INFORMASI DASAR NAPZA DAN PROGRAM TERAPI
INFORMASI DASAR NAPZA DAN
PROGRAM TERAPI NAPZA
Napza di Indonesia: Bukan Baru!
Sejarah
• Tahun 689, Kerajaan Sriwijaya mengundangkan penggunaan opium
• Tahun 1360, Raja Hayam Wuruk memerintahkan Empu Prapanca
untuk menuliskan tentang opium dalam Negarakertagama
• Tahun 1678, konsumsi opium yang diimport oleh VOC untuk Pulau
Jawa sebanyak 113.000 pound
• Tahun 1779, penggunaan opium dikontrol di Bengkulu
• Tahun 1803, Pejuang Padri melarang penggunaan opium karena
bertentangan dengan agama Islam
• 1829, kebanyakan kabupaten di Jawa memiliki ladang opium,
kecuali Banten dan Priangan
Sejarah
• Tahun 1880, Madiun dikenal sebagai produsen terbesar di
Indonesia
• Tahun 1890, sebuah penelitian menunjukkan bahwa opium
digunakan untuk pengobatan terhadap kolera, malnutrisi berat
dan TB
• Tahun 1903, opium dalam bentuk pill dan bubuk dari Cina dijual
di Jawa sebagai pengobatan anti opiat.
• Tahun 1908, Gerakan Boedi Oetomo berkampanye tentang anti
penggunaan opium bagi kaum bumiputra
• Tahun 1912, penanaman koka untuk ekspor (lebih dari dari 1
ton)
• Tahun 1920-1930, dilakukan registrasi pengguna opium di Hindia
Belanda
Sejarah
• Tahun 1927, sebuah undang-undang dibuat untuk melarang
penggunaan ganja dan erythroxylon coca di Hindia Belanda
• Tahun 1947, dibuat peraturan tentang otoritas Departemen
Kesehatan dalam produksi, distribusi dan penggunaan obat-obatan
berbahaya.
• Tahun 1962, Departemen Kesehatan mengeluarkan surat keputusan
untuk mengendalikan penggunaan obat ketegori G dan O
Sumber : Yatim, dalam Yatim & Irwanto (1986)
Definisi Napza
• Napza adalah suatu zat yang apabila
dikonsumsi akan berpengaruh secara fisik
dan/atau fungsi psikologis
– Zat Legal adalah zat yang digunakan sebagai obat atau
digunakan di dalam dunia kedokteran
• Obat, tembakau, alkohol, kopi/teh
– Zat ilegal adalah zat yang digunakan untuk memperoleh
kesenangan atau perasaan yang menyenangkan
• Opium, heroin, kokain, ATS, ganja
Bagaimana napza digunakan?
• Dihisap: tembakau, marijuana, opium, heroin, ATS, lem
• Diminum: alkohol, opium, heroin, marijuana, pil penenang(misal,
diazepam), buprenorphine
• Disuntik: heroin, kokain, pil penenang, ATS, buprenorphine
• Dihirup dengan hidung: kokain
• Beberapa orang berganti-ganti dalam menggunakan napza
(misalnya dari menghisap menjadi menyuntik heroin)
• Beberapa yang lain menggunakan dengan cara yang berbeda tetapi
juga menggunakan jenis-jenis napzsa yang berbeda (e.g., minum
alkoho, minum pil penenang, merokok dan menyuntuk heroin)
Jenis Napza
• Stimulan
• Halusinogen
• Depresan
Stimulan
• Meningkatkan aktivitas pada sistem syaraf
pusat (mempercepat aliran darah, detak
jantung meningkat dll)
• Mempercepat proses mental, membuat lebih
waspada dan energik
• Caffeine, nikotine, amphetamine type
substances, cocaine, Ritalin, dexamphetamine,
dll
Depresan
• Memperlambat aktivitas dari sistem syaraf
pusat
• Membuat lebih rileks dan kurangnya
kesadaran terhadap sekelilingnya
• Alcohol,Valium, Rohypnol, Serapax,
Temazapan, codeine, Panadeine, heroin,
opium, morphine dll
Halusinogen
• Mengubah persepsi, mood dan pikiran
• Membuat orang melihat atau mendengar hal
yang berbeda (atau sesuatu yang tidak nyata)
• Lysergic Acid Diethylamine (LSD), magic
mushrooms, Mescaline dll)
Dampak dari pengunaan Napza
Drugs sebagai masalah kesehatan
• Kesehatan Jiwa
– Penggunaan narkoba karena masalah kejiwaan (termasuk
gangguan kepribadian dan tingginya faktor resiko akibat
keluarga)
– Kerusakan jiwa akibat narkoba, dll.
– Mengganggu kesehatan jiwa keluarga
• Kesehatan Fisik Personal
– HIV, Hepatitis, Endocarditis, Abses, kanker hati, ginjal,
kerusakan otak, dll.
• Kesehatan Masyarakat
– Penyebaran penyakit (HIV, HCV, TB, dll).
