MAKALAH PANCASILA PADA MASA BELANDA.docx

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan

rahmat dan

menyelesaikan

makalah

karunia-Nya
ini.

sehingga

Shalawat

serta

penulis
salam


dapat
semoga

tercurahlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
kita semua ke jalan kebenaran yang diridhoi Allah SWT.
Maksud penulis membuat makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang diamanatkan oleh
dosen penulis. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah
ini banyak sekali kekurangannya baik dalam cara penulisan maupun
dalam isi.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi
penulis yang membuat dan umumnya bagi yang membaca makalah ini,
untuk

menambah

pengetahuan

Hubungan


Pancasila

dan

UUD

1945. Amin.

Sukabumi, Oktober 2017

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2

C. Tujuan Penulisan..................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pancasila dalam Konteks Zaman Penjajahan ......................................3
B. Arti Penting Nilai Pancasila..................................................................9
C. Nilai-nilai Pancasila pada masa Penjajahan Belanda...........................11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................13
B. Saran.....................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA

15

ii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Merupakan suatu fakta historis yang sukar dibantah, bahwa sebelum
tanggal 1 Juni 1945 yang disebut sebagai tanggal “lahirnya” Pancasila Ir.
Soekarno yang diakui sebagai tokoh nasional yang menggali Pancasila tidak

pernah berbicara atau menulis tentang Pancasila, baik sebagai pandangan
hidup maupun sebagai dasar negara. Dalam pidato yang beliau sampaikan
tanpa konsep pada tanggal tersebut, yang mendapat berkali-kali applause dari
para anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI), beliau menjelaskan bahwa gagasan tentang Pancasila
tersebut terbersit bagaikan ilham setelah mengadakan renungan pada malam
sebelumnya. Renungan itu beliau lakukan untuk mencari jawaban terhadap
pertanyaan Dr Radjiman Wedyodiningrat, Ketua BPUPKI, tentang apa dasar
negara Indonesia yang akan dibentuk. Lima dasar atau sila yang beliau ajukan
itu beliau namakan sebagai filosofische grondslag.
Nilai-nilai essensial yang terkandung dalam Pancasila yaitu :
Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan serta Keadilan, dalam
kenyataannya secara objektif telah dimiliki oleh Bangsa Indonesia sejak
zaman dahulu kala sebelum mendirikan Negara. Proses terbentuknya Negara
dan bangsa Indonesia melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang yaitu
sejak zaman batu kemudian timbulnya kerajaan-kerajaan pada abad ke IV, ke
V kemudian dasar-dasar kebangsaan Indonesia telah mulai nampak pada abad
ke VII, yaitu ketika timbulnya kerajaan Sriwijaya di bawah Syailendra di
Palembang, kemudian kerajaan Airlangga dan Majapahit di Jawa Timur serta
kerajaan-kerajaan lainnya.

Dasar-dasar pembentukan nasionalisme modern dirintis oleh para
pejuang kemerdekaan bangsa, antara lain rintisan yang dilakukan oleh para
tokoh pejuang kebangkitan nasional pada tahun 1908, kemudian dicentuskan
pada sumpah pemuda pada tahun 1928.

1

B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini masalah yang akan dibahas diantaranya meliputi:
1. Bagaimanakah sejarah Pancasila pada masa penjajahan?
2. Apakah arti penting/fungsi Pancasila?
3. Nilai pancasila dalam masa penjajahan belanda
C. Tujuan Penulis
Adapun tujuan penulis adalah untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah
Pendidikan Pancasila, selain itu juga ada beberapa tujuan diantaranya :
1. Mengetahui lebih jauh tentang pancasila dalam konteks sejarah perjuangan
bangsa Indonesia pada zaman penjajahan dan perumusan pancasila.
2. Mengetahui lebih jauh arti penting/fungsi dari Pancasila
4. Mengetahui Nilai pancasila dalam masa penjajahan belanda


