PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DALAM BENTUK JOB

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DALAM BENTUK JOB SHEET
FINISHING PRODUK KRIYA KAYU DENGAN POLITUR
DI SMK NEGERI 2 KAYUAGUNG
Oleh: Sudarto Guntoro*), Mulyadi Eko Purnomo**),Riswan Jaenuddin**)

ABSTRACT
This research is development of research which is aimed to: (1) produce the product such as
teaching material in form Job sheet Finishing of Woodcraft product with accurate varnish or polish
furniture; (2) produce the product teaching material in form Job sheet FinishingWoodcraft Product,
(3) identify or know the potential effect of using of teaching material in form Job sheet Finishing of
Woodcraft product with practical varnish which has been developed for student of grade XI.
Competence of Woodcraft skill in Vocational School Number 2 (SMK N 2) Kayu Agung. In this
research student who used for one to one subject include three students from class XI.B Woodcarft,
six students from class XI.B used for small group evaluation and 25 students from class XIA
Woodcarft kriya kayu for field test. The procedure and model of development in this research is
modification of two development models. They are Instructional Development Model (2004), and
Evaluated Development Model of Tessmer (1988). The point the model of development this model
can be simplified into three steps they are problem of Identification, Instructional development,
Evaluation and Revision. The material of teaching in for Job sheet Finishing Woodcraft product
with varnish can be called valid if the expert of material, expert of design and practitioner said it was
suited to free test. After fulfilling the requirement of expert review’s steps and then it is revised to

the weaknesses and strangeness of teaching material in form Job sheet and the collected data of
advice and critic of material expert, design expert, practitioner and students’ involvement in giving
impression, advice and critic. Then It is done testing of the first product in evaluation steps one by
one to revise the weaknesses and strangeness in prototype 1. Practice can be taken from result of
interview, observation and impression questionnaire of students to the use of teaching material in
form Job sheet Finishing of Woodcraft product with varnish for the evaluation step in small group.
The observation result of students’ score average for learning activities in evaluation in evaluation
step for one by one is 85.18 is categorized in good criteria and the observation result for small group
is 81.48. is categorized in very good criteria. Meanwhile the questionnaire data for one to one step is
84 and the questionnaire result of small group evaluation is 82.67 is categorized in practice criteria.
It is based on the interview result of students’. They conclude that teaching material in Job sheet
finishing product of Woodcraft by using varnish is easy to be understood and done. Potential effect
can be observe from two aspect of cognitive score reaching and phsycomotoric score of students’
success reaching of result of study who get score KKM for 75.38% in field test step. Students who
pass in learning activities is 24 students (96%) and 1students have not passed (4%). From result of
expert’s review, evaluation for one by one, small evaluation group and field test, researcher conclude
that teaching material in form Job sheet finishing of Woodcraft product by using varnish can be
used for alternative source study for students in understanding skill competence of finishing
technique because it has been proved valid, practice and effective by some formative evaluation of
step.

Key words: development research, teaching material in form Job sheet,finishing product of
Woodcraft with varnish
*) Guru SMKN 2 Kayuagung
**) Dosen Teknologi Pendidikan Pascasarjana UNSRI

Jurnal by S.Guntoro - Pengembangan Bahan Ajar dalam Bentuk Job Sheet - TP. 2012Page 1

A.

PENDAHULUAN

Secara umum, disiplin Kriya adalah disiplin
yang banyak membutuhkan konsentrasi pada
pengembangan sarana dan pengetahuan yang
sifatnya praktis. Seni Kriya dihasilkan
melalui keahlian manusia dalam mengolah
bahan
mentah.
Seni
Kriyadapat

dikelompokan berdasarkan tujuan penciptaan
atau penggunaannya, menjadi Kriya yang
mempunyai fungsi praktis, estetis, dan
simbolis
(religius).
Bahkan
Kriya
kontemporer/ contemporary craft masih
memiliki rambu-rambu penilaian kualitas,
mencakup kualitas dalam menangani
material craftmanship atau skill. Skill adalah
semacam pengetahuan yang digolongkan
sebagai tacid knowledge (pengetahuan diamdiam), dipelajari melalui pengalaman.
(Asmudjo,2005).
Dari hasil survey pendahuluan dan
observasi peneliti di lapangan diperoleh
data dari guru yang mengajar mata
pelajaran produktif menunjukkan bahwa
banyak peserta didik yang kurang
kompeten/terampil

pada
penguasaan
kompetensi
kejuruan
finishing
produkKriya Kayu dengan benar sesuai
standar kualitas produk. Data hasil ujian
praktek kejuruan atau uji kompetensi
kejuruan mata pelajaran produktif Kriya
Kayu peserta didik SMK Negeri 2
Kayuagung pada kelas XIA dengan jumlah
peserta didik 25 orang, hanya 10 peserta
didik yang nilainya telah mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM), sementara
kelas XI B dari jumlah peserta didik 24
orang, hanya 12 peserta didik yang
mencapai nilai di atas Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM). Dari kedua data di atas
dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai ratarata mata pelajaran produktif masih
tergolong rendah karena kurang dari 75%

peserta didik yang mendapatkan nilai di
atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
seperti terlihat pada tabel 1 di bawah ini.

Jurnal by S.Guntoro

Tabel 1. Data Nilai Uji Kompetensi Kejuruan

Program Keahlian Kriya Kayu
Kelas

XI A

XI B

Nilai
UKK

Tahun
2008 2009


Tahun
2009 2010

Tahun
2010 2011

Ratarata

67,89

68,50

69,90

%
ketuntasan

69%


40%

Ratarata

70,56

62,40
%
71,35

%
ketuntasan

67,5

68%

50%

Sumber:Data

Kayuagung

Waka

Kurikulum

69,9

SMKN

2

Berdasarkan data pada tabel 1 di atas,
dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata
peserta didik kelas XI Program Keahlian
Desain dan Produksi Kriya Kayu masih
dibawah nilai KKM yang telah ditetapkan,
yaitu 70 dan persentase ketuntasan belum
mencapai ketuntasan klasikal
karena

masih di bawah 75%.
Dari hasil wawancara dengan teman
sejawat sesama guru produktif, yang
berada di SMK Negeri 2, SMK Negeri 6
dan SMK Negeri 7, di Palembang,
diperoleh informasi ada beberapa hal yang
menyebabkan peserta didik kurang
kompeten atau terampil di dalam
penguasaan kompetensi kejuruan yaitu: 1)
peserta didik kurang motivasi untuk
belajar, 2) input peserta didik di sekolah
rendah, 3), mudah bosan belajar, 4) kurang
memperhatikan kesiapan, 5) kurang
konsentrasi dalam belajar, 6) kurang
memahami Job sheet yang diberikan oleh
guru, 7) kurang menghargai waktu dan
kurang disiplin, 8) hasil belajar rendah, dan
pada akhirnya peserta didik tidak dapat
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal.
Berdasarkan hasil penelitian yang relevan

tentang penggunaan Job sheet telah
dilakukan
oleh
beberapa
peneliti
sebelumnya.Awangga (2009), Dari hasil
ujicoba kepada peserta didik kelas XI
SMK Negeri 6 Bandung, menunjukkan