Drugs sebagai masalah Sosial
Melanggar hukum-pemakain sembunyisembunyi-hidden population-Angka
kriminalitas meningkat
Drugs sebagai masalah Ekonomi
• Ekonomi: Pasar gelap harga menjadi mahalMenganggu kebutuhan primer/biaya
kesehatan meningkat
Pendekatan penanganan NAPZA
Kebijakan : Supply Reduction
• Mengacu pada batasan legalitas dan upaya
penegakan hukum yang digunakan semua
negara untuk mengendalikan atau
memberantas persediaan napza
Supply Reduction
• Hanya efektif jika permintaan rendah
• Dapat efektif jika semua negara bisa bekerja
sama
• Biaya untuk supply reduction dapat sangat tinggi
• Umumnya efektivitasnya antara 5-10%
• Memungkinkan sekali terjadinya korupsi karena
kemungkinan untung yang sangat besar
Kebijakan : Demand Reduction
• Mengarah pada pendidikan di masyarakat
umum tentang penggunaan napza, membina
generasi muda agar tidak mencoba napza dan
yang masih menggunakan agar
mengendalikan, mengurangi atau
menghentikan penggunaan napza dengan cara
menyediakan beragam perawatan napza
Demand Reduction
• Akan efektif jika yang membutuhkan napza hanya sedikit
• Banyak pendidikan tentang napza tidak efektif karena
isinya tidak realistis dan lebih banyak didasarkan pada
rasa takut
• Sering menyederhanakan permasalahan sehingga pesan
yang dibuatpun menjadi tidak kontekstual (tidak realistis)
• Dalam perawatan seringkali tidak mampu untuk
menangangi berbagai persoalan kompleks yang memicu
seseorang untuk menggunakan napza
Model Terapi ketergantungan
Napza
Ada Beragam Program Terapi Napza
•
•
•
•
•
Program 12 Langkah (mis. AA, NA) 1935
Behaviourists (mis. Daytop TC, Aversion T ) 1950
Cognitive (mis. Rational Recovery, Moderation T) 1960
Substitution (mis. Methadone, Subutex) 1980
Psychoreligious (mis. Gereja, pesantren, dll) sejak awal
namun menuntut landasan spiritual pribadi sejak awal.
If the only tool you have is a hammer,
you tend to see every problem as a nail
kalau satu-satunya alat yang kita punya adalah palu,
semua masalah cenderung diperlakukan sebagai paku
Tujuan
Aspek Kesehatan
• Membantu pasien untuk tetap sehat
• Mengurangi penggunaan napza ilegal oleh pasien
• Mengurangi risiko yang terkait dengan penggunaan napza seperti HIV,
hepatitis B dan C
Aspek Kriminalitas
• Mengurangi kegiatan kriminal untuk membiayai penggunaan napza
Aspek Psikososial
• Mendorong pasien lebih stabil dengan pengobatan substitusi sehingga
menghilangkan gejala putus obat
• Memperbaiki fungsi-fungsi personal, sosial dan keluarga
• Mempertahankan produktivitas kerja
Model yang Diidealkan
Pasien Penyalahguna Obat
Perawatan
Pasien tidak menggunakan obat
Pelayanan Terapi & Rehabilitasi National
Komprehensif
Institute of Drug Abuse
PELAYANAN
PELAYANAN
PERUMAHA
PERUMAHA
N
N
PELAYANAN
PELAYANAN
KELUARGA
KELUARGA
PELAYANAN
PELAYANAN
VOKASION
VOKASION
AL
AL
ASSESSMENT
ASSESSMENT
INTAKE
INTAKE
KEUANGAN
KEUANGAN
DAN KERJA
DAN KERJA
TERAPI &
TERAPI &
KONSELING
KONSELING
RENCANA
RENCANA
PERAWATAN
PERAWATAN
MANAJEMEN
MANAJEMEN
KLINIS &
KLINIS &
KASUS
KASUS
FARMAKOTERA
FARMAKOTERA
PI
PI
PELAYANAN
PELAYANAN
RAWAT
RAWAT
ANAK
ANAK
MONITORING
MONITORING
URINE & DARAH
URINE & DARAH
KELP. SELF HELP /
KELP. SELF HELP /
PEER SUPPORT
PEER SUPPORT
PERAWATAN
PERAWATAN
BERLANJUT
BERLANJUT
(AFTERCARE)
(AFTERCARE)
PELAYANAN
PELAYANAN
LEGAL
LEGAL
PELAYANAN
PELAYANAN
PENDIDIKAN
PENDIDIKAN
PELAYANAN
PELAYANAN
HIV/AIDS,
HCV,
HIV/AIDS,
PMS HCV,
PMS
PELAYANAN
PELAYANAN
KESEHATAN
KESEHATAN
MENTAL
MENTAL
PELAYANAN
PELAYANAN
MEDIS
MEDIS
Kenyataan di lapangan
• Perawatan belum dapat memenuhi harapan
publik – Belum ada jenis perawatan yang
efektif bagi semua orang
• Perawatan DAPAT berhasil, tetapi seringkali
pasien tidak selalu mau bekerja sama
Apa yang bisa kita lakukan untuk mengendalikan
epidemi HIV di kalangan pengguna NAPZA
suntik??
27
Fakta Pengguna Napza Suntik (Penasun)
1. Penasun berada disetiap lapisan masyarakat
2. Produksi Narkoba makin meningkat
3. Pengguna narkoba makin bertambah
4. HIV dan AIDS pada penasun makin meningkat
5. Karakteristik penasun cenderung tertutup dan
ekslusif
6. Info kesehatan dikalangan penasun rendah sekali
7. Penasun risiko tinggi untuk tertular dan menularkan
HIV dan penyakit lain
Fakta penularan HIV dikalangan Penasun
HIV ditularkan apabila seorang yang terinfeksi
bertukar (sharing) peralatan suntikan (alat, jarum,
air) dengan orang lain
HIV juga sangat cepat menular dari Penasun ke
masyarakat umum melalui hubungan seks yang
berisiko
Pencegahan HIV pada penasun sangat bermanfaat
untuk upaya pencegahan & penanggulangan HIVdan
AIDS di Masyarakat umum Harm Reduction
Pendekatan Program Untuk Mengatasi Permasalahan
Napza
1. Supply reduction (mengurangi pasokan)
Pemberantasan produksi napza
Pemberantasan peredaran gelap napza
2. Demand Reduction (mengurangi permintaan)
Pencegahan: pendidikan sejak dini tentang risiko pemakai
napza
3. Harm reduction (mengurangi dampak buruk)
Mencegah dampak buruk akibat pemakaian napza
Pengertian
Harm Reduction menurut WHO
• Konsep -digunakan dalam wilayah kesehatan
masyarakat- yang bertujuan untuk
mencegah/mengurangi konsekuensi negatif
kesehatan yang berkaitan dengan perilakunya, dalam
hal ini perilaku penggunaan napza dengan jarum
suntik. Komponen pengurangan dampak buruk napza
merupakan intervensi holistik yang bertujuan
mencegah penularan HIV dan infeksi lainnya.
