ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI ATRESIA ESO
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Atresia esophagus merupakan suatu kelainan congenital dimana esophagus tidak
terbentuk secara sempurna. Pada kebanyakan kasus, kelainan ini disertai dengan
terbentuknya hubungan antara esophagus dengan trakea yang disebut fistula
trakeaoesophageal (Tracheoesophageal Fistula/ TEP). Fistula trakeoesofageal (TEF) dan
esophagus atresia (EA) adalah darurat bedah, menyajikan selama pertama saat setelah
lahir. Thomas Gibson adalah yang pertama, yang di 1696 dijelaskan deskrips klinis dan
patologis yang akurat dari anomali yang paling umum, di mana EA dikaitkan dengan
TEF. Pada saat itu penyakit ini dianggap sebagai yang fatalkondisi, yang merupakan
tidak fatal lagi sekarang hari. Utama terobosan terjadi pada tahun 1941, ketika ahli bedah
Amerika Cameron Haight dicapai bertahan hidup dengan sukses anastomosing dua ujung
kerongkongan dan dengan demikian mengatasi obstruksi pada saluran gastro-intestinal.
Prematuritas merupakan hal umum dan lebih dari 50% penderita disertai dengan
beragai kelainan lain seperti penyakit jantung congenital, kelainan traktus urinarius dan
kelainan traktus gastrointestinal atresi esophagus ataupun fistula trakeoesofageal
ditangani dengan tindakan bedah. Diagnosis ini harus diperhatikan pada setiap neonatus
yang mengeluakan banyak mucus dan saliva, dengan atau tanpa tanda-tanda gangguan
pernapasan.
Atresia esophagus (AE) merupakan kelainan congenital yang ditandai dengan tindak
menyambungnya esophagus bagian proksimal dengan esophagus bagian distal. AE dapat
terjadi bersama fistula trakeoesofagus (FTE), yaitu kelainan congenital dimana terjadi
persambungan abnormal antara esophagus dengan trakea.
Atresia Esophagus (AE) merupakan kelaianan kongenital yang cukup sering dengan
insidensi rata-rata sekitar 1 setiap 2500 hingga 3000 kelahiran hidup.1 Insidensi AE di
Amerika Serikat 1 kasus setiap 3000 kelahiran hidup. Di dunia, insidensi bervariasi dari
0,4 – 3,6 per 10.000 kelahiran hidup.2 Insidensi tertinggi terdapat di Finlandia yaitu 1
kasus dalam 2500 kelahiran hidup.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa definisi dari Esophageal atresia ?
b. Apa epidemologi Esophageal atresia?
c. Apakah etiologi dari Esophageal atresia?
d. Apa saja klasifikasi Esophageal atresia?
e. Apakah Manifestasi klinis Esophageal atresia?
f. Apa diagnosis dari Esophageal atresia?
g. Apa komplikasi dari Esophageal atresia?
h. Apa patofisiologi Esophageal atresia?
i. Apa saja penatalaksanaan Esophageal atresia?
j. Apakah pengobatan untuk Esophageal atresia?
k. Bagaimana Web of Caution Esophageal atresia?
l. Bagaimana Asuhan keperawatan Esophageal atresia?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi dari Esophageal atresia
b. Untuk mengetahui epidemologi Esophageal atresia
c. Untuk mengetahui etiologi dari Esophageal atresia
d. Untuk mengetahui klasifikasi Esophageal atresia
e. Untuk mengetahui Manifestasi klinis Esophageal atresia
f. Untuk mengetahui diagnosis dari Esophageal atresia
g. Untuk mengetahui komplikasi dari Esophageal atresia
h. Untuk mengetahui patofisiologi Esophageal atresia
i. Untuk mengetahui penatalaksanaan Esophageal atresia
j. Untuk mengetahui pengobatan untuk Esophageal atresia
k. Untuk mengetahui Web of Caution Esophageal atresia
l. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan Esophageal atresia
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definsi Esophageal Atrhisia/ Atrisia Esofagus
Atresia berarti buntu, atresia esofagus adalah suatu keadaan tidak adanya lubang
atau muara (buntu), pada esofagus. Pada sebagian besar kasus atresia esofagus ujung
esofagus buntu, sedangkan pada ¼ -1/3 kasus lainnya esophagus bagian bawah
berhubungan dengan trakea setinggi karina (disebut sebagai atresia esophagus dengan
fistula). Atresia esophagus adalah malformasi yang disebabkan oleh kegagalan esophagus
untuk mengadakan pasase yang kontinyu. Esophagus mungkin saja membentuk
sambungan dengan trachea (fistula trakheaesofagus).(Wong, Donna L. 2003: 512)
Kelainan lumen esophagus ini biasanya disertai dengan fistula trakeoesofagus.
Atresia esofagaus sering disertai kelainan bawaan lain, seperti kelainan jantung, kelainan
gastroin testinal (atresia duodeni atresiasani), kelainan tulang (hemivertebrata).
Atresia esofagus adalah malpormasi yang disebabkan oleh kegagalan esofagus
untuk mengadakan pasase yang kontinu : esophagus mungkin saja atau mungkin juga
tidak membentuk sambungan dengan trakea ( fistula trakeoesopagus) atau atresia
esophagus adalah kegagalan esophagus untuk membentuk saluran kotinu dari faring ke
lambung selama perkembangan embrionik adapun pengertian lain yaitu bila sebuah
segmen esofagus mengalami gangguan dalam pertumbuhan nya (congenital) dan tetap
sebagai bagian tipis tanpa lubang saluran.
Fistula trakeo esophagus adalah hubungan abnormal antara trakeo dan esofagus.
Dua kondisi ini biasanya terjadi bersamaan, dan mungkin disertai oleh anomaly lain
seperti penyakit jantung congenital. Untuk alasan yang tidak diketahui esophagus dan
trakea gagal untuk berdeferensiasi dengan tepat selama gestasi pada minggu keempat dan
kelima. Atresia Esofagus termasuk kelompok kelainan kongenital terdiri dari gangguan
kontuinitas esofagus dengan atau tanpa hubungan persisten dengan trachea.
2.2 Epidemiologi Atresia Esophagus
insiden dari Atresia Esofagus berkisar 1:3000-4500 dari kelahiran hidup, angka
ini makin lama makin menurun dengan sebab yang belum diketahui. Atresia Esofagus 23 kali lebih sering pada janin yang kembar. Kecenderungan peningkatan jumlah kasus
atresia esophagus tidak berhubungan dengan ras tertentu. Namun dari suatu penelitian
didapatkan bahwa insiden atresia esophagus paling tinggi ditemukan pada populasi kulit
putih (1 kasus per10.000 kelahiran) dibanding dengan populasi non-kulit putih (0,55
kasus per 10.000 kelahiran).
Jenis kelamin laki-laki memiliki resiko yang lebih tinggi dibandingkan pada
perempuan untuk mendapatkan kelainan atresia esophagus. Rasio kemungkinan untuk
mendapatkan kelainan esophagus antara laki-laki dan perempuan adalah sebesar 1,26:1.
Atresia esophagus dan fistula trakeoesofagus adalah kelainan kongenital pada neonatus
yang dapat didiagnosis pada waktu-waktu awal kehidupan. Beberapa penelitian
menemukan insiden atresia esophagus lebih tinggi pada ibu yang usianya lebih muda dari
19 tahun dan usianya lebih tua dari 30 tahun, dimana beberapa penelitian lainnya juga
mengemukakan peningkatan resiko atresia esophagus terhadap peningkatan umur ibu.
2.3 Etiologi Atresia Esophagus
Sampai saat ini belum diketahui zat teratogen apa yang bisa menyebabkan
terjadinya kelainan atresia esophagus, hanya dilaporkan angka rekuren sekitar 2 % jika
salah satu dari saudara kandung yang terkena. Atresia esophagus lebih berhubungan
dengan sindroma trisomi 21,13 dan 18 dengan dugaan penyebab genetik. Namun saat ini,
teori tentang terjadinya atresia esophagus menurut sebagian besar ahli tidak lagi
berhubungan dengan kelainan genetik. Perdebatan tentang proses embriopatologi masih
terus berlanjut.
