KARAKTERISTIK SISTEM WARNA DALAM BAHASA
KARAKTERISTIK SISTEM WARNA
DALAM BAHASA SUNDA
Abstrak
Semua bahasa di dunia ini mempunyai sistem warna dan masing-masing bahasa
memiliki istilah warna yang berbeda serta karakteristik system warna yang berbeda
sesuai dengan tipologi bahasanya, persepsi warna mencakup tiga parameter yaitu corak
warna, kecerahan warna, titik jenuh. Istilah warna dasar yang ada dalam bahasa sunda
terdiri dari 10 istilah warna dasar yaitu; ‘bodas’ putih ‘hideung’ hitam ‘beureum’
merah, ‘hejo’ hijau, ‘koneng’ kuning, ‘gandola ‘ungu’ , ‘kayas ’ merah muda’
‘kulawu’ abu-abu , ‘coklat’ coklat dan ‘biru’ biru dengan 19 istilah khusus warna,
selain dengan kosakata yang berbeda , salah satu yang memperlihatkan gradasi warna
dalam bahasa sunda ditandai dengan postposisi, preposisi dan modalitas
Kata Kunci :, bahasa sunda, tipologi, warna dasar (basic color term) , sistem warna
1
I.
Pendahuluan
Warna adalah gejala visual yang kadang tidak tidak begitu diperhatikan namun
kehadirannya menambah nilai tersendiri bagi manusia, penggunaan warna telah muncul
sejak peradaban awal manusia dengan ditemukannya penggunaan warna di goa-goa
yang dihuni oleh manusia zaman pra sejarah. Bukti-bukti sejarah berupa lukisan goa,
artitektur kuil Yunani dan romawi kuno, piramida mesir serta beberapa benda seni
lainnya
membuktikan
bahwa
warna
telah
digunakan
sejak
dulu,
dalam
perkembangannya warna yang dahulu digunakan sebagai alat transedental akhirnya
menjadi media berekspresi seniman. Beberapa teori mengungkapkan bahwa warna
salah satu sarana untuk melatih keutuhan persepsi terhadap ruang, warna menimbulkan
kesan-kesan tertentu dalam menciptakan suasana ruang dan warna dapat menimbulkan
pengaruh terhadap jiwa baik secara langsung maupun tidak langsung misalnya
perasaan gelisah, nyaman, panas dan sebagainya. Kesalahan menempatkan warnawarna mempunyai pengarih negatif khususnya
terhadap perkembangan fisik dan
mental
Akhir-akhir ini konsep warna berkembang dengan pesat seiring perkembangan
budaya masyarakatnya penggunaan warna selain untuk kepentingan ekspresi juga
digunakan untuk menciptakan kesan-kesan tertentu dalam menciptakan suasana,
konsep warna dijadikan alat untuk membuat brand image suatu produk, baik untuk
kepentingan bisnis maupun untuk kepentingan politik. Penentuan suatu warna dalam
aspek kehidupan sehari-hari menjadi suatu hal yang diperhitungkan dipikirkan
bagaimana memilih warna yang tepat untuk situasi, kondisi dan tujuan tertentu
2
Warna dalam tataran bahasa direalisasikan dengan kosakata warna dalam frase ,
kalimat atau leksem dasar kosakata warna itu sendiri, sehingga pendekatannya pun bisa
dari berbagai aspek penelitian dan sudut pandang . warna adalah gejala visual sehingga
mendeskripsikannya tidaklah mudah, warna adalah persepsi sehingga ada hubungannya
dengan subjektivitas informan dari data penelitian.,
warna arbitrer sekaligus juga
konvensional. Sehingga penelitian penelitian mengenai warna dalam bahasa terdapat
dua pendekatan utama, yaitu yang didasarkan pada Saphir Worf dan linguistic relativity
Penelitian warna dalam bahasa yang telah dilakukan diantaranya adalah
Gladstone (1858), Geiger (1868), Magnus (1877), Marty (1879) dari penelitiahpenelitian tersebut yang sering dijadikan acuan dalam penelitian adalah Berlin dan
Kay (1969). Kay & McDaniel (1978); Kay, Berlin, Maffi, & Merrifield (1997); Kay &
Maffi (1999)
Berlin dan Kay (1969). Melakukan penelitian dari 98 bahasa, dan menemukan
bahwa ada variasi warna yang sangat yang luas dari bahasa-bahasa tersebut Akan
tetapi, mereka menemukan bahwa variasi ini memang tidak sepenuhnya acak. Berlin
dan Kay menemukan bahwa semua bahasa memiliki antara 2 sampai 11 istilah warna
dasar . Mereka menemukan bahwa batas-batas bidang warna
yang dilambangkan
dengan istilah warna sangat bervariasi diantara bahasa-bahasa tersebut , Berlin dan
Kay
menyelidiki istilah kombinasi warna yang ada dalam setiap
bahasa dan
menghasilkan implikasi hirarki yang ditunjukkan pada gambar1 , untuk menjelaskan
keteraturan yang mereka temukan. Istilah warna dalam semua bahasa bermula pada
pada hitam dan putih, tetapi beberapa bahasa
punya istilah warna dasar lainnya.
