OPSI PENGELOLAAN IKAN TEMBANG (SARDINELLA FIMBRIATA) DI PERAIRAN KABUPATEN SUBANG, JAWA BARAT
J. Sosek KP Vol. 7 No. 1 Tahun 2012
OPSI PENGELOLAAN IKAN TEMBANG (SARDINELLA FIMBRIATA)
DI PERAIRAN KABUPATEN SUBANG, JAWA BARAT
1 2 1 Titin Salmah , Benny Osta Nababan dan Ujang Sehabuddin 2 Alumni Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, FEM, IPBDosen pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, FEM, IPB
Diterima 10 Maret 2011 - Disetujui 4 Juni 2012
ABSTRAK
Penelitian bertujuan menganalisis dampak kebijakan pajak dan jadwal melaut terhadap
pemanfaatan ikan tembang di perairan Kabupaten Subang telah dilakukan pada tahun 2011. Pengumpulan
data dilakukan dengan purposive sampling terhadap nelayan purse seine di TPI Belanakan, hasilnyadianalisis menggunakan metode analisis model bioekonomi. Hasil penelitian menunjukkan penangkapan
ikan tembang belum mengalami tangkap lebih (biological overfishing), tetapi jumlah effort yang digunakan
nelayan purse seine telah mengalami overcapacity atau effort yang berlebih. Kondisi ini melandasi opsikebijakan pengaturan hari melaut (trip) sesuai dengan jumlah trip pada kondisi sole owner (MEY) yang
dikombinasikan dengan pengembangan agroindustri tepung ikan tembang sebagai kompensasi untuk
menghindari peningkatan aktifitas yang kurang produktif. Penerapan kebijakan berupa penerapan pajak ini
akan menjadi solusi jangka panjang untuk eksploitasi sumberdaya ikan tembang yang berlebih.Kata kunci: model bioekonomi, ikan tembang (Sardinella fimbriata), Kabupaten Subang.
Abstract : Tembang Fish Management Option (Sardinella fimbriata) in Subang Regency, West Java.
By: Titin Salmah, Benny Osta Nababan and Ujang Sehabuddin.
The study aims to analyze the impact of the tax policy and schedule to sea toward utilization of
Tembang fish in Subang regency have been conducted at 2011. Data collected by purposive sampling
from purse seine fisheries operate at TPI Belanakan and the result was analyzed using bioeconomic model
method. The research showed that Tembang fish has not run into overexploitation (biological overfishing),
but the amount of effort used by purse seine fishermen has been overcapacity or excessive effort. Suggested
Policy recommendations is to conduct policy-setting day at sea (trip) in accordance with the number of trips
on the condition sole owner (MEY) combined with the development agroindustry of Tembang fish flour as
compensation to avoid an increasing less productive activities. The application of tax policy will be a long
term solution for the exploitation of tembang fish.Keywords : bioeconomic modelling, tembang fish (Sardinella fimbriata), Subang Regency
19
Opsi Pengelolaan Ikan Tembang (Sardinella Fimbriata) ....... (Titin Salmah, Benny Osta Nababan dan Ujang Sehabuddin) PENDAHULUAN
Sumberdaya ikan yang menjadi target nelayan adalah jenis ikan yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Pemanfaatan ikan bernilai jual tinggi di perairan Kabupaten Subang diduga telah menyebabkan terjadinya kelangkaan. Kondisi ini dirasakan oleh nelayan purse seine yang beroperasi di perairan Kabupaten Subang, di mana dalam pencarian ikan bernilai jual ekonomis tinggi didapatkan 17% dari hasil tangkapan dan sisanya adalah jenis ikan tembang (
Sardinella fimbriata) yang bernilai
jual rendah (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang, 2008). Hal ini menunjukkan potensi ikan tembang di Perairan Kabupaten Subang tersedia cukup tinggi dan telah terjadi peralihan target pemanfaatan jenis ikan, dari jenis yang semakin langka dan bernilai jual tinggi ke jenis ikan tembang. Konsekuensinya, jika pemanfaatan ikan tembang tidak terkendali, maka akan menyebabkan kepunahan bagi sumber daya tersebut.
Perairan Subang terletak di bagian utara Provinsi Jawa Barat yang berhadapan langsung dengan Laut Jawa. Secara implisit perairan tersebut berkontribusi dalam pemanfaatan sumber daya ikan pelagis kecil di WPP Laut Jawa, terutama jenis ikan tembang. Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang (2008), jenis ikan yang dominan dihasilkan adalah ikan tembang. Ikan tembang merupakan jenis ikan pelagis kecil yang memiliki kandungan omega 3 tinggi, yaitu sebesar 3,90 gram per 100 gram ikan sehingga baik digunakan untuk konsumsi dan pakan
. Keunggulan tersebut menunjukkan
perlunya perhatian terhadap kelestarian ikan tembang. Jika pemanfaatan ikan ini tidak dikontrol dari sekarang, maka akan mengancam kelestarian atau kepunahan bagi sumberdaya ikan tembang di masa mendatang. Untuk mengontrol tingkat eksploitasi perikanan tembang di Kabupaten Subang maka perlu dilakukan analisis bioekonomi, dimana secara biologi ikan tembang dapat lestari dan secara ekonomi nelayan dapat tetap memperoleh keuntungan dari pemanfaatan ikan tembang tersebut.
Tujuan dari penelitian ini adalah : 1) . m enganalisis kondisi hasil tangkapan,
effort dan rente ekonomi aktual ikan
tembang; 2) . m engestimasi jumlah tangkapan, effort dan rente ekonomi ikan tembang yang optimal secara biologi dan ekonomi;
3) .. menganalisis implikasi kebijakan
(pajak dan pengaturan jadwal melaut yang dikombinasikan dengan agroindustri) terhadap pemanfaatan ikan tembang di Perairan Kabupaten Subang.
