DETERMINAN PRODUKTIVITAS PENGUSAHA RUMPUT LAUT PADA KETERBATASAN SALURAN PEMASARAN DI SENTRA PRODUKSI Bahari

DETERMINAN PRODUKTIVITAS PENGUSAHA RUMPUT LAUT PADA KETERBATASAN SALURAN PEMASARAN DI SENTRA PRODUKSI

Bahari

bahari.abdullah@yahoo.com

M. Arif Dirgantoro Doddy Ismunandar Bahari Universitas Haluoleo

ABSTRACT

The research aimed to predict farmer’s productivity level and to identify factors affecting productivity level in seaweeds farming in Muna District Southeast Sulawesi. To achieve that objectives, frontier cost function using OLS and MLE estimation method with Cobb-Douglas functional assupmtion was used. Eighty six respondents were selected by proportional random method. The results of cost function based on OLS and estimation based on MLE showed that variables of seed prices, transportation prices, labor price and amount of production had jointly significant affect. Research showed farmers achieved productivity levels between 80 to 99 percent with an average of 96 percent. Productivity level distribution was influenced significantly by seaweed sales price and dummy of marketing channels. Important policy implication was to increase amount of production to fulfill market demand can only be done by increasing scale because gap between average productivity of farmers with maximum productivity rate of allocation and best combination of inputs (best practiced farm) is fairly narrow. Increasing scale of seaweed farmers must been followed with reforming that involving the government to correct the marketing system of seaweed so gave better impact on the price at farm level that would increase farmers productivity.

Key words: Seaweed, stochastic frontier, economic efficiency.

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk menduga tingkat produktivitas pengusaha sekaligus mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas tersebut pada pengusahaan rumput laut di Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara, yang sebelumnya menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap fungsi biaya. Untuk mencapai tujuan tersebut maka digunakan fungsi biaya frontier dengan pendugaan metode OLS dan MLE dengan asumsi fungsional dalam bentuk Cobb-Douglas. Jumlah Responden 86 orang dipilih dengan menggunakan metode acak proporsional. Hasil penelitian fungsi biaya berdasarkan OLS menunjukkan keberpengaruhan harga bibit, harga transportasi, harga tenaga kerja dan jumlah produksi dan pendugaan berdasarkan MLE menunjukkan peubah secara bersama- sama berpengaruh nyata. Penelitian menunjukkan pengusaha mencapai tingkat produktivitas antara

80 hingga 99 persen dengan rata-rata 96 persen. Sebaran tingkat produktivitas dipengaruhi secara nyata oleh harga jual rumput laut dan dummy saluran pemasaran. Implikasi kebijakan penting adalah peningkatan jumlah produksi untuk memenuhi permintaan pasaran hanya dapat dilakukan dengan peningkatan skala usaha sebab senjang antara tingkat produktivitas rata-rata pengusaha dengan tingkat produktivitas maksimum yakni alokasi dan kombinasi input yang terbaik (best practiced farm) cukup sempit. Peningkatan skala usaha harus diikuti dengan pembenahan yang melibatkan pemerintah untuk memperbaiki sistem pemasaran rumput laut agar memberikan dampak yang lebih baik terhadap harga di tingkat produsen yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas pengusaha.

Kata kunci: Rumput Laut, frontier stokastik, efisiensi ekonomi

PENDAHULUAN

Rumput Laut merupakan salah satu komoditas unggulan dalam sektor perika- nan dan merupakan komoditas yang per- mintaannya semakin besar pada pasaran dunia, yakni berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (2010) dalam Karmila (2011) yang memprediksi pasar du- nia olahan rumput laut meningkat sekitar 10% setiap tahun untuk keraginan, agar- agar dan alginat untuk industri serta alginat untuk makanan mengalami peningkatan sebesar 7,5 % dan keraginan refine sebesar 5%. Dengan demikian, maka pengusahaan rumput laut merupakan salah satu sektor usaha yang potensial mengingat perminta- an pasar dunia yang semakin besar per tahunnya serta sebagai penyumbang Pro- duk Domestik bruto (PDB) bagi peningka- tan pertumbuhan ekonomi Indonesia dan penyedia lapangan pekerjaan yang mampu memberikan pendapatan yang layak bagi masyarakat yang membudidayakan rumput laut.

Rumput laut sebagai komoditas komer- sial terus berkembang pada beberapa lokasi di semua Kabupaten/Kota se Provinsi Sula- wesi Tenggara. Luas areal budidaya rumput laut Provinsi Sulawesi Tenggara yang di- kelola adalah ± 9.825,9 Ha dengan volume produksi rumput laut kering sebesar 73.247,1 ton. Potensi areal budidaya yang belum dikelola adalah 36.428,2 Ha yang diperkirakan dapat memproduksi rumput laut sebesar 262.073,5 ton/tahun. Daerah pengembangan berada dikabupaten Buton, Kabupaten Wakatobi, Kota Bau-Bau, Kabu- paten Konawe, Kabupaten Kolaka, Kabu- paten Muna dan yang paling sempit di Kota Kendari. Produktivitas rumput laut kering mencapai 1,3–3,84 ton/Ha, bila dikelola secara optimal maka total produksi rumput laut di Provinsi Sulawesi Tenggara diper- kirakan mampu mencapai 335.320,7 ton setiap tahun.

Pengembangan usaha budidaya rum- put laut selain dapat memberikan kontri- busi bagi pertumbuhan PDB sektor perika-

nan dan memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia dan Dunia juga mampu dikem- bangkan untuk mencapai tujuan utama dari pembangunan ekonomi, yaitu meningkat- kan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah agar kesejahteraan ma- syarakat lebih merata.

Meskipun dari segi permintaan men- dukung namun usaha budidaya rumput laut yang banyak dilakukan oleh masya- rakat sebagai suatu mata pencaharian tidak lepas dari kendala yang dihadapi. Kendala tersebut yakni masalah rendahnya penda- patan yang diterima pengusaha karena har-

ga jual yang rendah serta berfluktuasi yang disebabkan oleh biaya transportasi yang besar karena jarak sentra produksi yang sangat terpencil. Selain itu posisi tawar pe- dagang yang masih rendah karena struktur pasar komoditas yang tertutup serta belum berfungsinya kelembagaan pada tingkat pro dusen serta ketidakseimbangan kebutuhan industri setempat dengan supply dari pro- dusen. Rendahnya harga jual tersebut me- rupakan masalah sistemik yang dihadapi pengusaha yang membutuhkan waktu yang tidak cepat untuk mengatasinya. Salah satu opsi yang dapat dilakukan pengusaha dalam waktu singkat yang dapat mening- katkan pendapatannya adalah dengan usa-

ha mencapai produktivitas maksimalnya. Besaran peningkatan pendapatan pengusa-

ha tersebut tergantung dari sejauh mana- “gap” antara tingkat produktivitas yang di- raih pengusaha saat ini dengan produkti vitas maksimalnya. Dengan begitu, untuk menelaah tingkat produktivitas usaha budi- daya rumput laut ini maka secara khusus studi ini bertujuan untuk (1) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi biaya produksi usaha budidaya rumput laut, (2) menduga tingkat produktivitas yang saat ini telah diraih oleh pengusaha budidaya rumput laut, serta (3) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas yang saat ini telah diraih oleh pengusaha rumput laut di Kabupaten Muna.

