ILMU DAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA SAPI BETINA

ILMU DAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA SAPI BETINA

  Kuliah 1

FERTILISASI

I. KEBUNTINGAN Apakah kebuntingan? 1. fertilisasi  embrio  fetus  lahir

2. Lama kebuntingan - interval antara kawin – kelahiran - bervariasi: genetik, induk, fetus, faktor lingkungan

  Variasi lama kebuntingan Faktor maternal: 1. Umur induk Faktor fetus: 1. Litter size 2. Jenis kelamin 3. Endokrin Faktor genetik: 1. Spesies 2. Bangsa 3. Genotipe Faktor lingkungan: 1. Nutrisi 2. Temperatur 3. Musim

II. PROSES KEBUNTINGAN

  FERTILISASI

  Fertilisasi  perkembangan embrional  cleavage  diferensiasi  perkembangan fetus  plasenta  kelahiran

  • Proses pertemuan oosit dan sperma sampai penggabungan kedua nukleus (inti)

  FERTILISASI

TAHAPAN FERTILISASI

  • menuju zona pelusida Tahap 2: sperma menetrasi ZP, membran

  Tahap 1: sperma menembus sel-sel kumulus

  • vitellin, ke sitoplasma (ensim akrosin, reaksi zona, pertahanan polispermia

TAHAPAN FERTILISASI

  A. Sperma menetrasi sel kumulus dan mulai masuk zona pelusida

  

B. Sperma menetrasi ZP dan

bergabung dengan membran vitelin

  

C. Sperma tenggelam dalam

sitoplasma D. Terjadi singami

  E. Terbentuk sigot

PERKEMBANGAN EMBRIONAL

  • Fertilisasi  sigot  embrio Sebelum implantasi embrio mengapung bebas,
  • makanan dari nutrisi dalam sitoplasma Setelah implantasi, makan dari susu rahim atau
  • uterine milk Transportasi material melalui pembl darah
  • Waktu implantasi: 12 – 20 hr pada babi, 18 – 20 hr
  • domba, 30 – 35 hr sapi, 50 – 60 hr kuda Kotiledon: 70 hari 40 – 50 kotiledon < 40 hari fragil

  Pertengahan kebuntingan sekitar 120 kotiledon

  

Tema Kuliah

  CLEAVAGE, PERKEMBANGAN EMBRIO Cleavage

  • berulang-ulang tanpa peningkatan volume sitoplasma  cleavage Cleavage pertama menghasilkan 2 sel, kmd 4

  Setelah fertilisasi, sigot akan membelah

  • sel, 8 sel, 16 sel, 32 sel dst. Setelah masuk uterus  morula yang
  • dibungkus oleh zona pelusida. Morula berkemban lebih jauh menjadi blastosis yang memiliki rongga atau blastocole

PERKEMBANGAN EMBRIO

  3. Embrio 8 sel (3 hari) 2. Embrio dua sel (1 hari)

  1. Sigot (0 hari)

6. Blastosis memanjang (14

5. Blastosis (7 – 12 hari)

  4. Morula (4 – 7 hari)

  • – 16 hari)
DIFERENSIASI

  • Diferensiasi merupakan periode sebenarnya embrio
  • Proses pembentukan organ-organ spesifik dalam tubuh embrio Beberapa perubahan:
  • Pembentukan lapisan benih (germ layer)
  • Pembentukan selaput embrio ekstra/luar (extra
  • embryonic membrane)

  Pembentukan organ-organ

  Lapisan benih (germ layer):

  • Endoderm:

  Lapisan paling dalam, Berbatasan langsung dengan rongga blastosis

  • Mrp asal usul saluran pencernaan, liver, dll.

  • Mesoderm:

  Lapisan tengah Mucul dari ICM

  • Asal usul skeleton, otot, sistem sirkulatoris, dll.

