KEBIJAKAN FISKAL DALAM MEMACU dalam

KEBIJAKAN FISKAL DALAM MEMACU
PERTUMBUHAN SEKTOR INDUSTRI DAN
INFRASTRUKTUR

FEB UNIKA Atma Jaya
Prodi Ekonomi Pembangunan
Andreas Andrew Toedjono
2013 013 010
Martinus Christian Mbui
2013 013 022

HALAMAN PENGESAHAN

Esai yang berjudul
“KEBIJAKAN FISKAL DALAM MEMACU PERTUMBUHAN SEKTOR
INDUSTRI DAN INFRASTRUKTUR”

adalah hasil karya sendiri dan bukan hasil jiplakan atau kopian dari penulis
lain.
Esai ini disusun oleh :
Andreas Andrew Toedjono

Martinus Christian Mbui

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Prodi Ekonomi
Pembangunan Universitas Khatolik Indonesia
Atma Jaya

Kebijakan Fiskal Dalam Memacu Pertumbuhan Sektor Industri dan Infrastruktur

2

SURAT PERNYATAAN ORIGINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama Lengkap

: Andreas Andrew Toedjono 2013013010
Martinus Christian Mbui

2013013022


Universitas

: UNIKA Atma Jaya, FEB Ekonomi Pembangunan

Alamat Universitas

: Jl. Jendral Sudirman No.51, Jakarta Selatan

Telepon

: (62-21) 5727615, 5703306, 5708823.

Menyatakan bahwa esai ini, yang berjudul ‘KEBIJAKAN FISKAL DALAM
MEMACU PERTUMBUHAN SEKTOR INDUSTRI DAN INFRASTRUKTUR’
adalah sepenuhnya ditulis oleh peneliti dan penulis menyatakan dengan sebenar-benarnya
bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam esai ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah
diajukan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam
sumber kutipan dan daftar pustaka.

Jakarta, 25 September 2015


Andreas Andrew Toedjono

Martinus Christian Mbui

Kebijakan Fiskal Dalam Memacu Pertumbuhan Sektor Industri dan Infrastruktur

3

DAFTAR ISI

1

COVER

2

HALAMAN PENGESAHAN

3


SURAT PERNYATAAN ORIGINALITAS

4

ABSTRAK

5

PENDAHULUAN

8

LANDASAN TEORETIS
8

Definisi Kebijakan Fiskal

9


Instrumen dan Jenis Kebijakan Fiskal

10

Tujuan dan Fungsi Kebijakan Fiskal

10

Kebijakan Fiskal Ekspansif

11

METODOLOGI PENULISAN

12

INSENTIF FISKAL UNTUK MENINGKATAN INVESTASI DALAM

INDUSTRI DAN INFRASTRUKTUR
14


Insentif fiskal dan Investasi Industri

16

Pengeluaran Pemerintah dan Infrastruktur

18

KESIMPULAN

19

DAFTAR PUSTAKA

Kebijakan Fiskal Dalam Memacu Pertumbuhan Sektor Industri dan Infrastruktur

4

ABSTRACT


The decreasing trend in global economic growth results in global economic
volatility and uncertainty. This condition leads to recession in numerous region.
In Indonesia, it has an impact on economic growth. The figure is 4,7% this year, a
decrease from last year ’s 5%. Therefore, to stimulate the economy, the Indonesian
Government is putting in the effort to attract investors, both domestic and foreign,
to invest in Indonesia. Manufacturing and infrastructure are the sectors which
posseses the most significant impact on the republic’s economic growth. Thus,
improvements in these sectors are of utmost importance. The implementation of
an incentive-driven fiscal policy is the best way to stimulate investment in the
mentioned sectors. Incentives given through tax holidays or tax allowances can
attract investors to entrust their funds in Indonesia. But, an incentive-compatible
fiscal policy is not enough. Strengthening the investment climate and deregulation
of policies must be done as well. One of the ways is to cut bureaucracy with PTSP
(Pelayanan Terpadu Satu Pintu or the “one-stop service in investment
coordination”), together with industrial clustering. Other than that, government
spending also has an important role for the investment climate. Steering
government spending in a direction focused on infrastructure is also an important
move to increase growth and stimulate investment in this sector.
Key words : Fiscal Policy, Fiscal Incentives, Industry and Infrastructure


Kebijakan Fiskal Dalam Memacu Pertumbuhan Sektor Industri dan Infrastruktur

5

PENDAHULUAN
Dalam beberapa tahun terakhir kondisi ekonomi nasional sedang
dihadapkan pada berbagai tantangan yang cukup berat karena volatilitas dan
uncertainty perekonomian global. Perlambatan kinerja perekonomian global

terjadi diberbagai negara-negara yang berpengaruh besar pada perekonomian
global seperti Uni eropa, China dan Jepang. Realisasi pertumbuhan ekonomi
dunia tahun 2015 diperkirakan sedikit menurun sekitar 3,3% dari 3,4 % pada
tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh karena membaiknya perekonomian
Amerika dan menguatnya mata uang Dolar terhadap mata uang negara lain.

