MENULIS DIARY DALAM KAJIAN TERAPI PUISI

MENULIS DIARY DALAM KAJIAN TERAPI PUISI
Disusun untuk memenuhi tugas tengah semester mata kuliah Pengantar Psikoterapi

Disusun Oleh:
Alifia Yuli Rachmawati
15010110120033

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Menulis Diary
dalam Kajian Terapi Puisi”.
Makalah ini disusun sebagai tugas ujian tengah semester mata kuliah
Pengantar Psikoterapi. Penulis menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh

dari sempurna, baik dari segi materi maupun penulisannya. Walaupun penulis telah
berupaya untuk membuat makalah ini dengan sebaik-baiknya. Oleh sebab itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak.
Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan
kita.

Semarang, 28 April 2013

Penulis

ii

DAFTAR ISI

Halaman Judul

……………………………………………………………… i

Kata Pengantar


……………………………………………………………… ii

Daftar Isi

……………………………………………………………… iii

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

………………………………………………………. 1

B. Rumusan Masalah

………………………………………………………. 2

C. Tujuan Penulisan


………………………………………………………. 2

D. Manfaat Penulisan

………………………………………………………. 3

BAB II

Teori

A. Pengertian Terapi Puisi

……………………………………… 4

B. Tujuan Terapi Puisi

……………………………………… 5

C. Metode Pelaksanaan Terapi Puisi


……………………………………… 5

D. Kriteria Puisi untuk Terapi

……………………………………… 6

BAB III

Pembahasan ……………………………………………………… 8

BAB IV

Penutup

……………………………………………………… 10

Daftar Pustaka

……………………………………………………… 11


Lampiran Jurnal

……………………………………………………… 12

iii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada awalnya, penyembuhan berorientasi pada hal-hal mistis, dimana para
penderita sakit jiwa diyakini terpengaruh oleh roh jahat dan untuk
menyembuhkannya dilakukan isolasi terhadap orang tersebut. Kemudian muncul
tokoh seperti Hippocrates yang mulai menggunakan metode observasi,
pengontrolan dan penyimpulan rasional dari suatu gejala. Teknik-teknik
psikoterapi dalam menangani para penderita sakit jiwa sebenarnya telah dipakai
sejak masa ini. Teknik-teknik ini misalnya seperti rekreasi, istirahat, pantangan
untuk makan, pemijatan dan latihan fisik (Gunarsa, 2007).
Selanjutnya pada abad ke-18 terjadi perkembangan terhadap cara merawat
penderita sakit jiwa. Para penderita ini diperlakukan lebih manusiawi dan mereka

tidak lagi diisolasi, tetapi ditampung di rumah sakit. Pada awal abad ke-19,
muncul latihan penguasaan diri yang merupakan teknik perubahan perilaku.
Teknik ini juga merupakan salah satu teknik dari psikoterapi.
Kini berbagai teknik psikoterapi telah banyak berkembang. Tidak hanya
menggunakan pendekatan tradisional seperti psikoanalisis, behaviorisme,
humanistik, dan sebagainya. Namun telah muncul pendekatan modern yang
selanjutnya dikenal dengan istilah terapi ekspresif. Terapi ekspresif didefinisikan
sebagai penggunaan seni, baik seni musik, gambar, gerakan, drama, bermain
pasir, hingga puisi dalam konteks psikoterapi, konseling, rehabilitasi, atau
perawatan kesehatan yang dipercaya mampu menjadi metode ‘penyembuhan’
bagi klien.

iv

Pada makalah ini akan dibahas mengenai aplikasi dari salah satu bentuk
terapi ekspresif, yaitu terapi puisi (poetry therapy). Terapi puisi bertujuan
mengupayakan penyembuhan melalui puisi terhadap mereka yang mengalami
suatu permasalahan. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa penggunaan
terapi ini dapat mengurangi kecemasan yang dirasakan oleh seseorang. Hal ini
disebabkan karena seseorang diberi kesempatan untuk dapat mengekspresikan

ketegangannya melalui kata-kata yang ia tulis ataupun yang ia baca.
Terkait dengan hal ini, segala bentuk tulisan yang dibuat oleh seseorang
untuk mengekspresikan perasaannya dapat pula menjadi suatu bagian dari terapi
puisi, yaitu menulis ekspresif. Dengan menulis, seseorang dapat melepaskan
ketegangan-ketegangan yang ada dalam dirinya melalui kata-kata. Oleh sebab itu,
kegiatan seperti menulis diary atau catatan harian mungkin dapat membantu
seseorang untuk membuat dirinya merasa lebih baik. Lebih lanjut, pembahasan
mengenai kegiatan menulis diary sebagai aplikasi dari terapi puisi akan dibahas
dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa hal yaitu:
1. Apa pengertian dari terapi puisi?
2. Apakah tujuan dari terapi puisi?
3. Bagaimana metode pelaksanaan terapi puisi?
4. Bagaimana kriteria puisi yang dapat dijadikan sebagai terapi?
5. Bagaimana penulisan catatan harian (diary) dapat bermanfaat sebagai
metode terapi?

