EVOLUSI TEORI MANAJEMEN DALAM DUNIA YANG

EVOLUSI TEORI MANAJEMEN DALAM DUNIA YANG BERUBAH1)

Oleh: Dr. M. Idrus Taba2)

Pengantar
Gejala sejarah yang paling mengesankan dalam era pasca Perang Dunia Kedua,
adalah usaha manusia untuk mengangkat harkat dan martabat dirinya sebagai bangsa di
dalam lingkup umat manusia keseluruhannya yang kita sebut pembangunan (Burhamzah,
1990). Pembangunan, hakekatnya, penjelmaan naluri manusia untuk mempertahankan
keberadaannya yang terwujud pada ruang lingkup peradaban tertentu. Begitu potret sejarah
peradaban manusia yang berkali-kali mengadakan terobosan kehidupan setiap kali terjadi
krisis. Maka pembangunan kemudian bermakna sebagai suatu evolusi menuju bentuk ataupun
tingkatan lebih tinggi yang dapat diwujudkan oleh suatu organisasi. Sejalan dengan
perjalanan dan naluri hidup manusia yang selalu ingin memastikan keberadaannya dalam
lingkungan kehidupannya, organisasi sebagai wahana kehidupan manusia juga mengalami
perjalanan hidup, naluri kehidupan, dan perilaku yang sama. Tentu ada yang sukses menapak
puncak. Tapi, tidak sedikit yang terkapar gagal dan punah. Kegagalan itu, adalah malapetaka
bagi manajemen, karena tidak dapat memastikan dirinya di dalam tatanan dunia yang sedang
berubah. Itu sebab, dibelukar fenomena dan ketidakpastian lingkungan, konsepsi, teori dan
pendekatan manajemen terus berevolusi untuk menemukan kepastian-kepastian empirik
sebagai realitas sesungguhnya pada lingkungan mikro organisasi.

Tujuan paper ini mencoba meretas teori-teori manajemen dalam dua sudut pandang:
aliran Rasional-Saintifik dan aliran Kualitatif- Humanistik. Termasuk pula, pergeseran
pandangan manajemen dari perspektif Mainstream ke perspektif Multistream (Dick &
Neubert, 2009) dan arah kecenderungan subyek kajian serta teori-teori manajemen ke depan.

Kepelbagian Sumbangan Pemikiran Sebelum Manajemen Ilmiah
Manajemen, sebagai teori dan ilmu pengetahuan, relatif baru, dibanding sejumlah
ilmu sosial lainnya semisal: sosiologi, antropologi, ilmu politik. Namun, jika merujuk pada
perkembangan pemikiran, manajemen telah ada sejak manusia berupaya mencapai tujuan,
melalui wadah kerjasama kelompok yang kita sebut organisasi (Koontz, O’Donnel, Weihrich,
1984). Interpretasi terhadap peninggalan kerajaan Mesir Kuno, tahun 1300 SM, menunjukkan
betapa poentingnya organisasi dan administrasi dalam negara-negara birokratis di zaman
kuno (Lepawsky, 1949). Catatan serupa ditemukan pada Kerajaan Cina purba. Setidaknya,
jika merujuk ajaran Confutsius tentang adminisitrasi negara yang baik, cara memilih pejabat
yang jujur, mampu bekerja, dan tidak mementingkan diri sendiri (L.S.Hsu,1932). Di Yunani
Kuno, walau tidak tertulis tentang prinsip manajemen, tetapi, terbentuknya persemakmuran di
Athena dengan struktur DPR, Dewan Jenderal, pengadilan rakyat menunjukkan adanya
penghargaan terhjadap fungsi manajerial. Demikian pula halnya di Kerajaan Romawi Kuno.
Adanya para Hakim Roma dengan pembidanan menurut otoritas dan tingkat kepentingannya,
menunjukkan adanya fungsi rantai skalar, sebagai ciri khas sebuah organisasi. Termasuk,

