GENDER DAN PENDIDIKAN (3). docx

GENDER DAN PENDIDIKAN ISLAM
Putri Ratna Sari
Sekolah Tinggi Aagama Islam Negeri Jurai Siwo Metro
E-Mail: putriratnasarixia1@gmail.com
Abstrak
Banyak kalangan dari bangsawan sampai cendekiawan jatuh hati untuk
menggeluti islam. Bukan saja melalui histories of islam juga doktriner semata,
melainkan segala hal menjadi bagian dari islam yang merambah ke segala
aspek kehidupan bukan saja umat muslim tetapi semua umat manusia dari
mulai petunjuk jati diri suatu individu sampai menjadi bagian modernisasi
dunia baru. Ajaran yang baik tidak terkontaminasi oleh unsur lain hingga akhir
zaman. Permasalahan gender dewasa ini semakin gencar diperbincangkan di
berbagai lapisan masyarakat. Sebagai bentuk protes yang dilakukan untuk
menghapuskan ketimpangan gender yang terus berdampak pada kaum
perempuan karena cap hitam pada perempuan. Kesetaraan gender terkait
dengan ajaran islam yang dikaji sedemikian rupa tetap ada pembatas antara
seorang laki – laki dan perempuan. Perempuan selalu menjadi tranding topic
dalam pembahasan gender karena perempuan yang banyak dirugikan. Dengan
pendidikan yang di perlukan, islam mewajibkan semua manusia agar menuntut
ilmu dalam alur pendidikan karena dengan berilmu ibadah seseorang akan jauh
lebih sempurna dari pada orang yang tidak berilmu. Itulah mengapa

pendidikan dalam islam sangat diwajibkan, bahkan barang siapa yang pergi
menuntut ilmu sama halnya dengan berjalan dijalan Allah.
Kata kunci: Gender, Pendidikan dan Perempuan
Abstract
Many of the nobility to fall in love to wrestle scholars of Islam. Not only through the histories
of Islam too doctrinaire alone, but all things being part of Islam penetrated into all aspects of life
not only Muslims but all humanity from start to guide the identification of the individual to be part
of the modernization of the new world. The good teaching is not contaminated by other elements
until the end of time. Gender issues nowadays more intensively discussed at various levels of
society. As a form of protest that is done to eliminate gender disparities that continue to impact on
1

women because the black cap on a woman. Gender equality is associated with the teachings of
Islam who studied in such a way remain a barrier between a man - men and women. Women have
always been Tranding topic in the discussion of gender because women are most disadvantaged.
With the education that is required, Islam requires all people to seek knowledge in the groove of
education for the knowledge of worship will be much more perfect than those who are not
knowledgeable. That is why education in Islam is very compulsory, even whoever went to study as
well as walking the path of Allah.
Keywords: Gender, Education and Women

A. Pendahuluan
Pengertian sederhana, etimologi (kebiasaan) agama berasal dari Bahasa Arab Semit yang
berarti undang – undang, peraturan, atau hukuman sedangkan Bahasa Arab berarti menguasai,
menduduki, patuh, utang, balasan, dan kebiasaan. Din juga dipahami sebagai perangkat system
yang didalamnya mengandung peraturan sebagai peraturan yang mutlak ditaati oleh penganut
agamanya sehingga membuat pemeluknya tunduk dan menaati perintah Tuhan dengan menjalankan
ajaran agama. Karena allah menciptakan makhluk tiada lain hanya untuk menyembahnya.
Mendefinisikan agama tidak sama dengan mengartikan agama secara bahasa disebabkan banyak hal
subjektivitas dari para tokoh atau ahli yang mengkaji agama.
Kehidupan manusia tidak bisa terlepas dari ajaran agama sebagai pedoman dalam menjalani
kehidupan, agama juga digunakan sebagai jalan terbaik untuk memberi jawaban atas persoalan
dalam kehidupan karena didalamnya mengandung kebaikan – kebaikan, nampak dalam Al-Qur’an
dan hadist yang ideal. Pada tahap ini Sejarawan menginterpretasikan kemudian menelusuri
keterkaitan semua fakta yang satu dengan yang lain kemudian menafsirkannya.1 Wahyu Allah tidak
dapat dijabarkan dengan terperinci ketika masih dalam tulisan murni tanpa adanya penafsiran dan
hadis. Sangat perlu interpretasi agar mudah dipahami. Itulah mengapa islam sangat banyak menarik
minat dari berbagai kalangan.
Studi yang membahas ajaran agama islam mengalami kemajuan pesat dari tahun ke tahun.
Dengan begitu seharusnya umat Islam tidak kaku di dalam memahami sekaligus menggali sains
(keilmuan) karena ajaran Islam bersifat elastis dan universal selagi masih dibatasi norma – norma

ajaran Islam.2 Norma dalam batasan tertentu dan bertanggung jawab, menguntungkan bagi manusia.
Ajaran dalam islam yang dinamis dan progresif menghargai sains dan teknologi, bersikap
balance untuk memenuhi kebutuhan marerial dan spiritual juga berbagai akhlak mulia. Pendekatan
1 Grita Anggraini, “Politik Padi Pada Masa Pendudukan Jepang Di Indramayu Tahun 1942 - 1944”, Avatara, eJurnal Pendidikan Sejarah, vol. 4, no. 3 (2016), p. 4.
2 Suparta, “Tantangan Pendidikan Islam Dalam Pemberdayaan Umat Dan Implikasinya Terhadap Kesejahteraan
Umat”, Akademika, vol. 20, no. 2 (2015), p. 4.

