SISTEM EKONOMI KERAKYATAN DALAM GLOBALISASI PEREKONOMIAN
SISTEM EKONOMI KERAKYATAN DALAM
GLOBALISASI PEREKONOMIAN
Wahyu Bhudianto
Abstract
Regional economic development is a process by which local governments and
communities to manage resources - resources and form a partnership with local government ,
private sector to create a new jobs and stimulate the development of economic activity (economic
growth) in the region. . Regional economic development is a process that includes the formation
of new institutions, the development of alternative industries, improvement of existing workforce
capacity to produce better products and services, identifying new markets, transfer of knowledge
and technology, and development efforts new.
In the current era of regional autonomy, the concept of community economic development
system must be translated into operational programs based on the domestic economy at the
county level and city with a high degree of independence. It should be emphasized that the
development of community economic system in the current era of regional autonomy should not
be interpreted in a territorial perspective, but should be developed in the perspective of
regionalization in which it is integrated in the potential unity, excellence, opportunity, social and
cultural character. the Populist economic system should be able to empower local communities
and improve the Regional Economic Development.
Keywords: Globalization, Populist , The economic system
Pendahuluan
Banyak pakar dan para ahli
mengartikan sistem sebagai kesatuan yang
terpadu secara holistik yang didalamnya
terdiri atas bagian – bagian, dan tiap – tiap
bagian memiliki ciri dan batas tersendiri.
Suatu sistem pada dasarnya merupakan
organisasi besar yang menjalin berbagai
subyek / obyek serta perangkat kelembagaan
dalam suatu tatanan tertentu. Subyek / obyek
pembentuk sebuah sistem dapat berupa
orang-orang
atau
masyarakat
yang
menggunakan perangkat kelembagaan.
Berbagai upaya untuk merumuskan
sistem ekonomi khas Indonesia ternyata
tidak semudah memberikan label semacam
sistem ekonomi Pancasila, sistem ekonomi
Transformasi Vol.XIV No 22 Tahun 2012
rakyat atau sistem ekonomi liberal.
Sesungguhnya persoalan – persoalan
ekonomi pada hakekatnya adalah masalah
transformasi atau pengolahan alat – alat /
sumber penentu / pemuas kebutuhan yang
berupa faktor – faktor produksi, yaitu tenaga
kerja, modal, sumber daya alam dan
keterampilan menjadi barang dan jasa..
Sistem Ekonomi adalah suatu sistem yang
mengatur serta menjalin hubungan ekonomi
dengan antar manusia dengan seperangkat
kelembagaan dalam tatanan kehidupan.
Sistem ekonomi suatu negara
dikatakan bersifat khas sehingga dibedakan
dari sistem ekonomi yang berlaku atau
diterapkan dinegara lain, hal ini berdasarkan
beberapa sudut tinjauan: (1) Sistem
pemilikan sumber daya atau faktor-faktor
1
produksi; (2) keluwesan masyarakat untuk
saling berkompetisi satu sama lain dan untuk
menerima imbalan atas prestasi kerjanya;
dan (3) kadar peranan pemerintah dalam
mengatur, mengarahkan dan merencanakan
kehidupan bisnis dan perekonomian pada
umumnya ( Ai Siti Farida, SE, S.Si, 2010 ).
Perihal sistem ekonomi yang
diterapkan di Indonesia sering menjadi
pertanyaan, sistem ekonomi apa yang
diterapkan di Indonesia ? bagaimana sistem
ekonomi
Indonesia
berperan
dalam
pemberdayaan masyarakat diera otonomi
daerah ? dan mampukah Sistem ekonomi
kerakyatan bersaing dalam globalisasi
perekonomian ?
Setiap negara memiliki sistem
ekonomi. Pilihan tehadap sistem ekonomi
yang dianut oleh suatu negara bergantung
pada kesepakatan nasional negara tersebut.
Biasanya
kesepakatan
nasional
ini
berdasarkan undang – undang dasar yang
dimiliki, disamping itu ada falsafah dan
ideologi negara yang mempengaruhi sistem
ekonomi suatu negara. Bertolak dari
pemahaman dasar mengenai makna dan
hakekatnya secara teoritis, Sistem Ekonomi
dapat dikatakan sebagai keseluruhan
lembaga – lembaga ekonomi yang
dilaksanakan atau dipergunakan oleh suatu
bangsa / negara dalam mencapai cita – cita
yang telah ditetapkan. ( Drs. Subandi, MM,
2011 ).
Pengertian lain menjelaskan bahwa
Sistem Ekonomi adalah strategi suatu negara
mengatur kehidupan ekonominya dalam
rangka mencapai kemakmuran.( Ai Siti
Farida, SE, M.Si , 2010 ). Sistem Ekonomi
adalah sistem sosial atau kemasyarakatan
yang dilihat dalam rangka usaha keseluruhan
sosial yang untuk mencapai kemakmuran.
Terkandung unsur – unsur: (1) Tujuan
Transformasi Vol.XIV No 22 Tahun 2012
bersama dengan harapan yang melahirkan
kebiasaan, tradisi, kaidah, aturan yang
melembaga; (2) Seperangkat nilai yang
melekat pada tujuan bersama tersebut dan
menciptakan pengikat yang mempersatukan
anggota masyarakat dalam usaha bersama
menurut cara-cara tertentu; (3) Sikap dasar
dan pengertian tentang hak dan kewajiban.
Gregory Grossman
dalam
P.
Rahardja dan M. Manurung (2004)
mengatakan bahwa yang dimaksud sistem
ekonomi adalah sekumpulan komponen –
komponen atau unsur – unsur terdiri atas unit
– unit dan agen – agen ekonomi serta
lembaga – lembaga ( institusi ) ekonomi,
yang bukan saja saling berhubungan dan
berinteraksi, melainkan juga sampai tingkat
tertentu
saling
menopang
dan
mempangaruhi. Dumairy ( 1996 )
mengatakan bahwa suatu Sistem Ekonomi
tidaklah berdiri sendiri, tetapi berkaitan
dengan: (1) falsafah; (2) pandangan hidup
masyarakat; (3) pola hidup masyarakat; (4)
idiologi.
Sistem
Ekonomi
sesungguhnya
merupakan salah satu unsur saja dalam suatu
supra sistem kehidupan masyarakat disuatu
negara. Didunia ini terdapat kecenderugan
secara umum bahwa Sitem Ekonomi disuatu
negara
” bergandengan tangan ” dengan
Sistem Politik di negara yang bersangkutan.
Secara umum dapat digambarkan unsur –
unsur sistem ekonomi dan unsur – unsur
sistem politik sebagai berikut :
2
Tabel 1
Sistem Ekonomi dan Sistem Politik
Kutub A
Kontek
Pengkutuban
Kutub Z
Liberalisme
Ideologi Politik
Komunisme
Demokrasi
Rezim
Pemerintahan
Otokrasi
Egalitarianisme
Penyelenggaraan
Kenegaraan
Etatisme
Desentralisasi
Struktur
Birokrasi
Sentralisasi
Kapitalisme
Ideologi
Ekonomi
Sosialisme
Mekanisme
Pasar
Pengelolaan
Ekonomi
Perencanaan
Terpusat
Sumber : Dumairy, 1996
Pada negara – negara yang
berideologi politik leberalisme dengan rezim
pemerintahan
yang demikratis, pada
umumnya menganut ideologi ekonomi
kapitalisme dengan pengelolaan ekonomi
yang berlandaskan pada mekanisme pasar.
Dinegara
ini
penyelenggaraan
kenegaraannya bersifat egaliter dan struktur
birokrasinya
desentralistis.
