MAKALAH PERKEMBANGAN HAM DI INDONESIA

MAKALAH PERKEMBANGAN HAM DI INDONESIA

MAKALAH
PERKEMBANGAN HAM DI INDONESIA

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
YASAANGGANA
2016
Penyusun :

Yustin nh
NIM: 14100446
PROGRAM MANAGEMEN
KELAS III D
DOSEN PEMBIMBING: ADE HENDARSYAH, Drs.,MM
PENDIDIKAN KEWARGA NEGARAAN

KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim
Assalamualaikum wr. wb.


Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan segala rahmat dan
karunianya kepada kita semua. Karena hanya dengan berkat rahmat dan hidayah-Nya jualah saya
dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah Mata Kuliah Pendidikan Kewargaan (Civic
Education) yang berjudul “Perkembangan Hak Azazi Manusia di Indonesia”, sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan.
Dengan selesainya makalah ini, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada ADE HENDARSYAH, Drs.,MM selaku dosen Mata Kuliah Pendidikan Kewargaan (Civic
Education).Kepada kedua orangtua saya yang terus memberikan dorongan motivasi kepada saya
sehingga saya dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca.
Akhir kata saya meminta maaf bila terdapat banyak kekurangan. Penulis pun
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar dapat menjadi acuan untuk dapat membuat
makalah selanjutnya yang jauh lebih baik dari sekarang.
Wassalamualaikum wr. wb.

Garut, 15 Januari 2016
Penulis
Yustin nh

i

DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................... ii
A.
B.
C.
D.

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang............................................................................................... 1
Identitas Masalah........................................................................................... 1
Tujuan Masalah.............................................................................................. 1
Pembatasan Masalah...................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Perkembangan HAM di Indonesia ……………………………………………. 2
B. Sejarah HAM di Indonesia ……………………………………………………. 5
C. Pengertian HAM dan Ciri Pokok HAM........................................................ 6
1. Pengertian HAM................................................................................. 6
2. Ciri Pokok HAM.................................................................................. 6

D. Pengembangan Pemikiran HAM.................................................................... 7
1. Pemikiran HAM.................................................................................... 7
2. Perkembangan Pemikiran HAM di Dunia............................................... 7
3. Perkembangan Pemikiran HAM di Indonesia.......................................... 7
E. HAM dalam Tinjauan Islam........................................................................... 8
F. HAM dalam Perundang-undangan Indonesia..................................................... 10
G. Penegakan HAM di Indonesia....................................................................... 11
H. Pelanggaran dan Pengadilan HAM................................................................ 12
I. Penanggung Jawab dalam Penegakan (respection), Pemajuan (promotion),
(protection) dan Pemenuhan (fulfill) HAM............................. 13
J. Contoh-Contoh Pelanggaran HAM............................................................... 14
K. Faktor-Faktor Penyebab Pelanggaran HAM.................................................. 14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................... 15
B. Saran.............................................................................................................. 15
Daftar Pustaka ………………………………………………………………... 16

Perlindungan

ii


BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam
penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait dengan
interaksinya antara individu atau dengan instansi. Hak juga merupakan sesuatu yang harus
diperoleh. Masalah HAM adalah sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan dibahas terutama
dalam era reformasi ini. HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam
era pasca reformasi dari pada sebelum reformasi.
Pasca runtuhnya kekuasaan rejim otoriter orde baru dan masuknya era reformasi
menjadikan semakin meningkatnya tuntutan terhadap penyelesaian berbagai pelanggaran HAM
yang terjadi dan adanya perubahan di tataran instrumental untuk mendorong penegakan hukum
dan penghormatan atas hak asasi manusia. Salah satu instrumen penting yang lahir dalam masa
reformasi ini adalah munculnya mekanisme penyelesaian kasus pelanggaran hak asasi manusia
melalui pengadilan Hak Asasi Manusia (Pengadilan HAM).

B.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

C.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Identifikasi Masalah

Dalam makalah ini penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
Perkembangan HAM
Sejarah HAM
Pengertian HAM
Perkembangan HAM
HAM dalam tinjauan Islam
Contoh-contoh pelanggaran HAM
Penegakan HAM di Indonesia
Pengadilan HAM

Tujuan Masalah
Dengan adanya rumusan masalah diatas saya dapat membuat suatu tujuan masalah:
Untuk mengetahui perkembangan HAM di Indonesia
Untuk mengetahui sejarah HAM di indonesia
Untuk mengetahui pengertian HAM dan bagian-bagiannya.
Untuk mengetahui sejarah HAM
Untuk mengetahui HAM dalam tinjauan islam
Untuk mengetahui contoh-contoh pelanggaran HAM
Untuk mengetahui bagaimana penegakan HAM di Indonesia
Untuk mengetahui pengadilan HAM di Indonesia


D.

Pembatasan Masalah

Agar masalah pembahasan tidak terlalu luas dan lebih terfokus pada masalah dan tujuan
dalam hal pembuatan makalah ini, maka dengan ini penyusun membatasi masalah hanya pada
ruang lingkup HAM dan penegakannya di Indonesia.
1

BAB II
PEMBAHSAN
A.

