ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARAN

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA
DALAM KARANGAN TENTANG PERJALANAN SISWA KELAS VIII
MTsN MODEL TRENGGALEK
Elva Ni’matus Sholikah1
Imam Suyitno2
Martutik3
Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang
E-mail: Elvanikmatus@gmail.com
ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kesalahan penggunaan ejaan, pilihan
kata, dan kalimat dalam karangan tentang perjalanan siswa kelas VIII MTsN Model
Trenggalek. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif dengan jenis
penelitian deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa banyak melakukan
kesalahan pada penggunaan huruf kapital, tanda koma, tanda titik, penggunaan kata tidak
baku, dan kalimat. Temuan tersebut membuktikan bahwa siswa kurang memerhatikan
penggunaan tata bahasa dalam menulis, minimnya kosakata yang dimiliki siswa, dan guru
kurang memerhatikan penggunaan tata bahasa dalam karangan siswa.
Kata kunci: kesalahan berbahasa, karangan tentang perjalan, pembelajaran menulis
ABSTRACT: This research aims to describe language error in student’s composition
about trip VIII class MTsN Model Trenggalek in the use of spelling, option word, and
sentences. This research use qualitatif's methode and use descriptive research type. This
observational result points out that a lot of student do mistake on using capital letters,

comma, dot sign, word not standard, and sentences. That finding proves that student not
paying attention on sentences structure, minim of lexicon which had by student, and less of
teacher attention on structure in student composition.
Key word: error language, composition about trip, writing learning

Salah satu keterampilan menulis yang diajarkan dalam mata pelajaran
Bahasa Indonesia kelas VIII sekolah menengah pertama adalah menulis karangan.
Keterampilan menulis karangan ini penting untuk diajarkan karena menurut Percy
(dalam The Liang Gie, 2002:21) menulis memiliki beberapa manfaat, yaitu
sebagai sarana untuk (1) mengekspresikan diri (a tool for self-expression), (2)
pemahaman, (3) membantu mengembangkan kepuasan pribadi, kebanggaan, dan
perasaan harga diri, (4) meningkatkan kesadaran dan penyerapan terhadap
lingkungan sekeliling, (5) keterlibatan secara bersemangat dan bukan penerimaan
yang pasrah, dan (6) mengembangkan pemahaman dan kemampuan menggunakan
bahasa.
Pembelajaran menulis karangan tentang perjalanan di sekolah kurang
mendapatkan perhatian oleh guru. Hal ini dibuktikan dengan minimnya
kompetensi menulis karangan dalam kurikulum tingkat SMP, padahal
pembelajaran menulis karangan tentang perjalanan memiliki fungsi positif. Fungsi
tersebut ialah mengasah ketajaman berpikir dan melatih cara berpikir kreatif.

1

Elva Ni’matus Sholikah adalah mahasiswa jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang.
Artikel ini diangkat dari skripsi Program Sarjana Pendidikan.
2
Imam Suyitno adalah dosen jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang.
3
Martutik adalah dosen jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang.

1

2
Analisis kesalahan berbahasa merupakan kegiatan pengkajian segala aspek
penyimpangan berbahasa itu sendiri. Analisis kesalahan berbahasa sangat
diperlukan untuk mengetahui betapa bahasa diucapkan, ditulis, disusun, dan
berfungsi (Samsuri, 1987:6). Tujuan analisis kesalahan berbahasa secara
tradisional sangat praktis, yaitu sebagai umpan balik demi kepentingan
penyusunan materi pembelajaran bahasa (Parera, 1997:141). Lebih lanjut, Wilkins
(dalam Parera, 1997:142) memberikan pendapat bahwa dengan teori analisis
kesalahan berbahasa orang dapat langsung menjelaskan kesalalahan-kesalahan

berbahasa siswa dengan lebih memuaskan, lebih langsung, lebih berhasil, dan
menghemat waktu. Berdasarkan uraian di atas, sangat tepat bila analisis kesalahan
berbahasa digunakan sebagai suatu cara menganalisis kesalahan berbahasa siswa
dalam menulis karangan tentang perjalanan.
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Setyawan (2011) dengan judul
Analisis Kesa lahan Berbahasa Indonesia da lam Karangan Na rasi pada Siswa
Kelas IV SDN III Talang Kecama tan Sendang Kabupa ten Tulungagung . Fokus
penelitian ini yaitu kesalahan berbahasa pada tataran fonologi, morfologi, serta
sintaksis. Pada tataran fonologi, peneliti memfokuskan penelitiannya pada
kesalahan penulisan kata, penulisan huruf besar, penulisan tanda baca, tanda
hubung, serta ketidakhadiran tanda hubung. Pada tataran morfologi, peneliti
memfokuskan penelitiannya pada kata berimbuhan, penghilangan afiks ber- dan
me-. Pada tataran sintaksis, penelitian fokus pada kesalahan frasa dan kalimat.
Kurniasari (2012) melakukan penelitian dengan judul Analisis Kesalahan
Berbahasa Indonesia dalam Ka rangan Na rasi pada Siswa Kelas IV SDN Bumiayu
01 Kecama tan Kedungkandang Ma lang . Hasil dari penelitian ini yaitu ditemukan
1222 kesalahan pada penulisan huruf kapital, 248 kesalahan pada penulisan
morfem di-, dan 108 kesalahan pada penulisan kalimat.
Berdasarkan permasalahan di atas, dilakukan penelitian dengan judul
Analisis Kesalahan Berbaha sa dala m Karangan tentang Perjalanan Siswa Kelas