Sedangkan
negara – negara yang berideologi politik
komunisme denganrezim pemerintahan yang
otoriter, ideologi ekonominya cenderung
sosialisme,
dengan
pengelolaan
perekonomian berdasarkan perencanaan
terpusat,
dinegara-negara
ini
penyelenggaraan kenegaraannya cenderung
bersifat etatisme dengan struktur birokrasi
yang sentralistis.
Transformasi Vol.XIV No 22 Tahun 2012
Perbedaan sistem ekonomi terjadi
lebih disebabkan karena perbedaan nilai –
nilai hidup antara suatu kelompok
masyarakat atau negara. Faktor – faktor yang
mempengaruhi pemakaian suatu sistem
ekonomi antara lain :
1. Faktor Intern, meliputi: (lembaga
ekonomi, lembaga sosial,
lembaga
ide, kebijakkan pemerintah)
2. Faktor Ekstern, meliputi : (keadaan
politik, falsafah negara, hukum yang
berlaku, politik luar negeri).
Macam - Macam Sistem Ekonomi
Di dunia terdapat bermacam –
macam Sistem Ekonomi yang dapat
diklasifikasikan beberapa cara yaitu: (1)
Dilihat dari mekanisme koordinasinya,
sistem ekonomi dibedakan dalam tiga
kategori, yaitu: sistem tradisi, sistem
komando, dan sistem pasar; (2) Dilihat
berdasarkan penekanan hak kepemilikan
yang berlakukan, terdapat sistem ekonomi
sosialis dan sistem ekonomi kapitalis. Secara
umum Sistem Ekonomi dikelompokkan
menjadi tiga bentuk , yaitu : Sistem Ekonomi
Liberalis-kapitalistik,
Sistem
Ekonomi
sosialis-komunistik dan Sistem Ekonomi
Campuran ( Mixed Economy).
1. Sistem Ekonomi Liberal-Kapitalis.
Sistem Ekonomi Liberalis-Kapitalis
adalah suatu sistem yang memberikan
kebebasan yang cukup besar bagi pelakupelaku ekonomi untuk melakukan
kegiatan yang terbaik bagi kepentingan
individu atas sumber daya ekonomi atau
faktor – faktor produksi. Pada sistem
ekonomi ini terdapat keleluasaan bagi
perseorangan untuk memiliki sumber
daya, seperti kompetensi antar individu
dalam memenuhi kebutuhan hidup
persaingan antar badan usaha dalam
mencari keuntungan. Prinsip keadilan
yang dianut
adalah setiap orang
menerima imbalan berdasarkan prestasi
3
kerjanya. Campur tangan pemerintah
sangat minim. Sistem ini menyandarkan
diri pada mekanisme pasar, berdasarkan
prinsip Laissez Faire (persaingan bebas)
dan menyakini kemampuan ( the
invinsible hand ) dalam menuju efisiensi
ekonomi.
2. Sistem Ekonomi Sosialis-komunistik
Dalam Sistem Ekonomi sosialiskomunistik adalah sumber daya ekonomi
atau faktor produksi dikuasai sebagai
milik
negara.
Menekankan
pada
kebersamaan
masyarakat
dalam
menjalakan
dan
memajukan
perekonomian. Imbalan yang diberikan
pada perseorangan didasarkan pada
kebutuhannya, buka berdasakan jasa
yang diberikannya. Prinsip keadilan yang
dianut ialah setiap orang menerima
imbalan yang sama. Campur tangan
pemerintah sangat tinggi. Semua alat
produksi adala milik bersama/negara.
Sistem ekonomi dikendalikan melalui
perencanaan terpusat.
3. Sistem Ekonomi
Economy)
Campuran
(Mixed
Sistem Ekonomi campuran pada
umumnya diterapkan pada negara –
negara berkembang atau negara – negara
dunia ketiga. Dalam praktiknya Sistem
Ekonomi yang dilaksanakan di Indonesia
mengandung unsur – unsur Kapitalisme
dan
Sistem
Sosialisme
dalam
pengorganisasian sistem ekonominya.
Untuk melihat kadar isme tersebut
mewarnai Sistem Ekonomi Indonesia
dapat dilihat dari dua pendekatan yakni :
pendekatan faktual struktural yakni
menelaah peranan pemerintah/negara
dalam struktur perekonomian dan
pendekatan historis yakni menelaah
sejarah perekonomian Indonesia dari
waktu kewaktu.( Drs. Subandi, MM,
2011 ).
Sistem Ekonomi Kerakyatan
Transformasi Vol.XIV No 22 Tahun 2012
Sistem Ekonomi Kerakyatan berlaku
di Indonesia sejak terjadinya Reformasi di
Indonesia pada tahun 1998. Pemerintah
bertekad melaksanakan Sistem Ekonomi
Kerakyatan dengan mengeluarkan ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia Nomor IV/MPR/1999, tentang
Garis-Garis Besar Haluan Negara yang
menyatakan bahwa sistem perekonomian
Indonesia
adalah
Sistem
Ekonomi
Kerakyatan.
Sistem Ekonomi Kerakyatan adalah
Sistem Ekonomi Nasional Indonesia yang
berasas kekeluargaan, berkedaulatan rakyat,
bermoral Pancasila, dan menunjukkan
pemihakan sungguh-sungguh pada ekonomi
rakyat. Syarat mutlak berjalannya sistem
ekonomi nasional yang berkeadilan sosial
adalah berdaulat di bidang politik, mandiri di
bidang ekonomi, dan berkepribadian di
bidang budaya. (Prof. Dr. Mubyarto, 2002 )
Pada Sistem Ekonomi Kerakyatan,
masyarakat memegang aktif dalam kegiatan
ekonomi,
sedangkan
pemerintah
menciptakan iklim yang sehat bagi
pertumbuhan dan perkembangan dunia
usaha.
Sistem
Ekonomi
Kerakyatan
mempunyai ciri-ciri berikut ini: (1)
Bertumpu pada mekanisme pasar yang
berkeadilan dengan prinsip
persaingan
sehat; (2) Memperhatikan pertumbuhan
ekonomi, nilai keadilan, kepentingan
sosial ,dan kualitas hidup; (3) Mampu
mewujudkan pembangunan berwawasan
lingkungan dan berkelanjutan; (4) Menjamin
kesempatan yang sama dalam berusaha dan
bekerja; dan (5) Adanya perlindungan hakhak konsumen dan perlakuan yang adil bagi
seluruh rakyat. (Arini Nurmala Sari, 2011)
Sistem ekonomi kerakyatan sendi
utamanya adalah UUD 1945 pasal 33 ayat
(1), (2), dan (3). Bentuk usaha yang sesuai
4
dengan ayat (1) adalah koperasi, dan bentuk
usaha yang sesuai dengan ayat (2) dan (3)
adalah perusahaan negara. Adapun dalam
penjelasan pasal 33 UUD 1945 yang
berbunyi “hanya perusahaan yang tidak
menguasai hajat hidup orang banyak boleh di
tangan seorang”. Hal itu berarti perusahaan
swasta juga mempunyai andil di dalam
sistem perekonomian Indonesia. Dengan
demikian terdapat tiga pelaku utama yang
menjadi kekuatan sistem perekonomian di
Indonesia,
yaitu
perusahaan
negara
(pemerintah), perusahaan swasta, dan
koperasi. Ketiga pelaku ekonomi tersebut
akan
menjalankan
kegiatan-kegiatan
ekonomi dalam sistem ekonomi kerakyatan.
Sebuah sistem ekonomi akan berjalan
dengan baik jika pelaku-pelakunya dapat
saling bekerja sama dengan baik pula dalam
mencapai tujuannya. Dengan demikian sikap
saling mendukung di antara pelaku ekonomi
sangat
dibutuhkan
dalam
rangka
mewujudkan ekonomi kerakyatan.