Perkembangan HAM di indonesia

Menurut teaching human right yang diterbitkan oleh perserikatan bangsa-bangsa (PBB),hak asasi
manusia (HAM) adalah hak-hak yang melekat pada setiap manusia,yang tanpanya manusia
mustahil dapat hidup sebagai manusia.hak hidup misalnya,adalah klaim untuk memperoleh dan
melakukan segala sesuatu yang dapat membuat seseorang tetap hidup.Tanpa hak tersebut

eksistensinya sebagai manusia akan hilang.
Wacana HAM di indonesia telah berlangsung seiring dengan berdirinya Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).Secara garis besar perkembangan pemikiran HAM di indonesia
dapat dibagi ke dalam dua periode,yaitu : sebelum kemerdekaan (1908-1945) dan sesudah
kemerdekaan.
a. Periode sebelum kemerdekaan (1908-1945)
Pemikiran HAM dalam periode sebelum kemerdekaan dapat dijumpai dalam sejarah kemunculan
organisasi pergerakan nasional seperti Boedi Oetomo (1908),Sarekat Islam (1911),Indische Partij
(1912),Partai Komunis Indonesia (1920)Perhimpunan Indonesia (1925),dan Partai Nasional
Indonesia (1927).Lahirnya organisasi pergerakan nasional itu tidak bisa dilepaskan dari sejarah
pelanggaran HAM yang dilakukan oleh penguasa kolonial ,penjajahan,dan pemerasan hak-hak
masyarakat terjajah .puncak perdebatan HAM yang dilonyarkan oleh para tokoh pergerakan
nasional,seperti Soekarno, Agus salim, Mohammad Natsir, Mohammad Yamin, K.H.Mas
Mansur, K.H. Wachid Hasyim, Mr.Maramis, terjadi dalam sidang-sidang BPUPKI.
Dalam sejarah pemikiran HAM di indonesia, Boedi Oetomo mewakali organisasi pergerakan
nasional mula-mula yang menyuarakan kesadaran berserikat dan mengeluarkan pendapat melalui
petis-petisi yang ditujukan kepada pemerintah kolonial maupun lewat tulisan di surat kabar.Inti
dari perrjuangan Boedi Oetomo adalah perjuangan akan kebebasan berserikat dan mengeluarkan
pendapat melalui organisasi massa dan konsep perwakilan rakyat.
b. Periode setelah kemerdekaan

Perdebatan tentang HAM terus berlanjut sampai periode pasca kemerdekaan Indonesia: 19451950, 1950-1959, 1959-1966, 1966-1998, dan periode HAM Indonesia kontemporer (pasca orde
baru).
2
1.
Periode 1945-1950
Pemikiran HAM pada periode awal pasca kemerdekaan masih menekankan pada wacana hak
untuk merdeka, hak kebebasan untuk berserikat melalui organisasi politik yang didirikan,serta

hak kebebasan untuk menyampaikan pendapat terutama di parlemen.sepanjang periode
ini,wacana HAM bisa dicirikan pada:
a.
Bidang sipil politik, melalui:
·
UUD 1945 (Pembukaan, pasal 26, Pasal 27, Pasal 28, Pasal 29, Pasal 30,
Penjelasan pasal 24 dan
25 )
·
Maklumat Pemerintah
01 November 1945
·

Maklumat Pemerintah 03 November
1945
·
Maklumat Pemerintah 14 November
1945
·
KRIS, khususnya Bab V,Pasal 733
·
KUHP Pasal 99
b.Bidang ekonomi, sosial, dan budaya,
melalui:
·
UUD 1945 (Pasal 27, Pasal 31, Pasal
33, Pasal 34, Penjelasan Pasal 31-32)
·
KRIS Pasal 36-40
2.
Periode 1950-1959
Periode 1950-1959 dikenal dengan masa perlementer . Sejarah pemikiran HAM pada masa ini
dicatat sebagai masa yang sangat kondusif bagi sejarah perjalanan HAM di Indonesia.Sejalan

dengan prinsip demokrasi liberal di masa itu, suasana kebebasan mendapat tempat dalam
kehidupan politik nasional.Menurut catatan Bagir Manan, masa gemilang sejarah HAM
Indonesia pada masa ini tercermin pada lima indikator HAM:
1. Munculnya partai-partai politik dengan beragam ideologi.
2. Adanya kebebasan
pers.
3.
Pelaksanaan pemilihan umum secara aman, bebas, dan demokratis
4. Kontrol parlemen atas
eksekutif.
5. perdebatan HAM
secara bebas dan demokratis.
Tercatat pada periode ini Indonesia meratifikasi dua konvensi internasional HAM, yaitu :
1. Konvensi Genewa tahun 1949 yang mencakup perlindungan hak bagi korban perang,
tawanan perang, dan perlindungan sipil di waktu perang.
2. Konvensi tentang Hak Politik Perempuan yang mencakup hak perempuan untuk
memilih dan dipilih tanpa perlakuan diskriminasi,serta hak perempuan untuk menempati jabatan
publik.
3
3. Periode 1959-1966
Periode ini merupakan masa berakhirnya Demokrasi Liberar, digantikan oleh sistem Demokrasi
Terpimpin yang terpusat pada kekuasaan Presiden Soekarno.Demokrasi Terpimpin (Guided
Democrary) tidak lain sebagai bentuk penolakan presiden Soekarno terhaddap sistem Demokrasi
Parlementer yang di nilainya sebagai produk barat.Menurut Soekarno Demokrasi Parementer
tidak sesuai dengan karakter bangsa Indonesia yang elah memiliki tradisinya sendiri dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Melalui sistem Demokrasi terpimpin kekuasaan terpusat di tangan Presiden. Presiden tidak dapat
di kontrol oleh parlemen, sebaliknya parlemen di kendalikan oleh Presiden. Kekuasaan Presiden
Soekarno bersifat absolut, bahkan di nobatkan sebagai Presiden RI seumur hidup. Akibat
langsung dari model pemerintahan yang sangat individual ini adalah pemasungan hak-hak asasi
warga negara. Semua pandangan politik masyarakat diarahkan harus sejalan dengan kebijakan
pemerintah yang otoriter. Dalam dunia seni, misalnya atas nama pemerintahan Presiden
Soekarno menjadikan Lembaga Kebudayaan Rakyat (lekra) yang berafeliasi kepada PKI sebagai
satu-satunya lembaga seni yang diakui.Sebaliknya, lembaga selain lekra dianggap anti
pemerintah atau kontra revolusi.
4. Periode 1966-1998
Pada mulanya, lahirnya orde baru menjanjikan harapan baru bagi Penegak HAM di Indonesia.
Berbagai seminar tentang HAM dilakukan orde baru.Namun pada kenyataanya, Orde baru telah
menorehkan sejarah hitam pelanggaran HAM di Indonesia.Janji-janji Orde Baru tentang
pelaksanaan HAM di Indonesia mengalami kemunduran amat pesat sejak awal 1970-an hingga
1980-an.
Setelah mendapatkan mandat konstitusional dari sidang MPRS, pemerintah Orde Baru mulai
menunjukkan watak aslinya sebagai kekuasaan yang anti HAM yang di anggapnya sebagai
produk barat.Sikap anti HAM Orde Baru sesungguhnya tidak berbeda dengan argumen yang
pernah di kemukakan Presiden Soekarno ketika menolak prinsip dan praktik Demokrasi
Parlementer, yakni sikap apologis dengan cara mempertentangkan demokrasi dan Prinsip HAM
yang lahir di barat dengan budaya lokal Indonesia
Di antara butir penolakan pemerintah Orde baru terhadap konsep universal HAM
adalah:
a. HAM adalah
produk pemikiran Barat yang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa yang tercermin
dalam pancasila.
b. Bangsa Indonesia sudah
terlebih dahulu mengenal HAM sebagaimana tertuang dalam rumusn UUD 1945 yang lahir lebih
lebih dgn HAM.
c.
Isu HAM
sering kali digunakan olah negara-negara barat untuk memjokkaan negara yang sedang
berkembang seperti Indonesia.
4
5. Periode pasca Orde Baru
Tahun 1998 adalah era paling penting dalam sejarah HAM di indonesia.Lengsernya tampuk
kekuasaan Orde Baru sekaligus menandai berakhirnya rezim militer di Indonesia dan datangnya
era baru demokrasi dan HAM,setelah tiga puluh tahun lebih terpasung di bawah rezim
otoriter.Pada tahun ini Presiden Soeharto digantikan oleh B.J. Habibie yang kala itu menjabat
sebagai Wakil presiden RI.
Pada masa Habibie misalnya, perhatian pemerintah terhadap pelaksanaan HAM mengalami
perkembangan yang sangat signifikan.Lahirnya Tap MPR No. XVII/MPR/1998 tentang HAM
merupakan salah satu indikatorkeseriusan pemerintahan era reformasi akan penegakan
HAM.Sejumlah konvensi HAM juga diratifikasi di antaranya:konvensi HAM tentang kebebasan
berserikat dan perlindungan hak untuk berorganisasi;konvensi menentang penyiksaan dan
perlakuan kejam;konvensi penghapusan segala bentuk diskriminasi rasial;konvensi tentang

