HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KELANC

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KELANCARAN PROSES PERSALINAN IBU PRIMIGRAVIDA DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BANDA ACEH TAHUN 2013

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Diploma III Kebidanan STIKes U’Budiyah

Banda Aceh

Oleh :

Oleh :

CUT RAHMY NIM : 10010013

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) U’BUDIYAH DIPLOMA III KEBIDANAN BANDA ACEH TAHUN 2013

ABSTRAK HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KELANCARAN PROSES PERSALINAN IBU PRIMIGRAVIDA DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BANDA ACEH TAHUN 2013

1 Cut Rahmy 2 ,Ismail

xi + 47 halaman: 9 tabel, 11 lampiran

Latar belakang : Kecemasan (ansietas) adalah sebuah emosi dan pengalaman subjektif dari seseorang. Dari hasil wawancara yang dilakukan pada 10 orang ibu primigravida yang melahirkan di rumah sakit ibu dan anak, didapatkan 6 orang mengatakan cemas ketika menjalani proses persalinan. Tujuan penelitian : Untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan kelancaran proses persalinan ibu primigravida. Metode penelitian : Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional. Populasinya adalah seluruh ibu yang melahirkan anak pertama di Rumah Sakit Ibu dan Anak pada saat dilakukan penelitian. Sampel dalam penelitian ini menggunakan tekhnik accidental sampling . Penelitian telah dilakukan pada tanggal 27 juni s/d 03 juli 2013. Hasil penelitian : Dari 36 responden yang diteliti diketahui bahwa dari 23 responden yang mengalami tingkat kecemasan berat dan sedang ternyata 7.7% proses persalinan berjalan lancar sementara dari 13 responden yang mengalami kecemasan ringan dan tidak merasakan cemas ternyata 92.3% proses persalinan berjalan lancar. Kesimpulan dan Saran : Adanya hubungan antara tingkat kecemasan dengan kelancaran persalinan pada ibu primigravida dengan nilai p = 0.00. Dalam penelitian ini peneliti menyarankan kepada petugas kesehatan untuk lebih meningkatkan pelayanan terhadap ibu hamil sehingga dia siap menghadapi persalinannya.

Kata kunci : Tingkat Kecemasan, Kelancaran Persalinan, Primigravida Sumber

: 17 buku (1998-2012) + 1 internet

1 Mahasiswi Diploma III Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh

2 Dosen Pembimbing Diploma III Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kehadhirat Allah SWT karena hanya dengan berkat rahmat dan karuniaNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya tulis Ilmiah ini dengan judul “Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kelancaran

Proses Persalinan Ibu Primigravida Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Banda Aceh

Tahun 2013 ” telah dapat peneliti selesaikan, tidak lupa pula shalawat serta salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah merubah dan memperbaiki akhlak ummat manusia dipermukaan bumi ini. Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada bapak Ismail, SKM. M. Pd selaku pembimbing yang telah memberikan masukan dan arahan dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini. Dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak dedi zefrizal, ST selaku ketua yayasan U’Budiyah banda aceh.

2. Ibu marniati, M.Kes, selaku ketua STIKes U’Budiyah banda aceh.

3. Ibu cut efriana, SST selaku ketua jurusan kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh.

4. Bapak ismail, SKM. M.Pd selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan pemikiran dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

5. Dr. Muhammad M.Ph selaku penguji I yang saya hormati.

6. Ibu Munizar SST selaku penguji II yang saya hormati.

7. Dosen dan seluruh staf pendidikan diploma III kebidanan STIKes U’Budiyah banda aceh yang telah memberikan ilmu dan bimbingan selama peneliti mengikuti pendidikan.

8. Keluarga tercinta yang selalu mendoakan dan memberikan dorongan moral dan materi seiring doa restu beliau sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Kepada rekan seperjuangan yang telah banyak memberi bantuan dan dorongan kepada peneliti selama penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. Secara khusus, peneliti menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada ayahanda dan ibunda tercinta beserta keluarga yang telah memberikan motivasi kepada peneliti selama ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan yang disebabkan oleh peneliti sendiri. Oleh karena itu kritikan dan saran dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk perbaikan karya tulis ilmiah ini. Akhirnya dengan satu harapan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi peneliti sendiri dan bagi semua kalangan yang membacanya, Amin.....

Banda Aceh, 21 Agustus 2013

Peneliti

C. Tempat dan waktu penelitian ...................................... 34

D. Pengumpulan data ....................................................... 34

E. Pengolahan data dan analisa data ................................ 35

38

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..............

A. Hasil Penelitian ........................................................... 38

B. Pembahasan ................................................................. 42

47

BAB VI PENUTUP ......................................................................

A. Kesimpulan ................................................................. 47

B. Saran ............................................................................ 47

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Lamanya Persalinan .................................................................. 22

Tabel 3.1 Definisi Operasional ................................................................. 30

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan .................................. 39

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Penghasilan ................................ 39

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Usia ............................................ 40

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan ................................. 40

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Kelancaran Proses Persalinan .... 41

Tabel 5.6 Tingkat Kecemasan dengan Kelancaran Proses Persalinan ...... 41

Tabel 5.7 Tingkat Kecemasan dengan Kelancaran Proses Persalinan ...... 42

DAFTAR GAMBAR

Halaman

29

Gambar 3.1 Kerangka Konsep ................................................................