Syarat mutlak berjalannya sistem
ekonomi nasional yang berkeadilan sosial
adalah berdaulat di bidang politik, mandiri
dibidang ekonomi dan berkepribadian di
bidang budaya. Strategi pembangunan yang
memberdayakan ekonomi rakyat merupakan
strategi melaksanakan demokrasi ekonomi
yaitu produksi dikerjakan oleh semua untuk
semua dan di bawah pimpinan dan penilikan
anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran
masyarakat lebih diutamakan ketimbang
kemakmuran
orang
seorang.
Maka
kemiskinan tidak dapat ditoleransi sehingga
setiap kebijakan dan program pembangunan
harus memberi manfaat pada mereka yang
paling miskin dan paling kurang sejahtera
Globalisasi Perekonomian
Menurut
asal
katanya,
kata
"globalisasi" diambil dari kata global, yang
Transformasi Vol.XIV No 22 Tahun 2012
maknanya
ialah
universal.
Achmad
Suparman menyatakan Globalisasi adalah
suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau
perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di
dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah
Globalisasi belum memiliki definisi yang
mapan, kecuali sekedar definisi kerja
(working definition), sehingga bergantung
dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang
memandangnya sebagai suatu proses sosial,
atau proses sejarah, atau proses alamiah yang
akan membawa seluruh bangsa dan negara di
dunia makin terikat satu sama lain,
mewujudkan satu tatanan kehidupan baru
atau
kesatuan
ko-eksistensi
dengan
menyingkirkan
batas-batas
geografis,
ekonomi dan budaya masyarakat.
Di sisi lain, ada yang melihat
globalisasi sebagai sebuah proyek yang
diusung oleh negara-negara adikuasa.,
sehingga bisa saja orang memiliki pandangan
negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut
pandang ini, globalisasi tidak lain adalah
kapitalisme dalam bentuk yang paling
mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya
praktis akan mengendalikan ekonomi dunia
dan negara-negara kecil makin tidak berdaya
karena tidak mampu bersaing. Sebab,
globalisasi cenderung berpengaruh besar
terhadap perekonomian dunia, bahkan
berpengaruh terhadap bidang-bidang lain
seperti budaya dan agama.
Globalisasi perekonomian merupakan
suatu proses kegiatan ekonomi dan
perdagangan, dimana negara-negara di
seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar
yang semakin terintegrasi dengan tanpa
rintangan batas teritorial negara. Globalisasi
perekonomian mengharuskan penghapusan
seluruh batasan dan hambatan terhadap arus
modal, barang dan jasa.
5
Ketika globalisasi ekonomi terjadi,
batas-batas suatu negara akan menjadi kabur
dan keterkaitan antara ekonomi nasional
dengan perekonomian internasional akan
semakin erat. Globalisasi perekonomian di
satu pihak akan membuka peluang pasar
produk dari dalam negeri ke pasar
internasional secara kompetitif, sebaliknya
juga membuka peluang masuknya produkproduk global ke dalam pasar domestik.
Menurut Tanri Abeng, perwujudan
nyata dari globalisasi ekonomi antara lain
terjadi dalam bentuk-bentuk berikut:
1. Globalisasi produksi, di mana perusahaan
berproduksi di berbagai negara dengan
sasaran agar biaya produksi menajdi
lebih rendah. Hal ini dilakukan baik
karena upah buruh yang rendah, tarif bea
masuk yang murah, infrastruktur yang
memadai ataupun karena iklim usaha dan
politik yang kondusif. Dunia dalam hal
ini menjadi lokasi manufaktur global.
2.
Globalisasi pembiayaan. Perusahaan
global
mempunyai
akses
untuk
memperoleh pinjaman atau melakukan
investasi (baik dalam bentuk portofolio
ataupun langsung) di semua negara di
dunia.
3.
Globalisasi tenaga kerja. Perusahaan
global akan mampu memanfaatkan
tenaga kerja dari seluruh dunia sesuai
kelasnya, seperti penggunaan staf
profesional diambil dari tenaga kerja
yang telah memiliki pengalaman
internasional atau buruh kasar yang biasa
diperoleh dari negara berkembang.
Dengan globalisasi maka human
movement akan semakin mudah dan
bebas.
Transformasi Vol.XIV No 22 Tahun 2012
4. Globalisasi
jaringan
informasi.
Masyarakat suatu negara dengan mudah
dan cepat mendapatkan informasi dari
negara-negara di dunia karena kemajuan
teknologi,
antara
lain
melalui:
TV,radio,media cetak dll.
5. Globalisasi Perdagangan. Hal ini
terwujud dalam bentuk penurunan dan
penyeragaman tarif serta penghapusan
berbagai hambatan nontarif. Dengan
demikian kegiatan perdagangan dan
persaingan menjadi semakin cepat, ketat,
dan fair.
Dampak
Positif
Globalisasi
Ekonomi, antara lain: (1) produksi global
dapat ditingkatkan; (2) meningkatkan
kemakmuran masyarakat dalam suatu
negara; (3) meluaskan pasar untuk produk
dalam negeri; (4) dapat memperoleh lebih
banyak modal dan teknologi lebih baik; (5)
menyediakan
dana
tambahan
untuk
pembangunan ekonomi;
Sedangkan
dampak
negatif
globalisasi ekonomi, dapat diiendtifikasi
sebagai
berikut:
(1)
menghambat
pertumbuhan
sektor
industri;
(2)
memperburuk neraca pembayaran; (3) sektor
keuangan semakin tidak stabil; dan (4)
memperburuk
prospek
pertumbuhan
ekonomi jangka panjang
Sistem Ekonomi Kerakyatan Dalam
Globalisasi Perekonomian
Dalam Globalisasi Perekonomian
pengembangan ekonomi rakyat merupakan
keniscayaan bagi bangsa Indonesia sebagai
mana upaya demokratisasi yang merupakan
kecenderungan global juga. Momentum
pengembangan ekonomi rakyat ini semakin
tampak sejalan dengan pergantian rezim di
Indonesia dan berubahnya paradigma
pembangunan yang diterapkan sebelumnya.
Oleh karena itu diyakini akan terjadi proses
6
perubahan politik – ekonomi secara
signifikan yang mendorong demokrasi dan
pengembangan ekonomi rakyat agar proses
pembagian kekuasaan ekonomi
politik
menjadi relatif berimbang. Perubahan ini
tentunya akan mempercepat laju berbagai
tuntutan masyarakat menghendaki bahwa
keberlanjutan
pembangunan
ekonomi
mensyaratkan partisipasi masyarakat yang
lebih luas.
Sistem
Ekonomi
Kerakyatan
merupakan aturan main baru perekonomian
Nasioanl Indonesia. Reformasi menuju
ekonomi kerakyatan dilaksanakan berdasar
azas kerakyatan serta prinsip dasar dari
program – program pemberdayaan ekonomi
rakyat. Tujuan ekonomi Indonesia adalah
keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Rakyat Indonesia masih hidup
dalam keterbelakangan dan kemiskinan
sehingga menjadi acuan pengembangan
Sistem Ekonomi Kerakyatan supaya tidak
terlindas oleh globalisasi perekonomian.