31
Pengertian HARM REDUCTION/ HR :
Cara praktis dalam pendekatan
kesehatan masyarakat untuk
mengurangi akibat negatif pada
kesehatan karena menggunakan
napza suntik
Sumber : Permenko Kesra No 2 th.
2007 Tentang Pencegahan HIV melalui
12 Kegiatan Utama Program HR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Komunikasi, Informasi, dan
Edukasi (KIE)
Penjangkauan dan
Pendampingan
Konseling pengurangan
risiko
Konseling dan tes HIV
sukarela (VCT)
Program-program
pencegahan infeksi
Program jarum suntik steril
(NSP)
7.
Pembuangan peralatan
suntik yang telah dipakai
8. Layanan terapi
ketergantungan napza
9. Layanan klinik substitusi
napza
10. Perawatan dan
pengobatan HIV
11. Perawatan Kesehatan
Dasar
12. Pendidikan sebaya
Mengapa HR Penting?
1. Penasun banyak terinfeksi HIV
2. Belum ada vaksin HIV
3. Belum ada pengobatan yg manjur untuk
menyembuhkan kecanduan
4. Penasun selalu melakukan kontak dengan
masyarakat biasa dengan berbagai bentuk relasi
(perkawinan – pacaran – hubungan seks)
Tujuan HR
1. Mencegah HIV baik di kalangan penasun dan
masyarakat umum.
2. Memberdayakan penasun agar mandiri mengakses
layanan kesehatan untuk memperoleh perawatan
dan pengobatan
3. Mengintegrasikan kembali penasun ke dalam
masyarakat.
Prinsip-prinsip Kebijakan HR
1. Pemberian layanan Pengurangan Dampak Buruk
Penggunaan Napza Suntik tetap menghormati Hak Asasi
Manusia.
2. Pelaksanaan Pengurangan Dampak Buruk Penggunaan
Napza Suntik merupakan respon multi sektoral yang
melibatkan sektor kesehatan, penegakan hukum,
pengawasan obat-obatan, sektor pendidikan, sosial, agama,
lingkungan hidup, pemberdayaan perempuan, politik dan
keamanan.
3. Program HR dilaksanakan secara komprehensif di seluruh
wilayah Indonesia dengan prioritas jumlah penasun yang
tinggi, termasuk di dalam LAPAS /Rutan dan Pusat
pemulihan napza
4. Penglibatan penasun adalah mutlak untuk menjamin
efektivitas program
36
Dasar Hukum Kebijakan HR
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
UU Narkotika dan Psikotropika Th 1997
BKNN BNN
Workshop Ciloto 1999
Komitmen Sentani 2001
Implementasi meluas program HR (2002)
Kesepakatan KPA – BNN 2004
Kepmenkes (tentang implementasi HR) – 2006
Permenkokesra (tentang Kebijakan HR) -2007
Kebijakan global bergeser – INCB, CND, UNODC - 2008
SEMA No 35, th 2009
UU Narkotika No 35 Tahun 2009
Deklarasi Vienna 2009
Surat Edaran MA No 4, tahun 2010
Rancangan Peraturan Pemerintah Tentang “ Wajib lapor”
UU Narkotika
(No 35 tahun 2009)
• Membuka kesempatan untuk vonis rehab bagi pecandu
(Pasal 127 ayat 3 dan Pasal 128 ayat 3)
• Kewajiban rehab untuk pecandu standar layanan
untuk pecandu (pasal 54, 55,56, 57, 58 dan 59)
• Peran Kemenkes, Kemensos dan BNN (pasal 70 huruf d)
• Menjelaskan otoritas BNN untuk mengkoordinasikan
penanggulangan Narkotika (mulai Pasal 64)
• Tidak menghambat program HR yang ada (Pasal 4
huruf d)
Dasar Hukum HR Bagi Aparat Penegak Hukum (1)
UU No 35/2009 tentang Narkotika
Pasal 103
Hakim yang memeriksa perkara Pecandu Narkotika dapat:
a. memutus untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani
pengobatan dan/atau perawatan melalui rehabilitasi jika
Pecandu Narkotika tersebut terbukti bersalah melakukan tindak
pidana Narkotika; atau
b. menetapkan untuk memerintahkan yang bersangkutan
menjalani pengobatan dan/atau perawatan melalui rehabilitasi
jika Pecandu Narkotika tersebut tidak terbukti bersalah
melakukan tindak pidana Narkotika.
39
Dasar Hukum HR
Bagi Aparat Penegak Hukum (2)
Surat Edaran Mahkamah Agung No 4 tahun
2010
Tentang Penempatan penyalahgunaan,
korban penyalahgunaan dan pecandu
narkotika ke dalam rehabilitasi medis dan
sosial
40
Peraturan Menko Kesra No. 02/PER/MENKO/KESRA/I/2007
Tentang
Kebijakan Nasional Program Pengurangan Dampak Buruk Penggunaan Napza Suntik
(Harm Reduction)
41
Pasal 1 ayat (1)
•
Kebijakan Nasional Penanggulangan HIV dan
AIDS melalui Pengurangan Dampak Buruk
Penggunaan Napza Suntik dilaksanakan di
seluruh wilayah Indonesia.