VIII MTsN Model Trenggalek. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kesalahan
siswa dalam penggunaan ejaan, pilihan kata, dan penggunaan kalimat pada
karangan tentang perjalanan sehingga siswa dapat memperbaiki kemampuan
berbahasanya terutama dalam menulis.
METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pengkajian pada
penelitian ini dilakukan secara mendalam dan terperinci guna memperoleh suatu
deskripsi yang jelas terhadap kesalahan penggunaan ejaan, pilihan kata, serta
kalimat dalam karangan tentang perjalanan yang ditulis oleh siswa. Oleh karena
itu, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif karena data yang dihasilkan dari
penelitian bukanlah angka-angka, tetapi berupa kata-kata atau gambaran sesuatu
(Djajasudarma, 1993:15).
Data dalam penelitian ini adalah kesalahan berbahasa, khususnya
kesalahan ejaan, pilihan kata, dan kalimat dalam karangan tentang perjalanan
siswa kelas VIII MTs Negeri Model Trenggalek. Sumber data dalam penelitian ini
adalah karangan tentang perjalan siswa yang berjumlah 60 teks, sedangkan subjek
dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A dan B MTsN Model Trenggalek.
Pada penelitian ini, data diperoleh dengan cara tes, yaitu tes uraian. Tes
adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk


3
mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2010:193). Oleh karena itu,
instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga macam, yaitu peneliti
sendiri yang berperan sebagai instrumen kunci, instrumen berupa tes uraian, yaitu
petunjuk dan perintah menulis karangan tentang perjalanan, serta instrumen
berupa tabel korpus data untuk analisis data.
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan empat tahap, yaitu
(1) identifikasi, yakni melakukan kegiatan identifikasi kesalahan-kesalahan
berbahasa pada karangan tentang perjalanan siswa sesuai dengan rumusan
masalah kemudian memberi kode pada data yang sudah ditemukan, (2)
kategorisasi, yakni melakukan kegiatan pengelompokan data sesuai dengan
kategori khusus yang telah ditemukan dari aspek ejaan, pilihan kata, dan kalimat,
(3) penyajian data, yakni menampilkan data secara lebih sederhana dalam bentuk
tabel dan persentase untuk diinterpretasikan dalam bentuk naratif dan diuraikan
kedalam penjelasan sesuai dengan berbagai konsep yang terkait dengan hasil
analisis, dan (4) penarikan kesimpulan, yakni kegiatan menyimpulkan data yang
telah diidentifikasi dan dikategorisasi sesuai dengan rumusan masalah. Keabsahan
data digunakan untuk memperoleh data dan kesimpulan yang valid sebagai suatu
karya ilmiah. Keabsahan data diperoleh melalui dua teknik, yaitu dengan kegiatan

pengecekan ahli dan pengecekan teori.
HASIL
Pada bagian ini dipaparkan data dan hasil temuan penelitian mencakup (1)
data kesalahan penggunaan ejaan, (2) data kesalahan penggunaan pilihan kata, dan
(3) data kesalahan penggunaan kalimat dalam karangan tentang perjalanan siswa
kelas VIII MTsN Model Trenggalek.
Kesalahan Penggunaan Ejaan dalam Karangan tentang Perjalanan Siswa
Kelas VIII MTsN Model Trenggalek
Berdasarkan analisis data, ditemukan kesalahan ejaan sebanyak 489
kesalahan. Kesalahan penggunaan ejaan ini terjadi pada beberapa aspek, yaitu
aspek penulisan tanda baca, penulisan huruf, dan penulisan kata. Kesalahan ejaan
terbanyak yaitu kesalahan yang disebabkan oleh penulisan huruf kapital,
berjumlah 156 kesalahan.
Kesalahan penggunaan ejaan yang ditemukan dalam karangan tentang
perjalanan siswa kelas VIII MTsN Model Trenggalek yaitu (1) penggunaan tanda
titik pada akhir kalimat, judul karangan, dan penggunaan yang tidak sesuai
ketentuan, (2) penggunaan tanda koma dalam kalimat yang tidak tepat, dan
menggantikan tanda titik, (3) penggunaan tanda petik dalam judul karangan,
petikan langsung, dan dalam karangan yang tidak tepat, (4) penggunaan tanda
pisah untuk memisahkan informasi tambahan dalam kalimat, (5) penggunaan

tanda hubung dalam pemenggalan kata, dan perulangan kata, (6) penggunaan
tanda seru dalam kalimat yang kurang tepat, (7) penggunaan tanda tanya yang
berlebihan dan tidak pada pernyataan tanya, (8) penggunaan tanda titik dua
sebagai penanda yang mengakhiri konjungsi yaitu dan bukan kalimat lengkap, (9)
penggunaan tanda titik koma untuk memerinci suatu pernyataan, (10) penulisan
huruf kapital pada huruf pertama preposisi dalam judul karangan, kata ganti, nama
tempat, dan penulisan huruf kapital di awal kalimat, (11) penulisan preposisi

4
digabung dengan kata yang menyertainya, misalnya disepanjang ja lan , (12)
penulisan partikel pun yang dirangkai dengan kata yang mendahuluinya, misalnya
ka mipun , (13) penulisan kata turunan meliputi penulisan awalan yang dipisah
dengan kata yang menyertainya, misalnya di ajarkan, (14) penulisan kata ganti
yang dipisah dengan kata yang menyertainya, misalnya ku serahkan, ku ambil,
(15) penulisan kata asing tidak ditulis dengan huruf miring atau garis bawah,
misalnya study tour , (16) penulisan angka dan lambang bilangan yang seharusnya
dapat dinyatakan dalam bentuk huruf, dan (17) penulisan singkatan dan akronim
yang tidak sesuai ketentuan, seperti PD, yg, dgn, dan puskesma s.
Kesalahan Penggunaan Pilihan Kata dalam Karangan tentang Perjalanan
Siswa Kelas VIII MTsN Model Trenggalek