dalam membangun kekuatan SDM yang kuat dan jenius serta prinsip pendelegasian otoritas
terhadap wilayah taklukan, merefleksikan sebuah kekaisaran dengan efisiensi organisasi
sangat terorganisir (Mooney, 1947). Gereja Roma Katholik, dianggap pula turut
menyumbang, melalui hirarki otoritas dengan skalar organisasi teritorial, spesialisasi aktivitas
sesuai dengan garis-garis fungsional dan penggunaan staf.
---------------------------------1) Disampaikan dalam Diskusi Bedah Buku Manajemen 2.0, pada Ulang Tahun Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UNHAS yang ke-68 tanggal 8 Oktober 2016.
2) Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNHAS
1

Demikain pula dengan organisasi kemiliteran, melalui “kesatuan doktrin komando” dan
penggunaan staf yang berfungsi memberikan nasehat dan informasi pada garis komando.
Praktik organisasi dan manajemen di kerajaan kuno dan organsiasi lainnya, diyakini telah
memberikan inspirasi pemikiran pada organsiasi modern hingga saat ini.
Walaupun era Manajemen ilmiah dipatok pada titik pemikiran Frederick Winslow
Taylor melalui karyanya The Principles of Scientific Management tahun 1911, tetapi
sejumlah pemikiran sebelumnya telah lahir. Sebut saja, James Watt Jr dan Mathew Robinson
Boulton, Robert Owen, Charles Babbage, dan Henry Varnum Poor.
Pada tahun 1800, Watt Jr dan Robinson dianggap pemikir yang lebih dahulu
menerapkan manajemen ilmiah. Keduanya, menjalankan perusahaan Soho Engineering

Foundry, Inggris. Watt Jr, memimpin perusahaan dan adminsitrasi sedang Boulton lebih
fokus pada penjualan dan aktifitas perdagangan. Selain itu, sejumlah teknik manajerial
mereka kembangkan, antara lain: peramalan pasar, skema mesin menurut proses pekerjaan,
perencanaan, standardisasi komponen dan produksi. Di bidang akuntansi dan biaya,
mengembangkan catatan statistik, dan sistem pengendalian. Di bidang personalia,
mengembangkan pelatihan, pengembangan, riset kerja, sistem penggajian dan program
kesehatan dan keselamatan kerja.
Robert Owen, seorang industriawan di awal abad ke-19, dianggap sebagai pionir
manajemen terkemuka antara periode 1800-1828 sehingga dijuluki sebagai Bapak
manajemen Personalia. Melalui perusahaan Tekstil di Scotlandia yang dikelolanya, Owen
menerapkan peningkatan kondisi kerja di pabrik, menaikkan usia minimum pekerja anakanak, mengurangi jam kerja, menyediakan makanan, mendirikan toko semacam koperasi, dan
penataan lingkungan sehat perumahan karyawan.
Charles Babbage, seorang Profesor dan ilmuwan matematika dari Cambridge
University, Inggris tahun 1828 – 1839. Dianggap sebagai penemu pertama “mesin hitung”
tahun 1822 yang kemudian terus dikembangkan hingga 1833 dengan temuan ‘mesin analitis”
sebagai cikal bakal komputer modern saat ini. Tidak heran, beliau disebut sebagai Bapak
Komputer. Dalam perspektif manajemen, karyanya On The Economy of Machinery and
Manufactures tahun 1832, menjelaskan sumbangannya pada manajemen. Dia tertarik pada
prinsip efisiensi pembagian tugas dan prinsip ilmiah, bagaimana seorang manajer memakai
fasilitas, bahan dan tenaga kerja supaya optimum. Dia menyarankan, kepentingan bersama