Pertumbuhan Ekonomi + Proyeksi 2016
9,00%

7,70%


8,00%

7,40%
6,80%

7,00%
5,58%
5,00%

6,00%

5,02%
4,60%

3,40%

3,40%

2,20%

1,40%

2,40%
1,80%

4,70%
4,20%
3,30%
2,50%
2,10%

2013

2014

2015

5,00%
4,00%
3,00%

2,00%

6,30%
5,50%
4,70%
3,80%
3,00%
2,40%

2016

1,00%
0,00%
china

usa

emerging market

advanced

world

Indonesia

Gambar 1. Pertumbuhan ekonomi 2013 – 2016
Sumber: World economic outlook 2015 IMF

Berhadapan dengan ketidakstabilan ekonomi dunia, Pemerintah Indonesia
seharusnya memiliki strategi yang tepat untuk mengatasi permasalahan ekonomi
nasional yang terjadi. Strategi dan arah pembangunan yang paling tepat adalah
penguatan ekonomi domestik. Selain kebijakan moneter, kebijakan fiskal
memiliki peranan penting dalam stabilisasi ekonomi dan menciptakan tingkat
kegiatan ekonomi domestik ke arah yang lebih baik. Kebijakan fiskal umumnya
merepresentasikan pilihan-pilihan pemerintah dalam menentukan besarnya jumlah
pengeluaran atau belanja dan jumlah pendapatan, yang secara eksplisit digunakan
untuk mempengaruhi perekonomian (Subiyantoro,2004). Berbagai pilihan
tersebut dalam prakteknya, diwujudkan melalui anggaran pemerintah, yang di

Kebijakan Fiskal Dalam Memacu Pertumbuhan Sektor Industri dan Infrastruktur

6

Indonesia lebih dikenal dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN). Dalam kenyataanya, APBN malah digunakan untuk keperluan yang
kurang produktif. Subsidi BBM, misalnya, dapat digunakan untuk sektor-sektor
yang lebih produktif seperti pembangunan infrastruktur.
Selain penempatan APBN yang tepat sasaran dan produktif, pajak sebagai
salah satu instrumen fiskal harus dioptimalkan. Selama ini pemerintah hanya
melihat pajak sebagai satu-satunya cara untuk meningkatkan pendapatan negara.
Padahal di beberapa negara maju seperti Amerika, China dan Jepang, pajak
bukanlah satu-satunya sumber pendapatan utama negara. Pemberian insentif pajak
seperti pengurangan tarif PPh, tax holidays (income yang tidak dikenakan PPh
untuk suatu periode tertentu), investment allowances dan tax credits (pengurangan
pajak didasarkan atas jumlah investasi) terbukti mendongkrak pendapatan negara.
Irlandia, Mauritus dan Singapura adalah contoh negara yang mampu
meningkatkan daya beli masyarakat dan investasi industri melalui penerapan
kebijakan pembebasan atas pajak tidak langsung.
Sektor industri dan infrastruktur merupakan elemen pertumbuhan ekonomi
yang saling berkaitan dan bertajuk pada stabilitas perekonomian domestik.
Peningkatan pada dua sektor tersebut merupakan motor pertumbuhan ekonomi.
Mengingat kondisi geografis Indonesia sebagai negara maritim dan kepulauan,
infrastruktur menjadi salah satu aspek penting dalam pembangunan ekonomi.
Kesenjangan pemerataan pembangunan infrastruktur adalah salah satu indikator
lambannya

pertumbuhan

ekonomi

di

Indonesia.

Infrastruktur

terbatas,

pertumbuhan industri pun terhambat. Korelasinya jelas. Oleh karena itu,
pemerintah

harus

melakukan

kebijakan-kebijakan

yang

dapat

memacu

pertumbuhan kedua sektor tersebut.
Dalam rangka meningkatkan sektor infrastruktur dan industri tanpa
membebani ruang APBN yang terbatas, pemerintah secara kreatif harus mencari
pendanaan lain. Investasi dari pihak lain, dalam dan luar negeri, baik swasta
maupun pemerintah, merupakan salah satu solusi agar pertumbuhan sektor
infrastruktur sebagai penunjang sektor industri mampu berkembang lebih cepat.