Selama embryogenesis proses elongasi dan pemisahan trakea dan esophagus
dapat terganggu. Jika pemisahan trekeoesofageal tidak lengkap maka fistula
trakeoesofagus akan terbentuk. Jika elongasi melebihi proliferasi sel sebelumnya, yaitu
sel bagian depan dan belakang maka trakea akan membentuk atresia esophagus.
Atresia esophagus dan fistula trakeoesofagus sering ditemukan ketika bayi
memiliki kelainan kelahiran seperti :
Trisomi
Gangguan saluran pencernaan lain (seperti hernia diafragmatika, atresia
duodenal, dan anus imperforata).
Gangguan jantung (seperti ventricular septal defect, tetralogifallot, dan patent
ductus arteriosus).
Gangguan ginjal dan saluran kencing (seperti ginjal polisistik atau horseshoe
kidney, tidak adanya ginjal,dan hipospadia).
Gangguan Muskuloskeletal
Sindrom
VACTERL
(yang
termasuk
vertebr,
anus,
candiac,
tracheosofagealfistula, ginjal, dan abnormalitas saluran getah bening).
Lebih dari setengah bayi dengan fistula atau atresia esophagus memiliki
kelainan lahir
Atresia Esophagus dapat disebababkan oleh beberapa hal, diantaranya sebagai berikut :
Faktor obat => Salah satu obat yang dapat menimbulkan kelainan kongenital
yaitu thali domine .
Faktor radiasi => Radiasi pada permulaan kehamilan mungkin dapat
menimbulkan kelainan kongenital pada janin yang dapat menimbulkan mutasi
pada gen
Faktor gizi
Deferensasi usus depan yang tidak sempurna dan memisahkan dari masing –
masing menjadi esopagus dan trachea.
Perkembangan sel endoteal yang lengkap sehingga menyebabkan terjadinya
atresia.
Perlengkapan dinding lateral usus depan yang tidak sempurna sehingga terjadi
fistula trachea esophagus
Tumor esophagus.
Kehamilan dengan hidramnion
Bayi lahir prematur,
Tapi tidak semua bayi yang lahir premature mengalami penyakit ini. Dan ada
alasan yang tidak diketahui mengapa esefagus dan trakea gagal untuk berdiferensiasi
dengan tepat selama gestasi pada minggu ke empat dan ke lima.
2.4 Klasifikasi Atresia Esophagus
Terdapat variasi dalam atresia esofagus berdasar klasifikasi anatomi. Menurut Gross
of Boston, variasi atresia esofagus beserta frekuensinya adalah sebagai berikut:1
Tipe A – atresia esofagus tanpa fistula atau atresia esofagus murni (10%)
Tipe B – atresia esofagus dengan TEF proksimal ( Pembedahan ulang adalah terapi untuk
keadaan seperti ini.
d) Disfagia atau kesulitan menelan => Disfagia adalah tertahannya makanan pada
tempat esophagus yang diperbaiki. Keadaan ini dapat diatasi dengan menelan air
untuk tertelannya makanan dan mencegah terjadinya ulkus.
e) Kesulitan bernafas dan tersedak => Komplikasi ini berhubungan dengan proses
menelan makanan, tertaannya makanan dan saspirasi makanan ke dalam trakea.
f) Batuk kronis => Batuk merupakan gejala yang umum setelah operasi perbaikan
atresia esophagus, hal ini disebabkan kelemahan dari trakea.
g) Meningkatnya infeksi saluran pernafasan => Pencegahan keadaan ini adalah dengan
mencegah kontakk dengan orang yang menderita flu, dan meningkatkan daya tahan
tubuh dengan mengkonsumsi vitamin dan suplemen.
2.8 Patofisiologi Atresia Esophagus
Biasanya Trakea dan Kerongkongan sepenuhnya lumen terpisah dengan ada
hubungan antara mereka. Oleh karena itu, anak dapat makan dengan baik tanpa
pernapasan apapun distress dan masalah dalam makan
Janin dengan atresia esofagus tidak dapat menelan cairan amnion dengan efektif.
Pada janin dengan atresa esofagus dan TEF distal, cairan amnion akan mengalir menuju
trakea, ke fistula kemudian menuju usus. Akibat dari hal ini dapat terjadi polihidramnion.
Polihidramnion sendiri dapat menyebabkan kelahiran prematur. Janin seharusnya dapat
memanfaatkan cairan amnion, sehingga janin dengan atresia esofagus lebih kecil
daripada usia gestasinya.
Neonatus dengan atresia esofagus tidak dapat menelan dan menghasilkan banyak
air liur. Pneumonia aspirasi dapat terjadi bila terjadi aspirasi susu, atau liur. Apabila
terdapat TEF distal, paru-paru dapat terpapar asam lambung. Udara dari trakea juga dapat
mengalir ke bawah fistula ketika bayi menangis, atau menerima ventilasi. Hal ini dapat
menyebabkan perforasi gaster akut yang seringkali mematikan. Penelitian mengenai
manipulasi manometrik esofagus menunjukkan esofagus distal seringkali dismotil,
dengan peristaltik yang jelek atau anpa peristaltik. Hal ini akan menimbulkan berbagai
derajat disfagia setelah manipulasi yang berkelanjutan menuju refluks esofagus.
Trakea juga terpengaruh oleh gangguan embriogenesis pada atresia esofagus.
Membran trakea seringkali melebar dengan bentuk D, bukan C seperti biasa. Perubahan
ini menyebabkan kelemahan sekunder ada struktur anteroposterior trakea atau
trakeomalacia. Kelemahan ini akan menyebabkan gejala batuk kering dan dapat terjadi
kolaps parsial pada eksirasi penuh. Sekret sulit untuk dibersihkan dan dapat menjurus ke
pnemona berulang. Trakea juga dapat kolaps secara parsial ketika makan, setelah
manipulasi, atau ketika terjadi refluks gastroesofagus; yang daat menjurus ke kegagalan
nafas; hipoksia, bakan apnea.
Menurut Price, Sylvia A. 2005. Atresia esophagus merupakan penyakit pada bayi
baru lahir dan merupakan kelainan bawaan. Resiko tinggi terhadap atresia esophagus
yaitu bayi baru lahir secara premature dan menangis terus disertai batuk-batuk sampai
adanya sianosis. Malformasi struktur trakhea menyebabkan bayi mengalami kesulitan
dalam menelan serta bayi dapat mengalami aspirasi berat apabila dalam pemberian
makan tidak diperhatikan.
Pada perkembangan jaringan,terjadi gangguan pemisahan antara trakhea dan
esopagus pada minggu ke 4 sampai minggu ke 6 kehidupan embryonal. Resiko tinggi
dapat terjadi pada ibu hamil dengan hidramnion yaitu amniosentesis harus dicurigai. Bayi
dengan hipersalivasi ; berbuih, sulit bernafas, batuk dan sianosis. Tindakan
pembedahannya segera dilakukan pembedahan torakotomi kanan retro pleural.
2.9 Penatalaksanaan pada Atresia Esophagus
A. Tindakan Sebelum Operasi
Atresia esophagus ditangani dengan tindakan bedah. Persiapan operasi untuk bayi
baru lahir mulai umur 1 hari antara lain :
a.Cairan intravena mengandung glukosa untuk kebutuhan nutrisi bayi.
b.
Pemberian antibiotic broad-spectrum secara intra vena.
c.Suhu bayi dijaga agar selalu hangat dengan menggunakan incubator, spine dengan
posisi fowler, kepala diangkat sekitar 45o.
d.
NGT dimasukkan secara oral dan dilakukan suction rutin.
e.Monitor vital signs.
Pada bayi premature dengan kesulitan benapas, diperlukan perhatian khusus. Jelas
diperlukan pemasangan endotracheal tube dan ventilator mekanik. Sebagai tambahan, ada
resiko terjadinya distensi berlebihan ataupun rupture lambung apabila udara respirasi
masuk kedalam lambung melalui fistula karena adanya resistensi pulmonal. Keadaan ini
dapat diminimalisasi dengan memasukkan ujung endotracheal tube sampai kepintu
masuk fistula dan dengan memberikan ventilasi dengan tekanan rendah.
Echochardiography atau pemerikksaan EKG pada bayi dengan atresia esophagus
penting untuk dilakukan agar segera dapat mengetahui apabila terdapat adanya kelainan
kardiovaskular yang memerlukan penanganan segera.