penghapusan kkerja paksa;konvensi tentang diskriminasi dalam pekerjaan dan jabatan;serta
konvensi tentang usia minimum untuk di perbolehkan bakarja.
Komitmen pemerintah terhadap penegakan HAM juga di tunjukkan dengan pengesahan UU
tentang HAM,pembentukan Kantor Menteri Negara Urusan HAM yang kemudian di gabung
dengan Departeman Hukum dan Perundang-undangan menjadi Departeman Kehakiman dan
HAM,penambahan pasal-pasal khusus tentang HAM dalam amandemen UUD 1945,pengesahan
UU tentang pengadilan HAM.

B. Sejarah Hak-Hak Asasi Manusia
Secara historis hak asasi manusia sebagaimana yang saat ini dikenal (baik yang di
cantumkan dalam berbagai piagam maupun dalam UUD), memiliki riwayat perjuangan panjang
bahkan sejak Abad Ke-13 perjuangan untuk mengukuhkan gagasan hak asasi manusia ini
sesudah dimulai segera setelah di tanda tanganinya Magna Charta pada tahun 1215 oleh raja
John Lackbland, maka sering kali peristiwa ini di catat sebagai permulaan dari sejarah
perjuangan hak-hak asasi manusia, sekali pun sesungguhnya piagam ini belum merupakan
perlindungan terhadap hak-hak asasi sebagaimana yang di kenal surat ini (Muh. Kusnardi dan
ibrahim,1981:307).

5
Menurut Muhammad Kusnardi dan Ibrahim (1981:308), bahwasannya perkembangan
dari hak-hak asasi manusia adalah dengan ditanda tanganinya Polition of Rights pada tahun 1628
oleh raja Charles 1. Kalau pada tahun 1215 raja berhadapan dengan kaum bangsawan dan gereja,
yang mendorong lahirnya Magna Charta, maka pada tahun 1628 tersebut raja berhadapan
dengan parlemen yang terdiri dari utusan rakyat (The House Of Comouons) kenyataan ini
memperlihatkan bahwa perjuangan hak-hak asasi manusia memiliki korelasi yang erat sekali
dengan perkembangan demokrasi.
Namun dalam hal ini yang perlu dicatat, bahwasannya hak asasi manusia itu telah ada
sejak abad 13,karena telah adanya pejuangan-perjuangan dari rakyat untuk mengukuhkan
gagasan hak asasi mausia sudah di miliki.

C.

Pengertian Dan Ciri Pokok Hakikat HAM

1. Pengertian HAM
a) HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh maunusia, sesuai dengan kodratnya (kaelan:
2002).
b) John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang
Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati. (Mansyur Effendi, 1994).

c) Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa “Hak
Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerag-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh nagara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia”.
d) Menurut Jan Materson dari komisi HAM PBB, Hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang melekat
pada setiap manusia, yang tanpa hak-hak tersebut manusia mustahil dapat hidup
sebagai Teaching human Rights, yang merumuskan HAM dengan pengertian, “Human Right
could be generally defined as those rights which are inherent in our nature and without which
can not live as human being”.
e) Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki manusia sejak lahir sebagai anugerah Tuhan
yang Maha Esa, bukan pemberian dari manusia atau pengusaha. Hak asasi manusia sifatnya
sangat mendasar bagi hidup dan kehidupan manusia yang bersifat kodrati yakni tidak bisa
terlepas dari dan dalam kehidupan manusia.
2.