Namun, jika bahasa memiliki Istilah untuk setiap warna lebih tepat dalam hirarki, itu
3
selalu punya istilah untuk semua warna muncul di sebelah kiri titik. Berlin dan Kay
mengusulkan bahwa hierarki ini menggambarkan pola-pola umum ;
[white]
[green] → [yellow]
→ [red] →
[black]
I
II
[purple]
→ [blue] → [brown] → [pink]
[yellow] → [green]
[orange]
[grey]
III
IV
V
VI
VII
Figure 1. Temporal-evolutionary ordering of basic colour terms after Berlin and Kay
(1969). The Roman numbers indicate the corresponding evolutionary stage.
Basic colour term was defined by Berlin and Kay as follows (1969:5–7) and will be
used in this article accordingly
1) It is monolexemic; that is, its meaning is not predictable from the meaning of its
parts
2) Its signification is not included in that of any other colour term
3) Its application is not included in that of any other colour term,
4) It must be psychologically salient for informants. Indices of psychological salience
include, among others, a) a tendency to occur at the beginning of elicited lists of colour
terms, b) stability of reference across informants and occasions of use, c) occurrence
within the idiolects of all informants.
Warna dalam masyarakat sunda memiliki makna tertentu, dalam kehidupan
sehari-hari misalnya terlihat pada penggunaan warna dalam upacara-upacara adat yang
memiliki makna simbolik, warna wajah tokoh wayang golek yang memiliki makna
sesuai dengan karakter tokohnya , dalam ungkapan dan peribahasa juga terdapat
kosakata warna misalnya ungkapan ‘hejo tihang’ tiang hijau bermakna orang yang
4
selalu berpindah tempat tinggal atau pekerjaan, hijau dalam ungkapan itu bermakna
negatif. Atau dalam peribahasa ‘clik putih clak herang’ hati yang tulus ikhlas. Putih
dalam peribahasa tersebut mengacu pada hal yang positif. Warna dalam bahasa sunda
juga mengacu pada bendanya langsung, misalnya ‘megantara’ warna untuk kuda yang
berwarna hitam mengkilat (sangat hitam) atau misalnya warna ‘cadramawat’ warna
kucing yang berbulu tiga warna
Penjelasan mengenai warna dasar dan karakteristik sistem warna dalam bahasa
sunda ini idealnya menggunakan responden dengan kriteria-kriteria tertentu. Tulisan ini
akan mencoba mendeskripsikan warna dasar dan karakteristik sistem warna dalam
Bahasa Sunda
II. PEMBAHASAN
A. Warna Dasar (Basic colour term)
Pembagian warna dalam bahasa sunda dapat dibagi dalam 2 kategori yaitu
warna dasar istilah khusus warna, pembagian ini dapat digambarkan dalam bagan
berikut;
No
Warna dasar
‘Bodas’ putih
Istilah khusus
Borontok (warna bulu ayam yang berwarna putih
7
‘Hideung’ hitam
‘Beureum’ merah
‘Hejo’ hijau
‘Koneng’ kuning
‘Gandola ‘ungu’
‘Kayas ’ merah muda’
hitam)
Candramawat (warna bulu kucing tiga warna)
Kopi tutung ‘coklat tua’
‘Gandaria’ merah muda warna jenis buah/tanaman
‘Paul’, biru, warna gunung atau laut dari kejauhan
Bule warna kulit yang berwarna sangat putih
‘Belang’ belangwarna hitam putih atau terdiri dari
8
‘Kulawu’ abu-abu
dua warna
‘Roreng ‘,’loreng’ belang warna untuk kain atau
1
2
3
4
5
6
harimau
5
9
10
coklat
‘biru’ biru
‘colat’ kuda dengan warna coklat di bagian kepala
‘Megan’ warna burung atau ayam yang berwarna
11
Kasumba ‘merah muda’
abu-abu
‘Megantara’
warna
kuda
yang
hitam
mengkilat/sangat hitam
Carambang warna bulu ayam yang hitam dengan
totol totol putih
Rengge ‘ bulu ayam yang setiap warna bulunya
campuran antara hitam dan putih
Dawuk warna kuda yang berwarna abu-abu
Hawuk ‘warna untuk binatang yang berwarna abuabu
Bulu hiris ‘hijau seperti bulu pada sejenis tanaman
Caragem warna bulu kuda
Gambar 1 Warna Dasar dan Istilah warna khusus Bahasa Sunda
Warna dasar dalam bahasa sunda terdiri dari 10 dengan pertimbangan dari
penelitian sebelumnya, ‘paul’ biru tidak dapat dikatakan warna dasar karena
berhubungan dengan beberapa acuan diantaranya adalah jika melihat gunung,laut dari
kejauhan itu dikatakan ‘paul’ biru , ‘bulao’ biru tidak termasuk warna dasar karena
