Tarikh Al – ulum al – arabiyyah Kumpulan Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tarikh Al-‘ulum al-‘Arabiyah Disusun Oleh: PBA 6A – 2011 PENDIDIKAN BAHASA ARAB FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
Tarikh Al – ulum al – arabiyyah
Kumpulan Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Tarikh Al-‘ulum al-‘Arabiyah
Disusun Oleh:
PBA 6A – 2011
PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
2014-2015
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Bismillahirrohmanirrahim,
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah
mencurahkan rahmat nikmat dan karuniaNya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang diberikan
dosen sebagai penopang sarana belajar. Shalawat dan
salam
semoga
tercurahkan
kepada
baginda
Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita kepada
zaman penuh dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang
ini.
Kumpulan Makalah yang ada di tangan pembaca ini
membahas tentang Tarikh Al – Ulum Al – Arabiyyah . Isi di
dalamnya kami susun dari beberapa sumber referensi,
dengan harapan kualitas serta wawasan pada materi ini
tidak terbatas. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca. Dengan segala kekurangan yang ada di dalam
makalah ini, kritik dan saran sangat kami harapkan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Ciputat, 12 Juni 2014
Penulis
Kelompok 1
Isna Rahmah Sholihatin
Abdurrahman
Nurul Komariah
AL-TARIKH AL-‘ULUM AL-‘ARABIYYAH
BAB I
PENDAHULUAN
Peradaban arab telah berjalan dengan dimensi dan
zaman yag berbeda-beda , perkembangannya pun bersinar
dan terpancar luas. Bersinarnya peradaban Arab yang kita
ketahui
telah
ada
sejak
zaman
Abbasiyyah,
dan
mengandung nilai yang pasti terlebih setelah berdiri dan
merdekanya negara Arab yang menyebabkan lahirnya
banyak perubahan bagi kita dan khususnya bagi kehidupan
bangsa Arab.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan banyak
perubahan
pada
bangsa
Arab,
yang
didasari
dari
kebermacaman suku peradaban serta budaya nya.
Dari beberapa faktor tersebut diatas , maka bangsa
Arab bergegas melangkah , tidak dapat menahan diri
terhadap hajat ataupun keinginan mereka terhadap ilmu
dan pengetahuan yang bermacam-macam, yaitu hajat yang
mewajibkan / melazimkan perkembangan dalam rangka
menghadapi varitas hidup.
Kemudian merekapun memberanikan diri untuk mulai
mencintai
ilmu,
pembimbingnya
serta
dalam
menetapkan
talaqqi.
Yang
ulama
sebagai
demikian
itu
disebabkan karena mereka hidup di negri Nabi saw.yang
mencakup segala peradaban.
BAB II
PEMBAHASAN
A. AL-TARIKH AL-‘ULUM AL-‘ARABIYYAH
Pembahasan Tarikh Ulum memiliki karakteristik
tersendiri,
yang
menjadi
basic
segala
aspek
pengetahuan berdasarkan sejarah, karena tidak
semua pengetahuan adalah pengetahuan ilmiah.
Bahkan ada beberapa pengetahuan yang banyak
tidak diketahui , diantaranya adalah tentang seni,
perindustrian, huruf dan lain sebagainya, terutama
mengenai pengetahuan keagamaan, kebahasaan,
sejarah, sosial, serta politik.
Pada dasarnya, pengetahuan dibagi menjadi 2,
pengetahuan ilmiah dan pengetahuan / ilmu-ilmu
lama (diantaranya adalah ilmu kedokteran, kimia,
fisika, matematika, falak dan lain sebagainyai 1.
Adapun
pemakalah
akan
membahas
mengenai
pengetahuan ilmiah dan segala cakupannya.
Pengetahuan ilmiah, menuntut pembelajar untuk
menggunakan
akal,
seperti
halnya
apa
yang
dikatakan oleh Ibn Khaldun mengenai “’Ulum
al-‘Aqliyah (ilmu akali” yaitu ilmu yang dapat
diketahui
setiap
individu
melalui
ikhtibar
(percobaani, tahlil (analisisi dan akal. Sedangkan
kebalikan
dari
“al-‘Ulum
al-‘Aqliyyah”
adalah
“al-‘Ulum al-Naqliyyah” yaitu ilmu yang diadopsi
dari berbagai sumber, yang tidak diketahui sebab
dan
hakikatnya.
Al-Ulum
al-Naqliyyah
memiliki
karakteristik berdasarkan kaum serta bahasa yang
digunakan, serta terikat dengan zaman (waktui dan
makan
(tempati.
Berbeda
dengan
al-Ulum
al-‘Aqliyyah yang tidak terikat dengan tempat dan
waktu, karena ilmu akal bersifat objektif, dimana
akal dan logika manusia menjadi subjeknya. Akal
tidak dapat tergambar kecuali dengan keseluruhan,
maka
dari
itu,
pengetahuan
ilmiah
adalah
pengetahuan akal. Benar apa yang dikatakan oleh
Aristoteles bahwa “ ( ”ل علم إل با لكلياتtidak ada ilmu
kecuali dengan keseluruhani, atau juga dengan
1
Abduh Hulwi dan Bahz Jabir, al-Wafi fi tarikhi al-‘Ulum ‘inda al-‘Arab, dar el-fikr al-lubnaniy:
libanon. Hal.8
aturan-aturan , undang-undang umum maupun
teori-teori
sehingga
menjadikan
hal
tersebut
menjadi disiplin ilmu baru2.
Adapun
dengan
mengenai
bahasa
menggunakan
ilmu-ilmu
arab
bahasa
yang
adalah
Arab
berkaitan
ilmu
sebagai
yang
bahasa
pembahasan ilmu tersebut, terikat dengan uslub
(gaya bahasa arabi, struktur, maupun bentuk kata
dalam bahasa Arab. Mayoritas ilmu Arab selalu
berkaitan dengan agama Islam, yang dibawa oleh
Nabi Muhammad SAW dengan bahasa Arab, karena
beliau
adalah
keturunan
Arab
Quraisy,
serta
mu’jizat nya yang diturunkan dengan bahasa Arab
pula, yakni Al-Quran. Maka tidak heran jika banyak
orang ketika mendengar Bahasa Arab, spontan ia
berfikir mengenai Agama Islam.
B. CABANG-CABANG
ILMU
YANG
TERKAIT
DENGAN BAHASA ARAB
Disiplin
ilmu
yang
menggunakan
bahasa
Arab
sebagai bahasa utama nya dalam pembahasan
memiliki banyak cabang. Diantaranya adalah :
1. Ilmu al-Quran
Merupakan ilmu yang membahas berkaitan
dengan
2
al-Quran,
sebagian
pokok-pokok
Abduh Hulwi dan Bahz Jabir, al-Wafi fi tarikhi al-‘Ulum ‘inda al-‘Arab, dar el-fikr al-lubnaniy:
libanon. Hal.8
pembahasan ilmu al-quran dapat ditinjau dari
segi
turunnya
ayat,
urut-urutan
ayat,
pengumpulan ayat, penulisan ayat, pembacaan
ayat, tafsir ayat, i’jaz, naskh dan mansukh. 3
Menurut al-Zarqani, ilmu al-Quran terdiri dari
ilmu awqat wa mawatin al-nuzul, asbaab al-nuzul,
tawarikh al-nuzul, adabu tilawah al-quran, tajwid
al-quran, fawatih al-suwar, qiraat al-quran, rasm
al-quran, gharib al-qur’an, i’rab al-qur’an, bada’i
al-qur’an, ma’rifatil mukhkam wa al-mutasabbih,
nashah wa manshuh, tanasubi’ ayat al-qur’an,
amsal al-qur’an, jidal al-qur’an, qashah al-qur’an,
aqsamul qur’an, tafsir al-qur’an4.
Imam Zarqani juga menerangkan bahwa
ilmu tafsir dilahirkan dari ilmu quran, hanya saja
ilmu tafsir mengkaji al-quran dari segi arti dan
syarahnya, sedangkan ilmu al-quran mengkaji alquran dari segi lafadz dan keadaannya.
Manfaat dari ilmu al-quran adalah kembali pada
budaya serta keindahan yang begitu menawan
yang terkandung dalam al-quran, sebagai salah
satu bentuk menjaga kemukjizatan al-quran, juga
sebagai kunci bagi para mufassirin.
Banyak yang menyebutkan ilmu al-quran dalam
bentuk jama’ yaitu ‘ulum al-quran, hal demikian
merupakan isyarat bahwasannya ilmu alquran
3
Hamzah (2003), studi alquran komprehensif, Gama Media :Yogyakarta
4
Al-zarqani, manahil al-irfan fi ulum al-quran, Darul Hadis: Kairo. 2001. Hal./jilid.24/1.
adalah ringkasan dari berbagai macam ilmu,
karena pembahasannya terbukukan dengan baik
dan berkaitan dengan Ilmu Agama dan Ilmu
Arab5.
2. Ilmu Hadits
Merupakan ilmu yang mempelajari segala
sesuatu yang disandarkan pada Nabi Muhammad
SAW,dari perkataan, taqrir ( sifati. jadi ilmu
hadits adalah ilmu-ilmu yang mempelajari atau
membahasa yang berkaitan dengan hadits nabi.
Ilmu hadis dibagi kedalam dua cakupan, yaitu ai.
Ilmu hadis riwayah dan bi. Ilmu hadis dirayah.
Anjuran untuk mempelajari ilmu hadis riwayah,
sebagaimana ulama hadis menyepakati, terdapat
dalam alquran surat al-hujurat ayat 6 , yang
artinya “ hai orang-orang yang beriman, apabila
datang kepadamu datang orang fasiq dengan
membawa berita, maka perjelaslah (telusurii”,
selain
itu
juga
banyak
hadis
lain
yang
menerangkan tentang hal tersebut.
Ayat
tersebut
tadi
merupakan
sebuah
prinsip dasar untuk usaha mencari kebenaran
dalam menerima Khabar (haditsi serta menjadi
5
Muhammad Zarqani, Manahil al-‘’Irfan fi ‘Ulum al-Quran, Darul Hadis: kairo, 2001.hal./jilid.
25/1
cara seorang muhaddits dalam meneliti dan
menukil hadis untuk yang lainnnya6.
3. Ilmu Ushul Fiqh dan Fiqh
Merupakan
(
ilmu
aturan-aturan/
pembahasan
memperoleh
perbuatan
tentang
ketentuan-ketentuan
yang
dijadikan
hukum-hukum
dari
kaidah-kaidah
dalil-dalilnya
i
sarana
dan
untuk
syara,
mengenai
yang
terperinci.
Maksud dari kaidah-kaidah itu dijadikan saran
untuk
memperoleh
hukum-hukum
syara
mengenai perbuatan yakni : bahwa kaidah-kaidah
tersebut adalah cara atau jalan yang ditempuh
untuk
memperoleh
sebagaimana
yang
hukum-hukum
terdapat
dalam
syara
rumusan
ushul fiqh. Sedangkan ilmu fiqh adalah ilmu
dengan hukum-hukum syariat yang diamalkan
oleh mukallifin dari dalil-dalilnya yang terperinci.
Jumhur
ushul
ulama
(termasuk
mengatakan
bahwa
ilmu
didalamnya
ushul
fiqhi
merupakan ilmu yang benar-benar matang dan
tidak akan habis termakan ruang dan waktu.
Sedangkan ilmu fiqh masuk kedalam ilmu yang
6
Mahmud Thahan, Taysir Mustalah al-Hadits, Dar el-Fikr: Beirut. Hal.9
matang, akan tetapi bisa saja hangus oleh
waktu7.
Syekh
Sadr
al-Dien
ibn
Murahhal 8
mengatakan “ hendaknya manusia mengamalkan
fiqh, dan memeerkuat Ushulpppph
4. Ilmu Nahwu dan Sharf (morfologi-sintaksis)
Ilmu Nahwu adalah ilmu yang mempelajari
kaidah-kaidah bahasa Arab untuk mengetahui
bentuk kata dan keadaan-keadaannya ketika
masih dalam satu kata maupun telah tersusun
menjadi kalimat. Termasuk didalamnya adalah
pembahasan sharaf. Oleh karena itu Sharf adalah
bagian dari ilmu Nahw yang ditekankan kepada
pembahasan bentuk katadan keadaanya ketika
mufrad.9
Ilmu nahwu juga banyak diartikan sebagai
ilmu
yang
mempelajari
kaidah-kaidah
untuk
mengetahui hal ihwal akhir kata-kata arab (syakli
yang terangkai dalam tarkib (strukturi yang satu
7
Syekh Yasin al-Fadani, al-Fawaid al-Jinniyyah, Dar el-Mahjah el-Baidhaa’. 2008. Hal.102
8
Sadr al-Dien yaitu Muhammad ibn ‘Umar ibn Makki ibn ‘Abd al-Shomad, merupakan Imam
cerdas dalam mazhab dan ilmu-ilmu ushul. Beliau mengajar di Damaskus, kemudian pada akhir
umurnya, beliau mengajar di Kairo berdasarkan mazhab al-Syafi’i. Beliau wafat pad tahun 716,
salah satu karyanya adalah “al-Asybah wa al-Nadzaair”.
9
www.nahwusharaf.wordpress.com/senin/10-03-2014
dengan yang lainnya baik secara i’rab maupun
bina’ (bentuk katai nya10.
Penggagas ilmu nahwu adalah abu al-aswad alduwali.
5. Ilmu al-Ushul al-Nahwiy
Adalah disiplin ilmu yang mempelajar untuk
membangun ilmu nahwu baik masalah maupun
praktik
yang
didefinisikan
darinya
ada
sebagai
lahir
didalamnya.
dalil-dalail
cabang-cabang
Bisa
juga
nahwu
yang
dan
bagian-
bagiannya11. Adapun tokoh-tokoh dalam ilmu ini
diantaranya
adalah
Ibnu
sirraj,
ibnu
Jinni,
al-‘Anbary , dan Ibn Madha’.
6. Ilmu Lughah (Linguistik) wa Fiqh al-Lughah
Ilmu Lughah (linguistiki adalah ilmu yang
membahas mengenai bahasa, serta menjadikan
bahasa gtersebut sebagai objek, mempelajari
bahasa dari segi sifat, sejarah, perbandingan,
misalnya mempelajari hubungan kata , kelompok
10
Ahmad al-Hasyimi, al-Qawaid al-Asasiyah Li Lughati al-‘Arabiyyah. Dar ibn al-Jauzi: 2009.
Hal. 9
11
http//www.jurnalingua.com/edisi-2009/9-vol-1-0-1/68-pengaruh-pemikiran-ibnu-madha-
tentang-ushul-al-nahwi-al-arabi-dalam-memahami-teks-keagamaan.html.diakses pada tanggal 10
maret 2013
kata,
bahasa12.
struktur
linguistik
ini
adalah
Adapun
setiap
objek
kegiatan
dari
yang
berkaitan dengan bahasa bagi manusia zaman
klasik
maupun
modern,
bahasa
yang
hidup
maupun yang telah mati, tanpa melihat sisi
gramatical mistake nya. Linguistik tidak hanya
mempelajari atau membahas mengenai bahasa
arab , Inggris ataupun Almenia, tetapi juga
membahas Bahasa itu sendiri, baik dari segi
bentuk bahasanya, lahjah (logati, maupun hal-hal
yang berkaitan bahasa lainnya.
Sedangkan Fiqh al-Lughah adalah ilmu yang
mempelajari bahasa yang berhubungan dengan
filsafat, serta pemahamannya13. Tetapi banyak
linguis yang menyamakan antara ilmu al-lughah
dengan
fiqh
al-lughah,
disebabkan
karena
mereka menyimpulkan makna kata “faqaha” dan
“’alimah adalah sama, yakni tau dan faham14.
7. Ilmu al-Balaghah
Balaghah secara bahasa adalah sampai atau
mencapai.
Ilmu
mempelajari
12
13
mengenai
adalah
ilmu
penyampaian
yang
makna
Ramadhan Abd al-Thawwab, al-Madkhal Ila ‘Ilm al-Lughah, Dar el-Rafi’i: Riyadh, 1982. Hal.7
Emil Badi’ Yaqub, Fiqh al-Lughah al-Arabiyyah wa Khashaisuha,
Islamiyyah: Beirut, 1982. Hal.30
14
balaghah
Ibid., 28
Dar el-Tsaqafah al-
yang agung secara jelas dengan menggunakan
kata-kata yang benar dan fasih, yang memiliki
kesan dalam hati dan cukup menarik, serta
sesuai setiap kalimatnya kepada kondisi atau
situasi
bicara15.
sekaligus
Ilmu
orang-orang
balaghah
yang
adalah
ilmu
diajak
juga
mempelajari rasa bahasa, keindahan kata serta
kalimat .
