POLA SEGREGASI KARAKTER AGRONOMI TANAMAN KEDELAI (Glycine max [L.] Merrill) GENERASI F2 HASIL PERSILANGAN WILIS X MALANG 2521

  

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

  Semirata 2013 FMIPA Unila

  |205

POLA SEGREGASI KARAKTER AGRONOMI TANAMAN

KEDELAI ( Glycine max [L.] Merrill) GENERASI F

  2 HASIL

PERSILANGAN WILIS X MALANG 2521

  

Nyimas Sa‘diyah, Sigit Ardiansyah, dan Maimun Barmawi,

Fakultas Pertanian Universitas Lampung,

  Abstrak . Salah satu langkah perakitan varietas unggul adalah persilangan, sehingga pada generasi F 2 akan terjadi segregasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola segregasi karakter agronomi tanaman kedelai generasi F

2

hasil persilangan Wilis dan Malang 2521.

  

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas

Lampung Gedung Meneng Kecamatan Rajabasa Bandar Lampung. Penelitian dilakukan

dari bulan November 2011 sampai dengan Februari 2012. Penelitian ini dilakukan dengan

rancangan percobaan tanpa ulangan. Uji kesesuaian distribusi normal dan pola segregasi

dengan menggunakan uji khi-kuadrat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: umur berbunga,

tinggi tanaman, bobot 100 butir dan bobot biji per tanaman berdistribusi normal sehingga

karakter-karakter tersebut termasuk dalam karakter kuantitatif. Untuk karakter umur panen,

jumlah cabang produktif, dan jumlah polong per tanaman tidak berdistrbusi normal, sehingga

termasuk dalam karakter kualitatif. Pola segregasi untuk umur panen 13:3, jumlah cabang

produktif 9:7, dan jumlah polong per tanaman 3:1. Jumlah gen yang mengendalikan umur

panen dan jumlah cabang produktif yaitu dua gen yang bersifat epistasis sedangkan jumlah

polong per tanaman diatur oleh satu gen yang bersifat dominan.

  Kata Kunci: Generasi F 2, kedelai, dan pola segregasi.

  PENDAHULUAN

  Pada tahun 2010, produksi kedelai nasional sebanyak 908.110 ton dan import sebanyak 1.700.000 ton (Badan Pusat Statistika, 2011). Berarti 65 % kebutuhan kedelai dalam negeri masih dipenuhi dari import. Akibat dari import kedelai, di Indonesia sering terjadi kenaikan harga kedelai. Selama kurun waktu 5 tahun sudah terjadi dua kali kenaikan harga kedelai yaitu pada tahun 2008 (Prabowo, 2008) dan pada tahun 2012 (Putra, 2012).

  Salah satu usaha untuk mencukupi kebutuhan kedelai dalam negeri adalah dengan menggunakan varietas unggul kedelai. Perakitan varietas unggul dapat melalui program pemuliaan tanaman. Salah satu langkah dalam proses perakitan varietas unggul adalah persilangan. Dari persilangan antara Wilis dan Malang 2521 diharapkan akan terjadi penggabungan sifat dari kedua tetua. Wilis memiliki keunggulan hasil tinggi tetapi rentan terhadap penyakit virus kerdil SSV (soybean stunt virus), sedangkan Malang 2521 hasil rendah dan tahan terhadap virus CPMMV (Barmawi, 2007). Namun pada penelitian ini hanya dilihat daya hasilnya saja. Pada tanaman menyerbuk sendiri segregasi tertinggi terjadi pada generasi F

  2

  (Welsh, 1991). Pada generasi F

  2

  , tingkat segregasi dan rekombinan yang luas akan tergambar melalui sebaran frekuensi genotipenya (Crowder, 1997). Sebaran frekuensi genotipenya dapat digunakan sebagai penduga jumlah gen yang terlibat dalam pengendalian suatu karakter.

