Laporan Akuntabilitas Kinerja KPK 2014 Upload

(1)

LAPORAN

AKUNTABILITAS KINERJA

2014

LAPORAN

AKUNTABILITAS KINERJA


(2)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KPK

TAHUN 2014


(3)

Diterbitkan oleh :

Komisi Pemberantasan Korupsi 2015

Penyusun:

TIM PENYUSUN LAPORAN KINERJA KPK KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI Jl. H.R. Rasuna Said Kav. C-1 Jakarta 12920

Telp. +62 21 2557 8300 Faks. +62 21 5289 2456 www.kpk.go.id


(4)

MASA DEPAN INDONESIA BARU DIMULAI

Semangat membuncah untuk membangunkan Indonesia dari tidur berkepanjangan

atas ancaman praktik korupsi akan selalu menggelora, KPK akan selalu di garda

terdepan.


(5)

Laporan akuntabilitas kinerja disusun sebagai

pertanggungjawaban kepada pemangku

kepentingan dan memenuhi Instruksi Presiden

Nomor 7 Tahun 1999 yang mengamanatkan

setiap instansi pemerintah/lembaga

negara yang dibiayai anggaran negara agar

menyampaikan laporan dimaksud. Laporan ini

merinci pertanggungjawaban organisasi dan

tanggung jawab pemakaian sumber daya untuk

menjalankan misi organisasi.

Landasan penyusunan laporan ini adalah

Rencana Strategis KPK Tahun 2011-2015,

Target dan Realisasi Kinerja KPK Tahun 2014.

Pengelolaan manajemen kinerja dari tingkat

korporat sampai dengan individu yang dibantu

perangkat lunak berbasis

balanced scorecard,

secara umum menunjukkan selama tahun 2014

sebagian besar target sasaran strategis dan

kinerja yang ditetapkan telah berhasil dicapai.

Kami berharap laporan ini memenuhi harapan

setiap pemangku kepentingan dan sebagai

pemicu bagi peningkatan kinerja organisasi KPK

ke depan.

Jakarta, Februari 2015

Sekretaris Jenderal

Himawan Adinegoro

KATA PENGANTAR

Rapat Evaluasi Kinerja sebagai sebuah

upaya untuk memonitor progress setiap

tanggungjawab yang dikerjakan unit

KPK. Setiap proses harus terukur agar

mampu dikelola dan dikembangkan.


(6)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Peta Strategi menerjemahkan visi

dan misi organisasi ke dalam tataran

operasional. Kesamaan pemahaman

setiap elemen organisasi adalah kunci

sukses KPK mewujudkan visi dan misinya.

Selama tahun 2014, KPK telah berhasil

melaksanakan misi yang diemban dalam

rangka mencapai tujuan dan sasaran yang

telah ditetapkan. Keberhasilan KPK ini diukur

berdasarkan pencapaian sasaran strategis dan

indikator kinerja yang telah ditetapkan, pada

berbagai perspektif

balanced scorecard.

Dengan

rujukan hasil penilaian kinerja pada gambar

berikut, capaian kinerja KPK di tingkat korporat

tahun 2014 adalah sebesar 105,6 %, yang

diperoleh dari Perspektif Pemangku Kepentingan

(Stakeholder)

dengan bobot

(weight)

30% dan

capaian kinerja 104,2%, Perspektif Internal

dengan bobot 40% dan capaian kinerja 121,8%,

Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

(Learning and Growth)

dengan bobot 15% dan

capaian kinerja 70,9%, dan Perspektif Keuangan

(Financial)

dengan bobot 15% dan capaian

kinerja 100%.

Dalam

balanced scorecard,

terdapat hubungan

sebab-akibat antara sasaran strategis yang ingin

dicapai pada perspektif

stakeholder

dengan

perspektif di bawahnya. Perspektif

stakeholder

menggambarkan apa

(impact atau outcome)

yang akan diberikan organisasi kepada para

stakeholder.

Kemudian, pada perspektif internal

terlihat apa (bisnis proses) yang akan dilakukan

organisasi agar sasaran strategis pada perspektif

stakeholder

dapat tercapai. Selanjutnya, agar

bisnis proses pada perspektif internal dapat

berjalan dengan baik, pada perspektif

learning


(7)

and growth

dan financial digambarkan modal

(resources)

apa yang perlu disiapkan/disediakan

organisasi, seperti kualitas SDM, nilai-nilai

organisasi

(values),

sistem, peraturan, SOP,

teknologi informasi, peralatan, pendidikan dan

pelatihan, dsb.

Pada perspektif Pemangku Kepentingan, tujuan

utama

(ultimate goal)

Efektivitas dan Efisiensi

Pemberantasan (Pencegahan dan Penindakan)

Korupsi berhasil mencapai 104,2%. Tujuan

utama tersebut diperoleh melalui pengukuran

indikator Indeks Penegakan Hukum atau

Law

Enforcement Index

dan Tingkat Keberhasilan

Pemberantasan Korupsi oleh KPK.

Indeks Penegakan Hukum Tipikor oleh KPK Tahun

2014, jika diukur dengan formula yang dipakai

dalam Stranas PPK (Perpres 55 Tahun 2012),

penghitungan Indeks Penegakan Hukum Tahun

2014 dihitung realisasi capaiannya sebesar 61,8%

(dalam persentase) dari target 80%, dengan

demikian capaian kinerjanya dihitung sebesar

77,3%.

Tingkat Keberhasilan Pemberantasan Korupsi

oleh KPK berhasil dicapai sebesar 131,1%, yang

diperoleh dari rata-rata kumulatif capaian 5 (lima)

sasaran strategis pada perspektif

stakeholder,

yakni: (a) penanganan

Grand Corruption

dan

penguatan APGAKUM, (b) meningkatnya kinerja

pada Sektor Strategis (termasuk APGAKUM), (c)

terwujudnya pelembagaan Sistem Integritas

Nasional (SIN) secara formal, (d) terbangunnya

pemahaman pemilih terhadap integritas, dan

(e) terbangunnya

Fraud Control

sebagai Sistem

Pemberantasan Korupsi yang terintegrasi.

Keberhasilan sasaran strategis Penanganan

Grand Corruption

dan Penguatan APGAKUM,

memiliki 2 KPI, berasal dari penanganan kasus

grand corruption oleh KPK sebanyak 7 kasus

(dari 4 kasus yang ditargetkan dalam Renstra

KPK 2011-2015) sehingga capaian kinerja

dihitung sebesar 175% dan terkait %

Conviction

Rate

Kasus yang Disupervisi untuk tahun 2014

dapat dijelaskan sebagai berikut: terhadap 70

perkara yang disupervisi KPK kepada APGAKUM,

sebanyak 46 perkara telah diputus oleh PN

Tipikor dengan putusan seluruhnya “terdakwa

dinyatakan bersalah” sehingga realisasi capaian

conviction rate

dihitung sebesar 66% (46/70

X 100%) dari target 60%, sehingga secara

keseluruhan capaian kinerja dihitung sebesar

110%. Sasaran strategis Meningkatnya Kinerja

pada Sektor Strategis (termasuk APGAKUM)

capaian kinerjanya dihitung sebesar 152,7%.

Adapun kontribusi capaian kinerja tersebut

diperoleh dari capaian indeks kinerja sektor

strategis sebesar 4,58 dari target 3,00. Indeks

Kinerja Sektor Strategis diperoleh dari hasil

survey integritas dan survey perilaku anti

korupsi yang dilakukan berdasarkan kelompok

national interest

dan kemudian dihitung nilai

rata-ratanya dalam skala 1-5. Adapun sub

indikator pengukuran dilakukan atas sektor

Aparat Penegak Hukum (4,47), ketahanan

pangan (4,33), kesehatan (4,95), pendidikan

(4,80), ketahanan energi (4,48), ketahanan

lingkungan (4,67), penerimaan negara (4,73),

dan infrastruktur (4,46).

Sasaran strategis Terwujudnya Pelembagaan

Sistem Integritas Nasional (SIN) secara Formal

capaian kinerja dihitung sebesar 133,3%. Dalam

tahun 2014, KPK telah menyelesaikan 100%

indikator sedangkan target yang ditetapkan

sebesar 75%. Semula indikator ini ditargetkan

sebesar 100% di tahun 2015. Dua output hasil

penelitian, yaitu berupa Konsep SIN (Buku I)

dan Pedoman Implementasi SIN (Buku II) telah

diserahkan oleh KPK kepada Bappenas dengan

harapan pada Tahun 2015 akan diformulasi

menjadi Peraturan Presiden mengenai Rencana

Aksi Nasional yang berpedoman pada SIN.

Sasaran strategis Terbangunnya Pemahaman

Pemilih terhadap Integritas, diukur melalui

outcome

atas intervensi yang dilakukan KPK

dalam sistem pemilu (KPI “% implementasi

program untuk Pemilu berintegritas” pada

proses bisnis). Survey ini menggunakan metode

penelitian kuantitatif menggunakan teknik

survey dengan wawancara tatap muka selama

kurun waktu tertentu (bulan Maret-April 2014).

Daerah yang menjadi lokasi survei terdiri

dari 10 kota dengan jumlah responden 1322.

Secara keseluruhan skor integritas pemilih

di 10 kota tersebut cukup baik, terutama

pada indikator Pengetahuan tentang perilaku

perserta berintegritas, pengetahuan tentang

penyelenggara berintegritas, dan sikap terhadap

perilaku penyelenggara pemilu yang memiliki

skor lebih besar dari 4 (indeks 1-5). Adapun

capaian kinerja dihitung sebesar 93,5% dihitung

dari realiasi capaian hasil survey 3.74 dari target

sebesar 4.00 Hasil survey ini mengindikasikan

bahwa upaya untuk memberantas politik uang

akan menghadapi tantangan berat disebabkan

antara lain karena ekonomi masyarakat masih

sulit.


(8)

Sasaran strategis Terbangunnya

Fraud Control

sebagai Sistem Pemberantasan Korupsi yang

Terintegrasi, dihitung dari capaian KPI %

Pembangunan Konsep dan desain

Fraud Control.

Pada tahun 2014 % Pembangunan Konsep dan

desain Fraud Control adalah sebesar 133,3%

dihitung dari target 75% terealisasi 100%.

Perumusan pedoman

Fraud Control Plan

(FCP) sebagai amanat

roadmap

KPK 2011-2023

dilakukan oleh KPK bersama-sama dengan

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Badan

Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP)

pada level strategis, taktis, dan operasional. FCP

merupakan upaya pencegahan tindak pidana

korupsi yang akan dibangun secara nasional,

yang mencakup: aspek preventif, aspek deteksi,

dan aspek penindakan. Penyusunan konsep dan

desain FCP telah sesuai dengan pembagian fase

pada Roadmap KPK dan diselesaikan lebih cepat

dibandingkan perencanaan dalam Renstra KPK

2011-2015.