Cakupan ilmu balaghah ada tiga, yaitu: Ilmu
Bayan, Ilmu Ma’ani dan Ilmu Badi’.
8. Ilmu al- Ashwat (fonologi)
Ilmu ini mempelajari bunyi bahasa, dari segi
sifat dan makhrajnya, bagaimana terjadinya,
sifat-sifatnya yang berbeda, yang membedakan
antara bunyi satu dengan yang lainnya, sehingga
kedudukan bunyi dalam kata maupun kalimat
dapat difahami16. Adpun objek dari ilmu al-ashwat
dalah bunyi (suarai manusia yang hidup. Salah
satu tokoh yang cukup masyhur pada saat mula
munculnya ilmu ashwat adalah Khalil ibn Ahmad
al-Farahidi (175 Hi, yang banyak meluangkan
waktunya untuk meneliti ilmu ashwat.
15
‘Ali al-Jarim, al-Balaghah al-Wadihah, Raudhatu Press: Jakarta . 2007. Hal.10
16
Ramadhan Abd al-Thawwab, al-Madkhal ila ‘il al-Lughah, Dar el-Rafi’i: Riyadh. 1982. Hal.13
9. Ilmu al-dilalah (semantik)
Dalam bahasa Arab, ‘ilm al-dilalah terdiri
atas dua kata: ‘ilm yang berarti pengetahuan,
dan al-dilalah yang bberarti penunjukkan atau
makna.
Jadi,
‘ilm al-dilalah
menurut bahasa
adalah ilmu pengetahuan tentang makna. Secara
terminologis, ‘ilm al-dilalah sebagai salah satu
cabang linguistik (‘llm al-lughahi yang telah
berdiri sendiri adalah ilmu yang mempelajari
tentang makna suatu bahasa, baik pada tataran
mufradat (kosakatai maupun pada tataran tarkiib
(strukturi17.
Ruang lingkup kajian ‘ilm al-dilalah berkisar
pada : a. Al-daal, b. Perkembangan makna, c.
majaaz.
Ilmu dilalah dan cabang ilmu lughah lainnya
tidak dapat terpisahkan, seperti halnya cabang
ilmu
lughah
(penunjuki
yang
membutuhkan
sebagai
penolong
dilalah
untuk
melaksanakan sebuah analisis18.
10.
Ilmu al-uslub (stilistika)
Uslub
berasal
dari
kata
salaba-yaslubu-
salban yang berarti merampas, merampok dan
17
Moh. Matsna HS., Orientasi Semantik al-Zamakhsyari, Anglo Media: Jakarta. 2006. Hal. 3
18
Ahmad Mukhtar Umar, ‘Ilm al-Dilaalah, Dar el-Urubah: Kuwait . 1982. Hal. 13
mengupas. Kemudian terbentuk kata uslub yang
berarti jalan, jalan diantara pepohonan, serta
cara mutakallim dalam berbicara (menggunakan
kalimati.
11.
Ilmu al-adab
Adab (sastrai merupakan salah satu seni
dari seni-seni bahasa, yang dicari oleh banyak
manusia semenjak ia diciptakan Allah. Tabiat
manusia, membutuhkan serta condong untuk
mendapatkan waktu luang, kenikmatan serta
hiburan,
maka
sastra
hadir
dengan
segala
seninya, yang dapat membawa manusia untuk
melupakan segala kegundahan dan kegalauan
hati, serta dapat menumbuhkan semangat baru 19.
Ilmu adab adalah suatu ilmu yang membahas
mengenai keadaan bahasa serta sastra seperti
puisi dan prosa yang diciptakan oleh anak-anak
pengguna bahsa itu dalam berbagai masa. Dalam
pengertian umum adalah ilmu yang mempelajari
deskripsi kronologis sesuai perjalanan zaman
yang terhimpun dalam buku-buku.
19
Abdul ‘Aziz ibn Muhammad Faishol, al-Adab al-‘Arabiy wa Taarikhuhu, Jamiah al-Imam
Muhammad ibn Su’ud al-Islamiyyah: Saudi. Hal. 21.
Ilmu adab juga diartikan sebagai ilmu ytang
menggambarkan kehidupan dengan segala hal
yang terjadi didalamnya, baik suka maupun duka,
cita maupun lara yang diungkapkan dengan
fikiran matang , dengan uslub (stilistikai yang
indah,
serta
dapat
menimbulkan
khayalan-
khayalan bagi pendengarnya.20
C. URGENSI AL-‘ULUM AL-‘ARABIYYAH
Ada dua poin penting yang berkaitan dengan
pentingnya mempelajari bahasa Arab, yaitu:
1. Sebagai sumber ilmu
2. Sebagai pemersatu ummat
A.
Sepanjang
Sumber
sejarah,
Ilmu
bahasa
Arab
merupakan
bahasa yang memiliki cabang ilmu yang indah dan
kekuatan
dipahami.
sastra
Para
yang
kokoh
ulama
sehingga
mengatakan
mudah
bahwa
seseorang sebelum dia membaca teks Arab dia
sudah
bisa
paham baik dia berbahasa Arab aktif maupun pasif.
Berbeda dengan bahasa lain dimana seseorang
20
Ibid., 5
harus membacanya terlebih dahulu baru kemudian
dia
bisa
Bahasa
Arab
paham.
merupakan
sumber
keilmuan
terutama ilmu-ilmu keislaman, karena al-Qu’an, alhadits,
al-atsar
serta
penjelasan
para
ulama
terdahulu menggunakan bahasa Arab. Kita tidak
bisa memahaminya kecuali dengan bahasa Arab. Ini
adalah bagian dari mukjizat al-Qur’an yaitu memiliki
standar bahasa yang baku yaitu bahasa Arab.
Bahasa Arab merupakan sumber keilmuan karena
terdapat beberapa hal sebagai berikut:
1.
Sarana
mencapai
kemuliaan
Ilmu adalah kemuliaan dan tidak bisa diraih kecuali
dengan bahasa. Oleh karena itu, Allah Subhanahu
wa ta’ala telah memberi kemuliaan pada bahasa
Arab
dengan
dua
yaitu:
a. Standar bahasa al-Qur’an adalah bahasa Arabp
Allah
memilih
bahasa
Arab
sebagai
bahasa
wahyu-Nya agar umat manusia bisa memahaminya
dengan
mudah.
b. Memilih dan mengutus rasul-Nya dari orang Arab
untuk seluruh alamp
2.
Sarana
Memahami
Agama
Bahasa arab merupakan sarana yang paling
penting untuk memahami agama Islam. Hal ini
karena al-Qur’an, al-hadits, al-atsar, tafsir, dan
penjelasan
para
menggunakan
ulama
bahasa
sebagian
Arab.
besar
Untuk
bisa
memahaminya kita membutuhkan sarana yaitu
bahasa Arab.
B.
Pemersatu
Ummat
Sebagai seorang muslim, kita meyakini bahwa
bahasa Arab bukanlah bahasa orang Arab semata,
akan tetapi merupakan bahasa kaum muslimin di
seluruh dunia yang dengannya kaum muslimin
menyatu dalam beberapa aspek ibadah dan dengan
tujuan
ini
pula
menggunakan
Allah
menurunkan
al-Qur’an
bahasa
Arab.
bahasa
Jika bahasa Arab hanya menjadi bahasa orang
(bangsai Arab saja maka tidak mungkin Allah
menurunkan al-Qur’an dengan bahasa Arab. Hal itu
bertentangan dengan firman-firman-Nya, seperti
yang telah dijelaskan pada pembahasan mengenai
“sumber
ilmu”.
Dalam Islam, ada beberapa ibadah yang tidak bisa
dikerjakan
diantaranya
1p
kecuali
dengan
sebagai
bahasa
arab,
berikut:
Shalat
Shalat tidak sah kecuali dengan bahasa arab,
mulai dari panggilan untuk shalat (adzan dan
iqamahi, dan saat melakukan shalat yang diawali
dengan takbiratul ihram, bacaan ayat-ayat alQur’an,
dzikir-dzikir,
diucapkan
dan
dengan
2p
Dzikir-Dzikir
salam,
semua
bahasa
Dan
itu
arab.
Do’a-Do’a
Dzikir dan do’a pada asalnya mengunakan bahasa
Arab.
D.KARYA-KARYA DAN PARA TOKOH ILMU ARAB
Ilmu Hadits
1. IMAM BUKHARI
Al-Adab al-Mufrad, Adh-Dhu'afa ash-Shaghir, AtTarikh ash-Shaghir, At-Tarikh al-Ausath, At-Tarikh
al-Kabir,
At-Tafsir
al-Kabir,
Al-Musnad
al-Kabir,
Kazaya Shahabah wa Tabi'in, Kitab al-Ilal, Raf'ul
Yadain fi ash-Shalah, Birr al-Walidain, Kitab adDu'afa, Asami ash-Shahabah, Al-Hibah, Khalq Af'al
al-Ibad, Al-Kuna, dan Al-Qira'ah Khalf al-Imam
2. IMAM AT-TIRMIDZI
Sunan at-Tirmidzi, Kitab Al-‘Ilal, Kitab At-Tarikh,
Kitab Asy-Syama’il an-Nabawiyyah, Kitab Az-Zuhd,
dan Kitab Al-Asma’ wal-kuna. Paling besar dan
terkenal serta beredar luas adalah Al-Jami’.
3. IMAM MUSLIM
Al-Jamius Syahih, Al-Musnadul Kabir Alar Rijal,
Kitab al-Asma' wal Kuna, Kitab al-Ilal, Kitab alAqran, Kitab Sualatihi Ahmad bin Hanbal, Kitab alIntifa' bi Uhubis Siba', Kitab al-Muhadramain, Kitab
Man Laisa Lahu illa Rawin Wahidin, Kitab Auladus
Sahabah, dan Kitab Auhamul Muhadisinp Kitabnya
yang paling terkenal sampai kini ialah Al-Jamius
Syahihatau Syahih Muslim.
4. IMAM NASA’I
As Sunan Ash Shughra, As Sunan Al Kubra, Al
Kuna, Khasha`isu ‘Ali, ‘Amalu Al Yaum wa Al Lailah,
At Tafsir, Adl Dlu’afa wa al Matrukin, Tasmiyatu
Fuqaha`i
man
Al
Amshar, Tasmiyatu
lam yarwi
‘anhu
ghaira
rajulin
wahid,Dzikru man haddatsa ‘anhu Ibnu Abi Arubah,
Musnad
‘Ali
bin
Abi
Thalib,Musnad
Hadits
Malik, Asma`u ar ruwah wa at tamyiz bainahum, Al
Ikhwah, Al Ighrab, Musnad Manshur bin Zadzan,
dan Al Jarhu wa ta’dilp
1p
Ilmu Ushul Fiqh
Muhammad bin Idris al-Syafi’i : Al-Risalah
2p
Abu al-Ma’ali abd Al-Malik ibn Abdillah al-
Juwaini : Al-Burhan fi ushul al-fiqh
3p
Abu Al-Husein Al-Bashri : Al-MU’tamad fi
Ushul al-Fidh
4p
Abu hamid Al-Ghazali : Al-Muntashfa min
‘ilm al-Ushul
5p
fakhr al-Dien al-Razi : Al-Mahsul fi ‘Ilm al-
Ushul
6p
Saif al- Dien al-Amidi : Al-Ihkam fi Ushul al-
Ahkam
7p
al-Qadi al-Baidawi : Minhaj al-Wushul fi ‘Ilm
al-Ushul
8p
Abu Ya’la al-Farra’ al-Hanbali : Al-‘Uddah fi
Ushul al-Fiqh
9p
Muwafaq al-Dien Ibnu Qudamah al-Maqdisi :
Raudah Al-nazir wa Jannah al-Munazir
Ilmu Al-Balaghah
1.
Hasan bin Tsabit
2.
Abu-Thayyib
3.
Umru’ al-Qais
4.
Abu Tammam (Habib bin Aus Ath-Tha’ii
5.
6.
7.
Jarir bin Athiyah al-Tamimi
Ibn Khayyath,
Ibn Ta’awidzi
Majaz al-Qur’an yang bernama Ilmu Majazil
Qur’an. Ibnu Quthaibah menulis kitab Ta’wil Musykil
al-Qur’an,
dan
Al-Farra’
menulis
kitab
Ma’anil
Qur’an yang meski kebanyakan berisi kajian ilmu
Nahwu,
tapi
juga
menyinggung
kajian
ilmu
Balaghah. Sedangkan al-Rumani menyusun kitab
An-Naktu Fi I’jazil Qur’an. Dan Al-Jahizh dipandang
sebagai tokoh yang sangat berjasa dalam sejarah
perkembangan ilmu Balaghah secara umum dan
ilmu Bayan secara khusus, lewat karya tulisnya
yang berjudul al-Bayan wa al-Tabyin.
Ilmu Nahwu Sharf
1p
Abu Faraj Al-Ashbahani : Akhbar Al-Ilma As-
Syawa'ir Al-Hanat
2p
Abu 'Ala Al-Ma'ari : Zahir Al-Adhudi; Syarh
Ba'dh Abyat Sibawaih
3p
Abu Qasim At-Tanukhi
4p
Abu Hatim
5p
Ibnu 'Aqil: Syarh Alfiyah Ibnu Malik
6p
Ibnu Faris : Maqayis Al-Lughah
7p
Ibnu Nahwiyah : Syarh Alfiyah Ibnu Mu'thi
8p
Ibnu Sidi : Al-Mutsallats
Ilmu Tafsir
Diantara
tokoh
mutaqaddimin
mufassir
adalah:
pada
masa
Khulafaurrasyidin
(Abu
Bakar, Umar, Utsman,
Alii, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Mas’ud,
Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Abdullah bin
Zubair dan Aisyah. Namun yang paling banyak
menafsirkan dari mereka adalah Ali bin Abi
Tholib, Abdullah bin Mas’ud dan Abdullah bin
Abbas yang mendapatkan do’a dari Rasulullah
Ilmu Al-Ushlub
1.
Al-Rummani : al-Nukat fi I’jaz al-Quran
2.
Al-Khatabi : Bayan I’jaz al-Quran
3.
Al-Baqillani
4.
Abdul
Qahir
Al-Jurjani
:
Dala’il
al-
I’jaz dan Asrar al-Balaghah
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ilmu-ilmu yang berkaitan dengan bahasa arab
adalah
ilmu
yang
menggunakan
bahasa
Arab
sebagai bahasa pembahasan ilmu tersebut, terikat
dengan uslub (gaya bahasa arabi, struktur, maupun
bentuk kata dalam bahasa Arab.
Ilmu Arab memiliki banyak cabang sebagaimana
yang telah disebutkan diatas, diantaranya adalah:
-
Ilmu Quran
-
Ilmu Hadits
-
Ilmu Ushul Fiqh dan Fiqh
-
Ilmu Nahwu dan Sharf
-
Ilmu Balaghah
-
Ilmu Ashwat
-
Ilmu Lughah
-
Ilmu Dilalah
-
Ilmu Adab, dan lain sebagainya, dimana
seluruh
disiplin
ilmu
tersebut
memiliki
tokoh
penggagas serta karya-karya monumentalnya.
Kelompok 2
Ema Fitriani
Cucun Cunaya
Fahmi Abdullah
ILMU AL – QUR’AN
BAB I . PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
, آمسسرا بسسالمعروف, القرآن هو الكتاب المبارك المنزل على محمد رسسسول ا داعيا إلى الخسسير
ناهيا عن المنكر لخإراج الناس من الظلمات إلى النور21
Al-Qur’an 22 merupakan sumber rujukan utama yang
menempati posisi sentral bagi seluruh disiplin ilmu ke
Islaman.
