HAKIKAT MANUSIA - DALAM ISLAM

HAKIKAT MANUSIA DALAM
ISLAM

Oleh :
KELOMPOK 3

Ahmad Farid Rezeki Mahdali
NIM.16110114110003
Imaratul Hayat
NIM.1611014120009
Kartini Sri Astuti
NIM.1611014220008
Septian Nur Lailyputra
NIM.1611014210019

PROGRAM STUDI FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2016


Kata Pengantar
Puji dan syukur tidak henti-hentinya kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala kemudahan dan berkah serta hidayahnya yang dikaruniakan sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam”.
Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Kepada kedua orang tua kami yang selalu memberikan dukungan serta do’anya
kepada kami.
2. Kepada teman-teman kami yang membantu dalam proses penyelesaian tugas
makalah ini.
3. Kepada kaka tingkat yang telah membimbing kami dalam pengerjaan tugas
makalah ini.
Kami meyadari penulisan makalah ini masih

jauh dari kata sempurna sehingga

kritikk dan saran sangat diharapkan demi kebaikan dimasa yang akan datang. Akhir kata
kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya serta dapat
memberikann kontribusi bagi ilmu pengetahuan.

Banjarbaru, September 2016

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berbicara tentang manusia dan agama dalam Islam adalah membicarakan sesuatu yang
sangat klasik namun senantiasa aktual. Berbicara tentang kedua hal tersebut sama saja dengan
berbicara tentang kita sendiri dan keyakinan asasi kita sebagai makhluk Tuhan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ‘manusia’ diartikan sebagai ‘makhluk yang
berakal budi (mampu menguasai makhluk lain); insan; orang’ (1989:558). Menurut
pengertian ini manusia adalah makhluk Tuhan yang diberi potensi akal dan budi, nalar dan
moral untuk dapat menguasai makhluk lainnya demi kemakmuran dan kemaslahatannya.
Dalam bahasa Arab, kata ‘manusia’ ini bersepadan dengan kata-kata nâs, basyar, insân,
mar’u, ins dan lain-lain. Meskipun bersinonim, namun kata-kata tersebut memiliki perbedaan
dalam hal makna spesifiknya. Kata nâs misalnya lebih merujuk pada makna manusia sebagai
makhluk sosial. Sedangkan kata basyar lebih menunjuk pada makna manusia sebagai
makhluk biologis. Begitu juga dengan kata-kata lainnya.

1.2 Rumusan Masalah
1.2.1


Apa pengertian dari hakikat dan manusia menurut Agama Islam?

1.2.2

Apa konsep dari manusia?

1.2.3

Bagaimana eksistensi dan martabat manusia?

1.2.4

Bagaimana tanggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah Allah S.W.T?

1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui hakikat manusia menurut Agama Islam,
2. Untuk mengetahui konsep dari manusia,
3. Untuk mengetahui eksistensi dan martabat seorang manusia,
4. Untuk mengetahui tanggungjawab manusia sebagai hamba dan khalifah Allah.


1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan ini adalah :

Bagi mahsiswa

:

Mahasiswa dapat mengetahui hakikat manusia, konsep
manusia, eksistensi manusia dan martabat manusia, serta
tanggungjawab manusia sebagai hamba dan khalifah Allah.

Bagi dosen

:

Dosen

dapat


mengetahui

sejauh

mana

pemahaman

mahasiswanya dalam bidang ilmu pengetahuan beragama
dalam penulisan makalah ini.

BAB II
PEMBAHASAN
HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM
2.1 Pengertian Hakikat
Menurut bahasa hakikat berarti kebenaran atau sesuatu yang sebenar-benarnya atau
asal segala sesuatu. Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti dari segala sesuatu atau yang
menjadi jiwa sesuatu. Karena itu dapat dikatakan hakikat syariat adalah inti dan jiwa dari
suatu syariat itu sendiri. Dikalangan tasauf orang mencari hakikat diri manusia yang
sebenarnya karena itu muncul kata-kata diri mencari sebenar-benar diri. Sama dengan