masyarakat sunda pada umumnya menyebut bulao tidak untuk warna tetapi
benda/kapur untuk membersihkan kain, gondola juga merupakan percampuran warna
tetapi pertimbangan monolexemic dijadikan sebagai warna dasar seperti juga pada
warna ‘kayas ‘merah muda, coklat dan ‘kulawu’ abu-abu
Penjelasan mengenai gradasi dan makna figurative dapat digambarkan dalam
bagan sebagai berikut;
1.Warna
Bodas putih
Hideung hitam
hideung cakeutreuk
Beureum merah
Hejo hijau
Koneng kuning
Bodas ngeplak
Beureum euceuy
Hejo carulang
Koneng umyang
Bodas nyacas
Hideung santen
Beureum ati
Hejo botol
Koneng enay
6
pulas haseup
Hideung lagedu
Beureum obroy
Hejo
herang cibeas
Hideung meles
kasumba
cau
Koneng
kayas
Hejo carulang
gading
gedang asak
Hejo
koneng
geuneuk
ngagedod
koneng enay
herang
pias
koleas
Hideung lestreng
Maleukmeuk
Geuneuk
poek
pucuk
Koneng santen
obyar
Hejo daun
sepa
hejo lukut
hejo tai kuda
2 warna dengan makna figurative
Cakcak bodas
Kudu puguh bule
-Beureum paneureuy
Hejo tihang
Seuri koneng
Tanda bodas
hideungna
-Budak beureum
Hejo
Kulit koneng
Bubur bodas bubur
Getih hideung
-Dibeureum
leubeut daun
beureum
dihideung
Ngahejokeun
Clik putih clak
-Kulit beureum
-hejo
herang
-Hama beureum
panjang carita
Getih bodas
-beureum beungeut
lembok
Kasakit koneng
lalakon
1. Putih ‘bodas’
Arti menurut kamus basa sunda yaitu; warna apu (kapur) , warna kertas tulis dan
lain lain, gradasi warna dari putih tua (sangat putih) sebagai berikut : ‘bodas’ putih
kemudian bodas nyacas’ sangat putih dan ‘bodas ngeplak’ sangat putih (lebih putih
dari kata warna yang kedua) Makna figuratifnya ‘cakcak bodas’ mata-mata/atau
orang yang tidak dapat dipercaya (makna negative) ‘tanda bodas’ tanda putih
mempunyai makna tanda pada laki-laki biasanya susah mendapatkan keturunan
(makna negative) ‘clik putih clak herang ‘ (peribahasa) bermakana tulus dan ikhlas
(makna positif) ‘getih bodas’ darah putih selain bermakna denotative juga
mempunyai makna figurative yaitu kesucian hati
2. Hitam ‘hideung’
7
Dalam kamus basa sunda hideung berarti warna areng,poek, harangasu, gradasi
warna dari hitam (sangat hitam) sebagi berikut; hideung lestreng, hideung
cakeutreuk, hideung lagedu. ‘hideung santen’ hitam seperti santan kelapa’ ‘ makna
figurative ‘kudu puguh bule hideungna’ (peribahasa) berarti harus jelas
masalahnya, getih hideung ‘ darah hitam selain makna denotative juga ’
mempunyai makna figurative yaitu keberanian yang tidak memperdulikan apapun
3. Merah ‘beureum’
Dalam kamus ‘beureum’ berarti warna getih, bagian kain dari bendera Indonesia
gradasi warna merah (sangat merah) sebagai berikut beureum obroy, dan beureum
ati beureum euceuy.makna ‘beureum paneureuy’ (ungkapan) berarti susah mencari
nafkah (makna negative) budak beureum (ungkapan) tidak tahu apa-apa, kulit
beureum (bangsa Indian) hama beureum (hama padi), beureum beungeut
(ungkapan) berarti marah
4. Hijau ‘hejo’
Dalam kamus bahasa sunda hejo berarti umumnya warna daun gradasi warna hijau
dari hijau (sangat hijau) sebagai berikut ‘hejo ngagedod, hejo daun,hejo botol, hejo
pucuk cau, ‘hejo carulang’ hijau urat dalam kulit tangan yang putih biasanya wanita
yang cantik kulitnya ‘hejo carulang’ . makna hejo lembok leubeut daun
(peribahasa) berarti daerah yang makmur, ‘ngahejokeun’ selain bermakna denotasi
membuat jadi hijau juga berarti meminjamkan uang dibayar dengan hasil panen,
biasanya meminjamkan uang pada saat tanaman baru ditanam. ‘hejo lalakon
panjang carita (peribahasa) bermakna panjang umur atau banyak pengalaman
5. Kuning ‘koneng’
Dalam kamus ‘koneng’ berarti warna yang mirip cahaya lembayung. Gradasi warna
dari kuning (sangat kuning) sebagi berikut koneng obyar, koneng enay,koneng
santen,koneng umyang, makna figurative ‘seuri koneng ‘ (ungkapan) tersenyum
penuh arti, kulit koneng (sebutan untuk orang jepang),kasakit koneng (penyakit
hepatitis).