B.
Tindakan Selama Operasi
Pada umumnya operasi perbaikan atresia esophagus tidak dianggap sebagai hal
yang darurat. Tetapi satu pengecualian ialah bila bayi premature dengan gangguan
respiratorik yang memerlukan dukungan ventilatorik. Udara pernapasan yang keluar
melalui distal fistula akan menimbulkan distensi lambung yang akan mengganggu fungsi
pernapasan. Distensi lambung yang terus-menerus kemudian bisa menyebabkan rupture
dari lambung sehingga mengakibatkan tension pneumoperitoneum yang akan lebih lagi
memperberat fungsi pernapasan.
Pada keadaan diatas, maka tindakan pilihan yang dianjurkan ialah dengan
melakukan ligasi terhadap fistula trakeaesofageal dan menunda tindakan thoratocomi
sampai masalah gangguan respiratorik pada bayi benar-benar teratasi. Targetnya ialah
operasi dilakukan 8-10 hari kemuudian untuk memisahkan fistula dari memperbaiki
esophagus. Pada prinsipnya tindakan operasi dilakukan untuk memperbaiki abnormalitas
anatomi.
Operasi dilaksanakan dalam general endotracheal anesthesia dengan akses
vaskuler yang baik dan menggunakan ventilator dengan tekanan yang cukup sehingga
tidak menybabkan distensi lambung. Bronkoskopi pra-operatif berguuna untuk
mengidentifikasi dan mengetahui lokasi fistula.
Posisi bayi ditidurkan pada sisi kiri dengan tangan kanan diangkat di depan dada
untuk dilaksanakan right posterolateral thoracotomy. Pada H-fistula, operasi dilakukan
melalui leher karena hanya memisahkan fistula tanpa memperbaiiki esophagus.
esophagus.
Operasi dilaksanakan thoracotomy, dimana fistula ditutup dengan cara diikat dan
dijahit kemudian dibuat anastomisis esophageal antara kedua ujung proximal dan distal
dan esophagus.
Pada atresia esofagus dengan fistula trakeoesofageal, hamppir selalu jarak antara
esofagus proksimal dan distal dapat disambung langsung ini disebut dengan primary
repairyaitu apabila jarak kedua ujung esofagus dibawah 2 ruas vertebra. Bila jaraknya 3,6
ruas vertebra, dilakukan delaved primary repair. Operasi ditunda paling lama 12 minggu,
sambil dilakukan cuction rutin dan pemberian makanan melalui gstrostomy, maka jarak
kedua ujung esofagus akan menyempit kemudian dilakukan primary repair. Apabiila
jarak kedua ujung esofagus lebih dari 6 ruas vertebra, maka dijoba dilakukan tindakan
diatas, apabila tidak bisa juga makaesofagus disambung dengan menggunakan sebagai
kolon.
C.
Tindakan Setelah Operasi
Pasca Operasi pasien diventilasi selama 5 hari. Suction harus dilakukan secara
rutin. Selang kateter untuk suction harus ditandai agar tidak masuk terlalu dalam dan
mengenai bekas operasi tempat anastomisis agar tidak menimbulkan kerusakan. Setelah
hari ke-3 bisa dimasukkan NGT untuk pemberian makanan.
Pemberian minum baik oral/enteral merupakan kontra indikasi mutlak untuk bayi
ini. Bayi sebaiknya ditidurkan dengan posisi “prone”/ telungkup, dengan posisi kepala
30o lebih tinggi. Dilakukan pengisapan lendir secara berkala, sebaiknya dipasang sonde
nasogastrik untuk mengosongkan the blind-end pouch. Bila perlu bayi diberikan dot agar
tidak gelisah atau menangis berkepanjangan.
2.10 Pengobatan pada Atresia Esophagus
Penderita atresia esophagus seharusnya ditengkurapkan untuk mengurangi
kemungkinan isi lambung masuk ke dalam paru-paru. Kantong esophagus harus secara
teratur dikosongkan dengan pompa untuk mencegah aspirasi sekret. Perhatian yang
cermat harus diberikan terhadap pengendalian suhu, fungsi respirasi dan pengelolaan
anomaly penyerta kadang-kadang, kondisi penderita mengharuskan operasi tersebut
dilakukan secara bertahap:
Tahap pertama biasanya adalah pengikatan fistula dan pemasukan pipa gastrotomi
untuk memasukkan makanan,
Tahap kedua adalah anastomosis primer, makanan lewat mulut biasanya dapat
diterima. Esofagografi pada hari ke 10 akan menolong menilai keberhasilan anastomosis.
Malformasi struktur trakhea sering ditemukan pada penderita atresia dan fistula
esophagus. Trakeomalasia, pneumonia aspirasi berulang, dan penyakit saluran nafas
reaktif sering ditemukan. Perkembangan trakheanya normal jika ada fistula, stenosis
esophagus dan refluks gastroesofagus berat lebih sering pada penderita ini.
2.11 WOC Atresia Esophagus
Kelainan Bawaan
Atresia Esofagus
Faktor lain : -
Kerongkongan Buntu
-
Udara mengalir
ke fistula
MK :
Ansieta
s
Kesulitan menelan
MK :
Ganggu
an
Menela
Gaster perforasi akut
Reflux gastrofageal
nafas
Perut kembung
membuncit
Factor gen
Defisiensi vitamin
Obat-obatan
Alcohol
Paparan virus
Bahan kimia
Mengeluarkan air liur
Pneumonia aspirasi
Pneumonia berulang
Batuk, sesak
Anoreksia
Kegagalan nafas
Sianosis
MK :
Ketidakefektifan
pola nafas
MK :
MK :
Ketidakseimba
ngan nutrisi
kurang dari
kebutuhan
- Ketidakefektifan pola
nafas
- Ketidakefetifan
bersihan jalan nafas
ASUHAN KEPERAWATAN ATRESIA ESOFAGUS
I.
Pengkajian
Asuhan keperawatan yang diberikan pada bayi baru lahir adalah berdasarkan tahapantahapan pada proses keperawatan. tahap pengkajian merupakan tahap awal, disini perawat
mengumpulkan semua imformasi
baik dari klien dengan cara observasi dan dari
keluarganya. Lakukan penkajian bayi baru lahir.observasi manipestasi atresia esophagus dan
fistula. Traekeoesofagus, saliva berlebihan, tersedat, sianosis, apneu.
1. Lakukan pengkajian pada bayi baru lahir
Saliva berlebihan dan mengiler
Tersedak
Sianosis
Apnea
Peningkatan distres pernapasan setelah makan
Distensi abdomen
2. Observasi, Manifestasi atresia esofagus
3. Bantu dengan prosedur diagnostik misalnya : Radiografi dada dan abdomen, kateter
dengan perlahan dimasukkan kedalam esofagus yang membentuk tahanan bila lumen
tersebut tersumbat.
4. Pantau dengan sering tanda-tanda distres pernapasan
5. Laringospasme yang disebabkan oleh aspirasi saliva yang terakumulasi dalam kantung
buntu
II.
Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan lubang abnormal antara
esophagus dan trakea atau obstruksi untuk menelan sekresi.
b. Ansietas berhubungan dengan kesulitan menelan, dan ketidaknyamanan
c. Gangguan menelan berhubungan dengan obstruksi mekanis
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang darikebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
III.
N
INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI
Diagnosa Keperawtan
Tujuan dan
O
1
Intervensi
Kriteria Hasil
Bersihan jalan napas tidak NOC
efektif berhubungan dengan
lubang
abnormal
antara
esophagus dan trakea atau
obstruksi
sekresi.
untuk
menelan
NIC
Respiratory
status:
ventilation
Respiratory
status:
airway patency
Pastikan
kebutuhan
Mendemonstrasika
n bentuk efektif dan
suara nafas yang
tidak
ada
sianosis
dan
dyspnea
(mampu
mengeluarkan
sputum,
mampu
bernafas
dengan
mudah , tidak ada
suctioning
sesudah suctioning
Informasikan
Menunjukkan jalan
dan
Minta klien nafas dalam sebelum
suction dilakukan
Berikan O2 dengan menggubakan
nasal untuk memfasilitasi suction
nasotrakeal
Monitor status oksigen pasien
Ajarkan keluarga bagaimana cara
Hentikan
suksion
yang
oksigen
paten(klien
tidak
menunjukkan
tercekik,
dan
apabila
berikan
pasien
bradikardi,
peningkatan saturasi O2,dll.