Reformasi ekonomi mempunyai
tujuan kembar yaitu meningkatkan efisiensi
ekonomi nasional sekaligus menghapus
berbagai ketidakadilan ekonomi dengan
tujuan akhir terwujudnya masyarakat yang
adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
Sistem Ekonomi Pancsila atau Sistem
Ekonomi Kerakyatan dalam menghadapai
globalisasi
Perekonomian
dijalankan
berdasarkan prinsip – prinsil etik dalam 7
butir
paradigma
yaitu:
(1)
harus
menyumbangkan terciptanya ketahanan
ekonomi nasional yang kukuh dan tangguh;
(2) harus mengandung sikap dan tekad
kemandirian dalam diri manusia, keluarga
dan masyarakat Indonesia; (3) perekonomian
nasional harus dikembangkan ke aah
perekonomian yang berkeadilan dan berdaya
saing tinggi; (4) demokrasi ekonomi harus
Transformasi Vol.XIV No 22 Tahun 2012
diwuudkan untuk emperkukuh struktur usaha
nasional; (5) koperasi adalah sakaguru
perekonomian nasional, sebagai gerakan dan
wadah kegiatan ekonomi rakyat, koperasi
sebagai badan usaha ditujukan pada
penguatan dan perluasan basis usaha; (6)
kemitraan usaha yang dijiwai semangat
kebersamaan dan kekeluargaan yang saling
menguntungkan
harus
ditumbuhkembangkan; (7) usaha nasional
harus dikembangkan sebagai usaha bersama
berdasar asas kekeluargaan dalam sistem
ekonomi pasar terkelola dan dikendalikan
oleh keimanan dan ketaqwaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa serta nasionalisme
yang tinggi ( Mubyarto, 1999 ).
Sistem Ekonomi Kerakyatan dalam
pergumulan pada globalisasi Perekonomian
harus dapat berjalan pada aturan main
keadilan ekonomi yang bersumber pada
Pancasila antara lain:(1) roda kegiatan
ekonomi
bangsa
digerakkan
oleh
rangsangan-rangsangan ekonomi, sosial dan
moral; (2) seluruh warga masyarakat
bertekad untuk mewujudkan kemerataan
sosial
yaitu tidak membiarkan adanya
ketimpangan ekonomi dan kesenjangan
sosial; (3) seluruh pelaku ekonomi yaitu
produsen dan pemerintah (yang bisa
bertindak baik sebagai produsen maupun
konsumen
),
selalu
bersemangat
nasionalistik, yaitu dalam setiap putusanputusan ekonominya menomorsatukan tujuan
terwujudnya perekonomian yang tangguh
dan kuat; (5) koperasi dan bekerja secara
kooperatif selalu menjiwai pelaku ekonomi
warga masyarakat. Demokrasi ekonomi atau
Ekonomi Kerakyatan dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan /
perwakilan; (5) Dalam perekonomian
nasional yang amat luas, terus menerus
diupayakan adanya keseimbangan antara
perencanaan ekonomi nasional dengan
7
peningkatan desentralisasi serta otonomi
daerah.
Hanya
melalui
partisipasi
daerah secara aktif aturan main keadilan
sosial ekonomi bisa berjalan yang
selanjutnya menghasilkan suatu keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
(Mubyarto, 1999).
Penutup
Berlakunya Undang – undang nomor
32 tahun 2004 tentang otonomi daerah, maka
terjadi pergeseran dalam pembangunan
ekonomi yang tadinya bersifat sentralistik,
mengarah pada desentralisasi yaitu dengan
memberi keleluasaan kepada daerah untuk
membangun
wilayahnya
termasuk
pembangunan dalam bidang ekonominya.
Penyelenggaraan
otonomi
daerah,
pengaturan, pembagian dan pemanfaatan
sumber daya nasional yang berkeadilan dan
perimbangan keuangan pusat dan daerah
dalam
rangka
mempertahankan
dan
memperkokoh Negara Kesatuan Republik
Indonesia dilaksanakan berdasarkan azas
kerakyatan,
maka
sistem
ekonomi
kerakyatan
hendaknya
dapat
memberdayakan masyarakat daerah dan
meningkatkan
pembangunan
ekonomi
daerah.
Pembangunan ekonomi daerah adalah
suatu proses dimana pemerintah daerah dan
masyarakatnya mengelola sumberdaya –
sumberdaya yang ada dan membentuk suatu
pola kemitraan anatara pemerintah daerah
dengan sektor swasta untuk menciptakan
suatu lapangan kerja baru dan merangsang
perkembangan
kegiatan
ekonomi
(
pertumbuhan ekonomi ) dalam wilayah
tersebut. ( Lincolin Arsyad, 2000 ).
Selanjutnya
Lincolin
Arsyad
juga
mengatakan bahwa Pembangunan Ekonomi
Daerah adalah suatu proses yang mencakup
pembentukan
Institusi-institusi
baru,
Transformasi Vol.XIV No 22 Tahun 2012
pembangunan
industri-industri
alternatif,perbaikan kapasitas tenaga kerja
yang ada untuk menghasilkan produk dan
jasa lebih baik, identifikasi pasar-pasar
baru,alih pengetahuan dan tehnologi, serta
pembangunan usaha-usaha baru.
Pokok permasalah yang ada didalam
Pembangunan Ekonomi Daerah terletak pada
kebijakan – kebijakan pembangunan yang
didasarkan pada kekhasan daerah yang
bersangkutan dengan menggunakan potensi
sumber daya manusia, kelembagaan dan
sumberdaya fisik secara lokal daerah.
Oreientasi ini mengarah pada pengambilan
inisiatif – inisiatif yang berasal dari daerah
dalam
proses
pembangunan
untuk
menciptakan kesempatan kerja baru dan
merangsang peningkatan kegiatan ekonomi.
Permasalahan dalam Pembang-unan
Ekonomi Daerah adalah: Ketimpangan
pembangunan sektor Industri, kurang
meratanya investasi,tingkat mobilitas faktor
produksi yang rendah, perbedaan sumber
daya alam, perbedaan demografi dan kurang
lancarnya perdagangan antar daerah.
Lincolin Arsyad (2000), mengatakan bahwa
ada empat peran yang dapat diambil oleh
Pemerintah
daerah
dalam
proses
pembangunan ekonomi di daerah, yaitu :
enttrepreneur, koordinasi dan stimulator
untuk melakukan inisiatif dan inovatif dalam
pembangunan di daerah. Agar pean
pemerintah dapat berjalan dengan baik
secara garis besar ada strategi pembangunan
ekonomi
daerah
yaitu
:
Strategi
pengembangan fisik, Strategi pengembangan
dunia usaha, Strategi pengembangan
sumberdaya
manusia
dan
Strategi
pemberdayaan
&
pengembangan
masyarakat.
Pada era otonomi daerah saat ini,
konsep pengembangan Sistem ekonomi
8
kerakyatan harus diterjemahkan dalam
bentuk program operasional berbasiskan
ekonomi domestik pada tingkat kabupaten
dan kota dengan tingkat kemandirian yang
tinggi. Namun demikian perlu ditegaskan
bahwa pengembangan Sistem ekonomi
kerakyatan pada era otonomi daerah saat ini
tidak harus diterjemahkan dalam perspektif
territorial, tapi sebaiknya dikembangkan
dalam perspektif regionalisasi di mana di
dalamnya terintegrasi kesatuan potensi,
keunggulan, peluang, dan karakter sosial
budaya.
Subandi, (2011), Sistem Ekonomi Indonesia,
Alfabeta
DAFTAR PUSTAKA
Ai Siti Farida, SE, MM, Sistem Ekonomi
Indonesia, Pustaka Setia, Bandung,
2011
Arini Nurmala Sari, (2011), Sistem Ekonomi
Kerakyatan Melalui wadah Gerakan
koperasi Indonesia.
Anggito Abimanyu, (2000) Ekonomi
Indonesia
Baru,
Elex
Media
Komputindo.
Dumairy, (1997) Perekonomian Indonesia,
Erlangga, Jakarta
Julius Bobo, SE, MM, (2003) Transformasi
Ekonomi Rakyat, Cidesindo
Lincolin
Arsyad,
(2000),
Pengantar
Perencanaan dan Pembangunan
Ekonomi Daerah, BPFE, Yogyakarta.
