PENGGUNAAN MINYAK ATSIRI DALAM HIBISCUS

1

PENGGUNAAN MINYAK ATSIRI DALAM HIBISCUS
SABDARIFFA DENGAN FORTIFIKASI SOYGURT SEBAGAI
SUBTITUSI ANTIBAKTERI STREPTOCCOCUS
PNEUMONIAE PADA ANAK
Diusulkan oleh:
Nayla Mabruroh

NIM G2A009131

Novilia Lutfiatul K.

NIM 22030111120023

Rhea Auliya Anggareni

NIM 22030111120049

UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG

2012

2

HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul Kegiatan

: Penggunaan Minyak Atsiri dalam
Hibiscus sabdariffa dengan
Fortifikasi Soygurt sebagai Subtitusi
Antibakteri Streptoccocus
Pneumoniae pada Anak

2. Ketua Pelaksana Kegiatan

:

a. Nama Lengkap

: Nayla Mabruroh


b. NIM

: G2A009131

c. Universitas/Institusi/Politeknik

: Universitas Diponegoro

d. Alamat Rumah dan No.Telp/HP

: Jl. Gergaji II, No.43, Semarang
081326716824

e. Alamat Email

: naila_sincan@yahoo.com

3. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis


: 2 orang

4. Dosen Pendamping

:

a.

Nama Lengkap

b. NIP

: 198307202008121003

c. Alamat Rumah dan No Tel./HP

: Dr. Gana Adyaksa
: Jl. Tembalang Baru V/72,
Semarang
Semarang, 12 April 2012


Mengetahui
Pembantu Dekan III

Dosen Pembimbing

dr. Edwin Basyar, M.Kes, Sp.B, Sp. BA

dr. Gana Adyaksa

NIP. 196209251992031002

NIP.198307202008121003

3

ABSTRAK
Pneumonia merupakan penyebab kematian utama kedua setelah diare
pada bayi dan balita di Indonesia, yaitu sebesar 15,5% di antara semua
balita..Bakteri patogen yang paling sering menyebabkan pneumonia adalah

Streptococcus pneumonia.
Pengobatan pneumonia dapat dilakukan dengan memberikan antibiotik,
namun demikianketidaktepatan diagnosis, pemilihan antibiotik, indikasi hingga
dosis, cara pemberian, frekuensi dan lama pemberian menjadi penyebab
resistennya bakteri terhadap antibiotik, terutama pada anak. Selain itu, imunitas
yang rendah akibat kekurangan gizi juga meningkatkan morbiditas dan mortalitas
akibat pneumonia.
Minyak atsiri, yang terkandung dalam rosella (Hibiscus sabdariffa),
merupakan salah satu kekayaan herbal Indonesia yang memiliki potensi
antibakteri, salah satunya terhadapStreptococcus pneumonia.
Soyghurt merupakan hasil fermentasi susu kedelai yang mengandung
gizi tinggi, probiotik, serta rasa yang lezat, yang sangat potensial sebagai
suplementasi gizi dan meningkatkan imunitas pada anak.
Potensi sinergis antibakteri minyak atsiri dari rosella, serta kandungan
gizi tinggi dari soyghurt yang sangat penting bagi imunitas anak dapat
dikombinasikan dengan memfortifikasi minyak atsiri dalam soyghurt menjadi
makanan fungsional efektif yang mendukung pengobatan pneumonia.
Kombinasi soygurt dan minyak atsiri diharapakan dapat menekan
infeksi S. pneumoniaesebagaipenyebabpenting pneumonia, mencegah resistensi
bakteri penyebab pnuemonia, dan pada akhirnya mampu menurunkan angka

morbiditas dan mortalitas pnuemonia.
Key word : Pneumonia, rosella, minyak atsiri, antibakteri, soyghurt.

4

KATA PENGANTAR
Pneumonia adalah penyakit yang sedang mewabah saat ini. Pneumonia
dapat diobati dengan menggunakan antibiotik yang berdampak negatif pada
pembentukan kekebalan tubuh pada anak-anak. Penggunaan antibiotik sejak dini
dapat mengakibatkan mikrobakteri pada tubuh menjadi resisten terhadap obat,
sehingga penyakit tersebut sulit disembuhkan. Gagasan yang dipaparkan dalam
karya ini adalah pemanfaatan minyak atsiri pada Hibiscus sabdariffa sebagai
bahan subtitusi antibakteri Streptoccocus pneumonia pada anak.
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT gagasan tertulis ini dapat
kami selesaikan. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada dr. Gana adyasa
selaku dosen pembimbing, dosen pengajar Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro, dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
penulisan gagasan tertulis ini sehingga penulisan gagasan tertulis ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa gagasan tertulis kami masih membutuhkan kritik

dan saran konstruktif untuk penyempurnaan dan perbaikan gagasan tertulis
maupun diri kami di masa datang. Semoga gagasan tertulis ini bermanfaat dalam
menyajikan informasi bagi pengembangan penelitian selanjutnya maupun bagi
pihak yang membutuhkannya.

Semarang, 12 April 2012

Penulis

5

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................

i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................

ii


ABSTRAK .....................................................................................................

iii

KATAPENGANTAR .....................................................................................

iv

DAFTAR ISI....................................................................................................

v

PENDAHULUAN ..........................................................................................

1

Latar Belakang Masalah ................................................................................

1


Rumusan Masalah ...........................................................................................

2

Tujuan Penulisan .............................................................................................

2

TINJAUAN PUSTAKA
Pneumonia.......................................

3

……………………………….................

5

Minyak Atsiri pada Rosella .………………………………………………


10

Soygurt....………….………………………………………………………
METODE PENULISAN
Sumber dan Jenis Data ....................................................................................

13

Pengumpuulan Data ........................................................................................

13

Analisa Data ....................................................................................................
Penarikan kesimpulan .....................................................................................
ANALISIS DAN SINTESIS ..........................................................................
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .....................................................................................................
Saran ...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................


13
14
14

20
21
21
23

6

I.

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Pneumonia merupakan penyebab utama kematian setelah diare pada

bayidan balita di Indonesia, yakni sebesar 15,5% di antara semua balita. Selain
itu, pneumonia selalu berada pada daftar 10 penyakit terbesar setiap tahun di
fasilitas kesehatan (Riskerdas, 2007).
Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem pernapasan
dimana alveoli menjadi radang dan dengan penimbunan cairan. Infeksi bakteri
merupakan penyebab utama pada pneumonia yang didapat (acquired pneumonia),
dan bakteri patogen yang paling sering menyebabkan pneumonia adalah
Streptococcus pneumoniae.
Pengobatan pneumonia dapat dilakukan dengan memberikan antibiotik
penisilin G atau V. Resistensi mikroorganisme terhadap antibiotik dapat terjadi
karena adanya mikroorganisme yang menghasilkan enzim yang dapat merusak
aktivitas obat. Dengan demikian penggunaan antibiotik pada anak memerlukan
perhatian khusus karena absorbsi, distribusi, metabolism dan ekskresi obat
termasuk antibiotic pada anak berbeda dengan dewasa sehingga dapat terjadi
perbedaan respons terapetik atau efek sampingnya (Dwiprahasto, 1998).
Asupan nutrisi merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi
status gizi dan imunitas pada anak. Kekurangan gizi dihubungkan dengan
ketidaknormalan yang konsisten pada respon imun, mengecilnya kelenjar timus,
penurunan respon hipersensitivitas kulit ripe lambat, menurunnya bentuk roset
limfosit T, terutama CD4+, T sel helper, dan menurunnya aktivitas natural sel
killer. (Kusmiyati, 2001). Asupan nutrisi sangat berhubungan dengan tingkat
morbiditas dan mortalitas oleh karena infeksi pada anak. Pada penumonia, anak
yang dengan daya tahan tubuh yang terganggu akibat kekurangan energi protein
akan menderita pneumonia berulang-ulang atau tidak mampu mengatasi penyakit
pneumonia dengan sempurna.
Pengobatan dengan memanfaatkan bahan-bahan alami fitofarmaka saat
ini menjadi salah satu pilihan pengobatan yang aman dan efektif.Beberapa jenis