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembaran Permohonan Menjadi Responden Lampiran 2 : Lembaran Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 3 : Kuesioner Penelitian Lampiran 4 : Surat Pengambilan Data Awal Lampiran 5 : Surat Balasan Pengambilan Data Awal Lampiran 6 : Surat Izin Penelitian Lampiran 7 : Surat Selesai Penelitian Lembaran 8 : Master Tabel Penelitian Lembaran 9 : Lembaran Konsul Lampiran 10 : Daftar Hadir Sidang Lampiran 11 : Biodata Penulis

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelahiran bayi merupakan awal dimulainya satu dunia baru bagi ibu. Namun demikian kesinambungan elemen-elemen psikis dari macam-macam fase keibuan (terbentuknya janin, kehamilan, dan kelahiran bayi) masih terus berlangsung. Elemen-elemen ini terus tampil dalam variasi dan gradasi yang bermacam-macam, ada yang berlangsung normal ada pula yang semakin lemah dan selanjutnya lenyap sama sekali, tapi ada pula unsur psikis yang terus berkembang secara menetap lalu menjelma menjadi gejala patologis (Dahro, 2012).

Di Indonesia AKI masih sangat tinggi, yaitu 343/100.000 kelahiran hidup di tahun 1999, dan di tahun 2007 menjadi 228/100.000 kelahiran hidup, data tersebut sesuai dengan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (Dinkes, 2011).

Provinsi Aceh mengemukakan jumlah kematian ibu yang dilaporkan adalah 163 orang dari perhitungan AKI tahun 2011 sebesar 158/100.000 LH. Sementara AKI di Aceh, bila dibandingkan pada tahun 2010 terjadi penurunan dari 193/100000 LH menjadi 158/100.000 LH di tahun 2011 (Profil Kesehatan Aceh, 2011).

Fenomena psikologis yang menyertai persalinan itu bermacam-macam. Setiap wanita memiliki disposisi kepribadian yang definitif dan mewarnai proses

kelahiran bayinya. Secara garis besar, mewarnai itu mengandung pengertian menonjolkan kepasifan dan keaktifan pada saat kelahiran bayinya. Perbedaan dari dua disposisi yang pasif dan aktif itu mencolok pada periode kesakitan preliminer atau mula-mula. Wanita yang bersikap pasif secara total sejak semula sudah mempunyai anggapan bahwa mereka tidak perlu takut dan cemas, sebab mereka tidak akan banyak menderita sesuai dengan nasihat atau sugesti pada bidan dan dokter. Namun setelah merasakan sendiri kesakitan yang bertubi-tubi dan semakin hebat mereka menjadi sangat marah dan tidak sabar. Sebaliknya, tipe yang aktif menjadi semakin gelisah dan meningkatkan berbagai aktifitas sehari-hari (Dahro, 2012).

Kecemasan merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap jalannya persalinan dan berakibat pembukaan kurang lancar. Dampak dari kecemasan dapat menimbulkan rasa sakit pada persalinan dan berakibat timbulnya kontraksi uterus dan dilatasi serviks yang tidak baik ( Mochtar, 2002).

Menurut Aryasatiani (2005) dalam penelitiannya menemukan lebih dari 12% ibu ‐ibu yang pernah melahirkan mengatakan bahwa mereka mengalami cemas pada saat melahirkan dimana pengalaman tersebut merupakan saat ‐saat tidak menyenangkan dalam hidupnya.

Dari hasil wawancara yang dilakukan pada 10 orang ibu primigravida yang melahirkan di rumah sakit ibu dan anak, didapatkan 6 orang mengatakan cemas ketika menjalani proses persalinan sementara 4 orang lainnya tidak merasakan apa-apa.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti melakukan penelitian tentang Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kelancaran Proses Persalinan Ibu Primigravida Di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh Tahun 2013.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan pada latar belakang diatas, maka peneliti membuat perumusan masalah yaitu adakah Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kelancaran Proses Persalinan Ibu Primigravida Di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh Tahun 2013.

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kelancaran Proses Persalinan Ibu Primigravida Di Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda Aceh Tahun 2013.

D. Manfaat Penelitian

1. Untuk peneliti Dapat menambah ilmu serta wawasan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah dan dapat diaplikasikan di lapangan.

2. Untuk tempat penelitian Dapat menjadi bahan masukan sebagai informasi yang berguna terkait mengenai Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kelancaran Proses Persalinan Ibu Primigravida.

3. Untuk institusi pendidikan Bagi akademi Kebidanan Sti kes U’Budiyah dapat menjadi kajian maupun referensi di perpustakaan serta meningkatkan kemampuan peserta pendidik mengenai Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kelancaran Proses Persalinan Ibu Primigravida.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kecemasan (Ansietas)

1. Pengertian

Cemas ( ansietas ) adalah sebuah emosi dan pengalaman subjektif dari seseorang. Pengertian lain cemas adalah suatu keadaan yang membuat seseorang tidak nyaman dan terbagi dalam beberapa tingkatan. Jadi, cemas berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya (Kusuma & Hartono, 2011).

Kecemasan adalah situasi yang dirasa tidak menyenangkan dan ditakuti oleh fisik yang memperingatkan seseorang akan bahaya yang mengancam (Feist, 2010).

2. Gangguan Kecemasan

Gangguan kecemasan ( anxiety disorders ) adalah gangguan psikologis yang mencakup ketegangan motorik (bergetar, tidak dapat duduk dengan tenang, tidak dapat bersantai, pusing, jantung yang berdetak cepat, dan juga berkeringat) dan harapan-harapan, pikiran-pikiran yang mendalam.