pengertian itu mencari hakikat jasad, hati, roh, nyawa, dan rahasia.
2.2 Pengertian Manusia
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah swt.
Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka
sebagai khalifah di muka dumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah.
Membicarakan tentang manusia dalam pandangan ilmu pengetahuan sangat
bergantung metodologi yang digunakan dan terhadap filosofis yang mendasari.
Para penganut teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo volens (makhluk
berkeinginan). Menurut aliran ini, manusia adalah makhluk yang memiliki perilaku interaksi
antara komponen biologis (id), psikologis (ego), dan social (superego). Di dalam diri manusia
tedapat unsur animal (hewani), rasional (akali), dan moral (nilai).
Para penganut teori behaviorisme menyebut manusia sebagai homo mehanibcus
(manusia mesin). Behavior lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (aliran yang
menganalisa jiwa manusia berdasarkan laporan subjektif dan psikoanalisis (aliran yang
berbicara tentang alam bawa sadar yang tidak nampak). Behavior yang menganalisis prilaku
yang Nampak saja. Menurut aliran ini segala tingkah laku manusia terbentuk sebagai hasil
proses pembelajaran terhadap lingkungannya, tidak disebabkan aspek.

Para penganut teori kognitif menyebut manusia sebagai homo sapiens (manusia
berpikir). Menurut aliran ini manusia tidak di pandang lagi sebagai makhluk yang bereaksi

secara pasif pada lingkungannya, makhluk yang selalu berfikir. Penganut teori kognitif
mengecam pendapat yang cenderung menganggap pikiran itu tidak nyata karena tampak tidak
mempengaruhi peristiwa. Padahal berpikir , memutuskan, menyatakan, memahami, dan
sebagainya adalah fakta kehidupan manusia.
Dalam al-quran istilah manusia ditemukan 3 kosa kata yang berbeda dengan makna
manusia, akan tetapi memilki substansi yang berbeda yaitu kata basyar, insan dan al-nas.
Kata basyar dalam al-quran disebutkan 37 kali salah satunya al-kahfi : innama anaa
basyarun mitlukum (sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu). Kata basyar
selalu dihubungkan pada sifat-sifat biologis, seperti asalnya dari tanah liat, atau lempung
kering (al-hijr : 33 ; al-ruum : 20), manusia makan dan minum (al-mu’minuum : 33).
Kata insan disebutkan dalam al-quran sebanyak 65 kali, diantaranya (al-alaq : 5),
yaitu allamal insaana maa lam ya’ (dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya).
Konsep islam selalu dihubungkan pada sifat psikologis atau spiritual manusia sebagai
makhluk yang berpikir, diberi ilmu, dan memikul amanah (al-ahzar : 72). Insan adalah
makhluk yang menjadi (becoming) dan terus bergerak maju ke arah kesempurnaan.
Kata al-nas disebut sebanyak 240 kali, seperti al-zumar : 27 walakad dlarabna linnaasi
fii haadzal quraani min kulli matsal (sesungguhnya telah kami buatkan bagi manusia dalam
al-quran ini setiap macam perumpamaan). Konsep al-nas menunjuk pada semua manusia
sebagai makhluk social atau secara kolektif.
Dengan demikian Al-Quran memandang manusia sebagai makhluk biologis,

psikologis, dan social. Manusia sebagai basyar, diartikan sebagai makhluk social yang tidak
biasa hidup tanpa bantuan orang lain dan atau makhluk lain
Sebenarnya manusia itu terdiri dari 3 unsur yaitu :
1. Jasmani. Terdiri dari air, kapur, angin, api dan tanah.
2. Terbuat dari cahaya (nur). Fungsinya hanya untuk menghidupkan jasmani saja.