K
erangka PemikiranBerdasarkan data produksi Kabupaten Subang, ikan tembang merupakan ikan yang banyak dihasilkan di Perairan Kabupaten Subang (BPS Kabupaten Subang, 2008). Ikan tembang merupakan bagian dari jenis ikan yang tergolong murah. Namun, bukan berarti ikan tersebut tidak penting untuk diperhatikan. Jika penangkapan ikan tembang tidak dikontrol dari sekarang, dikhawatirkan akan terjadi kepunahan sumber daya ikan tembang pada masa yang akan datang sehingga kebutuhannya sebagai bahan baku tidak akan terpenuhi. Oleh karena itu, diperlukan suatu regulasi dalam pemanfaatan ikan tembang, yaitu dengan menggunakan analisis bioekonomi. Keterangan ini dapat diperjelas dengan kerangka pemikiran pada Gambar 1.
Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Blanakan, Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat dengan pertimbangan bahwa TPI di desa ini merupakan pangkalan ikan yang sudah maju dan memiliki kontribusi yang tinggi dalam menghasilkan penangkapan ikan tembang di Kabupaten Subang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2009 dan Juli sampai Agustus 2010.
21 J. Sosek KP Vol. 7 No. 1 Tahun 2012
Gambar 1. Kerangka Pemikiran yang Digunakan dalam Penelitian.
Figure 1. Research Framework Being Used in the Study.
Jenis dan sumber dataPengumpulan data dilakukan melalui wawancara langsung dengan nelayan dan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah dibuat (kuesioner). Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer terdiri dari biaya penangkapan, jenis alat tangkap yang digunakan, jumlah hari dalam setiap
trip
dan daerah penangkapan serta ukuran ikan tembang yang telah ditangkap. Data sekunder yang diperlukan adalah data berkala (time series
) terdiri dari harga ikan, hasil tangkapan, upaya penangkapan selama sebelas tahun terakhir. Data ini diperoleh dari Biro Pusat Statistik Kabupaten Subang (BPS), Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP) serta instansi-instansi yang terkait lainnya.
Metode Pengumpulan Data
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling atau pemilihan responden secara sengaja dengan pertimbangan bahwa responden dapat berkomunikasi dengan baik dalam pengisian kuesioner dan mengetahui cakupan pemanfaatan sumber daya ikan tembang. Responden dipilih merupakan nelayan yang mendaratkan hasil tangkapannya di TPI Desa Blanakan. Jumlah responden nelayan yang dalam penelitian ini sebanyak 30 menggunakan kapal dengan alat tangkap yang digunakan hanya ada satu yaitu purse
seine dan menyebar normal di Kabupaten
Subang. Hal ini berdasarkan jenis responden yang homogen dan asumsi dalam sampel ini adalah menyebar normal, sehingga jumlah sampel ≤ 30 dapat dilakukan (Randika, 2008).
Metode Analisis Data Catch Per Unit Effort (CPUE)
Setelah data produksi dan upaya (effort) disusun dalam bentuk time series selama sebelas tahun, maka dapat ditentukan nilai CPUE dengan merasiokan antara produksi dan
effort. Menurut Gulland (1983) dalam
Randika (2008), perhitungan CPUE bertujuan untuk mengetahui kelimpahan dan tingkat Pemanfaatan ikan tembang yang cukup tinggi di Perairan Kabupaten Su bang / High exploitation tembang fish in Subang district territorial Belum teridentifikasi hasil tangkapan, effort dan rente ekonomi ikan tembang yang optimal / Not indicated optimally of harvest, effort, and economic rent Belum teridentifikasi kondis i hasil tangkapan, effort dan rente ekonomi ikan tembang secara aktual / Not indicated actually of harvest, effort, and Belum teridentifikasi kebijakan pengelolaan sumberdaya ikan tembang yang berkelanjutan / / Not indicated sustainability o f policy tembang fish Analisis bioekonomi / Bioeconomic Analysis Optimalisasi pemanfaatan ikan tembang / Optimization exploitation of tembang fish Pajak / Tax Hari melaut / Day fishing Agroindustri ikan tembang / Agroindustry of tembang fish Rekomend asi kebijakan pengelolaan ikan tembang / Policy recommendation of tembang fish exploitation Belum teridentifikasi kondisi hasil tangkapan, effort dan rente ekonomi ikan tembang secara aktual/ Not indicated actually of harvest, effort and economic rent
Opsi Pengelolaan Ikan Tembang (Sardinella Fimbriata) ....... (Titin Salmah, Benny Osta Nababan dan Ujang Sehabuddin)
pemanfaatan sumberdaya perikanan Parameter fungsi produksi lestari pada suatu daerah perairan tertentu. (α dan β) diestimasi melalui analisis regresi Nilai CPUE dapat dinotasikan sebagai berikut: antara hasil tangkapan per unit tingkat upaya (h/E) pada berbagai tingkat upaya penangkapan dengan menggunakan model
catch t
........................(1) sebagai berikut:
CPUE = t effort t t = 1,2,…n h/E =
........................(4)
α-βE
Di mana: dimana : = Tangkapan per upaya penangkapan
CPUE t
CPUE = h/E
pada tahun ke- t/ Catch Per Unit
Effort at t year (ton/trip)
Persamaan diatas secara umum dapat dituliskan
Catch t = Tangkapan pada tahun ke- t/ Catch sebagai: at -t year (ton) yi = β0 + β1E
Effort = Upaya penangkapan pada tahun ke- ........................(5)
tt/
Effort at –t year (trip)
Analisis bioekonomi menitikberatkan pada pendekatan biologi dan ekonomi dengan membandingkan persamaan (4) dan yang merupakan salah satu alternatif (5) terlihat bahwa: upaya optimalisasi pengelolaan perikanan yang sustainable
. Fungsi produksi lestari
α = β dan β = β
1
perikanan tangkap yang menggambarkan keterkaitan antara tingkat upaya penangkapan Secara matematis, upaya penangkapan dan produksi lestari, menurut Schaefer yang dilakukan untuk mencapai produksi
(1957) dalam Fauzi (2004) adalah: maksimum lestari dapat ditulis menurut q K 2 2 persamaan berikut:
h=qke -[ ] r E ........................(2) h
∂
2 E = − = α β
dapat disederhanakan menjadi E 2 ∂ 2 Kq α ....(3) h= E - E , dimana q K dan E = r ........................(6) msy
2 β
Keterangan: h = Produksi tangkapan/ Harvest (ton) Dari analisis regresi dengan menggunakan
OLS pada persamaan (4), akan diperoleh
r = Laju pertumbuhan alami/ Rate nilai parameter alpha (α) dan beta (β) yang
fintrinsic growth (ton/tahun) disubstitusikan ke persamaan bentuk linear.