Ciri Pokok Hakikat HAM
Berdasarkan beberapa rumusan HAM di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang beberapa
ciri pokok hakikat HAM, yaitu:
a)
HAM tidak perlu diberikan, dibeli, ataupun diwarisi. HAM adalah bagian dari manusia secara
otomatis.
b)
HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agam, etnis, pandangan
politik atau asal-usul social dan bangsa.
c)
HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seoarangpun mempunyai hak untuk membatasi atau
melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah Negara membuat
hukum
yang
tidak
melindungi
atau
melanggar
HAM
(Mansyur
Fakih,
2003).
6

D.

Perkembangan Pemikiran HAM

1. Pemikiran HAM
a)
Generasi pertama berpendapat bahwa pemikiran HAM hanya berpusat pada bidang hukum dan
politik. Fokus pemikiran HAM generasi pertama pada bidang hukum dan politik disebabkan oleh
dampak dan situasi perang dunia II, totaliterisme dan adanya keinginan Negara-negara yang baru
merdeka untuk menciptakan sesuatu tertib hukum yang baru.
b)
Generasi kedua pemikiran HAM tidak saja menuntut hak yuridis melainkan juga hak-hak
sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Jadi pemikiran HAM generasi kedua menunjukan perluasan
pengertian konsep dan cakupan hak asasi manusia. Pada masa generasi kedua, hak yuridis
kurang mendapat penekanan sehingga terjadi ketidakseimbangan dengan hak sosial-budaya, hak
ekonomi, dan hak politik.
c)
Generasi ketiga sebagai reaksi pemikiran HAM generasi kedua. Generasi ketiga menjanjikan
adanya kesatuan antara hak ekonomi, sosial, budaya, politik, dan hukum dalam suatu keranjang
yang disebut dengan hak-hak melaksanakan pembangunan. Dalam pelaksanaannya hasil
pemikiran generasi ketiga juga mengalami ketidakseimbangan dimana terjadi penekanan

terhadap hak ekonomi dalam arti pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama, sedangkan hak
lainnya yang dilanggar.
d) Generasi keempat yang mengkritik peranan Negara yang sangat dominan dalam proses
pembangunan yang terfokus pada pembangunan ekonomi dan menimbulkan dampak negatif
seperti diabaikannya aspek kesejahteraan rakyat. Selain itu program pembangunan yang
dijalankan tidak berdasarkan kebutuhan rakyat secara keseluruhan melainkan memenuhi
kebutuhan sekelompok elit. Pemikiran HAM generasi keempat dipelopori oleh Negara-negara di
kawasan Asia yang pada tahun 1983 melahirkan deklarasi hak asasi manusia yang
disebut Declaration of the basic Duties of Asia People and Government.
2. Perkembangan pemikiran HAM dunia
a) Magna Charta
Pada umum nya para pakar di Eropa berpendapat bahwa lahirnya HAM di kawasan
Eropa dimulai dengan lahirnya magna charta yang antara lain memuat pandangan bahwa raja
yang tadinya memiliki kekuasaan absolute (raja yang menciptakan hukum, tetapi ia sendiri tidak
terikat dengan hukum yang dibuatnya), menjadi dibatasi kekuasaannya dan mulai dapat diminta
pertanggung jawabanannya dimuka hukum (Mansyur Effendi: 1994).
b) The American declaration
Perkembangan HAM selanjutnya ditandai dengan munculnya The American Declaration
of Independence yang lahir dari paHAM Rousseau dan montesquuieu. Mulailah dipertegas
bahwa manusia adalah merdeka sejak di dalam perut ibunya, sehingga tidaklah logis bila sesudah
lahir ia harus dibelenggu.
c) The French declaration
Selanjutnya, pada tahun 1789 lahirlah The French Declaration (deklarasi perancis),
dimana ketentuan tentang hak lebih dirinci lagi sebagaimana dimuat dalam The Rule of Law
yang antara lain berbunyi tidak boleh ada penangkapan tanpa alasan yang sah.
7
d) The four freedom
Ada empat hak kebebasan bebicara dan menyatakan pendapat, hak kebebasan memeluk
agama beribadah sesuai dengan ajaran agama yang dipeluknya, hak kebebasan dari kemiskinan
dan pengertian setiap bangsa berusaha mencapai tingkat kehidupan yang damai dan sejahtera
bagi pendudukanya, hak kebebasan dari ketakutan, yang meliputi usaha, pengurangan
persenjataan, sehingga tidak satupun bangsa berada dalam posisi berkeinginan untuk melakukan
serangan terhadap Negara lain (Mansyur Effendi: 1994).
3. Perkembangan pemikiran HAM di Indonesia
a) Pemikiran HAM periode sebelum kemerdekaan yang paling menonjol pada Indische Partij
adalah hak untuk mendapatkan kemerdekaan serta mendapatkan perlakukan yang sama hak
kemerdekaan.
b) Sejak kemerdekaan tahun 1945 sampai sekarang di Indonesia telah berlaku 3 UUD dalam 4
periode, yaitu:
1) Periode 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949, berlaku UUD 1945.
2) Periode 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950, berlaku konstitusi Republik Indonesia
Serikat.
3) Periode 17 Agustus sampai 5 Juli 1959, berlaku UUD 1950.
4) Periode 5 juli sampai sekarang, berlaku kembali UUD 1945

E.