3. Jiwa. Manusia memiliki fitrah dalam arti potensi yaitu kelengkapan yang diberikan pada
saat dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia dapat di kelompokkan pada dua hal
yaitu potensi fisik dan potensi rohania. Ibnu sina yang terkenal dengan filsafat jiwanya
menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk sosial dan sekaligus makhluk ekonomi.
Manusia adalah makhluk social untuk menyempurnakan jiwa manusia demi kebaikan
hidupnya, karena manusia tidak hidup dengan baik tanpa ada orang lain. Dengan kata lain
manusia baru bisa mencapai kepuasan dan memenuhi segala kepuasannya bila hidup
berkumpul bersama manusia.
2.3 Konsep Manusia
2.3.1 Konsep Manusia dalam Islam
Manusia diciptakan Allah SWT. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi nutfah,
alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling sempurna yang
memiliki berbagai kemampuan. Oleh karena itu , manusia wajib bersyukur atas karuna yang
telah bdierikan Allah SWT.

Manusia diciptakan oleh Allah dengan segala kesempurnaannya. Manusia diberi akal
pikiran sehingga dengan akal tersebut mereka dapat berpikir. Dengan berpikir, manusia
mampu mengajukan pertanyaan serta memecahkan masalah. Dengan adanya akal pula,
manusia berbeda dari makhluk-makhluk ciptaan Allah yang lain. Islam mendorong manusia
agar menggunakan potensi yang dimiliki secara seimbang. Akal yang berlebihan mendorong
manusia pada kemajuan materiil yang hebat, namun mengalami kekosongan dalam hal
ruhaniyah, sehingga manusia terjebak dalam segala kesombongan yang merusak dirinya
sendiri.
Di dalam Al-Qur’an dijelaskan bagaimana konsep manusia itu sendiri,
diantarannya :
1. Manusia Sebagai Khalifah.

ً‫ض َخلِيفَة‬
َ َ‫َوإِ ْذ ق‬
ِ ْ‫ال َرُ َكّ لِ ْل َم َلئِ َك ِة إِنِي َجا ِع ٌل فِي ْالَر‬

"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi". (al-Baqarah: 30).

2.Manusia Sebagai Makhluk Terbaik.


‫ان فِي أَحْ َس ِن تَ ْق ِو ٍيم‬
َ ‫ال ْن َس‬
ِ ْ ‫لَقَ ْد َخلَ ْقنَا‬

"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (at-Tin:
4)
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Allah menciptakan manusia dalam bentuk makhluk
yang paling sempurna dari segi bentuk dan rupanya. setiap manusia yang dilahirkan di bumi
adalah makhluk terbaik di antara ratusan juta pesaing lainnya yang akan lahir ke muka bumi.
Ayat berikut yang memerintahkan manusia untuk memperhatikan proses penciptaan dengan
menunjukkan tentang proses penciptaan manusia:

ُ ‫ال ْن َس‬
‫ب‬
َ ِ‫( ُخل‬5)‫ق‬
َ ِ‫ان ِم َم ُخل‬
ِ ِ‫ب َوالتَ َرائ‬
ِ ‫(يَ ْخ ُر ُج ِم ْن َُ ْي ِن الصك ْل‬6)‫ق‬
ٍ ِ‫ق ِم ْن َما ٍء َداف‬

ِ ْ ‫فَ ْليَ ْنظُ ِر‬

Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari air
yang terpancar, yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada.(at-Thariq: 5-7)
3. Manusia Sebagai Makhluk Perubah

َ ‫إِ َن‬
‫اَ َل يُ َغيِ ُر َما ُِقَ ْو ٍم َحتَى يُ َغيِرُوا َما ُِأ َ ْنفُ ِس ِه ْم‬

"Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (ar-Ra'du:11)
2.3.2 Konsep Manusia dalam Sejarah

2.4 Eksistensi dan Martabat Manusia
Eksistensi dan Martabat Manusia di dunia adalah sebuah wujud
keberadaan yang nyata. Keberadaan manusia sudah dimulai sejak zaman nabi
Adam a.s diturunkan ke dunia bersama Siti Hawa, yang membawa tonggak
keberadaan manusia hingga sekarang.
Manusia memiliki martabat yang tinggi dibandingkan makhluk-makhluk
ciptaan Allah yang lain. seperti dijelaskan Allah dalam firman-Nya dalam surah
At-Tin : 4, yang berbunyi :

‫ان فِي أَحْ َس ِن تَ ْق ِو ٍيم‬
َ ‫ال ْن َس‬
ِ ْ ‫لَقَ ْد َخلَ ْقنَا‬

"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (at-Tin:
4)