- Pengembangan Bahan Ajar dalam Bentuk Job Sheet - TP. 2012

Page 2

hasil belajar yang lebih baik. Dari 20
sampel, 8 peserta didik (40%) hasil belajar
kategori sangat baik dan 12 peserta didik
(60%) kategori baik.
Sedangkan hasil penelitian Adnyawati
(2004), Hasil penelitian menunjukkan
bahwa bahan ajar berbentuk Job sheet

mempunyai potensial efek terhadap hasil
belajar,
dilihat
dari
(1)
tingkat
keterampilan proses mahasiswa setelah
penerapan metode demonstrasi dan media
Job sheet berada pada kategori terampil
dengan rata-rata persentase adalah 71%
(siklus I = 67,6% dan siklus II=74,4%)
sehingga
memiliki
peningkatan
keterampilan proses mahasiswa sebesar
6,8% ; (2) tingkat hasil belajar mahasiswa
dengan rata-rata persentase adalah 71,69%
(siklus I = 68,86 dan siklus II = 74,52)
sehingga memiliki peningkatan hasil
belajar mahasiswa sebesar 5,7%.
Dari hasil data penelitian di atas, dapat
disimpulkan bahwa penerapan metode
demonstrasi dan media Job sheet dapat
meningkatkan keterampilan proses dan
pembelajaran.
Pembelajaran dengan menggunakan Job
sheet sebagai bahan ajar keterampilan
mempunyai alasan: 1) mengurangi
penjelasan yang tidak perlu sehingga
menghemat waktu, 2) memungkinkan guru
untuk mengajar suatu kelompok peserta
didik yang mengerjakan tugas yang
berbeda, 3) membangkitkan kepercayaan
diri kepada peserta didik untuk membentuk
kebiasaan bekerja (workship), 4) instruksiinstruksi
pengajaran
lebih
banyak
diberikan dalam bentuk tertulis dan
gambar-gambar, 5) meningkatkan prestasi
belajar.
Berdasarkan latar belakang tersebut,
rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana mengembangkan bahan
ajar dalam bentuk Job sheet finishing
produk Kriya Kayu dengan politur

yang valid di SMK Negeri 2
Kayuagung?
2. Bagaimana mengembangkan bahan
ajar dalam bentuk Job sheetfinishing
produk Kriya Kayu dengan politur
yang
praktis di SMK Negeri 2
Kayuagung?
3. Bagaimana efek potensial dari bahan
ajar dalam bentuk Job sheetfinishing
produk Kriya Kayu dengan politur
yang telah dikembangkan terhadap
peserta didik di SMK Negeri
2
Kayuagung?
Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan
penelitian ini adalah:
1. Menghasilkan bahan ajar dalam bentuk
Job sheetfinishing produkKriya Kayu
dengan politur yang valid (keabsahan
dari hasil review ahli).
2. Menghasilkan bahan ajar dalam bentuk
Job sheet yang praktis (mudah
digunakan) pada kompetensi kejuruan
finishing produkKriya Kayu dengan
politur.
3. Untuk mengetahui efek potensial dari
bahan ajar dalam bentuk Job sheet
finishing produkKriya Kayu dengan
politur yang telah dikembangkan.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Dapat
memberikan
solusi
atas
permasalahan
kurang
kompeten/terampilnya peserta didik
didalam finishing produkKriya Kayu
dengan politur.
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan
alternatif sumber belajar yang dapat
digunakan
pendidik
dalam
penyampaian materi pembelajaran
kepada peserta didik, pada kompetensi
kejuruan finishing produk Kriya Kayu
dengan politur dengan benar.
3. Penelitian ini dapat dipergunakan
sebagai bahan referensi bagi peneliti
lain yang tertarik untuk mengkaji lebih
dalam mengenai bahan ajar berbentuk
Job sheet
pada mata pelajaran

Jurnal by S.Guntoro - Pengembangan Bahan Ajar dalam Bentuk Job Sheet - TP. 2012 Page 3

produktif kompetensi keahlian Kriya
Kayu.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Job sheet sering disebut pula dengan
istilah lembar kerja adalah suatu bahan
ajar cetak yang digunakan guru dalam
pengajaran keterampilan, terutama di
dalam laboratorium/bengkel (work shop),
yang berisi pengarahan dan gambargambar tentang bagaimana cara untuk
membuat atau menyelesaikan sesuatu job
atau pekerjaan yang disusun secara
sistematik dan disampaikan pada setiap
kali pertemuan proses kegiatan belajar
mengajar dalam waktu tertentu yang
digunakan guru dalam menyelesaikan
job/produk di bengkel/
laboratorium pada mata pelajaran praktek.
(Team MPT TTUC Bandung, 1985).
Menurut Leighbody dan Kidd (1996:123),
suatuJob sheet yang lengkap mempunyai
komponen sebagai berikut :
1.
Lay out dan nomor kode
dari Job sheet tersebut
2.
Tujuan atau obyektif dari
pekerjaan yang akan dibuat
3.
Tabel alat, perlengkapan
dan bahan-bahan yang digunakan
4.
Langkah-langkah
kerja
(steps of doing ) yang akan diikuti
untuk menyelesaikan pekerjaan
5.
Keselamatan kerja (safety)
yang harus diperhatikan dalam bekerja
6.
Evaluasi terhadap hasil
pekerjaan oleh peserta didik sendiri
7.
Gambar kerja dari Job
sheet tersebut.
Sedangkan model Job sheet yang
dikembangkan oleh Dit.PSMK Depdikbud
(1998: 1-9), memuat:
1. Pendahuluan
2. Tujuan
3. Alat dan Bahan
4. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
5. Langkah kerja yang meliputi:
a.Persiapan

b.
Proses
c.Penyelesaian akhir
6. Gambar Kerja
Pada dasarnya komponen-komponen kedua
model Job sheet di atas dapat
disederhanakan menjadi urutan sebagai
berikut:
1. Lay out dan nomor kode dari Job sheet
tersebut.
2. Pendahuluan
3. Tujuan atau obyektif dari pekerjaan
yang akan dibuat
4. Alat dan Bahan dilengkapi dengan
gambar
5. Keselamatan kerja (safety) yang harus
diperhatikan dalam bekerja
6. Gambar
kerja
lengkap
dengan
ukurannya
7. Langkah kerja (steps of doing ) yang
meliputi:
- Persiapan
- Proses dilengkapi dengan gambar
- Penyelesaian akhir dilengkapai
dengan gambar
8. Evaluasi terhadap hasil pekerjaan atau
produk oleh guru dan peserta didik
sendiri berupa tabel penilaian. (Juknis
Uji Kompetensi Kejuruan, Depdiknas
dan BSNP, 2011).
Ada beberapa keuntungan pembelajaran
dengan menggunakan Job sheet sebagai
alat bantu pengajaran ketrampilan yaitu:
1.
Dapat mengurangi penjelasan yang
tidak perlu atau penjelasan yang
berulang-ulang
sehingga
dapat
menghemat waktu
2.
Memungkinkan instruktur untuk
mengajar suatu grup peserta didik yang
mengerjakan tugas yang berbeda
3.
Dapat
membangkitkan
kepercayaan diri kepada peserta didik
untuk membentuk kebiasaan bekerja
(workship)
4.
Karena
instruksi-instruksi
pengajaran lebih banyak diberikan
dalam bentuk tertulis dan gambargambar,

Jurnal by S.Guntoro - Pengembangan Bahan Ajar dalam Bentuk Job Sheet - TP. 2012 Page 4

5.