K = Kapasitas daya dukung lingkungan/ Selain itu diperlukan parameter ekonomi, yaitu
Carrying capacity (ton/tahun) harga dan biaya. Dalam kajian bioekonomi, biaya penangkapan didasarkan atas asumsi q = Koefisien kemampuan tangkap/ bahwa hanya faktor penangkapan
Catchability coefficient (ton/trip)
yang diperhitungkan, sehingga biaya E = Upaya penangkapan/ Effort (trip) penangkapan dapat didefinisikan sebagai
22
23 J. Sosek KP Vol. 7 No. 1 Tahun 2012 variabel per trip operasi dan dianggap konstan.
adalah jenis kapal motor dengan ukuran berkisar antara 13 sampai 29 GT. Setiap kapal mempunyai jumlah nelayan sekitar 21 sampai 25 orang yang terdiri dari nakhoda, juru masak, penyelam, penjaga mesin dan sebagainya sesuai dengan tugas masing-masing anak buah kapal (ABK). Jika bulan gelap, maka penangkapan ikan dilakukan pada malam hari yang biasa terjadi pada tanggal 19 sampai 30 dan 1 sampai 5 di bulan Hijriyah. Sebaliknya, jika terang bulan, maka penangkapan dilakukan pada siang hari yang biasa terjadi pada tanggal 10 sampai 15 di bulan Hijriyah. Pada malam hari nelayan menggunakan alat bantu lampu, sedangkan pada siang hari menggunakan alat bantu rumpon.
Sumber : Diacu dalam Fauzi (2005) / Source: Reffer to Fauzi (2005) /Variable
Table 1. Gordon Schaefer Model Formula.
Economic rent (π) Ph MEY - cE MEY Ph MSY - cE MSY Ph OA – cE OA Tabel 1. Formula Model Gordon–Schaefer.
4 2 α (E OA ) – β (E OA ) 2 Rente ekonomi /
Produksi tangkapan / Harvest (h) α (E MEY ) – β (E MEY ) 2
2 2 p c p
Upaya Penangkapan / Effort (E) p c p
Variabel Rezim Pengelolaan Regime Management MEY MSY Open Access
seine
Analisis bioekonomi pada penelitian ini menggunakan pendekatan optimal statik, di mana analisis tersebut tidak memasukkan faktor waktu. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa model yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Armada yang digunakan nelayan purse
. Purse seine merupakan alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan gerombolan seperti ikan pelagis. Ukuran panjang dan kedalaman dari alat tangkap purse seine yang digunakan di TPI Blanakan masing-masing sekitar 200 m dan 30 m. Alat tangkap tersebut dioperasikan dengan menggunakan alat bantu rumpon dari daun kelapa dan lampu.
Dari tiga TPI tersebut yang menghasilkan ikan tembang terdapat pada TPI Blanakan Kecamatan Blanakan. Dua TPI dari kecamatan lainnya tidak terdapat hasil tangkapan ikan tembang. Hal ini dikarenakan pada daerah tersebut tidak ada jenis alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan tembang selain purse seine
serta rumah nelayan. Setiap kecamatan memiliki TPI yang diunggulkan. Nama TPI yang diunggulkan dari masing-masing kecamatan adalah TPI Blanakan dari Kecamatan Blanakan yang dikelola oleh KUD Mina Fajar Sidik, TPI Mayangan dari Kecamatan Legonkulon yang dikelola oleh KUD Saluyu Mulya dan TPI Trungtum dari Kecamatan Pusakanagara yang dikelola oleh KUD Misaya Guna.
break water
Pantai Kabupaten Subang terdapat di wilayah Pantura yang terdiri dari tiga kecamatan dan tujuh buah Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) dengan fasilitas yang terdiri dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI), listrik, air tawar, dermaga, talud atau turap, BBM, pabrik es dan
HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaan Perikanan Tembang di Kabupaten Subang
dari model tersebut dapat disajikan pada Tabel 1.
Gordon-Schaefer. Secara ringkas formulasi
Catch Production /
Opsi Pengelolaan Ikan Tembang (Sardinella Fimbriata) ....... (Titin Salmah, Benny Osta Nababan dan Ujang Sehabuddin)
Tahun/ Years Produksi Tangkapan/ Catch Production (ton) Effort (trip)
Tabel 2. Produksi, Effort dan CPUE Ikan Tembang di Kabupaten Subang, 1998-2008.