42
Pasal 3 : Tujuan
Tujuan Kebijakan Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS
melalui Pengurangan Dampak Buruk Penggunaan Napza
Suntik, adalah :
1. mencegah penyebaran HIV di kalangan penasun dan
pasangannya;
2. mencegah penyebaran HIV dari penasun dan
pasangannya ke masyarakat luas;
3. mengintegrasikan pengurangan dampak buruk
penggunaan napza suntik ke dalam sistem kesehatan
masyarakat dalam layanan pencegahan, perawatan,
dukungan dan pengobatan HIV dan AIDS serta
pemulihan ketergantungan napza.
43
Pasal 4 : Sasaran
a) menjangkau dan melayani penasun sedikitnya 80% pada
tahun 2010 dan dilaksanakan secara bertahap;
b) menyediakan paket komprehensif pencegahan, pengobatan,
dan perawatan untuk menjamin perawatan berkelanjutan;
c) menyediakan akses pengobatan yang terjangkau oleh seluruh
penasun;
d) menyediakan kegiatan layanan Pengurangan Dampak Buruk
Penggunaan Napza Suntik di unit pelayanan pemerintah
termasuk di LAPAS, RUTAN dan unit pelayanan non
pemerintah di seluruh Indonesia
e) mengembangkan upaya pembinaan dengan merujuk
penasun dari sistem hukum pidana ke perawatan dan
pengobatan dengan asas praduga tak bersalah.
44
Lampiran :
PETUNJUK PELAKSANAAN
Departemen Kesehatan bertanggungjawab
dalam memberikan layanan Pengurangan
Dampak Buruk Penggunaan Napza Suntik yang
komprehensif yaitu:
1.
2.
3.
4.
Layanan jarum alat suntik steril (LJASS),
Layanan terapi rumatan metadon,
Perawatan pemulihan kecanduan napza
Perawatan pengobatan bagi penasun yang HIV.
45
DATA KASUS PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI NUSA TENGGARA TIMUR
PERIODE TAHUN 2005 - JUNI 2011
14
11
7
6
4
3
2005
0
6
5
3
2006
5
4
4
2
2007
2008
NARKOTIKA
2009
2010
2011
PSIKOTROPIKA
DATA KASUS BERDASARKAN BARANG BUKTI
62
47
31
19
4
GANJA
SHABU
6
EXTACY
JUMLAH KASUS
2
2
SOMADRIL
1
1
ACTIVAN
JUMLAH TERSANGKA
1
1
COLLAGEN
JUMLAH TERSANGKA KASUS PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA
PERIODE TAHUN 2005 - JUNI
2011
17
15
13
9
8
7
4
3
2005
0
7
2006
6
5
4
2007
2008
2009
NARKOTIKA
2010
2011
PSIKOTROPIKA
DATA TERSANGKA BERDASARKAN USIA
23
23
16
16
12
4
0
1
< 16 TAHUN
6
2
17 - 19 TAHUN
NARKOTIKA
20 - 24 TAHUN
25 - 29 TAHUN
PSIKOTROPIKA
> 29 TAHUN
5
DATA TERSANGKA BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN TERAKHIR
12%
5%
3%
81%
SD
SLTP
SLTA
SARJANA
DATA
TERSANGKA BERDASARKAN PEKERJAAN
MAHASISWA
IRT
PELAJAR
PSK
TUKANG OJEK
PNS
POLRI/TNI
WIRASWASTA
DATA TERAPI REHABILITASI DAN PENGGUNA NARKOBA SUNTIK
62
14
SUDAH DIREHABILITASI
14
9
CALON REHABILITASI
PENASUN DI KOTA KUPANG
PENASUN DI SIKKA
14
PENASUN DI BELU
JUMLAH KASUS NARKOBA DI NTT
DATA KASUS TINDAK PIDANA NARKOTIKA & PSIKOTROPIKA
TAHUN 2005 S.D PEBRUARI 2011
PERIODE TAHUN 2005 S/D JUNI 2011
NARKOTIKA
NO
TAHUN
2005
2006
2007
2008
2009
2010
5
5
6
10
5
2011
JUMLAH
1
KOTA KUPANG
2
KAB. KUPANG
0
3
TTS
0
4
TTU
5
BELU
0
6
ALOR
0
7
FLOTIM
0
8
SIKKA
0
9
ENDE
10
NGADA
11
MANGGARAI
12
SUMBA TIMUR
13
SUMBA BARAT
0
14
LEMBATA
0
15
ROTE NDAO
0
16
MANGGARAI BARAT
17
SUMBA BARAT DAYA
18
MANGGARAI TIMUR
0
19
SUMBA TENGAH
0
20
NAGEKEO
0
21
SABU RAIJUA
0
JUMLAH
1
31
3
1
4
1
0
1
1
3
1
2
1
1
1
1
0
6
5
11
14
7
1
1
6
5
47
PSIKOTROPIKA
NO
TAHUN
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
JUMLAH
1
3
2
6
2
0
2
16
1
KOTA KUPANG
2
KAB. KUPANG
0
3
TTS
0
4
TTU
5
BELU
6
ALOR
0
7
FLOTIM
0
8
SIKKA
9
ENDE
0
10
NGADA
0
11
MANGGARAI
12
SUMBA TIMUR
13
SUMBA BARAT
0
14
LEMBATA
0
15
ROTE NDAO
0
16
MANGGARAI BARAT
0
17
SUMBA BARAT DAYA
0
18
MANGGARAI TIMUR
0
19
SUMBA TENGAH
0
20
NAGEKEO
0
21
SABU RAIJUA
0
JUMLAH
1
1
1
2
1
0
1
1
1
2
2
1
3
4
1
3
7
4
0
4
7
2
2
6
4
27
PROGRAM TERAPI NAPZA
Napza di Indonesia: Bukan Baru!