Gangguan kecemasan berbeda dengan kecemasan sehari-hari yang mungkin kita alami, kecemasan ini tidak dapat kita kendalikan. Diperkirakan

40 juta orang dewasa Amerika diatas 18 tahun atau sekitar 18,1% orang dari kelompok ini, didiagnosis memiliki gangguan kecemasan dalam setiap tahunnya (King, 2010)

3. Jenis kecemasan

Adapun jenis-jenis kecemasan menurut Feist, 2010 adalah :

a. Kecemasan Neurosis ( neurotic axiety ) adalah rasa cemas akibat bahaya yang tidak diketahui. Perasaan itu sendiri berada pada ego, tetapi muncul dari dorongan-dorongan ide. Seseorang bisa merasakan kecemasan neurosis akibat keberadaan guru, atasan atau figur otoritas lain karena sebelumnya mereka merasakan adanya keinginan tidak sadar atau menghancurkan salah satu atau kedua orang tua.

b. Kecemasan Moral ( moral axiety ) adalah berakar dari konflik antara ego dan superego. Ketika anak membangun superego, biasanya di usia lima atau enam tahun mereka mengalami kecemasan yang tumbuh dari konflik antara kebutuhan realistik dan perintah superego. Misalnya, kecemasan moral bisa muncul dari godaan seksual jika anak meyakini bahwa menerima godaan tersebut adalah salah secara moral. Kecemasan ini juga bisa muncul karena kegagalan bersikap konsisten dengan apa yang mereka yakini benar secara moral. Misalnya, tidak mampu mengurusi orang tua yang memasuki usia lanjut.

c. Kecemasan Realistik ( realistic axiety ) terkait erat dengan rasa takut. Kecemasan ini didefinisikan sebagai perasaan yang tidak menyenangkan dan tidak spesifik yang mencakup kemungkinan bahaya itu sendiri. Misalnya kita bisa mengalami kecemasan realistik pada saat berkendara dengan cepat dalam lalu lintas yang padat dan di kota asing, yaitu situasi yang mencakup bahaya yang objektif dan nyata. Akan c. Kecemasan Realistik ( realistic axiety ) terkait erat dengan rasa takut. Kecemasan ini didefinisikan sebagai perasaan yang tidak menyenangkan dan tidak spesifik yang mencakup kemungkinan bahaya itu sendiri. Misalnya kita bisa mengalami kecemasan realistik pada saat berkendara dengan cepat dalam lalu lintas yang padat dan di kota asing, yaitu situasi yang mencakup bahaya yang objektif dan nyata. Akan

4. Tingkatan kecemasan

Menurut Kusuma & Hartono ( 2011), tingkatan kecemasan terbagi atas:

a. Kecemasan ringan. Individu waspada, lapang persepsi luas, menajamkan indera, dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan masalah secara efektif.

b. Kecemasan sedang Individu hanya fokus pada pikiran yang menjadi perhatiannya, terjadi penyempitan lapang persepsi dan masih dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang lain.

c. Kecemasan berat Lapangan persepsi individu sangat sempit, perhatian hanya pada detail yang kecil ( spesifik ) dan tidak dapat berpikir tentang hal-hal yang lain, serta seluruh perilaku dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dan perlu banyak perintah/arahan untuk focus pada area lain.

d. Panik. Individu kehilangan kendali diri dan detail, detil perhatian hilang, tidak bisa melakukan apapun meskipun dengan perintah, terjadi peningkatan aktivitas motorik, berkurangnya kemampuan berhubungan dengan d. Panik. Individu kehilangan kendali diri dan detail, detil perhatian hilang, tidak bisa melakukan apapun meskipun dengan perintah, terjadi peningkatan aktivitas motorik, berkurangnya kemampuan berhubungan dengan

Rating Scale for Anxiety (HRS-A) yang sudah dikembangkan oleh kelompok Psikiatri Biologi Jakarta (KPBJ) dalam bentuk Anxiety Analog Scale (AAS). Validitas AAS sudah diukur oleh Yul Iskandar pada tahun 1984 dalam penelitiannya yang mendapat korelasi yang cukup dengan HRS A (r = 0,57 –0,84).

Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala HARS merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan pada munculnya symptom pada individu yang mengalami kecemasan. Menurut skala HARS terdapat 14 simptoms yang nampak pada individu yang mengalami kecemasan. Setiap item yang diobservasi diberi

5 tingkatan skor antara 0 ( Nol Persent ) sampai dengan 4 ( severe ).

Skala HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959, yang diperkenalkan oleh Max Hamilton dan sekarang telah menjadi standar dalam pengukuran kecemasan terutama pada penelitian trial clinic . Skala

HARS telah dibuktikan memiliki validitas dan reliabilitas cukup tinggi untuk melakukan pengukuran kecemasan pada penelitian trial clinic yaitu 0,93 dan 0,97. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengukuran kecemasan dengan menggunakan skala HARS akan diperoleh hasil yang valid dan reliable.

Skala HARS ( Hamilton Anxiety Rating Scale ) yang dikutip Nursalam (2003) penilaian kecemasan terdiri dan 14 item, meliputi:

a. Perasaan Cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung.

b. Ketegangan merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu.

c. Ketakutan: takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal sendiri dan takut pada binatang besar.

d. Gangguan tidur: sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak pulas dan mimpi buruk.

e. Gangguan kecerdasan: penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit konsentrasi.

f. Perasaan depresi: hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.

g. Gejala somatik : nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak stabil dan kedutan otot.

h. Gejala sensorik : perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah dan pucat serta merasa lemah.

i. Gejala kardiovaskuler : takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras dan detak jantung hilang sekejap. j. Gejala pernapasan: rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering

menarik napas panjang dan merasa napas pendek. k. Gejala gastrointestinal : sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di perut.

l. Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan kencing, aminorea, ereksi lemah atau impotensi. m. Gejala vegetatif: mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma berdiri, pusing atau sakit kepala. n. Perilaku sewaktu wawancara: gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek dan cepat.

Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori :

0 = tidak ada gejala sama sekali

1 = Satu dari gejala yang ada

2 = Sedang/ separuh dari gejala yang ada

3 = berat/lebih dari ½ gejala yang ada

4 = sangat berat semua gejala ada Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 1- 14 dengan hasil : 4 = sangat berat semua gejala ada Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 1- 14 dengan hasil :

b. Skor 7 – 14 = kecemasan ringan.

c. Skur 15 – 27 = kecemasan sedang.

d. Skor lebih dari 27 = kecemasan berat

5. Etiologi

Menurut Kusuma & Hartono (2011), etiologi gangguan kecemasan terdiri dari :

a. Faktor predisposisi (pendukung). Ketegangan dalam kehidupan dapat berupa hal-hal sebagai berikut :

1. Peristiwa traumatic

2. Konflik emosional

3. Gangguan konsep diri

4. Frustasi

5. Gangguan fisik

6. Pola mekanisme koping keluarga

7. Riwayat gangguan kecemasan

8. Medikasi

b. Faktor presipitasi

1. Ancaman terhadap integritas fisik, meliputi sumber internal dan sumber eksternal

2. Ancaman terhadap harga diri yang meliputi sumber internal dan sumber eksternal.

B. Konsep Kecemasan Dalam Menghadapi Persalinan Persalinan merupakan proses alamiah yang dialami seorang wanita. Asalkan kondisi fisik memadai tidak akan banyak mengalami kesulitan, namun tidak setiap wanita akan selalu siap menghadapi parsalinan karena persalinan disertai rasa nyeri dan pengeluaran darah. Ketidaksiapan akan menimbulkan rasa takut dan cemas pada ibu terutama pada wanita yang baru pertama kali melahirkan karena pada umumnya belum memiliki gambaran mengenai kejadian yang akan dialami pada akhir kehamilan terlebih pada persalinan. Kecemasan akan memobilisasi daya pertahanan individu. Cara individu mempertahankan diri terhadap kecemasan dapat dilihat dari gejala-gejala yang menentukan jenis gangguan (Maramis, 2005).

Kecemasan merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari susunan saraf autonomik (SSA). Kecemasan merupakan gejala yang umum tetapi non spesifik yang sering merupakan suatu fungsi emosi (Kaplan & Sadock, 1998).

Disisi lain masyarakat juga masih menganggap paradigma persalinan merupakan pertaruhan hidup dan mati, sehingga wanita yang akan melahirkan mengalami ketakutan-ketakutan, khususnya takut mati baik bagi dirinya sendiri ataupun bayi yang akan dilahirkannya (Kartini, 2002).

Kecemasan merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap jalannya persalinan dan berakibat pembukaan kurang lancar. Dampak dari kecemasan dapat menimbulkan rasa sakit pada persalinan dan berakibat Kecemasan merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap jalannya persalinan dan berakibat pembukaan kurang lancar. Dampak dari kecemasan dapat menimbulkan rasa sakit pada persalinan dan berakibat

Kecemasan menyebabkan vasokontriksi di uterus sehingga vaskularisasi uterus berkurang dan hal ini menyebabkan kontraksi uterus berkurang dengan akibat lama persalinan pun bertambah ( Mochtar, 2002 ).

Berdasarkan penelitian yang berkaitan dengan kejadian persalinan lama, 65% disebabkan karena kontraksi uterus yang tidak efisien. Menurut Old et al (2000), adanya disfungsional kontraksi uterus sebagai respon terhadap kecemasan sehingga menghambat aktifitas uterus. Respon tersebut adalah bagian dari komponen psikologis, sehingga dapat dinyatakan bahwa faktor psikologis mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan proses persalinan. Takut biasanya dialami pada hal – hal yang belum diketahui ibu sehingga ibu tidak siap untuk melahirkan atau persalinan tidak sesuai dengan jadwal, ibu akan mengalami kelelahan, tegang selama kontraksi dan nyeri yang luar biasa sehingga ibu menjadi cemas.

Proses melahirkan bayi itu tidak selalu bersifat somatis, akan tetapi bersifat psikosomatis, sebab banyak elemen psikis ikut mempengaruhi kelancaran atau kelambatan proses melahirkan bayi tersebut. Hal tersebut mudah dimengerti karena peristiwa melahirkan bayi secara simultan juga menimbulkan banyak ketegangan, ketakutan, kecemasan, dan emosi-emosi penting lainnya. Oleh karena itu, pada puncak krisis dan keresahan hati yang sudah ada itu menjadi akut. Segala bentuk kecemasan yang semula terpendam Proses melahirkan bayi itu tidak selalu bersifat somatis, akan tetapi bersifat psikosomatis, sebab banyak elemen psikis ikut mempengaruhi kelancaran atau kelambatan proses melahirkan bayi tersebut. Hal tersebut mudah dimengerti karena peristiwa melahirkan bayi secara simultan juga menimbulkan banyak ketegangan, ketakutan, kecemasan, dan emosi-emosi penting lainnya. Oleh karena itu, pada puncak krisis dan keresahan hati yang sudah ada itu menjadi akut. Segala bentuk kecemasan yang semula terpendam

Pada proses melahirkan bayi pengaruh-pengaruh psikis bisa menghambat dan memperlambat proses kelahiran atau bisa juga mempercepat kelahiran bayi, maka fungsi biologis dari reproduksi itu sangat dipengaruhi oleh kehidupan psikis dan kehidupan emosional wanita yang bersangkutan (Dahro, 2012).