7

fitofarmaka mengandung komponen kimia alami yang memiliki aktivitas
bakteriosid dan bakteriostatik, di antaranya adalah minyak astiri. Salah satu
tumbuhan di Indonesia yang banyak mengandung minyak atsiri adalah rosella
(Hibiscus sabdariffa).
Komponen minyak atsiri yang mengandung gugus fenol seperti
carvacrol, geraniol, menthon, terpinen-4-ol, linalol, kamfor, 1,8-sineol, menthol,
D-limonen dan alfa pinen memiliki aktivitas antibakteri terhadapHaemophilus
influenza, Streptococcus pyogens, Streptococcus pneumonia, Staphylococcus
aureusdanEschericia coli(Inouye et al., 2001). Aktivitas antibakteri minyak atsiri
dipengaruhi oleh komposisi dan konsentrasi serta jumlah dan jenis bakteri (Yuksel
et al,2006).
Soyghurt adalah minuman fermentasi yang berasal dari susu kedelai yang
selain memiliki rasa yang lezat dan, juga memiliki kandungan protein yang tinggi
yang dapat mendukung status gizi dan imunitas tubuh. Selain itu, soygurt juga
mengandung probiotik yang akan memberikan efek positif pada kesehatan tubuh
pejamu.
Hingga saat penelitian tentang potensi dan uji aktivitas antibakteri
kombinasi minyak atsiri rosella dan soygurt belum pernah dilakukan. Dalam
rangka usaha pengembangan minyak atsiri serta pemanfaatannya sebaga iobat
tradisional maka perlu dilakukan penelitian untuk pendayagunaan potensi sumber
daya hayati tersebut.
1.2

Rumusan Masalah

1. Bagaimana peranan dan mekanisme kerja minyak atsiri yang terkandung
dalam tanaman rosella sebagai alternatif terapi bagi pneumonia?
2. Bagaimana cara pemanfaatan minyak atsiri yang terkandung dalam tanaman
rosella bersama soyghurt sebagai alternatif terapi bagi pneumonia?
1.3

Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan peranan dan mekanisme kerja minyak atsiri yang terkandung
dalam tanaman rosella sebagai alternatif terapi bagi pneumonia.

8

2. Menjelaskan cara pemanfaatan minyak atsiri yang terkandung dalam tanaman
rosella bersama soyghurt sebagai alternatif terapi bagi pneumonia.

II.
1.1

TINJAUAN PUSTAKA
Pneumoniae
Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem pernapasan

dimana alveoli (mikroskopik udara mengisi kantong dari paru yang bertanggung
jawab untuk menyerap oksigen dari atmosfer) mengalami peradangan dan
penimbunan

cairan.

Pneumonia

disebabkan

oleh

berbagai

macam

etiologi ,meliputi infeksi karena bakteri,virus,jamur atau parasit. Pneumonia juga
dapat terjadi karena bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru,atau secara
tak langsung dari penyakit lain seperti kanker paru atau penggunaan Alcohol.
Penularan penyakit ini dapat melalui berbagai cara, antara lain:
1. Inhalasi (penghirupan) mikroorganisme dari udara yang tercemar.
2. Aliran darah, dari infeksi di organ tubuh yang lain.
3. Migrasi (perpindahan) organisme langsung dari infeksi di dekat paru-paru.
4. Menular melalui percikan air ludah.
Serangan pneumonia pneumokokus biasanya mendadak, disertai dengan
demam, menggigil dan nyeri pleura yang nyata.Dahak mirip dengan eksudat
alveoli, mengandung darah atau seperti karat.Pada permulaan penyakit, ketika
demam tinggi, terdapat bakteremia dalam 10-20% kasus.Sebelum adanya
kemoterapi, penyembuhan penyakit dimulai antara hari kelima dan hari kesepuluh
karena pada saat itu timbul antibodi tipe spesifik. Angka kematian mencapai 30%,
bergantung pada usia dan penyakit yang mendasarinya.
Pneumonia tergolong penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA).Penyakit ini dipicu oleh berbagai mikroorganisme terutama bakteri dan
virus. Pada beberapa studi melaporkan bahwa pada anak usia 2 bulan sampai 5
tahun, bakteri utama penyebab pneumonia adalah Streptococcus pneumoniae(S.
pneumoniae), Hemophilus influenzae tipe b (Hib), dan Staphilococcus aureus (S.
aureus), Klebsiella Sp, Pseudomonas sp, sedangkan virus antara lain virus

9

influensa. Di Negara berkembang, termasuk Indonesia, penyebab utama
pneumonia adalah bakteri.(Mardjanis).
Pneumonia yang dikarenakan bekteremiaselalu menyebabkan angka
kematian yang paling tinggi.Dengan terapi antimikroba, penyakit dapat sembuh
dengan cepat, bila diberikan dari awal, timbulnya konsolidasi dapat dihalangi.
Pneumonia adalah penyakit infeksi menular yang merupakan penyebab
utama kematian pada anak di dunia.Pada tahun 2007 terjadi sekitar 1.8 juta
kematian anak akibat pneumonia atau sekitar 20 % dari total 9 juta kematian pada
anak.(WHO, 2007).Di Indonesia sendiri, pneumonia adalah penyebab kematian
kedua pada balita setelah diare.(RISKESDAS, 2007)
Tingginya kejadian pneumonia terutama menyerang kelompok usia bayi
dan balitaFaktor usia merupakan salah satu faktor risiko kematian pada balita
yang sedang menderita pneumonia. Semakin tua usia balita yang sedang
menderita pneumonia maka akan semakin kecil risiko meninggal akibat
pneumonia dibandingkan balita yang berusia muda.
Selain itu,

faktor lain yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit

pneumonia pada anak adalah karena kekurangan energi protein. Anak dengan
daya tahan tubuh yang terganggu akan menderita pneumonia berulang-ulang atau
tidak mampu mengatasi penyakit pneumonia dengan sempurna.
Data SKRT tahun 1995 menunjukkan bahwa 20,9% kematian bayi
disebabkan oleh pneumonia dan merupakan penyebab kematian nomor dua pada
bayi. Sedangkan pada anak balita 21,9% kematiannya disebabkan oleh pneumonia
dan merupakan penyebab kematian nomor satu dari semua penyebab kematian
pada anak balita.Hasil SDKI tahun 1997 menyebutkan bahwa prevalensi
pneumonia menurut jenis kelamin lebih tinggi terjadi pada anak laki-laki 9,4%,
sedangkan pada anak perempuan 8,5%.Hasil SDKI pada tahun 2001 menunjukkan
bahwa prevalensi pneumonia paling tinggi terjadi pada anak usia 1-4 tahun yaitu
33,76% dan prevalensi pada anak usia < 1 tahun yaitu sebesar 31%.Menurut
WHO tahun 2005 proporsi kematian balita dan bayi karena pneumonia di dunia
adalah sebesar 19% dan 26%.
Di RSU Dr. Soetomo Surabaya, jumlah kasus pneumonia meningkat dari
tahun ke tahun. Pada 2003 dirawat sebanyak 190 pasien. Tahun 2004 dirawat