Sejarah
• Tahun 689, Kerajaan Sriwijaya mengundangkan penggunaan opium
• Tahun 1360, Raja Hayam Wuruk memerintahkan Empu Prapanca
untuk menuliskan tentang opium dalam Negarakertagama
• Tahun 1678, konsumsi opium yang diimport oleh VOC untuk Pulau
Jawa sebanyak 113.000 pound
• Tahun 1779, penggunaan opium dikontrol di Bengkulu
• Tahun 1803, Pejuang Padri melarang penggunaan opium karena
bertentangan dengan agama Islam
• 1829, kebanyakan kabupaten di Jawa memiliki ladang opium,
kecuali Banten dan Priangan
Sejarah
• Tahun 1880, Madiun dikenal sebagai produsen terbesar di
Indonesia
• Tahun 1890, sebuah penelitian menunjukkan bahwa opium
digunakan untuk pengobatan terhadap kolera, malnutrisi berat
dan TB
• Tahun 1903, opium dalam bentuk pill dan bubuk dari Cina dijual
di Jawa sebagai pengobatan anti opiat.
• Tahun 1908, Gerakan Boedi Oetomo berkampanye tentang anti
penggunaan opium bagi kaum bumiputra
• Tahun 1912, penanaman koka untuk ekspor (lebih dari dari 1
ton)
• Tahun 1920-1930, dilakukan registrasi pengguna opium di Hindia
Belanda
Sejarah
• Tahun 1927, sebuah undang-undang dibuat untuk melarang
penggunaan ganja dan erythroxylon coca di Hindia Belanda
• Tahun 1947, dibuat peraturan tentang otoritas Departemen
Kesehatan dalam produksi, distribusi dan penggunaan obat-obatan
berbahaya.
• Tahun 1962, Departemen Kesehatan mengeluarkan surat keputusan
untuk mengendalikan penggunaan obat ketegori G dan O
Sumber : Yatim, dalam Yatim & Irwanto (1986)
Definisi Napza
• Napza adalah suatu zat yang apabila
dikonsumsi akan berpengaruh secara fisik
dan/atau fungsi psikologis
– Zat Legal adalah zat yang digunakan sebagai obat atau
digunakan di dalam dunia kedokteran
• Obat, tembakau, alkohol, kopi/teh
– Zat ilegal adalah zat yang digunakan untuk memperoleh
kesenangan atau perasaan yang menyenangkan
• Opium, heroin, kokain, ATS, ganja
Bagaimana napza digunakan?
• Dihisap: tembakau, marijuana, opium, heroin, ATS, lem
• Diminum: alkohol, opium, heroin, marijuana, pil penenang(misal,
diazepam), buprenorphine
• Disuntik: heroin, kokain, pil penenang, ATS, buprenorphine
• Dihirup dengan hidung: kokain
• Beberapa orang berganti-ganti dalam menggunakan napza
(misalnya dari menghisap menjadi menyuntik heroin)
• Beberapa yang lain menggunakan dengan cara yang berbeda tetapi
juga menggunakan jenis-jenis napzsa yang berbeda (e.g., minum
alkoho, minum pil penenang, merokok dan menyuntuk heroin)
Jenis Napza
• Stimulan
• Halusinogen
• Depresan
Stimulan
• Meningkatkan aktivitas pada sistem syaraf
pusat (mempercepat aliran darah, detak
jantung meningkat dll)
• Mempercepat proses mental, membuat lebih
waspada dan energik
• Caffeine, nikotine, amphetamine type
substances, cocaine, Ritalin, dexamphetamine,
dll
Depresan
• Memperlambat aktivitas dari sistem syaraf
pusat
• Membuat lebih rileks dan kurangnya
kesadaran terhadap sekelilingnya
• Alcohol,Valium, Rohypnol, Serapax,
Temazapan, codeine, Panadeine, heroin,
opium, morphine dll
Halusinogen
• Mengubah persepsi, mood dan pikiran
• Membuat orang melihat atau mendengar hal
yang berbeda (atau sesuatu yang tidak nyata)
• Lysergic Acid Diethylamine (LSD), magic
mushrooms, Mescaline dll)
Dampak dari pengunaan Napza
Drugs sebagai masalah kesehatan
• Kesehatan Jiwa
– Penggunaan narkoba karena masalah kejiwaan (termasuk
gangguan kepribadian dan tingginya faktor resiko akibat
keluarga)
– Kerusakan jiwa akibat narkoba, dll.
– Mengganggu kesehatan jiwa keluarga
• Kesehatan Fisik Personal
– HIV, Hepatitis, Endocarditis, Abses, kanker hati, ginjal,
kerusakan otak, dll.
• Kesehatan Masyarakat
– Penyebaran penyakit (HIV, HCV, TB, dll).