Penggunaan Job sheet
pengajaran
praktek
meningkatkan prestasi belajar.

dalam
dapat

Job sheet yang kurang baik dapat
menimbulkan penafsiran yang salah,
misalnya gambar alat kurang jelas dan sulit
bagi
peserta
didik
untuk
menginterpretasikannya. Leighbody dan
Kidd (1996:123), mengatakan bahwa ada 6
sequence yang perlu dipertimbangkan
dalam membuat Job sheetyang baik yaitu :
1)
From the simple to the complex
2)
Interest sequencing
3)
Logical sequencing
4) Skill sequencing
5) Frequency sequencing
6) Total job practice
Sebagai kesimpulan bahwa sequence yang
dimaksudkan adalah sequence yang paling
bermakna bagi peserta didik.
Leighbody
dan
Kidd
(1996:123),
mengemukakan
bahwa
di
dalam
pembuatan
Job sheet yang baik,
hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
1.
Objective.
2.
List of equipment and tool.
3.
List of Materials.
4.
Safety
5.
Steps of doing
6.
Picture of work (gambar kerja).
Konsep finishing atau penyelesaian akhir
yang disajikan kedalam Job sheet, disusun
berdasarkan SK/KD yang ada pada
Dokumen I KTSP untuk SMK dan Standar
Isi yang diterbitkan oleh DitPSMK 2006.
Kompetensi dasar yang diharapkan
dikuasai oleh peserta didik adalah :
1.Menjelaskan bahan dan alat finishing
kayu
2.Membuat campuran finishing kayu
3.Melakukan finishing dengan politur
4.Melakukan finishing dengan teknik
semprot (spray gun)
Luasnya bahan ajar yang dibahas di kelas
XI semester genap kompetensi keahlian

Kriya Kayu, maka peneliti membatasi
pengembangan
bahan
ajar
pada
Kompetensi Kejuruan Finishing produk
Kriya Kayu dengan Politur dengan
beberapa alasan:
1. Bahan dan alat mudah diperoleh, dan
harganya terjangkau
2. Mudah digunakan
3. Hasilnya cukup baik
4. Ramah lingkungan
5. Tahan lama.
Proses yang terjadi dalam pembelajaran
produktif melakukan Finishing Produk
Kriya Kayu dengan Politur meliputi
beberapa tahapan. Tahapan tersebut terdiri
atas : 1) menerapkan kesehatan,
keselamatan kerja dan lingkungan hidup,
2) memahami gambar kerja, 3) peralatan,
bahan dan keteknikan, 4), perakitan
komponen, 5) langkah kerja secara
berurutan, 6) pengampelasan, 7) penutupan
pori-pori menggunakan wood filler/proses
pelapisan dasar benda kerja, 8) proses
pewarnaan dengan wood stain, 9), proses
pelapisan politur dengan kain perca, 10),
proses
pelapisan
terakhir
dengan
glossy/melamine, 11), pengemasan produk.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang
diterapkan pada mata pelajaran produktif
adalah pendekatan Program Teaching
Factory
(TEFA)
yang
merupakan
perpaduan pembelajaran Competency
Based Training (CBT) dan Production
Based Training (PBT), dalam pengertian
bahwa suatu proses keahlian atau
keterampilan (life skill) dirancang dan
dilaksanakan berdasarkan prosedur dan
standar bekerja yang sesungguhnya
untuk menghasilkan produk yang sesuai
dengan tuntutan pasar/ konsumen.
Dari segi pendidikan teaching factory
mendidik peserta didik untuk belajar
menerapkan apa yang mereka ketahui
(learning to knowing), belajar menerapkan
apa yang mereka lakukan (learning to do),
dan belajar untuk mengaplikasikan apa
yang mereka ketahui dan mereka lakukan

Jurnal by S.Guntoro - Pengembangan Bahan Ajar dalam Bentuk Job Sheet - TP. 2012 Page 5

22

secara bersamaan (learning to be), untuk
kemudian menjadi suatu skill bagi
mereka yang bisa membawa mereka
untuk dapat hidup bermasyarakat (learning
to live together).
Teaching factorymenurut konstruktivisme
adalah peserta didik memahami konsepkonsep produk yang akan dibuat,
menganalisa
bagaimana
proses
pengerjaannya, menganalisa faktor- faktor
yang mempengaruhinya, serta bagaimana
semua tahap yang dilalui dalam proses
produksi dapat berjalan dengan baik tanpa
kesalahan dan produk yang dihasilkan
sesuai dengan standar mutu yang ada.
Indikator
keberhasilanteaching factory
adalah produk yang baik sesuai standar
mutu serta
pengetahuan
dan
ketrampilan
peserta didik
yang
meningkat.
Selanjutnya pada tahapan prosesFinishing
untuk kayu (wood finish) menurut Derrick
(1993:79), adalah suatu proses pelapisan
akhir pada permukaan kayu/material lain
yang berbahan dasar kayu dengan tujuan
untuk :
1.
Meningkatkan nilai estetika
2.
Melindungi permukaan kayu dari
kerusakan
3.
Memberi lapisan yang mudah
untuk pemeliharaan/perawatan.
Bahan Finishing
menurutSunaryo
( 1997:93), dikategorikan kedalam
beberapa jenis, yaitu:
a) Oil. Bahan ini meresap ke dalam poripori kayu untuk mencegah air keluar
atau masuk dari pori-pori kayu.
b) Politur. Bahan dasar finishing ini adalah
Shellac yang berwujud serpihan atau
batangan kemudian dicairkan dengan
alkohol.
c) NC Lacquer. Terbuat dari resin
Nitrocellulose/alkyd yang dicampur
dengan bahan 'solvent' dengan sebutan
thinner.
d) Melamine.
Mengandung
bahan
Formaldehydepaling tinggi di antara
bahan finishingyang lain.

e) PU (Poly Urethane). Lapisan yang
benar-benar menutup permukaan kayu
seperti plastik.
f) UV Lacquer. Suatu metode aplikasi
seperti
air
curahan
'curtain
method'yang membentuk tirai.
g) Waterbased Lacquer. Menggunakan
bahan pencair air murni (yang paling
baik) dan resin.
Ada beberapa cara aplikasi finishing
dengan menyesuaikan jenis bahan dan
kualitas akhir yang diinginkan. (Derrick,
1993). Berikut ini beberapa cara aplikasi
finishing, yaitu:
a. Dipping (celup).
b. Wiping (pemolesan dengan kain).
c. Brush (kuas).
d. Spray (semprot).
e. Shower (curah).
f. Rolling.
Adapun kelebihan yang terdapat pada
Bahan Ajar dalam Bentuk Job sheet
Finishing Produk Kriya Kayu dengan
Politur yang dikembangkan adalah:
1. Bahan Ajar dalam Bentuk Job sheet
Finishing Produk Kriya Kayu dengan
Politur dilengkapi dengan gambar dan
teks yang membantu peserta didik lebih
mudah dan mengerti untuk memahami
teknik finishing produk Kriya Kayu
dengan benar.
2. Isi dari Bahan Ajar dalam Bentuk Job
sheet Finishing Produk Kriya Kayu
dengan Politur yang dikembangkan
lengkap karena didalamnya terdapat:
(1) nomor kode kompetensi, (2) standar
kompetensi dan kompetnsi dasar,(3)
indicator kunci,(4) benda pelatihan
praktek, (5) petunjuk langkah kerja, (6)
daftar bahan dan alat, (7) urutan
(sequence) proses kerja, (8) lembar
penilaian
3. Peserta didik dapat belajar sesuai
dengan kecepatan dan kemampuannya
masing-masing.