Determinan Produktivitas Pengusaha Rumput Laut … -- Bahari, Dirgantoro, Ismunandar B 489

TINJAUAN TEORETIS

Komoditas rumput laut merupakan komoditas yang juga seharusnya mempe- roleh prioritas lebih tinggi dalam pengem- bangannya sebab mempunyai merupakan salah satu komoditi yang mempunyai biaya sumber daya domestik lebih kecil dari satu (Clenia, 2008). Selain itu Rumput laut me- rupakan sumber produk alami yang men- janjikan karena ekstrak rumput laut me- nunjukkan aktivitas antioksidan tinggi (Pre- malatha, 2011). Rumput laut segar merupa- kan produk bernilai tinggi, karena dijual sebagai makanan ke restoran atau sebagai bahan baku untuk perusahaan kosmetik, dan industry biofuel (Dunning- ham dan Attack, 2011). Dari sisi sosial-ekonomi juga pengusahaan rumput laut dapat meningkat- kan pendapatan rumah tangga (Kronen, 2010).

Kemampuan usaha pengusahaan rum- put laut di Kabupaten Muna untuk mem- berikan kontribusi secara langsung terha- dap pertumbuhan ekonomi dan kesejah- teraan rumah tangga pengusaha rumput laut di daerah tersebut tergantung pada tingkat pendapatan yang dihasilkannya. Tingkat pendapatan usahatani disamping merupakan penentu utama kesejahteraan rumah tangga petani juga sebagai salah satu faktor penting yang mengkondisikan per- tumbuhan ekonomi. Tingkat pendapatan usahatani tersebut tidak terlepas dari ting- kat produktivitas yang diraih oleh pengu- saha, sebab dengan raihan tingkat produkti- vitas yang tidak maksimal akan menghilang kan sejumlah besaran pendapatan yang seharusnya didapatkan pengusaha jika ber- ada pada tingkat produktivitas yang mak- simal, sehingga menyebabkan tingkat pen- dapatan yang didapatkan pengusaha juga tidak maksimal. Dalam pemasaran rumput laut agar petani memilih melalui saluran pemasaran II (petani–pedagang antar pulau – pedagang besar–eksportir) karena saluran pemasaran tersebut mempunyai efisiensi yang lebih tinggi serta memberikan harga dan keuntungan yang lebih tinggi (Karmila, 2011).

Upaya mencapai usahatani yang efisien sulit diwujudkan, namun pemikiran me- ngenai maksimasi keuntungan yang ter- batas sangat berarti untuk menunjukkan bahwa petani gurem pada dasarnya juga melakukan usahatani dengan menggunakan perhitungan ekonomi. Dalam prakteknya petani kecil dalam mencapai efisiensi dan produktivitas yang diharapkan menghadapi berbagai permasalahan, baik aspek teknis (teknologi), aspek ekonomi (permodalan dan akses pasar), sosial kelembagaan (le- mahnya konsolidasi kelembagaan kelom- pok tani), serta aspek kebijakan pemerintah yang belum kondusif untuk pengembangan usahatani (Ellis, 2003).

Istilah produktivitas secara ekonomis menggambarkan suatu perbandingan anta- ra keluaran dan masukan (Rutkauskas and Paulaviciene, 2005). Secara konseptual, peng ukuran produktivitas suatu usaha ekonomi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu produktivitas parsial atau single factor pro- ductivity dan produktivitas faktor total atau multi factor productivity . Produktivitas par- sial adalah produksi rata-rata dari suatu faktor produksi yang diukur sebagai hasil bagi total produksi dan total penggunaan suatu faktor produksi. Jika faktor produksi yang digunakan lebih dari satu jenis, maka konsep produktivitas yang lebih banyak digunakan adalah produktivitas faktor total (Maulana, 2004).

Produktivitas faktor total didefinisikan sebagai rasio indeks hasil produksi dengan indeks total faktor produksi (input). Dalam prakteknya total faktor produksi biasanya diukur dalam angka indeks sehingga lang- sung dapat mencermikan tingkat relatif antar waktu (Maulana, 2004). Maka pro- duktivitas total faktor produksi adalah ukuran kemampuan seluruh jenis faktor produksi sebagai satu kesatuan faktor pro- duksi agregat dalam menghasilkan output secara keseluruhan (output agregat). Penen- tuan rasio indeks hasil produksi dengan indeks total faktor produksi (input) di tentukan dengan indeks efisiensi. Dengan begitu, penetuan tingkat produktivitas Produktivitas faktor total didefinisikan sebagai rasio indeks hasil produksi dengan indeks total faktor produksi (input). Dalam prakteknya total faktor produksi biasanya diukur dalam angka indeks sehingga lang- sung dapat mencermikan tingkat relatif antar waktu (Maulana, 2004). Maka pro- duktivitas total faktor produksi adalah ukuran kemampuan seluruh jenis faktor produksi sebagai satu kesatuan faktor pro- duksi agregat dalam menghasilkan output secara keseluruhan (output agregat). Penen- tuan rasio indeks hasil produksi dengan indeks total faktor produksi (input) di tentukan dengan indeks efisiensi. Dengan begitu, penetuan tingkat produktivitas

Tingkat pendapatan maksimal yang dicapai petani berkaitan erat dengan efi- siensi berproduksi usahatani. Proses pro- duksi tidak efisien karena dua hal berikut: (1) karena secara teknis tidak efisien, hal ini terjadi karena ketidakberhasilan mewujud- kan produktivitas maksimal; artinya per unit paket masukan (input bundle) tidak dapat menghasilkan produksi maksimal, dan (2) secara alokatif tidak efisien karena pada tingkat harga-harga masukan dan keluaran tertentu, proporsi penggunaan masukan tidak optimum disebabkan karena produk penerimaan marginal (marginal revenue product ) tidak sama dengan biaya marginal (marginal cost) masukan yang digunakan. Kedua hal tersebut lebih sering dikenal sebagai efisiensi teknis dan efisiensi alokatif. Kedua tingkat efisiensi tersebut merupakan komponen dari suatu ukuran tingkat produktivitas yakni overall efficiency atau yang lebih dikenal sebagai efisiensi ekonomi. Tingkat efisiensi ekonomi suatu usaha merupakan tolok ukur penentuan tingkat produktivitas yang diraih suatu usaha (Ellis, 2003; Sumaryanto et al., 2003). Berdasarkan hal tersebut dapat dikaitkan antara produktivitas, efisiensi serta pendapa tan yaitu efisiensi merupakan tolok ukur dari tingkat produktivitas sedangkan ting- kat produktivitas tersebut sangat menentu- kan tingkat pendapatan yang diperoleh pengusaha rumput laut dari keseluruhan sumber daya dan teknologi dalam satu set tertentu.