BAB II

2

PEMBAHASAN
A. Pancasila dalam konteks zaman penjajahan
Sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk membentuk negara sangat
erat kaitannya dengan jati diri bangsa Indonesia. Ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan serta keadilan. Dalam kenyataannya secara objektif
telah dimiliki bangsa Indonesia sejak dahulu kala.
Masuknya agama-agama besar seperti Hindu, Budha, Islam di Indonesia
menandai dimulainya kehidupan beragama pada masyarakat. Bagaimana
agama merubah kehidupan dan pandangan masyaraat dapat dilihat pada
sistem sosial- ekonominya. Penyelenggaraan perdagangan di kota-kota
pelabuhan menimbulkan komunikasi terbuka, sehingga terjadi mobilitas
sosial baik horisontal maupun vertikal serta perubahan gaya hidup dan nilainilai. Masa kejayaan kerajaan Majapahit pada waktu rajanya Hayam Wuruk
dan patihnya Gajah Mada, hidup dan berkembang dua agama yaitu Hindu dan
Budha. Majapahit melahirkan beberapa empu seperti empu Prapanca yang
menulis buku Negara Kertagama (1365) yang didalamnya terdapat istilah
“Pancasila”, sedangkan empu Tantular mengarang buku Sutasoma yang

didalamnya tercantum seloka persatuan nasional “Bhinneka Tunggal Ika”
yang artinya walaupun berbeda namun satu juga. Pada tahun 1331 Mahapatih
Gajah

Mada

mengucapkan

sumpah

Palapa

yang

berisi

cita-cita

mempersatukan seluruh nusantara raya. Dengan berjalannya waktu,
kekuasaan pusat dengan agama Hindu-Budha mengalami kemerosotan

bersamaan dengan disintregasi politik dan degenerasi kultural. Akibatnya
terciptalah kondisi yang baik bagi suatu perubahan.
Setelah Majapahit kerajaan Hindu Budha runtuh pada abad XVI maka
berkambanglah agama Islam dengan pesatnya di Indonesia. Bersama dengan
itu maka berkambang pula kerajaan-karajaan Islam seperti kerajaan Demak.
Selain itu, berdatangan orang-orang Eropa di nusantara. Mereka itu antara
lain orang Portugis yang kemudian diikuti oleh orang-orang Spanyol yang
ingin mencari pusat tanaman rempah-rempah. Pada awalnya bangsa Portugis

3

berdagang, namun lama-kelaman mulai menunjukan peranannya dalam
bidang perdagangan yang meningkat menjadi praktek penjajahan misalnya
Malaka pada tahun 1511. Pada akhir abad ke XVI bangsa Belanda datang
pula ke Indonesia dengan menempuh jalan yang penuh kesulitan. Untuk
menghindarkan persaingan diantara mereka sendiri, kemudian mereka
mendirikan suatu perkumpulan dagang yang bernama VOC (Verenigde Oost
Indische Compaignie) yang dikalangan rakyat dikenal dengan istilah
‘kompeni’.
Praktek-praktek VOC mulai kelihatan dengan paksaan-paksaan sehingga

rakyat mulai mengadakan perlawanan. Mataram dibawah pemerintahan
Sultan Agung (1613-1645) berupaya mengadakan perlawanan dan menyerang
ke Batavia pada tahun 1628 dan tahun 1929, walaupun tidak berhasil
meruntuhkan namun Gubernur Jendral J.P Coen tewas dalam serangan Sultan
Agung yang kedua itu.
Di Makasar yang memiliki kedudukan yang sangat vital berhasil juga
dikuasai kompeni tahun 1667 dan timbullah perlawanan dari rakyat Makasar
di bawah Hasanudin. Menyusul pula wilayah Banten (Sultan Ageng
Tirtoyoso) dapat ditundukkan pula oleh kompeni pada tahun 1684.
Perlawanan Trunojoyo, Untung Suropati di Jawa Timur pada akhir abad ke
XVII nampaknya tidak mampu meruntuhkan kekuasa. Demikian kompeni
pada saat itu. Demikian pula ajakan Ibnu Iskandar pimpinan Armada dari
Minangkabau untuk mengadakan perlawanan bersama terhadap kompeni juga
tidak mendapat sambutan yang hangat. perlawanan bangsa Indonesia terhadap
penjajahan yang terpencar-pencar dan tidak memiliki koordinasi tersebut
banyak mengalami kegagalan sehingga banyak menimbulkan korban bagi
anak-anak bangsa.
Kontak dengan bangsa Eropa telah membawa perubahan-perubahan
dalam pandangan masyarakat yaitu dengan masuknya paham-paham baru,
seperti liberalisme, demokrasi, nasionalisme. Hingga sampai akhirnya

