PRINSIP DASAR PENDIDIKAN ISLAM DALAM PEM

PRINSIP DASAR PENDIDIKAN ISLAM DALAM
PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK
BAB I
PENDAHULUAN
Banyak orang membagi eksistensi manusia hanya menjadi dua : jasmani dan rohani,
atau jiwa dan raga. Pendapat ini dapat diterima, namun mengingat keunikan potensi yang
terdapat dalam jiwa atau aspek psikis manusia tidak sedikit pakar yang memberi tambahan
yang hakikatnya merupakan penekanan pada bagian psikis yang perlu ditonjolkan. Beberapa
pakar berpendapat, ada tiga aspek besar yang mesti digarap melalui pendidikan: aspek akal,
jasmani, dan rohani. Tiga aspek ini harus dibina dan dididik secara proporsional.
Mendidik dalam arti luas, tentu tidak hanya mengajar. Pengajaran lebih tepat
digunakan untuk mendidik akall terkait dengan usaha pemberian ilmu dan pemahaman dalam
rangka memandaikan peserta didik. Mendidik aspek fisik seperti pancaindra, anggota badan,
sistem saraf dan unsur-unsur biologis lain lebih banyak menempuh cara penguatan dan
pelatihan seperti mengonsumsi gizi secara memadai dan berolahraga. Mendidik hati nurani
seringkali identik dengan mendidik kejujuran dalam diri sendiri untuk membedakan baik dan
buruk. Sedangkan mendidik potensi rohani (aspek spiritual) biasanya dilakukan dengan
amalan-amalan mendekatkan diri kepada Allah SWT yang dengan demikian menyebabkan
insan yang bersangkutan selalu mendidik diri sendiri untuk selalu ridha terhadap takdir serta
kehendak-Nya.1
Untuk itu, agar lebih memahami tentang memberikan pendidikan ke dalam tiga aspek

ini, perlu terlebih dahulu memahami prinsip-prinsip dasar dalam pendidikan islam agar
terciptanya akhlak mulia pada seseorang terutama terhadap peserta didik sesuai dengan
bahasan kita kali ini. Maka dari itu, penyusun makalah mengambil tema “Prinsip Dasar
Pendidikan Islam dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik”, dengan tujuan setelah
mengetahui, memahami, maka dapat mengamalkan dengan baik prinsip-prinsip pendidikan
islam ini sehingga terbentuknya peserta didik yang berkarakter islami.

1

Ahmad Janan Asifudin, Mengungkit Pilar-pilar Pendidikan Islam Tinjauan
Filosofs(Yogyakarta: Suka Press, 2009), hlm. 15.

[1]

BAB II
ISI
A. Konsep Dasar Pendidikan Islam
1. Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan Islam dalam bahasa Arab disebut tarbiyahislamiyah. Tarbiyah berasal
dari tiga kata: raba’, yarbu’, artinya bertambah dan tumbuh; rabia, yarba, berarti

menjadi besar, dan rabba, yarubbu, memperbaiki, menuntun, menjaga, dan
memelihara. Dari tiga asal kata tersebut Abdurrahman al-Baniy menyimpulkan,
pendidikan islam mengandung empat unsur, pertama, memelihara fitrah; kedua,
mengembangkan seluruh potensi dan kesiapan yang bermacam-macam; ketiga,
mengarahkan seluruh fitrah(pembawaan baik) dan potensi manusia menuju pada
kebaikan dan kesempurnaan yang layak (islami); keempat, proses ini dilaksanakan
secara bertahap.2
2. Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan akhir pendidikan Islam juga tidak lepas dari tujuan hidup muslim. Menurut
Ahmad Tafsir tujuan pendidikan islam3 sebagai berikut:
a. Muslim yang sehat, kuat, dan berketerampilan.
b. Mempunyai kecerdasan dan kepandaian dengan ciri mampu menyelesaikan
masalah secara cepat dan tepat.
c. Memiliki hati yang bertakwa kepada Allah, tanda-tandanya melaksanakan
perintah Allah dan meninggalkan larangan-larangan-Nya dengan suka rela.
Al-Abrasyiy merumuskan tujuan pendidikan Islam menjadi lima poin:
a. Pendidikan akhlak.
b. Memperhatikan kepentingan agama dan dunia sekaligus.
c. Memperhatikan segi-segi manfaat
d. Mempelajari ilmu untuk ilmu

e. Pendidikan profesi, kejuruan dan pertukangan.
f. Tujuan pendidikan islam meliputi pula keahlian memperoleh rezeki.4
2

ibid, hlm. 12.
Ibid, hlm. 104.
4
Ibid, hlm. 105.
3

[2]