Pada Perspektif Internal capaian kinerja

sebesar 121,8%, dihitung dari akumulasi capaian

beberapa sasaran strategis dan KPI. Adapun

sasaran strategis tersebut meliputi: sasaran

strategis Penindakan yang Terintegrasi, terdiri

dari 2 KPI yaitu: (1). KPI

Conviction Rate

Perkara

yang Ditangani KPK diukur dari perbandingan

antara jumlah putusan Pengadilan Negeri (PN)

Tipikor yang menyatakan terdakwa terbukti

bersalah dengan jumlah perkara yang diputus

oleh Pengadilan Tipikor. Selama tahun 2014,

berkas perkara yang dilimpahkan ke Pengadilan

Negeri Tipikor adalah sebanyak 45 (empatpuluh

lima) perkara. Dari jumlah itu, sebanyak 40

(empatpuluh) perkara sudah diputus di PN

Tipikor dengan keputusan terdakwa dinyatakan

bersalah, yang berarti

conviction rate

mencapai

100%. (2). KPI % Kasus yang Disupervisi KPK

Lanjut ke Tahap Berikutnya diukur dari %

Penanganan Perkara TPK oleh APGAKUM yang

Disupervisi KPK lanjut ke tahap berikutnya.

Pada Tahun 2014 jumlah kasus yang disupervisi

sebanyak 95 perkara, dengan 90 perkara (atau

94,74%) berhasil lanjut ketahap berikutnya,

sehingga dengan target 80% kontrak kinerja

ditahun 2014, maka capaian kinerjanya dihitung

sebesar 118,4%.

Sasaran strategis Pencegahan yang Terintegrasi,

capaian kinerja dihitung sebesar 130,7%.

Indikator yang digunakan untuk mengukur

kinerja sasaran strategis ini terdiri dari 3 KPI,

yaitu KPI % Implementasi atas Rekomendasi yang

diusulkan pada Sektor Strategis dimana pada

Tahun 2014 telah dipenuhi target yang ditetapkan

sebesar 80% Kegiatan Tindak Lanjut (TL) hasil

kajian sektor strategis merupakan kegiatan

pemantauan terhadap implementasi action

plan Kementerian/Lembaga dari rekomendasi

kajian sektor strategis. Dari 370

action plan

yang direncanakan, sebanyak 296 (80%) telah

ditindaklanjuti. KPI # Implementasi Sistem

Integritas pada Fokus Area sesuai Perkembangan

Pelembagaan SIN, capaian KPI pada Tahun 2014

adalah sebesar 140%, prestasi ini dihasilkan dari

realisasi kajian sebesar 14 dari 10 kajian yang

ditargetkan. KPI % Implementasi Program untuk

Pemilu Berintegritas, dilakukan pada tiga actor

utama pemilu yakni penyelenggara, peserta dan

pemilih.

Sasaran strategis Terbangunnya Sistem Informasi

Pemberantasan Korupsi dicapai melalui 2 KPI,

yaitu KPI % Pembangunan Sistem Informasi

Pemberantasan Korupsi dan KPI % Pembangunan

Infrastruktur

Fraud Control.

Pada tahun 2014

capaian KPI % Pembangunan Sistem Informasi

Pemberantasan Korupsi dihitung sebesar 183,

6 % dibuktikan dengan kegiatan yang dilakukan

seperti misalnya Direktorat PJKAKI telah

memproses 63 data PPATK, 12 data perlintasan

dan pendukung data paspor imigrasi, data

pendukung transportasi penerbangan 23 data,

dan 2 permintaan

second opinion.

Sedangkan

Direktorat Monitor pada tahun 2014 mampu

memenuhi permintaan informasi sebanyak

16.469 permintaan. Sementara itu KPI %

Pembangunan Infrastruktur

Fraud Control

pada

tahun 2014 diperoleh capaian 75% dari target

75% sehingga capaian kinerjanya dihitung

sebesar 100%.

Sasaran strategis Terbangunnya Kasus

Grand

Corruption

(dari Dumas) KPI yang digunakan

untuk mengukur sasaran strategis ini adalah

# Kasus (Pokok Kasus)

Grand Corruption

Siap

LIDIK, diukur dari jumlah kasus potensial

Grand

Corruption (GC)

yang diperoleh dari penanganan

pengaduan masyarakat yang ditindaklanjuti

ke tahap penyelidikan. Realisasi tahun 2014

sebanyak 7 (tujuh) kasus GC dari 7 (tujuh) kasus

yang ditargetkan sehingga capaian kinerja

dihitung sebesar 100%.

Pada Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

capaian kinerja sebesar 70,9%, dihitung dari 5

sasaran strategis, meliputi: sasaran strategis

Terjaganya Integritas Kelembagaan KPK, terdiri


(9)

0 20 40 60 80 100 120

2012

2013

2014 111.9

107.8

105.6

50.76

66.57

89.52

%

Tahun

Capaian Kinerja KPK Serapan Anggaran KPK

dari 3 KPI dengan capaian dan realisasi sebagai

berikut: KPI Indeks Integritas KPK (Survey, 1-5)

dari target indeks sebesar 4, realisasinya adalah

sebesar 3,26, sehingga capaian kinerja dihitung

sebesar 81,5%. KPI # Kode Etik dan Kode

Perilaku ditargetkan 0 kasus, ternyata terjadi 4

(empat) kasus pegawai yang melanggar disiplin

dengan sanksi yang telah ditetapkan yaitu

pemberhentian tidak dengan hormat (PTDH) dan

penurunan jabatan sehingga capaian atas KPI ini

pada tahun 2014 adalah 0%. KPI % Pemenuhan

Komponen Reformasi Birokrasi realisasi sampai

dengan akhir tahun 2014 mencapai 90,85% dari

target KPK 90% sehingga capaian KPI ini dihitung

sebesar 100,9%. Beberapa kompnen pilar

reformasi birokrasi di KPK sesuai ketentuan dari

Menpan RB, telah diselaraskan dan direvitalisasi.

Sasaran strategis Meningkatnya Kapasitas SDM

sesuai Fokus Area, diukur dengan melihat 2

komponen pengukuran yaitu (1) perbandingan

jumlah pegawai yang direkrut sesuai dengan

fokus area dibandingkan dengan seluruh

pegawai yang berhasil direkrut, dan (2)

pengisian jabatan struktural yang kosong.

Mengenai jumlah SDM yang dapat direkrut

sesuai fokus area, telah ditargetkan sebesar 75%

namun realisasi capaian hanya sebesar 37,7% ,

sehingga capaian kinerjanya dihitung sebesar

50,3%. Sasaran strategis Pengangkatan Penyidik

KPK, capaian kinerja sebesar 46,7% diukur dari

jumlah penyidik yang diangkat yang bersumber

dari internal KPK maupun dari eksternal KPK

yaitu dari Kepolisian dan Kejaksaan. Dalam

Renstra KPK 2011-2015, pengangkatan Penyidik

dari internal KPK menjadi prioritas/fokus, di

samping Penyidik yang berasal dari Kepolisian

dan Kejaksaan, untuk menjaga independensi

Penyidik KPK. Kewenangan KPK untuk

mengangkat Penyidik sendiri dimungkinkan

(diperbolehkan) dalam Undang-Undang

KPK. Rekrutmen Penyidik tahun 2014 hanya

menghasilkan 14 (empat belas) orang Penyidik

dari target 30 (tiga puluh) dikarenakan sulitnya

mendapatkan personil yang sesuai dengan

kriteria Penyidik KPK. Seleksi Penyidik yang

bersumber dari internal KPK maupun eksternal

(Polri), dengan hasil akhir 7 (tujuh) orang dari

internal dan 7 (tujuh) orang dari Polri-STIK

(Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian) dan dinyatakan

dapat melakukan

on the job training (OJT)

dan mulai bergabung pada triwulan keempat

2014. Sasaran strategis Pembangunan Gedung

KPK, Indikator kinerja yang ditetapkan untuk

mengukur keberhasilan sasaran Pembangunan

Gedung KPK terdiri atas satu indikator di atas,

dengan capaian kinerja sebesar 96,8% % yang

sedikit mengalami penurunan jika dibandingkan

dengan tahun sebelumnya yang sebesar 100%.

Sampai dengan akhir Desember 2014, penyerapan

anggaran pembangunan gedung KPK tahun 2014

terhadap anggaran

multiyears

2013-2015 adalah

sebesar 48,40%, yaitu Rp109.244.047.049,- dari

total keseluruhan anggaran Rp225.712.000.000,.

Terakhir, sasaran strategis Tersedianya

Data Infrastruktur TI, Indikator kinerja yang

ditetapkan untuk mengukur keberhasilan

sasaran Tersedianya Data dan Informasi adalah

dengan KPI : Indeks Kepuasan Layanan TI yang

pada tahun 2014 capaian atas KPI ini sebesar

99,8% yang mengalami penurunan dibandingkan

tahun 2012 dan 2013 yang sebesar 102,4% dan

101,2%.

Pada Perspektif Keuangan, ketersediaan

anggaran dapat dipenuhi 100%, artinya seluruh

kebutuhan dana operasional KPK dapat

disediakan anggarannya dalam DIPA KPK,

setelah mendapat persetujuan dari Komisi III

DPR dan Kementerian Keuangan. Pada periode

2007 s.d. 2013, KPK berhasil mendapat alokasi

anggaran

(budget availability)

untuk membiayai

seluruh kegiatannya dengan tren meningkat,

namun pada tahun 2014 menunjukkan sedikit

penurunan mengingat KPK pada tahun 2014

melakukan efisiensi secara mandiri

(self

efficiency)

atas dana operasional KPK yaitu

penghematan kegiatan operasional tertentu dan

tidak mengurangi dana operasional yang sifatnya

prioritas. Perbandingan antara capaian kinerja

dan serapan (realisasi) anggaran KPK selama 3

tahun terakhir pada diagram berikut:

Gambar 1.

Diagram Capaian Kinerja KPK Tahun 2012, 2013 dan 2014


(10)

KATA PENGANTAR

RINGKASAN EKSEKUTIF

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tugas dan Wewenang

Struktur Organisasi

Dasar Hukum

Sistematika Penyajian

Permasalahan Organisasi

BAB II PERENCANAAN KERJA

Manajemen Kinerja KPK

Roadmap KPK

Rencana Strategis KPK 2011 – 2015

Arah dan Kebijakan Pimpinan KPK 2014

Peta Strategi KPK 2014

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

Capaian Perspektif Pemangku Kepentingan

Capaian Perspektif Proses Internal

Capaian Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran

Capaian Perspektif Keuangan

Capaian Lainnya

BAB IV PENUTUP

LAMPIRAN

IV

V

IX

IX

X

2

2

2

3

4

5

5

7

7

8

11

13

17

21

23

33

42

50

52

56

DAFTAR ISI

Tabel 1.

Tabel 2.

Tabel 3.

Tabel 4.

Tabel 5.

Tabel 6.

Tabel 7.

Tabel 8.