Kitab
suci
ini,
di
samping
menjadi
al-
huda (petunjuki, juga sebagai al-bayyinat (penjelasi serta
menjadi al-furqan (pemisah antara yang benar dan yang
salahi yang diturunkan dalam kurun waktu kurang lebih
23 tahun lamanya.Al-Qur’an adalah kalammullah yang
diturunkan kepada nabi Muhammad Saw. lewat perantara
malaikat Jibril sebagai mu’jizat. Al-Qur’an adalah sumber
ilmu
bagi
kaum
muslimin
yang merupakan dasar-dasar hukum yang mencakup
segala aspek, baik aqidah, ibadah, etika, mu’amalah dan
sebagainya. Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an,
Surah An-Nahl : 89
بس تِس ْبسيَساسنًساس َوسنَس ّزس ْلسنَساس َعسلَس ْيس َكس
سسلِس ِمسيس َسنس اس ْلس ِكستَس س َس
ْ شس ْسىس ٍءس َوس َهس َدسىس َوس َرس ْسحس َمسةًس َسوسبُس
َ لّس ُكس ّلس
ْ شس َسرسىس لِس ْلس ُمس
“Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al Qurani
untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta
rahmat
dan
berserah diri”.
kabar
gembira
bagi
orang-orang
yang
23
Al-qur’anul Karim adalah mukjizat Islam yang kekal
dan mukjizatnya selalu diperkuat oleh kemajuan ilmu
pengetahuan.
ia
diturunkan
Allah
kepada
Rasulullah,
21
( مطبعه العلومi, المنهاج فى اللدب وتارخية, محمود احمد ناصف1 ص,
Dalam memberikan definisi tentang Al-Qur’an, para ulama berbeda-beda, sangat
ditentuakan oleh disiplin ilmu mereka. Baca lebih lengkap; Drs. Ahmad Musthafa
Hadna,SQ.Problematika Menafsirkan Al-Qur’an, (Cet. I, Semarang, Bina Utama, 1993), h. 12-15
22
23
Departemen Agama RI., Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang : PT.
Tanjung Mas Inti, t. th.), h. 415
Muhammad
suasana
s.a.w.
yang
untuk
gelap
mengeluarkan
menuju
manusia
yang
terang,
dari
serta
membimbing mereka kejalan yang lurus. Rasulullah s.a.w
menyampaikan Qur’an itu kepada para sahabatnya – orangorang Arab asli apabila mereka mengalami ketidakjelasan
dalam memahami berdasarkan naluri mereka. apabila
mereka mengalami ketidakjelasan dalam memahami suatu
ayat, mereka menanyakannya kepada rosulullah s.a.w. 24
Mempelajari
perbendaharaan
isi
baru,
al-Qur’an
akan
memperluas
menambah
pandangan
dan
pengetahuan, meningkatkan perspektif baru dan selalu
menemui hal-hal yang selalu baru. Lebih jauh lagi, kita
akan lebih yakin akan keunikan isinya yang menunjukan
Maha Besarnya Allah sebagai penciptanya. .Firman Allah
dalam al-Qur’an, Surah al-A’raf : 52
صس ْلسنَس سهُس َعسلَسىس ِعس ْلس ٍمس ُهس ًدسىس َسوس َسرس ْسحس َمسةًس لّسقَس ْسوس ٍمس يُس سْؤ ِمسنُسوس َسنس
ّ بس فَس
ٍ َوسلَسقَس ْدس ِجس ْئسنَسس ُهس ْمس بِس ِكستَس س
“Dan
sesungguhnya
Kami
telah
mendatangkan
sebuah Kitab (Al Qurani kepada mereka yang Kami telah
menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami, menjadi
petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab. Karena itu,
ada anggapan bahwa setiap orang yang mengerti bahasa
Arab dapat mengerti isi al-Qur’an. Lebih dari itu, ada
orang
yang
menafsirkan
merasa
al-Qur’an
telah
dapat
dengan
memahami
bantuan
dan
terjemahnya
sekalipun tidak mengerti bahasa Arab. Padahal orang
24
Mannna Khalil al-Qattan diterjemahkan Drs. Mudzakir AS, Studi Ilmu-Ilmu
Qur’an, (bogor: pustaka litera Antar Nusa, 2010i, h. 1
Arab sendiri banyak yang tidak mengerti kandungan alQur’an. Bahkan di antara para sahabat dan tabi’in ada
yang salah memahami al-Qur’an karena tidak memiliki
kemampuan untuk memahaminya. Oleh karena itu, untuk
dapat mengetahui isi kandungan al-Qur’an secara benar
diperlukanlah sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana
tata cara menafsirkan al-Qur’an, yaitu “Ulum al-Qur’an.
Ulum
al-Qur’an merupakan
ilmu
yang
sangat
diperlukan untuk mengungkapkan rahasia-rahasia yang
terkandung
dalam
al-Qur’an
hikmah.
Dan
semakin
hendak
memperkokoh
sebagai
tampak
tali
sumber
segala
keluhurannya
Karena
ikatan
dengan
al-Qur’an
sebagai pegangan manusia dalam kehidupannya untuk
mencapai kebahagiaan di dunia maupun di akherat AsySyurbashi telah mencatata : “Karya yang termulia ialah
buah
kesangupan menafsirkan dan menta’wilkan
Qur’an”.
25
al-
Untuk dapat menafsirkan al-Qur’an diperlukan
pengetahuan yang cukup, yakni ulum al-Qur’an.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian pada latar belakang di atas,
maka dapatlah dirumuskan permasalahan yang akan
menjadi inti
pembahasan
dalam
makalah
ini,
yakni
sebagai berikut:
1. Bagaimana pengertian Ulum al-Qur’an dan Konsep
Dasar nya ?
25
Ahmad Asy-Syurbashi, Sejarah Tafsir Al-Qur’an, Terjemahan Tim Pustaka Firdaus,
(Jakarta: Pustaka Firdaus, 1985), Cet. I, h. 15
2. Hal-hal
apakah
yang
pembahasan Ulum
menjadi
ruang
al-Qur’an dan
lingkup
bagaimana
urgensinya ?
3. Bagaimana
perkembangan Ulum
al-Qur’an
dan
tokoh-tokoh nya?
4. Bagaimana Koreslasinya dengan bahasa Arab ?
II. PEMBAHASAN
A.
Konsep Dasar Ulum Al-Qur’an
Secara etimologi, kata Ulum al-Qur’an berasal dari
bahasa Arab yang terdiri dari dua kata, yaitu “ulum” dan
“al-Qur’an”.
Kata ulum adalah
kata “ilmuh yang
berarti
bentuk
ilmu-ilmu.
jama’
dari
ulum
yang
Kata
disandarkan kepada kata Al-Qur’an telah memberikan
pengertian bahwa ilmu ini merupakan kumpulan sejumlah
ilmu yang berhubungan dengan Al-Qur’an, baik dari segi
keberadaanya
pemahaman
sebagai
terhadap
dalamnya. 26 Kata
‘ilm, sebagai
Al-Qur’an
petunjuk
‘ulum adalah
maupun
yang
segi
terkandung
bentuk
bentuk verbal-noun dari
dari
jamak
bahasa
di
dari
Arab
dengan akar kata ‘alima – ya’lamu – ‘ilman yang berarti
“mendapatkan atau mengetahui sesuatu dengan jelas”
atau
“menjangkau
sesuatu
dengan
keadaan
yang
sebenarnya"27 Sedangkan al-Qur’an yang dimaksud disini
adalah firman-firman Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw., melalui malaikat Jibril guna menjadi
26
27
http://auliyahamdi.blogspot.com/2012/12/v-behaviorurldefaultvmlo.html
Dr. Mardan, M.Ag. Al-Qur’an : Sebuah Pengantar Memahami Al-Qur’an Secara Utuh,
(Jakarta: Pustaka Mapan, 2009), h. 15
peringatan,
petunjuk,
tuntunan,
dan
hukum
dalam
kehidupan umat manusia untuk menuju kebahagiaan
hidup baik di dunia maupun di akhirat. 28
Sedangkan menurut terminologi terdapat berbagai
definisi yang telah dikemukakan oleh ulama, antara lain,
al-Sayuthiy dalam kitab Itmamu al-Dirayah mengatakan
bahwa ulum
al-Qur’an adalah
ilmu
yang
membahas
tentang keadaan al-Qur’an dari segi turunya, sanadnya,
adabnya
makna-maknanya,
lafadz-lafadznya
maupun
baik
yang
yang
berhubungan
berhubungan
dengan
hukum-hukumnya, dan sebagainya”. Hal senada juga
dikemukakan
definisi ulum
oleh
Al-Zarqany,
al-Qur’an, yaitu
beliau
memberikan
“beberapa
pembahasan
yang berhubungan dengan al-Qur’an al-Karim dari segi
turunya,
bacaanya,
urutanya,
pengumpulanya,
penafsiranya,
penulisanya,
kemu’jizatanya,
nasikh
mansukhnya, penolakan hal-hal yang bisa menimbulkan
keraguan terhadapnya, dan sebagainya”. 29
kata ‘ulum jamak dari kata ‘ilmu berarti al-fahmu wal
idrak (“paham dan menguasai”i. kemudian arti kata ini
berubah menjadi masalah-masalah yang beraneka ragam
yang disusun secara ilmiah. jadi yang dimaksud dengan
‘ulumul Qur’an ialah
ilmu yang membahas masalah-
masalah yang berhubungan dengan Qur’an dari segi
asbabun
nuzul,
“sebab-sebab
turunnya
Qur’an”,
pengumpulan san penertiban Qur’an, pengetahuan tentang
28
29
Ibid., h. 18
http://auliyahamdi.blogspot.com/2012/12/v-behaviorurldefaultvmlo.html
Surah-surah mekah dan Madinah, An-nasikh wal mansukh,
almuhkam wal mutasyabih dan lain sebagainya yang
berhubungan dengan Qur’an. terkadang ilmu ini dinamakan
juga Usulut Tafsir (dasar-dasar tafsiri, karena yang dibahas
berkaitan dengan beberapa masalah yang harus diketahui
oleh seorang mufasir sebagai sandaran dalam menafsirkan
Qur’an.30
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa ulum
al-Qur’an adalah
berhubungan
yang
dengan
keberadaanya
pemahaman
ilmu
membahas
Al-Qur’an,
sebagai
yang
dari
aspek
maupun
aspek
baik
Al-Qur’an
kandunganya
hal-hal
sebagai
pedoman
dan
petunjuk bagi manusia atau ilmu-ilmu yang berhubungan
dengan berbagai aspek yang terkait dengan keperluan
membahas al-Qur’an.
Dengan
term
ilmu
pengetahuan
pengetahuan
berkenaan
demikian, ‘ulum
yang
dengan
al-Qur’an sebagai
yang
berkenaan
terkandung
keadaan
dalam
al-Qur’an,
suatu
dengan
al-Qur’an,
dan
yang
digunakan untuk menggali kandungan al-Qur’an. Dalam
pada
itu, ‘ulum
al-Qur’an
berarti
‘suatu
ilmu
yang
membahas dan menjelaskan keadaan-keadaan al-Qur’an
dari
segi
penafsiran
ayat-ayatnya,
segi
penjelasan
maksud-maksudnya, segi sebab nuzulnya, segi nasikh
mansukhnya, segi munsabahnya, segi uslub-uslubnya,
segi rupa-rupa qiraatnya, segi rasm kalimat-kalimatnya,
30
Mannna Khalil al-Qattan diterjemahkan Drs. Mudzakir AS, Studi Ilmu-Ilmu
Qur’an, (bogor: pustaka litera Antar Nusa, 2010i, h. 1
dan lain-lain yang berhubungan dengan keadaan alQur’an.31
B.
Ruang
Lingkup
‘Ulum
Al-Qur’an dan
Urgensinya
1.
Ruang Lingkup Pembahasan ‘Ulum Al-Qur’an
Dari beberapa literatur yang ada, ditemukan adanya
keaneka ragaman pengklasipikasian dalam membahas
masalah
ruang
lingkup
pembahasan
‘ulum
al-
Qur’anp Ulum al-Qur’an merupakan suatu ilmu yang
mempunyai ruang lingkup pembahasan yang luas. Ulum
al-Qur’an meliputi semua ilmu yang ada kaitanya dengan
Al-Qur’an, baik berupa ilmu-ilmu agama, seperti ilmu
tafsir
maupun
ilmu-ilmu
bahasa
Arab,
seperti
ilmu balaghah dan ilmu I’rab al-Qur’an. Disamping itu,
masih banyak lagi ilmu-ilmu yang tercakup di dalamnya.
Dalam kitab Al- Itqan, As-Sayuthi menguraikan sebanyak
80 cabang ilmu. Dari tiap-tiap cabang terdapat beberapa
macam cabang ilmu lagi. Kemudian dia mengutip Abu
Bakar Ibnu al_Araby yang mengatakan bahwa ulum alQur’an terdiri dari 77450 ilmu. Hal ini didasarkan kepada
jumlah kata yang terdapat dalam al-Qur’an dengan
dikalikan empat. Sebab, setiap kata dalam al-Qur’an
mengandung makna Dzohir, batin, terbatas, dan tidak
terbatas.
Perhitungan
sudut mufrodatnya.
31
ini
Adapun
masih
jika
dilihat
dilihat
dari
dari
sudut
Dr. Mardan, M.Ag. Al-Qur’an : Sebuah Pengantar Memahami Al-Qur’an Secara Utuh,
(Jakarta: Pustaka Mapan, 2009),hh. 18-19
hubungan kalimat-kalimatnya, maka jumlahnya menjadi
tidak terhitung. 32
Dalam pembahasan tentang ruang lingkup ‘ulum alQur’an, Dr. Mardan mengutif pendapat Dr. M. Quraish
Shihab,
bahwa
materi-materi
cakupan ‘ulum
al-
Qur’an dapat dibagi ke dalam empat komponen, yaitu :
(1i pengenalan terhadap al-Qur’an, (2i kaedah-kaedah
tafsir, (3i metode-metode tafsir, dan (4i kitab-kitab tafsir
dan para mufassir.
komponen pertama mencakup beberapa hal, yakni:
(ai sejarah al-Qur’an, (bi rasm (bentuk tulisani al-Qur’an,
(ci
I’jaz
(kemukjizatani
al-Qur’an,
(di
munasabah
(kemiripan kedekatani al-Qur’an, (ei qashas (kisah-kisahi
al-Qur’an, (fi jadal al-Qur’an (gi aqsam (sumpuahi alQur’an, (hi amtsal (perumpamaani al-Qur’an, (ii nasikh
dan mansukh (dibatalkan dan membatalkani al-Qur’an, (ji
muhkam dan mutasyabih (kokoh dan samari, (ki al-qiraat
(bacaani, dan sebagainya.
Komponen
ketentuan
yang
kedua,
harus
mencakup
diperhatikan
;
(ai
ketentuan-
menafsirkan
al-
Qur’an, (bi sistematika yang hendaknya ditempuh dalam
mengurai penafsiran, dan (ci patokan-patokan khusus
yang membantu pemahaman ayat-ayat al-Qur’an, baik
dari ilmu-ilmu bantu seperti bahasa dan ushul fikih
maupun yang ditarik langsung dari penggunaan alQur’an.
32
Dikutip dari internet (Mudzakir Fauzi)
Komponen ketiga, mencakup metode-metode tafsir
yang
dikemukakan
coraknya
oleh
ulama mutaqaddimin dengan
masing-masing,
ma’tsur (riwayati,
diterimanya
yakni: al-ra’yu (akali,
al-isyariy,
suatu
pengembangannya.
disertai
penafsiran
Disamping
itu,
al-
syarat-syarat
serta
juga
metode
mencakup
metode-metode ulama mutaakhkhirin dengan keempat
coraknya,
yakni: tahliliy (analitiki,
ijmaliy (globali,
muqaaran (perbandingani, dan mawdhu’iy (tematikip
Komponen
keempat,
mencakup
pembahasan
tentang kitab-kitab tafsir, baik yang lama maupun yang
baru, yang berbahasa Arab, Inggeris, atau Indonesia,
dengan
mempelajari
biografi,
latar
belakang
dan
kecendrungan pengarangnya, metode dan prinsip-prinsip
yang digunakan, serta keistimewaan dan kelemahannya.
2. Urgensi ‘Ulum Al-Qur’an
Pada
bagian
pengertian ‘ulum
dipahami
terdahulu
al-Qur’an, dari
bahwa ‘ulum
telah
dikemukakan
pengertian
al-Qur’an sebagai
itu
term
dapat
ilmu
adalah ilmu pengetahuan yang dengan dapat dipahami
tafsir al-Qur’an dalam segala aspeknya, maka ulum alQur’an sangat erat hubungannya dengan tafsir al-Qur’an.
Bahkan menurut Dr. H. M. Quraish Shihab, ulum alQur’an hakekat adalah sama dengan ilmu tafsir, yakni
sebagai
ilmu
alat
untuk
menafsirkan
al-Qur’an,
mengeluarkan serta menjelaskan pengertian-pengertian
yang terkandung di dalamnya.
Dengan demikian, urgensi ulum al-Qur’an terlihat
dengan jelas dalam kaitannya dengan tafsir al-Qur’an,
yaitu
untuk
menafsirkan
kandungannya
dengan
al-Qur’an
sempurna,
dan
memahami
bahkan
untuk
menerjemahkannya. Maka ulum al-Qur’an disini benarbenar
sangat
diperlukan,
karena
dengan
ilmu-ilmu
tersebut, seorang mufassir dapat menafsirkan al-Qur’an
dengan baik dan benar. Ilmu-ilmu ini pada hakekatnya
menjadi alat untuk tafsir. Oleh karena itu, ilmu-ilmu itulah
yang disebut dengan ilmu tafsir atau ilmu-ilmu al-Qur’an.