Jurnal by S.Guntoro - Pengembangan Bahan Ajar dalam Bentuk Job Sheet - TP. 2012 Page 6

4. Mudah
dipahami,dimengerti
dipraktekkan (praktis).
5. Dapat meningkatkan prestasi
keterampilan peserta didik.

dan
dan

Adapun kekurangan Bahan Ajar dalam
Bentuk Job sheet Finishing Produk Kriya
Kayu
dengan
Politur
disebabkan
keterbatasan kemampuan peneliti dari segi
isi dan teknisnya, yaitu;
a) Proses penyusunan bahan ajar dalam
bentuk Job sheet memerlukan waktu
dan proses yang cukup lama
b) Terbatas hanya pada satu kompetensi
dasar saja
c) Perlu pengembangan lebih lanjut pada
aspek desain gambar kerja dan KD
d) Bahan ajar mudah rusak, dan sobek
jika terkena air
Beberapa kekurangan yang terdapat dalam
Bahan Ajar dalam Bentuk Job sheet
Finishing Produk Kriya Kayu dengan
Politur ini diharapkan dapat digunakan
sebagai acuan bagi pengembang lain agar
lebih sempurna.
C. METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian
ini
termasuk
dalam
penelitian pengembangan (development
research). Dalam penelitian ini produk
yang dikembangkan adalah bahan ajar
dalam bentuk Job sheet pada Kompetensi
Kejuruan Finishing Produk Kriya Kayu
dengan Politur yang belum memenuhi
standar
validitas,
kepraktisan
dan
keefektifan (Akker,1999).
2. Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini yang dijadikan
subyek evaluasi satu-satu (one-to-one
evaluation) sebanyak tiga orang berasal
dari kelas XIB Desain dan produksi Kriya
Kayu. Enam orang untuk evaluasi
kelompok kecil (small group) dari kelas
XIB dan untuk uji lapangan (field test)
berasal dari kelas XIA yang berjumlah 25
orang.
Pemilihan subyek penelitian
dilakukan secara acak.

3. Model Pengembangan
Dalam
penelitian
ini,
peneliti
menggunakan
Model
Pengembangan
Instruksional
(MPI).
Pengembangan
instruksional mengandung pengertian,
yaitu: 1) tujuan atau hasil akhir
pengembangan instruksional adalah satu
set bahan dan strategi instruksional yang
efektif dan efisien dalam mencapai tujuan
instruksional, 2) Proses pengembangan
instruksional
dimulai
dengan
mengidentifikasi masalah, dilanjutkan
dengan mengembangkan strategi dan
bahan instruksional, kemudian diakhiri
dengan mengevaluasi efektifitas dan
efisiensi
bahan
yang
sedang
dikembangkan.
4. Prosedur Pengembangan
Secara garis besar model yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu Model
Pengembangan
Instruksional
(MPI).
Secara sederhana prosedur penelitian
pengembangan ini dapat dilihat pada
gambar 1 berikut ini:

Identifikasi
Pengembangan
Evaluasi
Tidak

ya
Revisi
Gambar 1. Bagan Sederhana Prosedur Penelitian

(Modifikasi dari Suparman, 2004)
tidak

Produk

Jurnal by S.Guntoro - Pengembangan Bahan Ajar dalam Bentuk Job Sheet - TP. 2012 Page 7

Berdasarkan
Model
Pengembangan
Instruksional, peneliti membuat rancangan
prosedur pengembangan sebagai berikut:

-

Tahap identifikasi diuraikan menjadi tiga
langkah sebagai berikut:
a. Identifikasi Kebutuhan Instruksional
untuk Menetapkan SK dan KD
Pada langkah awal peneliti melakukan
survey pendahuluan dan wawancara
dengan teman sejawat untuk mengetahui
masalah atau hambatan apa saja yang
dihadapi dilapangan, menganalisa GBPP,
Standar Isi, Standar Proses, dan Standar
Kelulusan untuk menetapkan Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar
(KD) bahan ajar yang akan dikembangkan.
2) Melakukan Analisis Instruksional
Pada tahap ini, peneliti mengidentifikasi
kemampuan yang harus dimiliki peserta
didik untuk mencapai kompetensi dasar
yang telah ditetapkan sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
3) Identifikasi Perilaku dan Karakteristik
Awal Peserta Didik
Penelitian diawali dengan melakukan
observasi seluruh kelas XI Kompetensi
Keahlian Kriya Kayu di SMKN 2
Kayuagung yang terdiri atas enam kelas.
Tujuan observasi untuk melihat aktivitas
dan tingkat kemampuan peserta didik pada
saat melakukan praktek dalam proses
KBM di bengkel dalam situasi yang
sesungguhnya.
Tahap pengembangan diuraikan menjadi
empat langkah sebagai berikut:
4) Merumuskan Tujuan Instruksional
Khusus
TIK pada kompetensi dasar finishing
produk Kriya Kayu dengan politur sebagai
berikut:
-

Melalui diskusi
tentang definsi
finishing diharapkan peserta didik

-

-

-

-

dapat
menjelaskan
pengertian
finishingproduk Kriya Kayu dengan
politur dengan 100% benar.
Melalui tanya jawab tentang hasil
karya
finishing
dengan
politur
diharapkan peserta didik dapat
memberikan 3 contoh karya hasil
finishing dengan politur dengan tepat.
Melalui presentasi tentang bahan dan
alat finishing diharapkan peserta didik
dapat membedakan bahan dan alat
finishing dengan politur dan spray gun
dengan benar.
Melalui observasi tentang bahan dan
alat finishing produk Kriya Kayu
dengan politur peserta didik dapat
mengelompokkan 3 bahan dan alat
finishing dengan politur dengan tepat.
Melalui pemberian pertanyaan tentang
finishing produk Kriya Kayu dengan
politur peserta didik dapat membuat
campuran bahan finishing dengan
benar.
Melalui demonstrasi tentang langkah
melakukan finishing peserta didik
dapat melakukan proses kerjafinishing
produk Kriya Kayu dengan politur
secara benar.

5) Menyusun Tes Acuan Patokan
Untuk menilai keefektifan bahan ajar
dalam
bentuk
Job
sheet
secara
keseluruhan, peneliti menyusun butir-butir
tes dan penskoran acuan patokan yang
dapat mengukur hasil belajar peserta didik
dalam
memahami
materi
dengan
menggunakan Job sheet. Tes ini akan
digunakan sebagai tes awal dan tes akhir
dalam uji coba bahan ajar dalam bentuk
Job sheet yang telah dikembangkan. Hasil
tes ini juga dapat dijadikan petunjuk
tentang bagian mana dari bahan ajar yang
disajikan sulit dipahami, dimengerti dan
dipraktekkan oleh peserta didik.
6). Menyusun Strategi Instruksional
Strategi
instruksional
merupakan
perpaduan dari urutan kegiatan, cara
pengorganisasian materi pelajaran dan
peserta didik (metode), peralatan danbahan

Jurnal by S.Guntoro - Pengembangan Bahan Ajar dalam Bentuk Job Sheet - TP. 2012 Page 8

(media), serta waktu yang digunakan
dalam proses pembelajaran.
7)