Meningkatnya kesejahteraan material masyarakat secara keseluruhan sehubungan dengan efisiensi, dan pertumbuhan eko- nomi terjadi apabila tingkat harga sumber- daya dan output tertentu terjadi perubahan penggunaan sumberdaya dari kurang efi- sien menjadi lebih efisien atau terjadi peningkatan produktivitas sumberdaya se- hingga dengan sumberdaya yang sama diperoleh output yang lebih besar (Ellis, 2003). Dengan begitu seiring dengan adanya selisih antara tingkat efisiensi ekonomi yang

diraih pengusaha dengan tingkat efisiensi ekonomi tertinggi maka peningkatan pen- dapatan masih dapat dilakukan tanpa adanya realokasi sumberdaya ataupun re- distribusi komoditi.

Meskipun pengusahaan antara satu dengan lainnya hampir tidak terdapat per- bedaan secara teknis, namun hal ini pasti- nya akan berbeda antara pengusaha satu dengan yang lainnya karena terdapat per- bedaan kemampuan untuk menyesuaikan dengan karakteristik alam yang sangat penting dalam usaha pengusahaan rumput laut. Penyesuaian tersebut mempengaruhi tingkat transformasi input menjadi output dan alokasi faktor produksi antar pengu- saha yang sangat ditentukan oleh ke- mampuan manajerial pengusaha sebagai suatu Desicion Making Unit (DMU) bagi usaha budidaya rumput laut tersebut. Dengan perbedaan tersebut maka kemampu an untuk mengefisiensikan usaha rumput laut secara ekonomi akan berbeda-beda antara pengusaha.

Kapabilitas manajerial dalam aspek budidaya tercermin dalam aplikasi tekno- logi usahatani. Masukan apa saja yang digunakan, berapa banyak, kapan (dan berapa kali), dan dengan metode atau cara berproduksi seperti apa merupakan unsur- unsur pokok yang tercakup dalam aplikasi teknologi tersebut. Pada akhirnya, kapa- bilitas manajerial akan tercermin dari ke- luaran yang diperoleh ketika hasil tanaman- nya sudah dipanen. Jika produksi yang diperoleh mendekati potensi maksimum dari suatu aplikasi teknologi yang terbaik (the best practiced) di suatu ekosistem yang serupa, maka dapat dikatakan bahwa petani tersebut telah mengelola usahataninya de- ngan efisiensi yang tinggi (Saptana et al., 2010).

Berdasarkan pengamatan empiris wa- laupun petani telah memiliki pengalaman panjang dalam berusahatani, namun petani tidak selalu dapat mencapai tingkat efisiensi tertinggi, hal ini disebabkan hasil yang dicapai pada dasarnya merupakan resultante bekerjanya demikian banyak faktor, baik

Determinan Produktivitas Pengusaha Rumput Laut … -- Bahari, Dirgantoro, Ismunandar B 491

yang tidak dapat dikendalikannya (ekster- duksi pada tingkat output tertentu dengan nal) maupun yang dapat dikendalikannya

menggunakan rasio biaya-masukan memini (internal) (Sumaryanto et al., 2003). Faktor-

malkan. EE didefinisikan sebagai kemam- faktor internal tersebut lazimnya berkaitan

puan dari suatu perusahaan untuk meng- erat dengan kapabilitas manajerialnya da-

hasilkan kuantitas yang telah ditentukan lam usahatani dan karakteristik pengusaha

output pada biaya minimum untuk suatu tercakup didalamnya yakni luas lahan,

tingkat teknologi (Dipeolu and Okinbode, pengalaman berusahatani, jumlah anggota

keluarga. Adapun faktor eksternal yang Gabungan kedua efisiensi ini disebut tercakup didalamnya yakni harga jual

efisiensi ekonomi (Economic Efficiency-EE) output ataupun saluran pemasaran yang

atau disebut juga efisiensi total. Hal ini pilih oleh para pengusaha rumput laut.

berarti bahwa produk yang dihasilkan oleh Determinan tersebut ada yang berasal

suatu perusahaan baik secara teknis mau- dari dalam proses pengusahaan yang mem-

pun alokatif adalah efisien. Untuk meng- pengaruhi kemampuan manajerial petani

ilustrasikan konsep efisiensi-efisiensi terse- dan adapula yang berasal dari luar proses

but, Farrell menggunakan contoh sederhana pengusahaan yang sifatnya sebagai faktor

dari suatu industri yang menggunakan eksternal ataupun dalam lingkup pema-

hanya dua input, X 1 dan X 2 untuk meng- saran. Sebagaimana penelitian sebelumnya

hasilkan output Y, hal tersebut dapat dilihat yang menyatakan bahwa kondisi sosial

pada Gambar 3.1. berikut. ekonomi, faktor demografi, karakteristik

usahatani, faktor lingkungan dan faktor non fisik mempengaruhi efisiensi (Kebede, 2001). Selain itu, inefisiensi usaha dapat bersumber pada manajemen usahatani (Sutanto, 2008).

Dengan begitu, berdasarkan uraian yang telah dikemukakan maka salah satu langkah strategis untuk membantu pengu- saha dalam peningkatan pendapatannya adalah dengan menganalisis tingkat efi- siensi ekonomi usaha budidaya rumput laut dan mendeskripsikan secara simultan ter- hadap faktor-faktor non-teknis yang mempe ngaruhinya.

Kriteria efisiensi mengacu pada pen-

Gambar 1.

dapat Farrell yang mengemukakan bahwa

Pengukuran Efisiensi

ukuran efisiensi terdiri dari efisiensi teknis

Sumber : Farell (1957) dalam Zamorano (2004)

dan efisiensi alokatif. Studi modern efisiensi dikemukakan oleh Farrel melalui paper