1,491.97 2,912 0.799 Sumber : Data diolah, 2010 / Source: Processed data, 2010 Keterangan : Alat tangkap digunakan yaitu purse seine / Description: Fishing gear used is Purse seine
Rata-rata/ Average
1,110.20 4,320 0.257 2000 1,475.60 4,608 0.320 2001 2,049.60 4,800 0.427 2002 2,064.50 2,813 0.734 2003 1,943.50 2,907 0.669 2004 1,355.50 4,600 0.295 2005 775.80 1,078 0.720 2006 1,401.30 766 1,830 2007 1,337.50 907 1,475 2008 1,607.00 909 1,768
1998 1,291.20 4,320 0.299 1999
CPUE (ton per trip)
Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa rata-rata CPUE ikan tembang dari periode 1998-2008 sebesar 0,799 yang berarti bahwa dengan tingkat effort sebesar 2.912 trip akan menghasilkan produksi sebesar 1.491,97 ton. Selanjutnya untuk memperoleh nilai α dan β maka dilakukan pengolahan data dengan OLS dari Tabel 2, dimana CPUE sebagai variabel y dan effort sebagai variabel x. Hasil pengolahan data menggunakan OLS tersebut dapat dilhat pada Tabel 3.
Jika nelayan menggunakan alat bantu rumpon, maka nelayan dapat beroperasi pada selain tanggal yang telah disebutkan sebelumnya.
penangkapan ikan. Hal ini lebih disebabkan oleh peningkatan pada harga bahan bakar minyak (BBM) tahun tersebut sehingga mengakibatkan peningkatan biaya operasional yang lebih tinggi dibandingkan dengan penerimaannya.
(effort)
Penurunan produksi ikan tembang pada tahun 2005 dikarenakan adanya pengurangan pengoperasian
2008 adalah 1.492 ton. Jumlah produksi tertinggi dan terendah dicapai pada tahun 2002 sebesar 2.064,5 ton dan 2005 sebesar 775,8 ton. Sedangkan peningkatan dan penurunan yang paling drastis terjadi pada tahun 2006 sebesar 80,63% dan 2005 sebesar 42,77%.
Pada Tabel 2 terlihat bahwa perkembangan produksi ikan tembang dari setiap tahunnya mengalami peningkatan dengan rata-rata produksi dari periode 1998-
Analisis Bioekonomi
Penangkapan ikan dilakukan di daerah pantai yang berjarak sekitar 50 sampai 90 mil ke arah utara dari pantai Blanakan. Setiap bulannya nelayan purse seine selalu menghasilkan tangkapan ikan tembang. Namun, puncak tangkapan hasil ikan tembang yang tinggi terjadi pada kisaran bulan Juni sampai Oktober dan terjadinya hasil yang rendah pada kisaran bulan Desember sampai Februari. Pembagian hasil tangkapan dilakukan setelah melakukan pelelangan dan membeli kebutuhan yang diperlukan untuk pengoperasian berikutnya. Dalam hal ini pihak KUD mendapat bagian 5% dari hasil tangkapan nelayan. Sedangkan untuk anak buah kapal (ABK) dan pemilik masing- masing mendapat 50% dari hasil tangkapan setelah dikurangi biaya.
Table 2. Production, Effort and CPUE of Tembang Fish in Subang Regency, 1998-2008.
J. Sosek KP Vol. 7 No. 1 Tahun 2012 Parameter Hasil/Result
Gambar 2 menunjukkan pertumbuhan produksi lestari cenderung mengalami peningkatan rata-rata sebesar 5,96%. Produksi lestari yang sangat rendah terjadi pada tahun 2001 karena tingkat effort pada tahun tersebut sangat tinggi sebesar 4.800 trip yang telah melebihi effort maksimum (2.729 trip). Sedangkan produksi yang sangat tinggi terjadi pada tahun 2002 dengan effort sebesar 2.813 trip. Namun, jumlah produksi tersebut masih di bawah tingkat maksimum (MSY) dengan tingkat
Gambar 2. Perbandingan Produksi Aktual dan Lestari Ikan Tembang di Kabupaten Subang,
1998-2008.Sus tainable Production (T on)
0,00 2500 2000 1500 500 1000 500,00 1000,00 1500,00 2000,00 2500,00 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Produksi aktual Produksi lestari Actual Production Sustainable Production Actual Production (T on)
tingkat maksimum. Akan tetapi pada saat effort melebihi tingkat maksimum akan menurunkan produksi lestari seiring dengan peningkatan pada jumlah effort.
effort sampai mencapai
produksi lestari akan terus meningkat seiring dengan peningkatan
effort yang melebihi jumlah maksimum. Jumlah
(trip), maka akan menurunkan jumlah CPUE (Y) sebesar 0,00031 ton per trip. Hal ini dibuktikan dengan data dalam Tabel 2 bahwa jika tingkat effort di atas angka seribu, maka akan menghasilkan nilai CPUE di bawah angka satu, sedangkan jika tingkat effort di bawah angka seribu, maka menghasilkan nilai CPUE di atas angka satu.
α 1.71324 β -0.00031
effort (E) sebesar satu-satuan
Persamaan ini berarti bahwa setiap terjadi peningkatan
Hubungan tersebut dinyatakan dalam persamaan Y = 1,71324 – 0,00031E, dimana Y = CPUE, koefisien α = 1,71324 dan β = -0,00031.