Kebijakan Fiskal Dalam Memacu Pertumbuhan Sektor Industri dan Infrastruktur

7

Fiskal sebagai salah satu instrumen pemerintah harus dimanfaatkan.
Insentif fiskal dapat dimanfaatkan guna menarik para investor agar mampu
berinvestasi di Indonesia. Berdasarkan permasalahan di atas, penulis berupaya
mencari solusi untuk meningkatkan investasi sektor infrastruktur dan industri
melalui insentif fiskal agar sektor tersebut mampu berkembang guna mencapai
pertumbuhan ekonomi dan stabilisasi yang diinginkan.

LANDASAN TEORETIS
Definisi Kebijkan Fiskal
Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka
mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan
mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Dari sisi pajak jelas jika
mengubah tarif pajak yang berlaku akan berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak
diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat dan industri
akan dapat meningkatkan jumlah output. Sebaliknya, kenaikan pajak akan
menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan output industri secara umum.
Dalam literatur klasik, terdapat beberapa perbedaan pandangan mengenai
kebijakan fiskal, terutama menurut teori Keynes dan teori klasik tradisional
(Nopirin, 2000). Pada prinsipnya Keynes berpendapat bahwa kebijakan fiskal
lebih besar pengaruhnya terhadap output daripada kebijakan moneter. Hal ini
didasarkan atas pendapatnya bahwa, pertama elastisitas permintaan uang terhadap
tingkat bunga kecil sekali (extrim-nya nol) sehingga kurva IS tegak. Kebijakan
fiskal yang ekspansif akan menggeser kurva IS kekanan sehingga output
meningkat. Sedangkan ekspansi moneter dengan penambahan jumlah uang
beredar pada kurva IS yang tetap tidak akan berpengaruh terhadap output. Hal ini
menunjukkan bahwa kebijakan fiskal akan lebih efektif dibandingkan dengan
kebijakan moneter.
Menurut pakar ekonomi, John Maynard Keynes berpendapat bahwa
kebijakan fiskal merupakan aspek penting untuk mengatasi pengangguran yang
relatif serius. Melalui kebijakan fiskal ini pengeluaran agregat dapat ditambah dan

Kebijakan Fiskal Dalam Memacu Pertumbuhan Sektor Industri dan Infrastruktur

8

langkah ini akan menaikkan pendapatan nasional dan tingkat penggunaan tenaga
kerja. Menurut Mankiw (2008) kebijakan fiskal sebagai pilihan pemerintah terkait
tingkat pengeluaran dan pajak. Bila diputuskan besar pengeluaran melampaui
penerimaan maka kebijakan fiskal akan berkaitan pula dengan aspek
pinjaman/utang (Barrow, 1987 dalam Heru Subiyantoro , 2004). Kebijakan fiskal
juga merupakan sarana untuk mempecepat pertumbuhan ekonomi yang pada
akhirnya mengurangi pengagguran dan kemiskinan (Restrepo, 2011). Menurut
Nopirin (1987) kebijakan fiskal terdiri dari perubahan pengeluaran pemerintah
atau perpajakkan dengan tujuan untuk mempengaruhi besar serta susunan
permintaan agregat. Indikator yang biasa dipakai adalah budget deficit yakni
selisih antara pengeluaran pemerintah (dan juga pembayaran transfer) dengan
penerimaan terutama dari pajak.

Istrumen dan Jenis Kebijakan Fiskal
Instrumen utama kebijakan fiskal adalah pengeluaran dan pajak.
Perubahan tingkat dan komposisi pajak dan pengeluaran pemerintah dapat
memengaruhi variabel-variabel berikut:






Permintaan agregat dan tingkat aktivitas ekonomi
Pola persebaran sumber daya
Distribusi pendapatan

Pemerintah

menjalankan

kebijakan

fiskal

dengan

maksud

untuk

mempengaruhi jalannya perekonomian dan berusaha mencapai keadaan yang
diinginkannya.

Melalui

kebijakan

fiskal,

antara lain

pemerintah

dapat

mempengaruhi tingkat pendapatan nasional, dapat mempengaruhi kesempatan
kerja, dapat mempengaruhi tinggi rendahnya investasi nasional, dan dapat
mempengaruhi distribusi penghasilan nasional.
Kebijakan fiskal

sendiri dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu

kebijakan stabilisasi otomatis (automatic stability policy) yaitu bentuk-bentuk
sistem fiskal yang sedang berlaku sekarang dan secara otomatis cenderung dapat
Kebijakan Fiskal Dalam Memacu Pertumbuhan Sektor Industri dan Infrastruktur