C. Konsep Dasar Persalinan

1. Pengertian

Persalinan merupakan proses pergerakan keluarnya janin, plasenta, dan membrane dari dalam rahim melalui jalan lahir. Proses ini berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat kontraksi uterus dengan frekuensi, durasi, dan kekuatan yang teratur ( Rohani et al , 2011).

persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (Suliswaty & Esti, 2010).

2. Macam-macam bentuk persalinan

Bentuk persalinan berdasarkan definisi dibagi atas :

a. Persalinan spontan : bila seluruh persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.

b. Persalinan buatan : bila persalinan berlangsung dengan tenaga dari luar.

c. Persalinan anjuran : bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan di timbulkan dari luar dengan jalan pemberian rangsang. (rohani et al , 2011).

3. Sebab-sebab mulainya persalinan

Hal yang menjadi penyebab mulainya persalinan belum diketahui benar, yang ada hanyalah merupakan teori-teori yang kompleks. Perlu diketahui bahwa ada dua hormon yang dominan saat hamil.

a. Estrogen

a) Meningkatkan sensitivitas otot rahim

b) Memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, serta rangsangan mekanis.

b. Progesteron

a) Menurunkan sensitivitas otot rahim

b) Menyulitkan penerimaan dari luar seperti rangsangan oksitosin,

rangsangan prostaglandin, serta rangsangan mekanis

c) Menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi. Estrogen dan progesteron harus berada dalam kondisi keseimbangan

sehingga kehamilan dapat dipertahankan. Perubahan keseimbangan kedua hormon tersebut menyebabkan oksitosin yang dikeluarkan oleh hipofisis pars posterior dapat menimbulkan kontraksi Braxton Hicks . Kontraksi Braxton Hiks akan menjadi kekuatan dominan saat mulainya persalinan, oleh karena itu semakin tua kehamilan, frekuensi kontraksi semakin sering (Rohani et al , 2011).

Oksitosin diduga bekerja bersama atau bekerja melalui prostaglandin, yang nilainya akan meningkat mulai dari umur kehamilan minggu ke-15 (Rohani et al , 2011).

Dengan demikian dapat dikemukakan beberapa teori yang memungkinkan terjadinya proses persalinan :

a. Teori keregangan Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah melewati batas waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat mulai. Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-tot uterus. Hal ini mungkin merupakan faktor yang dapat mengganggu sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta mengalami degenerasi. Pada kehamilan ganda sering kali terjadi kontraksi setelah keregangan tertentu, sehingga menimbulkan proses persalinan.

b. Teori penurunan progesteron Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu. Villi koriales mengalami perubahan-perubahan dan produksi progesteron mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin. Akibatnya oto rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu.

c. Teori oksitosin internal Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior . Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah c. Teori oksitosin internal Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior . Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah

d. Teori prostaglandin Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu, yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin pada saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga terjadi persalinan. Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan.

e. Teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprarenalis Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anensefalus sering terjadi keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus. Teori ini dikemukakan oleh Linggin (1973). Malpar tahun 1933 mengangkat otak kelinci percobaan, hasilnya kehamilan kelinci lebih lama. Pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan maturitas janin, induksi persalinan. Glandula suprarenal merupakan pemicu persalinan.

f. Teori berkurangnya nutrisi Berkurangnya nutrisi pada janin dikemukakan oleh Hippokrates untuk pertama kalinya. Bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan.

g. Faktor lain Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus frankenhauser yang terletak dibelakang serviks. Bila ganglion ini tertekan, maka kontraksi

4. Tahapan persalinan

a. Kala I ( kala pembukaan ) Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks, hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala I dibagi menjadi dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif.

1. Fase laten, dimana pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan secara bertahap sampai pembukaan 3 cm, berlangsung dalam 7-8 jam.

2. Fase aktif (pembukaan serviks 4-10 cm), berlangsung selama 6 jam dan dibagi dalam 3 subfase.

a) Periode akselerasi : berlangsung selama 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.

b) Periode dilatasi maksimal : berlangsung selama 2 jam, pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.

c) Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam 2 jam pembukaan jadi 10 cm atau lengkap. Pada fase aktif persalinan, frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat dan terjadi penurunan bagian terbawah janin. Berdasarkan kurve friedman, diperhitungkan pembukaan pada primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam.

Mekanisme membukanya serviks berbeda antara primigravida dan multigravida. Pada primigravida, ostium uteri internum akan membuka lebih Mekanisme membukanya serviks berbeda antara primigravida dan multigravida. Pada primigravida, ostium uteri internum akan membuka lebih

a) Perubahan fisiologis pada kala I

1. Tekanan darah Tekanan darah meningkat selama terjadinya kontraksi (sistol rata-rata naik) 10-20 mmHg, diastole naik 5-10 mmHg. Antara kontraksi, tekanan darah kembali seperti saat sebelum persalinan. Rasa sakit, takut, dan cemas juga akan meningkatkan tekanan darah.

2. Metabolisme Metabolisme karbohidrat aerob dan anaerob akan meningkat secara berangsur-angsur disebabkan karena kecemasan dan aktivitas otot skeletal, peningkatan ini ditandai dengan adanya peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, curah jantung, pernapasan dan kehilangan cairan.