HAM dalam Tinjauan Islam

Ide mengenai HAM juga terdapat dalam Islam, yang telah tertuang dalam syari’ah sejak
diturunkannya Islam. Hal ini dapat dilihat dalam ajaran tauhid. Tauhid dalam islam mengandung
arti bahwa hanya ada satu pencipta bagi alam semesta. Ajaran dasar pertama dalam Islam
adalah la ilaha illa Allah (tiada Tuhan selain Allah SWT). Seluruh alam dan semua yang ada
dipermukaan bumi adalah ciptaan Allah, semua manusia, hewan, tumbuhan dan benda tak
bernyawa berasal dari Allah. Dengan demikian, dalam tauhid terkandung ide persamaan dan
persaudaraan seluruh manusia.
Dari ajaran dasar persamaan dan persaudaraan manusia tersebut, timbullah
kebebasankebebasan manusia, seperti kebebasan dari perbudakan, kebebasan beragama,
kebebasan mengeluarkan pendapat dan lain-lain. Dari situ pulalah timbul hak-hak asasi manusia,
seperti hak hidup, hak memiliki harta, hak berbicara, hak berpikir dan sebagainya.
Hak asasi dalam Islam berbeda dengan hak asasi menurut pengertian yang umum dikenal. Dalam
Islam seluruh hak asasi merupakan kewajiban bagi negara maupun individu yang tidak boleh
diabaikan. Oleh karena itu, negara bukan saja menahan diri dari menyentuh hak-hak asasi
tersebut, melainkan juga mempunyai kewajiban untuk melindungi dan menjamin hak-hak
tersebut.
Hak asasi manusia dalam Islam tertuang secara transenden untuk kepentingan manusia,
lewat syari’ah Islam yang diturunkan melalui wahyu. Menurut syari’ah, manusia adalah makhluk
bebas yang mempunyai tugas dan tanggung jawab, dan karenanya ia juga mempunyai hak dan
kebebasan. Dasarnya adalah keadilan yang ditegakkan atas dasar persamaan atau egaliter, tanpa
pandang bulu.
8
Sistem HAM Islam mengandung prinsip-prinsip dasar tentang persamaan, kebebasan dan
penghormatan terhadap sesama manusia.8 Persamaan, artinya Islam memandang semua manusia
sama dan mempunyai kedudukan yang sama, satu-satunya keunggulan yang dinikmati seorang
manusia atas manusia lainya hanya ditentukan oleh tingkat ketakwaannya. Hal ini sesuai dengan
firman Allah dalam Surat Al-Hujarat ayat 13, yang artinya sebagai berikut : “Hai manusia,
sesungguhnya Kami ciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan, dan Kami jadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling
mulia di antara kaum adalah yang paling takwa.” Al-Qur’an dan Sunnah sebagai sumber hukum
dalam Islam memberikan penghargaan yang tinggi terhadap hak asasi manusia. Al-Qur’an
sebagai sumber hukum pertama bagi umat Islam telah meletakkan dasar-dasar HAM serta
kebenaran dan keadilan, jauh sebelum timbul pemikiran mengenai hal tersebut pada masyarakat
dunia. Ini dapat dilihat pada ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Al-Qur’an, antara lain :
1.
Dalam Al-Qur’an terdapat sekitar 80 ayat tentang hidup, pemeliharaan hidup dan
penyediaan sarana kehidupan, misalnya dalam Surat Al-Maidah ayat 32. Di samping itu, AlQur’an juga berbicara tentang kehormatan dalam 20 ayat. Al-Qur’an juga menjelaskan dalam
sekitas 150 ayat tentang ciptaan dan makhluk-makhluk,
2.
Serta tentang persamaan dalam penciptaan, misalnya dalam Surat Al-Hujarat ayat 13.
3.
Al-Qur’an telah mengetengahkan sikap menentang kezaliman dan orang-orang yang
berbuat zalim dalam sekitar 320 ayat, dan memerintahkan berbuat adil dalam 50 ayat yang
diungkapkan dengan kata-kata : ‘adl, qisth dan qishash.

Dalam Al-Qur’an terdapat sekitar 10 ayat yang berbicara mengenai larangan memaksa
untuk menjamin kebebasan berpikir, berkeyakinan dan mengutarakan aspirasi. Misalnya yang
dikemukakan oleh Surat Al-Kahfi ayat 29. Begitu juga halnya dengan Sunnah Nabi. Nabi
MuHAMmad saw telah memberikan tuntunan dan contoh dalam penegakkan dan perlindungan
terhadap HAM. Hal ini misalnya terlihat dalam perintah Nabi yang menyuruh untuk memelihara
hak-hak manusia dan hak-hak kemuliaan, walaupun terhadap orang
yang berbeda agama, melalui sabda beliau. “ Barang siapa yang menzalimi seseorang mu’ahid
(seorang yang telah dilindungi oleh perjanjian damai) atau mengurangi haknya atau
membebaninya di luar batas kesanggupannya atau mengambil sesuatu dari padanya dengan tidak
rela hatinya, maka aku lawannya di hari kiamat.” Pengaturan lain mengenai HAM
dapat juga dilihat dalam Piagam Madinah dan Khutbah Wada’. Kedua naskah yang berkenaan
dengan Nabi ini kemudian menjadi masterpeacenya HAM dalam perspektif Islam.
Piagam Madinah adalah suatu kesepakatan antara berbagai golongan di Madinah dalam
menegakkan ikatan kebersamaan dan kemanusiaan. Adapun golongan masyarakat di Madinah
pada masa itu terdiri dari tiga kelompok, yaitu golongan Islan yang terdiri dari golongan Anshar
dan Muhajirin, golongan Yahudi dan para penyembah berhala. Di tengah-tengah pluralitas
masyarakat seperti ituNabi saw berusaha membangun tatanan kehidupan bersama yang dapat
menjamin hidup berdampingan secara damai dan sejahtera.

9
Sedangkan terhadap mereka yang berlainan agama, beliau mempersatukannya atas ikatan
sosial politik dan kemanusiaan. Bukti konkretnya adalah adanya kesepakatan yang tertuang
dalam piagama Madinah tersebut. Adapun inti dari Piagam Madinah ini meliputi prinsip-prinsip
persamaan, persaudaraan, persatuan, kebebasan, toleransi beragama, perdamaian, tolong
menolong dan membela yang teraniaya serta mempertahankan Madinah dari serangan musuh.
Berikut adalah substansi ringkasan dari Piagam Madinah .Deklarasi Islam Universal tentang Hak
Asasi Manusia Deklarasi ini disusun dalam Konferensi Islam di Mekkah pada tahun 1981.
Deklarasi ini terdiri dari 23 pasal yang menampung dua kekuatan dasar, yaitu keimanan kepada
Tuhan dan pembentukan tatanan Islam. Dalam pendahuluan deklarasi ini dikemukakan bahwa
hak-hak asasi manusia dalam Islam bersumber dari suatu kepercayaan bahwa Allah SWT, dan
hanya Allah sebagai hukum dan sumber dari segala HAM.Salah satu kelebihan dari deklarasi ini
adalah bahwa teksnya memuat acuanacuan yang gamblang dan unik dari totalitas peraturanperaturan yang berasal dari Al-Qur’an dan Sunnah serta hukum-hukum lainnya yang ditarik dari
kedua sumber tersebut dengan metodemetode yang dianggap sah menurut hukum Islam.
Dalam deklarasi ini antara lain dijelaskan bahwa :
1.
Penguasa dan rakyat adalah subjek yang sama di depan hukum (pasal IV a).
2.
Setiap individu dan setiap orang wajib berjuang dengan segala cara yang tersedia untuk
melawan pelanggaran dan pencabutan hak ini (pasal IV c dan d).
3.
Setiap orang tidak hanya memiliki hak, melainkan juga mempunyai kewajiban memprotes
ketidakadilan (pasal IV b).
4.
Setiap muslim berhak dan berkewajiban menolak untuk menaati setiap perintah yang
bertentangan dengan hukum, siapa pun yang memerintahkannya (pasal IV e).