2

merupakan cara pandang yang dipergunakan sebagai pemahaman terhadap agama dengan keilmuan.
Agama sering mendapat kritik karena pada kehidupan nyata orang beragama belum sepenuhnya
berakhlak mulia bahkan agama hanya menjadi identitas semata tanpa diamalkan.
Berlagak menunggangi agama dan menjadikannya topeng tebal yang sangat berpengaruh dalam
pandangan masyarakat lainnya tanpa disadari bahwa yang diperbuatnya menciptakan kabut ilusi
keagamaan yang membabi buta berdalih agama karena haus akan perdamaian yang sempurna. Yang
nyatanya mereka sendiri tidak mengetahui bagaimana perdamaian yang di inginkan Rasulullah,
mereka tersesat saat mencari jalan kebenaran kondisi seperti ini mendorong mereka untuk
menemukan titik terang dari suatu peradaban namun mereka bukan nabi dan juga bukan rasul dan
langkah yang mereka telusuri ternyata tidak kunjung menciptakan perdamaian.
Dengan adanya pendekatan – pendekatan lebih lanjut terhadap agama dalam sudut pandang

ilmu pengetahuan ini diharapkan pembaca bisa menjiwai makna agama Islam secara mendalam.
Revormasi idealisme harus di lakukan dengan dua tingkatan yaitu tingkat wacana maupun
kebijakan aksi.3 Hal itu bisa dilakukan melalui hal – hal praktis juga mudah untuk dilakukan,
misalnya tidak terpengaruh terhadap dampak globalisasi yang sedang terjadi seperti pakaian orang
barat, pergaulan juga idialisme orientalis yang berusaha mengkontaminasi ajaran agama islam.
Terutama pada aspek teknologi, yang banyak memicu permasalah pada public karena masyarakat
menganggap segala informasi dalam teknologi, internet misalnya lebih dominan kenegatifannya.
Tapi dalam kenyataan informasi banyak yang positif bisa dicari dalam internet seperti sains dan
perkembangan pada Negara lain yang mencangkup social budaya maupun politik.
Dan yang saat ini sedang gencar di perbincangkan adah mengenai gender dan pendidikan yang
terus berkesinambungan. Terlebih lagi kesenjangan gender menyiksa para perempuan dan
merugikannya. Dalam lingkungan perempuan dilarang keluar rumah untuk berkarir dan para orang
tua menganggap pendidikan bagi anak perempuan mereka itu tidak penting dan selalu
mengutamakan anak laki – lakinya. Memang benar anak laki – laki kuat tetapi tidak semua anak
perempuan itu lemah. Perempuan perlu adanya emansipasi dan perlindungan hak untuk menempuh
jalur pendidikan yang tinggi karena dari seorang wanita yang hebat dan cerdas akan lahir generasi
– generasi yang hebat pula.
Perempuan juga berhak untuk mendapat kan kesetaraan kedudukan dalam dunia sosial dan
pendidikan karena perempuan juga memiliki potensi yang sama dengan seorang laki – laki dalam
koridor ajaran islam. Saling memahami tugas anatara – laki – laki dan perempuan itu juga sangat

berguna untuk menciptakan rasa saling percaya dan mengurangi kesenjangan gender diantara
keduanya. Tulisan ini menegaskan keadilan dan kesetaraan dalam perspektif Al-Qur’an dan Hadis.
3 Achmad Ansori, “Rekontruksi Dan Reposisi Pendidikan Islam Di Indonesia Berbasis Pendekatan Pendidikan
Multikultural”, Akademika, vol. 21, no. 1 (2016), p. 2.

3

Islam sebagai agama yang menjunjung tinggi nilai keadilan dan persamaan yang mengandung
prinsip-prinsip kesetaraan.
Laki-laki dan Perempuan sebagai hamba, khalifah di bumi, dan menerima perjanjian primordial.
Adam dan Hawa sama-sama aktif dalam drama kosmis. Laki-laki dan perempuan berpotensi untuk
meraih prestasi optimal. Implementasi kesetaraan gender perspektif al- Qur’an melahirkan adanya
transformasi hukum Islam yang bertalian dengan isu kesetaraan. Relasi di bidang profesi, seperti
adanya hakim perempuan serta memicu lahirnya produk hukum yang berpespektif kesetaraan dan
keadilan gender terus berkembang pesat hingga saat ini.
Mempertegas misi pokok al-Qur’an diwahyukan adalah sebagai pembebasan manusia dari
berbagai bentuk diskriminasi dan penindasan, termasuk diskriminasi seksual, warna kulit, etnis dan
ikatan-ikatan primordial lainnya. Meskipun

demikian sekalipun secara teoritis Al-Qur’an


mengandung prinsip kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, namun ternyata dalam tatanan
implementasi masih saja prinsip-prinsip itu diabaikan.
Konteks khalifatullâh fî al-ardh secara terminologis, berarti “kedudukan kepemimpinan”. Ini
berarti semua manusia, baik laki-laki maupun perempuan diamanatkan untuk menjadi pemimpin.
Bila ditelaah secara seksama dan mendalam ternyata ada nash Al-Qur’an yang tidak semuanya itu
dibenarkan ada hal – hal yang tidak bisa dilakukan oleh seorang perempuan dan begitu pula
sebaliknya. Islam, diyakini sebagai rahmat untuk semua manusia tanpa membedakan jenis kelamin.
B. Gender
Pembicaraan tentang gender atau persamaan antara pria dan wanita menjadi bagian penting
yang dibahasdalam ajaran Islam. Aturan hukum tentang perlakuan yang sama terhadap laki-laki dan
perempuan telah ditetapkan secara sempurna dalam Islam, sehingga tidak ada alasan untuk
mendiskriminasi antara satu orang dengan orang lainya hanya karena persoalan beda jenis kelamin.
Kedatangan Islam di tengah kerisis akhlak dan pradaban, menjadikan Islam sebagai agama yang
memberikan begitu banyak keadilan dan jalan keluar bagi permasalahan yang dihadapi masyarakat
jahiliahwaktu itu khususnya terhadap perlakuan semena-mena kaum laki-laki terhadap perempuan.
Islam datang untuk mengangkat derajat kaum perempuan dari kenistaanmenuju kemuliaan, dari
mahkluk hina dan menjadi mahkluk mulia yang memilikiderajat sama dengan laki-laki.
Sebelum kedangan islam ke jazirah arab, perlakuan buruk terhadap perempuan menjadi tradisi
yang telah tertenam sejak nenek moyang mereka yang di praktekkansecara turun temurun.