Kesalahan penggunaan pilihan kata dalam karangan tentang perjalanan
siswa kelas VIII MTsN Model Trenggalek ditemukan dari aspek leksikal dan
gramatikal. Kesalahan dari aspek leksikal yang ditemukan yaitu penggunaan kata
tidak baku, sebagai contoh do’a , shola t, tapi, ta k, dan bis, serta penggunaan
ragam lisan diluar konteks kutipan langsung, sebagai contoh bosen, pa ke, ngerem
dan kata interjeksi sih, eh, tuh, kan. Kesalahan dari aspek gramatikal yang
ditemukan yaitu kesalahan penggunaan afiks yang tidak tepat, sebagai contoh
tempat pembelanjaan, dan sa ya diberikan, serta kesalahan yang disebabkan oleh
penggunaan pilihan kata yang tidak padu dengan kalimat, sebagai contoh diabsen .
Kesalahan Penggunaan Kalimat dalam Karangan tentang Perjalanan Siswa
Kelas VIII MTsN Model Trenggalek
Kesalahan penggunaan kalimat efektif yang ditemukan dalam karangan
tentang perjalanan siswa kelas VIII MTsN Model Trenggalek yaitu kesalahan (1)
kalimat tidak lengkap, kesalahan ini meliputi struktur kalimat yang tidak lengkap,
serta kalimat merupakan anak kalimat dari kalimat lain yang menyebabkan makna
kalimat tersebut tidak utuh, sebagai contoh ‘Pagi hari sekitar ja m 9.’, (2) kalimat
tidak tepat disebabkan oleh bentuk kata kerja yang tidak tepat, urutan kata yang
tidak tepat, urutan kata yang tidak sesuai dengan fungsi sintaksis, serta
penghilangan kata yang memiliki hubungan gramatikal, sebagai contoh kalimat
dengan kata kerja tidak tepat sebagai berikut ‘Jadi bisa nambah kera maian.’, (3)

kalimat tidak logis disebabkan oleh penggunaan kata atau konotasi yang tidak
logis atau tidak masuk akal, seperti jalanan compang-camping, dan mema kan
waktu , (4) kesalahan kalimat tidak hemat disebabkan oleh penggunaan bentuk
superlatif, subjek ganda, dan penggunaan kata bersinonim dalam satu kalimat,
sebagai contoh ‘Ta k tera sa kami sudah sa mpa i di tempat lokasi.’, dan (5) kalimat
tidak jelas atau ambigu disebabkan oleh kesalahan pilihan kata sehingga
menimbulkan kalimat memiliki makna ganda, sebagai contoh ‘Saya berwisa ta
dengan teman kursus yang tempa tnya tida k jauh da ri rumah sa ya.’.
PEMBAHASAN
Pada bagian pembahasan dipaparkan (1) kesalahan penggunaan ejaan, (2)
kesalahan penggunaan pilihan kata, dan (3) kesalahan penggunaan kalimat dalam
karangan tentang perjalanan siswa kelas VIII MTsN Model Trenggalek.

5
Kesalahan Penggunaan Ejaan dalam Karangan tentang Perjalanan Siswa
Kelas VIII MTsN Model Trenggalek
Temuan pertama pada penelitian ini adalah kesalahan penggunaan ejaan
dalam karangan tentang perjalanan siswa kelas VIII MTsN Model Trenggalek,
meliputi kesalahan penggunaan tanda titik, tanda koma, tanda kutip, tanda pisah,
tanda hubung, tanda seru, tanda tanya, tanda titik dua, tanda titik koma, huruf

kapital, preposisi, partikel, kata turunan, kata ganti, kata asing, angka dan lambang
bilangan, serta kesalahan singkatan dan akronim.
Kesalahan penulisan tanda titik merupakan kesalahan tanda baca yang
banyak ditemukan dalam karangan tentang perjalanan siswa, yaitu 22 (4,4%)
kesalahan. Kesalahan karena tanda titik ini disebabkan oleh penggunaan tanda
titik sebagai pemisah antarklausa, tidak adanya tanda titik sebagai penanda akhir
kalimat, penggunaan tanda titik pada judul karangan, serta penggunaan tanda titik
yang mengakhiri ungkapan seruan atau perintah. Temuan tersebut membuktikan
bahwa siswa belum memahami ketentuan penggunaan tanda titik.
Kesalahan penggunaan tanda koma merupakan kesalahan tanda baca yang
banyak ditemukan dalam karangan tentang perjalanan siswa, yaitu 117 (23,5%)
kesalahan. Kesalahan terbanyak disebabkan oleh penggunaan tanda koma yang
difungsikan sebagai tanda titik dan penggunaan tanda koma yang kurang tepat.
Temuan ini membuktikan bahwa walaupun tanda koma adalah tanda baca yang
paling banyak digunakan dalam suatu karangan, tetapi siswa belum menguasai
ketentuan penggunaan tanda koma dengan baik. Penggunaan tanda koma yang
menggantikan fungsi tanda titik ini membuat kalimat menjadi fragmen-fragmen
yang tidak utuh. Kesalahan ini terjadi karena ketika siswa mendapat tugas
menulis, guru tidak membahas kesalahan tulisan siswa berdasarkan tata bahasa.
Jadi, setiap siswa membuat kesalahan pengunaan tanda koma, mereka akan