10

sebanyak 231 pasien, dengan jumlah terbanyak pada anak usia kurang dari 1 tahun
(69%). Pada tahun 2005, anak berumur kurang dari 5 tahun yang dirawat
sebanayk 547 kasus dengan jumlah terbanyak pada umur 1-12 bulan senyak 337
orang.
Pengobatan pneumonia dilakukan oleh dokter. Pengobatan terhadap
bakteri diberi suntikan antibiotik misalnya penisilin G ( atau V atau oral ). Untuk
membunuh virus diberi obat isoprinosin.Selain obat-obatan perlu pula dijaga agar
penderita mendapat makanan yang bergiziserta banyak mengandung zat putih
telur dan vitamin.
1.2 Minyak Atsiri pada Rosella

Sejak zaman dahulu masyarakat sudah mengenal dan memakai tumbuhan
berkhasiat obat sebagai salah satu upaya penanggulangan kesehatan.Pengetahuan
tentang tumbuhan obat merupakan warisan budaya bangsa yang turun temurun,
sehingga perlu dilestarikan dan dikembangkan.
Salah satu komponen kimia yang berkhasiat obat serta dapat dijadikan aset nasional
adalah minyak atsiri.Minyak atsiri banyak terdapat pada bagian tumbuhan seperti
daun, buah, biji, kayu, dan akar (Sastrohamidjojo, 1987).
Minyak atsiri adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan
kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma
yang khas.Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titk uapnya
rendah.Minyak atsiri dikenal sebagai minyak eteris (aetheric oil), minyak esensial
serta minyak aromatik. Minyak eteris adalah istilah yang digunakan untuk minyak
yang mudah menguap dan diperoleh dari tanaman dengan cara penyulingan uap.
Dalam Encyclopedia of Chemical Technology disebutkan bahwa pengertian
minyak atsiri adalah campuran senyawa yang pada umumnya berwujud cairan
yang diperoleh dari bagian tanaman, akar, batang, kulit, daun, buah, biji maupun
dari bunga dengan cara penyulingan uap. Meskipun untuk memperoleh minyak
atsiri dapat juga dengan cara ekstrasi dengan menggunakan pelarut organik,
dipress atau dikempa dan enzimatik.

11

Beberapa penelitian tentang uji aktivitas antibakteri minyak atsiri pada
tumbuhan telah banyak dilakukan. Aktivitas antibakteri minyak atsiri disebabkan
karena minyak atsiri mengandung senyawa yang dapat menghambat atau
membunuh pertumbuhan bakteri.Komponen minyak atsiri yang mengandung gugus fenol
seperti carvacrol, geraniol, menthol,terpinen-4-ol, linalol, kamfor, 1,8-sineol, menthon,Dlimonen

dan

beta

pinen

memiliki

aktivitas

antibakteri

salah

satunya

terhadap Streptococcus pneumoniae(Inouye et al., 2001).
Minyak atsiri mengandung dua golongan senyawa, yaitu oleoptena dan
stearoptena.Oleoptena adalah bagian hidrokarbon di dalam minyak atsiri dan
berwujud cairan.Sedangkan steroptena umumnya terdiri atas senyawa turunan
oksigen dari terpena.Secara kimiawi, minyak atsiri tersusun dari campuran yang
rumit berbagai senyawa dan suatu senyawa tertentu biasanya menentukan aroma
minyak atsiri.Sebagian besar kompoonen minyak atsiri termasuk dalam golongan
senyawa organik terpenoid yang bersifat larut dalam lemak.
Beragamnya senyawa yang menyusun komponen minyak atsiri sehingga
menghasilkan bau, aroma dan dapat digunakan sebagai obat.Klasifikasi minyak
atsiri harus berdasarkan pada komponen yang paling dominan dalam menentukan
sifat minyak tersebut. Jika minyak atsiri memiliki kandungan oleoptena dalam
jumlah besar dan stearoptena dalam poorsi kecil, maka keguanaannya lebih
diutamakan sebagai pemberi bau yang spesifik atau peracah (flavoring),
sedangkan minyak atsiri mengandung lebih banyak senyawa golongan
hidrokarbon, keton, fenol, ester dari fenol, oksida dan ester, lebih memungkinkan
untuk digunakan sebagai obat, karena secara teori diketahui bahwa semua
senyawa itu memiliki gugus aktif yang berfungsi melawan suatu jenis penyakit
(sastrohamidjojo,2004).
Struktur senyawa yang bersifat antibakteri dapat dilihat pada gambar

Eugenol

Linalool

12

Menurut beberapa penelitian terdahulu, minyak atsiri memiliki aktivitas
antibakteri, termasuk salah satunya terhadap bakteri Streptoccocus pneumonia
sebagai penyebab penyakit pneumonia. Antibakteri adalah suatu senyawa yang
mampu menghambat pertumbuhan maupun membunuh mikroorganisme (Jawetz
dkk., 1986).
Aktivitas antimikroba dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain,
konsentrasi atau intensitas zat antimikroba, jumlah mikroorganisme, keasaman
atau kebasaan (pH), potensi suatu zat antimikroba dalam larutan yang diuji, dan
kepekaan suatu mikroba terhadap konsentrasi antibakteri (Pelczar dan Chan,
1986).
Berdasarkan sifat toksisitasnya, minyak atsiri termasuk antibakteri yang
bersifat menghambat

pertumbuhan bakteri, atau disebut juga dengan

bakteriostatik. Kadar minimal yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan
bakteri atau membunuhnya, masing-masing dikenal dengan Kadar Hambat
Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM).Antibakteri tertentu
aktivitasnya dapat meningkatkan kemampuan bakterisida.
Secara umum, aktivitas antibakteri terbagidalam lima kelompok:
1.

Antibakteri yang menghambat metabolisme sel bakteri.
Pada mekanisme ini diperoleh efek bakteriostatik.Kerja antibakteri ini adalah
menghambat pembentukan asam folat.Bakteri membutuhkan asam folat untuk
kelangsungan hidupnya.Antibakteri yang termasuk dalam golongan ini adalah
sulfonamide,

trimetoprim,

asam

p-aminosalisilat

dan

sulfon.Bakteri

memperoleh asam folat dengan mensintesis sendiri dari asam para amino
benzoat (PABA). Sulfonamid dan sulfon bekerja bersaing dengan PABA
dalam pembentukan asam folat. Sedang trimetoprim bekerja dengan
menghambat enzim dihidrofolat reduktase (Setiabudy dan Gan, 1995).
2. Antibakteri yang menghambat sintesis dinding sel bakteri.
Dinding sel bakteri terdiri dari peptidoglikan, sintesis peptidoglikan akan
dihalangi oleh adanya antibiotik seperti penisilin, sefalosporin, basitrasin,
vankomisin, sikloserin. Sikloserin akan menghambat reaksi paling dini dalam
proses sintesis dinding sel sedang yang lainnya menghambat di akhir sintesis
peptidoglikan, sehingga mengakibatkan dinding sel menjadi tidak sempurna

13

dan tidak mempertahankan pertumbuhan sel secara normal, sehingga tekanan
osmotik dalam 13 sel bakteri lebih tinggi daripada tekanan di luar sel maka
kerusakan dinding sel bakteri akan menyebabkan lisis, yang merupakan dasar
efek bakterisidal pada bakteri yang peka (Setiabudy dan Gan, 1995).
3. Antibakteri yang mengganggu membran sel bakteri.
Sitoplasma dibatasi oleh membran sitoplasma yang merupakan penghalang
dengan

permeabilitas

yang

selektif.