Selain
itu,
urgensi ulum
al-Qur’an kaitannya
dengan
tafsir, adalah antara lain:
a.
Membuka kemungkinan untuk memahami al-Qur’an
dengan baik.
b.
Mampu menafsirkan al-Qur’an secara baik dan
mudah.
c.
Menjadi senjata ampuh untuk melawan tantangan
dari lawan Islam. 33
Jelaslah bahwa urgensi ulum al-Qur’an menempati
posisi yang sangat penting untuk dapat memahami isi
kandungan al-Qur’an dengan baik dan benar. Artinya,
seorang mufassir dalam menafsirkan al-Qur’an tidak akan
mendapatkan hasil yang maksimal tanpa adanya ulum alQur’anp
33
Lihat, Dr. Mardan, M.Ag. Al-Qur’an : Sebuah Pengantar Memahami Al-Qur’an Secara
Utuh, (Jakarta: Pustaka Mapan, 2009), hh. 21-22
C.
Perkembangan dan Tokoh-tokoh “Ulum Al-
Qur’an
Sebagai ilmu yang terdiri dari berbagai cabang dan
macamnya, ulum al-Qur’an tidak lahir sekaligus. Ulum alQur’an menjelma menjadi suatu disiplin ilmu melalui
proses pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan
kebutuhan dan kesempatan untuk membenahi al-Qur’an
dari segi keberadaanya dan segi pemahamanya.
Di masa Rasulullah Saw. dan para sahabat, ulum alQur’an belum dikenal sebagai suatu ilmu yang berdiri
sendiri dan tertulis. Para sahabat adalah orang-orang
Arab asli yang dapat merasakan struktur bahasa Arab
yang tinggi dan memahami apa yang diturunkan kepada
Rasulullah,
dan
memahami
bila
menemukan
ayat-ayat
tertentu,
kesulitan
dalam
mereka
dapat
menanyakan langsung kepada Rasulullah.
Di
zaman Khulafa’u
Rasyiddin sampai
dinasti
umayyah wilayah islam bertambah luas sehingga terjadi
pembauran antara orang Arab dan bangsa-bangsa yang
tidak
mengetahui
bahasa
Arab.
Keadaan
demikian
menimbulkan kekhawatiran sahabat akan tercemarnya
keistimewaan
bahasa
arab,
bahkan
dikhawatirkan
tentang bacaan al-Qur’an yang menjadi sebuah standar
bacaan
mereka.
Untuk
mencegah
kekhawatiran
itu,
disalinlah dari tulisan-tulisan aslinya sebuah al-qur’an
yang disebut mushaf imam. Dan dari salinan inilah suatu
dasar ulum al-Qur’an yang disebut Al-rasm Al-Utsmani.
Kemudian, ulum al-Qur’an memasuki masa pembukuanya
pada abad ke-2 H. Para ulama memberikan prioritas
perhatian mereka kepada ilmu tafsir karena fungsinya
sebagai umm
al-ulum
al-Qur’aniyyahp Para
penulis
pertama dalam tafsir adalah Syu’bah ibn al-Hajjaj (160 Hi,
Sufyan Ibn Uyaynah (198 Hi, dan Wali Ibn al-Jarrah (197
Hi. dan pada abad ke-3 muncul tokoh tafsir yang
merupakan
berbagai
mufassir
pendapat
pertama
dan
yang
membentangkan
mentarjihsebagianya.
Beliau
adalah Ibn jarir atThabari (310 Hi. Selanjutnya sampai
abad
ke-13 ulum
al-Qur’an terus
berkembang
pesat
dengan lahirnya tokoh-tokoh yang selalu melahirkan buah
karyanya
untuk
terus
melengkapi
pembahasan-
pembahasan yang berhubungan dengan ilmu tersebut.
Diantara sekian banyak tokoh-tokoh tersebut, Jalaluddin
al-bulqini (824 Hi pengarang kitab Mawaqi’ Al-ulum min
Mawaqi’ al-Nujum dipandang As-Suyuthi sebagai ulama
yang
mempelopori
penyusunan ulum
al-Qur’an yang
lengkap. Sebab, dalam kitabnya tercakup 50 macam ilmu
Al-Qur’an. Jalaluddin al-Syuyuthi (991 Hi menulis kitab AlTahhir fi Ulum al-Tafsir . Penulisan kitab ini selesai pada
tahun 873 H. kitab ini memuat 102 macam ilmu-ilmu AlQur’an. Karena itu, menurut sebagian ulama, kitab ini
dipandang
sebagai
kitab ulum
al-Qur’an paling
lengkap..Al-Syuyuthi belum merasa puas dengan karya
monumental ini sehingga ia menyusun lagi kitab Al-Itqan
fi Ulum Al-Qur’an . Didalamnya dibahas 80 macam ilmuilmu Al-Qur’an secara padat dan sistematis. Menurut AlZarqani, kitab ini merupakan pegangan bagi para peneliti
dan penulis dalam ilmu ini. Sampai saat ini bersamaan
dengan masa kebangkitan modern dalam perkembangan
ilmu-ilmu agama, para ulama masih memperhatikan akan
ilmu Qur’an ini. Sehingga tokoh-tokoh ahli Qur’an masih
banyak hingga saat ini di seluruh dunia. 34
Dari
keterang
perkembangan ulum
di
atas,
untuk
al-Qur’an dapat
lebih
dibagi
jelasnya,
kepada
empat fase,35 yaitu :
1.
Abad I dan II Hijrah
Fase ini dibagi kepada tiga masa, yaikni : (ai Masa
Rasulullah, Abu Bakar dan Umar bin al-Khattab, ulum alQur’an belum dibukukan, karena pada umumnya para
sahabat dapat memahami al-Qur’an, (bi Pada masa
Utsman bin Afan, perbedaan bacaan terhadap al-Qur’an
mulai muncul dikalangan umat Islam, maka khalifah
Utsman mengambil kebijaksanaan untuk mengadakan
penulisan al-Qur’an, maka dikenallah “Mushhaf Utsmanih,
dan usaha pengkodifikasian ini merupakan langkah awal
munculnya ulum al-Qur’an yang kemudian dinamai ‘Ilmu
Rasm al-Qur’anh; (ci Pada masa khalifah Ali Bin Abi
Thalib, orang-orang non-Arab banyak yang masuk Islam
dan mereka tidak menguasai bahasa Arab, maka Ali
34
35
Dikutip dari internet (Mudzakir Fauzi)
Lihat, Dr. Mardan, M.Ag. Al-Qur’an : Sebuah Pengantar Memahami Al-Qur’an Secara
Utuh, (Jakarta: Pustaka Mapan, 2009),hh. 23-26
mengambil
kebijaksanaan
dengan
memerintahkan
panglimanya (Abu Azwad ad-Duwaliyi untuk menyusun
kaidah-kaidah
bahasa
Arab
untuk
dijadikan
acuan
membaca al-Qur’an. Inilah yang dikenal sebagai perintis
lahirnya ilmu nahwu dan I’rab al-Qur’an.
Ada beberapa cabang “ulum al-Qur’anh yang sudah
lahir pada masa ini, yaitu : ilmu tafsir, ilmu azbabun
nuzul, ilmu makki, ilmu madani, ilmu nasikh mansukh,
ilmu gharib al-Qur’an. Tokoh-tokoh yang yang dianggap
sebagai
peletak
batu
pertama ulum
al-Qur’an pada
periode ini, antara lain : para khalifah dari Khulafaur
Rasyidin, Ibn Anas, Ibn Mas’ud, Said bin Tsabit, Mujahid,
Qatadah, Hasan Bashri, Malik bin Anas, dan lain-lain.
2.
Abad III dan IV Hijrah
Pada periode ini, para ulama semakin giat menulis
tafsir,
karya-karya
mereka
dibidangulum
al-
Qur’an semakin banyak, di antaranya ; (ai Ali bin alMadani (w. 234 Hi, ia menulis Ilm Asbab al-Nuzul, (bi Abu
‘Ubaid Qasim bin Salam (w. 224 Hi, ia menulisiIlm Nasikh
Mansukh, (ci Muhammad bin Khalaf Mursaban (w. 309 Hi,
ia menulis al-Hawiy fi ‘Ulum al-Qur’an , (di Muhammad
Ayub Idris (w. 309 Hi, ia menulis Ilm Makki wa Madani
3.
Abad V, VI, VII, dan VIII Hijrah
Pada
fase
ini,
karya-karya
dalam ulum
al-
Qur’an semakin banyak dan lengkap. Lafal-lafal al-Qur’an
sudah
mulai
menjelaskan
diberi
penjelasan,
tentang
majaz
ulama
sudah
al-Qur’an,
hal
mulai
ini
dimaksudkan untuk meenunjukkan bahwa pengertian
teksnya
bukanlah
arti
yang
sesungguhnya
yang
diinginkan oleh al-Qur’an itu, misalnya; kulliyat dan
juz’iyyat. Tokoh-tokoh yang ada pada fase ini, antara lain;
(ai Ibn ‘Abd al-Salam (w. 660 Hi, ia menulis Ilm Majaz alQur’an, (bi Ali bin Sa’id al-Kufiy (w. 430 Hi, ia menulis alBurhan fi ‘Ulum al-Qur’an, (ci Badruddin al-Zarkaziy, ia
menulis al-Burhan fi ‘Ulum al-Qur’an, (di Ibn Qayyim, ia
menulisAqsam al-Qur’anpi.
4.
Abad IX – XV Hijrah
Pada
periode
ini,
ulama ulum
al-Qur’an semakin
banyak, karya-karya mereka semakin sempurna dengan
aneka ragam buku-buku mereka, di antaranya ; (ai
Jamaluddin Bayquniy, ia menulis Mawaqi’ al-‘Ulum min
Mawaqi’
al-Nujum, (bi
Zarqaniy,
ia
Muhammad
menulis Manahil
‘Abd
al-‘Irfan
al-‘Azhim
fi ‘Ulum
al-
Qur’an, (ci Muhammad Shadiq Rafi’iy, I’jaz al-Qur’anp
D.
Korelasi Ilmu Al-Qur’an Dengan Bahasa Arab
Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab. Karena itu,
ada anggapan bahwa setiap orang yang mengerti bahasa
Arab dapat mengerti isi al-Qur’an. Lebih dari itu, ada
orang
yang
menafsirkan
merasa
al-Qur’an
telah
dapat
dengan
memahami
bantuan
dan
terjemahnya
sekalipun tidak mengerti bahasa Arab. Padahal orang
Arab sendiri banyak yang tidak mengerti kandungan alQur’an. Bahkan di antara para sahabat dan tabi’in ada
yang salah memahami al-Qur’an karena tidak memiliki
kemampuan untuk memahaminya. Oleh karena itu, untuk
dapat mengetahui isi kandungan al-Qur’an secara benar
diperlukanlah sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana
tata cara menafsirkan al-Qur’an, yaitu “Ulum al-Qur’an.
Adakah korelasi antara bahasa arab dengan al-Qur’an
Al-qur’an adalah kitab suci yang diturunkan dalam bahasa
Arab. Hal ini disebutkan sendiri al-qur’an, setidaknya dalam
9 ayat, yaitu (QS.Yusuf 12;2i, (QS.ar-Ra’d 11;37i, (QS.Thaha
20;113i,
(QS.az-Zumar
39;28i,
(QS.Fushshilat
41;3i,
(QS.asy-Syura 42;7i, (QS.az-Zukhruf 43;3i, (QS.al-Ahqaf
46;12i, (QS.an-Nahl 16;103i.36 Kesembilan ayat tersebut
menyatakan adanya hubungan yang tidak bisa dipisahkan
anrata al-qur’an dengan bahasa arab. Hubungan itu telah
menjadikan bahasa arab sebagai medium yang efektif
untuk menyampaikan pesan-pesan al-qur’an, dan al-qur’an
pun telah menjadikan bahasa arab memperoleh status yang
universal yang dinikmatinya sejak abad pertengahan, ketika
ia muncul sebagai salah satu bahasa penting dunia hungga
kini.
Hubungan
bahasa
hubungan
mediatif,
arab
bagi
yaitu
al-qur’an
sebagai
alat
tidak
sekedar
bantu
yang
digunakan untuk mediasi tersampaikan dan terpahaminya
sebagai kitab suci agama islam ini. Bahasa arab juga telah
menjadi bahasa yang kaya dan ekspresif yang secara
signifikan mampu mengekspresikan nilai-nilai islam ke
dalam identitas budaya dan kultural bangsa-bangsa yang
36
Muhammad Fu’ad ‘Abdul Baqi,al Mu’jam al Mufahras li Alfazh al-Qur’an al Karim
(Beirut: Dar al-Fikr,1987), CetpI, hp456
berbahasa arab.37 Ketiadaan hubungan antara bahasa arab
dengan islam, bisa jadi bahasa arab tidak akan pernah
mengalami proses asimilasi dengan islam secara timbal
balik sebagaimana yang telah dialaminya, dan sangat
mungkin tidak akan mampu melampaui batas-batas jazirah
arab dengan cepat dalam gelombang pergerekan yang
cukup besar.
Hubungan bahasa arab dengan islam dan al-qur’an terjalin
begitu luas mencakup tidak saja dalam penggunaan bahasa
itu sebagai sarana mengkomunikasikan agama islam dan
pesan-pesan
religinya.
Ada
sejumlah
factor
yang
menjadikan hubungan tersebut berbeda dengan apa yang
telah terjadi di dalam kitab suci lainberikut bahasa-bahasa
digunakannya.
Al-qur’an
telah
sedemikian
dekat
diasosiasikan dengan bahasa arab sehingga memperoleh
status yang semi-resmi. Secara implicit ini berarti bahwa
orang
yang
telah
mengaku
muslim
tidak
mungkin
mengabaikan peranan yang dimainkan bahasa arab dalam
keyakinannya
memeluk
islam.
Karena
itu
melibatkan
hubungan dan keakraban dengan bahasa arab.
Keakraban yang dimaksud mulai dari hal penghafalan dan
pembacaan ayat-ayat al-qur’an dalam bahasa arab, hingga
ketika menunaikan ritual sehari-hari. Kitab-kitab suci lain
boleh jadi memberikan dampak ke dalam bahasa asli yang
dengannya ia pertama kali muncul. Tetapi dampak alqur’an terhadap bahasa arab tampak lebih asosiatif dan
akrab. Hamper tak terbantahkan bahwa kitab suci yang
37
Anwar Cheyne, The Arabic Language: Its Role in History (Minnesota: 1969), hp89
muncul dalam bahasa tertentu selanjutnya diterjemahkan
ke dalam bahasa-bahasa lain yang digunakan sebagai
bacaan dan medium penunaian ritual-ritualnya. Namun
dalam kasus al-qur’an, meski telah diterjemahkan ke dalam
bahasa-bahasa
lain, terjemahan-terjemahan itu tidak
pernah benar-benar dapat menggantikan bahasa aslinya,
terutama sebagai bahasa peribadatan. Dalam konteks ini,
bahasa arab tetap menjadi bahasa ritual islam, terlepas
apakah
seorang
muslim
adalah
penutur
asli
(native
speakeri bahasa arab atau bukan.
Menurut pendapat lain juga mengatakan bahwa al-qur’an
turun dengan bahasa arab dikarenakan Rasulullah saw dan
para
mukhatab
pertamanya
menggunakan
bahasa
tersebut. Satu hal lagi, nantinya akan timbul pertanyaan
jika tidak berbahasa arab; mengapa al-qur’an turun dengan
bahasa lain, padahal para mukhatab awalnya berbahasa
arab? Al-qur’an sendiri juga menyatakan dalam ayat
Fushilat, ayat ke 44 “dan jikalau kami jadikan al-qur’an itu
suatu bacaan dalam bahasa selain arab, tentulah mereka
mengatakan: “mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?