menganggap hal tersebut sudah benar. Jika hal ini dibiarkan maka kebiasaan ini
akan terulang kembali dan menjadi pengalaman. Hal ini sesuai dengan pendapat
Dale (dalam Tarigan, 1993:6) bahwa kemampuan menulis siswa dibatasi oleh
pengalaman-pengalaman mereka dan oleh model-model yang tersedia.
Kesalahan penggunaan tanda kutip merupakan kesalahan penggunaan
tanda baca yang cukup banyak ditemukan, yaitu 19 (3,8%) kesalahan. Kesalahan
tersebut disebabkan oleh digunakannya tanda kutip dalam judul karangan. Tanda
petik hanya digunakan untuk mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang
dipakai dalam kalimat, tidak mengapit judul karangan. Temuan tersebut
membuktikan bahwa siswa kurang berlatih menulis sesuai tata bahasa yang benar.
Hal ini sesuai pendapat Ariningsih, Sumawarti, dan Saddhono (2012:48) bahwa
dalam buku Pedoman Ejaan yang Disempurnakan sudah ada petunjuk
menggunakan ejaan yang tepat mulai dari kaidah penulisan huruf, penulisan kata,
dan penggunaan tanda baca, tetapi siswa masih sering salah dalam
menerapkannya. Adanya kesalahan ejaan dapat menjadikan kualitas tulisan
kurang baik.
Kesalahan penggunaan tanda pisah merupakan kesalahan yang sedikit
ditemukan, yaitu 1 (0,2%) kesalahan. Kesalahan terletak pada penggunaan tanda
pisah untuk memisahkan keterangan yang masih termasuk dalam bangun kalimat.
Lebih baik jika keterangan tersebut tidak perlu dipisah dengan tanda pisah.
Kesalahan ini terjadi karena penggunaan tanda pisah sangat kecil kemungkinan
digunakan dalam penulisan karangan, terutama karangan tentang perjalanan.

6
Namun, siswa harus memerhatikan ketentuan penggunaan ejaan dalam menulis
karangan karena menurut Martutik dan Rani (2013:171) sebuah tulisan yang
memenuhi ejaan akan memudahkan pembaca untuk memahami dan menghindari
terjadinya kesalahapahaman dalam mencerna sebuah tulisan. Jadi, jika siswa
banyak melakukan kesalahan terutama ejaan maka akan memungkinkan
terjadinya kesalahpahaman pembaca dalam mencera informasi suatu bacaan.
Kesalahan penggunaan tanda hubung merupakan kesalahan yang cukup
banyak ditemukan yaitu 6 (1,2%) kesalahan. Kesalahan tersebut disebabkan oleh
penggunaan tanda hubung dalam pemenggalan kata yang tidak tepat, dan tidak
adanya tanda hubung dalam perulangan kata. Kesalahan ini disebabkan siswa
tidak cermat dalam menggunakan tanda hubung. Hal ini mungkin terjadi karena
dalam pembelajaran guru menganggap siswa sudah memahami aturan penulisan
tanda hubung. Anggapan tersebut harus dihindari karena termasuk anggapan yang
bersifat subjektif. Guru wajib mencari tahu kekurangan siswa dan
memperbaikinya. Hal ini berdasar pada tugas guru bahasa yaitu mengubah
kehidupan siswa menuju kehidupan yang lebih baik (Tarigan, 1993:15) terutama
melalui bahasa karena manusia satu dengan manusia lain berkomunikasi dengan
bahasa.
Kesalahan penggunaan tanda seru sebanyak 10 (2%) kesalahan. Kesalahan
ini disebabkan oleh penggunaan tanda seru untuk memisahkan kata wa h dalam
kalimat, serta tanda seru yang tidak digunakan untuk mengakhiri ungkapan seruan
dan perintah. Perkembangan teknologi berpengaruh pada perkembangan
berbahasa siswa, salah satunya melalui media pesan singkat dan jejaring sosial.
Dalam berinteraksi siswa sering menggunakan bahasa slank. Penggunaan bahasa
slank yang identik dengan kehidupan remaja berdampak pada kemampuan
menulis siswa. Tarigan (1993:167) menyatakan bahwa para siswa
menginterpretasikan kata-kata berdasarkan pengalamannya pada masa lalu. Hal
yang diinterpretasikan tentu saja tidak hanya kata tetapi juga ejaan dan kalimat.
Kesalahan penggunaan tanda titik koma merupakan kesalahan penggunaan
ejaan yang sedikit ditemukan, yaitu 1 (0,2%) kesalahan. Kesalahan ini disebabkan
oleh penggunaan tanda titik koma dalam perincian. Kesalahan penggunaan tanda
tanya merupakan kesalahan yang sedikit ditemukan yaitu 2 (0,4%) kesalahan.
Kesalahan ini disebabkan oleh penggunaan tanda tanya tidak pada kalimat tanya
dan penggunaan tanda tanya yang berlebihan.
Kesalahan penggunaan tanda titik dua merupakan kesalahan yang sedikit
ditemukan yaitu 2 (0,4%) kesalahan. Kesalahan tersebut disebabkan oleh
kebiasaan sehari-hari siswa saat berbicara atau berucap. Ejaan terutama tanda baca
sangat berpengaruh pada jeda. Siswa akan menggunakan tanda baca pada
tulisannya berdasarkan jeda kalimat yang mereka ucapkan. Hal ini sesuai
pendapat Tarigan (1993:155) bahwa salah satu penyebab utama ejaan yang jelek
adalah ucapan yang sembrono.
Kesalahan penggunaan huruf kapital yang ditemukan sebanyak 156
(31,3%) kesalahan. Walaupun penulisan huruf kapital tampak sepele, tetapi
banyak kesalahan penulisan huruf kapital yang dilakukan oleh siswa. Kesalahan
terbanyak disebabkan oleh penulisan huruf kapital pada awal kata penanda
hubungan kekerabatan seperti ayah, ibu, nenek, kakak, adik yang tidak dipakai
dalam sapaan atau acuan. Dalam Pedoman Umum Ejaan yang Disempurna kan
penulisan huruf kapital digunakan sebagai huruf awal kata penanda hubungan