Membran

sitoplasma

akan

mempertahankan bahan-bahan tertentu di dalam sel serta mengatur aliran
keluar-masuknya bahan-bahan lain. Jika terjadi kerusakan pada membran ini
akan mengakibatkan

terhambatnya pertumbuhan sel atau matinya sel

(Pelczar dan Chan, 1986).
4. Antibakteri yang menghambat sintesis protein sel bakteri.
Kehidupan sel bakteri tergantung pada terpeliharanya molekul-molekul
protein dan asam nukleat dalam keadaan alamiah.Jika kondisi atau substansi
yang dapat mengakibatkan terdenaturasinya protein dan asam nukleat dapat
merusak sel tanpa dapat diperbaiki kembali.Suhu tinggi dan konsentrasi pekat
beberapa zat kimia dapat mengakibatkan koagulasi (denaturasi) yang bersifat
irreversible terhadap komponen-komponen seluler yang vital ini (Pelczar dan
Chan, 1986).
5. Antibakteri yang menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel bakteri.
Protein, DNA, dan RNA berperan penting dalam proses kehidupan normal sel
bakteri. Apabila terjadi gangguan pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat
tersebut dapat mengakibatkan kerusakan total pada sel (Pelczar dan Chan,
1986).
Senyawa-senyawa yang terdapat dalam minyak atsiri menghambat
pertumbuhan bakteri dengan cara mengganggu membrane sel bakteri dan
menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel bakteri melalui mekanisme
seperti yang telah dijelaskan diatas.
Salah satu tumbuhan yang mengandung minyak atsiri dan banyak terdapat di
Indonesia adalah suku Malvacea, diantaranya adalah rosella (Hibiscus
sabdariffa).Kandungan penting dari bunga tersebut terdapat pada kelopaknya,

14

yaitu pigmen antosianin yang membentuk flavonoid yang berperan sebagai
antioksidan.
Pigmen antosianin ini yang membentuk warna merah yang menarik di
kelopak bunga rosela. Zat gizi lain yang penting terkandung dalam rosela adalah
kalsium, niasin, riboflavin, dan besi yang cukup tinggi. Selain itu, kelopak rosela
juga mengandung protein, sodium, vitamin C, dan vitamin A. Kandungan vitamin
A dan vitamin C rosela cukup tinggi dibandingkan buah-buahan seperti jeruk,
apel, pepaya, dan jambu biji (Mardiah, dkk., 2009).
Menurut penelitian pendahuluan, kandungan terbesar dalam rosela adalah
campuran asam sitrat dan asam malat yang dapat mencapai 13%.Kandungan
kimia lainnya adala hanthosianin yaitu gossipetin (suatu hidroksiflavon) dan
hibiscin. Hibiscin merupakan pigmen utama yang

terdapat dalam kelopak bunga.

Pada H.sabdariffa Linn. juga terkandungvitamin C, protein, hibiscetin, sabdaretin,
delphinidin dan flavonol glukosida hibiscritin. H.sabdariffa Linn. juga mengandung
sejumlah asam amino yang sangat penting bagi tubuh. Asam amino yang terdapat dalam
tanaman ini di antaranya arginin, sistin, histidin, isoleusin,leusin, lisin, metionin,
fenilalanin, treonin, triptopan, tirosin, valin, asam aspartat, asamglutamat, glisin,
serin, prolin (Maryani,2005; Morton,1987). Pada bagian bunga mengandung minyak
atsiri sebesar 95,6%, pada bagian biji mengandung 20,3-21%, sedangkan pada bagian daun
belum pernah diisolasi minyak atsirinya sehingga mempunyai potensi untuk
dikembangkan lebih lanjut.
Tabel 1.Komposisi kimia buah rosella
Komposisi Kimia
Kalori (kal)
Air (g)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Serat (g)
Abu (g)
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Besi (mg)
Betakaroten (mg)
Vitamin C (mg)
Thiamin (mg)
Ribovlavin (mg)

Jumlah
44
86,2
1,6
0,1
11,1
2,5
1,0
486
60
3,8
285
214,68
0,04
0,6

15

Niasin (mg)

0,5

1.3 Soygurt

Susu kedelai banyak diminati karena kandungan gizinya. Susu kedelai
juga dapat dibuat menjadi susu asam melalui fermentasi.
Tabel 2.Komposisi gizi susu kedelai dan susu sapi.
Komponen
Kalori (Kkal)
Protein (gram)

Susu kedelai
41,00
3,50

Susu sapi
61,00
3,20

Lemak (gram)

2,50

3,50

Karbohidrat (gram)

5,00

4,30

Kalsium (mg)

50,00

143,00

Fosfor (gram)

45,00

60,00

Besi (gram)
Vitamin A (SI)

0,70
200,00

1,70
130,00

Vitamin B1 (mg)

0,08

0,03

Vitamin C (mg)
Air (gram)

2,00
87,00

1,00
88,33

.
Susu asam dari susu sapi disebut yoghurt, sedangkan susu asam dari
kedelai disebut soyghurt. Proses pembuatan soyghurt dan kultur (biakan murni)
starter yang digunakan pada dasarnya sama seperti pada pembuatan yoghurt.
Yoghurt merupakan hasil akhir dari proses fermentasi dengan menggunakan
kultur starter bakteri Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus bulgaricus
(Santoso, 2009). Proses fermentasi dapat terjadi karena pada susu sapi terdapat
protein susu (kasein) dan gula susu (laktosa). Laktosa digunakan oleh kedua
starter bakteri di atas sebagai sumber karbon dan energi utama untuk
pertumbuhanya. Proses fermentasi tersebut menyebabkan

laktosa berubah

menjadi asam piruvat, yang selanjutnya dirubah menjadi asam laktat.
Asam laktat menyebabkan penurunan pH susu, atau meningkatkan
keasaman. Akibatnya kasein menjadi tidak stabil dan terkoagulasi (menggumpal),