Mengembangkan
Bahan
Instruksional
Langkah-langkah dalam pembuatan bahan
ajar dalam bentuk Job sheet Finishing
produk Kriya Kayu dengan Politur melalui
tahapan sebagai berikut, yaitu: 1)
pembuatan garis besar materi (GBM), 2)
desain lay out /cover, 3) perancangan
contens dan struktur Job sheet, 4)
pengumpulan bahan ajar/materi, 5)
pengolahan data dan 6) finishing (Susilana
dan Riyana, 2007).
Tahap evaluasidan
formatif)

revisi

(evaluasi

Desain bahan ajar dalam bentuk Job sheet
tersebut di evaluasi dan di ujicobakan
untuk
mengetahui
kelebihan
dan
kekurangan
dari
produk
tersebut.
Kekurangan-kekurangan yang ada direvisi
untuk mendapatkan produk yang valid,
praktis dan efektif agar dapat digunakan
oleh pendidik dan peserta didik sebagai
sumber
belajar
alternatif
dalam
pembelajaran produktif.
5. Teknik Pengumpulan Data
1). Kuesioner
a. Kuesioner untuk Expert Review
Lembar validasi dalam bentuk kuesioner
digunakan untuk mengetahui bahan ajar
berbentuk Job sheet yang dirancang valid
atau tidak.
b. Kuesioner untuk Peserta Didik
Kuesioner diberikan untuk menilai
kepraktisan Job sheet yang diberikan
padakegiatan evaluasi satu-satu, evaluasi
kelompok kecil dan uji lapangan.
Penelitian ini menggunakan kuesionerjenis
check list berbentuk skala Likert untuk
melihat penilaian dan pendapat peserta
didik
terhadap
kepraktisan
Job
sheetFinishing produk Kriya Kayu dengan
Politur. Pernyataan-pernyataan dinilai oleh

subyek penelitian dengan lima kategori
penilaian yaitu, Sangat Setuju (SS), Setuju
(S), tidak punya pendapat atau netral (N),
Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju
(STS).
2). Observasi
Observasi yang dilakukan pada penelitian
ini secara nonpartisipasi (nonparticipant
observation) dimana peneliti tidak terlibat
pada kegiatan observasi hanya sebagai
pengamat
independen.
Observasi
digunakan untuk mengumpulkan data
tentang kevalidan dan kepraktisan bahan
ajar dalam bentuk Job sheet yang telah
dikembangkan
dalam
pembelajaran
individual Kriya Kayu di kelas XI SMK
Negeri 2 Kayuagung.
3). Tes
Bentuk tes yang digunakan pada mata
pelajaran produktif menggunakan tes untuk
mengukur ranah kognitif berupa soal
pilihan ganda sebanyak 15 dengan
skormaksimal 15 dan essay 5 soal dengan
skor maksimal 25 serta unjuk kerja untuk
ranah psikomotorik dengan menggunakan
Job sheet sebagai tolak ukur pencapaian
kompetensi kejuruan dengan kriteria
penilaian pada setiap tahapan proses kerja
yang dilakukan oleh peserta didik nilai
perolehan minimal 0-105 dan maksimal
135-150 dengan predikat kompeten dan
tidak kompeten.
6. Teknik Analisis Data
1). Analisis Data Kuesioner
Data kuesioner diperoleh dengan cara
menghitung skor peserta didik yang
menjawab seluruh item pertanyaan yang
terdapat pada kuesioner. Data tersebut
dianalisis dengan teknik persentase:

dimana: Jumlah skor ideal seluruh item = skor
jawaban tertinggi x jumlah butir
instrumen x jumlah responden
(Modifikasi dari Sugiyono, 2010).

Jurnal by S.Guntoro - Pengembangan Bahan Ajar dalam Bentuk Job Sheet - TP. 2012 Page 9

Untuk mengetahui apakah bahan ajar
berbentuk Job sheet ini praktis,data hasil
analisis tersebut diinterpretasikan dengan
menggunakan kriteria seperti pada tabel 3
berikut ini:
Tabel 3. Kriteria Kepraktisan Penggunaan Bahan

Job Sheet
Skor

Kepraktisan Penggunaan Bahan
Ajar Berbentuk Job sheet
86 – 100
Sangat praktis
71 – 85
Praktis
56 – 70
Cukup Praktis
41 – 55
Tidak Praktis
20 – 40
Sangat tidak Praktis
( Modifikasi dari Djaali dan Muljono, 2008:9).

2). Analisis Data Observasi
Data yang diperoleh dari observasi
aktivitas peserta didik dianalisis dengan
cara menghitung persentase dari setiap
deskriptor:

Pernyataan positif diberi skor 5, 4, 3, 2,
dan 1 sedangkan bentuk pertanyaan negatif
diberi skor 1, 2, 3, 4, dan 5.
3). Analisis Data Tes
Analisis data tes dilakukan dengan melihat
persentase ketuntasan hasil belajar peserta
didik dengan berpatokan pada Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) pada mata
pelajaran produktif Kompetensi Kejuruan
Finishing Kriya Kayu dengan Politur pada
kegiatan tes akhir uji lapangan yaitu 70.
Persentase Ketuntasan (PK) dapat dihitung
dengan rumus:

Setelah dianalisis kemudian dibandingkan
dengan melihat tabel berikut:
Tabel 5. Predikat Hasil Belajar untuk Kelompok
Mata Pelajaran Produktif

Nilai
90 – 100
75 – 89
60 -74
0 – 59

Predikat
Amat Baik
Baik
Cukup
Kurang

(Sumber: Peraturan Dirjen Mandikdasmen, 2006)

dimana:
Skor aktivitas =
jumlah peserta didik yang
melakukan
aktivitas
pada
masing-masing
deskriptor.
Skor total aktivitas = jumlah peserta didik yang
melakukan semua deskriptor.

Hasil analisis tersebut diinterpretasikan
dengan menggunakan kriteria seperti pada
tabel berikut:

Bahan
ajar
dalam
bentuk
Job
sheetdikatakan efektif terhadap hasil
belajar peserta didik pada mata pelajaran
produktif kompetensi keahlian Kriya Kayu,
jika 75% peserta didik mendapat nilai
.

Tabel 4.Kriteria Kepraktisan Penggunaan Job sheet
untukObservasi
Kepraktisan Penggunaan Bahan
Skor
Ajar dalam Bentuk Job sheet
81 – 100
Sangat Praktis atau Sangat Baik
61 – 80
41 – 60
21 – 40
0 – 20

Praktis atau Baik
Cukup Praktis atau Cukup Baik
Tidak Praktis atau Tidak Baik
Sangat tidak Praktis atau Sangat
Tidak Baik

Jurnal by S.Guntoro - Pengembangan Bahan Ajar dalam Bentuk Job Sheet - TP. 2012 Page 10

D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi
Tahap mengidentifikasi diuraikan menjadi
tiga langkah yaitu:
1.

Identifikasi
Kebutuhan
Instruksional untuk Menetapkan SK
dan KD
Berdasarkan data yang dihimpun oleh
peneliti
melalui
wawancara
tidak
terstruktur ke beberapa pendidik, dudi, dan
assessor mata pelajaran produktif Kriya
Kayu pada kegiatan workshop penyusunan
KTSP SMK, masalah atau hambatan yang
dihadapi pendidik di lapangan, adalah
terbatasnya bahan ajar, metode dan media
yang dapat digunakan dalam pembelajaran.
a. Analisis Bahan ajar dalam bentuk
Job sheet
Berdasarkan
hasil
visitasi
dan
diskusi/wawancara dengan beberapa teman
sejawat yang sama-sama mengajar mata
pelajaran produktif di SMKtentang bahan
ajar dalam bentuk Job sheet pada
umumnya masalah yang dihadapi adalah
bahan ajar yang digunakan cakupan
materinya masih bersifat umum dan hanya
sebatas teori untuk kelas klasikal bukan
untuk
pembelajaran
mandiri.Sequencebahan ajar dalam bentuk
Job sheet masing-masing sekolah berbedabeda, namun pada intinya bahan ajar dalam
bentuk Job sheet sama-sama digunakan
pada pembelajaran produktif. Dari semua
bentuk Job sheet yang peneliti analisis
tidak ada kelengkapan gambar pada
komponen alat dan bahan, serta langkah
proses kerja sehingga menyulitkan peserta
didik di dalam melakukan praktek di
bengkel.