B. Gradasi warna
8
Untuk menggambarkan gradasi
warna kata warna (KW) dapat digabungkan
dengan posposisi, preposisi atau modalitas, diantara sebagi berikut ;
-
‘kolot’ tua, (beureum kolot, merah tua)
-
‘ngora, muda (‘hejo ngora’ hijau muda ) kecuali untuk hitam tidak ada *
hideung ngora , hitam muda’
-
Saulas ‘agak’ (‘beureum saulas’ agak merah)
-
‘Pisan’ sangat (hideung pisan ‘sangat hitam)
-
‘Naker’ sangat (‘bodas naker’ sangat putih)
-
‘Rada ‘ agak (‘rada hejo’ agak hijau)
-
‘Kudu’ harus (‘kudu koneng’ harus kuning)
-
‘Henteu’ tidak (‘henteu hideung’ tidak hitam
-
‘Rada leuwih’ agak lebih ( ‘rada leuwih bodas’ agak lebih putih)
Menurut sumber penelitian yang ada (dalam jurnal)
gradasi warna digambarkan
sebagi berikut: Warna kayas atau merah ros atau merah muda, gandaria atau violet
muda atau ungu muda, warna paul atau biru dan warna hejo paul atau kebiruan lebih
sering disebut-sebut dalam kawih atau pantun. Hal itu menandakan kesukaan
masyarakat Sunda akan nada – nada warna itu ( nuansa lembut, sari atau semu-semu).
Apabila disusun dalam satu palet warna, maka terdapat dua warna dasar yang
mendukung terciptanya nada warna itu. Kedua warna dasar itu ialah biru yang
ultramarine dicampur dengan merah yang karmen, tetapi dilengkapi satu sumbu yaitu
ke arah putih, sehinga terjadilah warna : kayas dan gandaria dengan warna ungu
ditepinya yang biasa disebut gandola, terjadilah susunan nada warna yang sebagai
berikut
:
Kayas
Kasumba
Gandaria
Gandola
Paul
9
Nada warna kayas tergolong yang paling muda dan lembut, sedangkan warna paul
tergolong nada warna yang tua dan berat.
Susunan Warna Kasundaan
1) Nada warna ke arah merah atau kemerahan dan kuning :
Beureum
beureum cabe
beureum ati
kasumba
kayas
gedang asak
gading
koneng
koneng enay
2) Nada warna ke arah biru atau kebiruan dan hijau :
hejo
hejo lukut
hejo ngagedod
hejo paul
gandaria
gandola
bulao saheab
pulas haseup
bulao
3) Nada warna yang tidak termasuk ke dalam dua kelompok terdahulu :
bodas
hideung
borontok
coklat kopi atau pulas kopi, kopi tutung
10
candra mawat
bulu hiris
bulu oa : dawuk, hawuk, kulawu, pulas lebu
(oa adalah sebangsa primata/ monyet berbulu warna abu-abu
III.
SIMPULAN
Warna dasar dalam bahasa sunda terdiri dari 10 warna dasar yaitu; Bodas’ putih
‘Hideung’ hitam ‘Beureum’ merah ‘Hejo’ hijau ‘Koneng’ kuning ‘Gandola ‘ungu’
‘Kayas ’ merah muda’ ‘Kulawu’ abu-abu , ‘coklat’ coklat dan ‘biru’ biru. dengan 19
istilah khusus warna , salah satu yang memperlihatkan gradasi warna ditandai dengan
postposisi, preposisi dan modalitas
IV.
Diskusi
Penelitian tentang warna ini lebih ke tataran tipologi bahasa dengan mendeskripsikan
karakteristik sistem warna, penelitian warna dalam tataran bahasa baik dalam bahasa
indonesia maupun bahasa-bahasa daerah di indonesia masih sangat jarang dilakukan.
Penentuan warna dasar hanya berdasarkan kriteria yang sangat terbatas dengan
melihat hanya satu teori yang ada, penjelasan mengenai warna dasar hanya terdiri dari
lima warna yaitu putih, hitam, merah,hijau dan kuning. Itupun dengan data yang tidak
optimal, gradasi warna seharusnya dilengkapi dengan penjelasan gambar atau dengan
tabel dari warna cerah ke warna gelap. Susunan warna kasundaan diambil dari sebuah
11
artikel sehingga perlu untuk penelitian lebih lanjut seperti penjelasan pada penentuan
warna dasar (basic color term) ,
Karakteristik secara tipologis lebih terlihat jika ada pembanding bahasa lain
misalnya dibandingkan dengan bahasa inggris yang tentu saja penelitian bidang ini
telah banyak dilakukan. Tulisan ini jauh dari sempurna dan memerlukan
pengoptimalan data serta teori yang lebih memadai untuk sebuah tulisan ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: P.T.Rineka Cipta.
C.P. Biggam C.J. Kay .1984 Progress in Colour Studies Volume I. Language and
Culture University of Glasgow
Gorys Keraf (1984). Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: PT Gramedia.
Kridalaksana, Harimurti.1988. Beberapa Prinsip Perpaduan Leksem dalam Bahasa
Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.
Kridalaksana, Harimurti.1996. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indo-nesia.Jakarta:
Gramedia.
R.A. Danadibrata ,2006 Kamus Basa Sunda. Bandung: Kiblat Utama
Samsuri. 1982. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga.
Verhaar, J.W.M. 1977. Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Verhaar, J.W.M. 1996. Azas-azas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
http://www.icsi.berkeley.edu/~kay/color.terms.lx.of.ps.