16

membentuk gel yoghurt, berbentuk setengah padat (semi padat), dan menentukan
tekstur yoghurt. Selain itu asam laktat juga berfungsi memberi memberikan
ketajaman rasa asam, dan menimbulkan aroma khas pada yoghurt.
Proses fermentasi pada pembuatan soygurt mempunyai kesulitan. Hal ini
karena jenis karbohidrat yang terdapat dalam susu kedelai sangat berbeda jauh
dengan karbohidrat dari susu sapi. Karbohidrat pada susu kedelai terdiri dari
golongan oligosakarida yang tidak dapat digunakan sebagai sumber energi
maupun sebagai sumber karbon oleh kultur starter. Maka supaya proses
fermentasinya berhasil, susu kedelai terlebih dahulu ditambah sumber gula,
sebelum diinokulasi. Sumber gula yang dapat ditambah diantaranya, sukrosa (gula
pasir), glukosa, laktosa, fruktosa, atau susu bubuk skim.
Pada pembuatan soygurt, mula-mula susu kedelai dipasteurisasi, dengan
merebusnya pada suhu antara 80 dan 90o C selama 30 menit. Kemudian
ditambahkan gula sebanyak 4 sampai 5 persen. Gelatin juga sering ditambahkan
(tidak mutlak) sebanyak 0,5 sampai 1,5 persen untuk menjaga agar soyghurt yang
dihasilkan stabil dan baik teksturnya. Untuk menambah aroma, dapat pula
ditambahkan flavor seperti vanili, orange, strawberi, atau lemon. Hasil campuran
ini didinginkan sampai 43o C, baru diinokulasikan (ditambahkan) starter campuran
dengan perbandingan yang sama antara L. bulgaricus dengan S. thermophilus,
sebanyak 5 persen dari volume susu kedelai. Lalu diinkubasi suhu 45 o C, selama 3
jam, atau pada suhu ruang selama 12 jam, yang hasil akhirnya merupakan
soyghurt. Untuk bisa bertahan lama soyghurt disimpan pada suhu dingin atau
dipanaskan pada suhu 65o C selama 30 menit, kemudian disimpan.
Penghasil asam laktat dalam fermentasi ini adalah bakteri asam
laktat.Bakteri asam laktat merupakan bakteri gram positif, tidak berspora,
berbentuk bulat maupun batang. Bakteri asam laktat menghasilkan asam laktat
sebagai mayoritas produk akhir selama memfermentasi karbohidrat (Axelsson,
1998).
Berdasarkan tipe fermentasinya, bakteri asam laktat dibagi menjadi
heterofermentatif dan homofermentatif.Kelompok homofermentatif menghasilkan
asam laktat sebagai produk utama dari fermentasi gula, sedangkan kelompok

17

heterofermentatif menghasilkan asam laktat dan senyawa lain yaitu CO2, etanol,
asetaldehida, diasetil, serta senyawa lainnya (Fardiaz, 1992).
Bakteri asam laktat bersifat biopreservatif karena berkontribusi dalam
menghambat pertumbuhan bakteri lain khususnya patogen dan mampu membawa
dampak positif bagi kesehatan manusia (Smid dan Gorris, 2007). Bakteri asam
laktat (BAL) memproduksi asam organik, hidrogen peroksida, diasetil (Messens
dan De Vugst, 2002), komponen anti jamur seperti asam laktat (Corsetti et al.,
1998) atau asam fenulaktik (Lavermicocca et al., 2000) dan bakteriosin (Vuyst
dan Vandamme, 1994). Kemampuan bakteriosin dalam melakukan aktivitasnya
sebagai

biopreservatif

dicapai

oleh

efek

penghambatannya

terhadap

mikroorganisme patogen yang berbahaya (Savadogo et a., 2006).
Bakteri asam laktat digunakan secara alami pada makanan fermentasi
karena dapat memproduksi asam laktat dan asetat yang akan menimbulkan cita
rasa asam (asidifikasi). Efek asam tersebut diakibatkan oleh adanya perubahan
karbohidrat selama fermentasi.Hal tersebut merupakan karakteristik penting guna
memperpanjang masa simpan dan keamanan produk (Vuyst dan Vandamme,
1994).
Beberapa spesies LAB banyak digunakan dalam pembuatan soygurt
sebagai probiotik yang bermanfaat dalam kesehatan. Susu fermentasi sebagai
probiotik efektif sangat dibutuhkan pada berbagai kondisi lingkungan dan
kepentingan, sehingga mikroba yang digunakan sebagai probiotik yang efektif
harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut: 1) dapat bertahan hidup selama
persiapan sampai produksi dengan skala industri; 2) stabil dan tetap hidup dalam
jangka waktu lama pada periode penyimpanan dan kondisi lapangan; 3) dapat
bertahan hidup, mampu bersaing, tidak hanya sekedar tumbuh dalam saluran
pencernaan; dan 4) mampu menimbulkan efek yang menguntungkan bagi inang
(Wahyudi dan Samsundari, 2008).

III.

METODE PENULISAN

1.1

Sumber dan Jenis Data

18

Data-data yang dipergunakan dalam karya tulis ini bersumber dari
berbagai referensi atau literatur yang relevan dengan topik permasalahan yang
dibahas.Validitas dan relevansi referensi yang digunakan dapat dipertanggungjawabkan.Jenis data yang diperoleh berupa data sekunder yang bersifat kualitatif
maupun kuantitatif.
1.2

Pengumpulan Data
Dalam penulisan karya ilmiah ini digunakan metode studi pustaka yang

didasarkan atas hasil studi terhadap berbagai literatur yang telah teruji
validitasnya, berhubungan satu sama lain, relevan dengan kajian tulisan serta
mendukung uraian atau analisis pembahasan.
1.3

Analisis Data
Setelah data yang diperlukan terkumpul, dilakukan pengolahan data

dengan menyusun secara sistematis dan logis.Teknik analisa data yang dipilih
adalah analisis deskriptif argumentatif, dengan tulisan yang bersifat deskriptif,
menggambarkan tentang pemanfaatan soygurt terfortifikasi minyak atsiri dalam
rosella sebagai anti pneumonia.
1.4

Penarikan Simpulan
Setelah proses, dilakukan proses sintesis dengan menghimpun dan

menghubungkan rumusan maslah, tujuan penulisan serta pembahasan yang
dilakukan. Selanjutnya ditarik kesimpulan yang bersifat umum kemudian
direkomendasikan beberapa hal sebagai upaya transfer gagasan.

IV.

ANALISIS DAN SINTESIS
Pneumonia pada anak merupakan salah satu penyakit infeksi saluran

pernafasan yang serius dan banyak menimbulkan banyak permasalahan yaitu
sebagai

penyebab

kematian

terbesar

pada

anak

terutama

di

negara

berkembang.Pneumonia disebabkan oleh bermacam etiologi seperti bakteri, virus,

19

mikroplasma, jamur, atau bahan kimia/benda asing yang terspirasi.Streptococcus
pneumonia merupakan penyebab paling utama pada pneumonia bacterial.
Antibiotik merupakan obat yang digunakan untuk mengobati infeksi yang
disebabkan oleh bakteri.Di samping kegunaannya, obat antibiotik memilki efek
samping yang luas baik pada tubuh. Efek samping yang umumnya dijumpai akibat
pemakaian obat antibiotik seperti diare, muntah, resistensi bakteri,dan lain-lain..
Penggunaan antibiotik pada anak memerlukan perhatian khusus karena absorbsi,
distribusi, metabolisme dan ekskresi obat termasuk antibiotik pada anak berbeda
dengan dewasa sehingga dapat terjadi perbedaan respons terapetik atau efek
sampingnya..Penggunaan