Airway Management
frekuensi
rentang
klien
keluarga rentang suction
nafas
pernafasan
pada
melakukan suksion
pursed lips)
merasa
oral/tracheal
Auskultasi suara nafas sebelum dan
Kriteria hasil:
bersih,
Airway suction
dalam
normal,
Buka jalan nafas,gunakan teknik
chin lift atau jaw thrust bila perlu
tidak
ada
suara
nafas abnormal)
Posisikan
pasien
memaksimalkan ventilasi
Mampu
Identifikasi
mengidentifikasi
dan
untuk
mencegah
pasien
perlunya
pemasangan alat jalan nafas buatan
Pasang mayo bila perlu
factor yang dapat
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
menghambat jalan
Keluarkan secret dengan batuk atau
nafas
suction
Auskultasi suara nafas, catat adanya
suara tambahan
Lakukan suction pada mayo
Berikan bronkodilator bila perlu
Berikan
pelembab
udara
kassa
basah NaCl lembab
Atur
intake
untuk
cairan
mengoptimalkan keseimbangan
2
e. Ansietas
NOC
berhubungan
dengan kesulitan
menelan,
dan
ketidaknyamana
n
Monitor respirasi dan status O2
NIC
Anxiety self control
Gunakan
Anxiety level
Nyatakan
mampu
mengidentifikasi pasien
dan
mengungkapkan
jelas
harapan
terhadap pelaku pasien
Jelaskan semua prosedur dan apa yang
dirasakan selama prosedur
situasi stree
Mengidentifikasi,
mengungkapkan
menunjukkan
cemas
dengan
Pahami prespektif pasien terhadap
gejala cemas
untuk
yang
menenangkan pasien
Kriteria Hasil
Klien
pendekatan
dan
teknik
mengontrol
Temani pasien untuk memberikan
kenyamanan dan megurangi takut
Vital sign dalam batas
normal
Postur tubuh, ekspresi
wajah,
dan
bahasa
tingkat
tubuh
aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
3
Gangguan
berhubungan
obstruksi mekanis
kecemasan
menelan NOC
dengan
Pencegahan aspirasi
Ketidakefektifan
NIC
Aspiration Precautions
polamenyusui
Statusmenelan:
Memantau tingkat kesadaran, reflex
tindakan pribadi untuk
batuk,
mencegah pengeluaran
kemampuan menelan
cairan
dan
partikel
padat kedalam paru
Status menelan: fase
esophagus: penyaluran
cairan
atau
partikel
padat dari faring ke
lambung
oral:
persiapan,
penahanan,dan
pergerakan cairan atau
partikel padat kearah
posterior dimulut
Status menelan: fase
cairan
muntah,
dan
Memonitor status paru
Menjaga/mempertahanakan
jalan
nafas
Posisi tegak 90 derajat atau sejauh
mungkin
Jauhkan manset trake meningkat
Jauhkan pengaturan hisap yang
Status menelan: fase
faring:
reflex
penyaluran
dan
partikel
tersedia
Menyuapkan
makanan
dalam
jumlah kecil
Periksa penempatan tabung NG
atau gastrotomy sebelum menyusui
Periksa tabung NG atau gastrotomy
sisa sebelum makan
Hindari makan, jika residu tinggi
tempat “pewarna” dalam tabung
padat dari mulut ke
esophagus
pengisi NG
Hindari cairan atau menggunakan
Kriteria Hasil:
zat pengental
Dapat
Penawaran makanan atau cairan
mempertahankan
dapat
makanan
sebelum menelan
didalam
mulut
menjadi
bolus
Potong makanan menjadi potongan
Kemampuan
kecil
menelan adekuat
Pengiriman bolus ke
hipofaring
selaras
dengan
reflex
menelan
untuk
mengosongkan
mujarab
Istirahat atau menghancurkan pil
sebelum pemberian
mualdan muntah
Imobilitas
menit
stelah
patologi berkonsultasi
Sarankan barium menelan kue atau
video fluoroskopi
konsekuensi:
fisiologis
Pengetahuan tentang
prosedur pengobatan
Tidak ada kerusakan
tenggorokan
wajah,
menelan,
menggerakkan lidah,
atau reflex muntah
Pemulihan
30-45
Sarankan pidato/berbicara sesuai
Mampu mengontrol
otot
ditinggikan
makan
rongga mulut
otot
Permintaaan obat dalam bentuk
Jauhkan kepala tempat tidur atau
Kemampuan
atau
dibentuk
pasca
prosedur pengobatan
Kondisi pernafasan,
ventilasi adekuat
Mampu
melkaukan
perawatan
non
terhadap
pengobatan
parenteral
Mengidentifikasi
factor
emosi
atau
psikologis
yang
menghambat
menelan
Dapat mentolerasnsi
ingesti
makanan
tanpa tersedak atau
aspirasi
Menyusui adekuat
Kondisi
menelan
bayi
Memelihara kondisi
gizi: makanan dan
asupan
cairan
ibu
dan bayi
Hidrasi
tidak
ditemukan
Pengetahui mengenai
cara menyusui
Kondisi
pernafasan
adekuat
Tidak
terjadi
gangguan neurologis
4
Ketidakseimbangan
nutrisi NOC
NIC
kurang darikebutuhan tubuh
berhubungan
anoreksia
dengan
Nutritional status: food Nutrition Management
and fluid
Kaji adanya alergi mnakanan
Intake
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Nutritional
status:
nutrient intake
yang dibutuhkan pasien
Weight control
Anjurkan pasien untukmeningkatkan
Kriteria hasil:
Adanya
berat
menentukan jumlah kaloriu dan nutrisi
intake Fe
peningkatan
badan
sesuai
dengantujuan
Anjurkan pasien untuk meningkatkan
intake protein dan vitamin
Berikan substansi gula
Berat badan ideal sesuai
dengan tinggin badan
Mampu
Yakinkan
mengandung
diet
yang
serat
dimakan
untukmecegah
konstipasi
mengidentifikasi
Brikan makanan yang terpilih(sudah
kebutuhan nutrisi
Tidak ada tanda-tanda
malnutrisi
konsultasi dengan ahli gizi)
Ajarkan pasien bagaiaman membuat
catatan makanan harian
Menunjukkan
peningkatan
fungsi
pengecapan
dan
menelan
Tidak terjadi penurunan
berat badan yang berarti
Monitor jumlah nutrisi dankandungan
kalori
Berikan informasi tentang kebutuyhan
nutrisi
Kaji
kemampuanpasien
untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
BB pasien dalam batas normal
Monitor adanya penurunan BB
Monitor tipe dan jumlah aktivitas
yangbiasa dilakukan
Monitor interaksi anak atau orang
tua selama makan
Monitor lingkungan selama makan
Jadwalkan
pengobatan
dan
tindakan tidak selama jam makan
Monitor kulit kering danperubahan
pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekringan,rambut kusam
dan mudah patah
Monitor mual dan muntah
Monitor
kadar
albumin,total
protein,HB, Dan kadar Ht
Monitor
pertumbuhan
danperkembangan
Monitor
pucat,kemerahan,dan
kekeringan jaringan konjungtiva
Monitor kalori danintake nmutrisi
Catat
adanya
edema,hiperemik,hipertonik,papill
a lidah, dan cavitas oral
Catat
bila
berwarnamagenta,scarlet
IV.