2.5 Tanggungjawab Manusia Sebagai Hamba dan Khalifah Allah
2.5.1 Tanggungjawab Manusia Sebagai Hamba
Makna yang esensial dari kata ‘abd (hamba) adalah ketaatan, ketundukan, dan
kepatuhan. Ketaatan, ketundukan dan kepatuhan hanya layak diberikan kepada Allah, yang
dicerminkan dalam ketaatan, kepatuhan, dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan.
Sebagai hamba, tugas utama manusia adalah mengabdi (beribadah) kepada Sang Khaliq;
menaati perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Hubungan manusia dengan Allah SWT bagaikan hubungan seorang hamba (budak) dengan
tuannya. Si hamba harus senantiasa patuh, tunduk, dan taat atas segala perintah tuannya.
Demikianlah, karena posisinya sebagai ‘abid, kewajiban manusia di bumi ini adalah
beribadah kepada Allah dengan ikhlas sepenuh hati .
َ ‫صي‬
‫اَ لِيَ ْعبُدُوا إِل أُ ِمرُوا َو َما‬
َ ِ‫ْالقَيِ َم ِة ِدينُ َو َذل‬
ِ ِ‫ّ ال َز َكااَ تُوا َوي ُْؤ الصَلاَ َويُقِي ُموا ُحنَفَا َء ال ِدينَ لَهُ ُم ْخل‬
Artinya “Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya, dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya
mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang
lurus.” – (QS.98:5)
Tanggung jawab abdullah terhadap dirinya adalah memelihara iman yang dimiliki
dan bersifat fluktuatif (naik-turun), yang dalam istilah hadist Nabi SAW dikatakan yazidu
wayanqushu (terkadang bertambah atau menguat dan terkadang berkurang atau melemah).
Seorang hamba Allah juga mempunyai tanggung jawab terhadap keluarga . tanggung jawab
terhadap keluarga merupakan lanjutan dari tanggung jawab terhadap diri sendiri, karena
memelihara diri sendiri berkaitan dengan perintah memelihara iman keluarga. Oleh karena itu
dalam al-qur’an dinyatakan dengan quu anfusakum waahlikum naaran (jagalah dirimu dan
keluargamu dengan iman, dari neraka).

2.5.2 Tanggung Jawab Manusia Sebagai Khalifah Allah
Sebagai

makhluk

Allah,

manusia

mendapat

amanat

yang

harusdipertanggung jawabkan dihadapan-Nya. Tugas hidup yang dipikul manusia

dimuka bumi adalah tugas kekhalifahan, yaitu tugas kepemimpinan; wakil Allahdi
muka bumi untuk mengelola dan memelihara alam.
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan.Manusia
menjadi khalifah, berarti manusia memperoleh mandat Tuhan untuk mewujudkan
kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan kepadamanusia bersifat
kreatif, yang memungkinkan dirinya mengolah danmendayagunakan apa yang ada
di muka bumi untuk kepentingan hidupnya sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh Allah.
Kekuasaan manusia sebagai khalifah Allah dibatasi oleh ketentuanketentuan yang telah digariskan oleh yang diwakilinya, yaitu hokum-hukumTuhan
baik

yang

tertulis

dalam

kitab

suci

(al-qaul),

maupun

yang

tersirat

dalamkandungan pada setiap gejala alam semesta (al-kaun).
Seorang wakil yangmelanggar batas ketentuan yang diwakili adalah wakil yang
mengingkarikedudukan