12
http://www.lotpublications.nl/publish/articles/003021/bookpart.pdf
http://www.ling.ed.ac.uk/~mdowman
http://fleteliercolortheory.blogspot.com/2008/01/symbolic-color-connotations.html
http://www.brigantine.atlnet.org/GigapaletteGALLERY/websites/ARTiculationFinal/
MainPages/RhythmMovementMain.htm
13
DALAM BAHASA SUNDA
Abstrak
Semua bahasa di dunia ini mempunyai sistem warna dan masing-masing bahasa
memiliki istilah warna yang berbeda serta karakteristik system warna yang berbeda
sesuai dengan tipologi bahasanya, persepsi warna mencakup tiga parameter yaitu corak
warna, kecerahan warna, titik jenuh. Istilah warna dasar yang ada dalam bahasa sunda
terdiri dari 10 istilah warna dasar yaitu; ‘bodas’ putih ‘hideung’ hitam ‘beureum’
merah, ‘hejo’ hijau, ‘koneng’ kuning, ‘gandola ‘ungu’ , ‘kayas ’ merah muda’
‘kulawu’ abu-abu , ‘coklat’ coklat dan ‘biru’ biru dengan 19 istilah khusus warna,
selain dengan kosakata yang berbeda , salah satu yang memperlihatkan gradasi warna
dalam bahasa sunda ditandai dengan postposisi, preposisi dan modalitas
Kata Kunci :, bahasa sunda, tipologi, warna dasar (basic color term) , sistem warna
1
I.
Pendahuluan
Warna adalah gejala visual yang kadang tidak tidak begitu diperhatikan namun
kehadirannya menambah nilai tersendiri bagi manusia, penggunaan warna telah muncul
sejak peradaban awal manusia dengan ditemukannya penggunaan warna di goa-goa
yang dihuni oleh manusia zaman pra sejarah. Bukti-bukti sejarah berupa lukisan goa,
artitektur kuil Yunani dan romawi kuno, piramida mesir serta beberapa benda seni
lainnya
membuktikan
bahwa
warna
telah
digunakan
sejak
dulu,
dalam
perkembangannya warna yang dahulu digunakan sebagai alat transedental akhirnya
menjadi media berekspresi seniman. Beberapa teori mengungkapkan bahwa warna
salah satu sarana untuk melatih keutuhan persepsi terhadap ruang, warna menimbulkan
kesan-kesan tertentu dalam menciptakan suasana ruang dan warna dapat menimbulkan
pengaruh terhadap jiwa baik secara langsung maupun tidak langsung misalnya
perasaan gelisah, nyaman, panas dan sebagainya. Kesalahan menempatkan warnawarna mempunyai pengarih negatif khususnya
terhadap perkembangan fisik dan
mental
Akhir-akhir ini konsep warna berkembang dengan pesat seiring perkembangan
budaya masyarakatnya penggunaan warna selain untuk kepentingan ekspresi juga
digunakan untuk menciptakan kesan-kesan tertentu dalam menciptakan suasana,
konsep warna dijadikan alat untuk membuat brand image suatu produk, baik untuk
kepentingan bisnis maupun untuk kepentingan politik. Penentuan suatu warna dalam
aspek kehidupan sehari-hari menjadi suatu hal yang diperhitungkan dipikirkan
bagaimana memilih warna yang tepat untuk situasi, kondisi dan tujuan tertentu
2
Warna dalam tataran bahasa direalisasikan dengan kosakata warna dalam frase ,
kalimat atau leksem dasar kosakata warna itu sendiri, sehingga pendekatannya pun bisa
dari berbagai aspek penelitian dan sudut pandang . warna adalah gejala visual sehingga
mendeskripsikannya tidaklah mudah, warna adalah persepsi sehingga ada hubungannya
dengan subjektivitas informan dari data penelitian.,
warna arbitrer sekaligus juga
konvensional. Sehingga penelitian penelitian mengenai warna dalam bahasa terdapat
dua pendekatan utama, yaitu yang didasarkan pada Saphir Worf dan linguistic relativity
Penelitian warna dalam bahasa yang telah dilakukan diantaranya adalah
Gladstone (1858), Geiger (1868), Magnus (1877), Marty (1879) dari penelitiahpenelitian tersebut yang sering dijadikan acuan dalam penelitian adalah Berlin dan
Kay (1969). Kay & McDaniel (1978); Kay, Berlin, Maffi, & Merrifield (1997); Kay &
Maffi (1999)
Berlin dan Kay (1969). Melakukan penelitian dari 98 bahasa, dan menemukan
bahwa ada variasi warna yang sangat yang luas dari bahasa-bahasa tersebut Akan
tetapi, mereka menemukan bahwa variasi ini memang tidak sepenuhnya acak. Berlin
dan Kay menemukan bahwa semua bahasa memiliki antara 2 sampai 11 istilah warna
dasar . Mereka menemukan bahwa batas-batas bidang warna
yang dilambangkan
dengan istilah warna sangat bervariasi diantara bahasa-bahasa tersebut , Berlin dan
Kay
menyelidiki istilah kombinasi warna yang ada dalam setiap
bahasa dan
menghasilkan implikasi hirarki yang ditunjukkan pada gambar1 , untuk menjelaskan
keteraturan yang mereka temukan. Istilah warna dalam semua bahasa bermula pada
pada hitam dan putih, tetapi beberapa bahasa
punya istilah warna dasar lainnya.