7
kekerabatan yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan. Jika kata penanda
hubungan kekerabatan tersebut tidak dipakai dalam penyapaan atau pengacuan,
maka huruf awal kata tersebut ditulis dengan huruf kecil.
Kesalahan penulisan kata yang ditemukan adalah penulisan partikel,
preposisi, kata turunan, kata asing, angka dan lambang bilangan, serta singkatan
dan akronim. Kesalahan penulisan partikel merupakan kesalahan penulisan kata
yang cukup banyak ditemukan, yaitu 23 (4,6%) kesalahan. Kesalahan penulisan
partikel yang ditemukan adalah penulisan partikel pun . Siswa banyak menulis
partikel pun dirangkai dengan kata sebelumnya. Hal ini mungkin terjadi karena
ketentuan penulisan partikel pun yang berbeda dengan ketentuan penulisan
partikel lain yaitu kah-, lah-, dan tah sehingga siswa sering mengalami kesalahan.
Kebiasaan menggunakan partikel pun yang dirangkai tersebut berkaitan dengan
kurangnya pemahaman siswa dengan ketentuan menggunakan partikel. Kesalahan
tersebut tidak akan berubah jika guru tidak memberikan penjelasan tentang
ketentuan penulisan partikel yang benar kepada siswa.
Kesalahan penulisan preposisi dan kata turunan merupakan kesalahan
penulisan kata yang paling banyak ditemukan, yaitu 92 (18,5%) dan 14 (2,8%)
kesalahan. Kesalahan yang paling sering ditemukan adalah kesalahan dalam
menuliskan imbuhan di- dan preposisi di yang sering tertukar, juga preposisi ke.
Kata yang paling banyak salah adalah penulisan kata di sana dan ke sana yang
penulisannnya dirangkaikan. Temuan penelitian ini sejalan dengan pendapat
Hasnun (2006:16) bahwa kesalahan ejaan yang paling sering dijumpai adalah
penggunaan kata depan dan awalan. Penulisan awalan kadang-kadang sama
dengan cara penulisan kata depan sehingga bagi penulis ini penting untuk
diperhatikan.
Kesalahan penulisan kata asing sebanyak 9 (1,8%) kesalahan. Kesalahan
ini disebabkan oleh penggunaan kata asing yang tidak ditulis dengan huruf miring
atau dengan garis bawah. Kesalahan penggunaan kata ganti merupakan kesalahan
yang cukup banyak ditemukan dalam karangan tentang perjalanan siswa, yaitu 8
(1,6%) kesalahan. Kesalahan ini disebabkan oleh penulisan kata ganti nama orang
yang dipisah dengan kata sesudah dan sebelumnya. Hal ini terjadi karena
kurangnya model-model yang diberikan oleh guru kepada siswa sehingga siswa
tidak mengetahui cara penulisan kata ganti dengan benar.
Kesalahan penulisan singkatan dan akronim sebanyak 5 (1%) kesalahan.
Kesalahan ini disebabkan oleh penggunaan singkatan yang tidak umum digunakan
dalam tata bahasa Indonesia, seperti PD, yg , serta penulisan akronim yang tidak
tepat. Kesalahan penggunaan angka dan lambang bilangan sebanyak 11 (2,2%)
kesalahan. Kesalahan tersebut disebabkan oleh penulisan lambang bilangan yang
seharusnya dapat ditulis dengan satu atau dua kata. Temuan ini membuktikan
bahwa siswa kurang teliti dalam menggunakan ejaan. Kenyataam tersebut tidak
sejalan dengan pendapat Widjono (2007:127) bahwa penulisan bentuk singkatan,
penulisan angka dan lambang bilangan, serta pemenggalan kata sangat penting
diperhatikan dalam menulis karangan. Ketidaktelitian tersebut terjadi karena siswa
kurang tertarik dengan materi yang guru sampaikan dalam kelas. Guru harus bisa
menciptakan suatu metode belajar berbahasa dengan menyenangkan.