Pada Gambar 3.1 YY` adalah isoquant efisiensi yang memperkenalkan metodologi dan garis CC` adalah garis isocost (kombi- untuk mengukur efisiensi ekonomi, teknis, nasi input yang dapat dibeli dengan ang- dan alokasi. Dalam metodologi ini, Efisiensi garan yang sama). Titik P secara teknis Ekonomi (EE) adalah sama dengan produk tidak efisien dan titik R secara teknis efisien Efisiensi Teknis (TE) dan Alloactive Efisien- karena terletak pada isoquant, tetapi secara si (AE). Menurut Farrell, TE dikaitkan alokatif tidak efisien. Titik S secara teknis dengan kemampuan untuk memproduksi tidak efisien tetapi secara alokatif efisien pada isokuan perbatasan, sementara AE karena menempati kombinasi harga input mengacu pada kemampuan untuk mempro- Pada Gambar 3.1 YY` adalah isoquant efisiensi yang memperkenalkan metodologi dan garis CC` adalah garis isocost (kombi- untuk mengukur efisiensi ekonomi, teknis, nasi input yang dapat dibeli dengan ang- dan alokasi. Dalam metodologi ini, Efisiensi garan yang sama). Titik P secara teknis Ekonomi (EE) adalah sama dengan produk tidak efisien dan titik R secara teknis efisien Efisiensi Teknis (TE) dan Alloactive Efisien- karena terletak pada isoquant, tetapi secara si (AE). Menurut Farrell, TE dikaitkan alokatif tidak efisien. Titik S secara teknis dengan kemampuan untuk memproduksi tidak efisien tetapi secara alokatif efisien pada isokuan perbatasan, sementara AE karena menempati kombinasi harga input mengacu pada kemampuan untuk mempro-

Untuk menotasikan kondisi di lapa- ngan ke dalam konsep Farrel tersebut maka dibutuhkan suatu ukuran yang mencermin- kan keragaan aktual usahatani dan men- cantumkan seluruh sumberdaya yang di- gunakan yang relevan dalam proses trans- formasi dan alokasi untuk mencapai tingkat efisiensi tertentu. Pendekatan yang telah dikembangkan dan diaplikasikan untuk mengukur efisiensi dengan melibatkan penggunaan fungsi batas/frontier. Peng- gunaan fungsi frontier tampaknya sangat beralasan karena memberikan penekanan terhadap konsep maksimalitas dan mini- malitas yang terkandung di dalamnya. Pada kasus fungsi produksi selalu terdapat keterkaitan antara pengukuran efisiensi di tingkat usahatani dengan estimasi frontier produksi, hal ini terjadi karena diperlukan suatu standar untuk mengukur inefisiensi. Keterkaitan semacam ini juga terjadi pada penggunaan fungsi biaya atau fungsi keuntungan (Adiyoga, 1999 dalam Ismu- nandar, 2012).

Berdasarkan hal tersebut untuk menen- tukan batasan/frontier tersebut maka di- gunakan fungsi biaya untuk menghasilkan batasan/frontier terhadap tingkat efisiensi ekonomi. Dengan menggunakan batasan/ frontier tersebut, maka kinerja setiap pengu saha akan diketahui, kemampuannya ter- hadap batas yang seharusnya dimaksimal- kan untuk memaksimalkan keuntungannya. Adapun metode pendekatan terbaik yang digunakan untuk menentukan batasan/ frontier tersebut adalah dengan pendekatan statistik stochastic . Pendekatan statistik stochastic dirasakan terbaik karena pendeka- tan ini turut mempertimbangkan kemung- kinan-kemungkinan bahwa keragaman

usahatani dapat dipengaruhi oleh faktor- faktor diluar kontrol pengelola.

Dalam model batasan/frontier stochas- tic , output diasumsikan dibatasi dari atas oleh suatu fungsi yakni fungsi fungsi biaya untuk efisiensi ekonomi, batasan tersebut diestimasi oleh bantuan penduga kemiripan maksimum (Maximum Likelihood Estima- tor). Selisih antara batasan tersebut dengan output setiap pengusaha akan menjadi suatu standar penentuan tingkat inefisiensi. Terdapat tiga alasan utama untuk mem- pertimbangkan the dual forms dari fungsi produksi yakni fungsi biaya ataupun fungsi keuntungan yaitu untuk merefleksikan ber- bagai perubahan tujuan, untuk menghitung jumlah hasil produksi, dan untuk meng- simultankan prediksi akan efisiensi teknis dan efisiensi alokatif berdasarkan kinerja rata-rata (best fit) (Coelli et al., 2005).

Salah satu keistimewaan pengukuran efisiensi ekonomi dengan menggunakan konsep stochastic frontier adalah dengan dapat ditentukannya tingkat efisiensi setiap pengusaha rumput laut. Dengan adanya variasi tingkat efisiensi antara pengusaha rumput laut satu dengan yang lainnya maka menandakan bahwa adanya penduga- an bahwa keragaan usaha dapat dipengaru- hi oleh faktor-faktor didalam usaha pem- budiaya rumput laut dan diluar kontrol unit produksi. Sebagaimana lazimnya dalam usaha pertanian lainnya dan juga usaha budidaya rumput laut, tingkat produksi dan tingkat biaya dipengaruhi secara lang- sung oleh jumlah dan jenis faktor produksi serta harga faktor produksi. Sedangkan efisiensi ekonomi sebagai tolok ukur pro- duktivitas dipengaruhi oleh faktor yang secara tidak langsung, faktor-faktor tersebut disebut sebagai determinan efisiensi.

Menurut Ogundari (2007), pendekatan input berorientasi untuk mengukur hasil EE tiga set input: (1) set diamati, Xo, (2) set teknis efisien, XTE, dan (3) set Xee efisien secara ekonomi. Produk kotor input ini menetapkan harga vektor yang menghasil- kan biaya yang diamati secara teknis efisien dan ekonomis efisien mengatur input

Determinan Produktivitas Pengusaha Rumput Laut … -- Bahari, Dirgantoro, Ismunandar B 493

masing-masing. Biaya ini dapat digunakan mengingat struktur stokastik perbatasan.

untuk menyusun langkah-langkah TE i , AE i

Komponen kedua U i one side error term yang dan EE i seperti yang ditunjukkan dengan

independen dari V i dan terdistribusi normal ini.

sebagai (0, σu), yang memungkinkan pro- duksi aktual yang lebih rendah di bawah

TE i = PXte/PXo

batas tapi tanpa menghubungkan semua EE i = PXee/PXo

produksi aktual yang lebih rendah di AE i = PXee/PXte; (i.e.,EE/TE)

bawah batas merupakan suatu inefisiensi. Inefisiensi diasumsikan untuk selalu Untuk mengukur efisiensi ekonomis

meningkatkan biaya, komponen kesalahan tersebut dapat dilakukan dengan menurun-

didahului oleh tanda-tanda positif. Efisiensi kan fungsi biaya dual dari fungsi produksi

ekonomi tertentu (EE) didefinisikan sebagai Cobb-Douglas yang homogenous (Rifiana, et

rasio total biaya produksi diamati minimum al. , 2010). Fungsi biaya bentuk dual dari

(C*) untuk total biaya produksi aktual (C). fungsi produksi frontier yang dijelaskan

EE mengambil nilai antara 0 dan 1. Bentuk sebelumnya diatas secara umum dapat

fungsional Cobb-Douglas digunakan de- dituliskan demikian (Hadiana, 2007).