  • Ectoderm:
    • lapisan paling
    • asal usul dari sistem syaraf, kulit, perasa, dll

ASAL USUL ORGAN

  

Lapisan benih Organ yang terbentuk

Ektoderm

  1. Sistem syaraf pusat

  2. Organ perasa 3.

  Kelenjar mame, keringat

  4. Kulit, rambut, kuku Mesoderm

  1. Sistem sirkulatoris

  2. Sistem skeleto, otot 3.

  Sistem reproduksi, ginjal

  4. Saluran kencing Endoderm

  1. Sistem pencernaan

  2. Hati, paru-paru, pankreas 3.

  Kelenjar tiroid

  4. Sebagian besar kelenjar Lapisan benih

  

EXTRA EMBRYONIC

MEMBRANES

EXTRA EMBRYONIC

MEMBRANES

MEMBRAN EKSTRA EMBRIONAL

PEMBENTUKAN ORGAN

  • Membran embrio ekstra berkembang  ICM mengalami diferensiasi.
  • Sistem sirkulatoris berkembang cepat
  • Denyut jantung mulai 22 hari kebuntingan pada sapi
  • Bentuk morfologis dari berbagai spesies mirip

  PERKEMBANGAN ORGAN REPRODUKSI FETUS

  • Pada awalnya belum terdeferensiasi Organ reproduksi berasal dari dua duktus yaitu
  • saluran Muller dan saluran Wolfian
  • Saluran reprodusi hewan betina berasal dari saluran

    Muller
  • Saluran reproduksi jantan berasal dari saluran Wolfian Gonad embrional muncul pada bagian dinding dorsal
  • abdomen: genital ridge

  

Tema Kuliah

Tema Kuliah

  

III. FISIOLOGI KEBUNTINGAN

  

III. FISIOLOGI KEBUNTINGAN

  • Kebuntingan ditandai dengan perpanjangan masa

    hidup CL dan dikenal sebagai proses pengenalan

    maternal kebuntingan Terjadi perubahan-perubahan organ reproduksi
  • induk selama proses kebuntingan Terjadi perubahan profil atau konsentrasi beberapa
  • macam hormon reproduksi baik primer maupun

    sekunder.

  PERUBAHAN ORGAN REPRODUKSI slm kebuntingan

  • Vulva dan vagina

  Membesar dan banyak pembuluh darah Nampak jelas pada kebuntingan bulan 5 – 7

  • Mukose vagina pucat, kering, edematus, lembek

  • Serviks

  Berisi lendir kental sebagai penutup uterus

  • Uterus

  Berkembang dan membesar Myometrium berukuran tetap untuk melindungi fetus

  • Terjadi proliferasi, pertumbuhan dan perbesaran

  • Ovari

  Korpus luteum tetap hidup, corpus luteum graviditatum atau korpus luteum verum. Folikel kemungkinan akan selalu tumbuh namun tidak sampai mengalami ovulasi, namun dia akan mengalami atretik.

HORMON KEBUNTINGAN

  • Progesteron:

  Harus berada dalam keseimbangan

  • Diproduksi oleh korpus luteum
  • Tinggi selama kebutingan  embrio harus mampu
  • mencegah pelepasan PGF2 (luteolisin) Tone dari myometeriium dan mencegah kontraksi uterus
  • >Pengaturan reseptor site untuk estrogen dan oksit
  • bekerjasama dg progesteron dalam

  Estrogen:

  perkembangan dan mempersiapkan berfungsinya kelenjar mammae

  • perkembangan kelenjar mammae

  Laktogen: dan pengaturan pertumbuhan fetus.

  •  pregnant mare’s serum

  Pada kuda

  gonadotropin (PMSG) atau equine chorionic gonadotropin (eCG)

ADAPTASI MATERNAL

  • Fetus merupakan bahan asing (tamu) yang harus dipertahankan hidupnya (mungkin seperti parasit dalam tubuh) Selama kebuntingan induk harus mengadakan penyesuaian
  • metabolisme dan pertumbuhan untuk mengantisipasi pertumbuhan fetus Uterus mengalami perubahan: komposisi tubuh, makanan
  • yang masuk tubuh, konsumsi dan metabolisme energi, hormonal. Perubahan adaptasi uterus didukung oleh IGF dan BP.
  • Bahan ini akan mengatur pengiriman substrat yang cukup untuk perkembangan fetus.