8
Kesalahan Penggunaan Pilihan Kata dalam Karangan tentang Perjalanan
Siswa Kelas VIII MTsN Model Trenggalek
Temuan kedua dari penelitian ini adalah kesalahan penggunaan pilihan
kata dalam karangan tentang perjalanan siswa, terdiri dari kesalahan pilihan kata
dari aspek leksikal dan gramatikal. Pilihan kata dilihat dari aspek leksikal
merupakan pilihan kata yang dilihat dari kebakuan kata, sedangkan kesalahan kata
dari aspek gramatikal dilihat dari tata bahasa Indonesia.
Kesalahan dari aspek leksikal yang ditemukan adalah kesalahan
penggunaan kata tidak baku. Ada dua indikator yang menandakan kata tersebut
tidak baku, yaitu dilihat dari kesesuaian kata tersebut dengan kamus dan bentuk
kata lisan. Kesalahan yang disebabkan oleh tidak sesuainya pilihan kata dengan
kamus merupakan kesalahan paling banyak ditemukan dalam karangan tentang
perjalanan siswa, yaitu 78 (70,2%) kesalahan. Kata-kata tidak baku yang sering
digunakan adalah do’a , shola t, tapi, bis, goa, musium, wudhu, sa ’at , dan
berjama’ah .
Penggunaan pilihan kata yang tidak baku disebabkan oleh pergaulan siswa
sehari-hari yang sering menggunakan kata tidak baku dalam berkomunikasi
sehingga menular dalam komunikasi tertulis. Hal ini terbukti dengan banyaknya
penggunaan kata tidak baku dalam karangan tentang perjalanan yang ditulis siswa.
Banyaknya kesalahan dalam penggunaan kata tidak baku ini tidak sejalan dengan
pendapat Hasnun (2006:22) bahwa dalam konteks penggunaan kata dalam
makalah atau karya tulis ilmiah seorang penulis sebaiknya memerhatikan dan
memakai kata-kata yang sudah dibakukan. Berdasarkan pendapat tersebut dapat
diambil kesimpulan bahwa siswa tidak memerhatikan pilihan kata baku dalam
menulis karangan tentang perjalanan.
Kalimat dengan pilihan kata ragam lisan cukup banyak ditemukan, yaitu
10 (9%) kesalahan. Kesalahan ini disebabkan oleh penggunaan kata kerja yang
tidak baku dan interjeksi. Kata lisan yang ditemukan adalah nambah, pa ke,
ngerem, dan bosen. Kesalahan ini terjadi karena siswa memiliki kosakata yang
masih sedikit. Temun ini tidak sejalan dengan pendapat Tarigan (1993:2) bahwa
kualitas keterampilan berbahasa seseorang jelas bergantung pada kuantitas dan
kualitas kosakata yang dimilikinya. Semakin kaya kosakata yang dimiliki maka
semakin besar kemungkinan terampil berbahasa. Oleh karena itu, tugas seorang
guru bahasa tidak hanya meningkatkan kuantitas kosakata, tetapi juga kualitas
kosakata tersebut sehingga siswa mampu menentukan pilihan kata yang tepat
digunakan dalam suatu kalimat.
Kesalahan dari aspek gramatikal yang ditemukan yaitu kesalahan bentukan
kata berimbuhan yang tidak gramatikal dan pilihan kata kurang tepat. Kesalahan
bentukan kata berimbuhan yang tidak gramatikal merupakan kesalahan yang
cukup banyak ditemukan dalam karangan tentang perjalanan siswa, yaitu 8 (7,2%)
kesalahan. Imbuhan atau afiks sangat beragam dan setiap bentuk memiliki
alomorf yang berbeda. Setiap alomorf memiliki makna yang berbeda. Oleh karena
itu, jika siswa tidak cermat maka bisa saja alomorf yang digunakan memiliki
makna tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Kesalahan pada bentukan kata
berimbuhan ini terjadi karena siswa kurang memahami atau bahkan tidak
menguasai ketentuan penggunaan afiks dengan baik. Hal ini berkaitan dengan
banyaknya kosakata yang dikuasai oleh peserta didik, semakin banyak kosakata

9
yang dimiliki maka semakin mudah siswa mengungkapkan gagasannya (Keraf,
2004:24).
Kesalahan yang disebabkan oleh pilihan kata yang tidak tepat merupakan
kesalahan yang banyak ditemukan dalam karangan tentang perjalanan siswa, yaitu
sebanyak 15 (13,5%) kesalahan. Kesalahan ini disebabkan oleh pilihan kata yang
digunakan tidak padu dengan kalimat. Ketepatan penggunaan pilihan kata ini
dipengaruhi oleh kemampuan penggunaan bahasa, yaitu kemampuan mengetahui,
memahami, menguasai, dan menggunakan sejumlah kosakata secara aktif yang
dapat mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga mampu mengomunikasikan
secara aktif kepada pembaca (Putrayasa, 2009:98). Kesalahan dalam pemilihan
kata mungkin terjadi karena siswa salah tulis. Hal ini sesuai dengan pendapat
Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan (1988:74) yang menyatakan bahwa dalam menulis
karangan terkadang terjadi kesalahan nalar yang tidak disengaja sehingga
menyebabkan salah tulis.
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan diketahui bahwa kesalahan
berbahasa yang disebabkan oleh kesalahan pilihan kata cukup banyak. Hal
tersebut disebabkan siswa memiliki kosakata yang masih terbatas. Kurangnya
kosakata ini juga disebabkan siswa kurang membaca karena menurut Tarigan
(1993:156) kemampuan mengeja dengan baik dan benar turut pula memperkaya
kosakata, dan selanjutnya turut menunjang telaah kosakata.
Kesalahan pilihan kata ini dikaitkan dengan kurangnya praktik menulis
yang dilakukan oleh siswa sehingga mereka belum mampu memilih kata yang
tepat untuk digunakan dan kata yang tidak tepat. Selain itu, peran guru dalam
mengajarkan bahasa di kelas juga sangat besar. Tarigan (1993:22) menyatakan
bahwa tugas pokok pengembangan kosakata yang diemban oleh para guru adalah
menolong para siswa untuk melihat persamaan dan perbedaan yang belum siswa
lihat sebelumnya. Para guru seharusnya melihat perkembangan kosakata sebagai
perkembangan konseptual, perkembangan pengertian dan konsepsi. Dengan
demikian, maka pembelajaran berbahasa dalam kelas dapat terarah dengan baik
dan maksimal.
Faktor yang paling penting dalam pembangunan dan peningkatan kosakata
adalah pengalaman yang kaya (Tarigan, 1993:213). Pengalaman yang kaya ini
dapat diperoleh tidak hanya dari dalam diri individu tersebut, tetapi siswa pun
dituntut aneka ragam pengalaman tak langsung yang diperoleh dari orang lain
melalui kegiatan-kegiatan menyimak, mengamati, dan membaca. Jadi, siswa harus
selalu aktif untuk menyerap berbagai kosakata dan guru harus meningkatkan
kualitas konsepsi siswa sehingga siswa mampu menentukan dan memilih kata
yang tepat dalam menulis karangan.
Temuan ini belum sesuai pendapat Keraf (2004:24) bahwa terdapat tiga
kesimpulan mengenai pilihan kata. Pertama , pilihan kata mencakup pengertian
kata yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, membentuk
pengelompokan kata yang tepat, dan gaya bahasa yang paling baik digunakan
dalam suatu situasi. Kedua , pilihan kata mencakup kemampuan membedakan
secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan dan
kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan
nilai rasa yang dimiliki oleh kelompok masyarakat pendengar. Ketiga , pilihan kata
yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar

10
kosakata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Siswa harus memperbaiki dan
memperbanyak kosakata yang mereka miliki.
Kesalahan Penggunaan Kalimat dalam Karangan tentang Perjalanan Siswa
Kelas VIII MTsN Model Trenggalek
Temuan ketiga dalam penelitian ini adalah kesalahan penggunaan kalimat
efektif terdiri atas kalimat tidak lengkap, kalimat tidak tepat, kalimat tidak logis,
kalimat tidak efektif, dan kalimat tidak jelas. Kalimat dinyatakan baik jika dapat
diterima oleh pendengar atau pembacanya tanpa penilaian negatif, dan benar jika
disusun berdasarkan sistem, kaidah, atau aturan bahasa Indonesia (Putrayasa,
2009:131). Namun, dalam kenyataan sehari-hari banyak ditemukan kalimat yang
tidak efektif baik di surat kabar, majalah, atau media cetak online. Kalimat dapat
dikatakan efektif
jika kalimat tersebut singkat, padat, jelas, dan dapat
menyampaikan informasi secara lengkap (Putrayasa, 2009:160).
Kesalahan kalimat tidak lengkap merupakan kesalahan yang banyak
ditemukan dalam karangan tentang perjalanan siswa, yaitu 8 (9%) kesalahan.
Suatu kalimat dapat dikatakan kalimat lengkap apabila mempunyai kelengkapan
struktur kalimat (Martutik dan Rani, 2013:112). Kesalahan kalimat yang tidak
lengkap ini disebabkan oleh tidak adanya unsur inti pembangun kalimat, kalimat
merupakan penggalan atau potongan dari kalimat lain, dan makna kalimat tidak
utuh. Hal ini terjadi karena siswa tidak memerhatikan struktur kalimat saat
menulis sehingga kalimat yang ditulis tidak memenuhi kelengkapan struktur
sintaksis.
Kesalahan kalimat tidak tepat merupakan kesalahan yang banyak
ditemukan dalam karangan tentang perjalanan siswa, yaitu 16 (18%) kesalahan.
Kesalahan ini disebabkan oleh tidak tepatnya fungsi kata, tidak tepatnya
penggunaan pembentukan kata, tidak tepatnya penggunaan pilihan kata, dan
dihilangkannya bagian yang berfungsi menunjukkan hubungan gramatikal.
Kalimat yang tidak tepat ini berhubungan dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia,
baik dari ejaan, pilihan kata, dan struktur kalimat. Temuan ini membuktikan
bahwa banyak siswa yang kurang memerhatikan kaidah penulisan kalimat. Hal ini
mungkin terjadi karena siswa tidak paham ketentuan menulis kalimat atau siswa
kurang cermat dalam menulis. Temuan ini tidak sejalan dengan pendapat Martutik
dan Rani (2013:114) bahwa ketepatan sebuah kalimat dilihat dari segi struktur
sintaksis, bentuk kata, dan ketepatan diksi karena masih banyak ditemukan
kesalahan-kesalahan yang menyebabkan suatu kalimat tidak tepat.
Kesalahan karena kalimat tidak logis merupakan kesalahan penggunaan
kalimat yang banyak ditemukan dalam karangan tentang perjalanan siswa, yaitu
20 (23%) kesalahan. Kalimat tidak logis ini disebabkan oleh kalimat mengandung
subjek berupa frasa preposisi, menggunakan pilihan kata yang tidak tepat,
menggunakan bentukan kata yang tidak gramatikal, serta menggunakan logika
bahasa yang salah. Ada kata yang secara umum digunakan dalam kalimat, tetapi
dari segi arti kata tersebut menjadi tidak logis karena tidak sesuai dengan konteks
kalimat. Temuan ini tidak sejalan dengan pendapat Martutik dan Rani (2013:119)
bahwa logis-tidaknya kalimat itu dilihat dari segi maknanya, bukan strukturnya
karena masih banyak ditemukan kesalahan kalimat yang mengakibatkan makna
kalimat tidak logis.