“apakah (patut al-qur’ani dalam bahasa asing sedang (rasul
adalah orangi arab?” oleh karena itu, kondisi alamiyah yang
telah menuntut al-qur’an turun dengan bahasa arab. 38
Hanya saja dengan merujuk kepada sebagian ayat-ayat suci
al-qur’an, kita akan mendapati sisi-sisi lain dari turunnya
38
(eraalquran.wordpress.com/5 apr 2007i
kitab mulai ini dengan bahasa arab. Berikut sisi-sisi
tersebut:
1. Bahasa atab merupakan factor terpenting dalam
rangka diterimanya al-qur’an oleh bangsa ar
Kumpulan Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Tarikh Al-‘ulum al-‘Arabiyah
Disusun Oleh:
PBA 6A – 2011
PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
2014-2015
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Bismillahirrohmanirrahim,
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah
mencurahkan rahmat nikmat dan karuniaNya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang diberikan
dosen sebagai penopang sarana belajar. Shalawat dan
salam
semoga
tercurahkan
kepada
baginda
Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita kepada
zaman penuh dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang
ini.
Kumpulan Makalah yang ada di tangan pembaca ini
membahas tentang Tarikh Al – Ulum Al – Arabiyyah . Isi di
dalamnya kami susun dari beberapa sumber referensi,
dengan harapan kualitas serta wawasan pada materi ini
tidak terbatas. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca. Dengan segala kekurangan yang ada di dalam
makalah ini, kritik dan saran sangat kami harapkan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Ciputat, 12 Juni 2014
Penulis
Kelompok 1
Isna Rahmah Sholihatin
Abdurrahman
Nurul Komariah
AL-TARIKH AL-‘ULUM AL-‘ARABIYYAH
BAB I
PENDAHULUAN
Peradaban arab telah berjalan dengan dimensi dan
zaman yag berbeda-beda , perkembangannya pun bersinar
dan terpancar luas. Bersinarnya peradaban Arab yang kita
ketahui
telah
ada
sejak
zaman
Abbasiyyah,
dan
mengandung nilai yang pasti terlebih setelah berdiri dan
merdekanya negara Arab yang menyebabkan lahirnya
banyak perubahan bagi kita dan khususnya bagi kehidupan
bangsa Arab.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan banyak
perubahan
pada
bangsa
Arab,
yang
didasari
dari
kebermacaman suku peradaban serta budaya nya.
Dari beberapa faktor tersebut diatas , maka bangsa
Arab bergegas melangkah , tidak dapat menahan diri
terhadap hajat ataupun keinginan mereka terhadap ilmu
dan pengetahuan yang bermacam-macam, yaitu hajat yang
mewajibkan / melazimkan perkembangan dalam rangka
menghadapi varitas hidup.
Kemudian merekapun memberanikan diri untuk mulai
mencintai
ilmu,
pembimbingnya
serta
dalam
menetapkan
talaqqi.
Yang
ulama
sebagai
demikian
itu
disebabkan karena mereka hidup di negri Nabi saw.yang
mencakup segala peradaban.
BAB II
PEMBAHASAN
A. AL-TARIKH AL-‘ULUM AL-‘ARABIYYAH
Pembahasan Tarikh Ulum memiliki karakteristik
tersendiri,
yang
menjadi
basic
segala
aspek
pengetahuan berdasarkan sejarah, karena tidak
semua pengetahuan adalah pengetahuan ilmiah.
Bahkan ada beberapa pengetahuan yang banyak
tidak diketahui , diantaranya adalah tentang seni,
perindustrian, huruf dan lain sebagainya, terutama
mengenai pengetahuan keagamaan, kebahasaan,
sejarah, sosial, serta politik.
Pada dasarnya, pengetahuan dibagi menjadi 2,
pengetahuan ilmiah dan pengetahuan / ilmu-ilmu
lama (diantaranya adalah ilmu kedokteran, kimia,
fisika, matematika, falak dan lain sebagainyai 1.
Adapun
pemakalah
akan
membahas
mengenai
pengetahuan ilmiah dan segala cakupannya.
Pengetahuan ilmiah, menuntut pembelajar untuk
menggunakan
akal,
seperti
halnya
apa
yang
dikatakan oleh Ibn Khaldun mengenai “’Ulum
al-‘Aqliyah (ilmu akali” yaitu ilmu yang dapat
diketahui
setiap
individu
melalui
ikhtibar
(percobaani, tahlil (analisisi dan akal. Sedangkan
kebalikan
dari
“al-‘Ulum
al-‘Aqliyyah”
adalah
“al-‘Ulum al-Naqliyyah” yaitu ilmu yang diadopsi
dari berbagai sumber, yang tidak diketahui sebab
dan
hakikatnya.
Al-Ulum
al-Naqliyyah
memiliki
karakteristik berdasarkan kaum serta bahasa yang
digunakan, serta terikat dengan zaman (waktui dan
makan
(tempati.
Berbeda
dengan
al-Ulum
al-‘Aqliyyah yang tidak terikat dengan tempat dan
waktu, karena ilmu akal bersifat objektif, dimana
akal dan logika manusia menjadi subjeknya. Akal
tidak dapat tergambar kecuali dengan keseluruhan,
maka
dari
itu,
pengetahuan
ilmiah
adalah
pengetahuan akal. Benar apa yang dikatakan oleh
Aristoteles bahwa “ ( ”ل علم إل با لكلياتtidak ada ilmu
kecuali dengan keseluruhani, atau juga dengan
1
Abduh Hulwi dan Bahz Jabir, al-Wafi fi tarikhi al-‘Ulum ‘inda al-‘Arab, dar el-fikr al-lubnaniy:
libanon. Hal.8
aturan-aturan , undang-undang umum maupun
teori-teori
sehingga
menjadikan
hal
tersebut
menjadi disiplin ilmu baru2.
Adapun
dengan
mengenai
bahasa
menggunakan
ilmu-ilmu
arab
bahasa
yang
adalah
Arab
berkaitan
ilmu
sebagai
yang
bahasa
pembahasan ilmu tersebut, terikat dengan uslub
(gaya bahasa arabi, struktur, maupun bentuk kata
dalam bahasa Arab. Mayoritas ilmu Arab selalu
berkaitan dengan agama Islam, yang dibawa oleh
Nabi Muhammad SAW dengan bahasa Arab, karena
beliau
adalah
keturunan
Arab
Quraisy,
serta
mu’jizat nya yang diturunkan dengan bahasa Arab
pula, yakni Al-Quran. Maka tidak heran jika banyak
orang ketika mendengar Bahasa Arab, spontan ia
berfikir mengenai Agama Islam.
B. CABANG-CABANG
ILMU
YANG
TERKAIT
DENGAN BAHASA ARAB
Disiplin
ilmu
yang
menggunakan
bahasa
Arab
sebagai bahasa utama nya dalam pembahasan
memiliki banyak cabang. Diantaranya adalah :
1. Ilmu al-Quran
Merupakan ilmu yang membahas berkaitan
dengan
2
al-Quran,
sebagian
pokok-pokok
Abduh Hulwi dan Bahz Jabir, al-Wafi fi tarikhi al-‘Ulum ‘inda al-‘Arab, dar el-fikr al-lubnaniy:
libanon. Hal.8
pembahasan ilmu al-quran dapat ditinjau dari
segi
turunnya
ayat,
urut-urutan
ayat,
pengumpulan ayat, penulisan ayat, pembacaan
ayat, tafsir ayat, i’jaz, naskh dan mansukh. 3
Menurut al-Zarqani, ilmu al-Quran terdiri dari
ilmu awqat wa mawatin al-nuzul, asbaab al-nuzul,
tawarikh al-nuzul, adabu tilawah al-quran, tajwid
al-quran, fawatih al-suwar, qiraat al-quran, rasm
al-quran, gharib al-qur’an, i’rab al-qur’an, bada’i
al-qur’an, ma’rifatil mukhkam wa al-mutasabbih,
nashah wa manshuh, tanasubi’ ayat al-qur’an,
amsal al-qur’an, jidal al-qur’an, qashah al-qur’an,
aqsamul qur’an, tafsir al-qur’an4.
Imam Zarqani juga menerangkan bahwa
ilmu tafsir dilahirkan dari ilmu quran, hanya saja
ilmu tafsir mengkaji al-quran dari segi arti dan
syarahnya, sedangkan ilmu al-quran mengkaji alquran dari segi lafadz dan keadaannya.
Manfaat dari ilmu al-quran adalah kembali pada
budaya serta keindahan yang begitu menawan
yang terkandung dalam al-quran, sebagai salah
satu bentuk menjaga kemukjizatan al-quran, juga
sebagai kunci bagi para mufassirin.
Banyak yang menyebutkan ilmu al-quran dalam
bentuk jama’ yaitu ‘ulum al-quran, hal demikian
merupakan isyarat bahwasannya ilmu alquran
3
Hamzah (2003), studi alquran komprehensif, Gama Media :Yogyakarta
4
Al-zarqani, manahil al-irfan fi ulum al-quran, Darul Hadis: Kairo. 2001. Hal./jilid.24/1.
adalah ringkasan dari berbagai macam ilmu,
karena pembahasannya terbukukan dengan baik
dan berkaitan dengan Ilmu Agama dan Ilmu
Arab5.
2. Ilmu Hadits
Merupakan ilmu yang mempelajari segala
sesuatu yang disandarkan pada Nabi Muhammad
SAW,dari perkataan, taqrir ( sifati. jadi ilmu
hadits adalah ilmu-ilmu yang mempelajari atau
membahasa yang berkaitan dengan hadits nabi.
Ilmu hadis dibagi kedalam dua cakupan, yaitu ai.
Ilmu hadis riwayah dan bi. Ilmu hadis dirayah.
Anjuran untuk mempelajari ilmu hadis riwayah,
sebagaimana ulama hadis menyepakati, terdapat
dalam alquran surat al-hujurat ayat 6 , yang
artinya “ hai orang-orang yang beriman, apabila
datang kepadamu datang orang fasiq dengan
membawa berita, maka perjelaslah (telusurii”,
selain
itu
juga
banyak
hadis
lain
yang
menerangkan tentang hal tersebut.
Ayat
tersebut
tadi
merupakan
sebuah
prinsip dasar untuk usaha mencari kebenaran
dalam menerima Khabar (haditsi serta menjadi
5
Muhammad Zarqani, Manahil al-‘’Irfan fi ‘Ulum al-Quran, Darul Hadis: kairo, 2001.hal./jilid.
25/1
cara seorang muhaddits dalam meneliti dan
menukil hadis untuk yang lainnnya6.
3. Ilmu Ushul Fiqh dan Fiqh
Merupakan
(
ilmu
aturan-aturan/
pembahasan
memperoleh
perbuatan
tentang
ketentuan-ketentuan
yang
dijadikan
hukum-hukum
dari
kaidah-kaidah
dalil-dalilnya
i
sarana
dan
untuk
syara,
mengenai
yang
terperinci.
Maksud dari kaidah-kaidah itu dijadikan saran
untuk
memperoleh
hukum-hukum
syara
mengenai perbuatan yakni : bahwa kaidah-kaidah
tersebut adalah cara atau jalan yang ditempuh
untuk
memperoleh
sebagaimana
yang
hukum-hukum
terdapat
dalam
syara
rumusan
ushul fiqh. Sedangkan ilmu fiqh adalah ilmu
dengan hukum-hukum syariat yang diamalkan
oleh mukallifin dari dalil-dalilnya yang terperinci.
Jumhur
ushul
ulama
(termasuk
mengatakan
bahwa
ilmu
didalamnya
ushul
fiqhi
merupakan ilmu yang benar-benar matang dan
tidak akan habis termakan ruang dan waktu.
Sedangkan ilmu fiqh masuk kedalam ilmu yang
6
Mahmud Thahan, Taysir Mustalah al-Hadits, Dar el-Fikr: Beirut. Hal.9
matang, akan tetapi bisa saja hangus oleh
waktu7.
Syekh
Sadr
al-Dien
ibn
Murahhal 8
mengatakan “ hendaknya manusia mengamalkan
fiqh, dan memeerkuat Ushulpppph
4. Ilmu Nahwu dan Sharf (morfologi-sintaksis)
Ilmu Nahwu adalah ilmu yang mempelajari
kaidah-kaidah bahasa Arab untuk mengetahui
bentuk kata dan keadaan-keadaannya ketika
masih dalam satu kata maupun telah tersusun
menjadi kalimat. Termasuk didalamnya adalah
pembahasan sharaf. Oleh karena itu Sharf adalah
bagian dari ilmu Nahw yang ditekankan kepada
pembahasan bentuk katadan keadaanya ketika
mufrad.9
Ilmu nahwu juga banyak diartikan sebagai
ilmu
yang
mempelajari
kaidah-kaidah
untuk
mengetahui hal ihwal akhir kata-kata arab (syakli
yang terangkai dalam tarkib (strukturi yang satu
7
Syekh Yasin al-Fadani, al-Fawaid al-Jinniyyah, Dar el-Mahjah el-Baidhaa’. 2008. Hal.102
8
Sadr al-Dien yaitu Muhammad ibn ‘Umar ibn Makki ibn ‘Abd al-Shomad, merupakan Imam
cerdas dalam mazhab dan ilmu-ilmu ushul. Beliau mengajar di Damaskus, kemudian pada akhir
umurnya, beliau mengajar di Kairo berdasarkan mazhab al-Syafi’i. Beliau wafat pad tahun 716,
salah satu karyanya adalah “al-Asybah wa al-Nadzaair”.
9
www.nahwusharaf.wordpress.com/senin/10-03-2014
dengan yang lainnya baik secara i’rab maupun
bina’ (bentuk katai nya10.
Penggagas ilmu nahwu adalah abu al-aswad alduwali.
5. Ilmu al-Ushul al-Nahwiy
Adalah disiplin ilmu yang mempelajar untuk
membangun ilmu nahwu baik masalah maupun
praktik
yang
didefinisikan
darinya
ada
sebagai
lahir
didalamnya.
dalil-dalail
cabang-cabang
Bisa
juga
nahwu
yang
dan
bagian-
bagiannya11. Adapun tokoh-tokoh dalam ilmu ini
diantaranya
adalah
Ibnu
sirraj,
ibnu
Jinni,
al-‘Anbary , dan Ibn Madha’.
6. Ilmu Lughah (Linguistik) wa Fiqh al-Lughah
Ilmu Lughah (linguistiki adalah ilmu yang
membahas mengenai bahasa, serta menjadikan
bahasa gtersebut sebagai objek, mempelajari
bahasa dari segi sifat, sejarah, perbandingan,
misalnya mempelajari hubungan kata , kelompok
10
Ahmad al-Hasyimi, al-Qawaid al-Asasiyah Li Lughati al-‘Arabiyyah. Dar ibn al-Jauzi: 2009.
Hal. 9
11
http//www.jurnalingua.com/edisi-2009/9-vol-1-0-1/68-pengaruh-pemikiran-ibnu-madha-
tentang-ushul-al-nahwi-al-arabi-dalam-memahami-teks-keagamaan.html.diakses pada tanggal 10
maret 2013
kata,
bahasa12.
struktur
linguistik
ini
adalah
Adapun
setiap
objek
kegiatan
dari
yang
berkaitan dengan bahasa bagi manusia zaman
klasik
maupun
modern,
bahasa
yang
hidup
maupun yang telah mati, tanpa melihat sisi
gramatical mistake nya. Linguistik tidak hanya
mempelajari atau membahas mengenai bahasa
arab , Inggris ataupun Almenia, tetapi juga
membahas Bahasa itu sendiri, baik dari segi
bentuk bahasanya, lahjah (logati, maupun hal-hal
yang berkaitan bahasa lainnya.
Sedangkan Fiqh al-Lughah adalah ilmu yang
mempelajari bahasa yang berhubungan dengan
filsafat, serta pemahamannya13. Tetapi banyak
linguis yang menyamakan antara ilmu al-lughah
dengan
fiqh
al-lughah,
disebabkan
karena
mereka menyimpulkan makna kata “faqaha” dan
“’alimah adalah sama, yakni tau dan faham14.
7. Ilmu al-Balaghah
Balaghah secara bahasa adalah sampai atau
mencapai.
Ilmu
mempelajari
12
13
mengenai
adalah
ilmu
penyampaian
yang
makna
Ramadhan Abd al-Thawwab, al-Madkhal Ila ‘Ilm al-Lughah, Dar el-Rafi’i: Riyadh, 1982. Hal.7
Emil Badi’ Yaqub, Fiqh al-Lughah al-Arabiyyah wa Khashaisuha,
Islamiyyah: Beirut, 1982. Hal.30
14
balaghah
Ibid., 28
Dar el-Tsaqafah al-
yang agung secara jelas dengan menggunakan
kata-kata yang benar dan fasih, yang memiliki
kesan dalam hati dan cukup menarik, serta
sesuai setiap kalimatnya kepada kondisi atau
situasi
bicara15.
sekaligus
Ilmu
orang-orang
balaghah
yang
adalah
ilmu
diajak
juga
mempelajari rasa bahasa, keindahan kata serta
kalimat .