Mubiyarto, (1999), Reformasi Sistem
Ekonomi (Dari Kapitalisme menuju
Ekonomi Kerakyatan) Aditya Media
Mubyarto,
(2002),
Makalah
untuk
Konperensi Nasional Pengembangan
Sosial Ekonomi, Yogyakarta, 2002
Transformasi Vol.XIV No 22 Tahun 2012
9
GLOBALISASI PEREKONOMIAN
Wahyu Bhudianto
Abstract
Regional economic development is a process by which local governments and
communities to manage resources - resources and form a partnership with local government ,
private sector to create a new jobs and stimulate the development of economic activity (economic
growth) in the region. . Regional economic development is a process that includes the formation
of new institutions, the development of alternative industries, improvement of existing workforce
capacity to produce better products and services, identifying new markets, transfer of knowledge
and technology, and development efforts new.
In the current era of regional autonomy, the concept of community economic development
system must be translated into operational programs based on the domestic economy at the
county level and city with a high degree of independence. It should be emphasized that the
development of community economic system in the current era of regional autonomy should not
be interpreted in a territorial perspective, but should be developed in the perspective of
regionalization in which it is integrated in the potential unity, excellence, opportunity, social and
cultural character. the Populist economic system should be able to empower local communities
and improve the Regional Economic Development.
Keywords: Globalization, Populist , The economic system
Pendahuluan
Banyak pakar dan para ahli
mengartikan sistem sebagai kesatuan yang
terpadu secara holistik yang didalamnya
terdiri atas bagian – bagian, dan tiap – tiap
bagian memiliki ciri dan batas tersendiri.
Suatu sistem pada dasarnya merupakan
organisasi besar yang menjalin berbagai
subyek / obyek serta perangkat kelembagaan
dalam suatu tatanan tertentu. Subyek / obyek
pembentuk sebuah sistem dapat berupa
orang-orang
atau
masyarakat
yang
menggunakan perangkat kelembagaan.
Berbagai upaya untuk merumuskan
sistem ekonomi khas Indonesia ternyata
tidak semudah memberikan label semacam
sistem ekonomi Pancasila, sistem ekonomi
Transformasi Vol.XIV No 22 Tahun 2012
rakyat atau sistem ekonomi liberal.
Sesungguhnya persoalan – persoalan
ekonomi pada hakekatnya adalah masalah
transformasi atau pengolahan alat – alat /
sumber penentu / pemuas kebutuhan yang
berupa faktor – faktor produksi, yaitu tenaga
kerja, modal, sumber daya alam dan
keterampilan menjadi barang dan jasa..
Sistem Ekonomi adalah suatu sistem yang
mengatur serta menjalin hubungan ekonomi
dengan antar manusia dengan seperangkat
kelembagaan dalam tatanan kehidupan.
Sistem ekonomi suatu negara
dikatakan bersifat khas sehingga dibedakan
dari sistem ekonomi yang berlaku atau
diterapkan dinegara lain, hal ini berdasarkan
beberapa sudut tinjauan: (1) Sistem
pemilikan sumber daya atau faktor-faktor
1
produksi; (2) keluwesan masyarakat untuk
saling berkompetisi satu sama lain dan untuk
menerima imbalan atas prestasi kerjanya;
dan (3) kadar peranan pemerintah dalam
mengatur, mengarahkan dan merencanakan
kehidupan bisnis dan perekonomian pada
umumnya ( Ai Siti Farida, SE, S.Si, 2010 ).
Perihal sistem ekonomi yang
diterapkan di Indonesia sering menjadi
pertanyaan, sistem ekonomi apa yang
diterapkan di Indonesia ? bagaimana sistem
ekonomi
Indonesia
berperan
dalam
pemberdayaan masyarakat diera otonomi
daerah ? dan mampukah Sistem ekonomi
kerakyatan bersaing dalam globalisasi
perekonomian ?
Setiap negara memiliki sistem
ekonomi. Pilihan tehadap sistem ekonomi
yang dianut oleh suatu negara bergantung
pada kesepakatan nasional negara tersebut.
Biasanya
kesepakatan
nasional
ini
berdasarkan undang – undang dasar yang
dimiliki, disamping itu ada falsafah dan
ideologi negara yang mempengaruhi sistem
ekonomi suatu negara. Bertolak dari
pemahaman dasar mengenai makna dan
hakekatnya secara teoritis, Sistem Ekonomi
dapat dikatakan sebagai keseluruhan
lembaga – lembaga ekonomi yang
dilaksanakan atau dipergunakan oleh suatu
bangsa / negara dalam mencapai cita – cita
yang telah ditetapkan. ( Drs. Subandi, MM,
2011 ).
Pengertian lain menjelaskan bahwa
Sistem Ekonomi adalah strategi suatu negara
mengatur kehidupan ekonominya dalam
rangka mencapai kemakmuran.( Ai Siti
Farida, SE, M.Si , 2010 ). Sistem Ekonomi
adalah sistem sosial atau kemasyarakatan
yang dilihat dalam rangka usaha keseluruhan
sosial yang untuk mencapai kemakmuran.
Terkandung unsur – unsur: (1) Tujuan
Transformasi Vol.XIV No 22 Tahun 2012
bersama dengan harapan yang melahirkan
kebiasaan, tradisi, kaidah, aturan yang
melembaga; (2) Seperangkat nilai yang
melekat pada tujuan bersama tersebut dan
menciptakan pengikat yang mempersatukan
anggota masyarakat dalam usaha bersama
menurut cara-cara tertentu; (3) Sikap dasar
dan pengertian tentang hak dan kewajiban.
Gregory Grossman
dalam
P.
Rahardja dan M. Manurung (2004)
mengatakan bahwa yang dimaksud sistem
ekonomi adalah sekumpulan komponen –
komponen atau unsur – unsur terdiri atas unit
– unit dan agen – agen ekonomi serta
lembaga – lembaga ( institusi ) ekonomi,
yang bukan saja saling berhubungan dan
berinteraksi, melainkan juga sampai tingkat
tertentu
saling
menopang
dan
mempangaruhi. Dumairy ( 1996 )
mengatakan bahwa suatu Sistem Ekonomi
tidaklah berdiri sendiri, tetapi berkaitan
dengan: (1) falsafah; (2) pandangan hidup
masyarakat; (3) pola hidup masyarakat; (4)
idiologi.
Sistem
Ekonomi
sesungguhnya
merupakan salah satu unsur saja dalam suatu
supra sistem kehidupan masyarakat disuatu
negara. Didunia ini terdapat kecenderugan
secara umum bahwa Sitem Ekonomi disuatu
negara
” bergandengan tangan ” dengan
Sistem Politik di negara yang bersangkutan.
Secara umum dapat digambarkan unsur –
unsur sistem ekonomi dan unsur – unsur
sistem politik sebagai berikut :
2
Tabel 1
Sistem Ekonomi dan Sistem Politik
Kutub A
Kontek
Pengkutuban
Kutub Z
Liberalisme
Ideologi Politik
Komunisme
Demokrasi
Rezim
Pemerintahan
Otokrasi
Egalitarianisme
Penyelenggaraan
Kenegaraan
Etatisme
Desentralisasi
Struktur
Birokrasi
Sentralisasi
Kapitalisme
Ideologi
Ekonomi
Sosialisme
Mekanisme
Pasar
Pengelolaan
Ekonomi
Perencanaan
Terpusat
Sumber : Dumairy, 1996
Pada negara – negara yang
berideologi politik leberalisme dengan rezim
pemerintahan
yang demikratis, pada
umumnya menganut ideologi ekonomi
kapitalisme dengan pengelolaan ekonomi
yang berlandaskan pada mekanisme pasar.
Dinegara
ini
penyelenggaraan
kenegaraannya bersifat egaliter dan struktur
birokrasinya
desentralistis.
Sedangkan
negara – negara yang berideologi politik
komunisme denganrezim pemerintahan yang
otoriter, ideologi ekonominya cenderung
sosialisme,
dengan
pengelolaan
perekonomian berdasarkan perencanaan
terpusat,
dinegara-negara
ini
penyelenggaraan kenegaraannya cenderung
bersifat etatisme dengan struktur birokrasi
yang sentralistis.