dan

yangdiwakilinya.Oleh karena

peranannya
itu

dia

serta

diminta

mengkhianati

kepercayaan

pertanggungjawaban

terhadap

penggunaankewenangannya dihadapan yang diwakilinya, sebagaimana firman
Allah dalamsurat fathir : 39.
ٓ
ٰ
‫ض فِى خَ ٰلَئِفَ َج َعلَ ُك ْم ٱلَ ِذى ه َُو‬
ِ ْ‫َم ْق ۭتًا إِ َل َرُِ ِه ْم ِعن َد هُ ْم ُك ْف ُر ينَ ْٱل َكفِ ِر يَ ِزي ُد َو َل ُك ْف ُرهُ فَ َعلَ ْي ِه َكفَ َر فَ َمن ْٱلَر‬
‫خَ َسا ۭ ًرا إِ َل ُك ْف ُرهُ ْم ْٱل ٰ َكفِ ِرينَ يَ ِزي ُد َو َل‬
Artinya : “Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi.
Barangsiapa yang kafir, maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. Dan
kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah
kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain
hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka”.
Ketika memerankan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, ada
dua peranan penting yang diamanahkan dan dilaksanakan manusia sampai hari
kiamat.
Pertama, memakmurkan bumi (al ‘imarah).

Yakni dengan mengexploitasi alam dengan sebaik-baiknya dengan adil dan merata
dengan tetap menjaga kekayaan agar tidak punah, supaya generasi berikutnya
dapat melanjutkan exploitasi itu.
Kedua, memelihara bumi dari upaya-upaya perusakan yang datang dari
pihak manapun (ar ri’ayah).Melihara bumi dalam arti luas termasuk juga
memelihara akidah dan akhlak manusianya sebagai SDM (sumber daya manusia).
Memelihara dari kebiasaan jahiliyah, yaitu merusak dan menghancurkan alam
demi kepentingan sesaat. Karena sumber daya manusia yang rusak akan sangat
potensial merusak alam. Oleh karena itu, hal semacam itu perlu dihindari.
Dua peran yang dipegang manusia dimuka bumi, sebagai khalifah
dan‘abdun merupakan keterpaduan tugas dan tanggung jawab yang melahirkan
dinamika hidup yang sarat dengan kreatifitas dan amaliyah yang selalu
berpihak pada nilai-nilai kebenaran. Dua sisi tugas dan tanggungjawab ini tertata
dalam diri setiap muslim sedemikian rupa. Apabila terjadi ketidakseimbangan,
maka akan lahir sifat-sifat tertentu yang menyebabkan derajat manusia meluncur
jatuh ketingkat yang paling rendah, seperti firman Allah

‫تَ ْق ِوي ٍمأَحْ َسنِفِي ال ْن َسانَ َخلَ ْقنَا لَقَ ْد‬
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia, dalam bentuk yang sebaikbaiknya.” – (QS.95:4).

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

a. Menurut bahasa hakikat berarti kebenaran atau sesuatu yang sebenar-benarnya
atau asal segala sesuatu.

b. Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah
swt. Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi
fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah di muka dumi ini.
c. Manusia diciptakan Allah SWT. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi
nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling
sempurna yang memiliki berbagai kemampuan. Oleh karena itu , manusia
wajib bersyukur atas karuna yang telah bdierikan Allah SWT.
d. Manusia diciptakan oleh Allah dengan segala kesempurnaannya.

e. Manusia memiliki tugas yang harus dipertanggung jawabkan kepada Allah.
f. Manusia diciptakan oleh Allah sebagai Khalifah dibumi.
3.2 Saran
Saran yang diajukan penulis dalam makalah ini adalah :
1. Mahasiswa sebaiknya lebih memperdalam ilmunya tentang hakikat
manusia dalam islam.
2. Mahasiwa

sebaiknya memperdalam lagi pengetahuan konsep

manusia.
3. Mahasiswa sebaiknya memperdalam lagi pengetahuan tentang
eksistensi manusa dan martabat manusia guna memperdalam ilmu
agama.
4. Mahasiwa

sebaiknya

memperdalam

lagi

pengetahuan

taggungjawab manusia sebagai hamba dan khalifah Allah.
5. Mahasiswa hendaknya lebih aktif lagi dalam kerja kelompok.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.tugasku4u.com/2013/05/makalah-hakikat-manusia-menurut-islam.html
https://anotebookmidwifemcb.wordpress.com/konsep-manusia/

tentang

http://www.kompasiana.com/honey95t/konsep-manusia-dalam-alquran_54f99cfda33311c8568b46cb
https://jurnob2012.wordpress.com/2013/05/17/tanggung-jawab-manusia-sebagai-hamba-dankhalifah-allah/