antara pekerja dan pemilik pabrik, sistem pembagian keuntungan yang lebih adil, pembayran
tetap dalam poenggajian, dan bonus untuk saran yang berkontribusi terhadap produktivitas.
Henry Varnum Poor, editor pada majalah American Railroad Journal pada akhir
pertengahan abad ke-19. Fokusnya pada pengamatan perkeretaapian di Amerika Serikat,
sejak tumbuh hingga dewasa. Rekomendasi Poor, dibutuhkan sistem manajerial dengan
struktur organisasi yang jelas, akuntabel, dan sistem komunikasi yang memungkinkan
manajer puncak memantau seluruh pekerjaan. Poor dianggap sebagai pemikir yang telah
mendahului, jauh sebelum Taylor bicara sistem, Elton Mayo bicara manusia, dan Chris
Argyris bicara tentang Leadership untuk menghilangkan kekakuan organisasi.

Aliran Pemikiran Rasional-Saintifik dan Kualitatif-Humanistik
Era manajemen modern, 1910 hingga 1930-an didominasi pemikiran RasionalSaintifik. Era ini, sering juga disebut era Organisasi Klasik yang dibagi dalam dua arus
pemikiran micro dan macro. Fokus pemikiran Mikro, pada “bagaimana mendesain pekerjaan
secara spesifik”. Sedangkan pada Makro, berfokus pada “bagaimana variasi pekerjaan secara
bersama-sama cocok dalam sebuah organisasi”. Pendekatan mikro, disebut dengan Scientific
Management, berfokus pada mendefinisikan dan memaksimalkan produktivitas pekerjaan
2

individu. Pendekatan Makro, biasa disebut Bureucracy, fokus pada struktur dan fungsi-fungsi
manajemen yang bertujuan untuk memaksimalkan produktivitas pada keseluruhan organisasi.

Frederick Winslow Taylor (1856-1915), melalui tiga karya monumentalnya masing-masing:
Shop Management (1903), Principles of Saintific Management (1911) dan Testimony Before
The Special House Committee (1912) menghasilkan sejumlah pemikiran manajemen ilmiah.
Fokus utama Taylor adalah peningkatan efisiensi dalam produksi. Tujuannya, selain untuk
menurunkan biaya dan menaikkan laba, juga memungkinkan penambahan upah bagi tenaga
kerja melalui pencapaian produktivitas yang lebih tinggi. Terdapat lima prinsip dasar
Taylorisme: 1) Geser tanggungjawab keorganisasian dari pekerja ke manajer. Manajer adalah
pihak yang harus memikirkan perencanaan dan perancangan kerja. 2) Gunakan metode ilmiah
(scientific method) untuk menentukan cara yang paling efisien untuk melakukan suatu
pekerjaan, misalnya dengan teknik: time and motion study. 3) Pilih orang yang tepat untuk
melakukan pekerjaan yang baru saja dirancang tersebut. 4) latihlah karyawan tersebut untuk
melakukan pekerjaannya secara efisien. 5) Lakukan monitoring terhadap kinerja karyawan
untuk menjamin prosedur kerja yang telah ditetapkan benar-benar dijalankan dan tujuan yang
dikehendaki dicapai.
Pelopor lain rasional saintifik adalah Henry Fayol (1841-1925). Pemikiran Fayol
dalam bahasa Perancis tertuang dalam karyanya Administration Industrielle et Generale
tahun 1916. Karya ini kemudian lebih dipopulerkan oleh Sarah Greer, L.Gulick & L.Urwick
dalam karya mereka Papers on The Science of Administration tahun 1937. Walaupun
pemikiran Fayol tidak tertuang secara teoritik dan ilmiah, tetapi, pengamatannya sebagai
seorang industrialis, menyimpulkan bahwa aktivitas perusahaan industri terbagi dalam enam

