Evaluasi Kualitas Spermatozoa Dan Jumlah Turunan Mencit (Mus musculus L.) (F1) Setelah Pemberian Tuak Syafruddin Ilyas
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Evaluasi Kualitas Spermatozoa Dan Jumlah Turunan Mencit
(Mus musculus L.) (F1) Setelah Pemberian Tuak
Syafruddin Ilyas
Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara- – Medan
syaf_ilyas2004@yahoo.com
Abstrak.
Pengaruh tuak terhadap beberapa kualitas spermatozoa belum diketahui. Oleh
karena itu, penting untuk penelitian secara rinci, seperti: pengaruh tuak pada beberapa
kualitas spermatozoa dan jumlah anak mencit (F1). Metode penelitian menggunakan
Rancangan Acak Lengkap faktorial dengan 3 ulangan. Terdiri dari dua faktor, yakni Faktor
A (dosis tuak = kontrol, kontrol pelarut, dan tuak adalah 0,01, 0,05, 0,09, 0,13, 0,17, 0,21
mL/hari/30g tikus), dan B (waktu pemberian= 20, 30, 40, 50 dan 60 hari). Semua data
dianalisis dengan uji Kruskal-Wallis menggunakan software SPSS ver. 20. Disimpulkan
bahwa pemberian tuak pada mencit jantan dengan dosis yang lebih tinggi dan waktu yang
lebih lama cenderung menurunkan kualitas spermatozoa (morfologi dan viabilitas) serta
menekan jumlah anak hasil perkawinannya (F1).Kata Kunci: Morfologi spermatozoa, viabilitas spermatozoa, tuak, mencit.
PENDAHULUAN
Tuak merupakan sejenis minuman yang berasal dari fermentasi nira aren dan telah menjadi minuman tradisi muda-mudi di Sumatera Utara khususnya penduduk yang berasal dari daerah Batak Toba dan Simalungun. Tuak tersebut sampai sekarang masih menjadi kegemaran bagi muda-mudi daerah ini sebagai minuman penghangat tubuh dan diawaktu adanya pesta-pesta di malam hari. Di daerah lain, yang merupakan penghasil nira aren yang cukup banyak, masih terdapat minuman tuak yang dijual di warung-warung seperti Jawa Tengah dan Tawa Timur.
Sebagai tradisi yang telah menjadi turun temurun sangat sulit di hilangkan dari kebiasaan masyarakat. Tuak merupakan minuman beralkohol yang tidak jauh berbeda dengan miras (minuman keras) lainnya. Tuak dibuat secara konvensional, sehingga tidak diketahui kadar alkohol dan jumlah sel ragi Saccharomyces tuac di dalam tuak tersebut. Sehingga air tuak yang diminum secara berkelanjutan mungkin dapat mengganggu kesehatan peminumnya.
Nira aren yang merupakan bahan dasar pembuatan tuak mengandung alkohol dengan kadar 4%. Menurut KepMenKes No. 151/A/SK/V/81 bahwa minuman atau obat tradisional yang tergolong dalam minuman keras mengandung alkohol >1%. Pada penelitian pemberian alkohol 10% sebanyak 1 ml/hari selama dua bulan pada tikus jantan dapat menyebabkan penurunan proses pembentukan spermatozoa sekitar 24% (sebagian aspek genitalia) dari yang normal.
Untuk melihat secara jelas pengaruh tuak terhadap kualitas sperma dan jumlah anak yang dilahirkan maka dilakukan penelitian tentang pengaruh tuak terhadap beberapa kualitas sperma mencit (Mus musculus L. Strain DDW) selama beberapa siklus epitel seminiferus serta jumlah anaknya setelah dikawinkan.
METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2
Syafruddin Ilyas: Evaluasi Kualitas Spermatozoa Dan Jumlah Turunan Mencit (Mus musculus L.) (F1) Setelah Pemberian Tuak
422| Semirata 2013 FMIPA Unila faktor (faktor A -> dosis, faktor B -> lama pemberian), sebagai berikut ; Faktor A ; A1 = kontrol tanpa perlakuan; A2 = aquadest (kontrol); A3 = air tuak 0,01 ml/ekor/hari/mencit jantan; A4 = air tuak 0,05 ml/ekor/hari/mencit jantan; A5 = air tuak 0,09 ml/ekor/hari/mencit jantan; A6 = air tuak 0,13 ml/ekor/hari/mencit jantan; A7 = air tuak 0,17 ml/ekor/hari/mencit jantan; A8 = air tuak 0,21 ml/ekor/hari/mencit jantan Faktor B ; B1 = 20 hari ; B2 = 30 hari; B3 = 40 hari; B4 = 50 hari; B5 = 60 hari.
Catatan : Pemberian tuak 10 hari = 1
siklus epitel seminiferus, dosis air tuak didasarkan pada perkiraan (rata-rata) dosis konsumsi manusia setiap hari yakni; 100 ml/65 kg berat badan = 0,00154 mL/mg. Jika 1 ekor mencit berat rata-rata 30 gr, maka konsumsi 1 ekor mencit bila dikonversi dengan konsumsi manusia adalah = 0,046 ml/hari/30g mencit. Ulangan ditetapkan dengan rumus (t-1)(n-1) 15, dimana t = perlakuan, dan r = ulangan sehingga didapatkan ulangan sebanyak 1 kali, tetapi yang dipakai adalah 3 ekor.
Mencit Percobaan
Semua mencit percobaan berjumlah 120 ekor mencit (Mus musculus L. strain DDW) yang didapat dari Balai Penyidikan Penyakit Hewan Sumatera Utara Medan. Mencit tersebut terdiri dari jantan, berumur antara 8-11 minggu dengan berat badan berkisar antara 25-35 g, sehat dan fertil (pernah melahirkan anak satu kali). Penelitian memiliki Surat Ethical clearance penelitian hewan coba dari Fak. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Makanan dan minuman tikus
Susunan makanan tikus teridiri dari ; beras 5,5 kg, kacang kedele rebus kering 2,5 kg, kacang tanah goreng 800 g, minyak goreng 150 mL, susu skim 1 kg, garam 80 g, tepung tulang + garam besai 150 g, vit.B komplek 15 tablet, asam folat 2 tablet, vit.A 6000 SI 10 tablet, vit.B12 empat tablet.
Air Tuak dan penghitungan kadar alkohol
Air tuak didapat dari proses fermentasi secara alami selama 24 jam dengan cara mengambil air nira dari pohon aren di daerah Simalingkar Medan. Kemudian dibawa ke laboratorium Penelitian Terpadu FMIPA USU dilakukan oleh.
Pembuatan Bahan kimia untuk sediaan histologis
Larutan fikasatif Bouin, serial alkohol (70, 80, 90, 95, dan 100%), parafin padat, albumin, xylol, hematoxilin, kanada balsem, giemsa, larutan George (100 mL Na-sitrat 3%, 1 mL formalin 40%, dan 0,6 g eosin B), larutan eosin-Y 0,5%.
Alat-alat percobaan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ; kandang tikus dan kelengkapannya, sonde mulut, alat timbang, alat ukur sentimeter (jangka sorong), peralatan bedah tiup selengkap, gelas objek, gelas arloji, pipet, mikropipet, gelas ukur, kamar hitung (Neubauer), mikroskop cahaya, jarum ose, sentrifus, lampu spiritus, counter.