Penindasan dan penghinaan kepada perempuan sebagai mahkluk yang rendah mendapat persetujuan
dari berbagai kalangan baik bangSawanatau masyarakat kecil. Ironinya bukan hanya dikalangan
masyarakat jahiliah yang notabennyatidak memiliki peradaban, bahkan dalam peradaban lain
seperti yunani, Romawi, Mesir, India, menganggap perempuan lebih rendah dari laki-laki.
4

Banyak perdebatan yang terjadi saat membahas masalah gender, sebagian orang keliru dalam
mengartikan apa itu gender dan apa itu seks. Sebagian besar orang menganggap bahwa gender sama
halnya dengan seks padahal itu berbeda, ada perbedaan dikeduanya. Seks didefinisikan, sebagai
perbedaan di antara lelaki dan wanita yang didasarkan pada ciri-ciri biologi seperti perbedaan jenis
kalamin, ciri – ciri fisik pubertas antara wanita dan laki - laki. Sedangkan gender merupakan
perbedaan lelaki dan wanita secara sosial seperti wanita itu lemah lembut, emosional atau keibuan,
sementara lelaki dianggap kuat, rasional dan perkasa,4 Secara kasap mata itu memang benar. Krisis
keadilan yang terjadi di berbagai belahan dunia menjadikan emansipasi wanita terus ditegakkan dan
disuarakan melalui berbagai aspek seperti tulisan yang dibuat untuk melawan diskriminasi terhadap
kesetaraan gender. Sebelum islam hadir sebagai malaikat penyelamat kaum, kaum manusia berada
dalam kegelapan buta akan moral dan adap kemanusiaan.
Kemudian Islam datang sebagai angin segar di tengah krisis akhlak dan peradaban, menjadikan
Islam sebagai agama yang memdistribusikan begitu banyak keadilan dan jalan keluar bagi
permasalahan yang dihadapi masyarakat jahiliyah waktu itu, khususnya terhadap perlakuan semenamena kaum laki-laki terhadap perempuan.5 Keringnya rasa kepedulian membuat kesengsaraan

seperti adanya hamba sahaya yang diperbudak seumur hidup, sedangkan pada dasarnya manusia itu
memiliki hak yang sama dari Allah. Islam adalah agama pertama yang menjadi pelopor pembebasan
gundik pada zaman jahiliah di Mekkah. Mereka membelinya setiap hari Jumat setelah sholat Jumat
dan melepaskannya untuk hidup mandiri.
Hakikatnya setiap manusia itu memiliki hak yang sama seperti yang dijelaskan QS. Al-Hujurat:
13 “Hai manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa- bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenalmengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah orang yang
paling bertakwa diantara kamu.” Ayat tersebut memberikan gambaran kepada kita tentang
persamaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal ibadah (dimensi spiritual) maupun dalam
aktivitas sosial (urusan karier profesional).6 Lalu mengapa masih terdapat kesenjangan antara laki –
laki dan perempuan padahal mereka memiliki potensi yang sama – sama besar, laki – laki selalu di
mayoritaskan dan perempuan selalu diminoritaskan menciptakan atmosfir ketidak adilan dalam
kedudukan sosial karena perempuan selalu di nomor duakan.
Di awali dengan ide dan gagasan R.A. Kartini dengan judul bukunya “Habis Gelap Terbitlah
Terang” perjuangan perempuan untuk persamaan hak sampai kini terus bergulir. 7 Hingga banyak
4 Mohd Anuar Ramli, “Analisis Gender Dalam Hukum Islam”, Jurnal Fiqh, vol. 1, no. 9 (2012), pp. 137–62.
5 Miskahuddin, “Pengaruh Sosialisasi Gender Terhadap Pembentukan Pola Pikir Perempuan Aceh (Studi Kasus
di Banda Aceh dan Aceh Besar)”, Ar -Raniry: International Journal of Islamic Studies, vol. 1, no. 2 (2014), p. 298.
6 Sarifa Suhra, “Kesetaraan Gender Dalam Persepektif Al-Qur’an Dan Imlikasinya Terhadap Hukum Islam”,
Jurnal Al-Ulum, vol. 13, no. 2 (2013), p. 375.

7 Surahman Amin, “Tafsir Keadilan Sosial Dan Semangat Gender”, Akademika, vol. 20, no. 2 (2011), p. 280.

5

yang mengatasnamakan kesetaraan gender padahal itu hanya untuk kepentingan pribadi dan tidak
benar – benar menegakkan kesetaraan gender. Merapkan kesetaraan gender melalui Inpres. No.9
Tahun 2000 ternyata masih mengalami banyak kendala yang memerlukan pemecahan masalah
dengan waktu yang tidak sebentar dengan berbagai macam metode penelitian yang belum pasti
memberikan pemecahan masalah secara sempurna. 8 Selain R.A Kartini ada juga pahlawan
perempuan di Indonesia seperti Dewi Sartika yang menyuarakan kesetaraan gender sebelum dan
setelah kemerdekaan Indonesia.
Ada juga yang berpendapat bahwa ada dua golongan yang mendefinisikan gender secara
berbeda. Kelompok yang pertama adalah sekelompok feminis yang mengatakan bahwa perbedaan
jenis kelamin tidak menyebabkan perbedaan peran dan perilaku gender dalam tataran sosial.
Kelompok kedua menganggap bahwa perbedaan jenis kelamin akan menyebabkan perbedaan
perlakuan atau peran berdasarkan gender. Millenium Development Goals (MDG) adalah
mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan dengan menghapus kesenjangan
gender9 yang kemudian disuarakan melalui berbagai media, seperti media cetak maupun elektronik.
Diharapkan melalui penyuaraan itu benar – benar terjadi kesetaraan gender yang di idamkan. Meski
masih banyak hal yang perlu dibenahi dan diperjuangkan untuk menegakkannya.

C. Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu strategi dasar yang dilakukan secara sadar dan terencana dalam
mengembangkan semua potensi peserta didik. Pendidikan mencerdaskan kehidupan bangsa,
sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945. Melalui pendidikan, karakter manusia dapat dibentuk
sehingga memberikan kontribusi terhadap kemajuan dan pembangunan karakter bangsa (Nation
Character Building).10 Karena pendidikan itu sangat penting untuk mengangkat derajad manusia
semua hal memerlukan ilmu tidak terkecuali kita berbicara harus memiliki dasar pengetahuan yang
tegas dan jelas untuk memberikan konstribusi informasi kepada orang lain, orang yang tidak
berilmu akan tersingkirkan dari peradaban dunia yang terus berkembang ini.
Masih ada asumsi masyarakat bahwa orientasi pendidikan Islam hanya mengurusi masalah
ritual atau spiritual saja. Karena jika asumsi itu masih ada maka materi pendidikan Islam hanya
seputar masalah aqidah, ibadah, muamalah, dan akhlak tanpa menyentuh ilmu-ilmu umum. Jika
demikian, maka inilah bukti masih kentalnya dikotomi ilmu pengetahuan. Asumsi seperti itu dengan
sendirinya berarti menafikan bahkan meragukan keunggulan Al-Qur’an yang merupakan barometer
8 Daryati, “Integrasi Perspektif Adil Gender Dalam Pendidikan Di Sekolah Menengah Atas (Studi Kasus Pada
Sekolah Menegah Atas Negeri 6 Surakarta)”, Jurnal Sosialitas, vol. 2, no. 1 (2012), p. 2.
9 Herien Puspitawati, “Persepsi Peran Gender Terhadap Pekerjaan Domestik Dan Publik Pada Mahasiswa IPB”,
Jurnal Studi Gender Dan Anak Yin Yang, Vol. 5, No. 1 (2010), P. 2.
10 Megawati, “Efektivitas Peningkatan Kemampuan Profesional Guru Smk Di Kabupaten Aceh Besar”, Jurnal
Pendidikan Serambi Ilmu, Vol. 13, No. 2 (2012), P. 118.


6

bahkan fondasi utama pendidikan Islam. Hal ini dapat kita lihat realita saat ini umat Islam menjadi
umat yang jauh tertinggal dari berbagai bidang terutama dari bidang kesejahteraan dan ilmu
pengetahuan. Dalam proses pembelajaran sangat dibutuhkan tiga hal penting yaitu materi
pembelajaran, proses pembelajaran, dan hasil pembelajarannya.11
Kesimpulan dari tulisan ini adalah pendidikan Islam harus menjadi pendidikan yang
mengembangkan semua aspek kehidupan termasuk di dalamnya tentang pengembangan
kesejahteraan umat. Dan semua ilmu persepektif yang menjadi lintas pengetahuan dunia dan
pendidikan umum secara keseluruhan. Allah tidak pernah membatasi pengetahuan yang ingin di
capai oleh manusia itu sebabnya pendidikan islam itu luas, tidak hanya mencangkup mengenai
ibadah saja.
Seperti teori Carles Darwin yang menyebutkan tentang seleksi alam yang kuat dan dapat
beradaptasi dialah yang akan bertahan hidup dan berkembang dan yang tidak dapat berevolusi akan
tersingkir dan punah dalam artian seperti itu ada benarnya karena setiap manusia berada dalam
kondisi tertentu yang berubah manusia wajib untuk beradaptasi. Bahkan ada pepatah yang
mengatakan kejarlah ilmu sampai kenegeri China tidak berhenti disitu saja islam juga memiliki
hadis yang menyebutkan barang siapa yang mencari ilmu sama halnya dengan berjuang dijalan
Allah.
Begitu pentingnya pendidikan sampai islam mewajibkan setiap muslim untuk menuntut ilmu
sejak dari buaian hingga masuk keliang lahat. Pendidikan Islam adalah nama sistem, yaitu sistem
pendidikan yang Islami, yang mempunyai komponen-komponen secara konprehensif mendukung
terwujudnya sosok Muslim yang diidealkan.12 Dengan kemampuan berfikirnya disalurkan melalui
pendidikan untuk terus diasah. Sampai tiba waktunya setiap individu terjun dalam dunia kerja yang
sesuai dengan bidangnya.
Para tokoh penemu konsep pendidikan tidak hanya dari kalangan bangsa barat tetapi banyak
pula dari umat muslim seperti Al-Khawarizmi dan masih banyak lagi yang menyusun konsep oprasi
yang kemudian titerapkan dalam dunia modern saat ini. Pada masa kejayaan islam banyak sekali
keilmuan yang dicetuskan meskipun itu masih dalam keadaan konsep dasar sederhana dengan alat
yang sampai sekarang masih juga digunakan. Islam memiliki pilar – pilar penyangga dalam dunia
pendidikan yang tidak dapat dianggap remeh karena pemikiran-pemikirannya yang genius.
Komponen pendidikan meliputi guru ( tenaga pengajar ), murid ( peserta didik ) dan semua
perlengkapan yang diperlukan dalam mengajar. Dalam islam ajaran yang pertama adalah perbaikan
akhlak dan karakter yang baik, berusaha untuk mengenalkan islam secara benar dan mendidik untuk
11 Dedi Wahyudi, Pengembangan Multimedia Pembelajaran Interaktif Pendidikan Akhlak Dengan Program
Prezi (Studi Di Smp Muhammadiyah 2 Mlati Sleman Tahun Ajaran 2013-2014), P. 2.
12 Edi Susanto, “Pendidikan Agama Islam; Antara Tekstualis Normatif Dengan Kontekstualis Historis”, Tadrîs,
Vol. 4, No. 2 (2009), P. 173.