Drugs sebagai masalah Sosial
Melanggar hukum-pemakain sembunyisembunyi-hidden population-Angka
kriminalitas meningkat
Drugs sebagai masalah Ekonomi
• Ekonomi: Pasar gelap harga menjadi mahalMenganggu kebutuhan primer/biaya
kesehatan meningkat
Pendekatan penanganan NAPZA
Kebijakan : Supply Reduction
• Mengacu pada batasan legalitas dan upaya
penegakan hukum yang digunakan semua
negara untuk mengendalikan atau
memberantas persediaan napza
Supply Reduction
• Hanya efektif jika permintaan rendah
• Dapat efektif jika semua negara bisa bekerja
sama
• Biaya untuk supply reduction dapat sangat tinggi
• Umumnya efektivitasnya antara 5-10%
• Memungkinkan sekali terjadinya korupsi karena
kemungkinan untung yang sangat besar
Kebijakan : Demand Reduction
• Mengarah pada pendidikan di masyarakat
umum tentang penggunaan napza, membina
generasi muda agar tidak mencoba napza dan
yang masih menggunakan agar
mengendalikan, mengurangi atau
menghentikan penggunaan napza dengan cara
menyediakan beragam perawatan napza
Demand Reduction
• Akan efektif jika yang membutuhkan napza hanya sedikit
• Banyak pendidikan tentang napza tidak efektif karena
isinya tidak realistis dan lebih banyak didasarkan pada
rasa takut
• Sering menyederhanakan permasalahan sehingga pesan
yang dibuatpun menjadi tidak kontekstual (tidak realistis)
• Dalam perawatan seringkali tidak mampu untuk
menangangi berbagai persoalan kompleks yang memicu
seseorang untuk menggunakan napza
Model Terapi ketergantungan
Napza
Ada Beragam Program Terapi Napza
•
•
•
•
•
Program 12 Langkah (mis. AA, NA) 1935
Behaviourists (mis. Daytop TC, Aversion T ) 1950
Cognitive (mis. Rational Recovery, Moderation T) 1960
Substitution (mis. Methadone, Subutex) 1980
Psychoreligious (mis. Gereja, pesantren, dll) sejak awal
namun menuntut landasan spiritual pribadi sejak awal.
If the only tool you have is a hammer,
you tend to see every problem as a nail
kalau satu-satunya alat yang kita punya adalah palu,
semua masalah cenderung diperlakukan sebagai paku
Tujuan
Aspek Kesehatan
• Membantu pasien untuk tetap sehat
• Mengurangi penggunaan napza ilegal oleh pasien
• Mengurangi risiko yang terkait dengan penggunaan napza seperti HIV,
hepatitis B dan C
Aspek Kriminalitas
• Mengurangi kegiatan kriminal untuk membiayai penggunaan napza
Aspek Psikososial
• Mendorong pasien lebih stabil dengan pengobatan substitusi sehingga
menghilangkan gejala putus obat
• Memperbaiki fungsi-fungsi personal, sosial dan keluarga
• Mempertahankan produktivitas kerja
Model yang Diidealkan
Pasien Penyalahguna Obat
Perawatan
Pasien tidak menggunakan obat
Pelayanan Terapi & Rehabilitasi National
Komprehensif
Institute of Drug Abuse
PELAYANAN
PELAYANAN
PERUMAHA
PERUMAHA
N
N
PELAYANAN
PELAYANAN
KELUARGA
KELUARGA
PELAYANAN
PELAYANAN
VOKASION
VOKASION
AL
AL
ASSESSMENT
ASSESSMENT
INTAKE
INTAKE
KEUANGAN
KEUANGAN
DAN KERJA
DAN KERJA
TERAPI &
TERAPI &
KONSELING
KONSELING
RENCANA
RENCANA
PERAWATAN
PERAWATAN
MANAJEMEN
MANAJEMEN
KLINIS &
KLINIS &
KASUS
KASUS
FARMAKOTERA
FARMAKOTERA
PI
PI
PELAYANAN
PELAYANAN
RAWAT
RAWAT
ANAK
ANAK
MONITORING
MONITORING
URINE & DARAH
URINE & DARAH
KELP. SELF HELP /
KELP. SELF HELP /
PEER SUPPORT
PEER SUPPORT
PERAWATAN
PERAWATAN
BERLANJUT
BERLANJUT
(AFTERCARE)
(AFTERCARE)
PELAYANAN
PELAYANAN
LEGAL
LEGAL
PELAYANAN
PELAYANAN
PENDIDIKAN
PENDIDIKAN
PELAYANAN
PELAYANAN
HIV/AIDS,
HCV,
HIV/AIDS,
PMS HCV,
PMS
PELAYANAN
PELAYANAN
KESEHATAN
KESEHATAN
MENTAL
MENTAL
PELAYANAN
PELAYANAN
MEDIS
MEDIS
Kenyataan di lapangan
• Perawatan belum dapat memenuhi harapan
publik – Belum ada jenis perawatan yang
efektif bagi semua orang
• Perawatan DAPAT berhasil, tetapi seringkali
pasien tidak selalu mau bekerja sama
Apa yang bisa kita lakukan untuk mengendalikan
epidemi HIV di kalangan pengguna NAPZA
suntik??
27
Fakta Pengguna Napza Suntik (Penasun)
1. Penasun berada disetiap lapisan masyarakat
2. Produksi Narkoba makin meningkat
3. Pengguna narkoba makin bertambah
4. HIV dan AIDS pada penasun makin meningkat
5. Karakteristik penasun cenderung tertutup dan
ekslusif
6. Info kesehatan dikalangan penasun rendah sekali
7. Penasun risiko tinggi untuk tertular dan menularkan
HIV dan penyakit lain
Fakta penularan HIV dikalangan Penasun
HIV ditularkan apabila seorang yang terinfeksi
bertukar (sharing) peralatan suntikan (alat, jarum,
air) dengan orang lain
HIV juga sangat cepat menular dari Penasun ke
masyarakat umum melalui hubungan seks yang
berisiko
Pencegahan HIV pada penasun sangat bermanfaat
untuk upaya pencegahan & penanggulangan HIVdan
AIDS di Masyarakat umum Harm Reduction
Pendekatan Program Untuk Mengatasi Permasalahan
Napza
1. Supply reduction (mengurangi pasokan)
Pemberantasan produksi napza
Pemberantasan peredaran gelap napza
2. Demand Reduction (mengurangi permintaan)
Pencegahan: pendidikan sejak dini tentang risiko pemakai
napza
3. Harm reduction (mengurangi dampak buruk)
Mencegah dampak buruk akibat pemakaian napza
Pengertian
Harm Reduction menurut WHO
• Konsep -digunakan dalam wilayah kesehatan
masyarakat- yang bertujuan untuk
mencegah/mengurangi konsekuensi negatif
kesehatan yang berkaitan dengan perilakunya, dalam
hal ini perilaku penggunaan napza dengan jarum
suntik. Komponen pengurangan dampak buruk napza
merupakan intervensi holistik yang bertujuan
mencegah penularan HIV dan infeksi lainnya.