11
Kesalahan kalimat tidak hemat atau efisien merupakan kesalahan yang
paling banyak ditemukan dalam karangan tentang perjalanan siswa, yaitu 43
(49,4%) kesalahan. Kesalahan ini disebabkan oleh adanya perulangan subjek
dalam satu kalimat, penggunaan kata bersinonim dalam satu kalimat,
penjamakkan kata yang sudah berbentuk jamak, penggunaan unsur yang tidak
memiliki manfaat dalam kalimat, serta penggunaan bentuk superlatif yang
berlebihan. Menurut Putrayasa (2009:162), untuk menjamin kehematan kalimat,
setiap unsur kalimat harus berfungsi dengan baik, unsur yang tidak mendukung
kalimat (mubazir) harus dihindarkan. Namun, masih banyak ditemukan kesalahan
yang berupa perulangan kata. Hal ini mungkin terjadi karena siswa tidak teliti atau
siswa ingin menguatkan maksud kalimat yang justru membuat kalimat tersebut
tidak hemat.
Kesalahan kalimat ambigu merupakan kesalahan kalimat paling sedikit
yang ditemukan dalam karangan tentang perjalanan siswa, yaitu 1 kesalahan saja.
Kesalahan karena kalimat ambigu ini disebabkan oleh kalimat cenderung
memiliki makna ganda. Kesalahan kalimat ambigu dapat menimbulkan pembaca
kesulitan dalam memahami informasi yang terdapat dalam kalimat. Oleh karena
itu, kalimat ambigu ini harus dihindari karena menurut Martutik dan Rani
(2013:122) kalimat ambigu mampu menimbulkan salah pengertian bagi pembaca.
Kesalahan dalam penulisan kalimat efektif ini terjadi karena siswa kurang
memahami cara penulisan sebuah kalimat. Hal tersebut mampu mengakibatkan
pesan dalam kalimat yang ditulis tidak jelas, padahal kalimat merupakan
komponen terpenting dalam suatu karangan karena di dalam kalimat terdapat
kesatuan pemikiran (Putrayasa, 2009:146). Jika kalimat-kalimat dalam karangan
tersebut tidak efektif maka dapat dipastikan bahwa karangan tersebut tidak layak
baca.
Penulisan kalimat tentu tidak bisa terlepas dari penggunaan unsur-unsur
tata bahasa, seperti ejaan dan pilihan kata. Tata bahasa merupakan kemampuan
berbahasa yang paling dasar. Jika tata bahasa kurang tepat, maka dapat dipastikan
pembelajaran menulis, seperti menulis deskriptif, naratif, persuasif, eksploratif
dan pembelajaran menulis lain juga akan mengalami hambatan, namun jika tata
bahasa sudah dikuasai, maka pembelajaran menulis menjadi lebih mudah.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diperoleh tiga simpulan
penelitian sebagai berikut.
Pertama , kesalahan penggunaan ejaan dalam karangan tentang perjalanan
siswa kelas VIII MTsN Model Trenggalek ditemukan dalam berbagai aspek, baik
aspek tanda baca, penulisan huruf, serta penulisan kata. Kesalahan penggunaan
ejaan tersebut merupakan dampak dari kurangnya perhatian siswa terhadap aturan
baku penulisan ejaan dalam menulis karangan tentang perjalanan. Selain itu, guru
kurang memerhatikan penggunaan huruf kapital serta tanda baca dalam karangan
yang ditulis siswa.
Kedua , kesalahan penggunaan pilihan kata dalam karangan tentang
perjalanan siswa kelas VIII MTsN Model Trenggalek ditemukan dalam dua aspek,
yaitu aspek leksikal dan gramatikal. Kesalahan penggunaan pilihan kata

12
disebabkan oleh minimnya kosakata yang dimiliki siswa sehingga siswa tidak
mampu menyampaikan gagasan dengan sempurna.
Ketiga , kesalahan penggunaan kalimat dalam karangan tentang perjalanan
siswa kelas VIII MTsN Model Trenggalek terdiri dari kesalahan penggunaan
kalimat tidak lengkap, tidak tepat, tidak logis, tidak hemat, dan tidak jelas.
Kesalahan penggunaan kalimat disebabkan oleh siswa kurang memahami
ketentuan menulis kalimat yang baik, kurangnya praktik menulis yang dilakukan
siswa di kelas, dan kurangnya perhatian siswa terhadap struktur kalimat saat
menulis.
Saran
Berdasarkan simpulan, disarankan (1) guru Bahasa Indonesia diharapkan
lebih memerhatikan penulisan huruf kapital, tanda koma, tanda titik, dan
penulisan kalimat dalam karangan siswa, khususnya karangan tentang perjalanan,
dan memperbanyak kuantitas kosakata yang dimiliki siswa karena banyaknya
kosakata memengaruhi kelancaran siswa dalam menyampaikan ide atau gagasan,
(2) siswa diharapkan lebih memerhatikan penggunaan huruf kapital, tanda koma,
tanda titik, dan kalimat dalam menulis serta memperkaya kosakata yang dimiliki
dengan banyak mendengar, membaca, dan berdiskusi dengan orang lain, dan (3)
diharapkan dilakukan penelitian lanjutan sejenis dengan subjek penelitian siswa
SMP dan jenis karangan lain agar siswa SMP terlatih dan terbiasa menulis dengan
menggunakan ejaan, pilihan kata, serta kalimat yang baik.
DAFTAR RUJUKAN
Akhadiah, S., Arsjad, M.G., dan Ridwan, S.H. 1988. Pembinaan Kemampuan
Menulis Baha sa Indonesia . Jakarta: Erlangga.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian:Sua tu Pendekatan Pra ktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Ariningsih, N. E., Sumawarti, & Sadhono, K. 2012. Analisis Kesalahan Berbahasa
Indonesia dalam Karangan Eksposisi Siswa Sekolah Menengah Atas. Jurnal
Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Penga jarannya , (Online), 1(1):4052, (http://bastind.fkip.uns.ac.id), diakses 15 Mei 2013.
Djajasudarma, F. 1993. Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan
Kajian. Bandung: Penerbit PT Eresco.
Hasnun, A. 2006. Pedoman Menulis untuk Siswa SMP dan SMA. Yogyakarta:
Andi.
Keraf, G. 2004. Diksi dan Gaya Bahasa . Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kurniasari, N. 2012. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia dala m Karangan
Narasi pada Siswa Kelas IV SDN Bumiayu 01 Kecama tan Kedungkandang
Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FIP UM.
Martutik dan Rani, A. 2013. Menulis Berbasis Tugas. Malang: Surya Pena
Gemilang.
Parera, J. D. 1997. Linguistik Edukasiona l:Metodologi Pembelaja ran Baha sa,
Analisis Kontrastif Antarbahasa, Analisis Kesalahan Berbaha sa . Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Putrayasa, I. B. 2009. Jenis Kalima t dalam Bahasa Indonesia. Bandung: PT.
Refika Aditama.

13
Samsuri. 1987. Analisis Bahasa:Memahami Bahasa Seca ra Ilmiah . Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Setyawan, A. T. 2011. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia dala m Karangan
Narasi pada Siswa Kelas IV SDN III Talang Kecama tan Sendang
Kabupaten Tulungagung. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FIP UM.
Tarigan, H.G. 1993. Pengaja ran Kosa ka ta . Bandung: Angkasa.
The Liang Gie. 2002. Tera mpil Mengarang. Yogyakarta: Andi Offset.
Widjono Hs. 2007. Baha sa Indonesia:Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.