  

Tema Kuliah

  

IMPLANTATION

Tema Kuliah

  

IMPLANTATION

  Preembryonic Development

  • successive divisions because no growth is occurring in the embryo. In humans, the morula stage is reached in 3 to 4 days. The morula is a solid ball of 16 or more cells. The morula enters the uterine cavity, remaining there for 4 to 5

  The daughter cells become smaller and smaller with

  blastocyst is called the trophoblast. An inner cell mass called the embryoblast will As mitosis continues, a cavity forms within the mass of cells. This hollow ball stage is called a blastocyst, and the cavity is the blastocoel. The outer layer of the cells of the

  • uterine wall. (b) The cells of the trophoblast secrete enzymes that stimulate thickening of the adjacent endometrium and they separate into two layers: the cytotrophoblast and the syncytiotrophoblast which grows into the endometrium, digesting endometrial cells along the way.

  (a) The blastocyst attaches to the

  depend on the synchronized development of the blastocyst to implantation competency and the mouse uterus. Apposition and attachment are key steps in implantation and absolutely a | Signalling pathways that are known to coordinate blastocyst apposition and attachment in

  • adhesion molecules, cytokines, transcription factors and vasoactive mediators and their through their cognate nuclear receptors, influence several locally produced growth factors,

    differentiation of the uterus to the receptive stage. Ovarian oestrogen and progesterone, acting

    of the implantation process. b | Region-specific expression patterns of morphogens in the

    crosstalk further influences some of the signalling pathways to ensure the successful execution

    receptors in the uterus and/or blastocyst to coordinate blastocyst–uterine crosstalk. This hybridization of the indicated genes in a representative cross-section of an implantation mouse deciduum during the postimplantation period. This scheme is based on in situ chamber on day 7 of pregnancy. AM, antimesometrial pole; BMP2, bone morphogenetic differential screening-selected gene aberrative in neuroblastoma; Em, embryo; ER, nuclear cytosolic phospholipase A ; Crim1, cysteine-rich transmembrane BMP-regulator-1; Dan, protein-2; CB1, brain-type cannabinoid receptor-1; COX2, cyclooxygenase-2; cPLA2,
  • 2

    growth factor; ICM, inner cell mass; LE, luminal epithelium; LIF, leukaemia inhibitory factor;

    FK506 binding protein-4; GE, glandular epithelium; HB-EGF, heparin-binding EGF-like oestrogen receptor-; ErbB, EGF-receptor family; FGF, fibroblast growth factor; FKBP52, sFRP4, secreted Frizzled-related protein-4; Tr, trophectoderm; V, blood vessels; ZP, zona

    peroxisome-proliferator-activated receptor-; PRA; nuclear progesterone receptor A; S, stroma;

    LPA3, lysophosphatidic-acid receptor-3; M, mesometrial pole; MYO, myometrium; PPAR, pellucida
  • which the three primary germ layers - ectoderm, mesoderm and endoderm - are formed. First an amniotic cavity forms between the embryoblast and the

  

During implantation the embryoblast undergoes embryogenesis in

  • implantation progresses, the inner cell mass begins to form into the bilaminar disc. The two layers are

    6 day old human embryo beginning to implant into the lining of the uterus (endometrium). As

  Six day old human embryo implanting

  embryo: uterine implantation

  The three embryonic cell layers develop by

  By the end of the second week of development, the human embryo is at the

  Egg Being Released From Ovary

  During ovulation an egg is released from the ovary and is swept into the fallopian tube by hair-like fimbria.

  Sperm Entering Uterus

  After intercourse, sperm swim up the vagina, pass through the cervix into the uterus and continue on into the fallopian tube. Although millions of sperm are ejaculated, only a few hundred survive the journey through the reproductive tract.

  

egg by tunneling through its protective coating. Once it is

egg by tunneling through its protective coating. Once it is

</When sperm reach the egg, they attempt to fertilize the

</When sperm reach the egg, they attempt to fertilize the

Sperm Fertilizing an Egg Sperm Fertilizing an Egg an embryo an embryo

implantation in the uterine lining it is then referred to as

implantation in the uterine lining it is then referred to as

fertilized, the egg is referred to as a zygote. At the time of

fertilized, the egg is referred to as a zygote. At the time of

  Embryo Traveling Down Fallopian Tube to Embryo Traveling Down Fallopian Tube to Uterus Uterus Several days after fertilization, the fertilized egg Several days after fertilization, the fertilized egg (zygote) is moved from the fallopian tube to the (zygote) is moved from the fallopian tube to the uterus through a series of muscular contractions. uterus through a series of muscular contractions.