DAFTAR TABEL

12

19

24

25

29

34

35

37

Fokus Area, Sasaran Strategis dan Indikator Keberhasilan

Sasaran Strategis, KPI dan Target Tahun 2014

Komponen Indeks Penegakan Hukum

Parameter Indeks Penegakan Hukum

Indeks Kinerja Strategis Tahun 2013 dan 2014 (Sumber : Dit. Litbang, KPK)

Proses Penanganan Perkara KPK Tahun 2012, 2013 dan 2014

Perkara Yang Disupervisi KPK dan Yang Lanjut ke Tahap Berikutnya Tahun

2012, 2013 dan 2014


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.

Gambar 2.

Gambar 3.

Gambar 4.

Gambar 5.

Gambar 6.

Gambar 7.

Gambar 8.

Gambar 9.

Gambar 10.

Gambar 11.

Gambar 12.

Gambar 13.

Gambar 14.

Gambar 15.

Gambar 16.

Gambar 17.

Gambar 18.

Gambar 19.

Gambar 20.

Gambar 21.

Gambar 22.

Gambar 23.

Gambar 24.

Gambar 25.

Gambar 26.

Gambar 27.

Gambar 28.

Gambar 29.

Gambar 30.

Gambar 31.

Gambar 32.

Gambar 33.

Gambar 34.

Gambar 35.

Gambar 36.

Gambar 37.

Gambar 38.

Gambar 39.

Gambar 40.

Gambar 41.

Gambar 42.

Gambar 43.

Gambar 44.

Diagram Capaian Kinerja KPK Tahun 2012, 2013 dan 2014

Struktur Organisasi KPK

Dimensi Setiap Pilar dalam Sistem Integritas Nasional

Sistem Integritas Menurut OECD

Sistem Integritas Menurut OECD

Peta Strategi KPK 2014

Diagram Capaian Kinerja KPK Tahun 2012, 2013 dan 2014

Diagram IPH Tahun 2012, 2013 dan 2014

Suap izin penggunaan lahan Mal Karawang

Diagram Perbandingan Kasus Grand Corruption Tahun 2012, 2013 dan 2014

Diagram

Conviction Rate

Kasus yang Disupervisi Tahun 2012, 2013 dan 2014

Kegiatan Penguatan Apgakum ditempuh KPK dengan Mengevaluasi Kualitas

Rekruitmen SDM.

Diagram Perbandingan Indeks Kinerja Sektor Strategis Tahun 2012, 2013 dan 2014

Sistem Integritas Nasional melalui kerjasama dengan Bappenas

Diagram Pelembagaan SIN Tahun 2012, 2013 dan 2014

Program Pilih yang Jujur

Indeks Pemahaman Masyarakat terhadap Integritas Dalam Pemilu Tahun 2012,

2013 dan 2014

Optimalisasi LHKPN melalui pemberdayaan APIP

Diagram Penyusunan Konsep FCP Tahun 2012, 2013 dan 2014

Suap DPRD Bangkalan

Diagram

Conviction Rate

Perkara yang Ditangani KPK Tahun 2012, 2013 dan 2014

Diagram Perkara Yang Disupervisi KPK dan Yang Lanjut ke Tahap Berikutnya

Tahun 2012-2013-2014

Korsup minerba sebuah bentuk Tindak lanjut di Bidang Minerba

Diagram Implementasi atas Rekomendasi yang Diusulkan

Diagram Implementasi Sistem Integritas Pada Fokus Area

Rapat koordinasi mewujudkan Pemilu Beritegritas antara KPK dengan

penyelenggara pemilu.

Diagram Implementasi Program untuk Pemilu Berintegritas

Diagram Perkembangan Pembangunan Sistem Informasi Pemberantasan Korupsi

Tahun 2012, 2013, 2014

Diagram Perkembangan Pembangunan Infrastruktur

Fraud Control

Tahun 2012,

2013, 2014

Diagram Kasus

Grand Corruption

Siap Lidik Tahun 2012, 2013, 2014

Grafik Nilai Integritas Organisasi KPK

Diagram Indeks Kinerja Strategis Tahun 2012, 2013 dan 2014

Diagram Pelanggaran Kode Etik Pegawai Tahun 2012, 2013 dan 2014

Diagram Pemenuhan RB KPK Tahun 2012, 2013 dan 2014

Diagram Ketersediaan SDM sesuai Fokus Area Tahun 2012, 2013 dan 2014

Diagram Pemenuhan Jumlah Penyidik KPK Tahun 2012, 2013 dan 2014

Smart Building

KPK yang terus Berproses

Diagram Perkembangan Gedung KPK Tahun 2012, 2013 dan 2014

Diagram Indeks Kepuasan Layanan TI Tahun 2012, 2013 dan 2014

Launching

Kanal TV KPK sebagai Teknologi Media KPK

Diagram Ketersediaan Anggaan KPK Tahun 2012, 2013 dan 2014

Diagram Tingkat kepuasan Kinerja Apgakum (Sumber : Kompas, 2014)

Diagram Citra Positif Apgakum (Sumber : Kompas, 2014)

Grafik Tingkat IPK

VIII

4

10

10

10

18

21

24

26

26

27

27

28

29

30

30

31

32

32

33

34

35

36

36

37

37

38

38

39

40

43

43

44

45

46

46

47

48

48

48

51

53

53

53


(12)

(13)

LATAR BELAKANG

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dibentuk

sebagai lembaga negara yang bersifat independen

yang dalam melaksanakan tugas serta

kewenangannya bebas dari pengaruh kekuasaan

manapun. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002

tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi sebagai landasan legal bagi pelaksanaan

tugas KPK dalam mengkoordinasikan lembaga

penegak hukum lainnya melalui koordinasi dan

supervisi, melakukan penyelidikan, penyidikan,

dan penuntutan

(represive),

mendorong

pencegahan

(preventive)

tindak pidana korupsi,

serta melakukan pemantauan terhadap

penyelenggaraan pemerintahan negara.

Sebagai bentuk komitmen yang mengedepankan

prinsip transparansi dan akuntabilitas, maka KPK

memandang perlu untuk menyampaikan laporan

akuntabilitas kinerja (LAKIP) kepada pemangku

kepentingan.

TUGAS DAN WEWENANG

Dalam pasal 6 sampai 15 Undang-Undang Nomor

30 Tahun 2002, diatur tugas, wewenang, dan

kewajiban KPK. KPK mempunyai tugas sebagai

berikut:

1. Koordinasi dengan instansi yang berwenang

melakukan pemberantasan tindak pidana

korupsi (TPK);

2. Supervisi terhadap instansi yang berwenang

melakukan pemberantasan TPK;

Dukungan rakyat Indonesia selalu

memberi semangat KPK untuk terus

berjuang mewujudkan Indonesia yang

bebas korupsi.

BAB I


(14)

3. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan

penuntutan terhadap TPK;

4. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan

TPK; dan

5. Melakukan monitor terhadap

penyelenggaraan pemerintah negara.

Dalam melaksanakan tugas koordinasi, KPK

berwenang:

1. Mengkoordinasikan penyelidikan,

penyidikan, dan penuntutan TPK;

2. Menetapkan sistem pelaporan dalam

kegiatan pemberantasan TPK;

3. Meminta informasi tentang kegiatan

pemberantasan TPK kepada instansi terkait;

4. Melaksanakan dengar pendapat atau

pertemuan dengan instansi yang berwenang

melakukan pemberantasan TPK; dan

5. Meminta laporan instansi terkait mengenai

pencegahan TPK.

Dalam melaksanakan tugas supervisi, KPK

berwenang melakukan pengawasan, penelitian,

atau penelaahan terhadap instansi yang

menjalankan tugas dan wewenangnya yang

berkaitan dengan pemberantasan TPK serta

terhadap instansi yang melaksanakan pelayanan

publik. Sementara dalam melaksanakan

wewenang supervisi, KPK berwenang juga

mengambil alih penyelidikan atau penuntutan

terhadap pelaku TPK yang sedang dilakukan

oleh kepolisian atau kejaksaan.

Dalam melaksanakan tugas penyelidikan,

penyidikan, dan penuntutan, KPK berwenang

melakukan penyelidikan, penyidikan, dan

penuntutan TPK yang:

1. Melibatkan aparat penegak hukum,

penyelenggara negara, dan orang lain

yang ada kaitannya dengan TPK yang

dilakukan oleh aparat penegak hukum atau

penyelenggara negara;

2. Mendapat perhatian yang meresahkan

masyarakat;

3. dan/atauMenyangkut kerugian negara paling

sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar

rupiah).

Sementara itu, dalam melaksanakan tugas

pencegahan, KPK berwenang melaksanakan

langkah atau upaya pecegahan sebagai berikut:

1. Melakukan pendaftaran dan pemeriksaan

terhadap laporan harta kekayaan

penyelenggara negara;

2. Menerima laporan dan menetapkan status

gratifikasi;

3. Menyelenggarakan program pendidikan

antikorupsi pada setiap jenjang pendidikan;

4. Merancang dan mendorong terlaksananya

program sosialisasi pemberantasan TPK;

5. Melakukan kampanye antikorupsi kepada

masyarakat umum;

6. Melakukan kerja sama bilateral atau

multilateral dalam pemberantasan TPK.

Dalam melaksanakan tugas monitor, KPK

berwenang:

1. Melakukan pengkajian terhadap sistem

pengelolaan administrasi di semua lembaga

negara dan pemerintah;

2. Memberikan saran kepada pimpinan

lembaga negara dan pemerintah untuk

melakukan perubahan jika berdasarkan hasil

pengkajian, sistem pengelolaan administrasi

tersebut berpotensi korupsi;

3. Melaporkan kepada Presiden, Dewan

Perwakilan Rakyat, dan Badan Pemeriksa

Keuangan, jika saran KPK mengenai usulan

perubahan tersebut tidak diindahkan.

Selain memiliki kewenangan yang luas, KPK juga

perlu memenuhi kewajibannya, antara lain:

1. Memberikan perlindungan terhadap saksi

atau pelapor yang menyampaikan laporan

ataupun memberikan keterangan mengenai

terjadinya TPK;

2. Memberikan informasi kepada masyarakat

yang memerlukan atau memberikan

bantuan untuk memperoleh data lain

berkaitan dengan hasil penuntutan TPK yang

ditanganinya.

STRUKTUR ORGANISASI

Berdasarkan Peraturan Komisi Pemberantasan

Korupsi Nomor 02 Tahun 2013 tentang Perubahan

atas Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi

Nomor 03 Tahun 2010 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Komisi Pemberantasan Korupsi,

struktur organisasi KPK terdiri atas:

1. Pimpinan, yang terdiri atas seorang Ketua

merangkap Anggota; dan 4 (empat) orang

Wakil Ketua merangkap Anggota.

2. Tim Penasihat, yang terdiri atas 4 (empat)

orang

3. Deputi Bidang Pencegahan, yang terdiri

atas:

a.

Direktorat Pendaftaran dan Pemeriksaan

Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara

Negara (PP LHKPN);


(15)

c.

Direktorat Pendidikan dan Pelayanan

Masyarakat (Dikyanmas);

d.

Direktorat Penelitian dan Pengembangan

(Litbang);

e.