9

menimbulkan terjadinya kestabilan dalam kegiatan ekonomi. Kebijakan ini biasa
disebut kebijakan fiskal pasif. Instrumen kebijakan fiskal otomatis biasanya
dilakukan dengan perpajakan yang bersifat progresif dan proporsional, sistem
asuransi pengangguran, dan kebijakan harga minimum, sedangkan kebijakan
fiskal diskresioner (discretionary fiscal policy) aktif adalah tindakan yang diambil
pemerintah dalam bidang pengeluaran pemerintah atau penerimaan pajak yang
secara khusus dapat mengubah sistem yang ada. Sedangkan menurut Sukirno dan
Sadono (2006), dalam kebijakan ini pemerintah akan mengambil langkah-langkah
yang dapat mengubah pengeluaran negara atau mengurangi pungutan pajak dari
masyarakat. Tujuan yang hendak dicapai adalah mengurangi gejolak atau naik
turunnya kegiatan ekonomi dari waktu ke waktu dan bertujuan untuk menciptakan
suatu tingkat kegiatan ekonomi dengan tingkat penggunaan tenaga kerja yang
tinggi serta terhindar dari masalah inflasi, sehingga terjadi pertumbuhan ekonomi
yang diharapkan.
Tujuan dan Fungsi Dari Kebijakan Fiskal
Menurut Subiyantoro (2004) kebijakan fiskal sebagai sarana untuk
meningkatkan pembangunan ekonomi bermaksud mencapai tujuan sebagai
berikut, yaitu untuk meningkatkan laju investasi, mondorong investasi optimal
secara sosial, meningkatkan kesempatan kerja, stabilitas ekonomi ditengah
ketidak stabilan internasional, menanggulangi inflasi, meningkatkan dan
mendistribusikan pendapatan nasional. Selain itu, kebijakan fiskal juga
merupakan sarana untuk memobilisasi sumber daya, meningkatkan investasi,
menyediakan infrastruktur, dan pengelolaan energi (Sujai, 2011).
Kebijakan Fiskal Ekspansif
Kebijakan fiskal ekspansif adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka
mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan
mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah, pada saat munculnya
kontraksional gap. Konstraksional gap adalah suatu kondisi dimana output
potensial (YF) lebih tinggi dibandingkan dengan output aktual (Y1). Pada saat
terjadi kontraksional gap, kondisi perekonomian ditandai oleh tingginya tingkat

Kebijakan Fiskal Dalam Memacu Pertumbuhan Sektor Industri dan Infrastruktur

10

pengangguran dimana Uaktual > Ualamiah. Kebijakan ekspansif dilakukan
dengan cara menaikkan pengeluaran pemerintah (G) atau menurunkan pajak (T)
untuk meningkatkan output (Y), adapun mekanisme peningkatan pengeluaran
pemerintah ataupun penurunan pajak (T) terhadap output adalah sebagai berikut,
pada gambar 2 dapat dijelaskan bahwa disaat pengeluaran pemerintah (∆G) naik
atau selisih pajak (∆T) turun maka akan menggeser kurva pengeluaran agregat
keatas sehingga pendapatan akan naik dari (Y1) menjadi (Yf).

Gambar 2. Kurva Fiskal Ekspansif
Sumber: Raman, A. 2009, Analisis Efektivitas Kebijakan Fiskal Dan Moneter Terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia

METODOLOGI PENULISAN
Pendahuluan: Bagian ini berisi kondisi perekonomian dunia umumnya dan
Indonesia khususnya serta berbagai permasalahan perekonomian di Indonesia
karena kebijakan yang kurang produktif.
Landasan Teoretis: Bagian ini berisi teori-teori yang dipakai penulis dalam
menganalisis serta menyarankan kebijakan yang hendak diambil pemerintah
dalam permasalahan yang terjadi.
Metodologi Penulisan: Berisi teknik penulisan dan pengumpulan data.
Pengumpulan data dilakukan dengan penelitian kepustakaan.
Analisis: Bagian ini berisi hasil analisis dan kebijakan fiskal yang akan diambil
berhadapan dengan situasi yang tengah terjadi.
Kesimpulan
Kebijakan Fiskal Dalam Memacu Pertumbuhan Sektor Industri dan Infrastruktur

11

Esai ini ditulis menggunakan penelitian kepustakaan, yaitu berbagai
referensi buku, jurnal, dan makalah yang ada di perpustakaan Universitas Atma
Jaya Jakarta maupun referensi lainnya.