antibiotik

pada

anak

juga

akan

mengganggu

pertumbuhan maupun perkembangan serta berpengaruh terhadap proses
pembentukan ketahanan tubuh anak.
Alternatif yang dapat dilakukan untuk pengganti antibiotik pada anak
adalah penggunaan fitofarmaka yang melimpah di Indonesia. Salah satunya
adalah penggunaan minyak atsiri yang terdapat pada tumbuhan.
Minyak atsiri dari beberapa tumbuhan mempunyai aktivitas biologis
sebagai antibakteri terhadap bakteri patogen.Aktivitas antibakteri minyak atsiri
disebabkan karena minyak atsiri mengandung senyawa yang dapat menghambat
atau membunuh pertumbuhan bakteri.Komponen minyak atsiri yang mengandung gugus
fenol seperti carvacrol, geraniol, menthol, terpinen-4-ol, linalol, kamfor, 1,8-sineol, menthon, Dlimonen

dan

beta

pinen

memiliki

aktivitas

antibakteri

salah

satunya

terhadap Streptococcus pneumoniae (Inouye et al., 2001).
Minyak atsiri bekerja menghambat bakteri dengan caramengganggu
membrane sel bakteri dan menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel
bakteri. Dengan demikian, minyak atsiri dapat digunakan sebagai subtitusi
antibiotik yang aman dan alami tanpa memberikan efek samping apapun pada
tubuh anak.
Tanaman yang menghasilkan minyak atsiri dan dimanfaatkan sebagai obat
diantaranya adalah rosella (Hibiscus sabdariffa Linn). Salah satu khasiat rosella
adalah sebagai antibakteri (Widyanto dan Anne, 1999).Telah dilakukan penelitian
sebelumnya uji sitotoksik dan aktivitas antibakteri ekstrak metanol terhadap
kelopak rosella.

20

Pada uji aktivitas antibakteri kandungan yang berkhasiat sebagai
antibakteri pada tanaman ini antara lain glikosida jantung, flavonoid, saponin, dan
alkaloid. Kelopak rosella memperlihatkan aktivitas antibakteri dengan minimum
inhibitory

concentration

(MIC)

0,30±0,2-1,30±0,2

mg/ml

terhadap

Staphylococcus aureus, Bacillus stearothermophilus, Micrococcus luteus,
Serratia mascences, Clostridium sporogenes, Escherichia coli, Klebsiella
pneumoniae, Bacillus cereus, Pseudomonas fluorescence dengan metode discdiffusion (Olaleye, 2007).
Soygurt yang merupakan produk fermentasi dari kedelai memiliki
beberapa kelebihan antara lain dapat dikonsumsi oleh vegetarian,rendah lemak,
tidak mengandung kolesterol, mengandungprotein, isoflavon, vitamin, dan
nutrisilainnya

yang

sangat

membantu

dalam

proses

pertumbuhan

dan

perkembangan anak. Selain bergizi, soygurt juga memiliki cita rasa yang tinggi
sehingga sangat memungkinkan untuk disukai anak.
Aktivitas antibakteri soygurt berasal dari bakteri asam laktat (LAB).
Bakteri yang memfermentasi susumenjadi soygurt, seperti L. bulgaricus danS.
thermophilus, dapatmenghasilkan asam laktat dan antibakteribakteriosin (Surono,
2004). Asam laktat juga dapat menyebabkan penurunan pH soygurt yang akhirnya
akan menghambat patogen yang umumnya tidakdapat bertahan hidup pada pH
rendah.Wong dan Chen, di DeVuyst danVan Damme menunjukkan bahwa
hambatan pertumbuhan pathogen oleh bakteri asam laktat dalam soygurt
adalahkarena produksi asam(Vuyst dan Vandamme, 1994).De Vuyst menemukan
bahwa produksi asam oleh L. bulgaricus danS. thermophilus di soygurt terjadi
pada 2 jam inkubasi, dan pH menurun dengan cepatsampaijam ke 8(Vuyst, 2000).
Asam laktat dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan menembus
sel-sel bakteri, membubarkan mereka, kemudian membentuk ion hidrogen, dan
mengganggu fungsi penting metabolisme, seperti translokasi substrat

dan

fosforilasi oksidatif, yang mempengaruhi pH intraselular bakteri (Vuyst dan
Vandamme, 1994). Misgiyarta menyatakan bahwa produksi asam sebagai zat
antibakteri dalam soygurt meningkat secara linear dari waktu ke waktu, dengan
asam terendah konten pada jam 0 (0,25%), dan tertinggi pada jam 24 (1,25%)
(Misgiyarta, 2003). Gunadnya juga mencatat bahwa kandungan asam, sebagai

21

hasil fermentasi susu kedelai, mengalami peningkatan dalam jangka waktu 24 jam
(Gunadnya, 1985).
Fermentasi oleh bakteri asam laktat mengurangi ketersediaan karbohidrat
dan

menghasilkan

molekul

organik

yang

memperlihatkan

aktivitas

antimikroba.Molekul organik yang paling umum adalah asam laktat, asam asetat,
asam propionat sedangkan subtansi antimikroba lainnya adalah hidrogen
peroksida, karbondioksida dan diasetil. Bakteriosin dan subtansi antimikroba yang
spesifik juga telah banyak dihasilkan dari berbagai strain (Ouwehad dan
Vesterlund, 2004). Semua kemungkinan penghambatan atau daya hambat yang
dihasilkan oleh kultur starter seharusnya merupakan faktor kombinasi senyawasenyawa antimikroba yang dihasilkannya (Gililand, 1985).
Flavour yogurt ditentukan oleh terbentuknya asam laktat, asetaldehida,
asam asetat dan diasetil (Rahman et al., 1992). Sebagian dari bakteri asam laktat
misalnya Lactobacillus dapat menghasilkan senyawa penghambat seperti
hydrogen peroksida pada suhu refrigerasi (Jenie dan Rini, 1995).Starter
Streptococcusthermophilus dan beberapa strainnya memproduksi sejumlah
bakteriosin yaitu STB 40 dan 78, ST 10, dan thermophilin 13.Bakteriosin tersebut
mampu menghambat bakteri Gram positif dan Gram negatif.Lactobacillus
bulgaricus dan beberapa strainnya juga memproduksi bakteriosin bulgarican.
(Tamime dan Robinson, 1999).
Efek antimikroba dari asam organik disebabkan oleh molekul yang tidak
terdisosiasi. Konstanta disosiasi (pKa) asam adalah 4,8 untuk asam asetat, 4,9
untuk asam propionat, dan 3,8 untuk asam laktat. Efektivitas antimikroba asam
laktat adalah terendah disebabkan pKanya yang rendah (Ray, 2003).Diasetil
diproduksi bakteri asam laktat dalam jumlah besar melalui metabolisme sitrat.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa diasetil mampu melawan banyak bakteri
Gram positif dan Gram negatif dan jika diasetil dikombinasikan dengan panas,
maka daya hambatnya akan bertambah. Aktivitas antimikroba diasetil mampu
melawan Bacillus sp. (Ray, 2003).
Aksi

antimikroba

hidrogen

peroksida

disebabkan

kemampuan

mengoksidasinya yang kuat dan kemampuan merusak komponen seluler terutama
membran. Beberapa strain bakteri asam laktat mampu memproduksi H2O2 yang