C. Tujuan Penulisan

Makalah ini bertujuan untuk mengetahui pengertian dari terapi puisi,
tujuan terapi puisi, metode pelaksanaan terapi puisi, kriteria puisi yang dapat

v

digunakan untuk terapi, serta keterkaitan antara penulisan catatan harian (diary)
dengan terapi.

D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat teoritis
Makalah ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam
bidang psikoterapi, khususnya mengenai terapi puisi sebagai salah satu teknik
terapi ekspresif.
2. Manfaat praktis
Makalah ini diharapkan dapat memberikan inspirasi maupun menjadi
petunjuk dasar bagi para pembaca yang ingin menangani permasalahan yang
dihadapinya menggunakan teknik terapi puisi.

vi


BAB II
TEORI

A. Pengertian Terapi Puisi
Terapi puisi merupakan aplikasi sengaja dari penulisan dan pengucapan
kata-kata untuk tujuan perkembangan (growth) dan penyembuhan (healing).
Bahasa yang puitis adalah bahasa yang dipadatkan, penuh dengan gambaran
sensoris dan makna. Bahasa puitis mengkombinasikan antara dimensi kesadaran
dan ketidaksadaran, mengintegrasikan masa lalu-sekarang-mendatang, serta
merangsang respon fisiologis seseorang. Kata poesis yang berasal dari kata poetry
(bahasa Inggris) berarti “memanggil keberadaan yang sebelumnya tidak ada”.
Pada terapi puisi, terapis menggunakan bahasa puitis dalam berbagai
bentuk, dapat berupa puisi, cerita, esai, dan lain sebagainya untuk menolong klien
menemukan kebenaran dari keberadaannya, meningkatkan kreativitas dan
kemampuan pemecahan masalah, dapat berkomunikasi dan berhubungan secara
lebih baik dengan orang lain, serta memberikan kesempatan bagi klien untuk
merasakan keindahan dari metode penyembuhan yang digunakan.
Terapi puisi memperjelas sudut-sudut gelap pikiran manusia. Terapi puisi
menekankan pengalaman puitis sebagai elemen penting dari jiwa, program
pendidikan dan rehabilitasi yang secara spesifik berguna sebagai alat yang valid

dalam menghadapi pergolakan psikologis dengan cara kreatif. Terapi ini berusaha
membawa kesadaran yang mendasari ketegangan/ kecemasan, dan kemudian
menawarkan pelepasan secara psikologis ketegangan/ kecemasan tersebut yang
selanjutnya akan mempercepat proses penyembuhan.

vii

B. Tujuan Terapi Puisi
Terapi puisi dapat digunakan untuk klien yang sedang menghadapi masa
perubahan atau kehilangan dalam hidupnya, menangani masalah depresi,
melepaskan diri dari ketergantungan narkoba, membenahi hubungan personal,
meningkatkan pemahaman diri, dan lain sebagainya. Sedangkan secara umum
tujuan dari terapi puisi dapat dirumuskan sebagai berikut:
-

Mengembangkan pemahaman diri seseorang melalui puisi ataupun
literature dalam bentuk lain.

-


Meningkatkan kreativitas, ekspresi diri, dan harga diri.

-

Memperkuat kemampuan berkomunikasi dan hubungan interpersonal
seseorang.

-

Mengekspresikan emosi dalam diri seseorang dan melepaskan
ketegangan yang dirasakannya.

-

Meningkatkan kemampuan menangani masalah dan fungsi adaptif
seseorang.

C. Metode Pelaksanaan Terapi Puisi
Terapi puisi merupakan proses interaktif antara tiga komponen penting,
yaitu puisi, terapis, dan klien. Terdapat dua macam proses pelaksanaan terapi
puisi. Bentuk pertama melibatkan membaca dan mendiskusikan puisi. Pada
bentuk ini, terapis memilih puisi dari berbagai literatur yang mencerminkan
keadaan psikologis klien. Hal ini ditujukan untuk membangkitkan tanggapan
perasaan klien. Sedangkan bentuk/ metode yang kedua adalah klien menulis puisi
mereka sendiri. Dalam hal ini klien dipersilahkan untuk menuangkan pikiran dan
perasaannya saat itu dalam bentuk tulisan. Hal ini diyakini dapat menurunkan
tingkat kecemasan klien dan selanjutnya dapat membantu meningkatkan
pemahaman dan kepercayaan diri mereka.

viii

Dalam sesi terapi, terapis perlu menciptakan suasana yang aman dan tidak
mengancam agar dapat membangun hubungan yang terbuka dan jujur dengan
klien. Tugas pertama terapis adalah menyembut klien. Pemanasan pada tahap
awal ini dapat meliputi teknik membayangkan ataupun teknik relaksasi lain, atau
dapat juga berupa pernyataan singkat mengenai perasaannya saat itu. Kemudian
terapis masuk ke dalam proses terapi, baik dengan menggunakan metode pertama
(menggunakan literatur) ataupun dapat menggunakan metode kedua (klien
menulis puisinya sendiri).