3. Suhu tubuh Oleh karena adanya peningkatan metabolisme, maka suhu tubuh sedikit meningkat selama persalinan. Selama dan setelah persalinan akan

terjadi peningkatan, jaga agar peningkatan suhu tidak lebih dari 0,5-1 º c.

4. Detak jantung Berhubungan dengan peningkatan metabolism, detak jantung akan meningkat secara dramatis selama kontraksi.

5. Pernafasan Oleh karena terjadinya peningkatan metabolism, maka terjadi sedikit peningkatan laju pernafasan yang dianggap normal, hiperventilasi yang lama dianggap tidak normal dan bisa menyebabkan alkalosis.

6. Ginjal Poliuri sering terjadi selama proses persalinan, mungkin dikarenakan adanya peningkatan cardiac output, peningkatan filtrasi glomerulus, dan peningkatan aliran plasma ginjal. Proteinuria yang sedikit dianggap normal dalam persalinan.

7. Gastrointestinal Motilitas lambung dan absorpsi makanan padat secara subtansi berkurang sangat banyak selama persalinan. Selain itu, berkurangnya pengeluaran getah lambung menyebabkan aktivitas pencegahan hampir berhenti dan pengosongan lambung menjadi sangat lambat, cairan tidak berpengaruh dan meninggalkan perut dalam waktu biasa.

8. Hematologi Hemoglobin meningkat sampai 1,2 gr/100 ml selama persalinan dan akan kembali sebelum persalinan sehari pascapersalinan, kecuali terdapat perdarahan postpartum ( rohani et al, 2011).

b) Perubahan psikologis pada kala I Beberapa keadaan dapat terjadi pada ibu dalam persalinan, terutama bagi ibu yang pertama kali melahirkan, perubahan-perubahan yang dimaksud adalah :

1. Perasaan tidak enak

2. Takut dan ragu-ragu akan persalinan yang akan dihadapi

3. Ibu dalam menghadapi persalinan sering memikirkan antara lain apakah persalinan berjalan normal.

4. Menganggap persalinan sebagai cobaan.

5. Apakah penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana dalam menolongnya.

6. Apakah bayinya normal atau tidak

7. Apakah ia sanggup merawat bayinya

8. Ibu merasa cemas ( sumarah et al, 2009).

b. Kala II (kala pengeluaran janin) Menurut rohani et al (2011) kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II pada primipara berlangsung selama 2 jam dan pada multipara 1 jam.

a) tanda dan gejala kala II itu meliputi :

1. His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit

2. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi

3. Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan/atau vagina

4. Perineum terlihat menonjol

5. Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka

6. Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.

Diagnosis kala II ditegakkan atas dasar pemeriksaan dalam yang menunjukkan :

1. Pembukaan serviks telah lengkap

2. Terlihat bagian kepala bayi pada introitus vagina

Tabel 2.1 Lamanya Persalinan Lama Persalinan

Multipara Kala I

Primipara

7 jam Kala II ½ 1 jam jam

13 jam

Kala III ¼ jam jam

b) Penatalaksanaan fisiologis kala II Penatalaksanaan didasarkan pada prinsip bahwa kala II merupakan peristiwa normal yang diakhiri dengan kelahiran normal tanpa adanya intervensi. Saat pembukaan sudah lengkap, anjurkan ibu untuk meneran sesuai dengan dorongan alamiahnya dan beristirahat diantara dua kontraksi. Jika menginginkan, ibu dapat mengubah posisinya, biarkan ibu mengeluarkan suara selama persalinan dan proses kelahiran berlangsung.

Biasanya ibu akan dibimbing untuk meneran tanpa berhenti selama

10 detik atau lebih, tiga sampai empat kali per kontraksi (sagady, 1995). Meneran dengan cara ini dikenal sebagai meneran dengan tenggorokan terkatup atau valsava manuver . Pada banyak penelitian, meneran dengan 10 detik atau lebih, tiga sampai empat kali per kontraksi (sagady, 1995). Meneran dengan cara ini dikenal sebagai meneran dengan tenggorokan terkatup atau valsava manuver . Pada banyak penelitian, meneran dengan

c) Perubahan psikologis kala II Pada kala II, his terkoordinasi kuat, cepat, dan lebih lama; kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun dan masuk ruang panggul, sehingga terjadilah tekanan pada otot-oto dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa ingin meneran. Karena tekanan rektum, ibu merasa seperti mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waktu terjadinya his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka, dan perineum meregang. Dengan his meneran yang terpimpin, maka akan lahir kepala diikuti oleh seluruh badan janin.

c. Kala III (kala pengeluaran plasenta) Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir.

a) Perubahan fisiologis kala III Pada kala III persalinan, otot uterus menyebabkan berkurangnya ukuran rongga uterus secara tiba-tiba setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran rongga uterus ini menyebabkan implantasi plasenta karena tempat implantasi menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah. Oleh karena itu plasenta akan menekuk, menebal, kemudian a) Perubahan fisiologis kala III Pada kala III persalinan, otot uterus menyebabkan berkurangnya ukuran rongga uterus secara tiba-tiba setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran rongga uterus ini menyebabkan implantasi plasenta karena tempat implantasi menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah. Oleh karena itu plasenta akan menekuk, menebal, kemudian

b) Perubahan psikologis kala III

1. Ibu ingin melihat, menyentuh, dan memeluk bayinya.

2. Merasa gembira, lega, dan bangga akan dirinya; juga merasa sangat lelah

3. Memusatkan diri dan kerap bertanya apakah vaginanya perlu dijahit

4. Menaruh perhatian terhadap plasenta.

d. Kala IV (kala pengawasan) Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah proses tersebut. Observasi yang harus dilakukan pada kala IV meliputi :