Indonesia dapat menumbuhkan jiwa Nasionalisme dan bersatu untuk
merdeka.

4

Dorongan akan cinta tanah air ini yang menimbulkan semangat untuk
melawan penindasan belanda, namun sekali lagi karena tidak adanya kesatuan
dan persatuan di antara mereka dalam melawan penjajah, maka perlawanan
terebut senantiasa kandas dan menimbulkan banyak korban.Penghisapan
mulai memuncak ketika Belanda menerapkan sistem monopoli melalui tanam
paksa (1830-1870) dengan memaksakan beban kewajiban terhadap rakyat.
Pada awal Kebangkitan Nasional abad XX dipanggung politik
internasional terjadilah pergolakan kebangkitan dunia timur, di Indonesia
kebangkitan nasional(1908). Banyak muncul pergerakan nasional seperti:
1. Budi Utomo yang didirikan pada tanggal 20 Oktober 1908 merupakan
pelopor

pergerakan

nasional,


yang

dipelopori

oleh

dr.Wahidin

Sudirohusodo dengan Budi Utomo. Gerakan ini merupahan awal gerakan
kemerdekaan dan kekuatan sendiri.
2. setelah itu munculah Sarekat Dagang Islam(1909), kemudian diganti
dengan Sarekat Islam(1911)di bawah H.O.S. Cokroaminoto, Indische
Partij(1913),yang dipimpin oleh tiga serangkai yaitu: Douwes Deker,
Ciptimangunkusumo, KI Hajar Dewantoro
3. pada tahun 1927 munculah Partai Nasional Indonesia (PNI) yang
dipelopori oleh Soekarno, Ciptomangunkusumo, Sartono, dan tokoh
lainnya. Mulailah perjuangan bangsa Indonesia menitik beratkan pada
kesatuan nasional dengan tujuan yang jelas yaitu Indonesia merdeka.
Kemudian pada tanggal 28 Oktober 1928 lahirlah Sumpah Pemuda
sebagai penggerak kebangkitan nasional yang menyatakan satu bahasa,
satu bangsa serta satu tanah air yaitu Indonesia Raya.
Dan masih banyak pergerakan nasional lainnya yang bermunculan saat
itu.
Meskipun banyak muncul pergerakan nasional akan tetapi masih ada
penjajahan Jepang. Janji penjajah Belanda tentang Indonesia merdeka
hanyalah suatu kebohongan belaka dan tidak pernah menjadi kenyataan
sampai akhir penjajahan Belanda tanggal 10 Maret 1940. Kemudian Jepang