  Karakter yang dikendalikan oleh satu atau sedikit gen yang pengaruh gen secara individual mudah dikenali disebut karakter kualitatif. Karakter yang dikendalikan oleh banyak gen yang masing-masing gen berpengaruh kecil terhadap ekspresi suatu

  

Nyimas Sa’diyah, dkk: POLA SEGREGASI KARAKTER AGRONOMI TANAMAN KEDELAI

(Glycine max [L.] Merrill) GENERASI F 2 HASIL PERSILANGAN WILIS X MALANG 2521 karakter disebut karakter kuantitatif.

  Analisis data yang dilakukan meliputi uji kesesuaian distribusi normal dan uji khi- kuadrat untuk menguji kesesuaian antara nilai pengamatan dan nilai harapan. Uji kesesuain distribusi normal menggunakan uji khi-kuadrat (Gomez dan Gomez, 1995) sebagai berikut:

  1) Dua kelas

  2 untuk goodness of fit (kesesuaian).

  tipe segregasi yang diharapkan diuji dengan 

  2 Wilis x Malang 2521 dengan

  Kesesuaian segregasi karakter agronomi populasi F

  X 2 hitung > X 2 tabel maka karakter yang dianalisis tidak berdistribusi normal.

  dengan derajat kebebasan (p- 3), bila X 2 hitung < X 2 tabel maka karakter yang dianalisis berdistribusi normal, sebaliknya

  x 2

  Nilai hitung x 2 dibandingkan dengan nilai tabel

    1 2 2 Keterangan: fi = frekuensi pengamatan ; Fi = frekuensi harapan bagi kelas ke-i

   

    i p i i i F F f x

  yang tumbuh adalah 57 tanaman. Pemupukan dilakukan setelah tanaman berumur 7 hari. Dosis pupuk yang digunakan adalah urea 50 kg/ha, SP-36 dan KCl masing-masing 100 kg/ha. Pemberian pupuk dengan cara tugal dengan jarak lebih kurang 10 cm dari tanaman. Untuk mencegah serangan hama digunakan insektisida berbahan aktif Deltametrin dan penyakit diaplikasikannya fungisida berbahan aktif Mankozep 80%. Aplikasi insektisida dan fungisida dilakukan seminggu sekali. Variabel yang diamati adalah umur berbunga, umur panen, tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, jumlah polong per tanaman, bobot biji per tanaman dan bobot 100 butir.

  Karakter kualitatif umumnya dicirikan dengan sebaran fenotipe diskontinu, sedangkan karakter kuantitatif sebaran kontinu (Trustinah, 1997). Penelitian Limbongan dkk. (2008) menunjukkan bahwa umur berbunga pada tanaman padi merupakan karakter kuantitatif. Hasil penelitian Sofiati dan Kirana (2009) menunjukkan bahwa umur berbunga, panjang buah, bobot buah per tanaman, dan jumlah buah per tanaman pada tanaman cabai menunjukkan karakter kuantitatif. Hasil yang hampir sama dilaporkan oleh Sriwidarti (2011) pada tanaman kacang panjang, panjang polong, jumlah biji per polong, jumlah polong per tanaman, bobot biji per tanaman dan bobot 100 biji merupakan karakter kuantitatif.

  2

  Petak percobaan berukuran 5 x 5 m. Jarak tanam 60 x 20 cm. Jumlah benih F

  yang masih mengalami segregasi (Baihaki, 2000).

  2

  hasil persilangan antara Wilis x Malang 2521 hasil pemuliaan Dr. Maimun Barmawi. Penelitian ini menggunakan rancangan tanpa ulangan karena benih yang digunakan adalah benih F

  2

  Benih yang digunakan adalah benih F

  Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Tepadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan Oktober 2011 sampai dengan bulan Februari 2012.

  2 hasil persilangan Wilis x Malang 2521.