D. Kriteria Puisi untuk Terapi
Ketika terapi puisi menggunakan metode pertama (memilih puisi dari
literatur yang ada), maka sebaiknya terapis memperhatikan beberapa hal sebagai
pedoman pemilihan puisi. Kriteria ini meliputi universalitas, intensitas,
kedalaman, irama, gambar, metafora, aksesibilitas bahasa, kejelasan ide,
kejujuran, nada, kekuatan bahasa, keterbukaan, serta relevansi materi.
Kekuatan penyembuhan dari terapi ini terletak pada pembacaan puisi
tersebut, juga pada penulisan puisi. Tiga kondisi yang tampaknya dapat
meningkatkan penyembuhan melalui pembacaan puisi (Silverman, 1986) yaitu:
1. Puisi dibaca kata demi kata. Hal ini dimaksudkan agar klien dapat
mengapresiasi ritme dan sajak yang ada.
2. Puisi harus didengar. Hal ini dapat ditempuh dengan cara
mendengarkan orang lain yang membaca, membaca sendiri puisi
tersebut dengan suara lantang, atau dapat pula dengan membacanya
dalam hati.
3. Disebut oleh Jack Leedy (1969) sebagai “iso-principle”, artinya
bahwa perasaan dari puisi harus sama dengan perasaan klien yang
mendengarkan puisi tersebut.

ix

Namun demikian, ada kalanya hal ini tidak dapat bekerja pada kebutuhan
seseorang. Apabila seseorang sedang merasa putus asa dan membaca puisi
tentang keputusasaan tanpa ada sisipan pengharapan, maka perasaan orang
tersebut dapat saja semakin putus asa. Jika terlalu banyak keputusasaan yang
dirasakan, seseorang bisa saja menghentikan dirinya membaca puisi tersebut
sebelum tiba pada bagian yang membangkitkan pengharapan. Kondisi ini tentu
dapat menggagalkan proses penyembuhan. Sehingga dalam hal ini, puisi dengan
tema yang sedih harus memiliki bait yang mencerminkan optimisme.

x

BAB III
PEMBAHASAN

Dapat dikatakan bahwa hal yang penting dalam terapi puisi mencakup
menulis dan membaca (mendengar) puisi. Menulis puisi (pada terapi puisi metode
kedua) dilakukan oleh klien itu sendiri. Sedangkan membaca (mendengar) puisi dapat
dilakukan oleh terapis ataupun klien dengan suara yang lantang maupun lirih (dalam
hati). Kedua hal ini diyakini dapat berpengaruh pada kondisi psikologis seseorang.
Menulis puisi berarti mempersilahkan klien untuk menuangkan pikiran dan
perasaannya saat itu melalui tulisan. Bahkan pada masa sekarang, menulis telah
dikembangkan menjadi salah satu terapi ekspresif yang dikenal dengan istilah terapi
expressive writing. Beberapa penelitian pun telah dilakukan untuk melihat korelasi
antara menulis dan perubahan kondisi psikologis seseorang. Penelitian dari Fikri
(2012) menunjukkan bahwa dengan menuliskan pengalaman emosionalnya, remaja
merasakan adanya penurunan emosi marah dalam dirinya.
Salah satu bentuk menulis pengalaman emosional yang telah dikenal sejak
lama yaitu menulis diary atau catatan harian. Catatan harian biasanya ditulis oleh
para remaja, berisi tentang segala peristiwa/ kejadian yang dialami dalam hidup.
Sesuai dengan namanya, catatan harian ditulis setiap hari oleh pemiliknya. Disini,
pemilik/ penulis catatan harian dapat mengungkapkan pikiran maupun perasaannya
tanpa perlu takut bahwa orang lain akan mengetahuinya.
Dari penjelasan di atas, bisa jadi kegiatan menulis diary dapat memberikan
dampak yang positif terhadap keadaan psikis seseorang. Menulis diary berarti
menuliskan segala pengalaman/ peristiwa yang telah dihadapinya ke dalam buku,
dimana hal ini akan membantu seseorang untuk mengeluarkan keteganganketegangan yang ada di dalam dirinya. Melalui media ini seseorang juga dapat
mengekspresikan emosi-emosi yang berlebihan atau luar biasa sehingga dapat
xi