5

masuk ke Indonesia dengan propaganda “Jepang memimpin Asia. Jepang
saudara tua bangsa Indonesia”.
Pada tanggal 29 April 1945 bersamaan dengan ulang tahun Kaisar
Jepang, memberikan hadiah ulang tahun kepada bangsa indonesia yaitu
kemerdekaan tanpa syarat setelah panghancuran Nagasaki dan Hirosima oleh
sekutu. Janji ini diberikan karena Jepang terdesak oleh tentara Sekutu. Bangsa
Indonesia diperbolehkan memperjuangkan kemerdekaannya, dan untuk
mendapatkan simpati dan dukungan bangsa Indonesia maka Jepang
menganjurkan untuk membentuk suatu badan yang bertugas menyelidiki
usaha-usaha persiapan kemerdekaan yaitu BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau Dokuritsu Zyumbi Tiosakai. Pada
hari itu juga diumumkan sebagai Ketua (Kaicoo) Dr. KRT. Radjiman
Widyodiningrat dan beranggotakan 60 orang yang berasal dari pulau
Jawa,Sumatra, Maluku, Sulawesi dan beberapa orang peranakan Eropa, Cina
dan Arab yang kemudian mengusulkan bahwa agenda pada sidang BPUPKI
adalah membahas dasar negara.
Sidang BPUPKI pertama (29 Mei – 1 Juni 1945) dengan pembicaranya
adalah Mr. Muh. Yamin, Mr. Soepomo, Drs. Moh. Hatta, dan Ir. Soekarno.
Mereka semua berpidato guna membahas tentang rancangan usulan hukum
dasar negara.
Menurut Soekarno dalam pidatonya, dasar bagi Indonesia merdeka
adalah dasarnya suatu negara yang akan didirikan yang disebutnya
philosophische gronsag, yaitu fundamen, filsafat, jiwa dan pikiran yang
sedalam-dalamnya yang di atasnya akan didirikan gedung Indonesia yang
merdeka.
Sidang BPUPKI pertama terdapat usulan-usulan sebagai berikut:
a) Mr. Muh. Yamin (29 Mei 1945)
Dalam pidatonya tanggal 29 Mei 1945 Muh. Yamin mengusulkan calon
rumusan dasar negara sebagai berikut:
Secara Lisan
1.

Peri kebangsaan

6

2.

Peri kemanusian

3.

Peri Ketuhanan

4.

Peri kerakyatan (permusyawaratan, peerwakilan, kebijaksanaan)

5.

Kesejahteraan rakyat (keadilan sosial).

Secara Tertulis
1.

Ketuhanan yang Maha Esa

2.

Kebangsaan Persatuan Indonesia

3.

Rasa kemanusiaan yang adil dan beradap

4.

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan

5.

Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia

b) Prof. Dr. Supomo (31 Mei 1945)
Dalam pidatonya Prof. Dr. Supomo mengemukakan teori-teori negara
sebagai berikut:
1.

Paham kebangsaaan

2.

Warga Negara berhak tunduk kepada Tuhan dan supaya setiap saat
ingat kepada Tuhan

3.

Sistem badan permusyawaratan

4.

Ekonomi Negara bersifat Asia Timur Raya

5.

Hubungan antar bangsa yang bersifat Asia Timur Raya

Selanjutnya dalam kaitannya dengan dasar filsafat negara Indonesia
Soepomo mengusulkan hal-hal mengenai: kesatuan, kekeluargaan,
keseimbangan lahir dan batin, musyawarah, keadilan rakyat.
c) Ir. Soekarno (1 Juni 1945)
Dalam hal ini Ir. Soekarno menyampaikan dasar negara yang terdiri atas
lima prinsip yang rumusanya yaitu:
1.

Nasionalisme(kebangsaan Indonesia)

2.

Internasionalisme dan peri kemanusiaan

3.

Musyawarah mufakat perwakilan atau demokrasi,

7

4.

kesejahteraan social

5.

Ketuhanan yang berkebudayaan

Beliau juga mengusulkan bahwa pancasila adalah sebagai dasar filsafat
negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia.
Sidang BPUPKI Kedua (10-16 Juli 1945) dalam siding ini membahas
Dasar Negara. Dalam sidang ini dibentuk panitia kecil yang terdiri dari 9
orang dan populer disebut dengan “panitia sembilan” yang anggotanya
adalah sebagai berikut:
1.

Ir. Soekarno

2.

Wachid Hasyim

3.

Mr. Muh. Yamin

4.

Mr. Maramis

5.

Drs. Moh. Hatta

6.

Mr. Soebarjo

7.

Kyai Abdul Kahar Muzaki

8.

Abikoesmo Tjokrosoejoso

9.