A few days later, the embryo imbeds itself in the uterine

Embryo Implants in Uterus maintains production of progesterone from the ovary, a pregnancy hormone known as hCG. This hormone

lining. At this point, a woman's body begins to secrete a

  

PLACENTA

PLACENTA

  

Tema Kuliah

PLASENTA

IV. PLASENTA

  • Fetus harus mendapat suplai nutrisi dari induk, dan ini melalui plasenta
  • Plasenta:

  Membran fetus ekstra yang bergabung dengan endometerium induk Pertukaran fisiologis antara induk dan fetus Tumbuh dari interaksi induk – fetus dan dihubungkan kepada

  • embrio oleh suatu simpul pembuluh darah Ukurannya berubah sesuai dengan bertambahnya kebuntingan
  • PERKEMBANGAN PLASENTA

      Membran fetus: kantung telur, amnion, alantois dan chorion Membran Asal Usul Fungsi Kantung telur (yolk sac) Lapisan endodermis awal Vestigial Amnion Perkemb. dari arah rongga ICM Melindungi fetus dalam rongga yang penuh cairan Alantois Divertikulum dari hind gut

    • - Hub darah fetus dg peredarah plasenta - bergabung dg chorion membentuk plasenta chorio-alantois Chorion Selaput fibroblastik - Menghubungkan embrio dg membran lainnya - mendukung pembentukan plasenta Umbilical cord Lilitan amnion di sekitar tangkai yolk - menghubungkan pembuluh alantois - Hubungan vaskular antara induk -fetus
    •   Diagram membran fetus sapi umur 105 hari

      KLASIFIKASI PLASENTA

        1. Plasenta difusa: Pada babi, kuda dan hewan ungulata lainnya

      • Vili tersebar merata di seluruh permukaan luar
      • chorion Blastosis terletak memanjang di dalam rongga
      • uterus Penembusan vili ke dalam mukosa uterus dangkal
      • Blastosis dalam perkembangannya menekan dinding
      • uterus dan kmd melekat dan membentuk plasenta difusa tanpa kotiledon

      KLASIFIKASI PLASENTA

      • Plasenta kotiledonaria:

        Pada sapi, domba, kambing Vili tidak menyebar rata pada chorion, tetapi berkelompok

      • pada permukaan luar chorion Pada daerah pelekatan, dinding uterus menebal disebut

        karunkula Pada karunkula terdapat saluran tempat melekatnya vili dari

      • kotiledon

        Vili berkelompok dan menembus mukose lebih dalam Kelompok vili disebut kotiledon dan besarnya bervariasi mulai dari sebesar kemiri sampai sebesar kentang (telur ayam)

      KLASIFIKASI PLASENTA

      • Terdapat pada carnivora

        Plasenta zonaria

      • Plasenta membentuk pita (lebar 2,5 – 7,5 cm), mengitari
      • uterus di bagian tengah chorioalantois
      • Plasenta induk merupakan peninggian endometrium ditempat menujurnya vili chorion

        Plasenta discodial

        Pada manusia, primata dan rodensia Plasenta berbentuk seperti cakram, 1 – 2 buah

        Tipe plasenta

        Tipe plasenta

        

      A. Bentuk difusa (kuda dan

      bagi B. Bentuk kotiledonaria (sapi, domba C. Bentuk zonary (anjing, kucing

        D. Bentuk discoid (manusia, kera) Plasenta kuda

      • Plasenta kuda berbentuk endometrial cups

        Ukurannya beberapa sentimeter dan terpisah

      • antara satu dengan lainnya
      • Endometrial cups merupakan sumber produksi eCG yang konsentrasinya pada sirkulasi darah

        induk tinggi pada kebuntingan 40 – 130 hari

        Plasental barrier

      • fetus Pada kenyataannya tidak ada percampuran

        Membran yang memisahkan induk dengan

      • darah antara induk dan fetus untuk mencegah berbagai akibat negatif dari induk kepada fetus atau interaksi keduanya.