EVALUASI
Pada tahap ini perawat mengkaji kembali hal-hal pernah dilakukan, berdasarkan pada kriteria
hasil yang telah ditetapkan. Apabila terdapat masalah–masalah klien yang belum teratasi,
perawat hendaknya mengkaji kembali hal–hal yang berkenaan dengan masalah tersebut dan
kembali melakukan intrvensi keperawatan.
lidah
Sebaliknya bila masalah klien telah teratasi maka perlu dilakukan pengawasan dan pengontrolan
yang teratur untuk mencegah timbulnya serangan atau gejala – gejala yang memicu terjadinya
serangan
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Atresia esophagus merupakan suatu kelainan congenital dimana esophagus tidak
terbentuk secara sempurna. Pada kebanyakan kasus, kelainan ini disertai dengan
terbentuknya hubungan antara esophagus dengan trakea yang disebut fistula
trakeaoesophageal (Tracheoesophageal Fistula/ TEP). Fistula trakeoesofageal (TEF) dan
esophagus atresia (EA) adalah darurat bedah, menyajikan selama pertama saat setelah
lahir. Thomas Gibson adalah yang pertama, yang di 1696 dijelaskan deskrips klinis dan
patologis yang akurat dari anomali yang paling umum, di mana EA dikaitkan dengan
TEF. Pada saat itu penyakit ini dianggap sebagai yang fatalkondisi, yang merupakan
tidak fatal lagi sekarang hari. Utama terobosan terjadi pada tahun 1941, ketika ahli bedah
Amerika Cameron Haight dicapai bertahan hidup dengan sukses anastomosing dua ujung
kerongkongan dan dengan demikian mengatasi obstruksi pada saluran gastro-intestinal.
Prematuritas merupakan hal umum dan lebih dari 50% penderita disertai dengan
beragai kelainan lain seperti penyakit jantung congenital, kelainan traktus urinarius dan
kelainan traktus gastrointestinal atresi esophagus ataupun fistula trakeoesofageal
ditangani dengan tindakan bedah. Diagnosis ini harus diperhatikan pada setiap neonatus
yang mengeluakan banyak mucus dan saliva, dengan atau tanpa tanda-tanda gangguan
pernapasan.
Atresia esophagus (AE) merupakan kelainan congenital yang ditandai dengan tindak
menyambungnya esophagus bagian proksimal dengan esophagus bagian distal. AE dapat
terjadi bersama fistula trakeoesofagus (FTE), yaitu kelainan congenital dimana terjadi
persambungan abnormal antara esophagus dengan trakea.
Atresia Esophagus (AE) merupakan kelaianan kongenital yang cukup sering dengan
insidensi rata-rata sekitar 1 setiap 2500 hingga 3000 kelahiran hidup.1 Insidensi AE di
Amerika Serikat 1 kasus setiap 3000 kelahiran hidup. Di dunia, insidensi bervariasi dari
0,4 – 3,6 per 10.000 kelahiran hidup.2 Insidensi tertinggi terdapat di Finlandia yaitu 1
kasus dalam 2500 kelahiran hidup.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa definisi dari Esophageal atresia ?
b. Apa epidemologi Esophageal atresia?
c. Apakah etiologi dari Esophageal atresia?
d. Apa saja klasifikasi Esophageal atresia?
e. Apakah Manifestasi klinis Esophageal atresia?
f. Apa diagnosis dari Esophageal atresia?
g. Apa komplikasi dari Esophageal atresia?
h. Apa patofisiologi Esophageal atresia?
i. Apa saja penatalaksanaan Esophageal atresia?
j. Apakah pengobatan untuk Esophageal atresia?
k. Bagaimana Web of Caution Esophageal atresia?
l. Bagaimana Asuhan keperawatan Esophageal atresia?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi dari Esophageal atresia
b. Untuk mengetahui epidemologi Esophageal atresia
c. Untuk mengetahui etiologi dari Esophageal atresia
d. Untuk mengetahui klasifikasi Esophageal atresia
e. Untuk mengetahui Manifestasi klinis Esophageal atresia
f. Untuk mengetahui diagnosis dari Esophageal atresia
g. Untuk mengetahui komplikasi dari Esophageal atresia
h. Untuk mengetahui patofisiologi Esophageal atresia
i. Untuk mengetahui penatalaksanaan Esophageal atresia
j. Untuk mengetahui pengobatan untuk Esophageal atresia
k. Untuk mengetahui Web of Caution Esophageal atresia
l. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan Esophageal atresia
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definsi Esophageal Atrhisia/ Atrisia Esofagus
Atresia berarti buntu, atresia esofagus adalah suatu keadaan tidak adanya lubang
atau muara (buntu), pada esofagus. Pada sebagian besar kasus atresia esofagus ujung
esofagus buntu, sedangkan pada ¼ -1/3 kasus lainnya esophagus bagian bawah
berhubungan dengan trakea setinggi karina (disebut sebagai atresia esophagus dengan
fistula). Atresia esophagus adalah malformasi yang disebabkan oleh kegagalan esophagus
untuk mengadakan pasase yang kontinyu. Esophagus mungkin saja membentuk
sambungan dengan trachea (fistula trakheaesofagus).(Wong, Donna L. 2003: 512)
Kelainan lumen esophagus ini biasanya disertai dengan fistula trakeoesofagus.
Atresia esofagaus sering disertai kelainan bawaan lain, seperti kelainan jantung, kelainan
gastroin testinal (atresia duodeni atresiasani), kelainan tulang (hemivertebrata).
Atresia esofagus adalah malpormasi yang disebabkan oleh kegagalan esofagus
untuk mengadakan pasase yang kontinu : esophagus mungkin saja atau mungkin juga
tidak membentuk sambungan dengan trakea ( fistula trakeoesopagus) atau atresia
esophagus adalah kegagalan esophagus untuk membentuk saluran kotinu dari faring ke
lambung selama perkembangan embrionik adapun pengertian lain yaitu bila sebuah
segmen esofagus mengalami gangguan dalam pertumbuhan nya (congenital) dan tetap
sebagai bagian tipis tanpa lubang saluran.
Fistula trakeo esophagus adalah hubungan abnormal antara trakeo dan esofagus.
Dua kondisi ini biasanya terjadi bersamaan, dan mungkin disertai oleh anomaly lain
seperti penyakit jantung congenital. Untuk alasan yang tidak diketahui esophagus dan
trakea gagal untuk berdeferensiasi dengan tepat selama gestasi pada minggu keempat dan
kelima. Atresia Esofagus termasuk kelompok kelainan kongenital terdiri dari gangguan
kontuinitas esofagus dengan atau tanpa hubungan persisten dengan trachea.
2.2 Epidemiologi Atresia Esophagus
insiden dari Atresia Esofagus berkisar 1:3000-4500 dari kelahiran hidup, angka
ini makin lama makin menurun dengan sebab yang belum diketahui. Atresia Esofagus 23 kali lebih sering pada janin yang kembar. Kecenderungan peningkatan jumlah kasus
atresia esophagus tidak berhubungan dengan ras tertentu. Namun dari suatu penelitian
didapatkan bahwa insiden atresia esophagus paling tinggi ditemukan pada populasi kulit
putih (1 kasus per10.000 kelahiran) dibanding dengan populasi non-kulit putih (0,55
kasus per 10.000 kelahiran).
Jenis kelamin laki-laki memiliki resiko yang lebih tinggi dibandingkan pada
perempuan untuk mendapatkan kelainan atresia esophagus. Rasio kemungkinan untuk
mendapatkan kelainan esophagus antara laki-laki dan perempuan adalah sebesar 1,26:1.
Atresia esophagus dan fistula trakeoesofagus adalah kelainan kongenital pada neonatus
yang dapat didiagnosis pada waktu-waktu awal kehidupan. Beberapa penelitian
menemukan insiden atresia esophagus lebih tinggi pada ibu yang usianya lebih muda dari
19 tahun dan usianya lebih tua dari 30 tahun, dimana beberapa penelitian lainnya juga
mengemukakan peningkatan resiko atresia esophagus terhadap peningkatan umur ibu.
2.3 Etiologi Atresia Esophagus
Sampai saat ini belum diketahui zat teratogen apa yang bisa menyebabkan
terjadinya kelainan atresia esophagus, hanya dilaporkan angka rekuren sekitar 2 % jika
salah satu dari saudara kandung yang terkena. Atresia esophagus lebih berhubungan
dengan sindroma trisomi 21,13 dan 18 dengan dugaan penyebab genetik. Namun saat ini,
teori tentang terjadinya atresia esophagus menurut sebagian besar ahli tidak lagi
berhubungan dengan kelainan genetik. Perdebatan tentang proses embriopatologi masih
terus berlanjut.