Haji Agus Salim

Panitia sembilan ini mengadakan pertemuan secara sempurna dan
mencapai suatu hasil baik yaitu suatu persetujuan antara golongan islam
dengan golongan kebangsaan.
Panitia sembilan bersidang tanggal 22 Juni 1945 dan menghasilkan
kesepakatan yang dituangkan dalam Mukadimah Hukum Dasar, alinea
keempat dalam rumusan dasar negara sebagai berikut:
1.

Ketuhanan dengan berkewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya.

2.

Kemanusiaan yang adil dan beradab.

3.

Persatuan Indonesia.

4.

Kerakyatan

yang

dipimpin

oleh

hikmat

permusyawaratan/perwakilan.
5.

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

8

kebijaksanan

dalam

Moh.

Yamin

mempopulerkan

kesepakatan

tersebut

dengan

nama Piagam Jakarta atau Jakarta Charter.
Dalam sidang BPUPKI kedua ini pemakaian istilah hukum dasar
diganti dengan istilah undang-undang dasar. Keputusan penting dalam
rapat ini adalah tentang bentuk negara republik dan luas wilayah negara
baru. tujuan anggota badan penyelidik adalah menghendaki Indonesia raya
yang sesungguhnya yang mempersatukan semua kepulauan Indonesia.
Susunan Undang Undang Dasar yang diusulkan terdiri atas tiga bagian
yaitu :
1.

Pernyataan Indonesia merdeka, yang berupa dakwaan dimuka dunia
atas Penjajahan Belanda

2.

Pembukaan yang didalamnya terkandung dasar negara Pancasila
Pancasila sebagai dasar falsafah negara tidak boleh menjadi ideologi
yang beku sehingga seluruh komponen bangsa terutama para
intelektual muda dapat memberikan ide-ide baru dan kreatif untuk
merevitalisasi Pancasila dalam realitas kehidupan berbangsa dan
bernegara.

3.

Pasal-pasal Undang Undang Dasar.

B. Arti penting/fungsi pancasila
Menurut Moerdiono (1995/1996) menunjukkan adanya 3 tataran nilai dalam
ideology Pancasila.
1. Pertama, nilai dasar, yaitu suatu nilai yang bersifat amat abstrak dan tetap,
yang terlepas dari pengaruh perubahan waktu.Nilai dasar merupakan
prinsip, yang bersifat amat abstrak, bersifat amat umum, tidak terikat
oleh waktu dan tempat, dengan kandungan kebenaran yang bagaikan
aksioma. Dari segi kandungan nilainya, maka nilai dasar berkenaan
dengan eksistensi esuatu, yang mencakup cita-cita, tujuan, tatanan dasar
dan ciri khasnya. Nilai dasar Pancasila ditetapkan oleh para
pendiri negara.Nilai dasar Pancasila tumbuh baik dari sejarah perjuangan
bangsa Indonesia melawan penjajahan yang telah menyengsarakan

9

rakyat, maupun dari cita-cita yang ditanamkan dalam agama dan tradisi
tentang suatu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
kebersamaan, persatuan dan kesatuan seluruh warga masyarakat.
2. Kedua, nilai instrumental, yaitu suatu nilai yang bersifat kontekstual. Nilai
instrumental merupakan penjabaran dari nilai dasar tersebut, yang
merupakan arahan kinerjanya untuk kurun waktu tertentu dan untuk
kondisi tertentu. Nilai instrumental ini dapat dan bahkan harus
disesuaikan dengan tuntutan zaman. Namun nilai instrumental haruslah
mengacu pada nilai dasar yang dijabarkannya. Penjabaran itu bisa
dilakukan secara kreatif dan dinamik dalam bentuk-bentuk baru untuk
mewujudkan