ngan model penelitian yang sesuai karena alasan berikut: (a) bentuk fungsional telah

C = f(w,y)

digunakan dalam banyak studi empiris, khususnya, yang berkaitan dengan pengem-

C adalah biaya minimum dan berhubungan bangan pertanian Negara, (b) bentuk fungsi dengan output y, dan w adalah vektor

onal juga memenuhi kriteria untuk menjadi harga input. Assa et al. (2011); Ogundari and

diri ganda yang memungkinkan pemeriksa- Ojo (2006) menggunakan model fungsi

an efisiensi ekonomi. Kemudian Ogundari biaya Stochastic frontier untuk memper-

et al . (2006) mengemukakan bahwa pemi- kirakan tingkat efisiensi biaya keseluruhan

lihan fungsi Cobb-Douglas didasarkan pada ditetapkan sebagai:

kenyataan bahwa metodologi estimasi efi- siensi membutuhkan fungsi dual seperti

C i = g (Y p W i ; α) +  i i= 1,2, . . . n. (5) dalam kasus fungsi biaya di mana analisis ini didasarkan.

di mana C i merupakan biaya minimum Hal ini sesuai dengan persamaan per- yang berhubungan dengan produksi usaha-

mintaan masukan biaya minimum. Dengan tani, Y i merupakan output yang dihasilkan,

adanya informasi harga input, akan ada W i mewakili vektor harga input, α merupa-

kemungkinan untuk mengukur efisiensi kan parameter fungsi biaya dan εi merupa-

biaya perusahaan yang menjadi suatu per- kan error term yang terdiri dari dua elemen.

timbangan. Subtitusi harga input pertanian Yaitu: Dimana C i merupakan total biaya

dan kuantitas output dalam persamaan (2) produksi, Y i merupakan output yang di

menghasilkan biaya yang meminimalkan hasilkan, P i merupakan biaya input, α

vektor masukan. Misalkan X dan X* me- merupakan parameter fungsi biaya dan ε i

wakili vektor masukan terkait dengan merupakan error term yang terdiri dari dua

efisiensi teknis dan minimisasi vektor biaya elemen. Yaitu:

input, masing-masing. Kemudian, efisiensi biaya (CE) pertanian didefinisikan sebagai

 I =V i +U i

rasio biaya input yang terkait dengan vektor input, X dan X*.

Dimana V i adalah gangguan simetris di asumsikan identik, independen dan biasa-

(7) nya didistribusikan sebagai N (0, σ v)

2 CE 

Jika pengusaha meminimumkan biaya, ia Efisiensi alokatif diturunkan dari kedua akan merespon dan mengambil keputusan

persamaan diatas yaitu:

dalam menggunakan input sesuai dengan perubahan-perubahan biaya akibat dari

(11) perubahan harga-harga input. Sesuai de- ngan teori Sheppard Lemma, permintaan

EA = (x e ’w)/(x t w)

Dalam bentuk persamaan, fungsi biaya input adalah:

frontier dapat dinyatakan sebagai berikut:

C i = (w i ,y i )β i + (v i +u i )

(12)  C C i adalah logaritma biaya produksi dari

X i* (w,Q) =

 W 1 peternak ke-i w i adalah vektor dari k x 1 variabel bebas

harga input yang sudah ditransformasi- Persamaan diatas menjelaskan bahwa turu-

nan parsial dari fungsi biaya terhadap kan kedalam bentuk logaritma y i adalah vektor dari variabel output dalam

masing-masing harga input merupakan

logaritma

fungsi permintaan input kondisional (x i* ). Kenaikan satu rupiah harga input (w i

β adalah vektor parameter biaya produksi

v i adalah variabel acak yang diasumsikan menyebabkan biaya meningkat sebesar c, menyebar normal N (0,σ v2 ) ceteris paribus, dan kenaikan biaya tersebut u i adalah variabel acak non negatif yang semata-mata ditentukan penggunaan input berhubungan dengan efisiensi biaya di- x i kali kenaikan harga w t. dalam proses produksi, diasumsikan Dengan menggunakan data harga in- berdistribusi sisi kanan kurva normal put dan output di tingkat produsen yang (half normal) N (0,σ u2 ). disubtitusikan ke dalam persamaan permin- Dalam fungsi biaya frontier, parameter taan input diatas, akan diperoleh tingkat u i merupakan ukuran besarnya kelebihan penggunaan input yang secara ekonomis biaya produksi dari biaya frontier. Jika efisien (x e ). Selanjutnya kedua vektor uku- asumsi efisiensi alokatif dipenuhi, maka u i

ran penggunaan input tersebut (x i ) dan (x e )

adalah ukuran inefisiensi ekonomi, dicapai- digunakan untuk menghitung biaya produ- nya efisiensi teknis menunjukkan bahwa ksi yang secara teknis efisien (x t ’w) dan produksi tersebut secara ekonomis juga

biaya yang secara ekonomis efisien (x e ’w). efisien.

Dengan menerapkan teori Sheppard Lemma, Untuk kasus fungsi biaya frontier, jika dari fungsi biaya frontier diatas dapat variabel terikat (biaya produksi, C) dinyata- ditentukan tingkat penggunaan input yang kan dalam bentuk logaritma, maka ukuran optimal, sehingga diperoleh ukuran biaya inefisiensi adalah eksponen u i . yang paling efisien (x t , w) yang dapat

dijadikan dasar pembanding ukuran inefi-

(13) siensi teknis. Menurut Ureta dan Rieger

EE = Exp (u i )

(1991) dalam Hadiana (2007), dengan peng- Jika variabel terikat tidak ditransformasikan ukuran penggunaan input di tingkat pro- kedalam bentuk logaritma maka ukuran dusen, maka dari vektor penggunaan input inefisiensi ekonomi adalah: tersebut (x a ) dapat diperoleh biaya aktual

(x a ’w). Selanjutnya dari ketiga ukuran biaya EE = ((w i , y)β i +u i )/((w i , y)β i ))

(14) tersebut dapat dijadikan dasar untuk

mengukur indeks efisiensi teknis (ET) dan Moradi et. al. (2013) mengemukakan bahwa

efisiensi ekonomis (EE) sebagai berikut: analisis stocastic frontier juga dapat

dilakukan pada data panel pada sebuah ET = (x t ’w)/(x a w)

produsen melalui periode waktu. Juga kita EE = (x e ’w)/(x a w)

mengasumsikan bahwa inti deterministik

Determinan Produktivitas Pengusaha Rumput Laut … -- Bahari, Dirgantoro, Ismunandar B 495

dari biaya stochastic frontier mengambil penelitian dan pengembangan serta adap- bentuk Cobb Douglas. Dengan demikian

tasinya di tingkat produsen. model biaya forntier sebagai berikut.