  Malang 2521. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menduga sebaran frekuensi, pola segregasi, dan jumlah gen yang mengendalikan karakter agronomi tanaman kedelai generasi F

  2 hasil persilangan Wilis x

  Banyaknya gen yang menentukan sifat suatau karakter dan pola segregasinya perlu dipelajari supaya dapat digunakan sebagai dasar seleksi karakter tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang pola segregasi karakter agronomi tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) pada generasi F

METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

  x Malang 2521 menunjukkan bahwa nilai- nilai pada generasi F

  7 Bobot biji per tanaman 11,4880 tn Berdistribusi normal Keterangan : tn = Tidak nyata pada taraf α 5%

  6 Bobot 100 biji 5,4125 tn Berdistribusi normal

  5 Jumlah polong per tanaman 235,6665 * Tidak berdistribusi normal

  4 Jumlah cabang produktif 13,8246 * Tidak berdistribusi normal

  3 Tinggi Tanaman 4,2590 tn 12,59 Berdistribusi normal

  2 Umur Panen 78,2948 * Tidak berdistribusi normal

  1 Umur berbunga 4,6570 tn Berdistribusi normal

  X 2 0,05 Keputusan

  X 2

hitung = ∑(fi – Fi)

2 Fi

  Tabel 1. Uji khi-kuadrat untuk kesesua ian distribusi normal agronomi No Karakter yang diamati

  berbunga, tinggi tanaman, bobot 100 biji, dan bobot biji per tanaman menyebar normal, sedangkan umur panen, jumlah cabang produktif, dan jumlah polong per tanaman tidak mengikuti sebaran normal pada taraf nyata 5% (Tabel 1., Gambar 1,2,3,4,5,6, dan 7).

  2 untuk karakter umur

  2 hasil persilangan Wilis

  

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

  Hasil uji khi-kuadrat untuk kesesuaian distribusi normal karakter agronomi kedelai generasi F

  Grafik yang unimodal (menyebar normal) menunjukkan pewarisan poligenik

  Lebih dari tiga puncak, maka kemungkinan nisbah fenotipe yang terjadi adalah 9:3:3:1 (2 gen dominan penuh), atau 6:3:3:4 (1 pasang gen dominan sempurna dan 1 pasang gen dominan sebagian).

  Tiga puncak, maka kemungkinan nisbah yang terjadi adalah 1:2:1 (1 gen dominan tidak sempurna), 9:3:4 (2 gen epistasis resesif), 9:6 :1 (2 gen dengan efek kumulatif), 12:3:1 (2 gen epistasis dominan).

  menunjukkan: Dua puncak, maka kemungkinan nisbah yang terjadi adalah 3:1 (1 gen dominan penuh), 9:7 (2 gen epistasis resesif duplikat), 13:3 (2 gen epistasis dominan resesif), 15:1 (2 gen epistasis dominan duplikat).

  2

  akan dicocokkan terhadap beberapa nisbah, tergantung dari bentuk grafik yang diperoleh (Snyder dan David, 1957; dikutip oleh Barmawi, 1998). Jika grafik penyebaran populasi F

  2

  Untuk mengestimasi gen pengendali bersifat sederhana maka populasi F

  Keterangan: O j = jumlah pengamatan dalam kelas/kelompok ke-i E j = jumlah pengamatan yang diharapan dalam kelas/kelompok ke-i j = 1, 2, 3, … c

  2) Lebih dari dua kelas

  • = Nyata p ada taraf α 5%

  |207

  Semirata 2013 FMIPA Unila

  

Nyimas Sa’diyah, dkk: POLA SEGREGASI KARAKTER AGRONOMI TANAMAN KEDELAI

(Glycine max [L.] Merrill) GENERASI F 2 HASIL PERSILANGAN WILIS X MALANG 2521

  Gambar 1. Sebaran frekuensi populasi F 2 hasil persilangan Wilis x Malang 2521 untuk karakter umur berbunga

  Gambar 2. Sebaran frekuensi populasi F 2 hasil persilangan Wilis x Malang 2521 untuk karakter tinggi tanaman

  Gambar 3. Sebaran frekuensi populasi F 2 hasil persilangan Wilis x Malang 2521 untuk karakter bobot 100 biji Gambar 4. Sebaran frekuensi populasi F 2 hasil persilangan Wilis x Malang 2521 untuk karakter bobot biji per tanaman

  Gambar 5. Sebaran frekuensi populasi F 2 hasil persilangan Wilis x Malang 2521 untuk karakter umur panen

  Gambar 6. Sebaran frekuensi populasi F 2 hasil persilangan Wilis x Malang 2521 untuk karakter jumlah cabang produktif

  

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

  Untuk karakter yang tidak menyebar normal dilakukan uji kesesuaian nisbah pola segregasi Mendel atau modifikasinya dengan menggunakan uji khi-kuadrat. Hasil uji khi-kuadrat diperoleh nisbah pola segregasi yang sesuai dengan perbandingan 3 : 1 dan 13: 3 untuk karakter umur panen, 9 : 7 dan 1 : 2 : 1 untuk jumlah cabang produktif dan diperoleh nisbah 3 : 1, 13 : 3 dan 9 : 6 : 1 untuk karakter jumlah polong per tanaman (Tabel 2, 3 dan 4).