Teknik Pengumpulan Data
Pengambilan data pada mencit jantan, dari masing-masing kelompok kontrol dan perlakuan dengan air tuak, setelah itu dikorbankan dengan cara melakukan dislokasi di daerah servikal. Tetapi sebelum dikorbankan hewan jantan dikawinkan dengan hewan batina. Pengambilan data pada mencit jantan yang telah diperlakukan setelah beberapa hari (sesuai perlakuan). Data yang diambil terdiri dari data; Berat
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
- – hipofisis – testis. Dimulai dari menurunnya tingkat hormon LHRH di hipotalamus dan LH di hipofisis sampai kepada menurunnya aktifitas sel Leydig dalam menghasilkan testosteron. Akibatnya kadar testosteron dalam testis menjadi berkurang. Rendahnya testosteron intratestikular dapat menyebabkan gangguan terhadap pembentukan spermatozoa sehingga meningkatkan kerusakan morfologi spermatozoa dan akhirnya meningkatkan jumlah spermatozoa yang hidup. Kekurangan jumlah spermatozoa menyebabkan kecilnya pkemungkinan untuk dapat memiliki turunan ketika dikawinkan dengan mencit betina. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa paparan akut dan kronik alkohol berhubungan dengan rehdahnya kadar LHRH hipotalamus dan LH hipofisis.
Semirata 2013 FMIPA Unila Badan, Berat testis, Morfologi normal spermatozoa kauda epididimis, Viabilitas spermatozoa kauda epididimis, dan jumlah anak hasil perkawinan (F1).
Analisis Data
Semua data yang diperoleh dari masing- masig parameter diuji normalitas dan homogenitasnya. Jika data berdistribusi normal dan homogen maka dilanjutkan dengan uji Anova 1 arah dan uji Post-Hoc Bonferroni. Tetapi jika data tidak normal dan/atau homogen maka data ditransformasi. Jika tetap tidak normal dan/atau homogen maka data diuji dengan Kruskal-Wallis serta dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney. Jika distribusi datanya menyebar dengan varian yang tidak homogen, maka dilakukan uji statistik nonparametrik dengan Friedmen test.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada pengaruh pemberian air tuak pada mencit jantan, maka didapatkan hasil seperti tercantu pada Tabel 1.
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa dosis dan lama pemberian air tuak yang bermakna menekan kualitas spermatozoa (morfologi dan viabilitas) serta jumlah anak mencit setelah dikawinkan adalah pada dosis air tuak 0,21 ml/hari/30 g mencit jantan (A8) dan lama pemberian 60 hari (A8B5). Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya kandungan alkohol yang lebih banyak pada A8 dan dengan lama pemberian yang lebih panjang untuk dapat menekan kualitas spermatozoa ataupun jumlah anak mencit setelah dikawinkan. Panjaitan menyatakan, bahwa etanol mempunyai efek toksik pada tubuh baik secara langsung maupun tidak langsung. Metabolisme alkohol di dalam pembuluh darah darah dan mengganggu sistem hormonal yang dikenal dengan poros hipotalamus
Kerusakan sel Leydig oleh alkohol dapat terjadi karena adanya produksi radikal bebas yang timbul dan terjadi stress oksidatif. Reaksi antara etanol dengan H
2 O
2
dan radikal reaktif spesies yang lain akan menghasilkan radikal hidroksietil yang merupakan oksidan kuat. Radikal hidroksietil dapat mengoksidasi lipid dan protein sel hepar sehingga terjadi kerusakan jaringan tubuh. Sumber dari radikal bebas itu adalah xianthin oxidase dan NADPH sebab penghambatan enzim tersebut dapat menurunkan produksi radikal bebas pada tikus yang diberikan etanol. Peningkatan radikal bebas akibat pemberian alkohol juga terjadi melalui mekanisme enzim inducer. Alkohol akan menginduksi sitokrom P 450 sehingga enzim tersebut meningkat. Enzim sitokrom P 450 dapat meningkatkan radikal bebas secara langsung dengan membentuk radikal superoksid maupun secara tidak langsung melalui NADPH.