1. Tingkat kesadaran

2. Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, dan pernapasan

3. Kontraksi uterus

4. Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal jika jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan

a. Power Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his, kontraksi otot-oto perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligamen. Kekuatan primer yang diperlukan dalam persalinan adalah his, sedangkan sebagai kekuatan sekundernya adalah tenaga meneran ibu (rohani et al.2011).

b. Passage ( jalan lahir) Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar panggul, vagina, dan introitus ( lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relative kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul

harus ditentukan sebelum persalinan dimulai (sumarah et al , 2009)

c. Passenger (janin dan plasenta) Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Karena plasenta juga harus melewati jalan lahir, maka ia dianggap juga sebagai bagian dari passenger yang menyertai janin. Namun plasenta jarang menghambat proses persalinan

pada kehamilan normal (sumarah et al , 2009)

d. Psikologi (psikis) Menurut rohani et al (2011) banyak wanita normal bisa merasakan kegairahan dan kegembiraan saat merasa kesakitan diawal menjelang kelahiran bayinya. Perasaan positif ini berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-benar terjadi realitas “kewanitaan sejati”, yaitu munculnya rasa bangga bisa melahirkan atau memproduksi anak. Khusunya, rasa lega itu berlangsung bila kehamilannya mengalami perpanjangan waktu, mereka seolah-olah mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap sebagai sesuatu “keadaan yang belum pasti”, sekarang menjadi hal

yang nyata. Faktor psikologis meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Melibatkan psikologis ibu, emosi, dan persiapan intelektual

2. Pengalaman melahirkan bayi sebelumnya

3. Kebiasaan adat

4. Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu

Tingkat kecemasan wanita selama bersalin akan meningkat jika ia tidak memahami apa yang terjadi pada dirinya atau yang disampaikan kepadanya. Wanita bersalin biasanya akan mengutarakan kekhawatirannya jika ditanya. Perilaku dan penampilan wanita serta pasangannya merupakan petunjuk berharga tentang jenis dukungan yang akan diperlukannya. Membantu wanita berpartisipasi sejauh yang diinginkan dalam melahirkan, memenuhi harapan wanita akan hasil akhir persalinannya, membantu wanita menghemat tenaga,

mengendalikan rasa nyeri merupakan suatu upaya dukungan dalam mengurangi kecemasan pasien. Dukungan psikologis dari orang-orang terdekat akan membantu memperlancar proses persalinan yang sedang berlangsung. Tindakan mengupayakan rasa nyaman dengan menciptakan suasana yang nyaman dalam kamar bersalin, memberi sentuhan, memberi penenangan nyeri non farmakologi, memberi analgesia jika diperlukan dan yang paling penting berada disisi pasien adalah bentuk-bentuk dukungan psikologis. Dengan kondisi psikologis yang positif proses persalinan akan berjalan lebih mudah (sumarah et al, 2009).

e. Penolong Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin, dalam hal ini tergantung dari kemampuan dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan (rohani et al, 2011).

D. Konsep Dasar Primigravida

Menurut Wiknjosastro (2005), kehamilan adalah pertemuan sperma, ovum dan terjadi pembuahan dalam rahim. primigravida yaitu seorang wanita yang pertama kali hamil (Neil & Wendy, 2007) .

Hamil adalah suatu masa dari mulai terjadinya pembuahan dalam rahim seorang wanita sampai bayinya dilahirkan. Kehamilan terjadi ketika seorang wanita melakukan hubungan seksual pada masa ovulasi atau masa subur

(keadaan ketika rahim melepaskan sel telur matang), dan sperma (air mani) pria pasangannya akan membuahi sel telur matang wanita tersebut. Telur yang dibuahi sperma kemudian akan menempel pada dinding rahim, lalu tumbuh dan berkembang selama kira-kira 40 minggu (280 hari) dalam rahim pada

kehamilan normal (Suririnah, 2008).

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal khusus. Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-

penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2005) .

Menurut Ahmad (2012) Pada proses melahirkan bayi pengaruh-pengaruh psikis bisa menghambat dan memperlambat proses kelahiran atau bisa juga mempercepat kelahiran bayi, maka fungsi biologis dari reproduksi itu sangat dipengaruhi oleh kehidupan psikis dan kehidupan emosional wanita yang bersangkutan.

Variabel independen dalam penelitian ini adalah kecemasan yang dikaitkan dengan variabel dependen yaitu kelancaran proses persalinan ibu primigravida. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema kerangka konsep berikut ini :

Variabel Independen Variabel Dependen Kelancaran proses

kecemasan persalinan ibu primigravida

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Definisi Skala Vaiabel

Alat Ukur Hasil Ukur Operasional

Cara Ukur

Ukur

Independent Tingkat

Kegelisahan, Wawancara Wawancara - Berat Ordinal kecemasan

terpimpin - Sedang takut, was- kriteria

perasaan

dengan

- Ringan was ataupun - Cemas berat

- Tidak respon

cemas emosional

sedang bila

point - Cemas ringan bila 6-14 point

- Tidak cemas < 6 point

Dependent Kelancaran

Wawancara - Lancar Ordinal proses

Proses

Wawancara

terpimpin - Tidak persalinan

melahirkan

dengan

anak pertama kriteria : lancar ibu

- Lancar bila

primigravida

waktu persalinan kala I-II <

14 jam - Tidak lancar bila waktu persalinan kala I-II >

14 jam.