Sekretariat Deputi Bidang Pencegahan.

4. Deputi Bidang Penindakan, yang terdiri atas:

a.

Direktorat Penyelidikan;

b.

Direktorat Penyidikan;

c.

Direktorat Penuntutan;

d.

Unit Kerja Koordinasi dan Supervisi;

e.

Sekretariat Deputi Bidang Penindakan;

f.

Satgas-satgas.

5. Deputi Bidang Informasi dan Data (INDA),

yang terdiri atas:

a.

Direktorat Pengolahan Informasi dan Data

(PINDA);

b.

Direktorat Pembinaan Jaringan Kerja

Antar Komisi dan Instansi (PJKAKI);

c.

Direktorat Monitor;

d.

Sekretariat Deputi Bidang INDA.

6. Deputi Bidang Pengawasan Internal dan

Pengaduan Masyarakat (PIPM), yang terdiri

atas:

a.

Direktorat Pengawasan Internal;

b.

Direktorat Pengaduan Masyarakat;

c.

Sekretariat Deputi Bidang PIPM.

7. Sekretariat Jenderal, yang terdiri atas:

a.

Biro Perencanaan dan Keuangan;

b.

Biro Umum;

c.

Biro Sumber Daya Manusia;

d.

Biro Hukum;

e.

Biro Humas;

f.

Sekretariat Pimpinan.

DASAR HUKUM

Dasar hukum penyusunan Laporan Akuntabilitas

Kinerja KPK Tahun 2013 adalah

1. Ketetapan MPR Nomor XI/MPR/1998 tentang

Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan

Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme;

2. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002

tentang Komisi Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi;

3. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999

tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah;

4. Keputusan Pimpinan Komisi Pemberantasan

Korupsi Nomor 124A/01-52/02/2012 tanggal

29 Februari 2012 tentang Road Map KPK

dalam Pemberantasan Korupsi di Indonesia

Tahun 2011-2023;

5. Keputusan Pimpinan Komisi Pemberantasan

Korupsi Nomor 124B/01-52/02/2012 tanggal

29 Februari 2012 tentang Rencana Strategis

Komisi Pemberantasan Korupsi Tahun

2011-2015;

6. Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi

Nomor 02 Tahun 2013 tentang Perubahan atas

Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi

Nomor 03 Tahun 2010 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Komisi Pemberantasan Korupsi;

7. Keputusan Kepala LAN Nomor: 239/

IX/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman

Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah.

Gambar 2. Struktur Organisasi KPK

Pimpinan KPK

Deputi Pencegahan Deputi Penindakan Informasi dan Data Deputi Bidang

Deputi Bidang Pengawasan Internal

dan Pengaduan Masyarakat

Sekretariat Jenderal Penasihat


(16)

SISTEMATIKA PENYAJIAN

Sistematika penyajian laporan kinerja KPK Tahun

2014 adalah sebagai berikut:

1. PENDAHULUAN, menjelaskan secara ringkas

latar belakang, tugas dan wewenang,

struktur organisasi, dasar hukum, dan

sistematika penyajian;

2. PERENCANAAN KERJA, menjelaskan

Manajemen Kinerja, Road Map KPK, Rencana

Strategis KPK 2011-2015 dan Rencana Kinerja

yang menjelaskan Arah dan Kebijakan

KPK Tahun 2014 serta target kinerja KPK

pada masing-masing perspektif

Balanced

Scorecard

di Peta Strategi KPK 2014;

3. AKUNTABILITAS KINERJA, menjelaskan

setiap capaian sasaran strategis pada setiap

perspektif yang tertuang pada peta strategi

dan kinerja lainnya

4. PENUTUP, menjelaskan kesimpulan atas

Laporan Akuntabilitas Kinerja KPK

PERMASALAHAN ORGANISASI

2 permasalahan utama yang dihadapi KPK pada

Tahun 2014 di antaranya yaitu:

1. Keterbatasan sumber daya baik manusia, dan

infrastruktur sebagai enablers berjalannya

operasional KPK secara efektif dan efisien;

Keterbatasan SDM KPK antara lain

disebabkan standar rekrutmen yang ketat

sehingga rata-rata pemenuhan kebutuhan

SDM melalui rekrutmen tahun 2005 s.d 2014

hanya sebesar 57% dari kebutuhan, dan

success rate

proses rekrutmen hanya 0,44%

dari jumlah pelamar. Paralel dengan hal

tersebut, kebutuhan akan gedung KPK juga

masih dalam proses pembangunan di tahun

2014 dan baru akan digunakan pada akhir

2015.

2. Terjadi kekosongan satu kursi kepemimpinan

KPK pada akhir periode 2014 dan beberapa

jabatan struktural;

Kekosongan beberapa pejabat struktural

dan satu jabatan pimpinan (pada akhir

periode 2014) juga berdampak pada efisiensi

pengambilan keputusan. Bukan hanya pada

fungsi/unit yang tidak memiliki pimpinan

yang permanen, namun juga pada unit yang

pimpinannya ditugaskan rangkap sebagai

pelaksana tugas unit yang masih kosong.


(17)

(18)

MANAJEMEN KINERJA

Pengelolaan Kinerja di Komisi Pemberantasan

Korupsi terdiri dari tiga tahapan utama, yaitu

Perencanaan, Monitoring, serta Pelaporan dan

Evaluasi.

1. Perencanaan

Pada awal tahun, KPK menetapkan Arah dan

Kebijakan (Arjak) Pelaksanaan Kegiatan KPK

dalam bentuk Surat Edaran Pimpinan KPK yang

berisi:

a.

Arah dan Kebijakan Pimpinan;

b.

Peta Strategi;

c.

Target Kinerja;

d.

Inisiatif Strategis

Arjak tersebut disusun berdasarkan Rencana

Strategis KPK, Rencana Kerja Tahunan, dan

hasil evaluasi Capaian Kinerja KPK pada tahun

sebelumnya. Berdasarkan Arjak tersebut,

Pimpinan KPK menetapkan Keputusan Pimpinan

KPK tentang Indikator Kinerja Utama (IKU)

KPK. Arjak yang berisikan target kinerja

tahunan juga menjadi dasar dalam penyusunan

Kontrak Kinerja Unit di lingkungan KPK. Dalam

penyusunan Kontrak Kinerja Unit, dilakukan

alignment

secara vertikal

(cascading)

dan

horizontal untuk memastikan bahwa strategi

unit telah selaras dengan strategi korporat.

Kontrak Kinerja Unit terdiri dari Surat

Pernyataan, Peta Strategi, Target Kinerja, dan

Inisitatif Strategis dan ditetapkan oleh Unit

Pemberantasan korupsi adalah

sebuah perjalanan panjang. KPK

bertanggungjawab untuk kesempurnaan

dan kesinambungan perjalanan itu.

BAB II


(19)

Pemilik IKU dengan persetujuan oleh atasan

langsung secara berjenjang. Kontrak Kinerja

Unit tersebut selanjutnya menjadi dasar untuk

menyusun Kontrak Kinerja Pegawai KPK.

2. Monitoring

Selama tahun berjalan, Sekretariat Jenderal

c.q. Biro Perencanaan dan Keuangan (Renkeu)

melakukan monitoring atas Capaian Kinerja Unit

untuk memastikan bahwa strategi organisasi

telah dieksekusi dengan baik sesuai dengan

rencana. Biro Renkeu menelaah laporan kinerja

yang disampaikan oleh unit-unit di lingkungan

KPK berdasarkan Kontrak Kinerja Unit yang

telah ditetapkan di awal tahun dan memonitor

Capaian Kinerja Unit tersebut melalui Aplikasi

Manajemen Kinerja, yaitu

Actuate.

Hasil reviu

atas capaian kinerja tersebut selanjutnya

disampaikan kepada Pimpinan KPK dan

Pimpinan Unit Kerja sebagai dashboard dalam

pengambilan keputusan untuk mengoptimalkan

kinerja KPK.

3. Pelaporan dan Evaluasi

Proses pelaporan kinerja KPK dilakukan secara

bottom-up, dimulai dari pelaporan kinerja di

tingkat unit kerja Direktorat/Biro sampai dengan

tingkat korporat. Capaian Kinerja Unit dibahas

dalam Rapat Evaluasi Kinerja KPK yang dilakukan

paling sedikit 2 (dua) kali dalam setahun dan

dihadiri oleh Pimpinan KPK serta para Pimpinan

Unit Kerja. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut,

Laporan Kinerja Unit disusun dan disampaikan

kepada Sekretariat Jenderal c.q. Biro Renkeu

dan Direktorat Pengawasan Internal (PI). Laporan

Kinerja Unit memuat realisasi atas target kinerja

yang telah direncanakan dengan penjelasan atas

target kinerja yang tidak tercapai serta

Action

Plan

yang akan dilakukan di periode berikutnya.

Pada akhir tahun, Laporan Kinerja Unit

dijadikan sebagai bahan penyusunan Laporan

Kinerja dan Instansi Pemerintah (LAKIP) KPK.

Biro Renkeu melakukan koordinasi dengan

unit-unit dalam proses penyusunan LAKIP KPK yang

memuat analisis perbandingan antara realisasi

kinerja di akhir tahun dan Target Kinerja KPK

yang ditetapkan di awal tahun. Konsep akhir

LAKIP KPK disampaikan kepada Direktorat PI

untuk mendapat reviu internal. Direkorat PI

menyampaikan laporan hasil evaluasi LAKIP

kepada Pimpinan c.q. Sekretaris Jenderal.

Selanjutnya LAKIP KPK akan disampaikan kepada

Menteri yang membidangi Pendayagunaan

Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dengan

tembusan kepada Presiden Republik Indonesia.

ROADMAP KPK 2011 - 2023

Mengantisipasi tantangan ke depan yang semakin

kompleks, diperlukan upaya pemberantasan

korupsi yang komprehensif dan sistematis,

dengan pelibatan seluruh potensi komponen

bangsa, sehingga KPK perlu memiliki suatu

perencanaan strategis jangka panjang dalam

bentuk Road Map KPK dalam Pemberantasan

Korupsi di Indonesia 2011-2023 (selanjutnya

disingkat Road Map KPK).

Road Map KPK dimaksudkan untuk memberi arah

pemberantasan korupsi yang akan dilakukan KPK

dalam jangka panjang (sampai dengan 2023).

Keberadaan Road Map KPK menjadi penting

karena dokumen perencanaan yang telah ada

terbatas hanya mencakup strategi jangka

menengah (Rencana Strategis yang berjangka

waktu lima tahunan) dan jangka pendek

(Rencana Kinerja dan Anggaran yang berjangka

waktu tahunan).