Cakupan ilmu balaghah ada tiga, yaitu: Ilmu
Bayan, Ilmu Ma’ani dan Ilmu Badi’.
8. Ilmu al- Ashwat (fonologi)
Ilmu ini mempelajari bunyi bahasa, dari segi
sifat dan makhrajnya, bagaimana terjadinya,
sifat-sifatnya yang berbeda, yang membedakan
antara bunyi satu dengan yang lainnya, sehingga
kedudukan bunyi dalam kata maupun kalimat
dapat difahami16. Adpun objek dari ilmu al-ashwat
dalah bunyi (suarai manusia yang hidup. Salah
satu tokoh yang cukup masyhur pada saat mula
munculnya ilmu ashwat adalah Khalil ibn Ahmad
al-Farahidi (175 Hi, yang banyak meluangkan
waktunya untuk meneliti ilmu ashwat.
15
‘Ali al-Jarim, al-Balaghah al-Wadihah, Raudhatu Press: Jakarta . 2007. Hal.10
16
Ramadhan Abd al-Thawwab, al-Madkhal ila ‘il al-Lughah, Dar el-Rafi’i: Riyadh. 1982. Hal.13
9. Ilmu al-dilalah (semantik)
Dalam bahasa Arab, ‘ilm al-dilalah terdiri
atas dua kata: ‘ilm yang berarti pengetahuan,
dan al-dilalah yang bberarti penunjukkan atau
makna.
Jadi,
‘ilm al-dilalah
menurut bahasa
adalah ilmu pengetahuan tentang makna. Secara
terminologis, ‘ilm al-dilalah sebagai salah satu
cabang linguistik (‘llm al-lughahi yang telah
berdiri sendiri adalah ilmu yang mempelajari
tentang makna suatu bahasa, baik pada tataran
mufradat (kosakatai maupun pada tataran tarkiib
(strukturi17.
Ruang lingkup kajian ‘ilm al-dilalah berkisar
pada : a. Al-daal, b. Perkembangan makna, c.
majaaz.
Ilmu dilalah dan cabang ilmu lughah lainnya
tidak dapat terpisahkan, seperti halnya cabang
ilmu
lughah
(penunjuki
yang
membutuhkan
sebagai
penolong
dilalah
untuk
melaksanakan sebuah analisis18.
10.
Ilmu al-uslub (stilistika)
Uslub
berasal
dari
kata
salaba-yaslubu-
salban yang berarti merampas, merampok dan
17
Moh. Matsna HS., Orientasi Semantik al-Zamakhsyari, Anglo Media: Jakarta. 2006. Hal. 3
18
Ahmad Mukhtar Umar, ‘Ilm al-Dilaalah, Dar el-Urubah: Kuwait . 1982. Hal. 13
mengupas. Kemudian terbentuk kata uslub yang
berarti jalan, jalan diantara pepohonan, serta
cara mutakallim dalam berbicara (menggunakan
kalimati.
11.
Ilmu al-adab
Adab (sastrai merupakan salah satu seni
dari seni-seni bahasa, yang dicari oleh banyak
manusia semenjak ia diciptakan Allah. Tabiat
manusia, membutuhkan serta condong untuk
mendapatkan waktu luang, kenikmatan serta
hiburan,
maka
sastra
hadir
dengan
segala
seninya, yang dapat membawa manusia untuk
melupakan segala kegundahan dan kegalauan
hati, serta dapat menumbuhkan semangat baru 19.
Ilmu adab adalah suatu ilmu yang membahas
mengenai keadaan bahasa serta sastra seperti
puisi dan prosa yang diciptakan oleh anak-anak
pengguna bahsa itu dalam berbagai masa. Dalam
pengertian umum adalah ilmu yang mempelajari
deskripsi kronologis sesuai perjalanan zaman
yang terhimpun dalam buku-buku.
19
Abdul ‘Aziz ibn Muhammad Faishol, al-Adab al-‘Arabiy wa Taarikhuhu, Jamiah al-Imam
Muhammad ibn Su’ud al-Islamiyyah: Saudi. Hal. 21.
Ilmu adab juga diartikan sebagai ilmu ytang
menggambarkan kehidupan dengan segala hal
yang terjadi didalamnya, baik suka maupun duka,
cita maupun lara yang diungkapkan dengan
fikiran matang , dengan uslub (stilistikai yang
indah,
serta
dapat
menimbulkan
khayalan-
khayalan bagi pendengarnya.20
C. URGENSI AL-‘ULUM AL-‘ARABIYYAH
Ada dua poin penting yang berkaitan dengan
pentingnya mempelajari bahasa Arab, yaitu:
1. Sebagai sumber ilmu
2. Sebagai pemersatu ummat
A.
Sepanjang
Sumber
sejarah,
Ilmu
bahasa
Arab
merupakan
bahasa yang memiliki cabang ilmu yang indah dan
kekuatan
dipahami.
sastra
Para
yang
kokoh
ulama
sehingga
mengatakan
mudah
bahwa
seseorang sebelum dia membaca teks Arab dia
sudah
bisa
paham baik dia berbahasa Arab aktif maupun pasif.
Berbeda dengan bahasa lain dimana seseorang
20
Ibid., 5
harus membacanya terlebih dahulu baru kemudian
dia
bisa
Bahasa
Arab
paham.
merupakan
sumber
keilmuan
terutama ilmu-ilmu keislaman, karena al-Qu’an, alhadits,
al-atsar
serta
penjelasan
para
ulama
terdahulu menggunakan bahasa Arab. Kita tidak
bisa memahaminya kecuali dengan bahasa Arab. Ini
adalah bagian dari mukjizat al-Qur’an yaitu memiliki
standar bahasa yang baku yaitu bahasa Arab.
Bahasa Arab merupakan sumber keilmuan karena
terdapat beberapa hal sebagai berikut:
1.
Sarana
mencapai
kemuliaan
Ilmu adalah kemuliaan dan tidak bisa diraih kecuali
dengan bahasa. Oleh karena itu, Allah Subhanahu
wa ta’ala telah memberi kemuliaan pada bahasa
Arab
dengan
dua
yaitu:
a. Standar bahasa al-Qur’an adalah bahasa Arabp
Allah
memilih
bahasa
Arab
sebagai
bahasa
wahyu-Nya agar umat manusia bisa memahaminya
dengan
mudah.
b. Memilih dan mengutus rasul-Nya dari orang Arab
untuk seluruh alamp
2.
Sarana
Memahami
Agama
Bahasa arab merupakan sarana yang paling
penting untuk memahami agama Islam. Hal ini
karena al-Qur’an, al-hadits, al-atsar, tafsir, dan
penjelasan
para
menggunakan
ulama
bahasa
sebagian
Arab.
besar
Untuk
bisa
memahaminya kita membutuhkan sarana yaitu
bahasa Arab.
B.
Pemersatu
Ummat
Sebagai seorang muslim, kita meyakini bahwa
bahasa Arab bukanlah bahasa orang Arab semata,
akan tetapi merupakan bahasa kaum muslimin di
seluruh dunia yang dengannya kaum muslimin
menyatu dalam beberapa aspek ibadah dan dengan
tujuan
ini
pula
menggunakan
Allah
menurunkan
al-Qur’an
bahasa
Arab.
bahasa
Jika bahasa Arab hanya menjadi bahasa orang
(bangsai Arab saja maka tidak mungkin Allah
menurunkan al-Qur’an dengan bahasa Arab. Hal itu
bertentangan dengan firman-firman-Nya, seperti
yang telah dijelaskan pada pembahasan mengenai
“sumber
ilmu”.
Dalam Islam, ada beberapa ibadah yang tidak bisa
dikerjakan
diantaranya
1p
kecuali
dengan
sebagai
bahasa
arab,
berikut:
Shalat
Shalat tidak sah kecuali dengan bahasa arab,
mulai dari panggilan untuk shalat (adzan dan
iqamahi, dan saat melakukan shalat yang diawali
dengan takbiratul ihram, bacaan ayat-ayat alQur’an,
dzikir-dzikir,
diucapkan
dan
dengan
2p
Dzikir-Dzikir
salam,
semua
bahasa
Dan
itu
arab.
Do’a-Do’a
Dzikir dan do’a pada asalnya mengunakan bahasa
Arab.
D.KARYA-KARYA DAN PARA TOKOH ILMU ARAB
Ilmu Hadits
1. IMAM BUKHARI
Al-Adab al-Mufrad, Adh-Dhu'afa ash-Shaghir, AtTarikh ash-Shaghir, At-Tarikh al-Ausath, At-Tarikh
al-Kabir,
At-Tafsir
al-Kabir,
Al-Musnad
al-Kabir,
Kazaya Shahabah wa Tabi'in, Kitab al-Ilal, Raf'ul
Yadain fi ash-Shalah, Birr al-Walidain, Kitab adDu'afa, Asami ash-Shahabah, Al-Hibah, Khalq Af'al
al-Ibad, Al-Kuna, dan Al-Qira'ah Khalf al-Imam
2. IMAM AT-TIRMIDZI
Sunan at-Tirmidzi, Kitab Al-‘Ilal, Kitab At-Tarikh,
Kitab Asy-Syama’il an-Nabawiyyah, Kitab Az-Zuhd,
dan Kitab Al-Asma’ wal-kuna. Paling besar dan
terkenal serta beredar luas adalah Al-Jami’.
3. IMAM MUSLIM
Al-Jamius Syahih, Al-Musnadul Kabir Alar Rijal,
Kitab al-Asma' wal Kuna, Kitab al-Ilal, Kitab alAqran, Kitab Sualatihi Ahmad bin Hanbal, Kitab alIntifa' bi Uhubis Siba', Kitab al-Muhadramain, Kitab
Man Laisa Lahu illa Rawin Wahidin, Kitab Auladus
Sahabah, dan Kitab Auhamul Muhadisinp Kitabnya
yang paling terkenal sampai kini ialah Al-Jamius
Syahihatau Syahih Muslim.
4. IMAM NASA’I
As Sunan Ash Shughra, As Sunan Al Kubra, Al
Kuna, Khasha`isu ‘Ali, ‘Amalu Al Yaum wa Al Lailah,
At Tafsir, Adl Dlu’afa wa al Matrukin, Tasmiyatu
Fuqaha`i
man
Al
Amshar, Tasmiyatu
lam yarwi
‘anhu
ghaira
rajulin
wahid,Dzikru man haddatsa ‘anhu Ibnu Abi Arubah,
Musnad
‘Ali
bin
Abi
Thalib,Musnad
Hadits
Malik, Asma`u ar ruwah wa at tamyiz bainahum, Al
Ikhwah, Al Ighrab, Musnad Manshur bin Zadzan,
dan Al Jarhu wa ta’dilp
1p
Ilmu Ushul Fiqh
Muhammad bin Idris al-Syafi’i : Al-Risalah
2p
Abu al-Ma’ali abd Al-Malik ibn Abdillah al-
Juwaini : Al-Burhan fi ushul al-fiqh
3p
Abu Al-Husein Al-Bashri : Al-MU’tamad fi
Ushul al-Fidh
4p
Abu hamid Al-Ghazali : Al-Muntashfa min
‘ilm al-Ushul
5p
fakhr al-Dien al-Razi : Al-Mahsul fi ‘Ilm al-
Ushul
6p
Saif al- Dien al-Amidi : Al-Ihkam fi Ushul al-
Ahkam
7p
al-Qadi al-Baidawi : Minhaj al-Wushul fi ‘Ilm
al-Ushul
8p
Abu Ya’la al-Farra’ al-Hanbali : Al-‘Uddah fi
Ushul al-Fiqh
9p
Muwafaq al-Dien Ibnu Qudamah al-Maqdisi :
Raudah Al-nazir wa Jannah al-Munazir
Ilmu Al-Balaghah
1.
Hasan bin Tsabit
2.
Abu-Thayyib
3.
Umru’ al-Qais
4.
Abu Tammam (Habib bin Aus Ath-Tha’ii
5.
6.
7.
Jarir bin Athiyah al-Tamimi
Ibn Khayyath,
Ibn Ta’awidzi
Majaz al-Qur’an yang bernama Ilmu Majazil
Qur’an. Ibnu Quthaibah menulis kitab Ta’wil Musykil
al-Qur’an,
dan
Al-Farra’
menulis
kitab
Ma’anil
Qur’an yang meski kebanyakan berisi kajian ilmu
Nahwu,
tapi
juga
menyinggung
kajian
ilmu
Balaghah. Sedangkan al-Rumani menyusun kitab
An-Naktu Fi I’jazil Qur’an. Dan Al-Jahizh dipandang
sebagai tokoh yang sangat berjasa dalam sejarah
perkembangan ilmu Balaghah secara umum dan
ilmu Bayan secara khusus, lewat karya tulisnya
yang berjudul al-Bayan wa al-Tabyin.
Ilmu Nahwu Sharf
1p
Abu Faraj Al-Ashbahani : Akhbar Al-Ilma As-
Syawa'ir Al-Hanat
2p
Abu 'Ala Al-Ma'ari : Zahir Al-Adhudi; Syarh
Ba'dh Abyat Sibawaih
3p
Abu Qasim At-Tanukhi
4p
Abu Hatim
5p
Ibnu 'Aqil: Syarh Alfiyah Ibnu Malik
6p
Ibnu Faris : Maqayis Al-Lughah
7p
Ibnu Nahwiyah : Syarh Alfiyah Ibnu Mu'thi
8p
Ibnu Sidi : Al-Mutsallats
Ilmu Tafsir
Diantara
tokoh
mutaqaddimin
mufassir
adalah:
pada
masa
Khulafaurrasyidin
(Abu
Bakar, Umar, Utsman,
Alii, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Mas’ud,
Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Abdullah bin
Zubair dan Aisyah. Namun yang paling banyak
menafsirkan dari mereka adalah Ali bin Abi
Tholib, Abdullah bin Mas’ud dan Abdullah bin
Abbas yang mendapatkan do’a dari Rasulullah
Ilmu Al-Ushlub
1.
Al-Rummani : al-Nukat fi I’jaz al-Quran
2.
Al-Khatabi : Bayan I’jaz al-Quran
3.
Al-Baqillani
4.
Abdul
Qahir
Al-Jurjani
:
Dala’il
al-
I’jaz dan Asrar al-Balaghah
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ilmu-ilmu yang berkaitan dengan bahasa arab
adalah
ilmu
yang
menggunakan
bahasa
Arab
sebagai bahasa pembahasan ilmu tersebut, terikat
dengan uslub (gaya bahasa arabi, struktur, maupun
bentuk kata dalam bahasa Arab.
Ilmu Arab memiliki banyak cabang sebagaimana
yang telah disebutkan diatas, diantaranya adalah:
-
Ilmu Quran
-
Ilmu Hadits
-
Ilmu Ushul Fiqh dan Fiqh
-
Ilmu Nahwu dan Sharf
-
Ilmu Balaghah
-
Ilmu Ashwat
-
Ilmu Lughah
-
Ilmu Dilalah
-
Ilmu Adab, dan lain sebagainya, dimana
seluruh
disiplin
ilmu
tersebut
memiliki
tokoh
penggagas serta karya-karya monumentalnya.
Kelompok 2
Ema Fitriani
Cucun Cunaya
Fahmi Abdullah
ILMU AL – QUR’AN
BAB I . PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
, آمسسرا بسسالمعروف, القرآن هو الكتاب المبارك المنزل على محمد رسسسول ا داعيا إلى الخسسير
ناهيا عن المنكر لخإراج الناس من الظلمات إلى النور21
Al-Qur’an 22 merupakan sumber rujukan utama yang
menempati posisi sentral bagi seluruh disiplin ilmu ke
Islaman.