INSENTIF FISKAL UNTUK MENINGKATAN INVESTASI
DALAM INDUSTRI DAN INFRASTRUKTUR
Kebijakan fiskal seharusnya menjadi salah satu pemacu stabilisasi dan
pertumbuhan ekonomi. Dalam kondisi perekonomian domestik yang lesuh,
sebagai akibat melambatnya pertumbuhan ekonomi global, sektor riil yang
menjadi sumber pendapatan pemerintah dari pajak tidak bisa diharapkan lagi.
Dampak melambatnya ekonomi dunia memberi impact pada kondisi ekonomi
domestik. Pembebanan pajak kepada sektor riil malah menambah beban yang
berdampak pada penurunan produktivitas. Tambahan lagi, banyak penggunaan
anggaran untuk sektor-sektor yang kurang produktif menyebabkan pemerintah
kurang optimal dalam merangsang pertumbuhan sektor riil.
Salah satu sektor riil yang berperan penting terhadap pertumbuhan
ekonomi adalah sektor industri. Pemerintah harus membuat kebijakan yang tepat
agar sektor ini dapat menjadi pelopor pertumbuhan ekonomi Indonesia. Di saat
kondisi ekonomi dunia yang sedang lesuh seperti saat ini, pemerintah tidak bisa
hanya menunggu investor asing maupun domestik untuk berinvestasi.
8,00
6,00

2014

2013

2012

2011

2010

2009

2008

2007

-2,00

2006

Pertanian

2005

0,00

2004

Migas

2003

2,00

2002

Industri

2001

4,00

PDB Riil

-4,00
-6,00
Gambar 3. Pertumbuhan PDB Riil per sektor
Sumber: BPS.go.id

Kebijakan Fiskal Dalam Memacu Pertumbuhan Sektor Industri dan Infrastruktur

12

Pada gambar 3 diatas, sektor industri memiliki peran yang besar dalam
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kontribusi sektor industri selama tahun 2014
sebesar 21,02 % dengan tingkat pertumbuhan sebesar 4,63 % dari total
pertumbuhan ekonomi tahun 2014 sebesar 5,02%. Pertumbuhan sektor industri
tersebut didukung oleh tingginya tingkat konsumsi dan investasi di sektor industri.
Oleh karena itu, potensi dari sektor industri masih dapat dikembangkan melalui
kebijakan – kebijakan yang mendukung optimalisasi sektor ini. Salah satu
kebijakan yang mendukung adalah insentif fiskal bagi para pelaku industri.
Peningkatan produktivitas dan selanjutnya stabilisasi perekonomian pada
sektor industri, insentif pajak dapat menjadi sarana untuk menarik investor asing
dan domestik untuk berinvestasi. Insentif tersebut dapat berupa pengurangan bea
ekspor, tax holiday, pengurangan PPH, tax allowance. Selanjutnya, anggaran
pemerintah seharusnya digunakan untuk sektor-sektor yang dapat memacu
pertumbuhan, misalnya pembenahan infastruktur. Perubahan kebijakan yang telah
dibuat pemerintah dengan mengurangi subsidi BBM yang kurang tepat sasar dan
mengalihkan kepada sektor yang lebih produktif seperti infrastuktur sudah
merupakan kebijakan penempatan anggaran yang baik. Pada gambar 4 terlihat
jumlah subsidi BBM pada APBN dari tahun 2007 – 2015.

Gambar 4. Pertumbuhan Subsidi BBM
Sumber: Budget in brief APBN 2015

Selain itu, agar sektor industri dapat bertumbuh secara optimal sektor
penunjang harus ditingkatkan. Salah satu sektor penunjang yaitu sektor
infrastruktur. Buruknya keadaan infrastruktur di Indonesia menyebabkan
produktifitas industri Indonesia kalah saing dengan negara lain, ditambah lagi
Kebijakan Fiskal Dalam Memacu Pertumbuhan Sektor Industri dan Infrastruktur