Karakteristik korupsi di Indonesia teramat

kompleks dan mengakar sehingga diperlukan

upaya pemberantasan korupsi secara sistematis,

integratif, dan fokus. Sesuai amanat

undang-undang, untuk mengatasi korupsi tersebut

KPK mengambil peran sebagai pendorong

pemberantasan korupsi

(trigger mechanism)

dengan melibatkan institusi penegak hukum

lainnya serta lembaga pemerintah ditambah

lembaga/masyarakat madani lainnya. Dalam

rangka optimalisasi pemberantasan korupsi,

maka perlu dilakukan koordinasi secara intensif

kepada

stakeholders

tersebut. Koordinasi akan

berjalan secara optimal ketika semua pihak

memiliki Road Map masing-masing namun tetap

merupakan bagian dari upaya nasional terkait

pemberantasan korupsi secara terintegrasi.

1. Kerangka Pikir Road Map

Sebagai sebuah organisasi, KPK tidak akan lepas

dari siklus organisasi yang akan mengalami

pasang-surut. Untuk menjaga eksistensi dan nilai

tambah bagi pemberantasan korupsi di Indonesia,

KPK melakukan pengembangan kompetensi

inti

(core competency)

secara berkelanjutan.

Road Map KPK diwarnai oleh: (a) kompetensi

inti organisasi, dan (b) fokus organisasi. Untuk

memenuhi tuntutan kompetensi inti organisasi,

KPK senantiasa mempersiapkan keunggulan

di masa kini dan di masa yang akan datang.

Sedangkan untuk mewujudkan fokus organisasi,

KPK memilih atau menentukan skala prioritas


(20)

dalam merealisasikan visi dan misinya, yaitu

dengan memfokuskan pada penanganan

grand

corruption

dan yang menjadi kepentingan

nasional

(national interest).

KPK mewujudkan kompetensi inti organisasi

dengan mengambil peran sebagai pionir dalam

pembangunan Sistem Integritas Nasional (SIN),

kemudian dilanjutkan dengan membangun

kompetensi inti tahap berikutnya melalui

pembangunan

Fraud Control Plan

(Rencana

Pengendalian Kecurangan).

2. Peran Strategis KPK dalam

Pembangunan SIN

Posisi KPK dalam pemberantasan korupsi di

Indonesia adalah independen dan menjadi

penggerak

(trigger mechanism)

sebagaimana

diamanatkan dalam Undang-Undang tentang KPK.

Hal tersebut dapat diilustrasikan pada gambar

2, yang memberikan kejelasan hubungan antara

KPK dengan berbagai pilar pembangunan sistem

integritas nasional, khususnya kementerian/

lembaga, dan masyarakat madani (

Civil Society

Organization

, atau CSO).

KPK, di satu sisi mendorong dan mengontrol

kementerian/lembaga serta masyarakat madani

agar menjalankan sistem integritas, dan di

sisi lain KPK dan kementerian/lembaga juga

didorong dan dikontrol oleh masyarakat madani,

sehingga terbentuklah pola hubungan timbal

balik yang dapat menjamin sistem integritas

nasional, yang akan berdampak pada tatanan

hukum, pembangunan berkelanjutan, dan

kualitas hidup.

3. Peran Strategis KPK dalam

Pembangunan

Fraud Control Plan

(Rencana Pengendalian Kecurangan)

Peran strategis KPK selanjutnya yang perlu

dibangun adalah pembangunan

Fraud Control

Plan

(Rencana Pengendalian Kecurangan),

dengan asumsi bahwa sistem integritas nasional

telah berhasil dijalankan dengan terwujudnya

budaya integritas. Budaya integritas akan

mempersempit kemungkinan terjadinya

grand corruption;

kalaupun terjadi maka

akan tertangani dengan baik oleh APGAKUM.

Dengan demikian, KPK akan lebih berperan

dalam penanganan kecurangan

(fraud control)

dibandingkan

grand corruption.

Fraud Control Plan

akan dibangun secara

nasional, yang mencakup:

1. Aspek

Preventif:

mendorong organisasi/

lembaga menerapkan sistem pengendalian

yang baik, berupa Sistem Pengawasan

Internal (SPI) atau Sistem Pengendalian

Internal Pemerintah (SPIP), serta

implementasi

Fraud Control Plan/Fraud

Control System.

2. Aspek Deteksi: melakukan deteksi dini (early

warning system) secara menyeluruh, dengan

lebih mengintegrasikan LHKPN/LHK dan

laporan gratifikasi/hadiah yang menjangkau

seluruh Pegawai Negeri Sipil (PNS),

Whistle

Blower System,

dengan dukungan para Motor

Penggerak Integritas (MPI) di organisasi

terdiri dari para pengambil kebijakan kunci.

Deteksi dini yang terintegrasi memungkinkan

KPK memperkuat aspek deteksi yang

dilakukan oleh internal organisasi

(risk

assessment).

3. Aspek Penindakan/Penegakan: Penindakan/

penegakan terhadap kecurangan dapat

dilakukan secara lebih efektif karena telah

terintegrasi dan terciptanya tatanan hukum

yang baik. Di lain pihak, KPK melakukan

pemantauan atas efektivitas penegakkan

integritas agar tatanan hukum yang baik

tetap terpelihara.

4. Pembangunan Sistem Integritas

Nasional

Sistem Integritas Nasional (SIN) adalah sistem

yang berlaku secara nasional dalam rangka

pemberantasan korupsi secara terintegrasi yang

melibatkan semua pilar penting bangsa. Korupsi

dapat berkurang karena setiap pilar memiliki

akuntabilitas horisontal, yang mendistribusikan

kekuasaan sehingga tidak ada monopoli dan

kebijakan yang tidak dapat

dipertanggung-jawabkan.

Jika diibaratkan sebagai sebuah rumah

(bangunan), SIN terdiri atas 3 (tiga) bagian

utama, yaitu pondasi, pilar/tiang penyangga, dan

atap. Pondasi terdiri atas sistem politik, sosial,

ekonomi, dan budaya. Sedangkan pilar atau tiang

penyangga terdiri atas badan/lembaga legislatif,

eksekutif, kehakiman/peradilan, sektor publik,

sektor keuangan, penegak hukum, komisi

pemilihan umum, komisi ombudsman, badan

audit, organisasi anti korupsi, partai politik,

media massa, masyarakat madani, dan dunia

usaha. Terakhir, atap merupakan hasil akhir

yang dicapai berupa integritas nasional.


(21)

SIN akan berdampak pada tatanan hukum

(rule of law),

pembangunan berkelanjutan

(sustainable development), dan kualitas hidup

(quality of life),

yang mencerminkan tercapainya

kesejahteraan rakyat yang menjadi cita-cita

berbangsa dan bernegara. Dengan keterlibatan

KPK dalam pembangunan integritas nasional,

berarti KPK secara langsung berkontribusi nyata

dalam menciptakan kesejahteraan rakyat.

terbagi dalam dua komponen penting, yaitu

komponen utama/inti

(core)

dan komponen

pendukung

(complement).

Komponen utama meliputi: (a) kode etik dan

Gambar 3.

Dimensi Setiap Pilar dalam Sistem Integritas Nasional

Agar setiap pilar dapat berkontribusi secara

positif dalam pembangunan SIN, maka semua

pilar dalam SIN memperhatikan tiga dimensi

yang terdiri atas hal-hal sebagai berikut :

1. Peran/kontribusi

(role),

yaitu memastikan

setiap pilar menjalankan tupoksi secara

berintegritas dengan berbasiskan

keunggulan masing-masing untuk selanjutnya

dikolaborasikan dengan pilar lainnya dalam

pembangunan SIN.

2. Transparansi dan akuntabilitas

(governance),

intinya setiap pilar harus menerapkan

akuntabilitas dan transparansi, dalam

bentuk implementasi sistem integritas,

baik komponen utama maupun komponen

pendukung, dengan memastikan adanya

instrumen, proses, dan struktur.

3. Kapasitas

(capacity),

agar dapat membangun

sistem integritas dan menjalankan perannya

secara berintegritas, maka masing-masing

pilar harus memiliki kapasitas untuk

menjalankan kedua hal tersebut.

Mekanisme akuntabilitas didesain sebagai upaya

nasional untuk mengurangi korupsi yang meliputi

sistem integritas. Sistem ini juga bertujuan

untuk membangun akuntabilitas dari pilar-pilar

yang menopang integritas nasional. Hal-hal

yang harus dipedomani dalam sistem integritas

Gambar 4.

Sistem Integritas Menurut OECD

pedoman perilaku; (b) pengumuman harta

kekayaan; (c) kebijakan gratifikasi dan hadiah;

(d) pengelolaan akhir masa kerja; (e) saluran

pengaduan dan

whistler blower;

(f) pelatihan/

internalisasi integritas; (g) evaluasi eksternal

integritas; (h) pengungkapan isu integritas.

Sedangkan komponen pendukung terdiri atas:

(a) kebijakan rekrutmen dan promosi; (b)

pengukuran kinerja; (c) sistem dan kebijakan

pengembangan SDM; (d) pengadaan dan kontrak

dengan efisiensi.

Gambar 5.


(22)

5. Fokus Area

Fokus area pada masing-masing fase adalah

sebagai berikut:

1. Fase I (2011-2015)

Fokus dalam fase ini adalah pada:

1. Penanganan Kasus

Grand Corruption

dan

Penguatan Aparat Penegak Hukum.

Pengertian

Grand Corruption

adalah tindak

pidana korupsi yang memenuhi salah satu atau

lebih kriteria berikut:

a.

Melibatkan pengambil keputusan terhadap

kebijakan atau regulasi;

b.

Melibatkan aparat penegak hukum;

c.

Berdampak luas terhadap kepentingan

nasional;

d.

Kejahatan sindikasi, sistemik, dan

terorganisir.

e.

Penguatan APGAKUM dilakukan melalui

Koordinasi dan Supervisi.

2. Perbaikan Sektor Strategis terkait

kepentingan nasional (national interest),

meliputi:

a.

Ketahanan pangan plus: pertanian,

perikanan, peternakan; plus pendidikan

dan kesehatan;

b.

Ketahanan energi dan lingkungan: energi,

migas, pertambangan, dan kehutanan;

c.

Penerimaan: pajak, bea dan cukai, serta

PNBP;

d.

Bidang infrastruktur.

3. Pembangunan pondasi Sistem Integritas

Nasional (SIN).

4. Penguatan sistem politik berintegritas dan

masyarakat (CSO) paham integritas.

5. Persiapan

Fraud Control Plan.

2. Fase II (2015-2019)

Fokus pada:

1. Penanganan Kasus

Grand Corruption

dan

penguatan Aparat Penegak Hukum.

2. Perbaikan sektor strategis (melanjutkan

fokus pada kepentingan nasional).

3. Aksi Sistem Integritas Nasional (SIN),

meliputi:

a.

Eksekutif, legislatif, dan yudikatif;

b.

Dunia usaha;

c.

CSO

(Civil Society Organization).

4. Implementasi Fraud Control Plan.

3. Fase III (2019-2023)

Fokus dalam fase ini adalah pada:

1. Optimalisasi penanganan sektor strategis

(melanjutkan fokus pada kepentingan

nasional.

2. Optimalisasi Sistem Integritas Nasional (SIN),

meliputi:

a.

Eksekutif, legislatif, dan yudikatif;

b.

Dunia usaha;

c.

CSO

(Civil Society Organization).