F.

HAM dalam Perundang-Undangan Nasional
Dalam perundang-undangan RI paling tidak terdapat bentuk hukum tertulis yangmemuat
aturan tentang HAM. Pertama, dalam konstitusi (UUD Negara). Kedua, dalam ketetapan MPR
(TAP MPR). Ketiga, dalam Undang-Undang. Keempat, dalam peraturan pelaksanaan perundangundangan seperti peraturan pemerintah, keputusan presiden, dan peraturan pelaksanaan lainnya.
Kelebihan pengaturan HAM dalam konstitusi memberikan jaminan yang sangat kuat
karena perubahan dan atau penghapusan satu pasal dalam konstitusi seperti dalam
ketatanegaraan di Indonesia mengalami proses yang sangat berat dan panjang, antara lain melalui
amandemen dan referendum, sedangkan kelemahannya karena yang diatur dalam konstitusi
hanya memuat aturan yang masih global seperti ketentuan tentang HAM dalam konstitusi RI
yang masih bersifat global. Sementara itu bila pengaturan HAM dalam bentuk Undang-Undang
dan peraturan pelaksanaannya kelemahannya, pada kemungkinan seringnya
mengalami perubahan.

F.

HAM dalam Perundang-Undangan Nasional
Dalam perundang-undangan RI paling tidak terdapat bentuk hukum tertulis yangmemuat
aturan tentang HAM. Pertama, dalam konstitusi (UUD Negara). Kedua, dalam ketetapan MPR
(TAP MPR). Ketiga, dalam Undang-Undang. Keempat, dalam peraturan pelaksanaan perundangundangan seperti peraturan pemerintah, keputusan presiden, dan peraturan pelaksanaan lainnya.
Kelebihan pengaturan HAM dalam konstitusi memberikan jaminan yang sangat kuat
karena perubahan dan atau penghapusan satu pasal dalam konstitusi seperti dalam
ketatanegaraan di Indonesia mengalami proses yang sangat berat dan panjang, antara lain melalui
amandemen dan referendum, sedangkan kelemahannya karena yang diatur dalam konstitusi
hanya memuat aturan yang masih global seperti ketentuan tentang HAM dalam konstitusi RI
yang masih bersifat global. Sementara itu bila pengaturan HAM dalam bentuk Undang-Undang
dan peraturan pelaksanaannya kelemahannya, pada kemungkinan seringnya
mengalami perubahan.
10

G. Penegakan HAM di Indonesia
Setiap orang dan setiap badan dalam masyarakat senantiasa menjunjung tinggi
penghargaantehadap hak-hak dan kebebasan-kebebasan melalui tindakan progresif baik secara
nasional maupuninternasional. Namun manakala manusia telah memproklamasikan diri menjadi
suatu kaum atau bangsa dalam suatu Negara, status manusia individual akan menjadi status
warga Negara. Pemberian hak sebagai warga Negara diatur dalam mekanisme
kenegaraan. Berikut ini langkah-langkah dalam upaya penegakan HAM di Indonesia adalah:
1.
Mengadakan langkah kongkret dan sistematik dalam pengaturan hukum
2.
Membuat peraturan perundang-undangan tetntang HAM
3.
Peningkatan penghayatan dan pembudayaan HAM pada segenap elemen
4.
Mengatur mekanisme perlindungan HAM secara terpadu
5.
Memacu keberanian warga untuk melaporkan bila ada pelanggaran HAM
6.
Meningkatkan hubungan dengan lembaga yang menangani HAM
7.
Meningkatkan peran aktif media massa
Dalam penegakan HAM di Indonesia perangkat ideologi pancasila dan UUD 1945
harusdijadikan acuan pokok, karena secara terpadu nilai-nilai dasar yang ada di dalamnya
merupakan TheIndonesia Bill Of Human Right.
Ada sejumlah kemajuan positif yang telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam
kerangka penegakan HAM, khususnya terkait dengan upaya perbaikan pada kerangka hukum
dan institusi untuk mempromosikan HAM. Telah nampak dalam kerangka hukum, pemerintah
Indonesia telah melahirkan beberapa kebijakan menyangkut HAM yang cukup positif.
Pembuatan Undang-Undang (UU) HAM serta UU Perlindungan Saksi Mata, adalah beberapa
kebijakan yang dilihatnya dapat memberi sentimen positif pada persoalan perlindungan HAM di
Indonesia. Dibentuknya beberapa institusi penegakan HAM di Indonesia, seperti pengadilan
HAM ad-hoc, Komisi Nasional HAM, Komnas Perempuan serta sejumlah organisasi HAM
lainnya, juga merupakan usaha yang telah dilakukan pemerintah dalam upaya penegakan HAM