Transformasi Vol.XIV No 22 Tahun 2012
Perbedaan sistem ekonomi terjadi
lebih disebabkan karena perbedaan nilai –
nilai hidup antara suatu kelompok
masyarakat atau negara. Faktor – faktor yang
mempengaruhi pemakaian suatu sistem
ekonomi antara lain :
1. Faktor Intern, meliputi: (lembaga
ekonomi, lembaga sosial,
lembaga
ide, kebijakkan pemerintah)
2. Faktor Ekstern, meliputi : (keadaan
politik, falsafah negara, hukum yang
berlaku, politik luar negeri).
Macam - Macam Sistem Ekonomi
Di dunia terdapat bermacam –
macam Sistem Ekonomi yang dapat
diklasifikasikan beberapa cara yaitu: (1)
Dilihat dari mekanisme koordinasinya,
sistem ekonomi dibedakan dalam tiga
kategori, yaitu: sistem tradisi, sistem
komando, dan sistem pasar; (2) Dilihat
berdasarkan penekanan hak kepemilikan
yang berlakukan, terdapat sistem ekonomi
sosialis dan sistem ekonomi kapitalis. Secara
umum Sistem Ekonomi dikelompokkan
menjadi tiga bentuk , yaitu : Sistem Ekonomi
Liberalis-kapitalistik,
Sistem
Ekonomi
sosialis-komunistik dan Sistem Ekonomi
Campuran ( Mixed Economy).
1. Sistem Ekonomi Liberal-Kapitalis.
Sistem Ekonomi Liberalis-Kapitalis
adalah suatu sistem yang memberikan
kebebasan yang cukup besar bagi pelakupelaku ekonomi untuk melakukan
kegiatan yang terbaik bagi kepentingan
individu atas sumber daya ekonomi atau
faktor – faktor produksi. Pada sistem
ekonomi ini terdapat keleluasaan bagi
perseorangan untuk memiliki sumber
daya, seperti kompetensi antar individu
dalam memenuhi kebutuhan hidup
persaingan antar badan usaha dalam
mencari keuntungan. Prinsip keadilan
yang dianut
adalah setiap orang
menerima imbalan berdasarkan prestasi
3
kerjanya. Campur tangan pemerintah
sangat minim. Sistem ini menyandarkan
diri pada mekanisme pasar, berdasarkan
prinsip Laissez Faire (persaingan bebas)
dan menyakini kemampuan ( the
invinsible hand ) dalam menuju efisiensi
ekonomi.
2. Sistem Ekonomi Sosialis-komunistik
Dalam Sistem Ekonomi sosialiskomunistik adalah sumber daya ekonomi
atau faktor produksi dikuasai sebagai
milik
negara.
Menekankan
pada
kebersamaan
masyarakat
dalam
menjalakan
dan
memajukan
perekonomian. Imbalan yang diberikan
pada perseorangan didasarkan pada
kebutuhannya, buka berdasakan jasa
yang diberikannya. Prinsip keadilan yang
dianut ialah setiap orang menerima
imbalan yang sama. Campur tangan
pemerintah sangat tinggi. Semua alat
produksi adala milik bersama/negara.
Sistem ekonomi dikendalikan melalui
perencanaan terpusat.
3. Sistem Ekonomi
Economy)
Campuran
(Mixed
Sistem Ekonomi campuran pada
umumnya diterapkan pada negara –
negara berkembang atau negara – negara
dunia ketiga. Dalam praktiknya Sistem
Ekonomi yang dilaksanakan di Indonesia
mengandung unsur – unsur Kapitalisme
dan
Sistem
Sosialisme
dalam
pengorganisasian sistem ekonominya.
Untuk melihat kadar isme tersebut
mewarnai Sistem Ekonomi Indonesia
dapat dilihat dari dua pendekatan yakni :
pendekatan faktual struktural yakni
menelaah peranan pemerintah/negara
dalam struktur perekonomian dan
pendekatan historis yakni menelaah
sejarah perekonomian Indonesia dari
waktu kewaktu.( Drs. Subandi, MM,
2011 ).
Sistem Ekonomi Kerakyatan
Transformasi Vol.XIV No 22 Tahun 2012
Sistem Ekonomi Kerakyatan berlaku
di Indonesia sejak terjadinya Reformasi di
Indonesia pada tahun 1998. Pemerintah
bertekad melaksanakan Sistem Ekonomi
Kerakyatan dengan mengeluarkan ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia Nomor IV/MPR/1999, tentang
Garis-Garis Besar Haluan Negara yang
menyatakan bahwa sistem perekonomian
Indonesia
adalah
Sistem
Ekonomi
Kerakyatan.
Sistem Ekonomi Kerakyatan adalah
Sistem Ekonomi Nasional Indonesia yang
berasas kekeluargaan, berkedaulatan rakyat,
bermoral Pancasila, dan menunjukkan
pemihakan sungguh-sungguh pada ekonomi
rakyat. Syarat mutlak berjalannya sistem
ekonomi nasional yang berkeadilan sosial
adalah berdaulat di bidang politik, mandiri di
bidang ekonomi, dan berkepribadian di
bidang budaya. (Prof. Dr. Mubyarto, 2002 )
Pada Sistem Ekonomi Kerakyatan,
masyarakat memegang aktif dalam kegiatan
ekonomi,
sedangkan
pemerintah
menciptakan iklim yang sehat bagi
pertumbuhan dan perkembangan dunia
usaha.
Sistem
Ekonomi
Kerakyatan
mempunyai ciri-ciri berikut ini: (1)
Bertumpu pada mekanisme pasar yang
berkeadilan dengan prinsip
persaingan
sehat; (2) Memperhatikan pertumbuhan
ekonomi, nilai keadilan, kepentingan
sosial ,dan kualitas hidup; (3) Mampu
mewujudkan pembangunan berwawasan
lingkungan dan berkelanjutan; (4) Menjamin
kesempatan yang sama dalam berusaha dan
bekerja; dan (5) Adanya perlindungan hakhak konsumen dan perlakuan yang adil bagi
seluruh rakyat. (Arini Nurmala Sari, 2011)
Sistem ekonomi kerakyatan sendi
utamanya adalah UUD 1945 pasal 33 ayat
(1), (2), dan (3). Bentuk usaha yang sesuai
4
dengan ayat (1) adalah koperasi, dan bentuk
usaha yang sesuai dengan ayat (2) dan (3)
adalah perusahaan negara. Adapun dalam
penjelasan pasal 33 UUD 1945 yang
berbunyi “hanya perusahaan yang tidak
menguasai hajat hidup orang banyak boleh di
tangan seorang”. Hal itu berarti perusahaan
swasta juga mempunyai andil di dalam
sistem perekonomian Indonesia. Dengan
demikian terdapat tiga pelaku utama yang
menjadi kekuatan sistem perekonomian di
Indonesia,
yaitu
perusahaan
negara
(pemerintah), perusahaan swasta, dan
koperasi. Ketiga pelaku ekonomi tersebut
akan
menjalankan
kegiatan-kegiatan
ekonomi dalam sistem ekonomi kerakyatan.
Sebuah sistem ekonomi akan berjalan
dengan baik jika pelaku-pelakunya dapat
saling bekerja sama dengan baik pula dalam
mencapai tujuannya. Dengan demikian sikap
saling mendukung di antara pelaku ekonomi
sangat
dibutuhkan
dalam
rangka
mewujudkan ekonomi kerakyatan.