Syafruddin Ilyas: Evaluasi Kualitas Spermatozoa Dan Jumlah Turunan Mencit (Mus
musculus L.) (F1) Setelah Pemberian Tuak
30. A6B5 1.053±0.0611 a 77,00±1,00 b 66,67±1,53 c 3,67±0,58 g
22. A5B2 1.022±0.0494 a 81,33±1,53 a 79,00±1,00 b 6,00±1,00 de
23. A5B3 1.013±0.0535 a 78,33±1,53 b 77,00±2,65 b 5,67±0,58 e
24. A5B4 1.000±0.0378 a 77,67±3,51 b 71,00±1,73 b 4,67±0,58 f
25. A5B5 1.003±0.0985 a 76,33±1,15 b 68,00±2,00 c 4,33±0,58 f
26. A6B1 1.000±0.0318 a 83,00±1,00 a 80,00±1,00 ab 6,67±1,53 d
27. A6B2 0.990±0.0497 a 80,00±2,00 ab 77,67±2,31 b 6,33±0,58 d
28. A6B3 0.948±0.0967 a 78,33±0,58 b 75,33±1,53 b 5,67±1,15 e
29. A6B4 1.025±0.0567 a 77,67±1,53 b 72,33±4,04 b 4,33±0,58 f
31. A7B1 1.011±0.0192 a 79,67±1,53 b 79,00±1,00 b 6,00±1,00 de
20. A4B5 1.051±0.0589 a 76,67±0,58 b 74,33±0,58 b 4,67±0,58
32. A7B2 1.014±0.0867 a 78,33±2,89 b 76,67±1,53 b 5,67±1,15 e
33. A7B3 1.003±0.0947 a 76,00±2,00 b 73,33±1,53 b 4,33±0,58 f
34. A7B4 0.979±0.0849 a 75,00±0,00 b 70,33±0,58 bc 3,67±0,58 g
35. A7B5 0.989±0.0579 a 73,00±2,65 b 65,33±1,53 c 3,67±0,58 g
36. A8B1 0.990±0.0379 a 78,00±2,00 b 77,67±2,52 b 6,00±1,00 d
37. A8B2 1.042±0.1345 a 76,00±0,00 b 74,00±3,61 b 5,33±0,58 e
38. A8B3 0.935±0.0902 a 75,33±1,15 b 72,33±1,15 b 4,67±0,58 f
39. A8B4 1.013±0.0222 a 72,00±1,00 b 66,33±5,51 c 4,00±1,00 fg
21. A5B1 0.972±0.0763 a 84,33±1,15 a 80,00±1,00 ab 6,33±0,58 d
19. A4B4 1.016±0.1070 a 78,67±1,15 b 74,67±0,58 b 5,67±0,58 e
424| Semirata 2013 FMIPA Unila
7. A2B2 0.983±0.0697 a 86,00±1,00 a 87,00±1,00 a 9,00±1,00 b
Tabel 1. Rata-rata rasio testis/berat badan mencit, morfologi spermatozoa, viabilitas spermatozoa
dan jumlah anak mencit pada faktor A (dosis) dan B (lama).
No. Kelompok Rasio Testis/Berat Badan Morfologi sp. (%) Viabilitas sp. (%) Jumlah Anak
1. A1B1 1.000±0.0724 a 90,00±1,00 a 89,00±2,65 a 10,33±0,58 a
2. A1B2 0.965±0.0558 a 89,00±2,00 a 86,00±2,00 a 10,00±1,00 a
3. A1B3 0.939±0.1043 a 87,33±0,58 a 85,33±1,53 a 8,67±0,58 b
4. A1B4 1.065±0.0589 a 85,33±1,53 a 83,67±1,53 a 8,33±1,15 b
5. A1B5 0.990±0.0459 a 84,00±1,00 a 81,33±0,58 a 7,33±0,58 c
6. A2B1 0.992±0.0398 a 87,00±1,73 a 88,33±2,08 a 10,00±1,00 a
8. A2B3 1.030±0.0303 a 85,67±0,58 a 83,33±1,53 a 8,33±1,15 b
18. A4B3 0.969±0.0656 a 81,33±1,53 a 78,33±0,58 b 6,33±0,58 d
9. A2B4 1.003±0.1015 a 85,00±1,00 a 82,33±1,53 a 7,33±0,58 c
10. A2B5 0.960±0.0447 a 82,67±2,52 a 80,00±2,00 ab 6,33±0,58 d
11. A3B1 1.002±0.0598 a 87,67±3,21 a 84,67±1,53 a 8,33±0,58 b
12. A3B2 0.973±0.0584 a 84,33±1,53 a 81,00±1,00 a 7,67±1,15 c
13. A3B3 1.013±0.0660 a 82,33±2,08 a 80,33±0,58 ab 7,00±1,00 cd
14. A3B4 1.000±0.0328 a 80,67±1,15 ab 77,67±2,52 b 6,00±1,00 de
15. A3B5 1.024±0.0412 a 79,33±1,15 b 75,67±1,53 b 5,33±0,58 e