22

cukup untuk menyebabkan bakteriostatik (68 μg/ml), tetapi jarang menimbulkan
bakteriosidal (3040 μg/ml). Hidrogen peroksida bisa melawan bakteri, jamur, dan
virus (bakteriopage) (Ray, 2003).
Bakteriosin adalah komponen yang disintesis secara ribosomal, dihasilkan
oleh bakteri dengan tujuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri lain.
Bakteriosin bisa dianggap sebagai antibiotik, tetapi berbeda dari antibiotik karena:
a) bakteriosin disintesis secara ribosomal, b) sel inang kebal terhadap bakteriosin,
c) mode aksinya berbeda dari antibiotik, d) daya hambatnya sempit sehingga
hanya mampu melawan bakteri yang berhubungan dekat dengan strainnya
(Ouwehand dan Vesterland, 2004).
Selain dari sisi anti bakteri, soygurt juga memiliki kelebihan dari sisi
bahan asalnya yang relatif aman. Protein susu kedelai mempunyai susunan asam
amino yang mirip susu sapi dan memiliki laktosa rendah sehingga dapat dijadikan
pengganti susu sapi bagi mereka yang alergi (lactose intolerance) atau bagi
mereka yang tidak menyukai susu sapi (Astawan, 2004).
Orang-orang yang alergi susu sapi, yaitu orang-orang yang tidak punya
atau kekurangan enzim laktase dalam saluran pencernaannya, sehingga tidak
mampu mencerna laktosa yang terkandung dalam susu sapi. Ketahanan tubuh
masing-masing orang terhadap susu hewani yang mengandung laktosa berbedabeda. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kandungan enzim laktase dalam mukosa
usus.Enzim laktase ini berguna untuk menghidrolisis laktosa menjadi gula
sederhana yaitu glukosa dan galaktosa agar dapat digunakan untuk metabolisme
dalam tubuh manusia. Bila kekurangan enzim lactase maka laktosa tidak dapat
dicerna dengan baik, sebagai akibatnya laktosa akan tertimbun dalam jaringan
tubuh manusia sehingga mengakibatkan kerusakan jaringan tubuh. Lebih dari
70% orang-orang dewasa di Afrika, Asia, dan Indian Amerika menunjukkan
adanya kekurangan enzim laktase (Budimarwanti).
Daya osmosis laktosa sangat tinggi dan dapat menarik air dari cairan tubuh
masuk usus kecil, dan dapat merangsang gerakan peristaltik dinding usus lebih
cepat sehingga laktosa yang masuk tidak berhasil dipecah oleh enzim
pencernaan.Ini dapat mendorong isi usus kecil secara cepat menuju usus besar. Di
usus besar bakteri akan memfermentasi laktosa menjadi berbagai asam organik

23

dan gas, kemudian timbullah gejala-gejala sakit perut, mulas, kejang perut dan
diare.
Kedelai merupakan bahan pangan sumber protein nabati utama yang
murah dan mudah didapat oleh masyarakat (Deptan, 2009).Kandungan asam
amino lisin yang tinggi pada kedelai dapat meningkatkan kualitas sumber daya
manusia Indonesia (Susanto dan Saneto, 1994).Kacang kedelai mengandung asam
pitat yang tinggi, yang dapat menghambat penyerapan zat besi dan zink. Salah
satu cara yang dapat dilakukan dalam upaya menghambat aktivitas asam pitat
pada kedelai adalah dengan fermentasi. Proses fermantasi memiliki keuntungan
antara lain dapat meningkatkan kadar nutrisi, menghilangkan oligosakarida dan
juga meningkatkan beberapa jenis vitamin, yaitu vitamin B, vitamin E, vitamin C,
vitamin K, dan karoten (Suyanti, 2008). Kedelai juga mengandung toksik
misalnya anti tripsin yang menghambat kerja enzim tripsin dan bau langu.Kedelai
memerlukan pengolahan lebih lanjut untuk dapat dikonsumsi secara aman dan
perlu pemanasan untuk merusak zat toksik (Sediaoetama, 1993). Keunggulan lain
dari susu kedelai dibandingkan susu sapi adalah susu kedelai tidak mengandung
kolesterol.
Kerja minyak atsiri dalam Hibiscus sabdariffa dan soyghurt dalam
menghambat bakteri memberikan kemungkinan minyak atsiri difortifikasikan
dalam soygurt sebagai makanan fungsional.Konsumsi soygurt dengan probiotik
dan minyak atsiri dapat menekan infeksi S. pneumoniae sebagai penyebab penting
pneumonia.Walaupun begitu, penggunaan antibiotik untuk menekan infeksi S.
pneumoniae juga tetap dapat digunakan.
Konsumsi soygurt dengan probiotik dan minyak atsiri rosella lebih
bermanfaat dibandingkan dengan penggunaan antibiotik saja. Salah satu manfaat
lebih yang didapatkan dengan mengonsumsi produk kombinasi minyak atsiri dan
soygurt adalah mencegah terjadinya resistensi bakteri terhadap antibiotik.
Saat ini, kasus resistensi bakteri terhadap antibiotik banyak sekali
ditemukan.Salah satu penyebab tersering adalah akibat tidak tuntasnya
pengobatan dengan antibiotik, sehingga menyisakan sejumlah bakteri yang tetap
hidup dalam lapisan epitel, tetapi tidak memberikan manifestasi klinis. Maka,
apabila terjadi infeksi yang berulang, efektivitas pemberian antibiotik seperti yang

24

pertama kali diberikan akan berkurang dan untuk mengobatinya diperlukan
antibiotik jenis lainnya yang mungkin harganya akan semakin mahal dan memiliki
efektivitas tidak sebaik antibiotik yang pertama kali diberikan.
Konsumsi minyak atsiri dalam Hibiscus sabdariffa yang difortifikasi
kedalam soygurt secara bersamaan akan memiliki manfaat yang lebih
dibandingkan dengan penggunaan minyak atsiri atau probiotik soygurt saja.
Dengan demikian, kombinasi minyak atsiri dalam Hibiscus sabdariffa
dengan soygurt diarapkan dapat menjadi produk antibakteri

Streptoccocus

pneumonia yang murah dan aman. Dengan tampilan yang menarik dan cita rasa
yang tinggi diharapkan juga mampu menarik minat anak-anak penderita
pneumonia untuk mengkonsumsinya.

V.

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1

Kesimpulan
1. Aktivitas antibakteri minyak atsiri yang terdapat dalam rosella disebabkan
karena minyak atsiri mengandung senyawa yang dapat menghambat atau
membunuh pertumbuhan bakteri. Komponen minyak atsiri yang mengandung
gugus fenol seperti carvacrol, geraniol, menthol,terpinen-4-ol, linalol, kamfor, 1,8sineol, menthon,D-limonen dan beta pinen memiliki aktivitas antibakteri salah
satunya terhadap Streptococcus pneumonia. Zat gizi lain yang penting
terkandung dalam rosela adalah kalsium, niasin, riboflavin, dan besi yang
cukup tinggi. Selain itu, kelopak rosela juga mengandung protein, sodium,
vitamin C, dan vitamin A.
2. Kerja minyak atsiri rosella dan soyghurt dalam menghambat bakteri
memberikan kemungkinan minyak atsiri difortifikasikan dalam soygurt
sebagai makanan fungsional. Konsumsi soygurt dengan probiotik dan
minyak atsiri dapat menekan infeksi S. pneumoniae sebagai penyebab
penting pneumonia. Walaupun begitu, penggunaan antibiotik untuk
menekan infeksi S. pneumoniae juga tetap dapat digunakan. Akan tetapi,
konsumsi soygurt dengan probiotik dan minyak atsiri rosella lebih

25

memiliki manfaat dibandingkan dengan penggunaan antibiotik saja. Salah
satu manfaat lebih dengan mengonsumsi soygurt, minyak atsiri rosella,
atau kombinasi keduanya adalah mencegah terjadinya resistensi bakteri
terhadap antibiotik.
1.2

Saran
1. Perlu

dilakukan

penelitian

lebih

lanjut

mengenai

kemungkinan

pemanfaatan soygurt terfortifikasi minyak atsiri dalam rosella sebagai anti
pneumonia.