semangat

yang

sama,

dalam

batas-batas

yang

dimungkinkan oleh nilai dasar itu. Dari kandungan nilainya, maka nilai
instrumental merupakan kebijaksanaan, strategi, organisasi, sistem,
rencana, program, bahkan juga proyek-proyek yang menindaklanjuti nilai
dasar tersebut. Lembaga negara yang berwenang menyusun nilai
instrumental ini adalah MPR, Presiden, dan DPR.
3. Ketiga, nilai praksis, yaitu nilai yang terkandung dalam kenyataan seharihari, berupa cara bagaimana rakyat melaksanakan (mengaktualisasikan)
nilai Pancasila. Nilai praksis terdapat pada demikian banyak wujud
penerapan nilai-nilai Pancasila, baik secara tertulis maupun tidak tertulis,
baik oleh cabang eksekutif, legislatif, maupun yudikatif, oleh organisasi
kekuatan sosial politik, oleh organisasi kemasyarakatan, oleh badanbadan

ekonomi,

oleh

pimpinan

kemasyarakatan,

warganegara secara perseorangan.
Fungsi dari Pancasila:
1.

Sebagai Dasar Negara
Sebagai dasar mengatur penyelenggaraan Negara

2.

Sebagai Sumber dari segala sumber hukum

10

bahkan

oleh

3.

Sebagai filter/penyaring
Sebagai penyaring budaya-budaya luar yang masuk, menyaring baik dan
buruknya.

4.

Sebagai pandangan hidup
Sebagai pedoman tingkah laku berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat

5.

Sebagai kepribadian bangsa
Sebagai cirri khas bangsa Indonesia yang membedakan dengan bangsa
lain

6.

Sebagai cita-cita dan tujuan bangsa
Pancasila memuat cita-cita dan tujuann nasional

7.

Sebagai perjanjian luhur bangsa
Pancasila telah disepakti oleh para pendiri bangsa

8.

Sebagai jiwa bangsa
Sebagai penggerak dinamika bangsa Indonesia untuk mencapai tujuannya

C. Nilai Pancasila pada Masa Penjajahan Belanda
Nilai-nilai Pancasila pada saat penjajahan Belanda berupa perlawananperlawanan oleh rakyat diberbagai wilayah nusantara sebagai akibat praktekpraktek Belanda yang dirasa membuat penderitaan bagi rakyat Indonesia.
Masa

penjajahan

Belanda

bermula

setelah

Kerajaan

Majapahit

mengalami keruntuhan. Belanda yang pada awalnya ingin mencari rempahrempah akhirnya mempunyai rencana untuk menguasai dan memiliki seluruh
kekayaan Indonesia.
Maka berbagai politik licikpun dijalankan oleh bangsa Belanda, praktekpraktek tersebut antara lain:
1. Diawali berdirinya Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) yang
menimbulkan konfrontasi antara belanda dan portugis. Praktek-praktek
VOC mulai kelihatan dengan paksaan-paksaan sehingga rakyat mulai
mengadakan perlawanan dan menyerang Batavia 1928 dan 1929, di bawah
pimpinan Sultan Agung. Tetapi serangan itu tidak berhasil meruntuhkan
VOC

11

2. Bangsa Belanda mulai memainkan peranan politiknya dengan licik di
Indonesia, yaitu dengan menguasai Makasar (1667) yang menimbulkan
perlawanan dari rakyat Makasar (Hasanudin), Banten (Sultan Ageng
Tirtoyoso), Perlawanan Trunojoyo, Untung Suropati di Jawa Timur pada
akhir abad ke XVII tidak mampu meruntuhkan kekuatan kompeni pada
saat itu. Demikianlah Belanda pada awalnya menguasai daerah yang
strategis dan kaya akan hasil rempah-rempah pada abad ke XVII dan
nampaknya semakin memperkuat kedudukannya dengan didukung oleh
kekuatan militer.
3. Pada abad itu sejarah mencatat bahwa Belanda berusaha dengan keras
untuk memperkuat dan mengintensifkan kekuasaannya di seluruh
Indonesia .Melihat praktek-praktek penjajahan Belanda tersebut maka
meledaklah perlawanan rakyat di berbagai wilayah nusantara, antara lain:
Patimura di Maluku (1817), Baharudin di Palembang (1819), Imam Bonjol
di Minangkabau dan seterusnya.
4. Penghisapan mulai memuncak ketika Belanda mulai menerapkan sistem
monopoli melalui tanam paksa (1830-1870) dengan memaksakan beban
kewajiban kepada rakyat yang tidak berdosa. Penderitaan rakyat semakin
menjadi-jadi dan Belanda semakin gigih dalam menghisap rakyat untuk
memperbanyak kekayaan bangsa Belanda.
5. Dengan adanya praktek-pratek Belanda tersebut membuat perlawanan
rakyat Indonesia menjadi terpencar-pencar dan tidak memiliki koordinasi
sehingga mengalami kegagalan.. Dorongan cinta tanah air juga
menimbulkan semangat untuk melawan penindasan dari bangsa Belanda
pada saat itu, namun sekali lagi karena tidak adanya kesatuan dan
persatuan diantara mereka dalam melawan penjajah, maka perlawanan
tersebut senantiasa kandas dan menimbulkan banyak korban.