  Gambar 7. Sebaran frekuensi populasi F 2 hasil persilangan Wilis x Malang 2521 untuk karakter jumlah polong per tanaman

  Tabel 2. Uji khi-kuadrat nisbah pola segregasi karakter umur panen, generasi F 2 Wilis x Malang 2521 2 2 h

  Observasi Harapan

  X X 0,05 Peluang (O) (E) (%) Dua Kelas tn *

  3 : 1 48 : 9 42,75 : 14,25 2,85 10 —5

9 : 7 48 : 9 32,06 : 24,94 18,27 3,84 <5

tn * 13 : 3 48 : 9 46,31 : 10,69 0,48 50 —30

15 : 1 48 : 9 53,44 : 3,56 7,50 <5

  • * Tiga Kelas
    • * 1 : 2 : 1 9 : 45 : 3 14,25 : 28,50 : 14,25 20,37 <5 * 9 : 3 : 4 9 : 45 : 3 32,06 : 10,69 : 14,25 135,63 5,99 <5 * 9 : 6 : 1 9 : 45 : 3 32,06 : 21,38 : 3,56 42,79 <5 12 : 3 : 1 9 : 45 : 3 42,75 : 10,69 : 3,56 136,89 <5 Empat Kelas
      • * 9:3:3:1 2 : 7 : 46 : 2 32,06:10,69:10,69:3,56 146,82 7,81 <5 Keterangan : * = Nyata pada taraf α 5% tn = Tidak berbeda nyata pada taraf α 5% Sebaran frekuensi karakter umur penelitian yang dilakukan Hartati dkk.

        berbunga, tinggi tanaman, bobot 100 biji (2013), pada karakter umur berbunga, dan bobot biji per tanaman pada populasi F

        2 tinggi tanaman, bobot 100 biji dan bobot

        menyebar normal. Dengan demikian, biji per tanaman pada tanaman kedelai dapat dikatakan bahwa karakter tersebut generasi F hasil persilangan Wilis x B3570

        2

        merupakan karakter kuantitatif yang yang dikendalikan oleh banyak gen dan dikendalikan secara poligenik (Allard, mengikuti sebaran normal. 1995). Hasil penelitian ini sesuai dengan

        Semirata 2013 FMIPA Unila

        |209

        

      Nyimas Sa’diyah, dkk: POLA SEGREGASI KARAKTER AGRONOMI TANAMAN KEDELAI

      (Glycine max [L.] Merrill) GENERASI F 2 HASIL PERSILANGAN WILIS X MALANG 2521

        

      Tabel 3. Uji khi-kuadrat nisbah pola segregasi karakter jumlah cabang produktif, generasi F Wilis

      2 x Malang 2521 Nisbah 2 2 Jumlah Observasi Harapan X h

        X Peluang 0,05

      Cabang (O) (E) (%)

      Produktif
      • * Dua Kelas

        3 : 1 30 : 27 42,75 : 14,25 14,64 <5

        tn 9 : 7 30 : 27 32,06 : 24,94 0,30 3,84 *

        75 —50 *

      13 : 3 30 : 27 46,31 : 10,69 29,50 <5

      15 : 1 30 : 27 53,44 : 3,56 158,41 <5

        Tiga Kelas tn * 1 : 2 : 1 18 : 31 : 8 14,25 : 28,50 : 14,25 3,59 20 —10 9 : 3 : 4 18 : 31 : 8 32,06 : 10,69 : 14,25 47,51 5,99 <5