Selama embryogenesis proses elongasi dan pemisahan trakea dan esophagus
dapat terganggu. Jika pemisahan trekeoesofageal tidak lengkap maka fistula
trakeoesofagus akan terbentuk. Jika elongasi melebihi proliferasi sel sebelumnya, yaitu
sel bagian depan dan belakang maka trakea akan membentuk atresia esophagus.
Atresia esophagus dan fistula trakeoesofagus sering ditemukan ketika bayi
memiliki kelainan kelahiran seperti :
Trisomi
Gangguan saluran pencernaan lain (seperti hernia diafragmatika, atresia
duodenal, dan anus imperforata).
Gangguan jantung (seperti ventricular septal defect, tetralogifallot, dan patent
ductus arteriosus).
Gangguan ginjal dan saluran kencing (seperti ginjal polisistik atau horseshoe
kidney, tidak adanya ginjal,dan hipospadia).
Gangguan Muskuloskeletal
Sindrom
VACTERL
(yang
termasuk
vertebr,
anus,
candiac,
tracheosofagealfistula, ginjal, dan abnormalitas saluran getah bening).
Lebih dari setengah bayi dengan fistula atau atresia esophagus memiliki
kelainan lahir
Atresia Esophagus dapat disebababkan oleh beberapa hal, diantaranya sebagai berikut :
Faktor obat => Salah satu obat yang dapat menimbulkan kelainan kongenital
yaitu thali domine .
Faktor radiasi => Radiasi pada permulaan kehamilan mungkin dapat
menimbulkan kelainan kongenital pada janin yang dapat menimbulkan mutasi
pada gen
Faktor gizi
Deferensasi usus depan yang tidak sempurna dan memisahkan dari masing –
masing menjadi esopagus dan trachea.
Perkembangan sel endoteal yang lengkap sehingga menyebabkan terjadinya
atresia.
Perlengkapan dinding lateral usus depan yang tidak sempurna sehingga terjadi
fistula trachea esophagus
Tumor esophagus.
Kehamilan dengan hidramnion
Bayi lahir prematur,
Tapi tidak semua bayi yang lahir premature mengalami penyakit ini. Dan ada
alasan yang tidak diketahui mengapa esefagus dan trakea gagal untuk berdiferensiasi
dengan tepat selama gestasi pada minggu ke empat dan ke lima.
2.4 Klasifikasi Atresia Esophagus
Terdapat variasi dalam atresia esofagus berdasar klasifikasi anatomi. Menurut Gross
of Boston, variasi atresia esofagus beserta frekuensinya adalah sebagai berikut:1
Tipe A – atresia esofagus tanpa fistula atau atresia esofagus murni (10%)
Tipe B – atresia esofagus dengan TEF proksimal ( Pembedahan ulang adalah terapi untuk
keadaan seperti ini.
d) Disfagia atau kesulitan menelan => Disfagia adalah tertahannya makanan pada
tempat esophagus yang diperbaiki. Keadaan ini dapat diatasi dengan menelan air
untuk tertelannya makanan dan mencegah terjadinya ulkus.
e) Kesulitan bernafas dan tersedak => Komplikasi ini berhubungan dengan proses
menelan makanan, tertaannya makanan dan saspirasi makanan ke dalam trakea.
f) Batuk kronis => Batuk merupakan gejala yang umum setelah operasi perbaikan
atresia esophagus, hal ini disebabkan kelemahan dari trakea.
g) Meningkatnya infeksi saluran pernafasan => Pencegahan keadaan ini adalah dengan
mencegah kontakk dengan orang yang menderita flu, dan meningkatkan daya tahan
tubuh dengan mengkonsumsi vitamin dan suplemen.
2.8 Patofisiologi Atresia Esophagus
Biasanya Trakea dan Kerongkongan sepenuhnya lumen terpisah dengan ada
hubungan antara mereka. Oleh karena itu, anak dapat makan dengan baik tanpa
pernapasan apapun distress dan masalah dalam makan
Janin dengan atresia esofagus tidak dapat menelan cairan amnion dengan efektif.
Pada janin dengan atresa esofagus dan TEF distal, cairan amnion akan mengalir menuju
trakea, ke fistula kemudian menuju usus. Akibat dari hal ini dapat terjadi polihidramnion.
Polihidramnion sendiri dapat menyebabkan kelahiran prematur. Janin seharusnya dapat
memanfaatkan cairan amnion, sehingga janin dengan atresia esofagus lebih kecil
daripada usia gestasinya.
Neonatus dengan atresia esofagus tidak dapat menelan dan menghasilkan banyak
air liur. Pneumonia aspirasi dapat terjadi bila terjadi aspirasi susu, atau liur. Apabila
terdapat TEF distal, paru-paru dapat terpapar asam lambung. Udara dari trakea juga dapat
mengalir ke bawah fistula ketika bayi menangis, atau menerima ventilasi. Hal ini dapat
menyebabkan perforasi gaster akut yang seringkali mematikan. Penelitian mengenai
manipulasi manometrik esofagus menunjukkan esofagus distal seringkali dismotil,
dengan peristaltik yang jelek atau anpa peristaltik. Hal ini akan menimbulkan berbagai
derajat disfagia setelah manipulasi yang berkelanjutan menuju refluks esofagus.
Trakea juga terpengaruh oleh gangguan embriogenesis pada atresia esofagus.
Membran trakea seringkali melebar dengan bentuk D, bukan C seperti biasa. Perubahan
ini menyebabkan kelemahan sekunder ada struktur anteroposterior trakea atau
trakeomalacia. Kelemahan ini akan menyebabkan gejala batuk kering dan dapat terjadi
kolaps parsial pada eksirasi penuh. Sekret sulit untuk dibersihkan dan dapat menjurus ke
pnemona berulang. Trakea juga dapat kolaps secara parsial ketika makan, setelah
manipulasi, atau ketika terjadi refluks gastroesofagus; yang daat menjurus ke kegagalan
nafas; hipoksia, bakan apnea.
Menurut Price, Sylvia A. 2005. Atresia esophagus merupakan penyakit pada bayi
baru lahir dan merupakan kelainan bawaan. Resiko tinggi terhadap atresia esophagus
yaitu bayi baru lahir secara premature dan menangis terus disertai batuk-batuk sampai
adanya sianosis. Malformasi struktur trakhea menyebabkan bayi mengalami kesulitan
dalam menelan serta bayi dapat mengalami aspirasi berat apabila dalam pemberian
makan tidak diperhatikan.
Pada perkembangan jaringan,terjadi gangguan pemisahan antara trakhea dan
esopagus pada minggu ke 4 sampai minggu ke 6 kehidupan embryonal. Resiko tinggi
dapat terjadi pada ibu hamil dengan hidramnion yaitu amniosentesis harus dicurigai. Bayi
dengan hipersalivasi ; berbuih, sulit bernafas, batuk dan sianosis. Tindakan
pembedahannya segera dilakukan pembedahan torakotomi kanan retro pleural.
2.9 Penatalaksanaan pada Atresia Esophagus
A. Tindakan Sebelum Operasi
Atresia esophagus ditangani dengan tindakan bedah. Persiapan operasi untuk bayi
baru lahir mulai umur 1 hari antara lain :
a.Cairan intravena mengandung glukosa untuk kebutuhan nutrisi bayi.
b.
Pemberian antibiotic broad-spectrum secara intra vena.
c.Suhu bayi dijaga agar selalu hangat dengan menggunakan incubator, spine dengan
posisi fowler, kepala diangkat sekitar 45o.
d.
NGT dimasukkan secara oral dan dilakukan suction rutin.
e.Monitor vital signs.
Pada bayi premature dengan kesulitan benapas, diperlukan perhatian khusus. Jelas
diperlukan pemasangan endotracheal tube dan ventilator mekanik. Sebagai tambahan, ada
resiko terjadinya distensi berlebihan ataupun rupture lambung apabila udara respirasi
masuk kedalam lambung melalui fistula karena adanya resistensi pulmonal. Keadaan ini
dapat diminimalisasi dengan memasukkan ujung endotracheal tube sampai kepintu
masuk fistula dan dengan memberikan ventilasi dengan tekanan rendah.
Echochardiography atau pemerikksaan EKG pada bayi dengan atresia esophagus
penting untuk dilakukan agar segera dapat mengetahui apabila terdapat adanya kelainan
kardiovaskular yang memerlukan penanganan segera.