b. Analisis Buku Teks Kriya Kayu
Buku teks yang selama ini dijadikan
referensi yaitu:
1) Judul: Reka Oles Mebel Kayu, Nama
Pengarang: Agus Sunaryo, S.H., M.B.A.
Penerbit: PIKA Semarang. Tahun: 2003.
2) Brosur
dari
Profan,
MelakukanFinishing, 2009, Jakarta: PT.
Profan.
3) Diklat Kompetensi Guru Produktif
SMK Tingkat Provinsi Sumatera
Selatan. Pembuatan Meja ½ Biro dan
Teknik Finishing pada Kayu. 2006.
Palembang: BPLPT. Dari hasil analisis
dapat disimpulkan bahwa materi
finishing yang ada lebih banyak bersifat
teoritis sehingga peserta didik tidak
kompeten ketika melakukan finishing
produk
kriya
kayu
dengan
menggunakan politur.
c. Wawancara dengan Teman Sejawat
Dari hasil wawancara data yang dapat
dikumpulkan peneliti adalah:
1.
Peserta
didik
kurang
aktif,
responsif dan interaktif saat PBM
dimulai atau kurang motivasi belajar.
2.
Intake peserta didik saat PSB masih
rendah.
3.
Peserta didik mudah jenuh, bosan
dan kurang bergairah.
4.
Kurang konsentrasi dalam belajar.
5.
Bahan ajar yang disampaikan
umumnya bersifat teori bukan praktek.
6.
Pada saat pembelajaran praktek
materi tidak dilengkapi dengan Job
sheet.
7.
Kurang menghargai waktu dan
kurang disiplin.
8.
Hasil belajar masih rendah, tidak
mencapai KKM.
9.
Guru kurang kreatif dan inovatif
dalam melakukan analisis bahan ajar
dan strategi yang diterapkan dalam
PBM.
2. Melakukan Analisis Instruksional
Kemampuan yang harus dimiliki peserta
didik yaitu:

Jurnal by S.Guntoro - Pengembangan Bahan Ajar dalam Bentuk Job Sheet - TP. 2012 Page 11

a.Menjelaskan
bahan
dan
alat
finishingproduk kriya kayu dengan
politur
b.Menjelaskan perbandingan campuran
bahan finishing dengan politur secara
benar.
c.Menjelaskan perbedaan bahan dan alat
yang digunakan pada finishing dengan
politur dan spraygun.
d.Menjelaskan urutan proses kerja
melakukan finishing dengan politur.
3. Identifikasi
Perilaku
dan
Karakteristik Awal Peserta Didik
Secara umum ada banyak faktor yang
mempengaruhi perbedaan karakteristik
peserta didik di SMK Negeri 2 Kayuagung
tempat peneliti mengajar, diantaranya
adalah:
1. Perbedaan Biologis.
2. Perbedaan Psikologis.
3. Perbedaan Intelegensi, dan
4. Perbedaan Bakat.
Hasil dari Analisis
perilaku
dan
karakterisitik awal peserta didik dapat
dilihat pada tabel 6 berikut ini.
Tabel 6. Hasil Analisis Prilaku dan Karakteristik

Awal Peserta didik
No

a

b

c

d

e

Prilaku awal
Peserta didik dapat
menjelaskan
pengertian finishing
dengan benar
Peserta didik dapat
memberikan contoh
hasil finishing produk
dengan politur
Peserta didik dapat
menjelaskan
perbedaan finishing
dengan politur dan
spraygun dengan tepat
Bahan dan alat
finishing dengan
politur belum dapat
dikuasai peserta didik.
Peserta didik juga
belum dapat membuat
campuran bahan
finishing dengan
politur dengan tepat
dan benar

Belum
dimiliki

Sudah
dimiliki










f

Peserta didik
seluruhnya belum
memahami proses
kerja finishing dengan
politur secara benar



Dari analisis data awal, diketahui bahwa
bahan ajar dalam bentuk Job sheet dapat
dikembangkan dan dimanfaatkan untuk
proses pembelajaran.
Pengembangan
Tahap pengembangan diuraikan menjadi
empat langkah yaitu:
1.

Merumuskan Tujuan Instruksional
Khusus
Rumusan TIK pada kompetensi dasar
finishing produk Kriya Kayu dengan
politur sebagai berikut:
a. Melalui diskusi tentang definsi finishing
diharapkan
peserta
didik
dapat
menjelaskan pengertian finishing produk
Kriya Kayu dengan politur dengan 100%
benar.
b.Melalui tanya jawab tentang hasil karya
finishing dengan politur diharapkan peserta
didik dapat memberikan 3 contoh karya
hasil finishing dengan politur dengan tepat.
c. Melalui presentasi tentang bahan dan alat
finishing diharapkan peserta didik dapat
membedakan bahan dan alat finishing
dengan politur dan spray gun dengan
benar.
d.Melalui observasi tentang bahan dan alat
finishing produk Kriya Kayu dengan
politur
peserta
didik
dapat
mengelompokkan 3 bahan dan alat
finishing dengan politur dengan tepat.
e. Melalui pemberian pertanyaan tentang
finishing produk Kriya Kayu dengan
politur peserta didik dapat membuat
campuran bahan finishing dengan benar.
f. Melalui demonstrasi tentang langkah
melakukan finishing peserta didik dapat
melakukan proses kerja finishing produk
Kriya Kayu dengan politur secara benar

2. Menyusun Tes Acuan Patokan
Bentuk tes yang digunakan pada mata
pelajaran produktif menggunakan tes
berupa soal pilihan ganda sebanyak 15
dengan skormaksimal 15 untuk mengukur

Jurnal by S.Guntoro - Pengembangan Bahan Ajar dalam Bentuk Job Sheet - TP. 2012 Page 12

ranah kognitif, setiap butir tes hanya
mempunyai skor 1 atau 0. Soal essay 5 soal
dengan skor maksimal 25 serta unjuk kerja
untuk ranah psikomotorik dengan kriteria
penilaian pada setiap tahapan proses kerja
yang dilakukan oleh peserta didik nilai
perolehan minimal 0-105 dan maksimal
135-150 dengan predikat kompeten dan
tidak kompeten dibobot sesuai dengan
tingkat kesukaran soal. Skor akhir atau
nilai (grade) berdasarkan acuan patokan
(criterion referenced) atau standar mutlak
dengan menggunakan rumus:

3. Pengembangan Strategi Instruksional
Secara garis besar penyusunan strategi
instruksional di dalamnya terdiri dari
empat komponen utama yaitu:
a. Urutan kegiatan instruksional yaitu
pendahuluan, penyajian menerapkan
model Eksplorasi, Elaborasi, dan
Konfirmasi dan penutup.
b. Metode instruksional yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode
belajar mandiridengan pendekatan
strategi PAIKEM (pembelajaran aktif,
inovatif,
kreatif,
efektif
dan
menyenangkan).
c. Media instruksional yang digunakan
dalam pengembangan bahan ajar ini
adalah Job sheet.
d. Waktu yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran ini
adalah 8 jam pelajaran untuk setiap
pertemuan, dimana alokasi waktu satu
jam pelajaran adalah 45 menit.
Strategi instruksional tersebut secara
lengkap
dibuat
dalam
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran atau lebih
dikenal dengan nama RPP.
4. Mengembangkan
Bahan
Instruksional
Langkah-langkah dalam pengembangan
bahan belajar mandiri yaitu:
a.Memilih dan mengumpulkan bahan
ajar dari lapangan, perpustakaan, du/di