3. Penanganan Fraud yang dilakukan oleh

Penyelenggara Negara.

RENCANA STRATEGIS KPK 2011 - 2015

Rencana Strategis (Renstra) KPK Tahun

2011-2015 telah disahkan melalui Keputusan

Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor

KEP-124B/01-52/02/2012 tanggal 29 Februari

2012. Dokumen Renstra KPK ini secara garis

besar memuat visi, misi, fokus area, tujuan dan

sasaran strategis yang akan dicapai organisasi

pada tahun 2011 s.d. 2015. Perjalanan panjang

organisasi KPK dalam mengemban tugasnya

tidak dapat dipisahkan dari dinamika lingkungan

internal dan eksternal yang berpengaruh bagi

eksistensi organisasi. Langkah-langkah strategis

dan operasional yang merupakan kunci sukses

bagi organisasi akan diuraikan dalam arah dan

kebijakan tahunan KPK.

1. Visi

Visi (Vision) merupakan gambaran masa depan

yang hendak diwujudkan. Visi harus bersifat

praktis, realistis untuk dicapai, dan memberikan

tantangan serta menumbuhkan motivasi yang

kuat bagi pegawai KPK untuk mewujudkannya.

Visi KPK adalah:

“Menjadi lembaga penggerak pemberantasan

korupsi yang berintegritas, efektif, dan efisien”.

dengan penjelasan:

1. Lembaga penggerak pemberantasan korupsi:

selain sebagai pelaku, KPK juga berperan

sebagai pemicu dan pemberdayaan (trigger)

lembaga lain dalam pemberantasan korupsi.

2. Pemberantasan korupsi: serangkaian

tindakan untuk mencegah dan memberantas

TPK melalui upaya koordinasi, supervisi,

monitor, penyelidikan, penyidikan,

penuntutan, dan pemeriksaan di sidang

pengadilan, dengan peran serta masyarakat

berdasarkan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

3. Berintegritas: menjalankan organisasi secara

kompeten, transparan, dan akuntabel,

dengan tetap melakukan interaksi secara

luas tanpa ada penyimpangan

(zero

tolerance).

4. Efektif: semua elemen bangsa berperan

serta dalam pencapaian sasaran dan tujuan

pemberantasan korupsi.


(23)

5. Efisien: pemanfaatan sumber daya pemangku

kepentingan

(stakeholders)

pemberantasan

korupsi secara optimal.

2. Misi

Misi

(Mission)

merupakan jalan pilihan untuk

menuju masa depan. Sesuai dengan bidang

tugas dan kewenangan KPK, misi KPK adalah:

1. Melakukan koordinasi dengan instansi yang

berwenang melakukan pemberantasan TPK;

2. Melakukan supervisi terhadap instansi yang

berwenang melakukan pemberantasan TPK;

3. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan

penuntutan terhadap TPK;

4. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan

TPK;

5. Melakukan monitor terhadap

penyelenggaraan pemerintahan negara.

3. Fokus Area

Fokus pelaksanaan tugas KPK pada Renstra KPK

2011-2015 sebagaimana telah ditetapkan dalam

Road Map KPK 2011-2025 adalah sebagai berikut:

1. Penanganan Kasus

Grand Corruption

dan

Penguatan APGAKUM.

2. Perbaikan Sektor Strategis terkait

kepentingan nasional (national interest).

Bidang infrastruktur.

3. Pembangunan pondasi Sistem Integritas

Nasional (SIN).

4. Penguatan sistem politik berintegritas dan

masyarakat (CSO) paham integritas.

5. Persiapan pembangunan

Fraud Control

Plan.

4. Tujuan dan Sasaran Strategis

Tujuan strategis (ultimate goal) KPK adalah

sebagai berikut: ”Efektivitas dan Efisiensi

Pemberantasan (Pencegahan dan Penindakan)

Korupsi”, yang diukur keberhasilannya dengan 2

(dua) indikator, yaitu:

1. Indeks Penegakan Hukum (IPH) atau

Law

Enforcement Index;

2. Tingkat Keberhasilan Pemberantasan

Korupsi oleh KPK (Skala 1-10).

Pada masing-masing fokus area KPK terdiri atas

sasaran strategis

(strategic objectives)

termasuk

indikator keberhasilannya.

5. Strategi Pencapaian Tujuan dan

Sasaran

Untuk pencapain tujuan dan sasaran KPK,

strategi yang digunakan adalah:

1. Pencegahan yang Terintegrasi

Pencegahan dilakukan secara terintegrasi dalam

satu “paket Pencegahan KPK” yakni dalam

rangka membangun Sistem Integritas Nasional

(SIN) sesuai dengan fokus area pada

masing-masing fase.

Pencegahan diawali dengan kajian komprehensif

terhadap sistem atau peraturan atau prosedur

pada fokus area yang potensial/rawan terjadi

korupsi, kemudian diberikan rekomendasi/saran

perbaikan, dan dipantau implementasinya oleh

KPK hingga tuntas. Secara pararel, dilakukan

juga pendidikan dan kampanye tentang SIN

FOKUS AREA SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KEBERHASILAN

Penanganan Kasus Grand Corruption dan Penguatan APGAKUM

Keberhasilan Penanganan Kasus Grand Corruption

# Kasus (Pokok Kasus) Grand Corruption

Efektivitas Penanganan Perkara

Korupsi oleh APGAKUM Conviction RateDisupervisi Kasus yang Perbaikan Sektor Strategis

terkait Kepentingan Nasional

Meningkatnya Kinerja pada Sektor Strategis

Indeks Kinerja Sektor Strategis (Survey)

Pembangunan Pondasi Sistem

Integritas Nasional (SIN) Terwujudnya Pelembagaan SIN secara Formal % Pelembagaan SIN Penguatan Sistem Politik

Berintegritas dan Masyarakat (CSO) Paham Integritas

Terbangunnya Integritas di Sektor Politik

Indeks Integritas Sektor Politik (Survey)

Persiapan Fraud Control Terbangunnya Konsep Fraud Control

sebagai Sistem Pemberantasan Korupsi yang Terintegrasi

% Pembangunan Konsep dan Disain

Fraud Control

Pembangunan Kelembagaan KPK Terwujudnya Integritas Organisasi KPK

Indeks Integritas KPK (Survey)

Tabel 1.


(24)

kepada K/L dan CSO untuk mengubah mindset

dan perilaku mereka, dan dilakukan internalisasi

dan implementasi pondasi dan pilar-pilar

integritas nasional pada fokus area secara

bertahap (sesuai fase) untuk memperkuat SIN.

Pencegahan yang terintegrasi juga mencakup

kegiatan Koordinasi dan Supervisi Pencegahan

berupa kegiatan pelaksanaan koordinasi dengan

instansi yang melaksanakan usaha-usaha

pencegahan korupsi serta supervisi layanan

publik.

2. Penindakan yang Terintegrasi

Penindakan dilakukan terhadap

Grand Corruption

sesuai dengan fokus area pada masing-masing

fase, dengan pembangunan kasus

(case building)

yang bersumber dari:

1. Pengaduan masyarakat yang potensial

mengandung

Grand Corruption;

2. Proaktif investigasi.

3. Penanganan kasus

Non Grand Corruption

bisa dilakukan:

a.

Ditangani oleh KPK sendiri, atau

b.

Dilimpahkan kepada Instansi Penegak

Hukum lain, dengan mekanisme koordinasi

dan supervisi secara berjenjang.

3. Pencegahan dan Penindakan yang

Terintegrasi

Terhadap fokus area yang telah dilakukan

Penindakan, akan dilakukan

improvement

(recovery)

melalui Pencegahan. Atau sebaliknya,

akan dilakukan Penindakan apabila Pencegahan

yang dilakukan terhadap fokus area tidak efektif

(belum berhasil).

ARAH DAN KEBIJAKAN PIMPINAN KPK

2014

Arah dan kebijakan Pimpinan KPK dalam

pelaksanaan program dan kegiatan tahun 2014

telah ditetapkan dalam Surat Edaran Pimpinan

KPK Nomor: SE-02/01-52/03 Tahun 2013. Surat

Edaran tersebut memuat Kebijakan Umum dan

Kebijakan Operasional, antara lain sebagai

berikut:

1. Kebijakan Umum

1. Memantapkan kembali komitmen Pimpinan

dan seluruh Pejabat/Pegawai KPK, yang

didasarkan pada nilai-nilai dasar KPK

dan konsistensi pada fokus area untuk

keberhasilan pencapaian sasaran dan target

kinerja KPK tahun 2014.

2. Menjaga independensi, integritas, dan

akuntabilitas organisasi KPK dalam setiap

program dan kegiatan pemberantasan

korupsi yang melibatkan Kementerian/

lembaga/ organisasi/pemerintah daerah

(K/L/O/P).

3. Menerapkan nilai-nilai KPK bagi seluruh

insan KPK dimanapun dan kapanpun berada

dengan memperhatikan prinsip

kehatian-hatian.

4. Mempedomani Renstra KPK Tahun

2011-2015 dalam penyusunan program kerja dan

kegiatan Deputi/Sekjen dan Direktorat/Biro.

5. Mengupayakan agar semua program dan

kegiatan yang ditujukan untuk eksternal

KPK, telah diimplementasikan di internal

KPK

(KPK First).

6. Menggunakan pendekatan kemitraan dan

pemberdayaan dalam penyusunan program

dan kegiatan KPK.

7. Mengarahkan pelaksanaan program dan

kegiatan dengan pihak eksternal pada aspek

strategis dan berdampak signifikan (hasil/

outcome

, dampak/

impact)

bagi organisasi

maupun instansi yang di-

trigger

.

8. Deputi/Sekjen mengkoordinasikan

pelaksanaan program dan kegiatan dalam

fokus area, yang dilaksanakan oleh

direktorat/biro dan/atau Tim Satgas/Pokja

lintas unit yang dibentuk khusus untuk itu.

9. Pimpinan mengevaluasi pelaksanan semua

program kerja dan kegiatan KPK, termasuk

yang diinisiasi KPK, baik secara berkala

maupun insidentil.

10. Sekjen melakukan penyusunan

Grand Design

Arsitektur SDM KPK.

11. Mengoptimalkan pemanfaatan SDM

(termasuk yang direncanakan direkrut tahun

2014), dalam penyusunan program kerja dan

kegiatan serta target kinerja unit-unit tahun

2014.

12. Meningkatkan kualitas perencanaan dan

pelaksanaan anggaran sehingga dapat

diminimalisasi terjadinya revisi anggaran

dan penyerapannya dapat terlaksana secara

optimal.

13. Memaksimalkan daya serap (realisasi)

Anggaran Rupiah Murni (RM), dan sedapat

mungkin tidak menggunakan dana Hibah Luar

Negeri (HLN) sepanjang dana RM tersedia,

karena selama ini timbul masalah dari segi

transparansi dalam pertanggungjawaban

HLN. Apabila menggunakan dana HLN, maka

harus dituangkan dalam Kontrak Kinerja unit

yang bersangkutan, dengan menyebutkan


(25)

sasaran strategis dan target kinerja yang

akan dicapai dalam tahun berkenaan.

