggunaan aturan
disebabkan oleh tuntutan pelanggan yang selalu ingin cepat terpenuhi dan berubah-ubah.

Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah ( organisasi publik ) bukan lagi pemain
utama, melainkan berfungsi sebagai pengarah ( steering ). Sebagai pengarah pemerintah
memberikan kesempatan kepada pihak lain ( swasta dan organisasi non pemerintah ) untuk
terlibat dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Pelibatabn pihak lain tersebut akan
mengurangi beban pemerintah yang selama ini diemban sendiri, sehingga pemerintah dapat
berkonsentrasi pada tugas-tugas lain yang tidak memungkinkan atau tidak efisien dijalankan
oleh pihak lain.
Ada berbagai istilah yang sama dengan NPM, misalnya managerialism, market-based public
management, entrepreneurial government, governance, new theory of public administration.
Istilah-istilah tersebut mempunyai kesamaan dalam berbagai hal, yaitu :
1. Apapun sebutan model tersebut, yang pasti ia menunjukkan suatu perubahan dari
model administrasi negara tradisional, yang mencurahkan perhatian utama pada
pencapaian hasil dan tanggungjawab personal para manajer,

2. Adanya suatu perhatian yang diekspresikan pada perubahan dari birokrasi klasik untuk
membuat organisasi, personal dan persyaratan-persyaratan dan peraturan-peraturan
pegawai yang lebih fleksibel,
3. Tujuan organisasi dan personil perlu disusun dengan jelas, yang memungkinkan diukur
keberhasilannya melalui indikator-indikator kinerja,
4. Staf yunior lebih memungkinkan mempunyai komitmen politik terhadap terhadap

pemerintah daripada menjadi non partisan atau netral,
5. Fungsi-fungsi pemerintah lebih memungkinkan menghadapi tes pasar, seperti
pelaksanaan kontrak pekerjaan pemerintahan, pemerintahan diharapkan “ steriing than
rowing “,
6. Kecenderungannya mengarah pengurangan fungsi pemerintahan melalui privatisasi.
Paradigma manajemen publik baru (NPM ) menggantikan paradigma administrasi negara kalsik
yang sifatnya rigid, hiererkhis, birokratik, dan secara teori maupun praktek tidak mampu
menjawab atau mengatasi masalah-masalah yang muncul pada era perubahan. Perubahan
tersebut bukan hanya perbaikan atau perubahan kecil pada gaya manajemen, tetapi suatu
perubahan pada peranan pemerintah dalam masyarakat dan hubungan antara pemerintah
dengan warga negara.
Perubahan paradigma ini menghendaki adanya kemampuan apara manajer untuk “
membaca “ lingkungannya dan mencoba mengelola dengan baik, dan inilah yang disebut
dengan manajer dan profesional yang efektif. Untuk dapat menghadapi lingkungan organisasi
pemerintahan dan dapat menjalankannya dengan efisien, Osborne dan Gaebler menyarankan
pendekatan “ Reinventing Government “. Menurutnya, organisasi yang efektif dan efisien adalah

organisasi yang memiliki semangat kewirausahaan dan dapat memberikan kesempatan para
pegawainya berkreasi. Dalam mewirausahakan birokrasi terdapat 10 prinsip, yaitu :
a. Pemerintahan katalis : mengarahkan ketimbang mengayuh,

b. Pemerintah milik masyarakat : memberi wewenang ketimbang melayani,
c. Pemerintahan yang kompetitif : menyuntikkan persaingan kedalam pemberian
pelayanan,
d. Pemerintahan yang digerakkan oleh misi, mengubah organisasi yang digerakkan oleh
peraturan,
e. Pemerintahan yang berorientasi pada hasil : membiayai hasil, bukan masukan,
f.

Pemerintahan yang berorientasi pelanggan : memenuhi kebutuhan pelanggan, bukan
birokrasi,

g. Pemerintahan wirausaha :
h. Pemerintahan antisipatif : mencegah daripada mengobati,
i.

Pemerintahan desentralisasi,

j.

Pemerintahan yang berorientasi pasar : mendongkrak perubahan melalui pasar.

D. MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PERSPEKTIF NEW PUBLIC SERVICE
Perspektif new public service merupakan ssuatu paradigma dalam administrasi publik yang
menekankan penyelenggaraan pelayanan publik yang demokratis dan berkeadilan sosial.
Penyelenggara pelayanan berusaha memahami kepentingan publik dalam penyelenggaraan
pelayanan publik. Kepentingan publik menjadi dasar dalam penyusunan berbagai program
pelayanan publik. Penyelenggaraan pelayanan publik tidak menekankan penggunaan tehnik-

tehnik manajemen pada organisasi bisnis, karena organisasi bisnis dan publik masing-masing
memiliki orientasi yang berbeda.
Pelayanan publik yang demokratis dan berkeadilan sosial lebih menekankan pada :
1. Pelayanan lebih diarahkan pada warga negara, bukan pada pelanggan,
2. Berpikir Strategis dan bertindak demokratis,
3. Memenuhi kepentingan publik,
4. Mengutamakan warganegara di atas kewirausahaan,
5. Menyadari kompleksitas akuntabilitas,
6. Melayani, bukan mengarahkan,
7. Mengutamakan keepentingan masyarakat, bukan produktivitas.
Sistem pelayanan publik dan sistem manajemen sumber daya manusia lebih berorientasi
kepada nilai demokrasi dan keadilan sosial. Pengadaan dan pengembangan sumber daya
manusia menekankan pada kemampuan memahami kepentingan warga dan melibatkan mereka
dalam proses penyelesaian masalah pelayanan publik. Program-program pengembangan
sumber daya manusia aparatur dirancang untuk melahirkan sumber daya manusia aparatur
yang memiliki kemampuan dan ketrampilan dengan melibatkan mereka dalam proses
penyelesaian masalah pelayanan publik.