(profan),
P4TK Seni Budaya
Yogyakarta, hasil Diklat Kompetensi,
Hand Out, Modul, akses internet yang
relevan dengan isi pelajaran yang
tercantum di dalam Kompetensi
Keahlian Kriya Kayu.
b.
Mengadaptasi bahan ajar tersebut
ke dalam bentuk bahan belajar mandiri
dengan mengikuti strategi instruksional
yang telah disusun sebelumnya.
c.Meneliti kembali konsistensi isi bahan
belajar tersebut dengan strategi
instruksional
dengan
melakukan
analisis materi melalui penilaian oleh
diri sendiri (self evaluation).
d.
Meneliti kualitas teknis dari bahan
tersebut, meliputi: bahasa yang
digunakan mudah dipahami dan
komunikatif.
e.Hasil pengembangan peneliti terhadap
bahan ajar dalam bentuk Job sheet
finishing produk Kriya Kayu dengan
Politur pada tahap awal yang dilakukan
adalah:
1) Mengumpulkan beberapa bentuk
Job sheet dari SMK lain,
2) Mengumpulkan referensi dan
hasil penelitian yang relevan
dengan produk yang akan
dikembangkan,
3) Membuat rancangan tahap awal
(prototype 1) melalui diskusi,
wawancara
dengan
du/di,
Widyaiswara Seni, guru produktif
dan beberapa dosen Teknologi
Pendidikan
UNSRI
serta
partisipasi dosen pembimbing
untuk tahapan konsultasi.
Evaluasi dan Revisi (Evaluation and
Revision)
1.
Expert Review
Tahap ini bertujuan untuk mendapatkan
desain Job sheet yang valid. Validasi
difokuskan pada materi (content) dan
desain pembelajaran (construct). Hasil
Expert Review untuk aspek materi
(content) sebesar 4,25 dengan kategori
sangat baik, untuk aspek desain

Jurnal by S.Guntoro - Pengembangan Bahan Ajar dalam Bentuk Job Sheet - TP. 2012 Page 13

pembelajaran (construct) sebesar 4,10
dengan kategori sangat baik Secara
keseluruhan rerata hasil expert review
sebesar 4,18 dengan kategori sangat baik.
Kesimpulan, bahan ajar dalam bentuk Job
sheetfinishing produk Kriya Kayu dengan
politur yang peneliti kembangkan masuk
kedalam kategori valid dan dapat
digunakan
pada
tahap
penelitian
selanjutnya.
2.
One-to-one Evaluation
Diperoleh data hasil rerata kuesioner pada
tahap uji coba one-to-one terhadap
penggunaan bahan ajar dalam bentuk Job
sheet sebesar 84 termasuk ke dalam
kategori praktis. Dari hasil wawancara
dapat peneliti simpulkan bahwa mereka
menyatakan setuju apabila dalam KBM
guru harus membuat Job sheet terutama
pada
pembelajaran
produktif
di
bengkel.Kesimpulannya bahwa bahan ajar
dalam bentuk Job sheet finishing produk
Kriya Kayu dengan Politur yang peneliti
kembangkan
sudah
praktis
untuk
digunakan.Dari kritik dan saran peserta
didik terhadap penggunaan bahan ajar
dalam bentuk Job sheet menunjukkan
bahwa prototype 1 yang peneliti
kembangkan sudah valid dan praktis untuk
digunakan pada tahap uji coba selanjutnya.
3.

Tahap
Small
Group
Evaluation
Pada tahap ini bertujuan untuk melihat
kepraktisan
dari
produk
yang
dikembangkan yaitu berupa bahan ajar
dalam bentuk Job sheet finishing produk
kriya kayu dengan politur.
Dari keseluruhan indikator kuesioner hasil
rerata sebesar 82.67 dengan kategori
praktis,
dengan
demikian
dapat
disimpulkan bahwa bahan ajar dalam
bentuk Job sheet yang dikembangkan
sudah praktis untuk digunakan pada tahap
uji coba selanjutnya. Data yang diperoleh
peneliti dari hasil observasi peneliti
terhadap aktivitas peserta didik pada small
group evaluation memperoleh rerata nilai
sebesar 81.48 masuk kedalam kategori

praktis, dengan demikian produk yang
sedang peneliti kembangkan dapat
digunakan untuk tahap uji lapangan.
Dari hasil wawancara dapat kesimpulan
bahwa bahan ajar dalam bentuk Job sheet
finishing kayu dengan politur sudah cukup
baik.
4.
Tahap Field Test
Pada tahap uji lapangan dengan
menggunakan prototype 2 hasil revisi yang
bertujuan untuk mengetahui efek potensial
terhadap hasil belajar peserta didik pda
prototype ketiga. Pelaksanaannya pada
tanggal 23 Mei 2012 dengan alokasi waktu
8 jampel x 45 menit yang dibagi kedalam
tiga tahapan, yaitu;
a) Tahap pertama pelaksanaan pretest
untuk mengukur kemampuan awal
aspek kognitif peserta didik selama
2jampel x @45 menit dengan soal
sama seperti yang dilakukan di tahap
small group sebanyak 15 soal pilihan
ganda dan 5 soal essay dan praktek
finishing. Diperoleh data hasil
analisis pretest 20 peserta didik telah
tuntas (80%) dan 5 peserta didik
belum tuntas (20%). Kesimpulannya
secara klasikal hasil prestasi belajar
masih dibawah KKM yaitu hanya
mencapai 72.93% dari target
pencapaian yang ditetapkan > 75%.
b) Tahap kedua melakukan praktek
terhadap 25 peserta didik selama
5jampelx@45menit untuk melakukan
proses finishing kayu dengan politur
sesuai dengan urutan proses kerja
yang ada dalam Job sheet yang
dibagi ke dalam dua kelompok
dengan dibantu dua orang guru
produktif
sebagai
observer.
Berdasarkan hasil observasi observer
1 diperoleh data keaktifan peserta
didik rata-rata sebesar 84.88 (sangat
baik).
c) Tahap ketiga peserta didik melakukan
postest dengan alokasi waktu 1
jampel x @45 menit dengan
menggunakan soal yang sama pada

Jurnal by S.Guntoro - Pengembangan Bahan Ajar dalam Bentuk Job Sheet - TP. 2012 Page 14

pretest. Dari analisis hasil posttest
diperoleh data rata-rata 75.38
sebanyak 24 orang (96%) orang yang
telah tuntas dan 1 orang (4%) yang
belum tuntas, dengan kategori tinggi
dengan rincian 11 orang dengan
predikat amat baik, 6 orang predikat
baik, dan 7 orang dengan predikat
cukup.
Jika
dilihat
dengan
berdasarkan batas minimum KKM
70, maka hanya 1 orang yang belum
mencapai KKM. Dilihat dari
perbandingan hasil pretest sebesar
70.44 dan posttest 75.38 artinya
terjadi peningkatan sebesar 4,97. Hal
ini menunjukkan bahwa efek
potensial dari bahan ajar dalam
bentuk Job sheet finishing produk
Kriya Kayu dengan Politur yang
peneliti
kembangkan
termasuk
kategori baik untuk peserta didik.
Adapun persentase kategori hasil belajar
peserta didik dapat dilihat pada gambar 2
berikut.