13

enggannya investor asing untuk berinvestasi karena hal tersebut. Oleh karena itu,
seiring dengan insentif pajak yang diberikan, pengembangan sektor infrstruktur
pun menjadi prioritas guna memaksimalkan potensi output yang dimiliki.
Insentif Fiskal Dan Investasi Industri
Pemberian insentif fiskal akan sangat bermanfaat bagi investor swasta
terutama pada saat membayar pajak. Hal tersebut dapat membuat pihak investor
melakukan ekspansi usaha dan berkontribusi terhadap pertumbuhan investasi di
Indonesia. Menurut Hassett dan Hubbard (2002) insentif pajak berpengaruh
terhadap investasi, dimana peningkatan cost of capital 1% akibat pajak membuat
investasi turun sekitar 0,5 % – 1 %. Sementara dalam penelitian Mintz and
Tarasov (2008), respon FDI akan meningkat 3 point GDP jika Marginal Effective
Taxes Rates (METRs) turun 10 %. Karenanya, pemerintah harus berupaya untuk
membuat keseimbangan antara penerimaan pajak yang agresif, namun tetap dalam
aturan yang benar sehingga diharapkan dapat mendorong investasi swasta masuk
ke Indonesia.
Beberapa cara yang dapat dilakukan pemerintah untuk memacu investasi
di bidang industri adalah sebagai berikut: Pertama, bagi investor asing yang ingin
menanamkan modal di Indonesia melalui FDI, pemberian tax holiday (fasilitas
pengurangan atau pembebasan PPH) dapat menjadi opsi guna menarik minat
investasi terutama kepada industri yang telah go public karena laporan
keuangannya transparan; Kedua, tax allowance diberikan terutama pada industri
yang berorientasi ekspor juga bagi industri yang melakukan riset dan
pengembangan (R&D); Ketiga, keringanan pajak dikawasan ekonomi khusus,
artinya setiap perusahaan yang masuk dalam kawasan ekonomi khusus berhak
mendapat fasilitas tax allowance ataupun tax holiday.
Selanjutnya, untuk membangun daya saing internasional diperlukan
instrumen kebijakan industri yang tepat. Dalam hal ini cluster industry. Cluster
industry adalah pengelompokan industri dengan satu core industry yang paling

berhubungan secara intensif dan membentuk partnership, baik dengan supporting
industry maupun dengan related industry, yang bertujuan untuk efisiensi dan

efektivitas produksi serta spesialisasi produksi pada suatu kawasan dan
Kebijakan Fiskal Dalam Memacu Pertumbuhan Sektor Industri dan Infrastruktur

14

mendorong terciptanya transformasi keunggulan komparatif menuju keunggulan
kompetitif.
Selain itu, pemerintah harus juga menyiapkan kebijakan pro industri
berbasis mikro. Industri mikro memiliki peranan penting selain industri – industri
besar. Salah satu kebijakan yang bisa dilakukan adalah memberikan subsidi secara
tepat sasar bagi para pengusaha industri mikro. Subsidi yang diberikan
disesuaikan berdasarkan basis usaha industri yang dijalankan, misalnya subsidi
alat – alat (equipment) penunjang industri. Menurut Hassett dan Hubbard (2002),
negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi tinggi adalah negara yang
berinvestasi lebih pada equipment. Diharapkan dengan adanya subsidi tersebut
industri – industri kecil mampu berkembang pesat.

Gambar 5. Hubungan insentif fiskal dengan Iklim Investasi
Sumber: Tax and Non-Tax Incentives and Investments: Evidence and Policy Implications (James, 2009)

Gambar di atas menunjukan bahwa insentif fiskal tidak memiliki dampak yang
baik selama iklim investasi pada suatu negara tidak mendukung. Iklim investasi
yang buruk misalnya, birokrasi yang berbelit, pungli, infrastrukur pendukung
kurang memadai, dan tidak terintegrasi. Maka, pemerintah harus memberikan
perhatian khusus pada kondisi iklim investasi (James, 2007).
Sebagai upaya untuk meningkatkan investasi di dalam negeri, pada awal tahun
2015 pemerintah meresmikan sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk memperbaiki birokrasi dan
Kebijakan Fiskal Dalam Memacu Pertumbuhan Sektor Industri dan Infrastruktur

15

mempermudah perizinan berusaha dan berinvestasi. Penerapan PTSP diharapkan
menjadi sebuah jawaban dari keluhan yang sering disampaikan oleh para calon
investor terkait dengan lamanya proses perizinan berinvestasi di Indonesia.
Selain mengandalkan investasi pihak swasta, investasi dari pemerintah masih
menjadi salah satu kontributor dalam pertumbuhan ekonomi, yaitu dengan
memanfaatkan tambahan alokasi belanja dalam APBN-P 2015 yang berasal dari
pengalihan subsidi energi. Salah satunya dilakukan melalui Penyertaan Modal
Negara (PMN) kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN), terutama yang
bergerak dalam sektor strategis seperti infrastruktur guna mendukung program
pembangunan.
Pengeluaran Pemerintah dan Infrastruktur
Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital
untuk mempercepat proses pembangunan nasional, mengingat gerak laju dan
pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak dapat dipisahkan dari ketersediaan
infrastruktur

seperti:

transportasi,

telekomunikasi,

sanitasi,

energi,

dan

sebagainya. Oleh karena itu, pembangunan sektor ini menjadi dasar dari
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan pada suatu negara.
Keadaan infrastruktur di Indonesia belum sepenuhnya layak untuk menjadi
penopang kegiatan industri yang mendukung pertumbuhan ekonomi ke arah yang
lebih baik. Konsekuensinya, produk ekonomi tidak terdistribusi secara merata dan
tidak sampai tepat waktu ke daerah tujuan. Potensi sumber daya yang dimiliki
tidak dapat dimanfaatkan dengan efektif dan efisien sehingga kesenjangan
antardaerah selalu terjadi. Alokasi dana APBN yang tidak tepat sasar menjadikan
penyerapan dan penggunaan dana menjadi tidak produktif. Alokasi APBN yang
terlalu membebankan kepada subsidi juga dapat menyebabkan Indonesia terjebak
didalam middle income trap.
Sebagai pendukung insentif fiskal pada sektor industri, sektor infrastruktur
memiliki peranan penting. Infrastruktur merupakan salah satu faktor yang terdapat
dalam kegiatan industri dan infrastruktur merupakan faktor penunjang dari

Kebijakan Fiskal Dalam Memacu Pertumbuhan Sektor Industri dan Infrastruktur

16

kegiatan industri tersebut. Jika kondisi infrastruktur suatu negara baik, maka para
investor pun akan lebih tertarik berinvestasi di negara tersebut. Selain itu,
kegiatan bisnis yang dijalankan juga berjalan lebih baik dan menguntungkan jika
kondisi infrastruktur lebih baik.
Infrastruktur yang memadai menjadikan kegiatan industri lebih efektif dan
produktif. Produk industri pun dapat terdistribusi secara merata dan lebih efisien.
Barang-barang komoditi dapat disalurkan ke daerah-daerah pelaku industri
dengan mudah dan tidak menimbulakan cost yang besar, ketimbang harus
mengimpornya dari luar negeri. Selain itu, pelaku industri dapat membuka
usahanya di daerah-daerah yang memiliki potensi sumber daya yang besar dan
menciptakan lapangan pekerjaan yang baru di tempat tersebut, dengan tujuan
peningkatan daya beli dan kesejahteraan rakyat. Hal itu merupakan dukungan
pendanaan untuk pembangunan infrastruktur yang memiliki dampak multiplier
bagi kegiatan ekonomi dan memperbesar peluang kegiatan ekonomi dari pihak
swasta.
Oleh karena itu, guna menunjang pertumbuhan sektor industri pemerintah
mengalokasikan dana melalui APBN untuk memacu pertumbuhan sektor tersebut
dan pemerintah mengarahkan kebijakan agar infrastruktur sebagai sektor utama
guna menunjang pertumbuhan ekonomi Indonesia. Jika dilihat pada gambar 6,
persentase anggaran untuk sektor infrastruktur dari tahun ke tahun selalu
meningkat.

200

Triliun Rp

150
100
50

86

145,5

155,9

2012

2013

177,9

189,7

2014

2015

114,2

0
2010

2011

Gambar. 6 total anggaran Infrastruktur pada APBN
Sumber: Direktorat Anggaran

Kebijakan Fiskal Dalam Memacu Pertumbuhan Sektor Industri dan Infrastruktur

17

Selain mengandalkan dana APBN untuk mengimbangi pertumbuhan
sektor industri dan untuk mempercepat pembangunan infrastruktur secara
keseluruhan, investasi swasta baik domestik maupun asing dapat dijadikan
partner dalam pengembangan infrastruktur. Salah satu cara yang dapat dilakukan

pemerintah, adalah kerjasama antara BUMN dan swasta dalam bentuk public
private partnership, rencana induk percepatan dan perluasan pembangunan

ekonomi Indonesia. Dengan demikian, tujuan APBN dapat dimaksimalkan untuk
belanja modal yaitu infrastruktur.
Investasi asing dalam rangka pembangunan infrastruktur seperti