Kitab
suci
ini,
di
samping
menjadi
al-
huda (petunjuki, juga sebagai al-bayyinat (penjelasi serta
menjadi al-furqan (pemisah antara yang benar dan yang
salahi yang diturunkan dalam kurun waktu kurang lebih
23 tahun lamanya.Al-Qur’an adalah kalammullah yang
diturunkan kepada nabi Muhammad Saw. lewat perantara
malaikat Jibril sebagai mu’jizat. Al-Qur’an adalah sumber
ilmu
bagi
kaum
muslimin
yang merupakan dasar-dasar hukum yang mencakup
segala aspek, baik aqidah, ibadah, etika, mu’amalah dan
sebagainya. Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an,
Surah An-Nahl : 89
بس تِس ْبسيَساسنًساس َوسنَس ّزس ْلسنَساس َعسلَس ْيس َكس
سسلِس ِمسيس َسنس اس ْلس ِكستَس س َس
ْ شس ْسىس ٍءس َوس َهس َدسىس َوس َرس ْسحس َمسةًس َسوسبُس
َ لّس ُكس ّلس
ْ شس َسرسىس لِس ْلس ُمس
“Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al Qurani
untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta
rahmat
dan
berserah diri”.
kabar
gembira
bagi
orang-orang
yang
23
Al-qur’anul Karim adalah mukjizat Islam yang kekal
dan mukjizatnya selalu diperkuat oleh kemajuan ilmu
pengetahuan.
ia
diturunkan
Allah
kepada
Rasulullah,
21
( مطبعه العلومi, المنهاج فى اللدب وتارخية, محمود احمد ناصف1 ص,
Dalam memberikan definisi tentang Al-Qur’an, para ulama berbeda-beda, sangat
ditentuakan oleh disiplin ilmu mereka. Baca lebih lengkap; Drs. Ahmad Musthafa
Hadna,SQ.Problematika Menafsirkan Al-Qur’an, (Cet. I, Semarang, Bina Utama, 1993), h. 12-15
22
23
Departemen Agama RI., Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang : PT.
Tanjung Mas Inti, t. th.), h. 415
Muhammad
suasana
s.a.w.
yang
untuk
gelap
mengeluarkan
menuju
manusia
yang
terang,
dari
serta
membimbing mereka kejalan yang lurus. Rasulullah s.a.w
menyampaikan Qur’an itu kepada para sahabatnya – orangorang Arab asli apabila mereka mengalami ketidakjelasan
dalam memahami berdasarkan naluri mereka. apabila
mereka mengalami ketidakjelasan dalam memahami suatu
ayat, mereka menanyakannya kepada rosulullah s.a.w. 24
Mempelajari
perbendaharaan
isi
baru,
al-Qur’an
akan
memperluas
menambah
pandangan
dan
pengetahuan, meningkatkan perspektif baru dan selalu
menemui hal-hal yang selalu baru. Lebih jauh lagi, kita
akan lebih yakin akan keunikan isinya yang menunjukan
Maha Besarnya Allah sebagai penciptanya. .Firman Allah
dalam al-Qur’an, Surah al-A’raf : 52
صس ْلسنَس سهُس َعسلَسىس ِعس ْلس ٍمس ُهس ًدسىس َسوس َسرس ْسحس َمسةًس لّسقَس ْسوس ٍمس يُس سْؤ ِمسنُسوس َسنس
ّ بس فَس
ٍ َوسلَسقَس ْدس ِجس ْئسنَسس ُهس ْمس بِس ِكستَس س
“Dan
sesungguhnya
Kami
telah
mendatangkan
sebuah Kitab (Al Qurani kepada mereka yang Kami telah
menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami, menjadi
petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab. Karena itu,
ada anggapan bahwa setiap orang yang mengerti bahasa
Arab dapat mengerti isi al-Qur’an. Lebih dari itu, ada
orang
yang
menafsirkan
merasa
al-Qur’an
telah
dapat
dengan
memahami
bantuan
dan
terjemahnya
sekalipun tidak mengerti bahasa Arab. Padahal orang
24
Mannna Khalil al-Qattan diterjemahkan Drs. Mudzakir AS, Studi Ilmu-Ilmu
Qur’an, (bogor: pustaka litera Antar Nusa, 2010i, h. 1
Arab sendiri banyak yang tidak mengerti kandungan alQur’an. Bahkan di antara para sahabat dan tabi’in ada
yang salah memahami al-Qur’an karena tidak memiliki
kemampuan untuk memahaminya. Oleh karena itu, untuk
dapat mengetahui isi kandungan al-Qur’an secara benar
diperlukanlah sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana
tata cara menafsirkan al-Qur’an, yaitu “Ulum al-Qur’an.
Ulum
al-Qur’an merupakan
ilmu
yang
sangat
diperlukan untuk mengungkapkan rahasia-rahasia yang
terkandung
dalam
al-Qur’an
hikmah.
Dan
semakin
hendak
memperkokoh
sebagai
tampak
tali
sumber
segala
keluhurannya
Karena
ikatan
dengan
al-Qur’an
sebagai pegangan manusia dalam kehidupannya untuk
mencapai kebahagiaan di dunia maupun di akherat AsySyurbashi telah mencatata : “Karya yang termulia ialah
buah
kesangupan menafsirkan dan menta’wilkan
Qur’an”.
25
al-
Untuk dapat menafsirkan al-Qur’an diperlukan
pengetahuan yang cukup, yakni ulum al-Qur’an.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian pada latar belakang di atas,
maka dapatlah dirumuskan permasalahan yang akan
menjadi inti
pembahasan
dalam
makalah
ini,
yakni
sebagai berikut:
1. Bagaimana pengertian Ulum al-Qur’an dan Konsep
Dasar nya ?
25
Ahmad Asy-Syurbashi, Sejarah Tafsir Al-Qur’an, Terjemahan Tim Pustaka Firdaus,
(Jakarta: Pustaka Firdaus, 1985), Cet. I, h. 15
2. Hal-hal
apakah
yang
pembahasan Ulum
menjadi
ruang
al-Qur’an dan
lingkup
bagaimana
urgensinya ?
3. Bagaimana
perkembangan Ulum
al-Qur’an
dan
tokoh-tokoh nya?
4. Bagaimana Koreslasinya dengan bahasa Arab ?
II. PEMBAHASAN
A.
Konsep Dasar Ulum Al-Qur’an
Secara etimologi, kata Ulum al-Qur’an berasal dari
bahasa Arab yang terdiri dari dua kata, yaitu “ulum” dan
“al-Qur’an”.
Kata ulum adalah
kata “ilmuh yang
berarti
bentuk
ilmu-ilmu.
jama’
dari
ulum
yang
Kata
disandarkan kepada kata Al-Qur’an telah memberikan
pengertian bahwa ilmu ini merupakan kumpulan sejumlah
ilmu yang berhubungan dengan Al-Qur’an, baik dari segi
keberadaanya
pemahaman
sebagai
terhadap
dalamnya. 26 Kata
‘ilm, sebagai
Al-Qur’an
petunjuk
‘ulum adalah
maupun
yang
segi
terkandung
bentuk
bentuk verbal-noun dari
dari
jamak
bahasa
di
dari
Arab
dengan akar kata ‘alima – ya’lamu – ‘ilman yang berarti
“mendapatkan atau mengetahui sesuatu dengan jelas”
atau
“menjangkau
sesuatu
dengan
keadaan
yang
sebenarnya"27 Sedangkan al-Qur’an yang dimaksud disini
adalah firman-firman Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw., melalui malaikat Jibril guna menjadi
26
27
http://auliyahamdi.blogspot.com/2012/12/v-behaviorurldefaultvmlo.html
Dr. Mardan, M.Ag. Al-Qur’an : Sebuah Pengantar Memahami Al-Qur’an Secara Utuh,
(Jakarta: Pustaka Mapan, 2009), h. 15
peringatan,
petunjuk,
tuntunan,
dan
hukum
dalam
kehidupan umat manusia untuk menuju kebahagiaan
hidup baik di dunia maupun di akhirat. 28
Sedangkan menurut terminologi terdapat berbagai
definisi yang telah dikemukakan oleh ulama, antara lain,
al-Sayuthiy dalam kitab Itmamu al-Dirayah mengatakan
bahwa ulum
al-Qur’an adalah
ilmu
yang
membahas
tentang keadaan al-Qur’an dari segi turunya, sanadnya,
adabnya
makna-maknanya,
lafadz-lafadznya
maupun
baik
yang
yang
berhubungan
berhubungan
dengan
hukum-hukumnya, dan sebagainya”. Hal senada juga
dikemukakan
definisi ulum
oleh
Al-Zarqany,
al-Qur’an, yaitu
beliau
memberikan
“beberapa
pembahasan
yang berhubungan dengan al-Qur’an al-Karim dari segi
turunya,
bacaanya,
urutanya,
pengumpulanya,
penafsiranya,
penulisanya,
kemu’jizatanya,
nasikh
mansukhnya, penolakan hal-hal yang bisa menimbulkan
keraguan terhadapnya, dan sebagainya”. 29
kata ‘ulum jamak dari kata ‘ilmu berarti al-fahmu wal
idrak (“paham dan menguasai”i. kemudian arti kata ini
berubah menjadi masalah-masalah yang beraneka ragam
yang disusun secara ilmiah. jadi yang dimaksud dengan
‘ulumul Qur’an ialah
ilmu yang membahas masalah-
masalah yang berhubungan dengan Qur’an dari segi
asbabun
nuzul,
“sebab-sebab
turunnya
Qur’an”,
pengumpulan san penertiban Qur’an, pengetahuan tentang
28
29
Ibid., h. 18
http://auliyahamdi.blogspot.com/2012/12/v-behaviorurldefaultvmlo.html
Surah-surah mekah dan Madinah, An-nasikh wal mansukh,
almuhkam wal mutasyabih dan lain sebagainya yang
berhubungan dengan Qur’an. terkadang ilmu ini dinamakan
juga Usulut Tafsir (dasar-dasar tafsiri, karena yang dibahas
berkaitan dengan beberapa masalah yang harus diketahui
oleh seorang mufasir sebagai sandaran dalam menafsirkan
Qur’an.30
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa ulum
al-Qur’an adalah
berhubungan
yang
dengan
keberadaanya
pemahaman
ilmu
membahas
Al-Qur’an,
sebagai
yang
dari
aspek
maupun
aspek
baik
Al-Qur’an
kandunganya
hal-hal
sebagai
pedoman
dan
petunjuk bagi manusia atau ilmu-ilmu yang berhubungan
dengan berbagai aspek yang terkait dengan keperluan
membahas al-Qur’an.
Dengan
term
ilmu
pengetahuan
pengetahuan
berkenaan
demikian, ‘ulum
yang
dengan
al-Qur’an sebagai
yang
berkenaan
terkandung
keadaan
dalam
al-Qur’an,
suatu
dengan
al-Qur’an,
dan
yang
digunakan untuk menggali kandungan al-Qur’an. Dalam
pada
itu, ‘ulum
al-Qur’an
berarti
‘suatu
ilmu
yang
membahas dan menjelaskan keadaan-keadaan al-Qur’an
dari
segi
penafsiran
ayat-ayatnya,
segi
penjelasan
maksud-maksudnya, segi sebab nuzulnya, segi nasikh
mansukhnya, segi munsabahnya, segi uslub-uslubnya,
segi rupa-rupa qiraatnya, segi rasm kalimat-kalimatnya,
30
Mannna Khalil al-Qattan diterjemahkan Drs. Mudzakir AS, Studi Ilmu-Ilmu
Qur’an, (bogor: pustaka litera Antar Nusa, 2010i, h. 1
dan lain-lain yang berhubungan dengan keadaan alQur’an.31
B.
Ruang
Lingkup
‘Ulum
Al-Qur’an dan
Urgensinya
1.
Ruang Lingkup Pembahasan ‘Ulum Al-Qur’an
Dari beberapa literatur yang ada, ditemukan adanya
keaneka ragaman pengklasipikasian dalam membahas
masalah
ruang
lingkup
pembahasan
‘ulum
al-
Qur’anp Ulum al-Qur’an merupakan suatu ilmu yang
mempunyai ruang lingkup pembahasan yang luas. Ulum
al-Qur’an meliputi semua ilmu yang ada kaitanya dengan
Al-Qur’an, baik berupa ilmu-ilmu agama, seperti ilmu
tafsir
maupun
ilmu-ilmu
bahasa
Arab,
seperti
ilmu balaghah dan ilmu I’rab al-Qur’an. Disamping itu,
masih banyak lagi ilmu-ilmu yang tercakup di dalamnya.
Dalam kitab Al- Itqan, As-Sayuthi menguraikan sebanyak
80 cabang ilmu. Dari tiap-tiap cabang terdapat beberapa
macam cabang ilmu lagi. Kemudian dia mengutip Abu
Bakar Ibnu al_Araby yang mengatakan bahwa ulum alQur’an terdiri dari 77450 ilmu. Hal ini didasarkan kepada
jumlah kata yang terdapat dalam al-Qur’an dengan
dikalikan empat. Sebab, setiap kata dalam al-Qur’an
mengandung makna Dzohir, batin, terbatas, dan tidak
terbatas.
Perhitungan
sudut mufrodatnya.
31
ini
Adapun
masih
jika
dilihat
dilihat
dari
dari
sudut
Dr. Mardan, M.Ag. Al-Qur’an : Sebuah Pengantar Memahami Al-Qur’an Secara Utuh,
(Jakarta: Pustaka Mapan, 2009),hh. 18-19
hubungan kalimat-kalimatnya, maka jumlahnya menjadi
tidak terhitung. 32
Dalam pembahasan tentang ruang lingkup ‘ulum alQur’an, Dr. Mardan mengutif pendapat Dr. M. Quraish
Shihab,
bahwa
materi-materi
cakupan ‘ulum
al-
Qur’an dapat dibagi ke dalam empat komponen, yaitu :
(1i pengenalan terhadap al-Qur’an, (2i kaedah-kaedah
tafsir, (3i metode-metode tafsir, dan (4i kitab-kitab tafsir
dan para mufassir.
komponen pertama mencakup beberapa hal, yakni:
(ai sejarah al-Qur’an, (bi rasm (bentuk tulisani al-Qur’an,
(ci
I’jaz
(kemukjizatani
al-Qur’an,
(di
munasabah
(kemiripan kedekatani al-Qur’an, (ei qashas (kisah-kisahi
al-Qur’an, (fi jadal al-Qur’an (gi aqsam (sumpuahi alQur’an, (hi amtsal (perumpamaani al-Qur’an, (ii nasikh
dan mansukh (dibatalkan dan membatalkani al-Qur’an, (ji
muhkam dan mutasyabih (kokoh dan samari, (ki al-qiraat
(bacaani, dan sebagainya.
Komponen
ketentuan
yang
kedua,
harus
mencakup
diperhatikan
;
(ai
ketentuan-
menafsirkan
al-
Qur’an, (bi sistematika yang hendaknya ditempuh dalam
mengurai penafsiran, dan (ci patokan-patokan khusus
yang membantu pemahaman ayat-ayat al-Qur’an, baik
dari ilmu-ilmu bantu seperti bahasa dan ushul fikih
maupun yang ditarik langsung dari penggunaan alQur’an.
32
Dikutip dari internet (Mudzakir Fauzi)
Komponen ketiga, mencakup metode-metode tafsir
yang
dikemukakan
coraknya
oleh
ulama mutaqaddimin dengan
masing-masing,
ma’tsur (riwayati,
diterimanya
yakni: al-ra’yu (akali,
al-isyariy,
suatu
pengembangannya.
disertai
penafsiran
Disamping
itu,
al-
syarat-syarat
serta
juga
metode
mencakup
metode-metode ulama mutaakhkhirin dengan keempat
coraknya,
yakni: tahliliy (analitiki,
ijmaliy (globali,
muqaaran (perbandingani, dan mawdhu’iy (tematikip
Komponen
keempat,
mencakup
pembahasan
tentang kitab-kitab tafsir, baik yang lama maupun yang
baru, yang berbahasa Arab, Inggeris, atau Indonesia,
dengan
mempelajari
biografi,
latar
belakang
dan
kecendrungan pengarangnya, metode dan prinsip-prinsip
yang digunakan, serta keistimewaan dan kelemahannya.
2. Urgensi ‘Ulum Al-Qur’an
Pada
bagian
pengertian ‘ulum
dipahami
terdahulu
al-Qur’an, dari
bahwa ‘ulum
telah
dikemukakan
pengertian
al-Qur’an sebagai
itu
term
dapat
ilmu
adalah ilmu pengetahuan yang dengan dapat dipahami
tafsir al-Qur’an dalam segala aspeknya, maka ulum alQur’an sangat erat hubungannya dengan tafsir al-Qur’an.
Bahkan menurut Dr. H. M. Quraish Shihab, ulum alQur’an hakekat adalah sama dengan ilmu tafsir, yakni
sebagai
ilmu
alat
untuk
menafsirkan
al-Qur’an,
mengeluarkan serta menjelaskan pengertian-pengertian
yang terkandung di dalamnya.
Dengan demikian, urgensi ulum al-Qur’an terlihat
dengan jelas dalam kaitannya dengan tafsir al-Qur’an,
yaitu
untuk
menafsirkan
kandungannya
dengan
al-Qur’an
sempurna,
dan
memahami
bahkan
untuk
menerjemahkannya. Maka ulum al-Qur’an disini benarbenar
sangat
diperlukan,
karena
dengan
ilmu-ilmu
tersebut, seorang mufassir dapat menafsirkan al-Qur’an
dengan baik dan benar. Ilmu-ilmu ini pada hakekatnya
menjadi alat untuk tafsir. Oleh karena itu, ilmu-ilmu itulah
yang disebut dengan ilmu tafsir atau ilmu-ilmu al-Qur’an.