Gambar 2.Diagram Batang Persentase Ketuntasan
Belajar Peserta Didik pada Field Test

Berdasarkan data yang terkumpul dari 25
responden dari hasil observasiobserver 2
diperoleh nilai rata-rata aktivitas peserta
didik sebesar 85.77 (kategori sangat baik)
terdapat selisih 0,89. Dari kedua data
observasi dapat disimpulkan bahwa hasil
nilai rata-rata aktivitas peserta didik pada

saat melakukan ujian praktek sebesar 85.33
(kategori sangat baik).Dari hasil rata-rata
kesan peserta didik terhadap bahan ajar
dalam bentuk Job sheet sebesar 3.85
dengan kategori praktis.
Kesimpulan
secara umum dari semua tahapan
pengembangan yang dilalui bahwa bahan
ajar dalam bentuk Job sheet finishing
dengan politur dapat dijadikan bahan ajar
alternatif pembelajaran produktif di
bengkel/laboratorium
pada
sekolah
kejuruan.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dengan
menggunakan bahan ajar dalam bentuk Job
sheet di SMK Negeri 2 Kayuagung dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Valid berdasarkan hasil review ahli
yang dilakukan oleh ahli materi dan
ahli desain serta praktisi untuk menilai
desain fisik dari Bahan Ajar dalam
Bentuk Job sheet yang dikembangkan
sudah tepat dan sesuai dengan KTSP
produktif Kriya Kayu untuk diujicoba
setelah direvisi sesuai saran dan diskusi
dengan para ahli tersebut. Dilihat dari
hasil observasi peneliti terhadap
aktivitas peserta didik pada one-to-one
evaluation sebesar 85.18 masuk dalam
kategori sangat baik. Kesimpulannya
dari hasil evaluasi satu-satu Bahan Ajar
dalam Bentuk Job dinyatakan sudah
valid setelah direvisi sesuai saran dari
ahli dan kesan serta saran dari peserta
didik yang selanjutnya diujicobakan
pada tahap berikutnya.
2. Praktis dilihat dari kemudahan
pemakai (user), mudah dibaca, mudah
dimengerti dan mudah di praktekkan
dalam menggunakan Bahan Ajar dalam
Bentuk Job sheet Finishing Produk
Kriya Kayu dengan Politur pada tahap
evaluasi kelompok kecil (small group
evaluation)
berdasarkan
hasil
observasi, kuesioner, dan wawancara.
Dari hasil observasi aktivitas peserta
didik diperoleh rerata nilai sebesar
81.48 masuk kedalam kategori praktis.

Jurnal by S.Guntoro - Pengembangan Bahan Ajar dalam Bentuk Job Sheet - TP. 2012 Page 15

Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa bahan ajar dalam bentuk Job
sheet yang dikembangkan sudah
praktis untuk digunakan pada tahap uji
coba selanjutnya.
3. Efek
potensial
dilihat
dari
perbandingan hasil pretest sebesar
70.44 dan posttest 75.38 artinya terjadi
peningkatan sebesar 4,97. Hal ini
menunjukkan bahwa efek potensial
dari bahan ajar dalam bentuk Job sheet
finishing produk Kriya Kayu dengan
Politur yang peneliti kembangkan
termasuk kategori baik untuk peserta
didik. Dari hasil observer 1 terhadap
aktivitas peserta didik diperoleh data
dengan rata-rata sebesar 84.88 (sangat
baik), dan observer 2 nilai rata-rata
sebesar 85.77 (sangat baik) terdapat
selisih sebesar 0.89 dengan tingkat
ketuntasan klasikal sebesar 96% (24
orang) dan 4% (1 orang) yang tidak
tuntas dengan hasil rata-rata pada
ujian kompetensi diperoleh nilai 85.33
(sangat baik). Dari kedua data diatas
dapat disimpulkan
bahwa efek
potensial dari bahan ajar dalam bentuk
Job sheet finishing produk Kriya Kayu
dengan Politur dapat meningkatkan
prestasi dan keterampilan peserta didik
pada
mata
pelajaran
produktif
khususnya pada kompetensi kejuruan
Finishing produk Kriya Kayu dengan
Politur.

SMK dengan menggunakan bahan ajar
dalam bentuk Job sheet Finishing
Produk Kriya Kayu dengan Politur
yang telah dikembangkan ini sebagai
media dalam penyampaian materi
untuk memberikan perlakuan sesuai
dengan kemampuan kecepatan belajar
peserta didik secara individual.
3. Peneliti
diharapkan
dapat
mengembangkan bahan ajar pada
kompetensi yang lain
khususnya
produktif
Kriya
Kayu
untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran,
dan,
4. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai
bahan referensi bagi peneliti lain yang
tertarik untuk mengkaji lebih dalam
mengenai Bahan Ajar dalam Bentuk
Job sheet Finishing Produk Kriya Kayu
dengan Politur.

2. Saran
Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
kesimpulan di atas, maka peneliti
menyarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Peserta didik diharapkan
agar
menggunakan bahan ajar dalam bentuk
Job sheet Finishing Produk Kriya Kayu
dengan Politur sebagai salah satu
sumber belajar
dalam memahami
materi yang bersifat teoritis.
2. Pendidik
diharapkan
dalam
menyampaikan
kompetensi
dasar
finishing produk kriya kayu dengan
politur kepada peserta didik pada
kompetensi keahlian Kriya Kayu di
Jurnal by S.Guntoro - Pengembangan Bahan Ajar dalam Bentuk Job Sheet - TP. 2012 Page 16

Departemen Pendidikan Nasional.(2006).
Bahan
Bimbingan
Teknis
Penyusunan KTSP dan Silabus
SMK. Jakarta: Depdiknas.

DAFTAR PUSTAKA
Adnyawati,
S.
(2004).Peningkatan
Keterampilan Proses dan Hasil
Pembelajaran
Dekorasi
Kue
melalui Metode Demonstrasi dan
Media Job Sheet Mahasiswa
Jurusan
PKK
IKIP
Negeri
Singaraja.Jurnal Pendidikan dan
Pengajaran IKIP Negeri Singaraja,
No. 1 TH.XXXVII, Januari 2004.
Akker, J.V.D. (1999). Principles and
Methods of Development Research.
In J.V.D.Akker, R.M. Branch, K.
Gustafson, N. Nieveen and T.
Plomp (editor).Design approaches
and tools ineducation and training
(page 1-14). Dordrecht: Kluwer
Academic Publisher.
Asmudjo, J.I. (2005). Dilema Pendidikan
Kriya dalam Refleksi Seni Rupa
Indonesia: dulu, kini dan esok.
Jakarta: Balai Pustaka.
Awangga, D. (2009).Studi Komparatif
Kompetensi Peserta Didik SMK
dengan Menggunakan Job Sheet
Pemesinan
Bubut
Hasil
Pengembangan dengan Job sheet
Pemesinan Bubut yang Digunakan
Guru. Jakarta: UPI
Chaeruman, U.A. (2008). Field Test,
(http://www.teknologipendidikan.n
et/?p=8, diakses 20 februari 2012).
Derrick, C. (1993). The Complete Guide to
Wood Finishes. Perth: Simon &
Shuster.

Dimyati  Mudjiono.(2006). Belajar dan
Pembelajaran-cetakan
ke-3.Jakarta:
Departemen pendidikan dan kebudayaan
bekerjasama dengan Rineka Putra.
Dinas Pendidikan Nasional. (2006).
Peraturan Menteri
Pendidikan
Nasional nomor 22 tahun 2006,
tentang Standar Isi dan Standar
Kompetensi Lulusan untuk Satuan
Pendidikan Menengah SMA/MASMK-MAK (Peraturan Mendiknas
No. 22 dan 23 tahun 2006).
Jakarta:BP. Cipta Jaya.
Dinas Pendidikan Nasional.(2007). Model
Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan untuk Sekolah
Menengah Atas. Jakarta:
Depdiknas.
Direktorat Pembinaan SMA. (2010). Seri
Petunjuk Teknis: Analisis Konteks
di Sekolah Menengah Atas. Jakarta:
Direktorat Pembinaan SMA.
Gredler, B. (1991). Belajar
Membelajarkan.
Jakarta:
R