kereta

cepat dan MRT, yang merupakan hasil kerjasama pemerintah Indonesia dan
Jepang, bermanfaat bagi para pelaku ekonomi dalam mendistribusikan produknya
secara merata. Selain itu pembangunan infrastruktur pendukung seperti jalan raya,
telekomunikasi, listrik, dan saluran air sangat membantu mempercepat kegiatan
ekonomi dan terdistribusinya produk ekonomi di Indonesia.
KESIMPULAN
Kebijakan fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh
pemerintah dalam pengelolaan keuangan negara untuk mengarahkan kondisi
perekonomian menjadi lebih baik. Tentu saja kebijakan fiskal ini berbasis pada
sumber-sumber penerimaan dan alokasi pengeluaran negara yang terbatas
sebagaimana tercantum dalam APBN. Adapun kebijakan fiskal sebagai sarana
menggalakkan pembangunan ekonomi bermaksud mencapai tujuan peningkatan
laju investasi dan pendistribusian hasil produksi yang merata. Kebijakan insentif
fiskal dinilai mampu menggenjot pertumbuhan investasi di Indonesia melalui
sektor industri. Tax holiday dan tax allowance merupakan salah satu bentuk
insentif fiskal yang mendorong pelaku usaha untuk berinvestasi di Indonesia.
Akan tetapi, disamping insentif fiskal yang diberikan pemerintah,
deregulasi dan iklim investasi merupakan faktor yang memengaruhi keinginan
investor untuk berinvestasi. Menurut beberapa penelitian sebelumnya insentif
fiskal tidak akan memengaruhi kesediaan investor untuk berinvestasi selama iklim
investasi pada suatu negara buruk. Maka, untuk menunjang terjadinya iklim
Kebijakan Fiskal Dalam Memacu Pertumbuhan Sektor Industri dan Infrastruktur

18

investasi yang baik, deregulasi peraturan harus dioptimalkan. Salah satunya
adalah penerapan PTSP.
Selain kebijakan insentif fiskal, infrastruktur pun menjadi faktor
pendukung dalam keberhasilan investasi di Indonesia. Infrastruktur yang memadai
mengundang investor untuk berani berinvestasi di Indonesia. Peningkatan
anggaran untuk pembangunan infrastruktur menjadi langkah produktif untuk
mencapai pertumbuhan ekonomi. Selain itu, kerjasama antara pemerintah dengan
BUMN dan pihak swasta, melalui penerapan kebijakan public private partnership
untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, adalah langkah tepat dalam
perencanaan pembangunan ekonomi.
Insentif fiskal berupa pengurangan pajak terhadap pelaku industri dan
peningkatan pelayanan infrastruktur melalui alokasi APBN, yang berfokus pada
belanja modal berupa infrastruktur, merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan dan mendongkrak investasi baik asing maupun domestik di
Indonesia. Oleh karena itu, kebijakan tersebut perlu dioptimalkan guna
meningkatkan investasi dan daya saing ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA
Hassett, Kevin, dan Hubbard, G. 2002. Tax Policy and Business Investment,In
Alan Auerbach and Martin Feldstein (eds.), Handbook of Public
Economics, Vol.III, 1293-1343. Amsterdam: North-Holland.
International Monetary Fund (IMF). 2015. World Economic Outlook. Washington
D.C: International Monetary Fund.
James,S. 2007, The Effect of Tax Rates on Declared Income: An

Analysis of

Indian Tax payer Response to Changes in Income Tax Rates. Ph.D. diss.,
Harvard University, Cambridge, Mass.

Kebijakan Fiskal Dalam Memacu Pertumbuhan Sektor Industri dan Infrastruktur

19

James, S. 2009. Incentives and Investments: Evidence and Policy Implications.
Washington D.C: The World Bank Group.
Mankiw, N. 2008. Principles of Economics. Australia: South-Western.
Muliani,S. Agustus,8 2007. Menkeu Tetapkan Tarif Bea Masuk Impor Barang.
Suara Pembaruan.
Nopirin. 1987. Ekonomi Moneter Buku II. Yogyakarta: BPFE-UGM
Nopirin. 2000. Pengantar Ilmu Makro dan Mikro. Yogyakarta:BPFE-UGM
Raman, A. 2009, Analisis Efektivitas Kebijakan Fiskal Dan Moneter Terhadap
Produk Domestik Bruto Indonesia, Tesis, Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
Satrowardoyo, S. September,4 1997. Tak Ada Diskriminasi Dalam Pemberian
Tax Holliday. Media Indonesia
Subiyantoro dan Heru. 2004. Kebijakan Fiskal Pemikiran, Konsep, dan
Implementasi. Jakarta: PT.Kompas Media Nusantara
Sukirno dan Sadono. 2006. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT.Raja
Grafindo Persada.
Sujai, M. 2011. Dampak Kebijakan Fiskal Dalam Upaya Stabilisasi Harga
Komoditas Pertanian. Analisis Kebijakan Pertanian, Vol .9 (4), 297-312.
http://www.anggaran.depkeu.go.id, Diunduh tanggal 14 dan 16 September 2015
http://www.bps.go.id, Diunduh tanggal 16 September 2015
http://www.nurmansyahjohan.blogspot.com, Diakses tanggal 22 September 2015

Kebijakan Fiskal Dalam Memacu Pertumbuhan Sektor Industri dan Infrastruktur

20

Kebijakan Fiskal Dalam Memacu Pertumbuhan Sektor Industri dan Infrastruktur

21