7

melahirkan generasi yang bertaqwa, sholeh, berakhlak mulia, pandai, rajin dan bisa menyarkan
islam dan dapat menjadi hafiz ( penghafal Al- Qur’an ) agar para pendahulu yang telah tua memiliki
pengganti untuk dapat menjaga keaslian Al-Qur’an.
Dalam perspektif Islam, pendidikan ini ternyata kompatibel dengan doktrin-doktrin Islam dan
pengalaman historis umat Islam. Ayat al-Qur’an memberikan landasan moral dan etik bahwa setiap
orang memiliki hak untuk memperoleh perlakuan yang adil, baik dalam soal pendidikan, ekonomi,
maupun politik.13 Setiap orang berhak untuk menempuh jalur pendidikan yang di inginkannya.
Dunia pendidikan harus melakukan inovasi-inovasi terbaru untuk memajukan pendidikan yang ada
pada saat ini. Bukan hanya dibidang kurikulum atau sarana dan prasarana, tetapi juga dibidang yang
lainnya, seperti pengembangan teknologi informasi dalam kegiatan pembelajaran. 14 Penggunaan
IPTEK sangat dibutuhkan dalam dunia pendidikan yang semakin berkembang ini dampak dari
globalisasi mewajibkan semua untuk melek IPTEK.
Tulisan ini berusaha menjelaskan keadaan nyata pendidikan Islam di Indonesia baik di
Madrasah maupun di sekolah pada umumnya. Pendidikan Islam masih jauh dari harapan ideal
kita.15 Karena dapat kita lihat sekolah – sekolah di Indonesia masih menganak tirikan Madrasah –
madrasah yang berbesik islami dan juga tidak semua umat muslim itu memiliki akhlak mulia karena
pada dasarnya manusia memiliki watak dan kepribadian yang berbeda.
Sedangkan pada sekolah umum belum tentu diberikan materi keaamaan yang kental terutama
dibagian daerah yang penduduknya berbeda – beda agama, ini lebih susah lagi untuk ditegakkan
suasana keagamaannya karena memikirkan dan mempertimbangkan toleransi, tidak dapat
dipungkiri Indonesia memiliki banyak agama ( perbeda agama ). Itulah mengapa pendidikan
keislaman belum ideal dan mengalami banyak rintangan.
Pemberdayaan yang dimaksud dalam kajian ini adalah kemampuan untuk berdiri sendiri,
mandiri, dan mampu berkompetisi dengan umat lain. Salah satu aspek yang harus unggul adalah
masalah Pendidikan Islam Sehingga pendidikan Islam menjadi salah satu icon atau symbol
peradaban Islam yang mengagumkan bagi semua insan. Namun demikian, untuk menjadi unggul
ternyata banyak menghadapi tantangan atau hambatan.
Atas dasar beberapa asumsi tersebut maka pendidikan Islam like or dislike harus

siap

menghadapi tantangan zaman. Pendidikan Islam tidak boleh imperior akan tetapi harus menjadi
superior. Pendidikan Islam harus selalu optimis dan dinamis dalam menghadapi tantangan zaman.
Untuk itu, pengembangan wawasan intelektual yang kreatif dan inovatif harus dijadikan pedoman
dengan cara mengintegrasi dan menginterkoneksikan berbagai disiplin ilmu pengetahuan baik
13 Abdullah Aly, “Model Pendidikan Demokratis Berbasis Islam”, Akademika, Jurnal Kebudayaan, vol. 4, no. 1
(2009), pp. 71–2.
14 Yuberti, “Peran Teknologi Pendidikan Islam Pada Era Global”, Akademika, Vol. 20, No. 1 (2015), P. 138.
15 Achmad Asrori, “Rekontruksi Dan Reposisi Pendidikan Islam Di Indonesia Berbasis Pendekatan Pendidikan
multikultural”, Akademika, vol. 21, no. 1 (2016), p. 1.

8

secara teoritis maupun praktis. Dengan demikian maka pendidikan Islam bisa menjadi solusi
alternatif dalam mencapai kesejahteraan umat.

D. Kasus Ketimpangan Gender Dalam Pendidikan
Bahwa melalui pemahaman gender maka dampak pembangunan terhadap kehidupan perempuan
dan laki-laki tidak akan berbeda, sebab ketimpangan status sosial bukan sekedar bersumber pada
persoalan seks tetapi seluruh nilai sosial budaya yang hidup dalam masyarakat turut memberikan
andil.16 Seperti halnya seperti zaman pra-kemerdekaan yang berhak untuk sekolah hanya kaum laki
– laki itu menandakan bahwa perempuan dianggap remeh padahal seorang wanita juga memiliki
potensi sama dengan laki – laki dan juga memiliki hak yang sama untuk menuntut ilmu. Dan pada
akhirnya muncul pahlawan perempuan untuk melawan deskriminasi terhadap gender dalam
masyarakat.
Wanita juga bisa bekerja sama seperti laki – laki tapi selalu terjadi perbedaan yang mencolok
dalam penghargaan terhadap hasil kerjanya. Secara umum diskriminasi gender dalam sektor
pekerjaan dilatarbelakangi oleh adanya keyakinan gender yang keliru di tengah-tengah masyarakat.
Peran gender (gender role) sebagai bentuk ketentuan sosial diyakini sebagai sebuah kodrat sehingga
menyebabkan ketimpangan sosial dan hal ini sangat merugikan posisi perempuan dalam berbagai
komunitas sosial baik dalam pendidikan, sosial budaya, politik dan juga ekonomi. 17 Seperti saat
seorang perempuan bekerja dia harus menanggung peran ganda seperti bekerja dan tetap
mengerjakan pekerjaan rumah belum lagi mengurus anak dan suami bukankah itu sangat
melelahkan.
Belum lagi seorang perempuan harus mengalami diskriminasi masalah gaji yang kerjanya
sama dengan laki – laki tetapi upahnya berbeda. Itu sangat merugikan sekali belum lagi saat seorang
perempuan bekerja dan pulang tengah malam masyarakat setempat memberi pelebelan miring
terhadapnya. Alangkah sekali, dimana kesetaraan gender yang ramai di suarakan oleh semua
pihak?, dimana perlindungan nama baik yang undang – undang tegakkan?, bisakah persepsi miring
itu diganti atau dihapuskan sehingga gender benar – benar menjadi setara?. Jawabannya tidak,
karena adil itu bukannya semua harus sama tapi pas pada porsinya.
Dalam islam perempuan tidak akan pernah bisa menjadi seorang pemimpin yang memimpin
kaum hawa karena yang wajib dan sah menjadi imam adalah seorang laki – laki. Meskipun begitu
islam tidak melarang seorang perempuan memiliki kedudukan sosial tetapi yang lebih utama adalah
seorang laki – laki. Seorang perempuan juga diperbolehkan keluar rumah untuk mencari nafkah
16 Surahman Amin, “Tafsir Keadila Sosial Dan Semangat Gender”, Akademika, vol. 20, no. 2 (2015), p. 1.
17 Khusnul Khotimah, “Diskriminasi Gender Terhadap Perempuan Dalam Sektor Pekerjaan”, Yinyang, Vol. 4,
No. 1 (2009), p. 161.