Hasil pengolahan data menghasilkan nilai R 2 yang cukup tinggi yaitu sebesar 79 %. Selain itu, hasil olahan menunjukkan korelasi antara CPUE dan effort adalah negatif.
Sumber : Hasil olahan, 2010 / Source : Processed data, 2010
Tabel 3. Parameter Values α and β of Processing Results Using a OLS.
R 2 0.790035 Tabel 3. Nilai Parameter α dan β dari Hasil Pengolahan Menggunakan OLS.
Figure 2. Compare of Actual and Sustainable Production Tembang Fish in Subang Regency,
1998-2008.
Opsi Pengelolaan Ikan Tembang (Sardinella Fimbriata) ....... (Titin Salmah, Benny Osta Nababan dan Ujang Sehabuddin)
Gambar 3. Kurva Kuadratik Produksi Aktual dan Lestari Ikan Tembang di Kabupaten Subang
pada 1998-2008.Schaefer tepat untuk digunakan dalam
E = Upaya penangkapan/ Effort Parameter alpha dan beta digunakan dalam menentukan tingkat produksi pada pengelolaan MSY, MEY dan open access . Biaya penangkapan per trip terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap meliputi harga perahu, mesin, alat tangkap, perawatan perahu, perawatan mesin dan perawatan alat tangkap. Sedangkan pada biaya variabel terdiri dari biaya BBM, es balok, oli, pangan, perizinan berlayar dan rumpon.
Per Unit Effort
di mana, Y = CPUE (produksi per unit upaya) / Catch
Least Square (OLS) untuk sumber daya ikan tembang adalah Y = 1,71324 – 0,00031E.
Data yang digunakan untuk melakukan regresi dapat dilihat pada Tabel 2. Nilai R sebesar 0,89 menunjukkan adanya korelasi yang tinggi antara peubah bebas (E) dan tidak bebas (CPUE). Sedangkan nilai R2 yang bernilai 0,79 menunjukkan bahwa 79% keragaman nilai CPUE dipengaruhi oleh variabel bebas (E) dan sisanya dipengaruhi variabel lain diluar model. Model Ordinary
penelitian ini karena nilai R 2 yang dihasilkan mendekati angka satu.
yaitu 0,79. Nilai R 2 menunjukkan tingkat persentase dari keragaman variabel Y yang menggambarkan hubungan linear dengan variabel X. Semakin tinggi nilai R 2 mendekati angka 1 atau 100% menunjukkan bahwa model semakin baik. Dengan demikian model Gordon
Figure 3. Quadratic Curve Actual and Sustainable Production of Tembang Fish in Subang
Regency at 1998-2008.Gordon Schaefer hampir mendekati satu,
Model yang digunakan pada penelitian ini adalah model Gordon Schaefer. Penggunaan model ini dikarenakan adanya kesesuaian dengan asumsi yang berlaku pada model tersebut. Selain itu nilai R 2 dari model
overfishing.
masih di bawah lestarinya mengindikasikan bahwa tahun tersebut belum mengalami
overfishing. Sebaliknya, produksi aktual yang
Dari Gambar 3 nampak bahwa produksi aktual yang melebihi produksi lestari terjadi pada tahun 2000-2001, 2004 dan 2006-2008, sedangkan produksi aktual yang masih di bawah produksi lestari terjadi pada tahun 1998-1999, 2002-2003, dan 2005. Produksi aktual yang telah melebihi lestarinya mengindikasikan bahwa tahun tersebut telah mengalami
Biaya penangkapan dihasilkan dari perhitungan rata-rata biaya variabel dari
J. Sosek KP Vol. 7 No. 1 Tahun 2012
sampel nelayan purse seine yang dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) menangkap ikan tembang. Dengan guna mengeliminir pengaruh inflasi demikian diperoleh total biaya yang (Nababan, 2006). Berdasarkan perhitungan dikeluarkan sebesar Rp 1.690.217 per trip. tersebut, maka diperoleh nilai harga Rincian biaya operasional penangkapan rata-rata sebesar Rp 3.344,624 per kg ikan disajikan pada data dalam Tabel 4. yang dapat dilihat pada data dalam Tabel 5.
Salah satu aspek ekonomi yang Jika dikonversi ke dalam satuan diperlukan dalam kajian bioekonomi adalah faktor harga. Harga ikan diperoleh dari ton, maka menjadi Rp 3.344.624 per ton. rata-rata data sekunder harga ikan di
Dari data tersebut terlihat bahwa ikan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) tembang memiliki nilai jual yang cukup Kabupaten Subang yang telah disesuaikan rendah.
Tabel 4. Biaya Operasional Penangkapan Ikan Tembang di Kabupaten Subang, 2010.
Table 4. Operational Cost for Tembang Fish Capture in Subang Regency, 2010.
Biaya Operasional/ Rata-rata Biaya Per Kapal Purse Seine/ No Operational cost Average cost per vessel purse seine (Rp)
1 BBM /
Fuel
2,300,000
2 Es balok /
Block Ice
705,166
3 Oli / Oil 121,833
Perbekalan melaut / Ransoom
4 1,883,333
Perizinan berlayar / Licence
5 21,000
Rumpon / Rumpoon
6 1,525,000
Total biaya operasional per kapal / 6,556,333
Total operational cost per vessel Biaya operasional komposisi ikan tembang per kapal / Operational cost tembang fish 1,690,217 composition per vessel (26%)
Sumber : Hasil analisis data (2010) / Source: Data analyzed (2010)
Tabel 5. Harga Nominal dan Harga Riil Ikan Tembang serta IHK Perikanan di Kabupaten Subang,
2010.