31
Pengertian HARM REDUCTION/ HR :
Cara praktis dalam pendekatan
kesehatan masyarakat untuk
mengurangi akibat negatif pada
kesehatan karena menggunakan
napza suntik
Sumber : Permenko Kesra No 2 th.
2007 Tentang Pencegahan HIV melalui
12 Kegiatan Utama Program HR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Komunikasi, Informasi, dan
Edukasi (KIE)
Penjangkauan dan
Pendampingan
Konseling pengurangan
risiko
Konseling dan tes HIV
sukarela (VCT)
Program-program
pencegahan infeksi
Program jarum suntik steril
(NSP)
7.
Pembuangan peralatan
suntik yang telah dipakai
8. Layanan terapi
ketergantungan napza
9. Layanan klinik substitusi
napza
10. Perawatan dan
pengobatan HIV
11. Perawatan Kesehatan
Dasar
12. Pendidikan sebaya
Mengapa HR Penting?
1. Penasun banyak terinfeksi HIV
2. Belum ada vaksin HIV
3. Belum ada pengobatan yg manjur untuk
menyembuhkan kecanduan
4. Penasun selalu melakukan kontak dengan
masyarakat biasa dengan berbagai bentuk relasi
(perkawinan – pacaran – hubungan seks)
Tujuan HR
1. Mencegah HIV baik di kalangan penasun dan
masyarakat umum.
2. Memberdayakan penasun agar mandiri mengakses
layanan kesehatan untuk memperoleh perawatan
dan pengobatan
3. Mengintegrasikan kembali penasun ke dalam
masyarakat.
Prinsip-prinsip Kebijakan HR
1. Pemberian layanan Pengurangan Dampak Buruk
Penggunaan Napza Suntik tetap menghormati Hak Asasi
Manusia.
2. Pelaksanaan Pengurangan Dampak Buruk Penggunaan
Napza Suntik merupakan respon multi sektoral yang
melibatkan sektor kesehatan, penegakan hukum,
pengawasan obat-obatan, sektor pendidikan, sosial, agama,
lingkungan hidup, pemberdayaan perempuan, politik dan
keamanan.
3. Program HR dilaksanakan secara komprehensif di seluruh
wilayah Indonesia dengan prioritas jumlah penasun yang
tinggi, termasuk di dalam LAPAS /Rutan dan Pusat
pemulihan napza
4. Penglibatan penasun adalah mutlak untuk menjamin
efektivitas program
36
Dasar Hukum Kebijakan HR
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
UU Narkotika dan Psikotropika Th 1997
BKNN BNN
Workshop Ciloto 1999
Komitmen Sentani 2001
Implementasi meluas program HR (2002)
Kesepakatan KPA – BNN 2004
Kepmenkes (tentang implementasi HR) – 2006
Permenkokesra (tentang Kebijakan HR) -2007
Kebijakan global bergeser – INCB, CND, UNODC - 2008
SEMA No 35, th 2009
UU Narkotika No 35 Tahun 2009
Deklarasi Vienna 2009
Surat Edaran MA No 4, tahun 2010
Rancangan Peraturan Pemerintah Tentang “ Wajib lapor”
UU Narkotika
(No 35 tahun 2009)
• Membuka kesempatan untuk vonis rehab bagi pecandu
(Pasal 127 ayat 3 dan Pasal 128 ayat 3)
• Kewajiban rehab untuk pecandu standar layanan
untuk pecandu (pasal 54, 55,56, 57, 58 dan 59)
• Peran Kemenkes, Kemensos dan BNN (pasal 70 huruf d)
• Menjelaskan otoritas BNN untuk mengkoordinasikan
penanggulangan Narkotika (mulai Pasal 64)
• Tidak menghambat program HR yang ada (Pasal 4
huruf d)
Dasar Hukum HR Bagi Aparat Penegak Hukum (1)
UU No 35/2009 tentang Narkotika
Pasal 103
Hakim yang memeriksa perkara Pecandu Narkotika dapat:
a. memutus untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani
pengobatan dan/atau perawatan melalui rehabilitasi jika
Pecandu Narkotika tersebut terbukti bersalah melakukan tindak
pidana Narkotika; atau
b. menetapkan untuk memerintahkan yang bersangkutan
menjalani pengobatan dan/atau perawatan melalui rehabilitasi
jika Pecandu Narkotika tersebut tidak terbukti bersalah
melakukan tindak pidana Narkotika.
39
Dasar Hukum HR
Bagi Aparat Penegak Hukum (2)
Surat Edaran Mahkamah Agung No 4 tahun
2010
Tentang Penempatan penyalahgunaan,
korban penyalahgunaan dan pecandu
narkotika ke dalam rehabilitasi medis dan
sosial
40
Peraturan Menko Kesra No. 02/PER/MENKO/KESRA/I/2007
Tentang
Kebijakan Nasional Program Pengurangan Dampak Buruk Penggunaan Napza Suntik
(Harm Reduction)
41
Pasal 1 ayat (1)
•
Kebijakan Nasional Penanggulangan HIV dan
AIDS melalui Pengurangan Dampak Buruk
Penggunaan Napza Suntik dilaksanakan di
seluruh wilayah Indonesia.