mengurangi tekanan dalam dirinya. Selanjutnya, penurunan tingkat stress dapat saja
dialami oleh individu tersebut.
Seperti telah disebutkan di atas, hal penting lainnya dalam terapi puisi adalah
kegiatan membaca (mendengarkan) puisi. Sesuai dengan pendapat Silverman (1986),
kondisi ini merupakan salah satu hal yang dapat meningkatkan penyembuhan dalam
terapi puisi. Kegiatan membaca (mendengar) dapat dilakukan oleh individu itu
sendiri, baik dengan suara yang lantang maupun dalam hati.
Terkait dengan penulisan catatan harian (diary), kepemilikan dari tulisan ini
adalah bersifat privasi. Hanya dengan persetujuan pemilik saja tulisan dalam buku
diary ini boleh dibaca oleh orang lain. Oleh karena itu, untuk memperoleh efek terapi
melalui penulisan catatan harian (diary), individu dapat membacanya sendiri dalam
hati maupun dengan suara lantang. Yang terpenting adalah individu dapat
membacanya kata demi kata dan mendengarkan/ menghayati setiap arti dari kata
yang ditulisnya itu.
Selain itu, kondisi lain yang dapat meningkatkan penyembuhan melalui
pembacaan puisi menurut Silverman (1986) adalah iso-principle, yaitu bahwa
perasaan dalam puisi haruslah sesuai dengan perasaan yang dialami individu. Dalam
hal menulis catatan harian (diary), tidak diragukan lagi bahwa apa yang ditulis oleh
individu tersebut pasti merupakan cerminan dari apa yang ia rasakan. Ketika ia
merasa marah, maka tulisan dalam diary-nya pun akan menggambarkan hal tersebut.
Dengan penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa menulis catatan harian
dapat menjadi salah satu bentuk aplikasi dari terapi puisi, dimana kegiatan tersebut
mampu mencakup aspek-aspek penyembuhan yang ada dalam terapi puisi. Lebih
lanjut, dengan menulis catatan harian (diary), seseorang dapat merasakan dampak
positif pada kondisi psikologisnya, seperti menurunnya rasa stress yang dialami serta
meningkatnya pemahaman diri sendiri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa menulis
diary dapat menjadi salah satu bentuk “terapi” atau cara bagi seseorang untuk
“memperbaiki” dirinya sendiri.

xii

BAB IV
PENUTUP

Terapi puisi merupakan aplikasi sengaja dari penulisan dan pengucapan
kata-kata untuk tujuan perkembangan (growth) dan penyembuhan (healing).
Terapi ini berusaha membawa kesadaran yang mendasari ketegangan/ kecemasan,
dan kemudian menawarkan pelepasan secara psikologis ketegangan/ kecemasan
tersebut melalui kata-kata atau bahasa puitis yang selanjutnya akan mempercepat
proses penyembuhan. Secara umum tujuannya mengembangkan pemahaman diri;
meningkatkan kreativitas, ekspresi diri, dan harga diri; memperkuat kemampuan
berkomunikasi dan hubungan interpersonal seseorang; mengekspresikan emosi
dalam diri seseorang dan melepaskan ketegangan yang dirasakannya; serta
meningkatkan kemampuan menangani masalah dan fungsi adaptif seseorang.
Terapi puisi dapat dilakukan dengan 2 cara. Pertama, terapis dapat
memilih puisi dari literatur yang sudah ada dan mendiskusikannya dengan klien.
Kedua, klien dapat menulis sendiri puisinya berdasarkan pengalaman yang ia
rasakan. Dalam proses pelaksanaan terapi, terdapat tiga kondisi yang sekiranya
dapat meningkatkan penyembuhan melalui pembacaan puisi yaitu puisi dibaca
kata demi kata, puisi harus didengar, dan yang terakhir perasaan puisi harus sama
dengan perasaan klien (iso-principle).
Salah satu kegiatan yang dekat dengan prinsip ini adalah menulis diary.
Menulis diary berarti menuliskan segala pengalaman yang ia alami dalam sebuah
buku, dimana individu dapat mengekspresikan emosi yang ada dalam dirinya
sehingga dapat mengurangi tekanan/ stress yang ia rasakan. Tulisan dalam diary
adalah gambaran dari perasaan individu yang dengan membaca dan
menghayatinya individu dapat lebih memahami apa yang sedang terjadi dan dapat
pula mencapai pemahaman yang lebih baik mengenai dirinya sendiri.

xiii

DAFTAR PUSTAKA

Gunarsa, S. D. (2007). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia.
Malchiodi, CA. (2005). Expressive Therapies. New York: The Guilford Press.
Silverman, HL. (1986). Poetry Therapy. The Arts in Psychotherapy, 13, 343-345.

xiv

LAMPIRAN JURNAL

xv