Namun, jika bahasa memiliki Istilah untuk setiap warna lebih tepat dalam hirarki, itu
3
selalu punya istilah untuk semua warna muncul di sebelah kiri titik. Berlin dan Kay
mengusulkan bahwa hierarki ini menggambarkan pola-pola umum ;
[white]
[green] → [yellow]
→ [red] →
[black]
I
II
[purple]
→ [blue] → [brown] → [pink]
[yellow] → [green]
[orange]
[grey]
III
IV
V
VI
VII
Figure 1. Temporal-evolutionary ordering of basic colour terms after Berlin and Kay
(1969). The Roman numbers indicate the corresponding evolutionary stage.
Basic colour term was defined by Berlin and Kay as follows (1969:5–7) and will be
used in this article accordingly
1) It is monolexemic; that is, its meaning is not predictable from the meaning of its
parts
2) Its signification is not included in that of any other colour term
3) Its application is not included in that of any other colour term,
4) It must be psychologically salient for informants. Indices of psychological salience
include, among others, a) a tendency to occur at the beginning of elicited lists of colour
terms, b) stability of reference across informants and occasions of use, c) occurrence
within the idiolects of all informants.
Warna dalam masyarakat sunda memiliki makna tertentu, dalam kehidupan
sehari-hari misalnya terlihat pada penggunaan warna dalam upacara-upacara adat yang
memiliki makna simbolik, warna wajah tokoh wayang golek yang memiliki makna
sesuai dengan karakter tokohnya , dalam ungkapan dan peribahasa juga terdapat
kosakata warna misalnya ungkapan ‘hejo tihang’ tiang hijau bermakna orang yang
4
selalu berpindah tempat tinggal atau pekerjaan, hijau dalam ungkapan itu bermakna
negatif. Atau dalam peribahasa ‘clik putih clak herang’ hati yang tulus ikhlas. Putih
dalam peribahasa tersebut mengacu pada hal yang positif. Warna dalam bahasa sunda
juga mengacu pada bendanya langsung, misalnya ‘megantara’ warna untuk kuda yang
berwarna hitam mengkilat (sangat hitam) atau misalnya warna ‘cadramawat’ warna
kucing yang berbulu tiga warna
Penjelasan mengenai warna dasar dan karakteristik sistem warna dalam bahasa
sunda ini idealnya menggunakan responden dengan kriteria-kriteria tertentu. Tulisan ini
akan mencoba mendeskripsikan warna dasar dan karakteristik sistem warna dalam
Bahasa Sunda
II. PEMBAHASAN
A. Warna Dasar (Basic colour term)
Pembagian warna dalam bahasa sunda dapat dibagi dalam 2 kategori yaitu
warna dasar istilah khusus warna, pembagian ini dapat digambarkan dalam bagan
berikut;
No
Warna dasar
‘Bodas’ putih
Istilah khusus
Borontok (warna bulu ayam yang berwarna putih
7
‘Hideung’ hitam
‘Beureum’ merah
‘Hejo’ hijau
‘Koneng’ kuning
‘Gandola ‘ungu’
‘Kayas ’ merah muda’
hitam)
Candramawat (warna bulu kucing tiga warna)
Kopi tutung ‘coklat tua’
‘Gandaria’ merah muda warna jenis buah/tanaman
‘Paul’, biru, warna gunung atau laut dari kejauhan
Bule warna kulit yang berwarna sangat putih
‘Belang’ belangwarna hitam putih atau terdiri dari
8
‘Kulawu’ abu-abu
dua warna
‘Roreng ‘,’loreng’ belang warna untuk kain atau
1
2
3
4
5
6
harimau
5
9
10
coklat
‘biru’ biru
‘colat’ kuda dengan warna coklat di bagian kepala
‘Megan’ warna burung atau ayam yang berwarna
11
Kasumba ‘merah muda’
abu-abu
‘Megantara’
warna
kuda
yang
hitam
mengkilat/sangat hitam
Carambang warna bulu ayam yang hitam dengan
totol totol putih
Rengge ‘ bulu ayam yang setiap warna bulunya
campuran antara hitam dan putih
Dawuk warna kuda yang berwarna abu-abu
Hawuk ‘warna untuk binatang yang berwarna abuabu
Bulu hiris ‘hijau seperti bulu pada sejenis tanaman
Caragem warna bulu kuda
Gambar 1 Warna Dasar dan Istilah warna khusus Bahasa Sunda
Warna dasar dalam bahasa sunda terdiri dari 10 dengan pertimbangan dari
penelitian sebelumnya, ‘paul’ biru tidak dapat dikatakan warna dasar karena
berhubungan dengan beberapa acuan diantaranya adalah jika melihat gunung,laut dari
kejauhan itu dikatakan ‘paul’ biru , ‘bulao’ biru tidak termasuk warna dasar karena