9

dalam keadaan mendesak karena terhimpit ekonomi dan kerena faktor tertentu misalnya saat
suaminya tidak dapat lagi mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya.
Ada banyak tantangan yang harus dihadapi perempuan untuk mampu beraktifitas di ranah
publik18 islam menjelaskan bahwa wanita itu mulia dan harus dihormati dengan berbagai
kekurangan dan kelebihannya. Karena setiap manusia itu memiliki kekurangan masing – masing
jika memiliki kelebihan itu sebuah bonus dari Allah dan patut untuk mensyukurinya. Kesenjangan
gender ini menyebabkan banyak masalah yang cukup menyita perhatian para peneliti dan publik.
Meningkatnya depresi pada remaja
diungkapkan

oleh

awal, banyak dikaitkan dengan gender.

Silverstein dan Lynch (2002), perbedaan

gender

dalam

Seperti

yang

simtomatologi

depresi sudah banyak mendapat perhatian, dan fakta saat ini menunjukkan bahwa prevalensi
depresi klinis dan subklinis lebih tinggi terjadi diantara perempuan. Studi Marcotte (2002)
terhadap populasi di Canada dan Amerika Serikat menemukan bahwa kurang lebih 20 – 35%
remaja laki‐laki mengalami mood depresi dan sekitar 25 – 40% terjadi pada perempuan.19
Banyaknya tekanan entah itu dari lingkungan ataupun batin yang dialami oleh perempuan
menjadikannya rentan stres dan cepat depresi berkepanjangan jika dia tidak sanggup menemukan
solusi untuk mengatasi masalah dalam hidupnya.Terutama dalam pendidikan gender sangat
diperhatikan itu menyebabkan guncangan emosional pada kejiwaan perempuan, banyak anak
dibawah umur yang dinikahkan paksa padahal pada usianya masih berada pada tahap bersekolah.
Pengetahuan yang minim ini dari seorang perempuan saat merugikan dirinya sendiri, keluarga
bahkan negara karena perempuan pasti menjadai seorang ibu yang kewajibannya mendidik anak –
anaknya, bagaimana ia dapat mendidik anaknya menjadi orang yang pandai dan hebat jika seorang
perempuan itu sendiri tidak memiliki pengetahuan untuk mengajari anaknya. Sebagian besar
lahirnya anak dengan akhlak mulia dan pandai itu berasal dari ajaran ibunya dan ayahnya yang
memberikan pendidikan dasar bagi penerus bangsa ini.
Dengan pendidikan seseorang mendapatkan pengetahuan dan pengetahuan itu dapat
digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga, masyarakat atau bahkan meningkatkan
derajad kemanusiaan dihadapan Allah SWA. Karena ibadahnya umat yang berilmu berbeda dengan
ibadahnya orang dungu. Itulah sebabnya Allah memerintahkan semua umat muslim wajib menuntut
ilmu sampai ia mati.
E. Solusi Dari Masalah Ketimpangan Gender Dalam Pendidikan

18 Syamsudini, “Kehidupan Dosen Di Universitas Terbuka Dalam Perspektif Dosen Perempuan Dengan Anak”,
Jsgi, Vol. 4, No. 1 (2013), p. 62.
19 Nefi Darmayanti, “Meta‐Analisis : Gender Dan Depresi Pada Remaja”, Jurnal Psikologi, vol. 35, no. 2, p.
165.

10

Jalan keluar dari permasalaha ketimpangan gender ini dengan menerapkan persepsi baik
secara ilmiah maupun keislaman. Kesetaraan gender diperbolehkan dalam islam tetapi pada batasan
tertentu karena ada hal yang tetep tidak dapat digantikan oleh perempuan sesbagai contoh imam
sholat dalam ketentuan islam tetap harus seorag laki – laki, membaca khotbah dan berazan juga
harus laki – laki terkecuali di suatu daerah itu tidak terdapat laki – laki.
Agar terjadi kesetaraan gender maka masyarakat harus terlebih dahulu menggusur persepsi
yang telah lama mereka yakini itu, bahwa seorang perempuan lemah, harus berada dirumah saja dan
tidak boleh berkarir dalam dunia kepemimpinan status sosial. Dengan begitu kesetaraan gender
yang ideal akan terwujud setelah aturan lama dihancurkan dan aturan baru dibuat untuk mengatasi
permasalahan yang ada. Segala bentuk perbedaan disama ratakan seperti pelebelan terhadap
perempuan yang sering keluar malam di copot dan semua lebel miring diperotoli.
Hak

untuk menempuh pendidikan juga tidak hanya untuk laki – laki tetapi seorang

perempuan juga karena dimata allah semua manusia wajib menuntut ilmu demi kesejahteraan dan
kemajuan perkembangan peradaban, untuk melahirkan pemimpin – pemimpin dan umat yang hebat
di bidang keahliannya masing – masing. Dengan ilmu orang
Untuk memecahkan masalah pendidikan di dalam suatu penelitian, perlu digunakan
pendekatan sistem. Jujun S. Suriasumantri (2000), mengatakan bahwa pendekatan sistem dapat
diartikan sebagai suatu cara berpikir dengan mempergunakan konsep sistem dalam obyek yang
ditelaah dideskripsikan secara sistematik dan sistemik (menyeluruh) dengan mempergunakan
analisis yang bersifat multi-disiplin. Ciri dari pendekatan sistem adalah, (a) pendekatan bersifat
holistik, (b) berorientasi pada output, (c) analisis masalah dilakukan dengan menggunakan model. 20
Semua itu diperlukan dalam menganalisis permasalahan pendidikan yang sangat rumit.
Pendidikan islam perlu ditegakkan dengan melopori sekolah – sekolah berbasik islam dengan
segala ketentuan dalam islam yang tidak keluar dari koridor ajaran islam. Dan menggalakkan
terapan akhlak mulia dalam individu – individu generasi penerus tidak terkecuali itu perempuan
ataupun laki – laki.
Itu sebabnya Sudah menjadi hal yang wajar jika Pendidikan Islam menjadi solusi alternatif
dalam menghadapi persoalan kesejahteraan umat. Hal ini disebabkan Pendidikan Islam dapat
menjadi the agent of social change. Dengan catatan pendidikan Islam harus mampu memainkan
peranannya secara dinamis dan proaktif.21 Gesit dan cepat tanggap terhadap persoalan yang
membutuhkan inovasi pembelajaran pendidikan dalam dunia islam.