16. A4B1 0.991±0.0690 a 84,67±1,15 a 81,67±1,53 a 8,00±1,00 bc
17. A4B2 0.990±0.0175 a 82,33±1,53 a 80,00±2,00 b 6,67±0,58 d
40. A8B5 1.030±0.0643 a 69,67±0,58 c 59,67±1,53 d 2,67±0,58 h Keterangan: ab p<0,05 a
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
KESIMPULAN Univ. Sriwijaya. (1994). PenuntunLaboratorium WHO untuk Pemeriksaan Semen Manusia dan Interaksi Sperma-
Pemberian tuak pada mencit jantan dengan dosis yang lebih tinggi dan waktu Getah Servik . Edisi ke 3 terjemahan yang lebih lama cenderung menurunkan Arsyad dan Lusia hayati. Palembang, kualitas spermatozoa (morfologi dan hlm. 44. viabilitas) serta menekan jumlah anak hasil
Dahlan S., (2006). Statistik untuk perkawinannya.
Kedokteran dan Kesehatan. Edisi ke3. Penerbit Salemba Medika.
SARAN
Panjaitan, R. G. P. (2003). Bahaya Gagal Hamil yang Diakibatkan Minuman
Disarankan untuk melihat pengaruh tuak Beralkohol. [Disertasi]. Institut Pertanian pada organ-organ lain seperti hati, ginjal, Bogor. serta kajian molekuler secara mendalam.
Cicero, T.J. (1982). Alcohol-induced
DAFTAR PUSTAKA
deficits in the hypothalamic-pituitary- luteinizing hormone axis in the Sunanto. (1993). Aren. Budidaya dan male. Alcoholism: Clinical and
Multigunanya . Kanisius. Hlm. 5-53.
Experimental Research
6:207 –215, 1982. Karsono, Sumadio, Agusmal dan Ubaidilah,
Salonen, I., Pakarinen, P. and Huhtaniemi, M. (1994). Bahaya penggunaan
I. (1992). Effect of chronic ethanol diet
- – minuman keras. Laporan Penelitian in expression of gonadotropin genes in USU Press. Medan . Hlm. 16-25.
the male rat. Journal of Pharmacology
and Experimental Therapeutics 260:
Federer, W.Y. (1963). Experimental 463 –467.
design, theory and application. New York, Mac. Millan ; p. 544.
Chamulitrat W, Camal J, Reed NM, Spitzer JJ. (1998). In vivo endotoxin enhance Stackler and E. N. Christensen. (1974).
billary etanol-dependent free radical
Quantitative Determination Of Ethanol
generati on. AJP Gastrointest Liver In Wine By Gas Chromatography B.
Physiol. Vol 274: G653-G661 Amer. J. Enol. Viticult., Vol. 25, No. 4. Kono H, Rusyn I, Uesugi T, et al. (2001). Ilyas S., (2011). Manfaat Pemberian
Diphenyleneiodonium sulfate, an
Undekanoat (TU) dan Ekstrak Air
NADPH oxidase inhibitor, prevents
Blustru Medan (Luffa aegyptiaca Mill.)
early alcohol-induced liver injury in th e sebagai alternatif kontrasepsi pada pria.
rat. AJP-Gastrointestinal and Liver Journal of the Indonesian Medical
Physiology; 280:G1005-G1012 Association (Majalah Kedokteran Indonesia) . Vol. 61, No. 10, Oktober
Bacman KB, and Ames BN (1998) The 2011.
Free Radical Theory of Aging Matures.
Physiological Reviews , 78 : 547-581.
Semirata 2013 FMIPA Unila
426| Semirata 2013 FMIPA Unila