Ada dua pendekatan untuk menguji sumber efisiensi teknis (technical efficiency/

Ln E it = 0 + y ln y it  n  n ln w nit +v nit +u i TE) dan sekaligus sumber ketidakefisienan. (15)

Pertama merupakan prosedur dua langkah dan yang ke dua prosedur satu langkah

Dimana v it merupakan error term, merupa- (simultan). Pertama, merupakan prosedur kan invarian time efisiensi biaya, dan Σn βn

dua langkah. Langkah pertama, meliputi = 1 menjamin homogenitas derajat dari

estimasi nilai efisiensi (atau efek inefisiensi) model biaya frontier pada harga input.

untuk pengusaha secara individu, sesudah Maka asumsi berikut merupakan komponen

mengestimasi fungsi produksi frontier. kesalahan dalam model biaya stochastic

Kedua, melakukan estimasi model regresi frontier.

di mana nilai efisiensi (inefisiensi yang diestimasi) dinyatakan sebagai fungsi varia-

i. v i iid N (0,  2v ) bel sosio-ekonomi yang diasumsikan mem-

ii. u i iid N(0 ,  2v ) pengaruhi inefisiensi. Metode lain adalah

i iii. v dan u i terdistribusi secara inde- prosedur satu langkah, di mana efek in- pendent

efisiensi dalam frontier stokastik yang dibuat model dalam bentuk variabel yang

Penentuan tingkat efisiensi ekonomi dianggap relevan dalam menerangkan in- diikuti dengan variabel-variabel sosial eko-

efisiensi produksi seperti dalam model nomi yang dimasukkan dalam model untuk

(Coelli et al., 2005).

menunjukkan pengaruh mereka pada efi- Prosedur dua langkah telah digunakan siensi ekonomi para petani. Sebagai dan

untuk meneliti sumber TE dalam berbagai seperti parameter skalar yang akan diesti-

studi (Hallam dan Machado, 1996; Kali-

masi. Varians dari kesalahan acak  2 v dan

rajan, 1991; Parikh et al., 1995; Kebede, 2001

dalam Ismunandar, 2012) yang memilih half varians keseluruhan model . Perkiraan

bahwa dari biaya inefisiensi efek  2 u dan

normal distribution sebagai model analisis untuk semua parameter dari fungsi biaya

untuk penentuan efisiensi dan mengemuka- frontier stokastik dan model inefisiensi

kan bahwa penggunaan prosedur satu lang- secara simultan. Estimasi parameter Maxi-

kah (truncanted normal distribution) meng- mum likelihood fungsi biaya untuk meng-

hasilkan hasil analisis yang ekstrim jika hasilkan indeks efisiensi ekonomi diperoleh

dibandingkan dengan penggunaan prose- dengan menggunakan perangkat lunak

dur dua langkah (half normal distribution) FRONTIER 4.1 (Ogundari, et. al., 2007; Azizi

yang menghasilkan hasil analisis yang lebih and Moghaddasi, 2012).

moderat, serta model half normal distribution Menentukan sumber-sumber inefisiensi

mempunyai estimasi yang signifikan untuk teknis bukan hanya memberi informasi

parameter dan variannya. Dengan begitu, pada sumber potensial inefisiensi tetapi

pada penelitian ini menggunakan model juga menghasilkan kebijakan untuk diimple

half normal distribution .

mentasikan atau dihilangkan guna mening- Pengujian estimasi inefisiensi biaya se- katkan efisiensi secara keseluruhan (Kali-

suai dengan distribusi teoritis dari perkira- rajan (1991) dalam Saptana et. al. (2010)).

an inefisiensi, mengingat asumsi awal yaitu Salah satu kebijakan penting adalah bagai-

distribusi half normal untuk syarat in- mana meningkatkan produktivitas secara

efisiensi dalam model stochastic frontier. nyata melalui terobosan-terobosan inovasi

Hal ini harus ditententukan mengingat teknologi yang lebih maju melalui kegiatan

bahwa tentang tidak adanya justifikasi prio- ritas terhadap penggunaan asumsi distri- bahwa tentang tidak adanya justifikasi prio- ritas terhadap penggunaan asumsi distri-

malkan keuntungan.

menetapkan asumsi eksponensial ataupun Populasi dalam penelitian terdiri dari asumsi distribusi half normal pada syarat

seluruh pengusaha rumput laut yang mem- inefisiensi. Namun, tidak ada alasan untuk

budidayakan rumput laut pada daerah pemaksaan pemilihan distribusi modus

penelitian. Lokasi penelitian dilaksanakan null . Spesifikasi bentuk fungsional yang

pada 3 Kecamatan di Kabupaten Muna lebih umum seperti normal truncaned. Pada

yakni Kecamatan Towea, Kecamatan Duru- akhirnya, baru-baru ini, dapat disimpulkan

ka, dan Kecamatan Kusambi. Pemilihan bahwa asumsi distribusi adalah yang sangat

lokasi penelitian tersebut dengan pertimba- penting, karena adanya perbedaan dalam

ngan bahwa ketiga Kecamatan tersebut estimasi parameter dengan masing-masing

merupakan sentra produksi rumput laut asumsi (Fried et al., 2008).

tertinggi pada tahun 2012. Salah satu aspek untuk memper-

Teknik penentuan ukuran sampel se- hitungkan adalah bahwa distribusi perkira-

suai yang dikemukakan oleh (Riduan, 2007) an inefisiensi tidak bisa diharapkan bertepa

sebagai berikut:

tan dengan distribusi yang diasumsikan

pada inefisiensi biaya. Dalam pengertian

N.d 2  1

ini, Wang dan Schmidt (2009); Bhandari

dimana:

(2011) telah mengembangkan distribusi per- n = jumlah sampel seluruhnya kiraan inefisiensi dengan asumsi distribusi

N = jumlah populasi seluruhnya half normal dan normal truncanted. Meski-

d 2 = presisi yang ditetapkan, sebesar 10% pun beberapa pendapat sebelumnya mem- buktikan bahwa tidaklah sesuai untuk

Jenis data yang dianalisis dalam pene- mengasumsikan distribusi normal setengah

litian ini adalah data kerat silang (cross untuk estimasi inefisiensi ketika inefisiensi

section ) pada satu periode produksi. Diper- didistribusikan sebagai setengah normal,

oleh ukuran sampel sebanyak 86 pengu- kecuali varians kesalahan acak yang sangat

saha. Teknik pengambilan sampel pengu- kecil. Wang et. al. (2011) mengusulkan tes

saha rumput laut dilakukan dengan meng- untuk memeriksa goodness of fit dari

gunakan metode acak proporsional. Sedang distribusi diasumsikan.