        

      Sirkulasi plasental

      • Aliran darah uterus:

        Pasok darah ke plasenta berasal dari arteri dan vena uterus Semakin lama kebuntingan maka pasok darah semakin tinggi 84% total aliran uterus menjelang kelahiran melintas plasenta; lainnya ke endometrium dan myometrium

        Aliran darah umbilicus

        Memasok darah dari plasenta ke fetus dan sebaliknya Sebagian besar aliran darah umbilicus didistribusikan ke kotiledon, lainnya ke chorioalantois

        Sirkulasi plasental

        Fungsi plasenta

        Memisahkan individu fetus dan induk

        Fungsi dan substitusi untuk saluran gastrointestinal, paru-paru, ginjal, hati dan kelenjar endokrin

        Fungsi plasenta

        Fungsi plasenta

      • Transpor gas:
      • Oksigen
      • karbondioksida
      • Suplai zat-zat gizi
      • Glikogen
      • Asam amino
      • Lemak (FFA)
      • Hormon:
      • Beberapa hormon disekresi oleh plasenta

        Hubungan imunologis induk - fetus

        Jelaskan…! Dikumpulkan

      minggu depan…

      1. Amnion ? 2.

        Chorion ? 3. Alantois ? 4. Alanto-chorion ? 5. Karunkule ? 6. Kotiledon ?

      FISIOLOGI PRENATAL

      V. FISIOLOGI PRENATAL

        

      Nutrisi dan metabolisme fetus

      Fetus memerlukan zat gizi (karbohidrat,

      • protein, energi, vitamin, mineral, dll.)

        Semua diperoleh dari induk melalui lintasan

      • plasenta Protein fetus disintesis sendiri dari asam-asam
      • amino induk Fetus memiliki kemampuan unik dalam
      • menggunakan mineral (Ca, P) dari induk

        Pertumbuhan fetus

      • dicapai pada awal kebuntingan, kemudian sedang, dan selanjutnya sangat pesat pada akhir masa kebuntingan Pada dua bulan terakhir kebuntingan 

        Pertumbuhan embrio/fetus yang cepat

      • 50% pertambahan bobot fetus Saat lahir, fetus 60% dari total conce

        

      Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

      fetus

      • Faktor lingkungan

        Faktor genetik

        Hormon fetus (insulin, tiroid)

      • IGF (meningkatkan pertumbuhan, mengatur kegiatan metabolisme induk secara teratur dan kontinyu)

        TUGAS PAPER DAN PRESENTASI KELOMPOK untuk tanggal 13 januari 2005 1.

        Proses fertilisasi 2. Implantasi 3. Perkembangan embrio preimplantasi 4. Perkembanan plasenta 5. Pertumbuhan post implantasi 6. Interaksi fetus – induk

      VI. KELAHAIRAN

        APA KELAHIRAN ITU ??

        Kelahiran = parturation = labor : proses fisiologis dimana uterus bunting mengeluarkan

      fetus dan plasenta dari organisme maternal

      Jadi dia bukan penyakit namun hanya proses

      • fisiologis……..!!!!

        

      Tanda-tanda menjelang parturasi

      Perubahan ligamet pelvis

      • Pembesaran dan edema vulva
      • Perbesaran dan peningkatan aktifitas kelenjar
      • mammae Kelahiran dimulai dengan pelembekan dan dilatasi
      • serviks, kontraksi uterus Kelahiran dapat dibagi menjadi tiga tahapan (2 – 6
      • jam): dilatasi serviks (2 – 6), pengeluaran fetus (0,5 – 2), pengeluaran plasenta (4 – 5).

        Lama tahapan proses kelahiran Spesies Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Dilatasi serviks Pengeluaran fetus Pengeluaran plasenta Domba 2 – 6 0,5 - 2 0,5 – 0,8 Sapi (jam) 2 – 6 0,5 – 2 4 – 5 Babi (jam) 2 – 12 1 – 4 1 – 4 (jam)

        Kuda (jam) 1 – 4 0,15 – 0,5 0,5 – 3

        

      Inisiasi kelahiran

      Konsentrasi progesteron Mengeblok kontraksi myometrium selama kebuntingan; Teori Mekanisme yang mungkin turun mendekati waktu kelahiran kerja pengeblokan progesteron Peningkatan volume uterus Terjadi pengeblokan progesteron dari kontraksi myometrium dan/atau peningkatan kontraksi myometrium secara menurun Pelepasan oksitosin Mengakibatkan adanya kontraksi myometrium yang

      diperantarai oleh estrogen

      spontan

      Aktivasi poros Corticosteroid fetus menyebabkan turunnya kadar progesteron,

      Pelepasan prostaglandin Menstimulasi kontraksi myometrium; menginduksi luteolisis yang mengakibatkan penurunan progesteron adrenal Kejadina ini mengakibatkan kontraksi myometrium. hipotalamus-pituitari- peningkatan estrogen, dan pelepasan prostaglandin.