20 Salamah, “Penelitian Teknologi Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem”, Jurnal Pendidikan, Vol. 12,
No. 2 (2006), P. 6.
21 Suparta, “Tantangan Pendidikan Islam
Dalam Pemberdayaan Umat Dan Implikasinya Terhadap
Kesejahteraan Umat”, Akademika, Vol. 20, No. 2 (2015), p. 360.

11

F. Simpulan
Kehidupan manusia tidak bisa terlepas dari ajaran agama sebagai pedoman dalam menjalani
kehidupan, agama juga digunakan sebagai jalan terbaik untuk memberi jawaban atas persoalan
dalam kehidupan karena didalamnya mengandung kebaikan – kebaikan, nampak dalam Al-Qur’an
dan hadist yang ideal. Pada tahap ini Sejarawan menginterpretasikan kemudian menelusuri
keterkaitan semua fakta yang satu dengan yang lain kemudian menafsirkannya. 22 Wahyu Allah tidak
dapat dijabarkan dengan terperinci ketika masih dalam tulisan murni tanpa adanya penafsiran dan
hadis. Sangat perlu interpretasi agar mudah dipahami. Itulah mengapa islam sangat banyak menarik
minat dari berbagai kalangan.
Studi yang membahas ajaran agama islam mengalami kemajuan pesat dari tahun ke tahun.
Dengan begitu seharusnya umat Islam tidak kaku di dalam memahami sekaligus menggali sains
(keilmuan) karena ajaran Islam bersifat elastis dan universal selagi masih dibatasi norma – norma
ajaran Islam.23 Norma dalam batasan tertentu dan bertanggung jawab, menguntungkan bagi
manusia.
Ajaran dalam islam yang dinamis dan progresif menghargai sains dan teknologi, bersikap
balance untuk memenuhi kebutuhan marerial dan spiritual juga berbagai akhlak mulia. Pendekatan
merupakan cara pandang yang dipergunakan sebagai pemahaman terhadap agama dengan keilmuan.
Agama sering mendapat kritik karena pada kehidupan nyata orang beragama belum sepenuhnya
berakhlak mulia bahkan agama hanya menjadi identitas semata tanpa diamalkan.
Seks didefinisikan, sebagai perbedaan di antara lelaki dan wanita yang didasarkan pada ciri-ciri
biologi seperti perbedaan jenis kalamin, ciri – ciri fisik pubertas antara wanita dan laki - laki.
Sedangkan gender merupakan perbedaan lelaki dan wanita secara sosial seperti wanita itu lemah
lembut, emosional atau keibuan, sementara lelaki dianggap kuat, rasional dan perkasa, Secara kasap
mata itu memang benar. Krisis keadilan yang terjadi di berbagai belahan dunia menjadikan
emansipasi wanita terus ditegakkan dan disuarakan melalui berbagai aspek seperti tulisan yang
dibuat untuk melawan diskriminasi terhadap kesetaraan gender. Sebelum islam hadir sebagai
malaikat penyelamat kaum, kaum manusia berada dalam kegelapan buta akan moral dan adap
kemanusiaan.
Pendidikan merupakan suatu strategi dasar yang dilakukan secara sadar dan terencana dalam
mengembangkan semua potensi peserta didik. Pendidikan mencerdaskan kehidupan bangsa,
sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945. Melalui pendidikan, karakter manusia dapat dibentuk
sehingga memberikan kontribusi terhadap kemajuan dan pembangunan karakter bangsa (Nation
22 Grita Anggraini, “Politik Padi Pada Masa Pendudukan Jepang Di Indramayu Tahun 1942 - 1944”, Avatara, eJurnal Pendidikan Sejarah, vol. 4, no. 3 (2016), p. 4.
23 Suparta, “Tantangan Pendidikan Islam
Dalam Pemberdayaan Umat Dan Implikasinya Terhadap
Kesejahteraan Umat”, Akademika, Vol. 20, No. 2 (2015), P. 360.

12

Character Building).24 Karena pendidikan itu sangat penting untuk mengangkat derajad manusia
semua hal memerlukan ilmu tidak terkecuali kita berbicara harus memiliki dasar pengetahuan yang
tegas dan jelas untuk memberikan konstribusi informasi kepada orang lain, orang yang tidak
berilmu akan tersingkirkan dari peradaban dunia yang terus berkembang ini.
Masih ada asumsi masyarakat bahwa orientasi pendidikan Islam hanya mengurusi masalah
ritual atau spiritual saja. Karena jika asumsi itu masih ada maka materi pendidikan Islam hanya
seputar masalah aqidah, ibadah, muamalah, dan akhlak tanpa menyentuh ilmu-ilmu umum. Jika
demikian, maka inilah bukti masih kentalnya dikotomi ilmu pengetahuan. Asumsi seperti itu dengan
sendirinya berarti menafikan bahkan meragukan keunggulan Al-Qur’an yang merupakan barometer
bahkan fondasi utama pendidikan Islam. Hal ini dapat kita lihat realita saat ini umat Islam menjadi
umat yang jauh tertinggal dari berbagai bidang terutama dari bidang kesejahteraan dan ilmu
pengetahuan.
Jalan keluar dari permasalaha ketimpangan gender ini dengan menerapkan persepsi baik
secara ilmiah maupun keislaman. Kesetaraan gender diperbolehkan dalam islam tetapi pada batasan
tertentu karena ada hal yang tetep tidak dapat digantikan oleh perempuan sesbagai contoh imam
sholat dalam ketentuan islam tetap harus seorag laki – laki, membaca khotbah dan berazan juga
harus laki – laki terkecuali di suatu daerah itu tidak terdapat laki – laki.
Agar terjadi kesetaraan gender maka masyarakat harus terlebih dahulu menggusur persepsi
yang telah lama mereka yakini itu, bahwa seorang perempuan lemah, harus berada dirumah saja dan
tidak boleh berkarir dalam dunia kepemimpinan status sosial. Dengan begitu kesetaraan gender
yang ideal akan terwujud setelah aturan lama dihancurkan dan aturan baru dibuat untuk mengatasi
permasalahan yang ada. Segala bentuk perbedaan disama ratakan seperti pelebelan terhadap
perempuan yang sering keluar malam di copot dan semua lebel miring diperotoli.
Pendidikan islam perlu ditegakkan dengan melopori sekolah – sekolah berbasik islam dengan
segala ketentuan dalam islam yang tidak keluar dari koridor ajaran islam. Dan menggalakkan
terapan akhlak mulia dalam individu – individu generasi penerus tidak terkecuali itu perempuan
ataupun laki – laki.
Itu sebabnya Sudah menjadi hal yang wajar jika Pendidikan Islam menjadi solusi alternatif
dalam menghadapi persoalan kesejahteraan umat. Hal ini disebabkan Pendidikan Islam dapat
menjadi the agent of social change. Dengan catatan pendidikan Islam harus mampu memainkan
peranannya secara dinamis dan proaktif.25 Gesit dan cepat tanggap terhadap persoalan yang
membutuhkan inovasi pembelajaran pendidikan dalam dunia islam [.]
24 Megawati, “Efektivitas Peningkatan Kemampuan Profesional Guru Smk Di Kabupaten Aceh Besar”, Jurnal
Pendidikan Serambi Ilmu, Vol. 13, No. 2 (2012), P. 118.
25 Suparta, “Tantangan Pendidikan Islam
Dalam Pemberdayaan Umat Dan Implikasinya Terhadap
Kesejahteraan Umat”, Akademika, Vol. 20, No. 2 (2015), p. 360.