Syarat mutlak berjalannya sistem
ekonomi nasional yang berkeadilan sosial
adalah berdaulat di bidang politik, mandiri
dibidang ekonomi dan berkepribadian di
bidang budaya. Strategi pembangunan yang
memberdayakan ekonomi rakyat merupakan
strategi melaksanakan demokrasi ekonomi
yaitu produksi dikerjakan oleh semua untuk
semua dan di bawah pimpinan dan penilikan
anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran
masyarakat lebih diutamakan ketimbang
kemakmuran
orang
seorang.
Maka
kemiskinan tidak dapat ditoleransi sehingga
setiap kebijakan dan program pembangunan
harus memberi manfaat pada mereka yang
paling miskin dan paling kurang sejahtera
Globalisasi Perekonomian
Menurut
asal
katanya,
kata
"globalisasi" diambil dari kata global, yang
Transformasi Vol.XIV No 22 Tahun 2012
maknanya
ialah
universal.
Achmad
Suparman menyatakan Globalisasi adalah
suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau
perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di
dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah
Globalisasi belum memiliki definisi yang
mapan, kecuali sekedar definisi kerja
(working definition), sehingga bergantung
dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang
memandangnya sebagai suatu proses sosial,
atau proses sejarah, atau proses alamiah yang
akan membawa seluruh bangsa dan negara di
dunia makin terikat satu sama lain,
mewujudkan satu tatanan kehidupan baru
atau
kesatuan
ko-eksistensi
dengan
menyingkirkan
batas-batas
geografis,
ekonomi dan budaya masyarakat.
Di sisi lain, ada yang melihat
globalisasi sebagai sebuah proyek yang
diusung oleh negara-negara adikuasa.,
sehingga bisa saja orang memiliki pandangan
negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut
pandang ini, globalisasi tidak lain adalah
kapitalisme dalam bentuk yang paling
mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya
praktis akan mengendalikan ekonomi dunia
dan negara-negara kecil makin tidak berdaya
karena tidak mampu bersaing. Sebab,
globalisasi cenderung berpengaruh besar
terhadap perekonomian dunia, bahkan
berpengaruh terhadap bidang-bidang lain
seperti budaya dan agama.
Globalisasi perekonomian merupakan
suatu proses kegiatan ekonomi dan
perdagangan, dimana negara-negara di
seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar
yang semakin terintegrasi dengan tanpa
rintangan batas teritorial negara. Globalisasi
perekonomian mengharuskan penghapusan
seluruh batasan dan hambatan terhadap arus
modal, barang dan jasa.
5
Ketika globalisasi ekonomi terjadi,
batas-batas suatu negara akan menjadi kabur
dan keterkaitan antara ekonomi nasional
dengan perekonomian internasional akan
semakin erat. Globalisasi perekonomian di
satu pihak akan membuka peluang pasar
produk dari dalam negeri ke pasar
internasional secara kompetitif, sebaliknya
juga membuka peluang masuknya produkproduk global ke dalam pasar domestik.
Menurut Tanri Abeng, perwujudan
nyata dari globalisasi ekonomi antara lain
terjadi dalam bentuk-bentuk berikut:
1. Globalisasi produksi, di mana perusahaan
berproduksi di berbagai negara dengan
sasaran agar biaya produksi menajdi
lebih rendah. Hal ini dilakukan baik
karena upah buruh yang rendah, tarif bea
masuk yang murah, infrastruktur yang
memadai ataupun karena iklim usaha dan
politik yang kondusif. Dunia dalam hal
ini menjadi lokasi manufaktur global.
2.
Globalisasi pembiayaan. Perusahaan
global
mempunyai
akses
untuk
memperoleh pinjaman atau melakukan
investasi (baik dalam bentuk portofolio
ataupun langsung) di semua negara di
dunia.
3.
Globalisasi tenaga kerja. Perusahaan
global akan mampu memanfaatkan
tenaga kerja dari seluruh dunia sesuai
kelasnya, seperti penggunaan staf
profesional diambil dari tenaga kerja
yang telah memiliki pengalaman
internasional atau buruh kasar yang biasa
diperoleh dari negara berkembang.
Dengan globalisasi maka human
movement akan semakin mudah dan
bebas.
Transformasi Vol.XIV No 22 Tahun 2012
4. Globalisasi
jaringan
informasi.
Masyarakat suatu negara dengan mudah
dan cepat mendapatkan informasi dari
negara-negara di dunia karena kemajuan
teknologi,
antara
lain
melalui:
TV,radio,media cetak dll.
5. Globalisasi Perdagangan. Hal ini
terwujud dalam bentuk penurunan dan
penyeragaman tarif serta penghapusan
berbagai hambatan nontarif. Dengan
demikian kegiatan perdagangan dan
persaingan menjadi semakin cepat, ketat,
dan fair.
Dampak
Positif
Globalisasi
Ekonomi, antara lain: (1) produksi global
dapat ditingkatkan; (2) meningkatkan
kemakmuran masyarakat dalam suatu
negara; (3) meluaskan pasar untuk produk
dalam negeri; (4) dapat memperoleh lebih
banyak modal dan teknologi lebih baik; (5)
menyediakan
dana
tambahan
untuk
pembangunan ekonomi;
Sedangkan
dampak
negatif
globalisasi ekonomi, dapat diiendtifikasi
sebagai
berikut:
(1)
menghambat
pertumbuhan
sektor
industri;
(2)
memperburuk neraca pembayaran; (3) sektor
keuangan semakin tidak stabil; dan (4)
memperburuk
prospek
pertumbuhan
ekonomi jangka panjang
Sistem Ekonomi Kerakyatan Dalam
Globalisasi Perekonomian
Dalam Globalisasi Perekonomian
pengembangan ekonomi rakyat merupakan
keniscayaan bagi bangsa Indonesia sebagai
mana upaya demokratisasi yang merupakan
kecenderungan global juga. Momentum
pengembangan ekonomi rakyat ini semakin
tampak sejalan dengan pergantian rezim di
Indonesia dan berubahnya paradigma
pembangunan yang diterapkan sebelumnya.
Oleh karena itu diyakini akan terjadi proses
6
perubahan politik – ekonomi secara
signifikan yang mendorong demokrasi dan
pengembangan ekonomi rakyat agar proses
pembagian kekuasaan ekonomi
politik
menjadi relatif berimbang. Perubahan ini
tentunya akan mempercepat laju berbagai
tuntutan masyarakat menghendaki bahwa
keberlanjutan
pembangunan
ekonomi
mensyaratkan partisipasi masyarakat yang
lebih luas.
Sistem
Ekonomi
Kerakyatan
merupakan aturan main baru perekonomian
Nasioanl Indonesia. Reformasi menuju
ekonomi kerakyatan dilaksanakan berdasar
azas kerakyatan serta prinsip dasar dari
program – program pemberdayaan ekonomi
rakyat. Tujuan ekonomi Indonesia adalah
keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Rakyat Indonesia masih hidup
dalam keterbelakangan dan kemiskinan
sehingga menjadi acuan pengembangan
Sistem Ekonomi Kerakyatan supaya tidak
terlindas oleh globalisasi perekonomian.
Reformasi ekonomi mempunyai
tujuan kembar yaitu meningkatkan efisiensi
ekonomi nasional sekaligus menghapus
berbagai ketidakadilan ekonomi dengan
tujuan akhir terwujudnya masyarakat yang
adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
Sistem Ekonomi Pancsila atau Sistem
Ekonomi Kerakyatan dalam menghadapai
globalisasi
Perekonomian
dijalankan
berdasarkan prinsip – prinsil etik dalam 7
butir
paradigma
yaitu:
(1)
harus
menyumbangkan terciptanya ketahanan
ekonomi nasional yang kukuh dan tangguh;
(2) harus mengandung sikap dan tekad
kemandirian dalam diri manusia, keluarga
dan masyarakat Indonesia; (3) perekonomian
nasional harus dikembangkan ke aah
perekonomian yang berkeadilan dan berdaya
saing tinggi; (4) demokrasi ekonomi harus
Transformasi Vol.XIV No 22 Tahun 2012
diwuudkan untuk emperkukuh struktur usaha
nasional; (5) koperasi adalah sakaguru
perekonomian nasional, sebagai gerakan dan
wadah kegiatan ekonomi rakyat, koperasi
sebagai badan usaha ditujukan pada
penguatan dan perluasan basis usaha; (6)
kemitraan usaha yang dijiwai semangat
kebersamaan dan kekeluargaan yang saling
menguntungkan
harus
ditumbuhkembangkan; (7) usaha nasional
harus dikembangkan sebagai usaha bersama
berdasar asas kekeluargaan dalam sistem
ekonomi pasar terkelola dan dikendalikan
oleh keimanan dan ketaqwaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa serta nasionalisme
yang tinggi ( Mubyarto, 1999 ).