bagian. Keenam bagian itu adalah: teknis produksi, dagang (beli, jual, pertukaran), keuangan,
keamanan, akuntansi dan manajerial. Melalui studi yang dilakukannya, Fayol walau
menganggap bidang keteknikan hal urgen dalam organsiasi, tetapi, ketika jenjang struktural
seseorang semakin meningkat, maka kemampuan manajerial sangat dibutuhkan. Pada awal
abad ke-20, Fayol kemudian menyusun teori yang kemudian dikenal sebagai 14 PrinsipPrinsip Dasar Manajemen Fayol.
Selanjutnya, antara tahun 1930 hingga 1950an, tekanan studi manajemen pada
Leading, dikenal sebagai “The Human Era” dengan genre keilmuan pada KualitatifHumanistik. Jika Taylor dikenal sebagai The Father of Scientific Management, maka Mary
Parker Follet (1868-1933), dianggap sebagai The Mother of Leading Era. Beberapa penulis
lain di era ini, antara lain Lilian Gilbreth (1878-1972), seorang psikologi industri bersama
suaminya Frank Gilbreth,peneliti Scientific management, juga berfokus pada sisi manusiawi
pada manajemen. Kontribusi Lilian, terlihat pada berbagai studi lapangan tentang Human
Resources Management, kepribadian dan kebutuhan karyawan. Tokoh lain di era ini, Elton
Mayo dan F.J. Roethlisberger (1933). Melalui studinya yang terkenal The Howthorne Effect,
berkesimpulan bahwa kinerja pekerja akan baik jika pekerja diberikan perhatian positif oleh
manajer. Hasil studi menunjukkan bahwa membangun hubungan sangat penting memahami
perilaku dalam organisasi. Sebetulnya, terdapat sejumlah pemikir Ilmu Keprilakuan sebelum
Mayo dan Follet yang turtut berkontribusi. Sebut saja, Hugo Munsterberg (1912) yang
mengaplikasikan psikologi dalam industri dan manajemen. Walter Dill Scott dan B. Seebohm
Rountree (1911) menerapkan psikologi dalam periklanan, pemasaran, personalia. Termasuk
pula, Max Weber (1946) melalui teori sosial dan Vilfredo Pareto (1896-1917) dengan teori

sistem sosial pada kajian psikologi sosial (macro apprroach).
Pada periode 1950 hingga 1970, riset-riset didominasi dengan perencanaan, hingga
era ini disebut sebagai The “Calculating” Era, yang menguatkan kembali aliran rasionalsaintifik. Selama berlangsungnya Perang Dunia II, industri dan Pemerintah Amerika Serikat,
3

punya dua kebutuhan penting, yaitu bagaimana meningkatkan produktivitas industri untuk
mendukung kebutuhan perang dan mengembangkan teknik-teknik baru dalam mengelola
perang. Maka lahirlah sebuah pendekatan yang disebut Systems Analysis, yaitu pendekatan
yang digunakan untuk menganalisis masalah kompleks yang tidak dapat diselesaikan dengan
intuisi, matematika sederhana, atau pengalaman sederhana. Hal ini kemudian melahirkan
kajian Perencanaan dan Pengambilan Keputusan Strategis, dengan tiga subbidang, yaitu:
Management Science, Systems Theory, dan Contingency Theory. Management Science,
membantu manjerial dalam perencanaan dengan memberikan teknik kuantitatif yang rumit
untuk kepentingan pengambilan keputusan. Systems theory, membantu manajer dalam
perencanaan dan pengambilan keputusan dengan tanggung jawab yang unik pada keseluruhan
organisasi. Contingency theory, untuk menunjukkan bahwa ada kesesuaian antara struktur
organisasi dan sistem, teknologi, serta lingkungan yang lebih besar.
Management Science, penerapannya sangat mengandalkan pendekatan matematika, statistika,
dan berbagai teknik kuantitatif lainnya dalam perencanaan manajemen, pengambilan
keputusan, dan problem solving. Kadang terlihat punya dua bidang: Operation research,