      • * * 9 : 6 : 1 18 : 31 : 8 32,06 : 21,38 : 3,56 16,03 <5 12 : 3 : 1 18 : 31 : 8 42,75 : 10,69 : 3,56 58,46 <5 * Empat Kelas

        9:3:3:1 13:27:15:2 32,06:10,69:10,69:3,56 38,66 7,81 <5

        Keterangan : * = Nyata pada ta raf α 5% tn = Tidak berbeda nyata pada taraf α 5%

        Tabel 4. Uji khi-kuadrat nisbah pola segregasi karakter jumlah polong per tanaman, generasi F

      • 2 Wilis x Malang 2521 Nisbah 2 2 Jumlah Observasi Harapan X h

          X Peluang 0,05

        Polong Per (O) (E) (%)

        tanaman Dua Kelas tn *

          3 : 1 41 : 16 42,75 : 14,25 0,23 75 —50

        9 : 7 41 : 16 32,06 : 24,94 5,79 3,84 <5

        tn 13 : 3 41 : 16 46,31 : 10,69 2,90

        • * 10 —5

          15 : 1 41 : 16 53,44 : 3,56 43,13 <5

          • * Tiga Kelas
            • *

              1 : 2 : 1 26 : 24 : 7 14,25 : 28,50 : 14,25 14,09 <5

              9 : 3 : 4 26 : 24 : 7 32,06 : 10,69 : 14,25 21,42 5,99 <5

              tn 9 : 6 : 1 26 : 24 : 7 32,06 : 21,38 : 3,56 4,79
            • * 10 —5

              12 : 3 : 1 26 : 24 : 7 42,75 : 10,69 : 3,56 26,46 <5

              • * Empat Kelas

                9:3:3:1 19:22:10:6 32,06:10,69:10,69:3,56 19,01 7,81 <5

                Kete rangan : * = Nyata pada taraf α 5%, tn = Tidak berbeda nyata pada taraf α 5%

                Menurut Baihaki (2000), masing-masing karakter. Hal ini menyebabkan pola gen pada karakter kuantitatif mempunyai segregasi untuk karakter umur berbunga, konstribusi kecil dalam pewarisan suatu tinggi tanaman, bobot 100 biji dan bobot

                

              Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

                V

                tanaman pada persilangan Wilis x Malang 2521 mengikuti nisbah 3 : 1 berarti bahwa karakter jumlah polong per tanaman merupakan karakter yang dikendalikan secara sederhana oleh satu gen yang dominan penuh serta nisbah tersebut sejalan dengan nisbah Mendel.

                2 untuk karakter jumlah polong per

                —50%) pada nisbah 3 : 1, sehingga pola segregasi karakter jumlah polong per tanaman mengikuti nisbah 3 : 1 dan kendalinya adalah satu gen dominan penuh (Stansfileld dan Elrod, 2006). Pola segregasi generasi F

                persilangan Wilis x Malang 2521 sesuai dengan harapan pada α 5% untuk nisbah 3 : 1, 13 : 3 dan 9 : 6 : 1 (Tabel 4). Peluang yang paling besar (P = 75%

                2 hasil

                Hasil uji kesesuaian nisbah karakter jumlah polong per tanaman menunjukkan bahwa pola segregasi generasi F

                2 (Asadi dkk., 2003).

                3 dan v 3 , v 3 v 3 epistatik terhadap V 2 dan v

                V

                2 v 2 epistatik terhadap

                maka interaksinya adalah: v

                3

                dan

                Semirata 2013 FMIPA Unila

                2

                V

                —50%), sehingga pola segregasi karakter jumlah cabang produktif mengikuti nisbah 9 : 7. Hal ini berarti karakter tersebut dikendalikan oleh dua gen yang bereaksi epistasis resesif duplikat artinya gen homozigot resesif pada satu lokus bersifat epistatik terhadap gen dominan pada lokus lainnya. Apabila gen tersebut adalah

                Wilis x Malang 2521 sesuai dengan nisbah 9 : 7 dan 1 : 2 :1 (Tabel 3). Namun, nisbah 9 : 7 mempunyai peluang yang lebih besar yaitu (P = 75%