14. Melakukan seleksi secara ketat untuk

memanfaatkan dana hibah dalam upaya

meningkatkan kemitraan ke setiap lapisan

masyarakat (CSO).

15. Mengupayakan keberhasilan pencapaian

Target Kinerja KPK Tahun 2014, melalui:

a.

Sekjen:

Melakukan sinkronisasi dan memastikan

keselarasan dan ketepatan penjabaran

(cascading) Road Map dan Renstra KPK

ke dalam program kerja dan kontrak

kinerja masing-masing Deputi/Sekjen

dan Direktorat/Biro, dan sebagainya.

Melakukan harmonisasi antara tugas dan

fungsi KPK, uraian jabatan, dan SOP.

Mempersiapkan Reposturing melalui

koordinasi bersama dengan seluruh

kedeputian.

Melakukan harmonisasi sistem penilaian

kinerja tingkat unit (Direktorat/

Biro) dengan kinerja tingkat individu

(pegawai).

b.

Deputi PIPM memantapkan pelaksanaan

evaluasi dan audit kinerja secara

berkala terhadap dokumen perencanaan,

pelaksanaan, dan pertanggungjawaban

kinerja, serta lebih meningkatkan

perannya dalam pelaksanaan Sistem

Pengawasan Internal KPK, atas prioritas

fokus yang disepakati.

c.

Deputi Pencegahan melanjutkan dan

memantapkan program

mainstreaming

Sistem Integritas Nasional dan

Anti

Corruption Learning Center (ACLC).

16. Meningkatkan sinergi dalam pelaksanaan

tugas dan fungsi seluruh unit kerja di

lingkungan internal KPK, agar proses

pemberantasan korupsi dapat sepenuhnya

berjalan dari hulu ke hilir.

17. Mempercepat peningkatan kuantitas dan

kualitas SDM KPK sesuai dengan fokus area.

18. Memaksimalkan peran CSO dalam setiap

program KPK yang dirumuskan oleh

Direktorat dan Kesekjenan.

19. Mendukung dan mendorong program

reformasi birokrasi yang dicanangkan oleh

Pemerintah.

20. Memprioritaskan berjalannya pengelolaan

risiko (

risk management)

sebagai bagian

business continuity

di setiap unit KPK.

21. Mencari jalan keluar/alternatif penyelesaian

masalah yang ada dalam daftar inventaris

masalah (DIM) yang menjadi tugas dan fungsi

unit terkait, dan menjadikannya sebagai

program yang harus diselesaikan di tahun

2014.

2. Kebijakan Operasional

a. Fokus Area Tahun 2014

Dalam Renstra KPK 2011-2015, telah ditetapkan

fokus area tahun 2014 sebagai berikut:

1. Peningkatan kualitas penanganan Kasus

Grand Corruption

dan Penguatan APGAKUM

dengan memperhatikan asas kepastian

hukum, keterbukaan, akuntabilitas,

kepentingan umum, dan proporsionalitas:

a.

Kasus

Grand Corruption

berasal dari

Dumas dan Investigasi Proaktif:

Penanganan Kasus Grand Corruption

pada National Interest, khususnya yang

berkaitan dengan “Tahun Politik”.

b.

Penguatan Kelembagaan APGAKUM:

Pembangunan Sistem dan Infrastruktur

Kegiatan Korsup Penindakan.

2. Perbaikan Sektor Strategis terkait

Kepentingan Nasional (National Interest):

a.

Ketahanan pangan plus;

b.

Ketahanan energi dan lingkungan (Energi

dan Migas);

c.

Penerimaan negara (Pajak, Bea dan Cukai,

PNBP, Pengelolaan PHLN);

d.

Bidang infrastruktur.

3. Pembangunan Pondasi Sistem Integritas

Nasional (SIN):

a.

Penyempurnaan konsep dasar SIN.

b.

Internalisasi, Survey dan Mapping, serta

Guidance;

c.

Pemantauan dan evaluasi atas Piloting SI

di K/L, CSO, dan Swasta.

4. Penguatan Sistem Politik Berintegritas dan

Masyarakat (CSO) Paham Integritas:

a.

Pemantauan atas hasil pembangunan SI di

Fraksi/Parpol dan CSO;

b.

Penguatan atas pelaksanaan Pemilu

Berintegritas terhadap Parlemen dan

Pemimpin Nasional Berintegritas, yaitu

pada Pemilih berintegritas, Caleg/Capres

dan Penyelenggara Pemilu.

5. Persiapan

Fraud Control:

a.

Uji Coba pembangunan Konsep dan Disain


(26)

b. Bidang Penindakan

1. Melakukan upaya pemberantasan TPK

dilakukan secara simultan dan luar biasa,

serta mengaitkannya dengan tindak

pidana pencucian uang (TPPU), dan juga

mempertimbangkan faktor pemberatan

terkait dengan pelanggaran hak asasi

manusia, manipulasi perpajakan, dan

kerugian perekonomian negara.

2. Mengoptimalkan pelaksanaan kewenangan,

menyelesaikan penanganan perkara dengan

cepat, melaksanakan pelacakan aset (asset

tracing) dan pembekuan harta kekayaan

tersangka dengan maksimal, eksekusi atas

putusan pengadilan yang telah mempunyai

kepastian hukum tetap, melaksanakan

pengembalian kerugian keuangan negara

secara optimal.

3. Membatasi atau selektif untuk menggunakan

penyadapan dalam pengungkapan kasus/

perkara maupun di persidangan dengan

mengoptimalkan penggunaan alat bukti

yang lain.

4. Mendorong pengungkapan kasus (case

building) yang tidak hanya bersumber dari

Dit. Dumas, dan melakukannya dengan

proaktif investigasi yang modern.

5. Mensinergikan kegiatan pra-lid dengan unit

terkait (Dumas, Monitor, LHKPN, Gratif,

Litbang, dan Humas) sehingga tidak terjadi

overlap/overload

pada tahap Penyelidikan

dengan mempertimbangkan prioritas/fokus

pada kasus grand corruption.

6. Memprioritaskan penanganan kasus/perkara

yang mempunyai perspektif politik uang dan

Grand Corruption

dan penyelesaian kasus

yang belum selesai (tunggakan tahun lalu/

carry over).

7. Meningkatkan koordinasi dan supervisi

dalam rangka penyelesaian perkara TPK

yang dilaksanakan oleh kepolisian dan

kejaksaan serta meningkatkan kualitas SDM

APGAKUM di luar KPK.

8. Mendorong keterlibatan CSO dalam

pemberantasan korupsi dan mensinergikan

kegiatan dengan mitra kerja eksternal,

antara lain dengan Kepolisian, Kejaksaan,

BPK, BPKP, PPATK, LKPP, Kementerian

Keuangan c.q. Ditjen Pajak dan Ditjen Bea &

Cukai, dan Bank Indonesia serta OJK.

9. Memenuhi kewajiban penyelesaian

”action

plan”

hasil rekomendasi Audit Kinerja BPK.

10. Mengimplementasikan strategi pencegahan

dan penindakan terintegrasi secara masif.

c. Bidang Pencegahan

1. Mengintegrasikan usaha-usaha pencegahan

TPK secara lebih sistimatis dan sinkron

sehingga dapat berjalan lebih efektif dan

efisien ke dalam maupun ke luar, serta

melakukan kajian terhadap hal-hal yang

berkaitan dengan Tahun Politik.

2. Mengakselerasi konsep dan pelaksanaan

Sistem Integritas Nasional (SIN) yang akan

dibangun KPK.

3. Mengembangkan langkah-langkah yang

lebih inovatif dalam usaha pencegahan TPK

dengan sasaran berbasis hasil

(outcomes).

4. Menerapkan strategi dan rencana aksi

untuk Program Pemilu Berintegritas melalui

pembelajaran/induksi kepada setiap Caleg

maupun Capres.

5. Meningkatkan kampanye dan pencegahan

TPK untuk menghasilkan Anggota Legislatif

(DPR, DPD, dan DPRD) dan Pemimpin

Nasional yang berkualitas dan berintegritas

kepada segmen berikut:

6. Penyelenggara pemilu: KPU, Bawaslu, dan

Lembaga pemantau pemilu;

7. Peserta pemilu: Partai Politik dan Calon

Anggota Legislatif (Caleg);

8. Pemilih (voter): masyarakat yang terdaftar

dalam DPT (Daftar Pemilih Tetap) termasuk

meningkatkan keikutsertaan pemilih.

9. Melakukan piloting sistem integritas pada

KPK dan K/L/CSO/Swasta sesuai fokus area.

10. Melakukan kajian isu-isu korupsi yang

menarik perhatian masyarakat dengan

memberdayakan elemen-elemen bangsa,

khususnya CSO (masyarakat madani) melalui

gerakan yang masif dan terstruktur dengan

memfokuskan pada epicentrum korupsi.

11. Meningkatkan supervisi dengan melakukan

pengawasan, penelitian, atau penelaahan

terhadap instansi yang menjalankan tugas

dan wewenangnya berkaitan dengan

pemberantasan TPK, dan instansi yang

melaksanakan pelayanan publik.

12. Melanjutkan kerjasama Korsup Pencegahan

KPK dengan BPKP dengan melakukan

diagnostik permasalahan pada K/L di tingkat

pusat.

13. Menyiapkan

tools

dan metode pengukuran

beberapa indikator kinerja utama yang

ditargetkan dalam Renstra KPK 2011-2015.

14. Melakukan pemantauan, pemetaan, dan

penelaahan secara lebih terperinci terkait

potensi terjadinya korupsi, kolusi dan

nepotisme di sektor migas, pertambangan,

impor pangan, infrastruktur, dan perikanan


(27)

serta upaya peningkatan potensi penerimaan

Negara melalui intervensi business process

masing-masing.

15. Mengimplementasikan strategi pencegahan

dan penindakan terintegrasi secara masif.

16. Membangun manajemen risiko sebagai

bagian

business continuity

di setiap unit

KPK.

17. Memprioritaskan penyelesaian (finalisasi)

konsep Sistem Integritas Nasional (SIN)

dalam 3 bulan pertama tahun 2014.

18. Melakukan evaluasi (dalam 3 bulan pertama

2014) dan melaporkan kepada Pimpinan

terhadap efektivitas keberadan Korsup

Pencegahan ke depan, apakah tetap seperti

sekarang atau dibentuk nomenklatur unit

tersendiri.

d. Bidang PIPM

1. Menguatkan fungsi pengawasan internal

untuk mengawal nilai integritas pegawai

KPK, dengan menerapkan

early warning

system

dan menjaga konsistensi prinsip

zero tolerance

dengan melakukan proses

penindakan yang tegas atas setiap indikasi

pelanggaran di internal KPK.

2. Mencegah kebocoran informasi ke pihak

yang tidak berhak, baik internal KPK maupun

eksternal.

3. Mempercepat penerapan Sistem

Pengendalian Intern KPK.