Tujuan pendidikan Islam memiliki ciri-ciri sebagai berikut5:
a. Mengarahkan manusia agar menjadi khalifah dengan sebaik-baiknya.
b. Mengarahkan manusia agar kekhalifahannya murni karena beribadah kepada
Allah SWT.
c. Mengarahkan manusia agar berakhlak mulia.
d. Membina dan mengarhkan potensi akal, jiwa dan jasmani, sehingga ia
memiliki ilmu.
e. Mengarahkan manusia agar dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan

akhirat.
3. Pendidik
Dalam konteks pendidikan islam, guru (pendidik) adalah spiritual father atau
bapak-rohani bagi murid. Gurulah yang memberi santapan jiwa dengan ilmu,
pendidikan akhlak dan membenarkannya, maka menghormati guru berarti
penghormatan terhadap anak-anak pula. Oleh karena itu, menjadi pendidik hendaklah
memiliki sifat-sifat sebagai berikut:6
a. Zuhud, tidak mengutamakan materi dan mengajarkan mencari keridhaan Allah
SWT semata.
b. Bersih tubuhnya, jauh dari dosa dan kesalahan, bersih jiwa, terhindar dari dosa
besar,sifat ria (mencari nama), dengki, permusuhan, perselisihan, dan lain-lain
sifat yang tercela.
c. Ikhlas dalam pekerjaann.
d. Suka pemaaf.
e. Guru merupakan seorang bapak sebelum ia menjadi seorang guru.
f. Guru harus mengetahui tabiat murid, dan guru harus menguasai mata
pelajaran.
Itu sebabnya, pendidik menurut islam bukanlah sekedar pembimbing melainkan
juga sebagai figur teladan yang memiliki karakteristik baik, sedang hal itu belum tentu
terdapat dalam diri pembimbing. Dengan begitu pendidik muslim harus aktif dari dua


5

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Isla (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm. 53.
Abd. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam Paradigma (Jakarta: PT Raja Grafndo,
2011), hlm. 111.
6

[3]

arah: secara eksternal dengan jalan mengarahkan/membimbing peserta didik, secara
internal dengan jalan merealisasikan karakteristik akhlak mulia. 7
4. Peserta Didik
Peserta didik dalam islam diarahkan sebagai anak yang aktif, bukan pasif yang
hanya menanti guru untuk memenuhi otaknya dengan berbagai informasi. Peserta
didik adalah anak yang dinamis yang secara alami ingin belajar, dan akan belajar
apabila mereka tidak merasa putus asa dalam pelajaran yang diterima dari orang yang
berwenang atau dewasa yang memaksakan kehendak dan tujuannya kepada mereka.
Dalam hal ini, Dewey menyebutkan bahwa anak itu sudah memiliki potensi aktif.
Membicarakan pendidikan berarti membicarakan keterkaitan aktivitasnya, dan

pemberian bimbingan padanya.8
Islam menganjurkan peserta didik untuk belajar agama (Q.S At Taubah : 122),
ilmu jiwa dan ilmu alam (Q.S Fushilat: 53), sejarah (Q.S Muhammad: 10),
perkembangan dan proses kejadian manusia dan alam (Q.S Al Anbiyaa’:30), dll.
Semua itu sebagai bukti bahwa peserta didik dalam konsep islami haruslah aktif dan
dinamis dalam berpikir, belajar, merenungkan, meneliti, mencoba, menemukan,
mengamalkan, dan menyebarluaskan aktivitasnya.
B. Prinsip Pendidikan Islam dalam membentuk karakter peserta didik
1. Prinsip-prinsip pendidikan islam
Prinsip-prinsip tarbiyah al-islamiyah (pendidikan islam) adalah9:
a. Allah lah pendidik (murabbi) yang sebenarnya bagi seluruh alam khususnya
manusia, karena Dia lah Pencipta fitrah, potensi kekuatan dan kelemahan, dan
Yang Paling Tahu tentang hakikat manusia itu sendiri. Karenanya perlu dipelajari
terus menerus siapa sebenarnya manusia itu sesuai dengan pemberitaan Allah
melalui wahyu-Nya.
b. Penumbuhan dan pengembangan secara sempurna semua dimensi manusia baik
materi, seperti fisiknya, maupun immateri seperti akal, hati nafs dan fitrah adalah
tanggung jawab manusia sebagai konsekwensi dari fungsinya sebagai hamba
Allah (Q.S al-Dzariyat: 56) dan sebagai khalifah (Q.S al-Baqarah:30) di bumi
7