Adapun program penegakkan hukum dan HAM (PP No.7 tahun 2005) meliputi pemberantasan
korupsi, antiterorisme, serta pembasmian penyalagunaan narkotika dan obat berbahaya. Oleh
sebab itu, penegakkan hukum dan HAM harus di lakukuan secara tegas, tidak diskriminatif dan
konsisten.
Dalam upaya penegakan penegakan hak asasi manusia di Indonesia, dibutuhkan sarana
dan prasarana. Sarana dan prasarana penegakan HAM di Indonesia dapat dikategorikan menjadi
dua bagian yaitu:
1.
Sarana yang terbentuk institusi atau kelembagaan seperti lembaga advokasi tentang HAM
yang dibentuk oleh LSM, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM), Komisi
Nasional HAM Perempuan dan institusi lainnya
2.
Sarana yang berbentuk peraturan atau Undang-Undang, seperti adanya beberapa pasal
dalam konstitusi UUD 1945 yang memuat tentang HAM, UU RI No. 39 Tahun 1999, keputusan
Presiden RI No. 50 Tahun 1993, Keputusan Presiden RI No. 129 Tahun 1998, Keputusan
Presiden RI No. 181 tahun 1998 dan Instruksi Presiden No. 26 Tahun 1998. Kesemua prangkat
hukum tersebut merupakan sarana pendukung perlindungan HAM di Indonesia.

11

H.

Pelanggaran HAM dan Pengadilan HAM
Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk
aparat Negara baik disengaja ataupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum
mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut HAM seseorang atau kelompok orang
yang dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak didapatkan atau dikhawatirkan tidak akan
memperoleh penyelesaian hukum yang berlaku (UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM).
Sedangkan bentuk pelanggaran HAM ringan selain dari kedua bentuk pelanggaran HAM berat
itu.
Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis
dan kelompok agama. Kejahatan genosida dilakukan dengan cara membunuh anggota kelompok,
mengakibatkan penderitaan fisikatau mental yang berat terhadap anggota-anggota kelompok,
menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan secara fisik
baik seluruh atau sebagiannya, memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah
kelahiran di dalam kelompok, dan memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu
ke kelompok lain (UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM).
Sementara itu kejahatan adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari
serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut tujukan secara
langsung terhadap penduduk sipil berupa pembunuhan, pemusnahan, perbudakan, pengusiran
atau pemindahan penduduk secara paksa, perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan
fisik lain secara sewenang-wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum
internasional, penyiksaan, perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, atau bentukbentuk kekerasan seksual lain yang setara, penganiyaan terhadap suatu kelompok tertentu atau
perkumpulan yang didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya,agama,
jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang
menurut hukum internasional, penghilangan orang secara paksa, dan kejahatan apartheid.
Pelanggaran terhadap HAM dapat dilakukan oleh baik aparatur maupun bukan aparatur
Negara (UU No. 26/2000 tentang pengadilan HAM). Karena itu penindakan terhadap
pelanggaran HAM tidak boleh hanya ditujukan terhadap aparatur Negara, tetapi juga
pelanggaran yang dilakukan bukan oleh aparatur Negara. Penindakan terhadap pelanggaran
HAM mulai dari penyelidikan, penuntutan, dan persidangan terhadap pelanggaran yang terjadi
harus bersifat non-deskriminatif dan berkeadilan. Pengadilan HAM merupakan pengadilan
khusus yang berada dilingkungan pengadilan umum.
Sebagai salah satu upaya untuk memenuhi rasa keadilan, maka pengadilan atas
pelanggaran HAM kategori berat, seperti genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan
diberlakukan asas retroaktif. Dengan demikian, pelanggaran HAM kategori berat dapat diadili
dengan membentuk Pengadilan HAM ad hoc. Pengadilan HAM ad hoc dibentuk atas usul
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dengan keputusan Presiden dan berada di lingkungan
Pengadilan Umum.\

12
Berdasarkan UU No. 26/2000, Pengadilan HAM merupakan pengadilan khusus yang
berada dibawah peradilan umum dan merupakan lex specialis dari Kitab Undang Hukum Pidana.
Pengadilan ini dikatakan khusus karena dari segi penamaan bentuk pengadilannya sudah secara
spesifik menggunakan istilah Pengadilan HAM dan kewenangan pengadilan ini juga mengadili
kejahatan-kejahatan tertentu. Kejahatan-kejahatan yang merupakan yurisdiksi pengadilan HAM
ini adalah kejahatan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang keduanya merupakan
pelanggaran HAM yang berat. Penamaan Pengadilan HAM yang mengadili kejahatan terhadap
kemanusiaan dan kejahatan genosida ini dianggap tidak tepat, karena Pelanggaran HAM yang
berat dengan dua jenis kejahatan tersebut adalah kejahatan yang merupakan bagian dari hukum
pidana internasional (international crimes) sehingga yang digunakan adalah seharusnya
terminologi “pengadilan pidana.”
Selain pengadilan HAM ad hoc, dibentuk juga Komisi Kebenaran dan Rekonsilasi
(KKR). Komisi ini dibentuk sebagai lembaga ekstrayudisial yang bertugas untuk menegakan
kebenaran untuk mengungkap penyalahgunaan kekuasaan dan pelanggaran HAM pada masa
lampau, melaksanakan rekonsiliasi dalam perspektif kepentingan bersama sebagai bangsa.
Pengadilan HAM tidak berwenang memeriksa dan memutus perkara pelanggaran HAM
yang berat yang dilakukan seseorang berumur dibawah 18 tahun pada saat kejahatan dilakukan.
Dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses pengadilan melalui
hukum acara pengadilan HAM sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang Pengadilan HAM.
Upaya mengungkap pelanggaran HAM dapat juga melibatkan peran serta masyarakat
umum. Kepedulian warga negara terhadap pelanggaran HAM dapat dilakukan melalui upayaupaya pengembangan komunitas HAM atau penyelenggaraan tribunal (forum kesaksian untuk
mengungkap dan menginvestigasi sebuah kasus secara mendalam) tentang pelanggaran HAM.

I.