Table 5. Nominal and Real Price of Tembang Fish and CPI of Fisheries in Subang Regency,
2010.Tahun / Years Harga Nominal
IHK Kabupaten Subang / Harga Riil / Real Price / Nominal Price CPI Subang Regent (Tahun (Rp/Kg) Dasar / base year= 2005)
2002 4,400 1,0278 4,281,001
2003 2,000 1,1030 1,813,278
2004 3,000 0.9995 3,001,434
2005 4,000 1,0000 4,000,000
2006 4,000 1,0040 3,984,018
2007 3,000 1,0040 2,988,014
Rata rata / Average 3,344,624
Sumber : Data diolah, 2010 / Source: Data processed, 2010
27
Opsi Pengelolaan Ikan Tembang (Sardinella Fimbriata) ....... (Titin Salmah, Benny Osta Nababan dan Ujang Sehabuddin)
Analisis bioekonomi yang digunakan yang berkaitan dengan tingkat upaya yang dalam penelitian ini adalah model Gordon diperbolehkan untuk pengelolaan yang
Schaefer. Model ini menghasilkan parameter
sustainable. Nilai effort dari rezim pengelolaan alpha dan beta yang telah diperoleh pada MSY sebesar 2.729 trip per tahun, MEY sebesar keterangan sebelumnya. Parameter ekonomi 1.924 trip per tahun dan OA sebesar 3.848 yang digunakan adalah biaya penangkapan trip per tahun. per trip dan harga ikan tembang per kg yang
Nilai rente ekonomi menunjukkan dikonversi dalam ton. Hasil dari parameter- tingkat keuntungan secara ekonomi dalam parameter tersebut dapat dilihat pada data upaya pemanfaatan sumber daya ikan tembang. dalam Tabel 6.
Nilai ini menyimpan informasi mengenai
Tabel 6. Parameter Alpha, Beta dan Ekonomi Perikanan Tembang di Kabupaten Subang, 2010.
Table 6. Alpha, Beta and Economic Parameters of Tembang Fisheries in Subang Regency, 2010.
Parameter Nilai / Value
Alpha 1.71324
Beta -0.00031
Biaya / Cost (Rp per trip) 1,690,217
Harga / Price (Rp per ton) 3,344,624
Sumber : Hasil analisis data, 2010 / Source : Data analysed, 2010 Analisis Optimalisasi Sumber Daya Ikan
besarnya hasil tangkapan yang diperbolehkan
Tembang untuk pengelolaan yang berkelanjutan.
Tingkat produksi pada rezim pengelolaan Parameter yang telah dihasilkan
MSY sebesar 2.337,62 ton per tahun, MEY dapat digunakan untuk mencari produksi sebesar 2.134,24 ton per tahun dan OA dari berbagai rezim pengelolaan, yaitu MSY, sebesar 1.944,55 ton per tahun. MEY dan open access
. Hasil perhitungan produksi tersebut dapat dilihat pada Tabel Nilai effort menunjukkan tingkat upaya yang dilakukan dalam pemanfaatan
7. Nilai produksi menunjukkan hasil tangkapan dari upaya pemanfaatan sumber daya ikan sumber daya ikan tembang di Kabupaten tembang. Nilai ini menyimpan informasi Subang. Nilai ini menyimpan informasi Tabel 7. Hasil Analisis Bioekonomi Perikanan Tembang di Kabupaten Subang, 2010.
Table 7. Result of Tembang Fisheries Bioeconomic Analysis in Subang Regency, 2010.
Parameter Rezim pengelolaan / Produksi / Rente Ekonomi /
Management Regime Effort (trip) Production (ton) Economic Rent (Rp)
Aktual / Actual 2,912 1,491.97 68,790,706
MSY 2,729
2,337.62 3,206,066,795 MEY
2,134.24 1,924 3,886,324,795 OA
1,944.55 3,848
Sumber : Hasil analisis, 2010 / Source : Data analyzed, 2010
29 J. Sosek KP Vol. 7 No. 1 Tahun 2012 besarnya tingkat keuntungan untuk pengelolaan yang sustainable
melebihi jumlah effort pada pengelolaan MSY dan MEY. Kebijakan untuk mengendalikan pemanfaatan sumber daya ikan tembang dari aspek input produksi adalah menjaga upaya penangkapan ikan tembang pada level optimal, yaitu sebesar 1.924 trip. Dengan demikian pemerintah Kabupaten Subang diharapkan dapat menetapkan dan tidak menambah tingkat upaya dalam penangkapan ikan tembang. Hal ini untuk mencegah ketidakoptimalan dalam pemanfaatan sumber daya ikan tembang yang mengakibatkan terjadinya penurunan produktivitas dan pendapatan yang diterima nelayan.
effort OA sebelum diterapkan
Tingkat
Nababan (2006), menyatakan pajak terhadap input merupakan salah satu instrumen yang dapat mengurangi jumlah effort yang telah melebihi tingkat optimal. Pajak ini diberlakukan pada setiap trip dan mempengaruhi biaya total operasional. Secara matematis dapat diformulasikan : TC = cE dan TC r = (c r + (* c))E
Penerapan instrumen ini dapat dilakukan melalui penggunaan input dan output .
effort adalah pajak (Fauzi, 2010).