13

REFERENSI
Aly, Abdullah, “Model Pendidikan Demokratis Berbasis Islam”, Akademika, Jurnal Kebudayaan, vol.
4, no. 1, 2009, pp. 71–2.
Amin, Surahman, “Tafsir Keadilan Sosial Dan Semangat Gender”, Akademika, vol. 20, no. 2, 2011, p.
280.
----, “Tafsir Keadila Sosial Dan Semangat Gender”, Akademika, vol. 20, no. 2, 2015, p. 1.
Anggraini, Grita, “Politik Padi Pada Masa Pendudukan Jepang Di Indramayu Tahun 1942 - 1944”,
Avatara, e-Jurnal Pendidikan Sejarah, vol. 4, no. 3, 2016, p. 4.
----, “Politik Padi Pada Masa Pendudukan Jepang Di Indramayu Tahun 1942 - 1944”, Avatara, eJurnal Pendidikan Sejarah, vol. 4, no. 3, 2016, p. 4.
Ansori, Achmad, “Rekontruksi Dan Reposisi Pendidikan Islam Di Indonesia Berbasis Pendekatan
Pendidikan Multikultural”, Akademika, vol. 21, no. 1, 2016, p. 2.
Asrori, Achmad, “Rekontruksi Dan Reposisi Pendidikan Islam Di Indonesia Berbasis Pendekatan
Pendidikan multikultural”, Akademika, vol. 21, no. 1, 2016, p. 1.
Darmayanti, Nef, “Meta‐Analisis : Gender Dan Depresi Pada Remaja”, Jurnal Psikologi, vol. 35, no.
2, p. 165.
Daryati, “Integrasi Perspektif Adil Gender Dalam Pendidikan Di Sekolah Menengah Atas (Studi
Kasus Pada Sekolah Menegah Atas Negeri 6 Surakarta)”, Jurnal Sosialitas, vol. 2, no. 1, 2012,
p. 2.
Khotimah, Khusnul, “DISKRIMINASI GENDER TERHADAP PEREMPUAN DALAM SEKTOR PEKERJAAN”,
YINYANG, vol. 4, no. 1, 2009, p. 161.
Megawati, “EFEKTIVITAS PENINGKATAN KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU SMK DI KABUPATEN
ACEH BESAR”, Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, vol. 13, no. 2, 2012, p. 118.
Miskahuddin, “Pengaruh Sosialisasi Gender Terhadap Pembentukan Pola Pikir Perempuan Aceh
(Studi Kasus di Banda Aceh dan Aceh Besar)”, Ar -Raniry: International Journal of Islamic
Studies, vol. 1, no. 2, 2014, p. 298.
Puspitawati, Herien, “Persepsi Peran Gender Terhadap Pekerjaan Domestik Dan Publik Pada
Mahasiswa IPB”, Jurnal Studi Gender Dan Anak Yin Yang, vol. 5, no. 1, 2010, p. 2.
Ramli, Mohd Anuar, “Analisis Gender Dalam Hukum Islam”, Jurnal Fiqh, vol. 1, no. 9, 2012, pp. 137–
62.

14

Salamah, “PENELITIAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN BERDASARKAN PENDEKATAN SISTEM”,
JURNAL PENDIDIKAN, vol. 12, no. 2, 2006, p. 6.
Suhra, Sarifa, “Kesetaraan Gender Dalam Persepektif Al-Qur’an Dan Imlikasinya Terhadap Hukum
Islam”, Jurnal Al-Ulum, vol. 13, no. 2, 2013, p. 375.
Suparta, “Tantangan Pendidikan Islam Dalam Pemberdayaan Umat Dan Implikasinya Terhadap
Kesejahteraan Umat”, Akademika, vol. 20, no. 2, 2015, p. 4.
----, “TANTANGAN PENDIDIKAN ISLAM DALAM PEMBERDAYAAN UMAT DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP KESEJAHTERAAN UMAT”, AKADEMIKA, vol. 20, no. 2, 2015, p. 360.
----, “TANTANGAN PENDIDIKAN ISLAM DALAM PEMBERDAYAAN UMAT DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP KESEJAHTERAAN UMAT”, AKADEMIKA, vol. 20, no. 2, 2015, p. 360.
Susanto, Edi, “PENDIDIKAN AGAMA ISLAM; ANTARA TEKSTUALIS NORMATIF DENGAN
KONTEKSTUALIS HISTORIS”, Tadrîs, vol. 4, no. 2, 2009, p. 173.
Syamsudini, “KEHIDUPAN DOSEN DI UNIVERSITAS TERBUKA DALAM PERSPEKTIF DOSEN
PEREMPUAN DENGAN ANAK”, JSGI, vol. 4, no. 1, 2013, p. 62.
Wahyudi, Dedi, PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF PENDIDIKAN AKHLAK
DENGAN PROGRAM PREZI (Studi di SMP Muhammadiyah 2 Mlati Sleman Tahun Ajaran
2013-2014), p. 2.
Yuberti, “Peran Teknologi Pendidikan Islam Pada Era Global”, Akademika, vol. 20, no. 1, 2015, p.
138.

15