masyarakat sunda pada umumnya menyebut bulao tidak untuk warna tetapi
benda/kapur untuk membersihkan kain, gondola juga merupakan percampuran warna
tetapi pertimbangan monolexemic dijadikan sebagai warna dasar seperti juga pada
warna ‘kayas ‘merah muda, coklat dan ‘kulawu’ abu-abu
Penjelasan mengenai gradasi dan makna figurative dapat digambarkan dalam
bagan sebagai berikut;
1.Warna
Bodas putih
Hideung hitam
hideung cakeutreuk
Beureum merah
Hejo hijau
Koneng kuning
Bodas ngeplak
Beureum euceuy
Hejo carulang
Koneng umyang
Bodas nyacas
Hideung santen
Beureum ati
Hejo botol
Koneng enay
6
pulas haseup
Hideung lagedu
Beureum obroy
Hejo
herang cibeas
Hideung meles
kasumba
cau
Koneng
kayas
Hejo carulang
gading
gedang asak
Hejo
koneng
geuneuk
ngagedod
koneng enay
herang
pias
koleas
Hideung lestreng
Maleukmeuk
Geuneuk
poek
pucuk
Koneng santen
obyar
Hejo daun
sepa
hejo lukut
hejo tai kuda
2 warna dengan makna figurative
Cakcak bodas
Kudu puguh bule
-Beureum paneureuy
Hejo tihang
Seuri koneng
Tanda bodas
hideungna
-Budak beureum
Hejo
Kulit koneng
Bubur bodas bubur
Getih hideung
-Dibeureum
leubeut daun
beureum
dihideung
Ngahejokeun
Clik putih clak
-Kulit beureum
-hejo
herang
-Hama beureum
panjang carita
Getih bodas
-beureum beungeut
lembok
Kasakit koneng
lalakon
1. Putih ‘bodas’
Arti menurut kamus basa sunda yaitu; warna apu (kapur) , warna kertas tulis dan
lain lain, gradasi warna dari putih tua (sangat putih) sebagai berikut : ‘bodas’ putih
kemudian bodas nyacas’ sangat putih dan ‘bodas ngeplak’ sangat putih (lebih putih
dari kata warna yang kedua) Makna figuratifnya ‘cakcak bodas’ mata-mata/atau
orang yang tidak dapat dipercaya (makna negative) ‘tanda bodas’ tanda putih
mempunyai makna tanda pada laki-laki biasanya susah mendapatkan keturunan
(makna negative) ‘clik putih clak herang ‘ (peribahasa) bermakana tulus dan ikhlas
(makna positif) ‘getih bodas’ darah putih selain bermakna denotative juga
mempunyai makna figurative yaitu kesucian hati
2. Hitam ‘hideung’
7
Dalam kamus basa sunda hideung berarti warna areng,poek, harangasu, gradasi
warna dari hitam (sangat hitam) sebagi berikut; hideung lestreng, hideung
cakeutreuk, hideung lagedu. ‘hideung santen’ hitam seperti santan kelapa’ ‘ makna
figurative ‘kudu puguh bule hideungna’ (peribahasa) berarti harus jelas
masalahnya, getih hideung ‘ darah hitam selain makna denotative juga ’
mempunyai makna figurative yaitu keberanian yang tidak memperdulikan apapun
3. Merah ‘beureum’
Dalam kamus ‘beureum’ berarti warna getih, bagian kain dari bendera Indonesia
gradasi warna merah (sangat merah) sebagai berikut beureum obroy, dan beureum
ati beureum euceuy.makna ‘beureum paneureuy’ (ungkapan) berarti susah mencari
nafkah (makna negative) budak beureum (ungkapan) tidak tahu apa-apa, kulit
beureum (bangsa Indian) hama beureum (hama padi), beureum beungeut
(ungkapan) berarti marah
4. Hijau ‘hejo’
Dalam kamus bahasa sunda hejo berarti umumnya warna daun gradasi warna hijau
dari hijau (sangat hijau) sebagai berikut ‘hejo ngagedod, hejo daun,hejo botol, hejo
pucuk cau, ‘hejo carulang’ hijau urat dalam kulit tangan yang putih biasanya wanita
yang cantik kulitnya ‘hejo carulang’ . makna hejo lembok leubeut daun
(peribahasa) berarti daerah yang makmur, ‘ngahejokeun’ selain bermakna denotasi
membuat jadi hijau juga berarti meminjamkan uang dibayar dengan hasil panen,
biasanya meminjamkan uang pada saat tanaman baru ditanam. ‘hejo lalakon
panjang carita (peribahasa) bermakna panjang umur atau banyak pengalaman
5. Kuning ‘koneng’
Dalam kamus ‘koneng’ berarti warna yang mirip cahaya lembayung. Gradasi warna
dari kuning (sangat kuning) sebagi berikut koneng obyar, koneng enay,koneng
santen,koneng umyang, makna figurative ‘seuri koneng ‘ (ungkapan) tersenyum
penuh arti, kulit koneng (sebutan untuk orang jepang),kasakit koneng (penyakit
hepatitis).