12

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk membentuk negara sangat
erat kaitannya dengan jati diri bangsa Indonesia. Pancasila sebagai jati diri
bangsa mengandung nilai Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan
serta keadilan. Dalam kenyataannya nilai-nilai ini telah dimiliki bangsa
Indonesia sejak zaman dahulu kala.
Dengan menjadikan Pancasila sebagai landasan dan pandangan hidup,
diharapkan tujuan pendidikan Pancasila akan dapat terwujud. Masyarakat
Indonesia yang memahami Pancasila dengan baik, mereka tidak hanya
mengetahui makna Pancasila, mereka juga harus menjalankannya dengan
baik.
Pancasila bukan lahir secara mendadak pada tahun 1945, melainkan telah
melalui proses yang panjang, dimatangkan oleh sejarah perjuangan bangsa
Indonesia, dengan melihat pengalaman bangsa-bangsa lain, dengan diilhami
oleh gagasan-gagasan besar dunia, dengan tetap berakar pada kepribadian
bangsa kita dan gagasan-gagasan besar bangsa kita sendiri. Negara Republik
Indonesia memang tergolong muda dalam barisan negara-negara di dunia.
Tetapi bangsa Indonesia lahir dari sejarah dan kebudayaannya yang tua,
melalui gemilangnya kerajaan-kerajaan di Indonesia, kemudian mengalami
masa penjajahan tiga setengah abad, sampai akhirnya bangsa Indonesia
memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Sejarah
perjuangan bangsa untuk merebut kembali kemerdekaan nasionalnya sama
tuanya dengan sejarah penjajajahan itu sendiri.
B. Saran
Mengingat besarnya perjuangan bangsa Indonesia meraih kemerdekaan,
maka perlu adanya kesadaran sedalam-dalamnya bahwa Pancasila adalah
pandangan hidup bangsa dan dasar negara Republik Indonesia serta

13

merasakan bahwa Pancasila adalah sumber kejiwaan masyarakat dan negara
Republik Indonesia, manusia Indonesia menjadikan pengamalan Pancasila
sebagai perjuangan utama dalam kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan
kenegaraan.
Oleh karena itu, pengamalannya harus dimulai dari setiap warga negara
Indonesia, setiap penyelenggara negara yang secara meluas akan berkembang
menjadi pengamalan Pancasila oleh setiap lembaga kenegaraan dan lembaga
kemasyarakatan, baik di pusat maupun di daerah. Dengan demikian Pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa dan dasar negara akan mempunyai arti nyata
bagi

manusia

Indonesia

dalam

hubungannya

dengan

kehidupan

kemasyarakatan dan kenegaraan. Untuk itu, perlu usaha yang sungguhsungguh dan terus-menerus serta terpadu demi terlaksananya penghayatan
dan pengamalan Pancasila
Pngin materi kebidanan yang lain
Kirim email ke dik.rushcomp@gmail.com

14

DAFTAR PUSTAKA
http://gustianipangesti.blogspot.com/pancasila-dalam-konteks-sejarah.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Proklamasi_Kemerdekaan_Indonesia
Kaelan: 2008, Pendidikan Pancasila, Paradigma Offset, Yogyakarta

15

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124