Sistem Ekonomi Kerakyatan dalam
pergumulan pada globalisasi Perekonomian
harus dapat berjalan pada aturan main
keadilan ekonomi yang bersumber pada
Pancasila antara lain:(1) roda kegiatan
ekonomi
bangsa
digerakkan
oleh
rangsangan-rangsangan ekonomi, sosial dan
moral; (2) seluruh warga masyarakat
bertekad untuk mewujudkan kemerataan
sosial
yaitu tidak membiarkan adanya
ketimpangan ekonomi dan kesenjangan
sosial; (3) seluruh pelaku ekonomi yaitu
produsen dan pemerintah (yang bisa
bertindak baik sebagai produsen maupun
konsumen
),
selalu
bersemangat
nasionalistik, yaitu dalam setiap putusanputusan ekonominya menomorsatukan tujuan
terwujudnya perekonomian yang tangguh
dan kuat; (5) koperasi dan bekerja secara
kooperatif selalu menjiwai pelaku ekonomi
warga masyarakat. Demokrasi ekonomi atau
Ekonomi Kerakyatan dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan /
perwakilan; (5) Dalam perekonomian
nasional yang amat luas, terus menerus
diupayakan adanya keseimbangan antara
perencanaan ekonomi nasional dengan
7
peningkatan desentralisasi serta otonomi
daerah.
Hanya
melalui
partisipasi
daerah secara aktif aturan main keadilan
sosial ekonomi bisa berjalan yang
selanjutnya menghasilkan suatu keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
(Mubyarto, 1999).
Penutup
Berlakunya Undang – undang nomor
32 tahun 2004 tentang otonomi daerah, maka
terjadi pergeseran dalam pembangunan
ekonomi yang tadinya bersifat sentralistik,
mengarah pada desentralisasi yaitu dengan
memberi keleluasaan kepada daerah untuk
membangun
wilayahnya
termasuk
pembangunan dalam bidang ekonominya.
Penyelenggaraan
otonomi
daerah,
pengaturan, pembagian dan pemanfaatan
sumber daya nasional yang berkeadilan dan
perimbangan keuangan pusat dan daerah
dalam
rangka
mempertahankan
dan
memperkokoh Negara Kesatuan Republik
Indonesia dilaksanakan berdasarkan azas
kerakyatan,
maka
sistem
ekonomi
kerakyatan
hendaknya
dapat
memberdayakan masyarakat daerah dan
meningkatkan
pembangunan
ekonomi
daerah.
Pembangunan ekonomi daerah adalah
suatu proses dimana pemerintah daerah dan
masyarakatnya mengelola sumberdaya –
sumberdaya yang ada dan membentuk suatu
pola kemitraan anatara pemerintah daerah
dengan sektor swasta untuk menciptakan
suatu lapangan kerja baru dan merangsang
perkembangan
kegiatan
ekonomi
(
pertumbuhan ekonomi ) dalam wilayah
tersebut. ( Lincolin Arsyad, 2000 ).
Selanjutnya
Lincolin
Arsyad
juga
mengatakan bahwa Pembangunan Ekonomi
Daerah adalah suatu proses yang mencakup
pembentukan
Institusi-institusi
baru,
Transformasi Vol.XIV No 22 Tahun 2012
pembangunan
industri-industri
alternatif,perbaikan kapasitas tenaga kerja
yang ada untuk menghasilkan produk dan
jasa lebih baik, identifikasi pasar-pasar
baru,alih pengetahuan dan tehnologi, serta
pembangunan usaha-usaha baru.
Pokok permasalah yang ada didalam
Pembangunan Ekonomi Daerah terletak pada
kebijakan – kebijakan pembangunan yang
didasarkan pada kekhasan daerah yang
bersangkutan dengan menggunakan potensi
sumber daya manusia, kelembagaan dan
sumberdaya fisik secara lokal daerah.
Oreientasi ini mengarah pada pengambilan
inisiatif – inisiatif yang berasal dari daerah
dalam
proses
pembangunan
untuk
menciptakan kesempatan kerja baru dan
merangsang peningkatan kegiatan ekonomi.
Permasalahan dalam Pembang-unan
Ekonomi Daerah adalah: Ketimpangan
pembangunan sektor Industri, kurang
meratanya investasi,tingkat mobilitas faktor
produksi yang rendah, perbedaan sumber
daya alam, perbedaan demografi dan kurang
lancarnya perdagangan antar daerah.
Lincolin Arsyad (2000), mengatakan bahwa
ada empat peran yang dapat diambil oleh
Pemerintah
daerah
dalam
proses
pembangunan ekonomi di daerah, yaitu :
enttrepreneur, koordinasi dan stimulator
untuk melakukan inisiatif dan inovatif dalam
pembangunan di daerah. Agar pean
pemerintah dapat berjalan dengan baik
secara garis besar ada strategi pembangunan
ekonomi
daerah
yaitu
:
Strategi
pengembangan fisik, Strategi pengembangan
dunia usaha, Strategi pengembangan
sumberdaya
manusia
dan
Strategi
pemberdayaan
&
pengembangan
masyarakat.
Pada era otonomi daerah saat ini,
konsep pengembangan Sistem ekonomi
8
kerakyatan harus diterjemahkan dalam
bentuk program operasional berbasiskan
ekonomi domestik pada tingkat kabupaten
dan kota dengan tingkat kemandirian yang
tinggi. Namun demikian perlu ditegaskan
bahwa pengembangan Sistem ekonomi
kerakyatan pada era otonomi daerah saat ini
tidak harus diterjemahkan dalam perspektif
territorial, tapi sebaiknya dikembangkan
dalam perspektif regionalisasi di mana di
dalamnya terintegrasi kesatuan potensi,
keunggulan, peluang, dan karakter sosial
budaya.
Subandi, (2011), Sistem Ekonomi Indonesia,
Alfabeta
DAFTAR PUSTAKA
Ai Siti Farida, SE, MM, Sistem Ekonomi
Indonesia, Pustaka Setia, Bandung,
2011
Arini Nurmala Sari, (2011), Sistem Ekonomi
Kerakyatan Melalui wadah Gerakan
koperasi Indonesia.
Anggito Abimanyu, (2000) Ekonomi
Indonesia
Baru,
Elex
Media
Komputindo.
Dumairy, (1997) Perekonomian Indonesia,
Erlangga, Jakarta
Julius Bobo, SE, MM, (2003) Transformasi
Ekonomi Rakyat, Cidesindo
Lincolin
Arsyad,
(2000),
Pengantar
Perencanaan dan Pembangunan
Ekonomi Daerah, BPFE, Yogyakarta.
Mubiyarto, (1999), Reformasi Sistem
Ekonomi (Dari Kapitalisme menuju
Ekonomi Kerakyatan) Aditya Media
Mubyarto,
(2002),
Makalah
untuk
Konperensi Nasional Pengembangan
Sosial Ekonomi, Yogyakarta, 2002
Transformasi Vol.XIV No 22 Tahun 2012
9