kan penentuan jumlah sampel untuk ma- Gallego et al. (2012) mengemukakan

sing-masing kecamatan dilakukan dengan hasil penelitiannya yaitu asumsi distribusi

cara proporsional dan penarikan sampelnya half normal sebagai syarat penerapan in-

dilakukan dengan teknik acak sederhana efisiensi dalam model stochastic frontier

(simple random sampling). sebagai asumsi yang tepat melalui uji good-

Penentuan tingkat produktivitas pengu ness of fit antara kepadatan teoritis estimasi

saha rumput laut diukur dengan meng- biaya inefisiensi dan distribusi perkiraan

gunakan metode produktivitas faktor total biaya inefisiensi unit dipilih untuk sampel.

atau multi factor productivity (Maulana, 2004). Metode produktivitas faktor total

METODE PENELITIAN

atau multi factor productivity ini dipilih Penelitian ini menggunakan metode

karena pengusahaan rumput laut menggu- survei yang dibangun dengan analisis yang

nakan lebih dari satu faktor produksi se- menggunakan pendekatan secara kuanti-

hingga dalam penentuan produktivitas wa- tatif dalam ruang lingkup kajian ekonomi

jib melibatkan pengukuran pada tiap-tiap produksi yang objek penelitiannya adalah

pengunaan faktor produksi untuk menen- pengusaha rumput laut. Penelitian ini di-

tukan rasio indeks hasil produksi dengan tekankan untuk mengetahui kemampuan

indeks total faktor produksi (input) dalam pengusaha dalam upaya pengelolaan usaha

Determinan Produktivitas Pengusaha Rumput Laut … -- Bahari, Dirgantoro, Ismunandar B 497

satu nilai indeks. lunak FRONTIER versi 4.1 yang persamaan Adapun untuk penentuan indeks ting-

nya yaitu C i = C(w i ,y i ,β) + v i +u i , maka jika kat produktvitas setiap pengusaha rumput

diubah ke bentuk logaritma natural sebagai laut tersebut, dilakukan dengan penguku-

berikut:

ran efisiensi ekonomi yang sebagaimana dikemukakan Farrell. Mengingat bahwa

ln C i =β o +β 1 ln(w i1 )+β 2 ln(w i2 )+β 3 ln(w i3 )+ pengukuran efsiensi ekonomi dengan meng

(17) gunakan fungsi biaya sejalan dengan kon- sep metode produktivitas faktor total atau

β 4 ln(w i4 )+v i +u i

Keterangan:

multi factor productivity karena dapat me-

= Biaya Produksi usaha pembibitan libatkan seluruh faktor produksi. Pemili han

dalam satu siklus (Rp) penentuan efisiensi ekonomi/overall econo-

w 1 = Harga bibit dalam satu siklus mic efficiency berdasarkan tiga kelebihan

(Rp/Kg satuan produksi) yang dapat didapatkan dalam analisis ini

w 2 = Harga Transportasi dalam satu yaitu dapat merefleksikan berbagai peru

siklus (Rp/kg satuan produksi) bahan tujuan, untuk menghitung jumlah

w 3 = Harga Bahan Bakar dalam satu hasil produksi, dan untuk mengsimultan-

siklus (Rp/Kg satuan produksi) kan prediksi akan efisiensi teknis dan

w 4 = Harga Tenaga Kerja satu siklus efisiensi alokatif berdasarkan kinerja rata-

(Rp/Kg satuan produksi) rata (best fit) (Coelli et al., 2005).

= Jumlah produksi pembudidaaya- Teknik analisis untuk mengukur efisi-

an rumput laut dalam satu siklus ensi ekonomis dapat dilakukan dengan

(kg)

menurunkan fungsi biaya dual dari fungsi

= Konstanta

= Parameter peubah input tidak Efsiensi ekonomi (EE) didefinisikan sebagai

produksi Cobb-Douglas yang homogenous.

tetap yang diduga rasio antara total biaya produksi aktual (C)

= variabel acak yang merupakan dengan biaya total produksi minimum yang

simpangan atau deviasi (galat) diobservasi (C*), seperti terlihat pada per-

akibat kekeliruan pengukuran samaan dibawah ini (Ogundari dan Ojo,

dan atau faktor-faktor lain. 2006; Kurniawan et al., 2008; Ismunandar,

= variabel acak non negatif, variabel 2012).

ini berhubungan dengan koefisien inefisiensi biaya pada masing-

C exp [C i (y i ,p i , β) + v i +u i ]

masing unit pengamatan.

Nilai efisiensi dari persamaan tersebut di

atas diistilahkannya sebagai overall econo- Tingkat efisiensi ekonomi diestimasi

mics efficiency/Efisiensi Ekonomi (EE i ) pada dengan menggunakan Fungsi biaya Stochas-

masing-masing unit pengamatan i. C* ada- tic Frontier dan dengan opsi Error Compo-

lah biaya pada kondisi ideal dimana dicapai nents Model karena memilih menggunakan

efisiensi (full efficient), sedangkan C adalah model half normal distribution untuk meng-

biaya aktual berdasarkan hasil pengamatan, estimasi tingkat efisiensi ekonomi usahatani

imbangan kedua ukuran ini akan menentu- budidaya rumput laut. Ukuran efisiensi

kan koefisien inefisiensi. Jika C i *=C i maka berdasarkan pendekatan stochastic frontier,

tidak ada efek inefisiensi (u i =0) pada unit dilakukan dengan terlebih dahulu menetap-

pengamatan, atau dengan kata lain dicapai kan fungsi biaya dual stochastic frontier.

biaya relatif terendah (full efficient) dan Pendugaan parameter dari fungsi dibawah

mempunyai indeks EE i =1, jika C i *<C i maka ini menggunakan metode Maximum like-

terjadi inefisiensi (u i > 0), dan indeks EE i >1. lihood estimation (MLE), dengan perangkat

Nilai koefisien inefisiensi berkisar antara 2 LR = -2 (L

(19) satu dan tak terhingga (Coelli et al., 2005).

0 –L 1 ) ~ X m

Keragaman dari indeks/nilai efisiensi

Keterangan:

ekonomi merupakan pertanda bahwa ter- L 0 = nilai log likelihood function dalam dapat perbedaan tingkat produktifitas antar

model regresi tanpa pembatasan pengusaha rumput laut. Perbedaan tingkat

L 1 = nilai log likelihood function dalam produktifitas tersebut diduga dipengaruhi

model regresi dengan pembatasan oleh beberapa faktor yang dapat menjadi

m= jumlah pembatasan faktor determinan yang berpengaruh ter-

hadap produktifitas. Adapun faktor yang Dalam pengujian kita membandingkan berpengaruh terhadap tingkat produktifitas 2 nilai X yang diperoleh dari rumus tersebut

bagi usaha budidaya rumput diestimasi terhadap nilai kritis X 2 pada taraf keper- dengan menetukan pengaruh beberapa fak- 2 cayaan tertentu. Apabila nilai X

lebih be- tor tertentu terhadap nilai efisiensi ekonomi

sar dari pada nilai X 2 yang diperoleh dari tiap-tiap pengusaha rumput laut . Adapun

tabel critical value maka nilai seluruh para- faktor yang berpengaruh terhadap efisiensi

meter sama dengan nol (H 0 :β 1 =β 2 = ... β i = ekonomi bagi usaha budidaya rumput di-