salah satu instrumen yang dapat mengurangi tingkat
effort yang berlebih dari tingkat optimal,
Oleh karena itu, dibutuhkan suatu regulasi untuk mengatasi terjadinya penggunaan
effort pada kondisi aktual telah
. Tingkat rente ekonomi pada kondisi MSY sebesar Rp 3.206.066.795, MEY sebesar Rp 3.886.324.795 dan OA sebesar Rp 0.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari perhitungan model Gordon- Schaefer menunjukkan terjadinya overcapacity, artinya
Analisis Pengelolaan Ikan Tembang Menggunakan Instrumen Pajak
tinggi untuk mencari ikan, sehingga berdampak pada minimnya manfaat ekonomi yang diperoleh nelayan. Oleh karena itu, dibutuhkan intervensi dari pemerintah Kabupaten Subang untuk mengatasi permasalahan pengelolaan penangkapan ikan tembang di Perairan Kabupaten Subang. Sehubungan dengan hal ini, maka dapat dilakukan dengan beberapa instrumen kebijakan dalam perikanan.
effort dalam jumlah yang
Jumlah effort aktual yang melebihi kondisi MSY dan MEY menyebabkan tingginya biaya yang digunakan dalam penangkapan ikan tembang, sedangkan harga ikan tembang bernilai rendah. Kondisi ini akan berimplikasi pada nilai rente ekonomi yang rendah. Berdasarkan keterangan di atas, terlihat bahwa pengelolaan penangkapan ikan tembang di Perairan Kabupaten Subang belum optimal atau menyamai pengelolaan pada kondisi OA, di mana pada perolehan nilai rente ekonomi yang rendah nelayan masih mengoperasikan
(by catch) dan pada akhirnya penangkapan ikan tersebut tidak terdata dalam laporan.
secara biologi. Sedangkan pada tingkat effort aktual berjumlah lebih besar dibandingkan dengan jumlah effort dari dua rezim pengelolaan, yaitu MSY dan MEY, tetapi lebih kecil jika dibandingkan dengan rezim pengelolaan OA. Kondisi ini menunjukkan bahwa pemanfaatan sumberdaya ikan tembang telah mengalami overcapacity. Hal ini dikarenakan ikan tembang memiliki nilai jual yang cukup rendah sehingga nelayan lebih memilih tangkapan ikan yang mempunyai nilai jual tinggi. Dampaknya adalah ikan tembang yang telah di tangkap akan terbuang ketika nelayan memperoleh penangkapan ikan bernilai jual tinggi
overfishing
Rata-rata jumlah produksi, effort dan rente ekonomi pada kondisi aktual masing- masing sebesar 1.491,97 ton per tahun, 2.912 trip per tahun dan Rp.68.790.706. Rata- rata tingkat produksi aktual ikan tembang lebih rendah dibandingkan dengan tingkat produksi dari berbagai rezim pengelolaan (MSY, MEY dan OA). Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan sumber daya ikan tembang belum mengalami
pajak sebesar 3.848 trip dan setelah dikenakan pajak input tingkat effort akan berkurang sesuai dengan besarnya pajak, artinya semakin tinggi nilai pajak akan semakin tinggi pengurangan terhadap
Opsi Pengelolaan Ikan Tembang (Sardinella Fimbriata) ....... (Titin Salmah, Benny Osta Nababan dan Ujang Sehabuddin)
tingkat
effort. Pada data dalam Tabel 8
penjadwalan hari melaut bagi nelayan
purse seine yang dikombinasikan dengan
terlihat bahwa besar pajak yang dapat mengurangi
effort sampai tingkat
alternatif pekerjaan lain berupa agro industri MEY adalah 119,51%. yang terkait erat dengan ikan tembang.
Tabel 8. Dampak Pajak Input terhadap Effort Perikanan Tembang di Kabupaten Subang, 2010.
Table 8. Impact of Input Tax on Fishing Effort Tembang in Subang Regency, 2010.
Pajak Input / Tax Effort Before Tax Effort After Tax / τ ∆E (%) in I ( ( nput (%) Trip) Trip)
15.00 3,848 3,606 -6.29 30.00 3,848 3,364 -12.58
3,123 45.00 3,848 -18.84
2,971 54.44 3,848 -22.79 60.00 3,848 2,882 -25.10
1,924 119.51 3,848 -50.00 Sumber : Hasil analisis, 2010 / Source : Data analyzed, 2010 Untuk mengurangi effort yang berlebih sesuai dengan banyaknya pajak yang diterapkan.
selain pajak input, pemerintah juga dapat Dari data dalam Tabel 9 terlihat bahwa jumlah menerapkan pajak output. Pajak ini diberlakukan pajak yang dapat mengurangi effort sampai pada setiap output atau setiap unit ikan yang pada tingkat optimal (MEY) sebesar 54,44%. dijual. Pajak output akan mempengaruhi Hal ini menunjukkan pengaruh pajak output penerimaan nelayan penangkap ikan tembang. lebih tinggi dibandingkan dengan pajak Secara matematis dapat diformulasikan input
. Namun, pajak output ataupun input sebagai berikut: penerimaan sebelum pajak tidak dapat diterapkan oleh pemerintah karena nilai tersebut terlalu tinggi bagi yaitu TR = ph, penerimaan setelah pajak yaitu
TR r = (p – (r* p)) h. nelayan penangkap ikan tembang sehingga diperlukan alternatif kebijakan lain yang Sebelum diterapkan pajak output, lebih aplikatif, yaitu menetapkan tingkat tingkat
effort OA sebesar 3.848 trip dan setelah effort optimal yang dapat dilakukan dengan
diterapkan pajak tingkat effort akan berkurang
Tabel 9. Dampak Pajak Output terhadap Effort Perikanan Tembang di Kabupaten Subang,
2010.Table 9. Impact of Output Tax on Fishing Effort Tembang in Subang Regency, 2010.