Ibid, hlm. 112.
Ibid, hlm. 113.
9
Maragustam, Filsafaf Pendidikan Islam menuju Pembentukan karakter menghadapi arus
global (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2016), hlm. 18.
8

[4]

c. Dalam proses pendidikan islam seharusnya mengambil nilai dan prinsip dari al
Qur’an dan sunnah dan berjalan sesuai dengan sunnatullah yang digariskan-Nya.
d. Setiap aktivitas pendidikan mengarah kepada menumbuhkan, mengembangkan,
memperbaiki, memimpin, dan menjaga setiap dimensi dalam diri manusia, baik
pendidikan itu dilakukan secara terprogram melalui lembaga pendidikan (formal,
informal, dan nonformal) atau secara natural (alami) melalui pengalaman hidup.
e. Pendidikan yang terprogram mengharuskan adanya rencana yang teratur,
sistematis, bertahap, berkelanjutan, dan fleksibel.
f. Subjek dan objek pendidikan adalah manusia. Untuk itu semua aktivitas
pendidikan harus mengiringi dan mengikuti fitrah manusia tanpa merampas hakhaknya sebagai manusia, sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi.

g. Kata tarbiyah tidak terbatas pengertiannya yakni pendidik sebagai sekedar
mengalihkan dan mewariskan ilmu, budaya, tradisi, dan nilai kepada peserta didik
tetapi juga transformatif yakni pendidik ikut bertanggungjawab mengubah dan
membentuk karakter peserta didiknya.
2. Filsafat Pendidikan Islam dalamMembentuk peserta didik berkarakter
Sebagai basis acuan dalam merumuskan filsafat pendidikan islam dalam mengukir
karakter ialah Q.S Rum: 30.
“Makahadapkanlahwajahmudenganluruskepada agama (islam); (sesuai) fitrah
Allah

disebabkanDiatelahmenciptakanmanusiamenurut

itu.Tidakadaperubahanpadaciptaan

Allah.

(itulah)

agama


(fitrah)
yang

lurus,

tetapikebanyakanmanusiatidakmengetahuimya.”
Dari artiayat ini dapat ditarik benang merah bahwa dasar (fitrah) manusia dan
proses pembentukan karakternya dapat dikelompokkan menjadi empat10, yaitu:
a. Mazhab Fatalis-Pasif
Mazhab ini mempercayai bahwa setiap individu sejak lahir sudah berkarakter
atau tuna karakter melalui ketetapan Allah secara asal, baik ketetapan
semacam ini terjadi secara semuanya atau sebagian saja.
b. Madzhab Netral-Pasif
Mazhab ini berpandangan bahwa anak lahir dalam keadaan suci, utuh dan
sempurna, suatu keadaan kosong sebagaimana adanya, tanpa kesadaran akan
iman atau kufur, berkarakter atau tuna karakter dan bersifat pasi menghadapi
10

Ibid, hlm. 246.


[5]

diterminasi hereditas, lingkungan terutama lingkungan sosial dan lingkungan
pendidikan.
c. Mazhab Positif-Aktif
Bawaan dasar atau sifat manusia sejak lahir adalah berkarakter, sedangkan
seseorang menjadi tuna karakter bersifat aksidental atau sementara. Artinya
seseorang lahir sudah membawa karakter. Karakter ini bersifat dinamis dan
aktif mempengaruhi lingkungan sekitar.
d. Mazhab Dualis-Aktif
Manusia sejak awalnya membawa sifat ganda. Di satu sisi cenderung kepada
kebaikan (energi positif), dan di sisi lain cenderung kepada kejahatan (energi
negatif). Dua unsur pembentuk esensial dari struktur manusia secara
menyeluruh, yaitu ruh dan tanah, mengakibatkan tuna karakter sebagai
kecenderungan yang setara pada manusia, yaitu kecenderungan untuk
mengikuti Allah berupa nilai-nilai etis spiritual dan kecenderungan mengikuti
syetan berupa nilai-nilai a-moral dan kesesatan.
3. Pilar-pilar Karakter dalam menghadapi arus budaya global
Menurut Diane Tilman ada sebelas karakter yang perlu diinternalisasikan.
Mengolaborasi dari pendapat Tilman tersebut dapat dihubungkan dengan filsafat

pendidikan islam dan nilai-nilai luhur bangsa, maka paling tidak ada sepuluh pilar
karakter untuk menjadi sukses menghadapi budaya arus global11, yaitu:
a. Nilai spiritual keagamaan (ma’rifatullah)
b. Nilai tanggung jawab, integritas, dan kemandirian
c. Nilai hormat/menghargai dan rasa cinta-sayang
d. Nilai amanah dan kejujuran
e. Nilai bersahabat/berkomunikasi (silaturrahmi), kerjasama, demokratis dan
peduli
f. Nilai percaya diri, kreatif, pekerja keras dan pantang menyerah
g. Nilai disiplin dan teguh pendirian (istiqomah)
h. Nilai sabar dan rendah hati
i. Nilai teladan dalam hidup
j. Toleransi dan kedamaian
k. Nilai semangat dan rasa ingin tahu
11