B.
Tindakan Selama Operasi
Pada umumnya operasi perbaikan atresia esophagus tidak dianggap sebagai hal
yang darurat. Tetapi satu pengecualian ialah bila bayi premature dengan gangguan
respiratorik yang memerlukan dukungan ventilatorik. Udara pernapasan yang keluar
melalui distal fistula akan menimbulkan distensi lambung yang akan mengganggu fungsi
pernapasan. Distensi lambung yang terus-menerus kemudian bisa menyebabkan rupture
dari lambung sehingga mengakibatkan tension pneumoperitoneum yang akan lebih lagi
memperberat fungsi pernapasan.
Pada keadaan diatas, maka tindakan pilihan yang dianjurkan ialah dengan
melakukan ligasi terhadap fistula trakeaesofageal dan menunda tindakan thoratocomi
sampai masalah gangguan respiratorik pada bayi benar-benar teratasi. Targetnya ialah
operasi dilakukan 8-10 hari kemuudian untuk memisahkan fistula dari memperbaiki
esophagus. Pada prinsipnya tindakan operasi dilakukan untuk memperbaiki abnormalitas
anatomi.
Operasi dilaksanakan dalam general endotracheal anesthesia dengan akses
vaskuler yang baik dan menggunakan ventilator dengan tekanan yang cukup sehingga
tidak menybabkan distensi lambung. Bronkoskopi pra-operatif berguuna untuk
mengidentifikasi dan mengetahui lokasi fistula.
Posisi bayi ditidurkan pada sisi kiri dengan tangan kanan diangkat di depan dada
untuk dilaksanakan right posterolateral thoracotomy. Pada H-fistula, operasi dilakukan
melalui leher karena hanya memisahkan fistula tanpa memperbaiiki esophagus.
esophagus.
Operasi dilaksanakan thoracotomy, dimana fistula ditutup dengan cara diikat dan
dijahit kemudian dibuat anastomisis esophageal antara kedua ujung proximal dan distal
dan esophagus.
Pada atresia esofagus dengan fistula trakeoesofageal, hamppir selalu jarak antara
esofagus proksimal dan distal dapat disambung langsung ini disebut dengan primary
repairyaitu apabila jarak kedua ujung esofagus dibawah 2 ruas vertebra. Bila jaraknya 3,6
ruas vertebra, dilakukan delaved primary repair. Operasi ditunda paling lama 12 minggu,
sambil dilakukan cuction rutin dan pemberian makanan melalui gstrostomy, maka jarak
kedua ujung esofagus akan menyempit kemudian dilakukan primary repair. Apabiila
jarak kedua ujung esofagus lebih dari 6 ruas vertebra, maka dijoba dilakukan tindakan
diatas, apabila tidak bisa juga makaesofagus disambung dengan menggunakan sebagai
kolon.
C.
Tindakan Setelah Operasi
Pasca Operasi pasien diventilasi selama 5 hari. Suction harus dilakukan secara
rutin. Selang kateter untuk suction harus ditandai agar tidak masuk terlalu dalam dan
mengenai bekas operasi tempat anastomisis agar tidak menimbulkan kerusakan. Setelah
hari ke-3 bisa dimasukkan NGT untuk pemberian makanan.
Pemberian minum baik oral/enteral merupakan kontra indikasi mutlak untuk bayi
ini. Bayi sebaiknya ditidurkan dengan posisi “prone”/ telungkup, dengan posisi kepala
30o lebih tinggi. Dilakukan pengisapan lendir secara berkala, sebaiknya dipasang sonde
nasogastrik untuk mengosongkan the blind-end pouch. Bila perlu bayi diberikan dot agar
tidak gelisah atau menangis berkepanjangan.
2.10 Pengobatan pada Atresia Esophagus
Penderita atresia esophagus seharusnya ditengkurapkan untuk mengurangi
kemungkinan isi lambung masuk ke dalam paru-paru. Kantong esophagus harus secara
teratur dikosongkan dengan pompa untuk mencegah aspirasi sekret. Perhatian yang
cermat harus diberikan terhadap pengendalian suhu, fungsi respirasi dan pengelolaan
anomaly penyerta kadang-kadang, kondisi penderita mengharuskan operasi tersebut
dilakukan secara bertahap:
Tahap pertama biasanya adalah pengikatan fistula dan pemasukan pipa gastrotomi
untuk memasukkan makanan,
Tahap kedua adalah anastomosis primer, makanan lewat mulut biasanya dapat
diterima. Esofagografi pada hari ke 10 akan menolong menilai keberhasilan anastomosis.
Malformasi struktur trakhea sering ditemukan pada penderita atresia dan fistula
esophagus. Trakeomalasia, pneumonia aspirasi berulang, dan penyakit saluran nafas
reaktif sering ditemukan. Perkembangan trakheanya normal jika ada fistula, stenosis
esophagus dan refluks gastroesofagus berat lebih sering pada penderita ini.
2.11 WOC Atresia Esophagus
Kelainan Bawaan
Atresia Esofagus
Faktor lain : -
Kerongkongan Buntu
-
Udara mengalir
ke fistula
MK :
Ansieta
s
Kesulitan menelan
MK :
Ganggu
an
Menela
Gaster perforasi akut
Reflux gastrofageal
nafas
Perut kembung
membuncit
Factor gen
Defisiensi vitamin
Obat-obatan
Alcohol
Paparan virus
Bahan kimia
Mengeluarkan air liur
Pneumonia aspirasi
Pneumonia berulang
Batuk, sesak
Anoreksia
Kegagalan nafas
Sianosis
MK :
Ketidakefektifan
pola nafas
MK :
MK :
Ketidakseimba
ngan nutrisi
kurang dari
kebutuhan
- Ketidakefektifan pola
nafas
- Ketidakefetifan
bersihan jalan nafas
ASUHAN KEPERAWATAN ATRESIA ESOFAGUS
I.
Pengkajian
Asuhan keperawatan yang diberikan pada bayi baru lahir adalah berdasarkan tahapantahapan pada proses keperawatan. tahap pengkajian merupakan tahap awal, disini perawat
mengumpulkan semua imformasi
baik dari klien dengan cara observasi dan dari
keluarganya. Lakukan penkajian bayi baru lahir.observasi manipestasi atresia esophagus dan
fistula. Traekeoesofagus, saliva berlebihan, tersedat, sianosis, apneu.
1. Lakukan pengkajian pada bayi baru lahir
Saliva berlebihan dan mengiler
Tersedak
Sianosis
Apnea
Peningkatan distres pernapasan setelah makan
Distensi abdomen
2. Observasi, Manifestasi atresia esofagus
3. Bantu dengan prosedur diagnostik misalnya : Radiografi dada dan abdomen, kateter
dengan perlahan dimasukkan kedalam esofagus yang membentuk tahanan bila lumen
tersebut tersumbat.
4. Pantau dengan sering tanda-tanda distres pernapasan
5. Laringospasme yang disebabkan oleh aspirasi saliva yang terakumulasi dalam kantung
buntu
II.
Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan lubang abnormal antara
esophagus dan trakea atau obstruksi untuk menelan sekresi.
b. Ansietas berhubungan dengan kesulitan menelan, dan ketidaknyamanan
c. Gangguan menelan berhubungan dengan obstruksi mekanis
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang darikebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
III.
N
INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI
Diagnosa Keperawtan
Tujuan dan
O
1
Intervensi
Kriteria Hasil
Bersihan jalan napas tidak NOC
efektif berhubungan dengan
lubang
abnormal
antara
esophagus dan trakea atau
obstruksi
sekresi.
untuk
menelan
NIC
Respiratory
status:
ventilation
Respiratory
status:
airway patency
Pastikan
kebutuhan
Mendemonstrasika
n bentuk efektif dan
suara nafas yang
tidak
ada
sianosis
dan
dyspnea
(mampu
mengeluarkan
sputum,
mampu
bernafas
dengan
mudah , tidak ada
suctioning
sesudah suctioning
Informasikan
Menunjukkan jalan
dan
Minta klien nafas dalam sebelum
suction dilakukan
Berikan O2 dengan menggubakan
nasal untuk memfasilitasi suction
nasotrakeal
Monitor status oksigen pasien
Ajarkan keluarga bagaimana cara
Hentikan
suksion
yang
oksigen
paten(klien
tidak
menunjukkan
tercekik,
dan
apabila
berikan
pasien
bradikardi,
peningkatan saturasi O2,dll.