Selain
itu,
urgensi ulum
al-Qur’an kaitannya
dengan
tafsir, adalah antara lain:
a.
Membuka kemungkinan untuk memahami al-Qur’an
dengan baik.
b.
Mampu menafsirkan al-Qur’an secara baik dan
mudah.
c.
Menjadi senjata ampuh untuk melawan tantangan
dari lawan Islam. 33
Jelaslah bahwa urgensi ulum al-Qur’an menempati
posisi yang sangat penting untuk dapat memahami isi
kandungan al-Qur’an dengan baik dan benar. Artinya,
seorang mufassir dalam menafsirkan al-Qur’an tidak akan
mendapatkan hasil yang maksimal tanpa adanya ulum alQur’anp
33
Lihat, Dr. Mardan, M.Ag. Al-Qur’an : Sebuah Pengantar Memahami Al-Qur’an Secara
Utuh, (Jakarta: Pustaka Mapan, 2009), hh. 21-22
C.
Perkembangan dan Tokoh-tokoh “Ulum Al-
Qur’an
Sebagai ilmu yang terdiri dari berbagai cabang dan
macamnya, ulum al-Qur’an tidak lahir sekaligus. Ulum alQur’an menjelma menjadi suatu disiplin ilmu melalui
proses pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan
kebutuhan dan kesempatan untuk membenahi al-Qur’an
dari segi keberadaanya dan segi pemahamanya.
Di masa Rasulullah Saw. dan para sahabat, ulum alQur’an belum dikenal sebagai suatu ilmu yang berdiri
sendiri dan tertulis. Para sahabat adalah orang-orang
Arab asli yang dapat merasakan struktur bahasa Arab
yang tinggi dan memahami apa yang diturunkan kepada
Rasulullah,
dan
memahami
bila
menemukan
ayat-ayat
tertentu,
kesulitan
dalam
mereka
dapat
menanyakan langsung kepada Rasulullah.
Di
zaman Khulafa’u
Rasyiddin sampai
dinasti
umayyah wilayah islam bertambah luas sehingga terjadi
pembauran antara orang Arab dan bangsa-bangsa yang
tidak
mengetahui
bahasa
Arab.
Keadaan
demikian
menimbulkan kekhawatiran sahabat akan tercemarnya
keistimewaan
bahasa
arab,
bahkan
dikhawatirkan
tentang bacaan al-Qur’an yang menjadi sebuah standar
bacaan
mereka.
Untuk
mencegah
kekhawatiran
itu,
disalinlah dari tulisan-tulisan aslinya sebuah al-qur’an
yang disebut mushaf imam. Dan dari salinan inilah suatu
dasar ulum al-Qur’an yang disebut Al-rasm Al-Utsmani.
Kemudian, ulum al-Qur’an memasuki masa pembukuanya
pada abad ke-2 H. Para ulama memberikan prioritas
perhatian mereka kepada ilmu tafsir karena fungsinya
sebagai umm
al-ulum
al-Qur’aniyyahp Para
penulis
pertama dalam tafsir adalah Syu’bah ibn al-Hajjaj (160 Hi,
Sufyan Ibn Uyaynah (198 Hi, dan Wali Ibn al-Jarrah (197
Hi. dan pada abad ke-3 muncul tokoh tafsir yang
merupakan
berbagai
mufassir
pendapat
pertama
dan
yang
membentangkan
mentarjihsebagianya.
Beliau
adalah Ibn jarir atThabari (310 Hi. Selanjutnya sampai
abad
ke-13 ulum
al-Qur’an terus
berkembang
pesat
dengan lahirnya tokoh-tokoh yang selalu melahirkan buah
karyanya
untuk
terus
melengkapi
pembahasan-
pembahasan yang berhubungan dengan ilmu tersebut.
Diantara sekian banyak tokoh-tokoh tersebut, Jalaluddin
al-bulqini (824 Hi pengarang kitab Mawaqi’ Al-ulum min
Mawaqi’ al-Nujum dipandang As-Suyuthi sebagai ulama
yang
mempelopori
penyusunan ulum
al-Qur’an yang
lengkap. Sebab, dalam kitabnya tercakup 50 macam ilmu
Al-Qur’an. Jalaluddin al-Syuyuthi (991 Hi menulis kitab AlTahhir fi Ulum al-Tafsir . Penulisan kitab ini selesai pada
tahun 873 H. kitab ini memuat 102 macam ilmu-ilmu AlQur’an. Karena itu, menurut sebagian ulama, kitab ini
dipandang
sebagai
kitab ulum
al-Qur’an paling
lengkap..Al-Syuyuthi belum merasa puas dengan karya
monumental ini sehingga ia menyusun lagi kitab Al-Itqan
fi Ulum Al-Qur’an . Didalamnya dibahas 80 macam ilmuilmu Al-Qur’an secara padat dan sistematis. Menurut AlZarqani, kitab ini merupakan pegangan bagi para peneliti
dan penulis dalam ilmu ini. Sampai saat ini bersamaan
dengan masa kebangkitan modern dalam perkembangan
ilmu-ilmu agama, para ulama masih memperhatikan akan
ilmu Qur’an ini. Sehingga tokoh-tokoh ahli Qur’an masih
banyak hingga saat ini di seluruh dunia. 34
Dari
keterang
perkembangan ulum
di
atas,
untuk
al-Qur’an dapat
lebih
dibagi
jelasnya,
kepada
empat fase,35 yaitu :
1.
Abad I dan II Hijrah
Fase ini dibagi kepada tiga masa, yaikni : (ai Masa
Rasulullah, Abu Bakar dan Umar bin al-Khattab, ulum alQur’an belum dibukukan, karena pada umumnya para
sahabat dapat memahami al-Qur’an, (bi Pada masa
Utsman bin Afan, perbedaan bacaan terhadap al-Qur’an
mulai muncul dikalangan umat Islam, maka khalifah
Utsman mengambil kebijaksanaan untuk mengadakan
penulisan al-Qur’an, maka dikenallah “Mushhaf Utsmanih,
dan usaha pengkodifikasian ini merupakan langkah awal
munculnya ulum al-Qur’an yang kemudian dinamai ‘Ilmu
Rasm al-Qur’anh; (ci Pada masa khalifah Ali Bin Abi
Thalib, orang-orang non-Arab banyak yang masuk Islam
dan mereka tidak menguasai bahasa Arab, maka Ali
34
35
Dikutip dari internet (Mudzakir Fauzi)
Lihat, Dr. Mardan, M.Ag. Al-Qur’an : Sebuah Pengantar Memahami Al-Qur’an Secara
Utuh, (Jakarta: Pustaka Mapan, 2009),hh. 23-26
mengambil
kebijaksanaan
dengan
memerintahkan
panglimanya (Abu Azwad ad-Duwaliyi untuk menyusun
kaidah-kaidah
bahasa
Arab
untuk
dijadikan
acuan
membaca al-Qur’an. Inilah yang dikenal sebagai perintis
lahirnya ilmu nahwu dan I’rab al-Qur’an.
Ada beberapa cabang “ulum al-Qur’anh yang sudah
lahir pada masa ini, yaitu : ilmu tafsir, ilmu azbabun
nuzul, ilmu makki, ilmu madani, ilmu nasikh mansukh,
ilmu gharib al-Qur’an. Tokoh-tokoh yang yang dianggap
sebagai
peletak
batu
pertama ulum
al-Qur’an pada
periode ini, antara lain : para khalifah dari Khulafaur
Rasyidin, Ibn Anas, Ibn Mas’ud, Said bin Tsabit, Mujahid,
Qatadah, Hasan Bashri, Malik bin Anas, dan lain-lain.
2.
Abad III dan IV Hijrah
Pada periode ini, para ulama semakin giat menulis
tafsir,
karya-karya
mereka
dibidangulum
al-
Qur’an semakin banyak, di antaranya ; (ai Ali bin alMadani (w. 234 Hi, ia menulis Ilm Asbab al-Nuzul, (bi Abu
‘Ubaid Qasim bin Salam (w. 224 Hi, ia menulisiIlm Nasikh
Mansukh, (ci Muhammad bin Khalaf Mursaban (w. 309 Hi,
ia menulis al-Hawiy fi ‘Ulum al-Qur’an , (di Muhammad
Ayub Idris (w. 309 Hi, ia menulis Ilm Makki wa Madani
3.
Abad V, VI, VII, dan VIII Hijrah
Pada
fase
ini,
karya-karya
dalam ulum
al-
Qur’an semakin banyak dan lengkap. Lafal-lafal al-Qur’an
sudah
mulai
menjelaskan
diberi
penjelasan,
tentang
majaz
ulama
sudah
al-Qur’an,
hal
mulai
ini
dimaksudkan untuk meenunjukkan bahwa pengertian
teksnya
bukanlah
arti
yang
sesungguhnya
yang
diinginkan oleh al-Qur’an itu, misalnya; kulliyat dan
juz’iyyat. Tokoh-tokoh yang ada pada fase ini, antara lain;
(ai Ibn ‘Abd al-Salam (w. 660 Hi, ia menulis Ilm Majaz alQur’an, (bi Ali bin Sa’id al-Kufiy (w. 430 Hi, ia menulis alBurhan fi ‘Ulum al-Qur’an, (ci Badruddin al-Zarkaziy, ia
menulis al-Burhan fi ‘Ulum al-Qur’an, (di Ibn Qayyim, ia
menulisAqsam al-Qur’anpi.
4.
Abad IX – XV Hijrah
Pada
periode
ini,
ulama ulum
al-Qur’an semakin
banyak, karya-karya mereka semakin sempurna dengan
aneka ragam buku-buku mereka, di antaranya ; (ai
Jamaluddin Bayquniy, ia menulis Mawaqi’ al-‘Ulum min
Mawaqi’
al-Nujum, (bi
Zarqaniy,
ia
Muhammad
menulis Manahil
‘Abd
al-‘Irfan
al-‘Azhim
fi ‘Ulum
al-
Qur’an, (ci Muhammad Shadiq Rafi’iy, I’jaz al-Qur’anp
D.
Korelasi Ilmu Al-Qur’an Dengan Bahasa Arab
Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab. Karena itu,
ada anggapan bahwa setiap orang yang mengerti bahasa
Arab dapat mengerti isi al-Qur’an. Lebih dari itu, ada
orang
yang
menafsirkan
merasa
al-Qur’an
telah
dapat
dengan
memahami
bantuan
dan
terjemahnya
sekalipun tidak mengerti bahasa Arab. Padahal orang
Arab sendiri banyak yang tidak mengerti kandungan alQur’an. Bahkan di antara para sahabat dan tabi’in ada
yang salah memahami al-Qur’an karena tidak memiliki
kemampuan untuk memahaminya. Oleh karena itu, untuk
dapat mengetahui isi kandungan al-Qur’an secara benar
diperlukanlah sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana
tata cara menafsirkan al-Qur’an, yaitu “Ulum al-Qur’an.
Adakah korelasi antara bahasa arab dengan al-Qur’an
Al-qur’an adalah kitab suci yang diturunkan dalam bahasa
Arab. Hal ini disebutkan sendiri al-qur’an, setidaknya dalam
9 ayat, yaitu (QS.Yusuf 12;2i, (QS.ar-Ra’d 11;37i, (QS.Thaha
20;113i,
(QS.az-Zumar
39;28i,
(QS.Fushshilat
41;3i,
(QS.asy-Syura 42;7i, (QS.az-Zukhruf 43;3i, (QS.al-Ahqaf
46;12i, (QS.an-Nahl 16;103i.36 Kesembilan ayat tersebut
menyatakan adanya hubungan yang tidak bisa dipisahkan
anrata al-qur’an dengan bahasa arab. Hubungan itu telah
menjadikan bahasa arab sebagai medium yang efektif
untuk menyampaikan pesan-pesan al-qur’an, dan al-qur’an
pun telah menjadikan bahasa arab memperoleh status yang
universal yang dinikmatinya sejak abad pertengahan, ketika
ia muncul sebagai salah satu bahasa penting dunia hungga
kini.
Hubungan
bahasa
hubungan
mediatif,
arab
bagi
yaitu
al-qur’an
sebagai
alat
tidak
sekedar
bantu
yang
digunakan untuk mediasi tersampaikan dan terpahaminya
sebagai kitab suci agama islam ini. Bahasa arab juga telah
menjadi bahasa yang kaya dan ekspresif yang secara
signifikan mampu mengekspresikan nilai-nilai islam ke
dalam identitas budaya dan kultural bangsa-bangsa yang
36
Muhammad Fu’ad ‘Abdul Baqi,al Mu’jam al Mufahras li Alfazh al-Qur’an al Karim
(Beirut: Dar al-Fikr,1987), CetpI, hp456
berbahasa arab.37 Ketiadaan hubungan antara bahasa arab
dengan islam, bisa jadi bahasa arab tidak akan pernah
mengalami proses asimilasi dengan islam secara timbal
balik sebagaimana yang telah dialaminya, dan sangat
mungkin tidak akan mampu melampaui batas-batas jazirah
arab dengan cepat dalam gelombang pergerekan yang
cukup besar.
Hubungan bahasa arab dengan islam dan al-qur’an terjalin
begitu luas mencakup tidak saja dalam penggunaan bahasa
itu sebagai sarana mengkomunikasikan agama islam dan
pesan-pesan
religinya.
Ada
sejumlah
factor
yang
menjadikan hubungan tersebut berbeda dengan apa yang
telah terjadi di dalam kitab suci lainberikut bahasa-bahasa
digunakannya.
Al-qur’an
telah
sedemikian
dekat
diasosiasikan dengan bahasa arab sehingga memperoleh
status yang semi-resmi. Secara implicit ini berarti bahwa
orang
yang
telah
mengaku
muslim
tidak
mungkin
mengabaikan peranan yang dimainkan bahasa arab dalam
keyakinannya
memeluk
islam.
Karena
itu
melibatkan
hubungan dan keakraban dengan bahasa arab.
Keakraban yang dimaksud mulai dari hal penghafalan dan
pembacaan ayat-ayat al-qur’an dalam bahasa arab, hingga
ketika menunaikan ritual sehari-hari. Kitab-kitab suci lain
boleh jadi memberikan dampak ke dalam bahasa asli yang
dengannya ia pertama kali muncul. Tetapi dampak alqur’an terhadap bahasa arab tampak lebih asosiatif dan
akrab. Hamper tak terbantahkan bahwa kitab suci yang
37
Anwar Cheyne, The Arabic Language: Its Role in History (Minnesota: 1969), hp89
muncul dalam bahasa tertentu selanjutnya diterjemahkan
ke dalam bahasa-bahasa lain yang digunakan sebagai
bacaan dan medium penunaian ritual-ritualnya. Namun
dalam kasus al-qur’an, meski telah diterjemahkan ke dalam
bahasa-bahasa
lain, terjemahan-terjemahan itu tidak
pernah benar-benar dapat menggantikan bahasa aslinya,
terutama sebagai bahasa peribadatan. Dalam konteks ini,
bahasa arab tetap menjadi bahasa ritual islam, terlepas
apakah
seorang
muslim
adalah
penutur
asli
(native
speakeri bahasa arab atau bukan.
Menurut pendapat lain juga mengatakan bahwa al-qur’an
turun dengan bahasa arab dikarenakan Rasulullah saw dan
para
mukhatab
pertamanya
menggunakan
bahasa
tersebut. Satu hal lagi, nantinya akan timbul pertanyaan
jika tidak berbahasa arab; mengapa al-qur’an turun dengan
bahasa lain, padahal para mukhatab awalnya berbahasa
arab? Al-qur’an sendiri juga menyatakan dalam ayat
Fushilat, ayat ke 44 “dan jikalau kami jadikan al-qur’an itu
suatu bacaan dalam bahasa selain arab, tentulah mereka
mengatakan: “mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?
“apakah (patut al-qur’ani dalam bahasa asing sedang (rasul
adalah orangi arab?” oleh karena itu, kondisi alamiyah yang
telah menuntut al-qur’an turun dengan bahasa arab. 38
Hanya saja dengan merujuk kepada sebagian ayat-ayat suci
al-qur’an, kita akan mendapati sisi-sisi lain dari turunnya
38
(eraalquran.wordpress.com/5 apr 2007i
kitab mulai ini dengan bahasa arab. Berikut sisi-sisi
tersebut:
1. Bahasa atab merupakan factor terpenting dalam
rangka diterimanya al-qur’an oleh bangsa ar