Ibid, hlm. 255

[6]

4. Strategi Membentuk Manusia berkarakter
Adapun dasar yang dijadikan dalam penentuan stratregi ini, tidak bisa dilepaskan
dari penetapan Al-Qur’an12, sebagaimana yang dilukiskan dalam ayat-ayat seperti, QS
Ali Imran: 79, QS Ali Imran: 104, QS Ali Imran:110. Berikutterjemahan QS Ali
Imran ayat 104:
”Hendaklah diantara kalian, segolongan umat penyebar dakwah kepada
kebajikan yang tugasnya menyuruh berbuat makruf dan melarang berbuat
munkar. Itulah mereka yang beruntung”.
Sesuatu tindakan barulah dapat menghasilkan manusia berkarakter, apabila
tindakan pendidikan karakter berikut ini dilakukan secara utuh dan terus menerus. 13
Tindakan itu adalah sebagai berikut:
a. Habituasi (pembiasaan) dan pembudayaan yang baik
b. Membelajarkan hal-hal yang baik (moral knowledge)
c. Moral Feeling dan Loving: merasakan dan mencintai yang baik
d. Moral acting (tindakan yang baik)
e. Keteladanan dari lingkungan sekitar
f. Tobat (kembali) kepada Allah setelah melakukan kesalahan.

BAB III
12

Muhammad As Said, Filsafat Pendidikan Islam (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2011), hlm
35.
13
Ibid, hlm. 264.

[7]

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian sebelumnya tentang prinsip filsafat pendidikan islam dapat ambil
kesimpulan seperti yang dijelaskan oleh Abdurrahman al-Baniy, pendidikan islam
mengandung empat unsur, yaitu: memelihara fitrah, mengembangkan seluruh potensi,
mengarahkan seluruh fitrahdan potensi manusia menuju pada kebaikan dan
kesempurnaan yang layak, proses ini dilaksanakan secara bertahap. Dimana pendidikan
ini tentunya memiliki salah satu tujuan, yakni Memiliki hati yang bertakwa kepada
Allah, tanda-tandanya melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan laranganlarangan-Nya dengan suka rela.
Dalam pendidikan tentu adanya pendidik dan peserta didik. Gurulah yang memberi
santapan jiwa dengan ilmu, pendidikan akhlak dan membenarkannya. Sedangkan Peserta
didik dalam islam diarahkan sebagai anak yang aktif, bukan pasif yang hanya menanti
guru untuk memenuhi otaknya dengan berbagai informasi.
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pendidikan islam beberapa
diantaranya adalah Allah lah pendidik (murabbi) yang sebenarnya bagi seluruh alam
khususnya manusia, dalam proses pendidikan islam seharusnya mengambil nilai dan
prinsip dari al Qur’an dan sunnatullah.
Setelah memahami prinsip, maka ada beberapa strategi yang bisa dilakukan untuk
membentuk karakter peserta didik diantaranya adalah habituasi (pembiasaan) dan
pembudayaan yang baik, membelajarkan hal-hal yang baik (moral knowledge), moral
feeling dan loving: merasakan dan mencintai yang baik, dan lain sebagainya.
Maka dari itu semakin kita mengetahui dan memahami bahwa karakter itu penting
untuk dikembangkan sebagai jati diri. Maka kita harus mengamalkan apa yang telah
diajarkan dalam Al-Qur’an dan menjauhi segala perbuatan yang dilarang-Nya.
B. SARAN
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------DAFTAR PUSTAKA
[8]

Asifudin, Ahmad Janan, 2009. Mengungkit Pilar-pilar Pendidikan Islam Tinjauan Filosofis.
Yogyakarta: Suka-Press.
Assegaf, Abd. Rachman, 2011. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Maragustam, 2016. Filsafat Pendidikan Islam Menuju Pembentukan Karakter Menghadapi
Arus Global. Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta.
Nata, Abuddin, 1997. Filsafat Pendidikan Islam 1. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Said, Muhammad As, 2011. Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta: Mitra Pustaka.

[9]