Seluruh

komponen

masyarakat

hendaknya

dapat

memanfaatkan dan mengembangkan peranan soygurt terfortifikasi minyak
atsiri dalam rosella sebagai anti pneumonia.
2. Perlunya pengembangan manfaat soygurt terfortifikasi minyak atsiri dalam
rosellaini tidak hanya dalam bidang klinis melainkan dalam bidang
industri sebab belum pernah dimanfaatkan secara komersial sebagai
produk yang bermanfaat bagi kesehatan khususnya sebagai anti
pneuomonia.

VI.

DAFTAR PUSTAKA

1.

Andryani, S. 2011. Antibiotika

2.

Axelsson, L. 1998. Lactic acid bacteria: classification and physiology, pp. 172. n, S. Salminen and A. Von Wright (eds). Lactic Acid Bacteria:
Microbiology and Functional Aspects, 2nd edition. Marcel Dekker, Inc, New
York.

3.

Budimarwanti.Komposisi Dan Nutrisi Pada Susu Kedelai.Kimia FMIPA
UNY.

4.

Corsetti. 1998. Antimould activity of sourdough lctic acid bacteria:
identification of a mixture of organic acids produced by Lactobacillus
sanfransisco CB1.

5.

De Vuyst L. 2000. Technology aspects related to the application of
functional starter cultures. Food Technol Biotechnol. [Cited 2006 May
9];38(2):105-12. Available from: http://www.bioline.org.br

26

6.

DNR Marbun .2011. KarakteristikPenderita Pneumonia Pada Balita.

7.

Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: Gramedia
PustakaUtama.

8.

Gunadnya. 1985. Chemical and microbiological change during soybean sere
fermentation. Bogor: IPB.

9.

Jawetz, dkk.1996. Mikrobiologi Kedokteran, ed 20, 143, Kedokteran EGC.

10. Jenie, B. S. L dan S. E. Rini. 1995. Aktivitas antimikroba dari beberapa
spesies Lactobacillus terhadap mikroba patogen dan perusak makanan.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan. 6 (2) : 4651.
11. Johnson, Arthur G. 1994. Mikrobiologi dan Imunologi, 36-37. Jakarta:
Binarupa Aksara.
12. Koeswardono,

Gerard

Bonang

Enggar

S.1992.

Mikrobiologi

untuk

Laboratorium dan Klinik, 79-80. Jakarta: Gramedia.Pustaka
13. Lavermicocca et al. 2000.Antifungal Activity of Phenyllactic Acid
against

Molds

Isolated

from

Bakery

Products.

aem.asm.org/content/69/1/634.full
14. Masna Riftania, Falahi. Kajian Penggunaan Antibiotic Pada Pasien Anak.
15. Misgiyarta. 2003. Isolasi, Identifikasi, dan Efektifitas Bakteri Asam Laktat
Lokal Untuk Fermentasi Susu Kacang-kacangan. [Isolation, identification,
and effectiveness of lactic-acid bacteria for fermentation of bean milk].
Bogor: IPB.
16. Oswari, E.`1995. Penyakit dan Penanggulannya
17. Ouwehand, A. C dan Satu, V. 2004.Antimicrobial components from lactic
acid bacteria.Dalam: Sepposalminen dan A. V. Wright (Editor). Lactic Acid
Bacteria.
18. Marcell Deker Inc., New York
19. Rahman, A., S. Fardiaz, W. P. Rahaju, Suliantari dan C. C. Nurwitri. 1992.
Teknologi Fermentasi Susu. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi.
Bogor: IPB.
20. Ray, B. 2003.Fundamental Food Microbiology. 3 rd Ed. CRC Press, London
21. Retno Asih S, Landia S, Makmuri. Pneumonia

27

22. S. K, Fransisca, Fak. Kedokteran Wijaya Kusuma Surabaya. 2000.
Pneumonia
23. Santoso. 2009. Susu dan Yoghurt Kedelai. Lab Kimia Pangan Faperta UWG.
24. Savadogo

et

al.

2006.Bacteriosins

and

Lactic

Acid

Bacteria.Afrika.www.academicjournls.org
25. Smid dkk. 2007. The in vitro antibacterial activity of dietary spice
and medicinal herb extracts.

26. Surono. 2004. Probiotik, Susu Fermentasi, dan Kesehatan. [Probiotic,
fermentation, and health]. Jakarta: YAPMMI.
27. Tamime, A. Y., dan R. K. Robinson. 1999. Yoghurt: Science and
Technology. Edisi ke2. Woodhead Publishing Ltd., Inggris.
28. Vuyst dkk. 1994. Bacteriocins of lacticacid bacteria: microbiology, genetics,
and applications. London: Chapman and Hall.
29. Wahyudi dkk. 2008. Studi Pembuatan Yoghurt Susu Buncis: Kajian
Penambahan Starter dan Susu Bubuk Skim serta Perbandingannya dengan
Yoghurt Susu Sapi. Malang: UMM Press.
30. Winarno. 1993. Pangan (Gizi, Teknologi, dan Konsumen).[Foodstuff:
nutrition, technology, and consumer]. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
31. http://repository.upi.edu/operator/upload/s_d535_0607326_chapter2.pdf
32. http://www.scribd.com/nila_sukmawati/d/80711092-BAB-I
33. http://etd.eprints.ums.ac.id/5929/1/K100050165.pdf ANDRIAN NUR
WIDYARTO

VII.
1.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama

: Nailaa Mabruroh

Tempat dan tanggal lahir

: Kudus, 16 Juni 1991

Karya Ilmiah

:1. Karya Tulis Ilmiah “Perbedaan
Pengetahuan

IbuBalita

Tentang

Informasi yang Terdapat pada Kartu
Menuju

Sehat

Perbandingan

(KMS):

Antara

Studi

Penyimpanan

28

KMS

pada

Ibu

Balita

dan

pada

Tenaga/Kader Kesehatan ”
2. Usulan Penelitian “Pengaruh Pamflet
Kontrasepsi

Post

Partum

terhadap

Tingkat Kepatuhan Penggunaan
Kontrasepsipada Ibu Post Partum”
3. Gagasan Tertulis “Soyghurt Hasil
Fermentasi LAB Plant-Derived : Novel
Therapy Obesitas”
4.

Gagasan

Tertulis

“Suplementasi

Riboflavin sebagai Upaya Pencegahan
Primer pada Preeklamsia”
5. Gagasan

Tertulis

Community
Metode

“Pre-Eclampsia

Guideline
Baru

KematianIbu

(PRECOG)

Penurunan

Akibat

:

Angka

Preeklamsia

di

Indonesia”
6. Gagasan

Tertulis

Oxalobacter
Teknologi
Solusi

“Probiotik
Formigenesdengan

Mikroenkapsulasi

Batu

Saluran

Kemih

sebagai
untuk

Pencegahan Gagal Ginjal Kronik”
7. Gagasan

Tertulis

”Soygurt

Terfortifikasi Imun