        

      Proses hormonal

      • Kortisol fetus dilepaskan,  peningkatan estrogen dan rendahnya progesteron
      • Enstrogen menstimulasi sintesis dan pelepasan PGF dari endometrium Relaksin meningkat

        Oksitosin  PGF

      • Prolaktin dan kortisol maternal mungkin tidak berperan langsung terhadap proses kelahiran

        Mekanisme kelahiran

      • Kontraksi myometrium
      • Dilatasi serviks
      • Mekanisme fetus
      • Mekanisme maternal

      VII. PUERPURIUM

      • pada induk setelah melahirkan sampai induk tersebut kembali masuk ke dalam siklur Sangat berpengaruh thd kesuburan ternak

        Adalah waktu dan perubahan yang terjadi

      • karena apabila puerpureum cepat diselesaikan maka induk akan segera dapat

        Regenerasi Endometrium

      • Kripta-kripta karunkule pada endometrium semakin dangkal  sisa-sisa vili terlepas dan bercampur serum, limfe dan
      • reruntuhan epitel endometrium Pembuluh darah mengecil, endometrium memadatkan diri
      • Karunkule kecil dan tangkainya memendek
      • 1 mgg brkt, tangkai karunkula hilang, karunkula berupa
      • benjolan
      • Mgg 3 – 4, karunkula mengecil spt asal
      • 6 mgg, epitel karunkula degenerasi  baru

        

      Involusi uterus

      • bunting menjadi normal Termasuk: regenerasi endometrium, pengecilan serat-serat

        Peristiwa pengecilan uterus dari volume pada waktu

      • daging myometriium dan pembuluh darah uterus Setelah plasenta keluar, uterus masih berkontraksi (4x/15
      • menit, 4x / menit, tidak teratur atau hilang) Waktu yang diperlukan: 18 hari sapi dara, 20 hari pada
      • sapi dewasa Secara histo: 47 – 50 hari
      • Estrus muncul kembali 30 – 70 hari, tergantung body
      • condition score (BCS)

      ANESTRUS POST PARTUM

      • setelah periode involusi uterus berlalu (lebih dari 45 hari)

        Keadaan tidak berahi kembali pada sapi

      • Kejadiannya: >10% pada kondisi bagus dan >70 pada kondisi jelek

        BCS (body condition score) KONDISI OVARI PADA SAPI DENGAN ANESTRUS POST PARTUM Kemungkinan:

        Ovari dengan folikel

        Ovari dengan CL

      • Tidak berfolikel dan tidak ber CL Ovari dengan folikel da

        ANESTRUS POST PARTUM Sebab-sebab: Faktor genetik

      • Gerak bebas sapi sehari-hari
      • Terganggunya aktifitas hormonal  inhibisi
      • pada beberapa level hypothalamus – hypophysis axis Aktifitas ovari diblokade oleh pelepasan
      • >hormon (hipotamaus dan hipofise) Rendahnya respon ovari terhadap gonadotropin

      ANESTRUS POST PARTUM

        Terapi:

      • Progesteron  meningkatkan aktifitas CL (CL sintesis)
      • PGF2-alfa  bila ada CL
      • Estrogen (estradiol)  bila ada CL, atau umpan balik positif terhadap hipotalamus dan hipofise.
      • GnRH  pada berbagai kondisi ovari
      • Penyuntikan ekstrak hipofise (Suyadi dan Isnaini, 2002; 2003)

      VIII. GANGGUAN REPRODUKSI

      • Plasenta tertinggal
      • Abnormal pada vagina
      • Tidak nampak berahi
      • Interval berahi tidak teratur
      • Kawin berulang
      • abortus