                2 hasil persilangan

                Pola segregasi karakter jumlah cabang produktif generasi F

                hasil persilangan Wilis x Malang 2521 mengikuti nisbah 3 : 1 dan 13 : 3 (Tabel 2). Namun nisbah 13 : 3 mempunyai peluang yang paling besar yaitu (P= 50% —30%), sehingga pola segregasinya mengikuti nisbah 13 : 3. Hal ini berarti bahwa karakter tersebut dikendalikan oleh dua gen yang bereaksi epistasis dominan-resesif artinya gen dominan pada satu lokus dan gen resesif pada lokus lain mempengaruhi penampakan fenotipe yang sama (Crowder, 1997). Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa efek aksi gen non-aditif (dominan dan epistasis) berperan dalam mengendalikan karakter umur panen.

                2

                Pola segregasi karakter kualitatif mengikuti nisbah Mendel atau modifikasinya (Fehr, 1987). Pola segregasi karakter umur panen tanaman kedelai populasi generasi F

                Sebaran frekuensi untuk karakter umur panen, jumlah cabang produktif dan jumlah polong per tanaman bersifat diskontinu atau tidak menyebar normal sehingga ada indikasi karakter tersebut merupakan karakter kualitatif. Karakter kulitatif merupakan karakter yang tidak atau sedikit dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan dikendalikan oleh gen sederhana yang lebih mudah diwariskan (Millah dkk., 2000). Oleh karena itu, kelas-kelas rasio pada karakter ini dapat dibedakan dengan jelas, karena dipengaruhi oleh satu atau dua gen. Penelitian ini sama dengan penelitian Nugroho dkk. (2013), untuk jumlah cabang produktif dan Hartati dkk. (2013) untuk karakter jumlah polong per tanaman. Karakter umur panen pada penelitiaan ini tidak sejalan dengan Baihaki (2000), hal ini terjadi karena disaat pengamatan umur panen tidak dilakukan pengamatan setiap hari.

                biji per tanaman, pengaruh individu sukar diidentifikasi dan pewarisannya tidak sesederhana seperti pada genetika Mendel.

                |211

                Karakter umur berbunga, tinggi tanaman, bobot 100 butir, dan bobot biji per tanaman merupakan karakter kuantitatif biasanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Oleh karena itu, seleksi berdasarkan karakter-karakter tersebut tidak efektif dilakukan pada generasi awal. Demikian juga bila berdasarkan hasil pendugaan pola segregasi karakter umur panen, jumlah cabang produktif, dan jumlah polong per tanaman, seleksi tidak dapat dilakukan pada generasi awal karena adanya aksi gen non-aditif (dominan dan epistasis) masih besar.

              • – 52 Crowder, L. V, 1997. Genetika Tumbuhan.

                tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) generasi F 2 hasil persilangan Wilis x B3570. Jurnal Agtotek Tropika

                York. 536 hlm. Gomez, K. A. dan A. A. Gomez. 1995.

                Statistical procedures for Agriculture Research

                . An IRRI Book. John Wiley & Sons. Six

                th Edition. New York. 688 hlm.

                Hartati, S., M. Barmawi, dan N. Sa‘diyah.

                2013. Pola segregasi karakter agronomi

                Vol. 1 (1): 3-13 Limbongan, Yusuf L., H. Aswidinnoor., B. S. Purwoko., Trikoesoemaningtyas. 2008. Pewarisan sifat toleran padi sawah (Oryza sativa L.) terhadap cekaman suhu rendah. Bul. Agro. (36) (2)

                Fehr, W.R, 1987. Principles of Cultifar Development Vol.

                Millah, Z., R. Setiamihardja, A. Baihaki, dan Y.S. Darsa. 2004. Pewarisan

                karakter jumlah biji per polong dan warna biji tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea) . Zuriat 15(1):53

                — 58. Nugroho, W.P., M. Barmawi, dan N.

                Sa‘diyah. 2013. Pola segregasi karakter

                agronomi tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) generasi F 2 hasil persilangan Yellow Bean x Taichung .

                Jurnal Agtotek Tropika Vol. 1 (1): 38- 44.