dengan pemodelan matematika dan Operation Management, yang menggunakan teknik
kuantitatif lainnya seperti: Break-event analysis, Forecasting, Inventory Modeling, Linear
Programing, dan Simulations.
System Theory, dalam perkembangannya, melahirkan pendekatan studi: closed system, open
system, synergy, dan Entropy, sebuah kecenderungan alami untuk sistem gagal karena tidak
dapat memperoleh masukan dan energi yang diperlukan untuk bertahan hidup. Beberapa
pemikir, antara lain: James D Thompson, Daniel Katz dan Robert L. Kahn.
Contingency Theory,menyorot dua tugas manajer yang selalu dituntut untuk menemukan
“jalan terbaik”, yaitu perencanaan dan proses pengambilan keputusan. Herber Simon, seorang
pemenang Nobel, menentang tuntutan itu. Alasannya, bahwa proses pengambilan keputusan
manajemen dibatasi oleh kurangnya informasi yang lengkap dan kemampuan kognitif
terbatas ketika memproses informasi. Simon, menamakan teorinya dengan Bounded
Rationality.
Pada Periode 1970 hingga 1990, tekanan studi pada fungsi Controlling yang dilabeli
dengan nama The “Values and Beliefs” Era. Studi manajemen pada era ini, perhatian sangat
tinggi pada peranan sistem nilai dan kepercayaan dalam organisasi. Sistem nilai dan
kepercayaan ini, memainkan peran penting dalam penerapan fungsi pengawasan.Lebih
seabad yang lalu, Max Werber telah mengemukakan bahwa pandangan materialistindividuals telah sangat mendarah daging dalam struktur sosial dan sistem nilai yang sulit
untuk diubah. Kita dikendalikan oleh skrip sosial atau budaya yang telah kita pelajari dalam
perjalanan hidup kita, dan yang sulit untuk berubah. Ide kunci pada era ini terkait dengan

social construction of reality (Berger & Luckmann), Institutionalization (Selznick, Zucker),
“Natural” Facts of daily life are really “moral” (Garfinkel), Organizational Culture (Schein,
Hoffstade).
Pada era 1990 hingga sekarang, oleh Dyck dan Neubert (1999), disebut sebagai The
Multistream Management yang dinamakannya The Reconsidering Era, yang memiliki multifactors dan multiple-ways. Dengan kata lain, menolak sebuah cara The One Best Way. Tema
umum yang dikaji, semakin menempatkan posisi penting manajer untuk ikut membantu
menyelesaikan banyak masalah yang dihadapi oleh manusia dan planet ini. Tema-tema
tersebut adalah: Ecological Sustainability, Social Justice, Physical well-being, Aesthetic
Costs, Spiritual Interest. Ide dan gagasan terkait dengan era ini yaitu: corporate social
responsibility, stakeholder theory, servant leadership, positive psychology dan social
entrepreneurship. Penekanan utama pada memaksimalkan tujuan materialis-individualis
4

(misalnya, profitability, productivity, competitiveness) untuk mencapai tingkat kesejahteraan
diri sendiri dan masyarakat keseluruhan (misalnya, social, ecological,spiritual, physical,
aesthetic).

Penutup
Dalam rentang perkembangan teori-teori manajemen sejak era Saintifik Manajemen
(rasional saintifik) hingga kualitatif-humanistik dan Reconsidering era dalam cara pandang

multistream, kajian subyek teori ilmu manajemen telah terbagai dalam 12 jenis, yaitu:
Behavioral Theory, Change Organization Theory, Communication Skills Theory, Decision
Making and Valuation Theory, Ethics and Responsibilities Theory, Human Resources
Management, Knowledge & Intangibles Theory, Leadership Theory, Marketing Theory,
Program Project Theory, Strategy Theory.
Mungkin sudah saatnya, Fakultas Ekonomi, khususnya Jurusan Manajemen,
melakukan kajian-kajian secara mendalam dan terstruktur pada subyek teori-teori manajemen
tersebut. Sambil terus mengembangkan obyek-obyek kajian terkini yang sudah memasuki
Reconsidering era. Selamat ulang tahun Fakultas Ekonomi yang ke 68.

----mit----

5