        Pengaruh adanya gangguan reproduksi terhadap efisiensi reproduksi Jenis permasalahan Rata selang beranak (hari) Rata-rata interval dari partus sampai kawin (hari) Rata-rata angka kawin per kebuntingan Sapi tanpa masalah 395 Metritis 433 86 1,8 99 2,3 Ovari berkista 447 107 2,1 Plasenta tertinggal 419 92 2,0 Anestrus 480 141 2,2 Abortus 402 80 2,4

        Evaluasi keberhasilan IB

        

      Reproductive tract score (RTS)

      RTS Vulva & vagina Serviks Uterus Ovari 1 Purulent-discharge, recto- Berada pada pelvic bim; Tidak berinvolusi, asimetris; Tidak aktif;

      Mukose pucat Servisits; Permukaan tidak rata dan Kecil atau kempes.

      vaginal fistulae; Tidak involusi; Melalui pelvic brim; Tidak dapat dipalpasi; 2 Vaginitis atau beberapa lesi shg Berada pada intra pelvis; Involusi tdk sempurna; Tidak aktif; (closure) tidak normal Servisitis ringan; Asimetri jelas (1 : 1,5); namun tidak kempes bentuk dan menutup Involusi tdk sempurna; Berada pada cervic brim; Struktur tidak dapat diraba, Sedikit fibrosis berisi;

      3 Lesi (kerusakan) pada vulva Intrapelvis; Involusi tdk sempurna; Folikel sedikit berkembang

      shg bentuk tidak normal, Involusi baik, namun sebagian Uterus intra-pelvis; (<5mm);

      Fibrosis ringan. Dinding tebal dan berisi; (flat). Tidak ada tone.

      4 Normal; Intra-pelvis; Involusi; intrapelvis; simetris Ovari aktif satu buah, dengan

      Mukosa pucat atau pink. Dinding lunak dan tidak berisi;

      tetapi closure normal; area fibrosis; Hampir simetris (1: 1,2); Ovari bulat.

      Tidak ada tone.

      5 Normal; Intra-pelvis; Involusi; intrapelvis; Kedua ovari aktif, dengan

      Mukosa pink lembab. Normal. (1:1,1); folikel (>10mm); Tone bagus Dinding lunak, tanpa isi; CL mungkin ada.

        Mukosa pink lembab. Normal. Simetris (1:1,1); folikel (>10mm); Dinding lunak, tanpa isi; Ada CL.

        

      Involusi uterus

      Waktu Post- partum Involusi uterus (%) Aktifitas ovari

        Sempurna Tidak sempur- na Normal Belum kembali normal

        30 hari

        76

        24

        38

        62 Saat kawin

        82

        18

        72

        33 Kondisi estrus post partum sapi perah Variabel

        Persentase (%)

        Normal siklus 65,3

        Anestrus 34,7:

        Berahi tenang* : 48,7

        Ovari tidak berfungsi* : 45,9

         Kista ovari* : 4,9

         * Persentase dari jumlah ternak anestrus CL peseudograviditatum* : 0,5

        Plasenta tertinggal

      • Kasus retained palsenta 4 – 16%,

        Normal, plasenta keluar 6 – 8 setelah pedet

      • tergantung genetik, pakan, imunologis dan patologis.

        Beberapa penyebab Plasenta tertinggal

      • Kesehatan dan penyakit Infeksi non spesifik (akibat abortus atau kesulitan melahirkan) Leptosperosis, brucellusis, vibriosis, trichomoniasis, fungi, atau lainnya selam bunting) Milk fever atau mastitis
      • Faktor nutrisi Def vitamin A, E, Iodium, Selesiium Ketidakseimbangan Ca : P
      • Kelebihan energi, terlalu gemuk
      • >Stress akibat Kesulitan melahirkan Kelahiran kembar atau terlalu besar

        

      Beberapa pencegahan

      • Leptosperosis, dan ulangi dengan interval 6 bulan

        Vaksinasi sapi darah (9bln) terhadap

      • Perbaiki nutrisi Berikan mineral yag cukup
      • >Perbaiki sanitasi, yang memenuhi sy

        