0) dapat ditolak (Sitepu dan Sinaga, 2006). estimasi dengan menggunakan analisis re-

Pengujian LR test terhadap model yaitu jika gresi disajikan dengan formulasi persamaan

H 1 diterima apabila LR test > X 2 pada taraf dalam penelitian sebagai berikut:

kepercayaan tertentu berarti variabel bebas secara serempak berpengaruh signifikan

terhadap variabel terikat. H 0 diterima apa- δ 6 Z 6 +ε

EE i =δ 0 +δ 1 Z 1 +δ 2 Z 2 +δ 3 Z 3 +δ 4 Z 4 +δ 5 Z 5 +

bila LR test < X 2 pada taraf kepercayaan tertentu maka maka berarti variabel bebas

EE i = Tingkat Efisiensi Ekonomi secara serempak tidak berpengaruh signi- Z 1 = Luas Lahan (Ha)

fikan terhadap variabel terikat (Zajc, 2006 ; Z 2 = Pengalaman berusaha rumput laut

Gallego et. al., 2012).

(Tahun) Z 3 = Jumlah Anggota Keluarga (Orang)

H 0 :β 1 =β 2 = ... β i =0

Z 4 = Harga Jual Hasil Rumput Laut

H 1 :β 1 ≠β 2 ≠ ... β i ≠0

(Rupiah) Z 5 = Dummy Saluran Pemasaran

Untuk menyamakan pemahaman dan per-

0 = Pedagang Pengumpul Lokal (PPL) sepsi terhadap istilah peubah-peubah yang

1 = Pedagang Antar Pulau (PPA) digunakan maka perlu dikemukakan defi- δ o = Konstanta

nisi operasional dari peubah-peubah yang δ i = Parameter peubah input tidak tetap

digunakan dalam penelitian ini beserta yang diduga

pengukurannya, sebagai berikut: ε = Unsur sisa

1. Produktivitas adalah adalah kemampu- an perusahaan untuk menghasilkan

Untuk menguji suatu model regresi sejumlah barang sejumlah faktor pro- yang ditaksir dengan menggunakan metode

duksi tertentu dalam rasio antara out- estimasi Maximum Likelihood memenuhi per-

put dan input, dalam penelitian ini syaratan yang telah ditetapkan mengenai

proses produksi menggunakan ber- parameter model regresi yang ditaksir maka

macam-macam input maka rasio antara digunakan pengujian Likelihood Ratio Test

jumlah output dengan semua inputnya (LR test). LR test dihitung dengan meng-

dinamakan produktivitas seluruh fak- gunakan rumus berikut:

tor produksi. Pendugaan produktivitas seluruh faktor produksi dapat diukur

Determinan Produktivitas Pengusaha Rumput Laut … -- Bahari, Dirgantoro, Ismunandar B 499

dengan menggunakan ukuran indeks bibit x panjang bentangan x banyaknya efisiensi ekonomi.

bentangan dalam satuan hektar.

2. Efisiensi Ekonomi yaitu suatu tingkatan

9. Pengalaman berusaha rumput laut ya- dari peternak untuk menghasilkan pro-

itu lamanya waktu yang telah dilalui duksi maksimal pada rasio kombinasi

pengusaha rumput laut sejak pertama harga yang memiliki biaya paling kecil,

kali mulai berusaha hingga saat pene- dimana usaha tidak dapat lagi meng-

litian dilakukan, yang dinyatakan da- hasilkan sejumlah hasil produksi pada

lam tahun.

sejumlah faktor produksi tertentu. Efi-

10. Jumlah Anggota Keluarga yaitu jumlah siensi ekonomi disebut juga sebagai

anggota keluarga yang terdapat di da- overall economic efficiency merupakan

lam struktur rumah tangga seorang efisiensi total yang mencakup efisiensi

pengusaha rumput laut yang diukur teknis dan efisiensi alokatif.

dalam satuan orang.

3. Biaya Produksi usaha rumput laut

11. Harga Jual Hasil Rumput Laut yaitu yakni biaya variabel atau biaya yang

harga jual rumput laut pada tingkat langsung berhubungan dengan besar

produsen yang merupakan hasil tran- kecilnya produksi (Yi) yang dikeluar-

saksi antara seorang pengusaha dengan kan oleh setiap pengusaha dalam satu

pedagang (baik pengumpul besar atau- siklus usaha yang berasal dari pen-

pun pedagang antar pulau) yang di- jumlahan dari seluruh total pengelua-

nyatakan dengan satuan rupiah. ran dalam kegiatan penyediaan bibit,

12. Saluran Pemasaran seluruh bagian dari transportasi serta penggunaan bahan

pemasaran yang terdiri dari lembaga bakar yang dihitung dalam satuan

pemasaran tertentu yang berperan da- rupiah.

lam distribusi hasil produksi yang mem

4. Harga Bibit dalam hal ini adalah harga punyai jalur dan ruang lingkup pem per satuan kilogram produksi yang

saran tertentu.

dikeluarkan oleh pengusaha rumput untuk mendapatkan sejumlah bibit

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

rumput laut. Hasil dan pembahasan dari penelitian

5. Harga transportasi dalam hal ini adalah ini dibahas dalam tiga bagian. Pertama, harga rata-rata per satuan kilogram

akan dibahas secara deskripsi usahatani produksi yang dikeluarkan oleh pengu-

budidaya rumput laut yang dilakukan di saha rumput dalam kebutuhan transpor

derah penelitian. Kemudian, analisis des- tasi selama masa produksi pada ber-

kripsi statistik ini diikuti dengan analisis bagai jenis transportasi yang digunakan

hasil estimasi fungsi biaya frontier dan pengusaha.

efisiensi ekonomi usahatani budidaya rum-

6. Harga Bahan Bakar dalam hal ini ada- put laut, serta faktor-faktor yang mempe- lah harga rata-rata per satuan kilogram

ngaruhi efisiensi ekonomi tersebut. produksi yang dikeluarkan oleh pengu-

Statistik deskripsi untuk semua peubah saha rumput pada berbagai jenis bahan

yang digunakan dalam pendugaan fungsi bakar yang digunakan selama masa

biaya frontier stokastik disajikan pada Tabel produksi.

1. Tabel ini menunjukkan rentang jumlah

7. Harga Tenaga Kerja dalam hal ini ada- produksi yang cukup besar dengan rata- lah harga rata-rata yang dihitung per

rata sebesar 547,33 Kg yang menunjukkan satuan kilogram produksi yang di-

bahwa jumlah produksi cukup variatif. keluarkan oleh pengusaha dalam pem-