Pajak Output / Tax Effort before tax Effort after tax / τ ∆E (%) out ( ( Output (%) trip) trip)
15.00 3,848 3,564 -7.38 30.00 3,848 3,158 -17.93 45.00 3,848 2,531 -34.23 54.44 3,848 1,924 -50.00 60.00 3,848 1,433 -62.76
Sumber : Hasil analisis, 2010 / Source: Data analyzed, 2010
31 J. Sosek KP Vol. 7 No. 1 Tahun 2012
Gambar 4. Ilustrasi Pengaturan Jadwal Melaut yang Dikombinasikan dengan Agroindustri
Perikanan Tembang di Kabupaten Subang, 2010.
Figure 4. Illustration Schedulle for Fishing Combined with Agroindustry of Tembang Fisheries
in Subang Regency, 2010.Pengaturan Jadwal Hari Melaut
Pada Gambar 4 menunjukkan ilustrasi pengaturan jadwal melaut yang dikombinasikan dengan agroindustri. Pengaturan penjadwalan hari melaut dapat disimulasikan sebagai berikut:
1. Upaya optimal atau MEY sebanyak 1.924 trip per tahun (hasil analisis), jumlah hari dari setiap trip adalah tiga hari (hasil wawancara dengan nelayan) dan armada sebanyak 30 unit (sampel yang diambil dalam penelitian) sehingga upaya optimum per bulan per armada adalah 5 trip.
2. Pergiliran melaut dilakukan sebanyak dua tahap. Tahap pertama diterapkan pada 15 armada dan tahap kedua diterapkan pada 15 armada lainnya. Tahap ini dilakukan secara bergiliran dengan selang waktu selama tiga hari, artinya jika armada tahap pertama melakukan operasi penangkapan, maka armada pada tahap kedua mendapat giliran istirahat yang dikombinasikan dengan alternatif pekerjaan baru berupa agroindustri selama operasi penangkapan yang dilakukan armada tahap pertama (tiga hari). Sebaliknya, jika armada tahap kedua yang melakukan operasi penangkapan, maka armada tahap pertama mendapat giliran istirahat.
3. Istirahat dilakukan selama satu hari dan alternatif pekerjaan baru (agroindustri) dilakukan selama dua hari. Pengkombinasian istirahat dan alternatif pekerjaan baru dilakukan secara bergiliran pada setiap lima armada yang tidak mendapat giliran melaut.
Sebagai catatan untuk nelayan yang melakukan alternatif pekerjaan baru (agroindustri), saat mendapat giliran tidak melaut adalah nelayan yang tidak memiliki pekerjaan sampingan atau utama.
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kesimpulan
1. Kondisi tangkapan ikan tembang di Perairan Kabupaten Subang secara aktual telah mengalami overcapacity, karena tingkat effort aktual telah melebihi jumlah effort pada pengelolaan MSY dan MEY.
Akan tetapi belum
overfishing secara
biologi, karena murahnya harga ikan tembang yang menyebabkan nelayan lebih tertarik untuk mencari ikan yang mempunyai nilai jual tinggi, sehingga terbuangnya ikan tembang yang telah ditangkap ketika nelayan mendapat ikan bernilai jual tinggi.
32 Opsi Pengelolaan Ikan Tembang (Sardinella Fimbriata) ....... (Titin Salmah, Benny Osta Nababan dan Ujang Sehabuddin)
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang.
Randika, Z. A. 2008. Analisis Bioekonomi Pemanfaatan Optimal Sumberdaya Perikanan Pelagis dan Demersal di Perairan Balikpapan, Kalimantan Timur. Tesis.
Perdagangan Sumberdaya LRFF terhadap Sumberdaya Perikanan (Studi Kasus di Perairan Kepulauan Spermonde, Sulawesi Selatan). Thesis. IPB.
Kebijakan dan Pengelolaan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Nababan, B.O. 2006. Analisis Dampak
Jakarta. Fauzi, A. 2010. Ekonomi Perikanan:Teori,
Sumberdaya Perikanan dan Kelautan untuk Analisis Kebijakan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Fauzi, A. 2004. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Gramedia Pustaka Utama.
2008. Statistik Penangkapan Laut 2008. DKP. Subang. Fauzi, A dan Suzy A. 2005. Pemodelan
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang.
2008. Evaluasi Program Pembangunan Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang Tahun 2008. DKP. Subang.
Subang dalam Angka Tahun 2008. BPS. Subang.
2. Pada pengelolaan MSY jumlah tangkapan adalah sebesar 2.337,62 ton per tahun,
DAFTAR PUSTAKA Biro Pusat Statistik Kabupaten Subang. 2008.
3. Regulasi atau kebijakan dalam sumberdaya perikanan tidak dapat berdiri sendiri mengingat sumber daya perikanan yang open akses. Oleh karena itu regulasi yang diberikan haruslah seiring dengan kebijakan atau regulasi lain agar tetap menjaga keberlanjutan sumber daya perikanan dan tetap memberikan dampak ekonomi bagi kesejahteraan masyarakat Dalam penelitian ini kebijakan yang digunakan bagi perikanan tangkap tembang di Kabupaten Subang yaitu simulasi kebijakan pajak input dan output, kebijakan penjadwalan hari melaut dan kebijakan agroindustri perikanan tembang.
2. Rekomendasi kebijakan alternatif yang dapat dilakukan adalah pengaturan jadwal hari melaut yang dikombinasikan dengan pengembangan agroindustri tepung ikan seperti yang diterangkan dalam penjelasan sebelumnya.
1. Melakukan pendataan yang lebih baik dalam pemanfaatan sumber daya ikan untuk menunjang pembuatan kebijakan yang lebih tepat.
Implikasi Kebijakan