42
Pasal 3 : Tujuan
Tujuan Kebijakan Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS
melalui Pengurangan Dampak Buruk Penggunaan Napza
Suntik, adalah :
1. mencegah penyebaran HIV di kalangan penasun dan
pasangannya;
2. mencegah penyebaran HIV dari penasun dan
pasangannya ke masyarakat luas;
3. mengintegrasikan pengurangan dampak buruk
penggunaan napza suntik ke dalam sistem kesehatan
masyarakat dalam layanan pencegahan, perawatan,
dukungan dan pengobatan HIV dan AIDS serta
pemulihan ketergantungan napza.
43
Pasal 4 : Sasaran
a) menjangkau dan melayani penasun sedikitnya 80% pada
tahun 2010 dan dilaksanakan secara bertahap;
b) menyediakan paket komprehensif pencegahan, pengobatan,
dan perawatan untuk menjamin perawatan berkelanjutan;
c) menyediakan akses pengobatan yang terjangkau oleh seluruh
penasun;
d) menyediakan kegiatan layanan Pengurangan Dampak Buruk
Penggunaan Napza Suntik di unit pelayanan pemerintah
termasuk di LAPAS, RUTAN dan unit pelayanan non
pemerintah di seluruh Indonesia
e) mengembangkan upaya pembinaan dengan merujuk
penasun dari sistem hukum pidana ke perawatan dan
pengobatan dengan asas praduga tak bersalah.
44
Lampiran :
PETUNJUK PELAKSANAAN
Departemen Kesehatan bertanggungjawab
dalam memberikan layanan Pengurangan
Dampak Buruk Penggunaan Napza Suntik yang
komprehensif yaitu:
1.
2.
3.
4.
Layanan jarum alat suntik steril (LJASS),
Layanan terapi rumatan metadon,
Perawatan pemulihan kecanduan napza
Perawatan pengobatan bagi penasun yang HIV.
45
DATA KASUS PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI NUSA TENGGARA TIMUR
PERIODE TAHUN 2005 - JUNI 2011
14
11
7
6
4
3
2005
0
6
5
3
2006
5
4
4
2
2007
2008
NARKOTIKA
2009
2010
2011
PSIKOTROPIKA
DATA KASUS BERDASARKAN BARANG BUKTI
62
47
31
19
4
GANJA
SHABU
6
EXTACY
JUMLAH KASUS
2
2
SOMADRIL
1
1
ACTIVAN
JUMLAH TERSANGKA
1
1
COLLAGEN
JUMLAH TERSANGKA KASUS PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA
PERIODE TAHUN 2005 - JUNI
2011
17
15
13
9
8
7
4
3
2005
0
7
2006
6
5
4
2007
2008
2009
NARKOTIKA
2010
2011
PSIKOTROPIKA
DATA TERSANGKA BERDASARKAN USIA
23
23
16
16
12
4
0
1
< 16 TAHUN
6
2
17 - 19 TAHUN
NARKOTIKA
20 - 24 TAHUN
25 - 29 TAHUN
PSIKOTROPIKA
> 29 TAHUN
5
DATA TERSANGKA BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN TERAKHIR
12%
5%
3%
81%
SD
SLTP
SLTA
SARJANA
DATA
TERSANGKA BERDASARKAN PEKERJAAN
MAHASISWA
IRT
PELAJAR
PSK
TUKANG OJEK
PNS
POLRI/TNI
WIRASWASTA
DATA TERAPI REHABILITASI DAN PENGGUNA NARKOBA SUNTIK
62
14
SUDAH DIREHABILITASI
14
9
CALON REHABILITASI
PENASUN DI KOTA KUPANG
PENASUN DI SIKKA
14
PENASUN DI BELU
JUMLAH KASUS NARKOBA DI NTT
DATA KASUS TINDAK PIDANA NARKOTIKA & PSIKOTROPIKA
TAHUN 2005 S.D PEBRUARI 2011
PERIODE TAHUN 2005 S/D JUNI 2011
NARKOTIKA
NO
TAHUN
2005
2006
2007
2008
2009
2010
5
5
6
10
5
2011
JUMLAH
1
KOTA KUPANG
2
KAB. KUPANG
0
3
TTS
0
4
TTU
5
BELU
0
6
ALOR
0
7
FLOTIM
0
8
SIKKA
0
9
ENDE
10
NGADA
11
MANGGARAI
12
SUMBA TIMUR
13
SUMBA BARAT
0
14
LEMBATA
0
15
ROTE NDAO
0
16
MANGGARAI BARAT
17
SUMBA BARAT DAYA
18
MANGGARAI TIMUR
0
19
SUMBA TENGAH
0
20
NAGEKEO
0
21
SABU RAIJUA
0
JUMLAH
1
31
3
1
4
1
0
1
1
3
1
2
1
1
1
1
0
6
5
11
14
7
1
1
6
5
47
PSIKOTROPIKA
NO
TAHUN
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
JUMLAH
1
3
2
6
2
0
2
16
1
KOTA KUPANG
2
KAB. KUPANG
0
3
TTS
0
4
TTU
5
BELU
6
ALOR
0
7
FLOTIM
0
8
SIKKA
9
ENDE
0
10
NGADA
0
11
MANGGARAI
12
SUMBA TIMUR
13
SUMBA BARAT
0
14
LEMBATA
0
15
ROTE NDAO
0
16
MANGGARAI BARAT
0
17
SUMBA BARAT DAYA
0
18
MANGGARAI TIMUR
0
19
SUMBA TENGAH
0
20
NAGEKEO
0
21
SABU RAIJUA
0
JUMLAH
1
1
1
2
1
0
1
1
1
2
2
1
3
4
1
3
7
4
0
4
7
2
2
6
4
27