Penanggung jawab dalam penegakan (respection), pemajuan (promotion),
perlindungan (protection) dan pemenuhan (fulfill) HAM
Tanggung jawab penegakan, pemajuan, perlindungan danpemenuhan HAM tidak saja
dibebankan kepada Negara, melainkan juga kepada individu warga Negara. Artinya Negara dan
individu sama-sama memiliki tanggung jawab terhadap pemajuan, penghormatan, dan
perlindungan HAM. Karena itu, pelanggaran HAM sebenarnya tidak saja dilakukan oleh Negara
kepada rakyatnya, melainkan juga oleh rakyat kepada rakyat yang disebut dengan pelanggaran
HAM
secara horizontal.

13

J.
1.
2.
3.
4.
5.

K.

Contoh-Contoh Kasus Pelanggaran HAM
Terjadinya pengaiyaan pada praja STPDN oleh seniornya dengan dalih pembinaan yang
menyebabkan meninggalnya Klip Muntu pada tahun 2003.
Dosen yang malas masuk kelas atau malas memberikan penjelasan pada suatu mata kuliah
kepada mahasiswa merupakan pelanggaran HAM ringan kepada setiap mahasiswa.
Para pedagang yang berjualan di trotoar merupakan pelanggaran HAM terhadap para pejalan
kaki, sehingga menyebabkan para pejalan kaki berjalan di pinggir jalan sehingga sangat rentai
terjadi kecelakaan.
Para pedagang tradisional yang berdagang di pinggir jalan merupakan pelanggaran HAM
ringan terhadap pengguna jalan sehingga para pengguna jalan tidak bisa menikmati arus
kendaraan yang tertib dan lancer.
Orang tua yang memaksakan kehendaknya agar anaknya masuk pada suatu jurusan tertentu
dalam kuliahnya merupakan pelanggaran HAM terhadap anak, sehingga seorang anak tidak bisa
memilih jurusan yang sesuai dengan minat dan bakatnya.

Faktor-Faktor Penyebab Pelanggaran HAM

Banyak kasus pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia. Kasus pelanggaran HAM ini
bukan semata-mata terjadi karena kesalahan pemerintah yang masih belum mampu melakukan
penegakan HAM di negara kita ini. Namun dalam kenyataannya, kasus pelanggaran HAM terjadi
karena ada beberapa faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan pelanggaran HAM.
Beberapa faktor yang menyebabkan pelanggaran HAM, yaitu:
1. Ketidak tahuannya tentang masalah penghormatan HAM orang lain
2. Adanya pandangan HAM bersifat individulistik yang akan mengancam kepentingan umum
(dikhotomi antara individualisme dan kolektivisme)
3. Kurang berfungsinya lembaga – lembaga penegak hukum (polisi, jaksa dan pengadilan)
4. Pemahaman belum merata tentang HAM baik dikalangan sipil maupun militer
5. Kekuasan yang tidak seimbang
6. Masayarakat warga yang belum berdaya
7. Good Governence masih bersifat retorika
8. Corporete Governence masih bersifat retorika
9. Masih kuatnya budaya korup
10. masih kuatnya budaya paternalistik dan feodal
11. Terjadinya praktek–praktek penyalahgunaan kekuasaan
12. Interprestasi dan penerapan yang salah dari norma–norma agama dan perintah (intruksi)

14

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya. Setiap
individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang perlu kita ingat
bahwa jangan pernah melanggar atau menindas HAM orang lain.
HAM setiap individu dibatasi oleh HAM orang lain. Dalam Islam, Islam sudah lebih dulu
memperhatikan HAM. Ajaran Islam tentang Islam dapat dijumpai dalam sumber utama ajaran
Islam itu yaitu Al-Quran dan Hadits yang merupakan sumber ajaran normative, juga terdapat
dalam praktik kehidupan umat Islam.
Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundan-undangan RI,
dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh seseorang, kelompok atau
suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM,
pengadilan HAM menempuh proses pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM
sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang pengadilan HAM.
Penegakan HAM di Indonesia masih dirasa kurang,karena masih banyak terjadi kasuskasus pelanggaran HAM, baik kasus-kasus yang ringan maupun yang dapat dikategorikan kasus
pelanggaran HAM yang berat. Upaya pemerintah dalam penegakan HAM kini mulai terasa
dengan dibentuknya beberapa lembaga HAM dan diharapkan dapat mewujudkan keadilan dalam
HAM setiap warga negara Indonesia.

B.

Saran
Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan HAM
kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati dan menjaga HAM orang lain
jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan jangan sampai pula HAM kita dilanggar
dam diinjak-injak oleh rang lain.
Jadi dalam menjaga HAM kita harus mampu menyelaraskan dan mengimbangi antara
HAM kita dengan HAM orang lain.

15

DAFTAR PUSTAKA
http://chieva-chiezchua.blogspot.com/2012/06/perkembangan-pemikiran-dan-pelaksanaan.html
Hidayat, Komarudin dan Azyumardi Azra. 2008. Pendidikan Kewargaan (Civic Education)
Edisi Ketiga Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madan.ICCE UIN Jakarta:
Jakarta. Majda, El-Muhtaj. 2007. Hak Asasi Manusia Dalam Konstitusi Indonesia. Jakarta :
Kencana
Muzaffar ,Chandra . 1993. Hak Asasi Manusia Dalam Tata Dunia Baru. Bandung Mizan
pustaka.
Prasetyohadi, Wisnuwardhani, Savitri. 2008. Penegakan HAM Dalam 10 Tahun Reformasi.
Jakarta : KomnasHAM
Sayuti, Wahdi dkk. 2000. Pendidikan Kewarganegaraan, Demokrasi,HAM & Masyarakat
Madani. Jakarta : IAIN Press
Tim penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1990. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Wikipedia Indonesia. 2011. Hak Asasi Manusia.Id.wikipedia.org/wiki/Hak_Asasi_Manusia-26k.
Diakses 10 desember 2011.
http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2008/09/13/makalah-pkn-tentang-hak-asasimanusia-ham/
http://www.docstoc.com/docs/48057826/Makalah-Hak-Asasi-Manusia
http://dhanielalu.blog.com/makalah-ham-dan-pandangan-islam-tentang-ham/