      Vagina tidak normal

      Endometritis akut

        Terjadi kurang dari 14 hari post partum Keluar cairan encer, kotor, warna merah-coklat, berbau busuk, dari dinding uterus vagina

        Endometritis sub akut/kronis

        Terjadi >14 hari post partum Keluar cairan kental (nanah)

      • Pyometra

      • Endometritis dengan sejumlah besar cairan nanah dalam uterus

        dan adanya CL persisten (3 - 4 mgg post partum) PGF tidak cukup untuk meluteolisis CL: injeksi PGF  CL

        

      Gagal menunjukkan tanda berahi (PPA)

      • Tidak diamati tanda berahi karena tidak sikus

        Anestrus:

      • Atau berahi tidak dapat dideteksi (berahi tenang)

        True anestrus Ternak tidak menunjukkan tanda berahi karena tidak

      • ada siklus (ovari tidak aktif)
      • Ternak sebenarnya memiliki siklus berahi namun

        Sub-estrus

      • tanda berahi tidak teramati.
      • Penyakit kista ovari (cystic ovari disease, COD)

        A. Folikel besar mengalami lutein

      E. CL dengan dinding tebal dengan

        C. Folikel terluteinisasi sebagian B. Folikel-lutein-kista pada babi

        D. Degenerasi ova kecil pembntukan rongga H. Seperti pada g G. Teratoma pada ovar kanan

        F. Leukose ovari J. hidrosalfinx

      I. Hidrosalfinx

        Karakteristik kista folikel dan folikel luteinisasi

      Parameter Kista Folikel Kista Folikel Terluteinisasi (kista luteal)

      Struktur Dinding lembek, dengan lapisan teka yang keras dan

      jumlah sel-sel granulosa yang tidak merata

      Dinding keras, dengan jaringan luteal dalam folikel

      Jumlah kista dan distribusi pada ovari Tunggal atau beberapa pada salah satu atau kedua ovari Biasanya tunggal hanya pada satu ovarium

      Kejadian tipe kista Mencapai 70% kasus Hanya sekitar 30% Konsentrasi progesteron serum dan susu Umumnya rendah Biasanya tinggi Tingkah laku ternak Anestrus, estrus tidak teratur atau nymphomia Biasanya anestrus Kemungkinan pulih tanpa diberikan perlakuan 30 – 70% jika terjadi sebelum ovulasi pertama postpartum 20 – 30% bila terjadi setelah ovulasi pertama postpartum Perlakuan 100µ GnRH (bisa diikuti dengan satu dosis sama prostaglandin 9 hari berikutnya) sama Munculnya berahi setelah perlakuan 21 hari tanpa prostaglandin (kisaran 9 – 30 hari), sekitar 12 hari dengan injeksi prostaglandin Respon terhadap perlakuan 60 – 70% sama Angka konsepsi 45 60% 70 – 80% Sama

        Kawin Berulang

      • Sapi (dara atau dewasa) <10 th, memiliki

        Memiliki arti ekonomis yang penting

      • siklus berahi normal, namun tidak buting setelah kawin > 2 kali Ternak dg tingkat kebuntingan rendah 
      • kawing berulang tinggi (30%), dan sebaliknya (3-4%)

        Sifat-sifat fisiologis kawin berulang

      • Lama berahi lebih panjang (31 vs 24 jam)
      • Berahi – LH peak panjang (12 vs 5 jam)
      • LH maks lebih tinggi
      • Progesteron lebih tinggi
      • Ovulasi lebih akhir (37 vs 27 jam setelah awal berahi)

        Beberapa penyebab kawing berulang:

      • Endometritis subklinis
      • Gagal berovulasi
      • GnRH (100 – 200 ug) saat berahi untuk menginduksi ovulasi
      • Fungsi korpus luteum tidak sempurna
      • GnRH, progestagen 4 hari setelah IB (10-12 hari)

        Abortus

      • kebuntingan 45 – 265 hari Di lapangan <5% dikatakan normal

        Kematian dan pengeluaran fetus pada

      • Sekitar 20 – 30% terdeteksi
      • Penyebab:
      • Non infeksi (genetik, nutrisi, stress, dll)

        Infeksi (virus, bakteri, protozoa, fungi) terima kasih atas perhatiannya...!

      wasslamu alaikum wr.wb.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25