                Prabowo, E.H. 2008. Kedelai; Komoditas yang Salah Urus . [23 Januari 2008].

                1 Theory and Technique . Macmillan Pub. Co. New

                Diterjemahkan dari Plant Genetics oleh Lilik kusdiati. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 499 hlm.

                

              Nyimas Sa’diyah, dkk: POLA SEGREGASI KARAKTER AGRONOMI TANAMAN KEDELAI

              (Glycine max [L.] Merrill) GENERASI F 2 HASIL PERSILANGAN WILIS X MALANG 2521 KESIMPULAN

                Karakter umur panen dikendalikan oleh dua gen yang bersifat epistasis dominan- resesif dengan nisbah 13:3, jumlah cabang produktif dikendalikan oleh dua gen yang bersifat epistasis resesif duplikat dengan nisbah 9:7, dan jumlah polong per tanaman dikendalikan oleh satu gen yang bersifat dominan sempurna dengan nisbah 3 : 1.

                Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil analisis data dapat disimpulkan: Sebaran frekuensi karakter umur berbunga, tinggi tanaman, bobot 100 biji dan bobot biji per tanaman pada populasi F

                2

                menyebar normal, sedangkan sebaran frekuensi untuk karakter umur panen, jumlah cabang produktif dan jumlah polong per tanaman menyebar tidak normal.

              DAFTAR PUSTAKA

                Bulanan Data Sosial Ekonomi . Edisi 17

                14 (2): 1-21 Badan Pusat Statistik. 2011. Laporan

                ketahanan kedelai terhadap penyakit virus kerdil (soybean stunt virus). Zuriat

                Heritabilitas Sifat Ketahanan Kedelai terhadap Cowpea Mild Mottle Virus Populasi Willis x MLG2521. J. HPT Tropika . Vol. 7 (1): 48

                . John Wiley and Sons, Inc, New York. 485 hlm Assadi, Soemartono, M, Woerjono dan H.

                Breeding

                Allard, R.W. 1995. Principles of Plant

                Katalog BPS 9199017. 110 hlm Baihaki, A. 2000. Teknik Rancangan dan Analisis Penelitian Pemuliaan .

                Universitas Padjajaran : Bandung. 91 hlm Barmawi, M. 1998. Hubungan antara

                Ketahanan Tanaman Kedelai Terhadap Lalat Kacang (Ophiomyia phaseoli Tryon) dengan aktivitas Peroksidase dan Penentuan Pola Pewarisannya .

                Disertasi. UNPAD : Bandung. 118 hlm. Barmawi, M. 2007. Pola Segregasi dan

                Jumanto. 2003. Kendali genetik

                

              Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

                Edisi keempat. Erlangga. Jakarta. 328 hlm. Trustinah. 1997. Pewarisan beberapa sifat

                Genetika dan Pemuliaan Tanaman

                (Dasar-dasar

                Genetic and Breeding

                Welsh, J.R. 1991. Fundamental of Plant

                Edisi ketiga.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 515 hlm.

                15 (2) : 48 —54. Walpole, R.E. 1993. Pengantar Statistika.

                kualitatif dan kuantitatif pada kacang tunggak (Vigna unguiculata (L) Walp). Penelitian Pertanian Tanaman Pangan

                Stansfiled W dan S. Elrod. 2006. Genetika.

                Semirata 2013 FMIPA Unila

                105 hlm.

                Kualitatif dan Kuantitatif Kacang Panjang Keturunan Testa Coklat x Testa Hitam. Tesis . Unila. Bandar Lampung.

                263 Sriwidarti. 2011. Pola Pewarisan Karakter

                Pola Segregasi dan Distribusi Beberapa Karakter Cabai . J. Hort. 19 (3): 255-

                melalui www.Republika.co.id/berita/nasional/um um/12/07/25/m7rb4q-kopti-krisis-harga- kedelai-2012-terparah. [14 September 2012]. Sofiari, E. dan R. Kirana (2009). Analisis

                Kedelai 2012 Terparah . Diakses

                Putra, Y. M. P. 2012. Krisis Harga

                |213

                alih bahasa Mogea, J.P.). Erlangga. Jakarta. 224 hlm.