Airway Management
frekuensi
rentang
klien
keluarga rentang suction
nafas
pernafasan
pada
melakukan suksion
pursed lips)
merasa
oral/tracheal
Auskultasi suara nafas sebelum dan
Kriteria hasil:
bersih,
Airway suction
dalam
normal,
Buka jalan nafas,gunakan teknik
chin lift atau jaw thrust bila perlu
tidak
ada
suara
nafas abnormal)
Posisikan
pasien
memaksimalkan ventilasi
Mampu
Identifikasi
mengidentifikasi
dan
untuk
mencegah
pasien
perlunya
pemasangan alat jalan nafas buatan
Pasang mayo bila perlu
factor yang dapat
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
menghambat jalan
Keluarkan secret dengan batuk atau
nafas
suction
Auskultasi suara nafas, catat adanya
suara tambahan
Lakukan suction pada mayo
Berikan bronkodilator bila perlu
Berikan
pelembab
udara
kassa
basah NaCl lembab
Atur
intake
untuk
cairan
mengoptimalkan keseimbangan
2
e. Ansietas
NOC
berhubungan
dengan kesulitan
menelan,
dan
ketidaknyamana
n
Monitor respirasi dan status O2
NIC
Anxiety self control
Gunakan
Anxiety level
Nyatakan
mampu
mengidentifikasi pasien
dan
mengungkapkan
jelas
harapan
terhadap pelaku pasien
Jelaskan semua prosedur dan apa yang
dirasakan selama prosedur
situasi stree
Mengidentifikasi,
mengungkapkan
menunjukkan
cemas
dengan
Pahami prespektif pasien terhadap
gejala cemas
untuk
yang
menenangkan pasien
Kriteria Hasil
Klien
pendekatan
dan
teknik
mengontrol
Temani pasien untuk memberikan
kenyamanan dan megurangi takut
Vital sign dalam batas
normal
Postur tubuh, ekspresi
wajah,
dan
bahasa
tingkat
tubuh
aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
3
Gangguan
berhubungan
obstruksi mekanis
kecemasan
menelan NOC
dengan
Pencegahan aspirasi
Ketidakefektifan
NIC
Aspiration Precautions
polamenyusui
Statusmenelan:
Memantau tingkat kesadaran, reflex
tindakan pribadi untuk
batuk,
mencegah pengeluaran
kemampuan menelan
cairan
dan
partikel
padat kedalam paru
Status menelan: fase
esophagus: penyaluran
cairan
atau
partikel
padat dari faring ke
lambung
oral:
persiapan,
penahanan,dan
pergerakan cairan atau
partikel padat kearah
posterior dimulut
Status menelan: fase
cairan
muntah,
dan
Memonitor status paru
Menjaga/mempertahanakan
jalan
nafas
Posisi tegak 90 derajat atau sejauh
mungkin
Jauhkan manset trake meningkat
Jauhkan pengaturan hisap yang
Status menelan: fase
faring:
reflex
penyaluran
dan
partikel
tersedia
Menyuapkan
makanan
dalam
jumlah kecil
Periksa penempatan tabung NG
atau gastrotomy sebelum menyusui
Periksa tabung NG atau gastrotomy
sisa sebelum makan
Hindari makan, jika residu tinggi
tempat “pewarna” dalam tabung
padat dari mulut ke
esophagus
pengisi NG
Hindari cairan atau menggunakan
Kriteria Hasil:
zat pengental
Dapat
Penawaran makanan atau cairan
mempertahankan
dapat
makanan
sebelum menelan
didalam
mulut
menjadi
bolus
Potong makanan menjadi potongan
Kemampuan
kecil
menelan adekuat
Pengiriman bolus ke
hipofaring
selaras
dengan
reflex
menelan
untuk
mengosongkan
mujarab
Istirahat atau menghancurkan pil
sebelum pemberian
mualdan muntah
Imobilitas
menit
stelah
patologi berkonsultasi
Sarankan barium menelan kue atau
video fluoroskopi
konsekuensi:
fisiologis
Pengetahuan tentang
prosedur pengobatan
Tidak ada kerusakan
tenggorokan
wajah,
menelan,
menggerakkan lidah,
atau reflex muntah
Pemulihan
30-45
Sarankan pidato/berbicara sesuai
Mampu mengontrol
otot
ditinggikan
makan
rongga mulut
otot
Permintaaan obat dalam bentuk
Jauhkan kepala tempat tidur atau
Kemampuan
atau
dibentuk
pasca
prosedur pengobatan
Kondisi pernafasan,
ventilasi adekuat
Mampu
melkaukan
perawatan
non
terhadap
pengobatan
parenteral
Mengidentifikasi
factor
emosi
atau
psikologis
yang
menghambat
menelan
Dapat mentolerasnsi
ingesti
makanan
tanpa tersedak atau
aspirasi
Menyusui adekuat
Kondisi
menelan
bayi
Memelihara kondisi
gizi: makanan dan
asupan
cairan
ibu
dan bayi
Hidrasi
tidak
ditemukan
Pengetahui mengenai
cara menyusui
Kondisi
pernafasan
adekuat
Tidak
terjadi
gangguan neurologis
4
Ketidakseimbangan
nutrisi NOC
NIC
kurang darikebutuhan tubuh
berhubungan
anoreksia
dengan
Nutritional status: food Nutrition Management
and fluid
Kaji adanya alergi mnakanan
Intake
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Nutritional
status:
nutrient intake
yang dibutuhkan pasien
Weight control
Anjurkan pasien untukmeningkatkan
Kriteria hasil:
Adanya
berat
menentukan jumlah kaloriu dan nutrisi
intake Fe
peningkatan
badan
sesuai
dengantujuan
Anjurkan pasien untuk meningkatkan
intake protein dan vitamin
Berikan substansi gula
Berat badan ideal sesuai
dengan tinggin badan
Mampu
Yakinkan
mengandung
diet
yang
serat
dimakan
untukmecegah
konstipasi
mengidentifikasi
Brikan makanan yang terpilih(sudah
kebutuhan nutrisi
Tidak ada tanda-tanda
malnutrisi
konsultasi dengan ahli gizi)
Ajarkan pasien bagaiaman membuat
catatan makanan harian
Menunjukkan
peningkatan
fungsi
pengecapan
dan
menelan
Tidak terjadi penurunan
berat badan yang berarti
Monitor jumlah nutrisi dankandungan
kalori
Berikan informasi tentang kebutuyhan
nutrisi
Kaji
kemampuanpasien
untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
BB pasien dalam batas normal
Monitor adanya penurunan BB
Monitor tipe dan jumlah aktivitas
yangbiasa dilakukan
Monitor interaksi anak atau orang
tua selama makan
Monitor lingkungan selama makan
Jadwalkan
pengobatan
dan
tindakan tidak selama jam makan
Monitor kulit kering danperubahan
pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekringan,rambut kusam
dan mudah patah
Monitor mual dan muntah
Monitor
kadar
albumin,total
protein,HB, Dan kadar Ht
Monitor
pertumbuhan
danperkembangan
Monitor
pucat,kemerahan,dan
kekeringan jaringan konjungtiva
Monitor kalori danintake nmutrisi
Catat
adanya
edema,hiperemik,hipertonik,papill
a lidah, dan cavitas oral
Catat
bila
berwarnamagenta,scarlet
IV.
EVALUASI
Pada tahap ini perawat mengkaji kembali hal-hal pernah dilakukan, berdasarkan pada kriteria
hasil yang telah ditetapkan. Apabila terdapat masalah–masalah klien yang belum teratasi,
perawat hendaknya mengkaji kembali hal–hal yang berkenaan dengan masalah tersebut dan
kembali melakukan intrvensi keperawatan.
lidah
Sebaliknya bila masalah klien telah teratasi maka perlu dilakukan pengawasan dan pengontrolan
yang teratur untuk mencegah timbulnya serangan atau gejala – gejala yang memicu terjadinya
serangan