B. Gradasi warna
8
Untuk menggambarkan gradasi
warna kata warna (KW) dapat digabungkan
dengan posposisi, preposisi atau modalitas, diantara sebagi berikut ;
-
‘kolot’ tua, (beureum kolot, merah tua)
-
‘ngora, muda (‘hejo ngora’ hijau muda ) kecuali untuk hitam tidak ada *
hideung ngora , hitam muda’
-
Saulas ‘agak’ (‘beureum saulas’ agak merah)
-
‘Pisan’ sangat (hideung pisan ‘sangat hitam)
-
‘Naker’ sangat (‘bodas naker’ sangat putih)
-
‘Rada ‘ agak (‘rada hejo’ agak hijau)
-
‘Kudu’ harus (‘kudu koneng’ harus kuning)
-
‘Henteu’ tidak (‘henteu hideung’ tidak hitam
-
‘Rada leuwih’ agak lebih ( ‘rada leuwih bodas’ agak lebih putih)
Menurut sumber penelitian yang ada (dalam jurnal)
gradasi warna digambarkan
sebagi berikut: Warna kayas atau merah ros atau merah muda, gandaria atau violet
muda atau ungu muda, warna paul atau biru dan warna hejo paul atau kebiruan lebih
sering disebut-sebut dalam kawih atau pantun. Hal itu menandakan kesukaan
masyarakat Sunda akan nada – nada warna itu ( nuansa lembut, sari atau semu-semu).
Apabila disusun dalam satu palet warna, maka terdapat dua warna dasar yang
mendukung terciptanya nada warna itu. Kedua warna dasar itu ialah biru yang
ultramarine dicampur dengan merah yang karmen, tetapi dilengkapi satu sumbu yaitu
ke arah putih, sehinga terjadilah warna : kayas dan gandaria dengan warna ungu
ditepinya yang biasa disebut gandola, terjadilah susunan nada warna yang sebagai
berikut
:
Kayas
Kasumba
Gandaria
Gandola
Paul
9
Nada warna kayas tergolong yang paling muda dan lembut, sedangkan warna paul
tergolong nada warna yang tua dan berat.
Susunan Warna Kasundaan
1) Nada warna ke arah merah atau kemerahan dan kuning :
Beureum
beureum cabe
beureum ati
kasumba
kayas
gedang asak
gading
koneng
koneng enay
2) Nada warna ke arah biru atau kebiruan dan hijau :
hejo
hejo lukut
hejo ngagedod
hejo paul
gandaria
gandola
bulao saheab
pulas haseup
bulao
3) Nada warna yang tidak termasuk ke dalam dua kelompok terdahulu :
bodas
hideung
borontok
coklat kopi atau pulas kopi, kopi tutung
10
candra mawat
bulu hiris
bulu oa : dawuk, hawuk, kulawu, pulas lebu
(oa adalah sebangsa primata/ monyet berbulu warna abu-abu
III.
SIMPULAN
Warna dasar dalam bahasa sunda terdiri dari 10 warna dasar yaitu; Bodas’ putih
‘Hideung’ hitam ‘Beureum’ merah ‘Hejo’ hijau ‘Koneng’ kuning ‘Gandola ‘ungu’
‘Kayas ’ merah muda’ ‘Kulawu’ abu-abu , ‘coklat’ coklat dan ‘biru’ biru. dengan 19
istilah khusus warna , salah satu yang memperlihatkan gradasi warna ditandai dengan
postposisi, preposisi dan modalitas
IV.
Diskusi
Penelitian tentang warna ini lebih ke tataran tipologi bahasa dengan mendeskripsikan
karakteristik sistem warna, penelitian warna dalam tataran bahasa baik dalam bahasa
indonesia maupun bahasa-bahasa daerah di indonesia masih sangat jarang dilakukan.
Penentuan warna dasar hanya berdasarkan kriteria yang sangat terbatas dengan
melihat hanya satu teori yang ada, penjelasan mengenai warna dasar hanya terdiri dari
lima warna yaitu putih, hitam, merah,hijau dan kuning. Itupun dengan data yang tidak
optimal, gradasi warna seharusnya dilengkapi dengan penjelasan gambar atau dengan
tabel dari warna cerah ke warna gelap. Susunan warna kasundaan diambil dari sebuah
11
artikel sehingga perlu untuk penelitian lebih lanjut seperti penjelasan pada penentuan
warna dasar (basic color term) ,
Karakteristik secara tipologis lebih terlihat jika ada pembanding bahasa lain
misalnya dibandingkan dengan bahasa inggris yang tentu saja penelitian bidang ini
telah banyak dilakukan. Tulisan ini jauh dari sempurna dan memerlukan
pengoptimalan data serta teori yang lebih memadai untuk sebuah tulisan ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: P.T.Rineka Cipta.
C.P. Biggam C.J. Kay .1984 Progress in Colour Studies Volume I. Language and
Culture University of Glasgow
Gorys Keraf (1984). Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: PT Gramedia.
Kridalaksana, Harimurti.1988. Beberapa Prinsip Perpaduan Leksem dalam Bahasa
Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.
Kridalaksana, Harimurti.1996. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indo-nesia.Jakarta:
Gramedia.
R.A. Danadibrata ,2006 Kamus Basa Sunda. Bandung: Kiblat Utama
Samsuri. 1982. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga.
Verhaar, J.W.M. 1977. Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Verhaar, J.W.M. 1996. Azas-azas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
http://www.icsi.berkeley.edu/~kay/color.terms.lx.of.ps.
12
http://www.lotpublications.nl/publish/articles/003021/bookpart.pdf
http://www.ling.ed.ac.uk/~mdowman
http://fleteliercolortheory.blogspot.com/2008/01/symbolic-color-connotations.html
http://www.brigantine.atlnet.org/GigapaletteGALLERY/websites/ARTiculationFinal/
MainPages/RhythmMovementMain.htm
13