4. Meningkatkan peran Pengawasan Internal

KPK sebagai

quality assurance

dan

consulting.

5. Melakukan evaluasi dan audit kinerja sesuai

dengan prioritas yang disepakati.

6. Melakukan

assesment

terhadap implementasi

Reformasi Birokrasi di KPK.

7. Mempercepat proses analisa dan identifikasi

pengaduan masyarakat secara lebih tepat

dan akurat sehingga dapat lebih efektif untuk

mendukung kegiatan bidang pencegahan

dan penindakan.

8. Melakukan kerjasama dengan kelompok

masyarakat dalam rangka meningkatkan

kualitas laporan pengaduan masyarakat.

9. Melakukan

assesment

terhadap manajemen

risiko di setiap unit KPK.

10. Mengkoordinasikan tindak lanjut

penyelesaian DIM unit-unit dalam 3 bulan

pertama tahun 2014.

11. Melakukan eksaminasi terhadap penanganan

kasus/perkara TPK oleh KPK.

e. Bidang INDA

1. Melakukan revitalisasi terhadap IT

Blue Print

KPK, yang meliputi antara lain teknologi

informasi, manajemen informasi, sistem

manajemen keamanan informasi, sistem

aplikasi program, dan administrasinya.

2. Membangun sistem interlink antar data

dan informasi dari sumber internal dan

eksternal untuk didayagunakan dalam upaya

pencegahan dan penindakan tindak pidana

korupsi.

3. Meningkatkan kuantitas dan kualitas data

dan informasi seluruh sasaran operasional

KPK 2014 untuk dapat digunakan dalam

pengambilan kebijakan Pimpinan dan unit

kerja yang membutuhkan.

4. Meningkatkan jejaring kerjasama dengan

setiap kementerian/lembaga, BUMN, dan

Pemda, dan mitra strategis terkait sebagai

sumber informasi yang efektif.

5. Memelihara dan memperkuat kerjasama dan

bantuan internasional dalam mendukung

bidang penindakan dan pencegahan melalui

bilateral dan multilateral.

6. Memperkuat kerjasama dengan DPR untuk

meningkatkan peran dan fungsinya.

7. Mengkoordinasikan implementasi komitmen

internasional (UNCAC, Kesepakatan G-20,

dan lain-lain) di tingkat nasional.

8. Memperkuat dukungan nasional dan

internasional terhadap eksistensi

kelembagaan anti korupsi, termasuk peran

KPK di dunia internasional.

9. Meningkatkan kemampuan dan kegiatan

deteksi dalam rangka mendukung upaya

pencegahan dan penindakan tindak pidana

korupsi.

10. Mendorong transparansi proses rekruitment,

pengembangan/pendidikan dan promosi di

lingkungan Kementerian/Lembaga terutama

Aparat Penegak Hukum (APH).

11. Memanfaatkan hasil rekam sidang Tindak

Pidana Korupsi (Tipikor) untuk stakeholder

dalam mendorong akuntabilitas dan

transparansi penegakan hukum.

12. Memanfaatkan informasi, data, dan teknologi

informasi untuk memenangkan pertarungan

di dunia

cyber

dan rekayasa sosial informasi.

f. Sekretariat Jenderal

1. Merevitalisasi posisi Sekretariat Jenderal

KPK sebagai

Prime Mover

atau sebagai

penggerak utama berjalannya organisasi di

lingkungan KPK.


(28)

2. Meningkatkan fungsi kehumasan (revitalisasi)

KPK, tidak sekedar distribusi informasi, tapi

juga dapat mengkampanyekan produk KPK

dari hulu ke hilir secara masif, termasuk

mengantisipasi perkembangan teknologi TV

digital.

3. Menyusun bisnis proses di tingkat korporat

dan lintas unit.

4. Menyiapkan

reposturing

KPK untuk kurun

waktu 10 tahun mendatang

5. Mempercepat penetapan peraturan komisi

tentang pembentukan unit organisasi

Pelacakan Aset, Pengelolaan Barang Bukti,

dan Eksekusi (LABUKSI).

6. Penelaahan kembali SOP yang ada pada

seluruh unit dan disesuaikan dengan

pedoman penyusunan SOP yang berlaku di

lingkungan KPK.

7. Mengoptimalkan penyerapan anggaran dan

efektivitas penggunaannya di semua unit

kerja.

8. Menyusun

Grand Design

(Arsitektur) SDM

KPK.

9. Mempercepat pemenuhan komponen

Reformasi Birokrasi di KPK.

10. Mempercepat rekrutmen pegawai dan

pengisian jabatan yang kosong sehingga

tidak terjadi kefakuman. Pengisian jabatan

yang kosong diprioritaskan bagi internal KPK

yang memenuhi kualifikasi dan persyaratan

jabatan.

11. Segera melakukan penerapan setelah

dilakukan peninjauan kembali sistem

penggajian dan struktur gaji KPK antara lain

melalui tera ulang peringkat jabatan secara

transparan dan akuntabel agar memenuhi

prinsip keadilan.

12. Melakukan internalisasi mengenai Kode Etik

dan Pedoman Perilaku bagi pegawai yang

baru bergabung dengan KPK.

13. Mempercepat pembebasan dan penguasaan

fisik tanah KPK.

14. Memenuhi kebutuhan sarana/prasarana

kerja dan manajemen arsip (tercampur

antara dokumen/berkas yang sifatnya

konfidensial).

15. Mempercepat pemenuhan kebutuhan dan

kepatuhan peraturan/keputusan internal

dan eksternal untuk mendukung kelancaran

pelaksanaan tugas organisasi.

16. Mempercepat proses penyelesaian pegawai

dari Kepolisian, Kementerian Keuangan,

dan instansi lain yang akan beralih status

menjadi “Pegawai Tetap KPK”, untuk

menghindari adanya TGR dan opini negatif

dari audit BPK, disebabkan ketidakjelasan

status kepegawaian mereka.

17. Memastikan ketersediaan dana untuk

penyelesaian pembangunan gedung

KPK Tahun 2015, termasuk infrastruktur

pendukungnya.

PETA STRATEGI KPK 2014

Rumusan fokus kegiatan KPK pada tahun 2014

digambarkan ke dalam Peta Strategi KPK 2014.

Target kinerja di tingkat korporat di peta

strategi tersebut ditetapkan oleh Pimpinan KPK.

Selanjutnya, secara berjenjang target kinerja

KPK dijabarkan ke tingkat Deputi/Setjen dan

Direktorat/Biro, sampai dengan tingkat individu/

pegawai. Manajemen kinerja di tingkat korporat

dibantu dengan software Actuate, sedangkan

di tingkat individu/pegawai dibantu dengan

software

PMS SDM.

Uraian mengenai target kinerja KPK tahun

2014 yang berisi sasaran strategis, indikator

kinerja

(Key Performance Indicator,

disingkat

KPI) beserta targetnya, serta Peta Strategi KPK

tahun 2014 pada tingkat korporat dapat dirinci

ke dalam masing-masing perspektif yakni:

1. Perspektif Pemangku Kepentingan

(Stakeholder)

2. Perspektif Internal

(Internal Process)

3. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

(Learning and Growth)

4. Perspektif Keuangan

(Financial)

Secara detail Sasaran Strategis, KPI

(Key

Performance Indicator)

dan target pada setiap

perspektif di atas adalah sebagai berikut:


(29)

Gambar 6. Peta Strategi KPK 2014

PERSPEKTIF SASARAN STRATEGIS KEY PERFORMANCE INDICATOR TARGET

Pemangku Kepentingan

Efektivitas dan Efisiensi Pemberan-tasan (Pencegahan dan Penindakan) Korupsi

% Indeks Penegakkan Hukum (IPH) atau

Law Enforcement Index

80

Efektivitas dan Efisiensi Pemberan-tasan (Pencegahan dan Penindakan) Korupsi

Tingkat Keberhasilan Pemberantasan Korupsi oleh KPK (Skala 1-10)

9

Penanganan Grand Corruption dan

Penguatan APGAKUM # Kasus (Pokok Kasus) Grand Corruption 4 Penanganan Grand Corruption dan

Penguatan APGAKUM

% Conviction Rate Kasus yang Disupervisi

60 Meningkatnya Kinerja pada Sektor

Strategis (termasuk APGAKUM) Indeks Kinerja Sektor Strategis 3 Terwujudnya Pelembagaan Sistem

Integritas Nasional (SIN) secara Formal

% Pelembagaan SIN 75

Terbangunnya Pemahaman Pemilih terhadap Integritas

Pemahaman Masyarakat terhadap Integritas dalam Pemilu

4 Terbangunnya Fraud Control

sebagai Sistem Pemberantasan Korupsi yang Terintegrasi

% Pembangunan Konsep dan Disain


(30)

Tabel 2.

Sasaran Strategis, KPI dan Target Tahun 2014

Proses Internal Penindakan yang Terintegrasi Conviction Rate Perkara yang Ditangani KPK

90 Penindakan yang Terintegrasi % Kasus yang Disupervisi KPK Lanjut ke

Tahap Berikutnya 80 Pencegahan yang Terintegrasi % Implementasi atas Rekomendasi yang

Diusulkan pada Sektor Strategis

80 Pencegahan yang Terintegrasi # Implementasi Sistem Integritas pada

Fokus Area Sesuai Perkembangan Pelembagaan SIN

10

Pencegahan yang Terintegrasi % Implementasi Program untuk Pemilu Berintegritas

80 Terbangunnya Sistem Informasi

Pemberantasan Korupsi % Pembangunan Sistem Informasi Pemberantasan Korupsi 75 Terbangunnya Sistem Informasi

Pemberantasan Korupsi

% Pembangunan Infrastruktur Fraud Control

75 Terbangunnya Kasus Grand

Corrup-tion (dari Dumas) # Kasus (Pokok Kasus) Siap LIDIK Grand Corruption 7 Pertumbuhan

&

Pembelajaran

Terjaganya Integritas Kelembagaan KPK

Indeks Integritas KPK (Survey, 1-5) 4 Terjaganya Integritas Kelembagaan

KPK # Pelanggaran Kode Etik dan Kode Perilaku 0 Terjaganya Integritas Kelembagaan

KPK

% Pemenuhan Komponen Reformasi Birokrasi

90 Meningkatnya Kapasitas SDM sesuai

Fokus Area % Ketersediaan SDM sesuai Fokus Area 75 Pengangkatan Penyidik KPK # Penyidik KPK yang Diangkat 30 Pembangunan Gedung KPK % Ketersediaan Gedung KPK 50 Tersedianya Dukungan Infrastruktur

TI

Indeks Kepuasan Layanan TI (Survey) 78 Keuangan Ketersediaan Anggaran % Ketersediaan Anggaran untuk


(31)

(1)

LAMPIRAN 15

REVIU LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KPK 2014

OLEH DIREKTORAT PENGAWASAN INTERNAL


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI Jalan H. R. Rasuna Said Kav C-1 Jakarta Selatan, (021) 25578300 @kpk_ri

www.kpk.go.id