C. Hipotesa Penelitian

Adapun hipotesa penelitian ini adalah sebagai berikut : Ha : Ada hubungan yang bermakna antara tingkat kecemasan dengan kelancaran poses persalinan ibu primigravida di rumah sakit ibu dan anak banda aceh tahun 2013.

BAB IV METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2010).

Dalam hal ini peneliti ingin melihat hubungan tingkat kecemasan dengan kelancaran proses persalinan ibu primigravida.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi Populasi adalah kumpulan semua individu dalam suatu batas tertentu (Budiarto, 2002). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu melahirkan primigravida pada waktu penelitian dilakukan di Rumah Sakit Ibu dan Anak.

2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu melahirkan primigravida pada waktu penelitian di lakukan di Rumah Sakit Ibu dan Anak.

Dengan besar jumlah populasi (N) yang tidak diketahui, maka besar sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus Lemeshowb et al (1997) sebagai berikut :

N=

Keterangan : N = jumlah sampel minimal yang di perlukan Z = tingkat kepercayaan 90% (1.65) P = proporsi maksimal estimasi menurut penelitian Aryasatiani

(2005) yaitu 12% = 0.12

d = presisi mutlak = 10% jadi :

N=

= 28.7 = 29 Berdasarkan perkiraan rumus diatas maka sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah lebih kurang 29 responden. Adapun tekhnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tekhnik Accidental Sampling yang dilakukan dengan = 28.7 = 29 Berdasarkan perkiraan rumus diatas maka sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah lebih kurang 29 responden. Adapun tekhnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tekhnik Accidental Sampling yang dilakukan dengan

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian ini telah dilakukan di ruang bersalin di Rumah Sakit Ibu dan Anak.

2. Waktu Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 27 Juni s/d 03 Juli 2013.

D. Pengumpulan Data

1. Tekhnik Pengumpulan Data Pengumpulan data ini dilakukan dengan 2 cara yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diambil dari responden, sementara data sekunder adalah data yang diperoleh dari Rumah Sakit Ibu dan Anak dengan bekerja sama dengan kepala ruang beserta staf yang bertugas di ruang bersalin.

2. Instrumen Penelitian Alat yang digunakan dalam pengumpulan data adalah kuesioner yang mengacu pada teori HARS yang berjumlah 16 pertanyaaan yang terdiri dari 14 pertanyaan tentang tingkat kecemasan dan 2 pertanyaan tentang kelancaran proses persalinan.

E. Pengolahan Data dan Analisa Data

1. Pengolahan Data Menurut Hidayat (2009), data yang telah dikumpulkan secara manual melalui langkah-langkah sebagai berikut :

a. Editing Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh dan diteliti apakah terdapat kekeliruan ataukah tidak dalam penelitian.

b. Coding Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric terhadap data yang telah dikumpulkan, sehingga memudahkan dalam melakukan pengolahan dan analisa data.

c. Data entry Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau dengan membuat tabel kontigensi.

d. Melakukan tekhnik analisis Dalam melakukan analisi, khusunya terhadap data penelitian akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisi. Apabila penelitiannya analitik, maka akan menggunakan statistik analitik.

2. Analisa data

a. Analisa univariat Analisa univariat menggunakan tekhnik statistik analitik dalam bentuk persentase untuk masing-masing sub variabel dengan terlebih dahulu menggunakan jenjang kategori (Notoatmodjo, 2005). Pada penelitian ini, dalam menentukan pengkategorian variabel tingkat kecemasan peneliti menggunakan teori HARS (Nursalam, 2003) yaitu :

1. Cemas berat bila > 27 poin

2. Cemas sedang bila 15-27 poin

3. Cemas ringan bila 6-14 poin

4. Tidak cemas bila < 6 poin Penilaiannya dilakukan dengan cara :

1. 0 : tidak ada ( tidak ada gejala sama sekali)

2. 1 : ringan ( satu gejala dari pilihan yang ada)

3. 2 : sedang ( separuh dari gejala yang ada)

4. 3 : berat ( lebih dari separuh gejala yang ada)

5. 4 : sangat berat ( semua gejala ada) Adapun untuk variabel kelancaran proses persalinan ibu primigravida dilakukan pengkategorian :

1. Lancar bila < 14 jam

2. Tidak lancar > 14 jam

Data yang didapati dari analisa secara analitik, kemudian menghitung persentase dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi menurut Budiarto (2002), yaitu sebagai berikut :

f P  x 100 %

Keterangan : P = angka persentase f= frekuensi yang dicari persentase n= jumlah seluruh responden

b. Analisa bivariat Untuk mengukur hubungan antar variabel akan dilakukan dengan menggunakan program komputer yaitu menggunakan statistik product service solution (SPSS) versi 17, 0. Hubungan antar variabel dilihat dengan menggunakan uji continuity correction. Penilaian dilakukan sebagai berikut :

1. Jika p value < 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.

2. Jika p value > 0.05 maka dapat disimpulkan ho diterima dan ha di tolak.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran umum lokasi penelitian

Rumah Sakit Ibu dan Anak pemerintah aceh menempati areal seluas +

2 8.001.62 m 2 dengan luas bangunan 7.584.13 m yang terletak di jalan prof. A. Majid Ibrahim I no. 3 Banda Aceh yang berbatasan dengan :

a. Bagian Utara berbatasan dengan Pusat Dokumentasi Unsyiah

b. Bagian Selatan berbatasan dengan Rumah Pangdam

c. Bagian Timur berbatasan dengan Blang Padang

d. Bagian Barat berbatasan dengan SMA Almisbah

2. Pelaksanaan penelitian