KEDEPUTIAN TEKNOLOGI INDUSTRI RANCANG BANGUN DAN REKAYASA

JAKARTA, MARET 2017

RENSTRA TIRBR BPPT

Tahun 2015-2019

Pengarah

Kepala BPPT

Penanggung Jawab Deputi Bidang TIRBR

Tim Penyusun Wimpie Agoeng Noegroho

Joko Purwono Rusmadi Suyuti

Adhi Dharma Permana

Hens Saputra Wahyu Widodo Pandoe

Hari Setiapraja

Fadilah Hasim Mulyadi Sinung Harjono

Cuk Supriyadi Ali Nandar

Abdul Kadir

Syahroni

KEDEPUTIAN TEKNOLOGI INDUSTRI RANCANG BANGUN DAN REKAYASA

(TIRBR)

BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI

Tahun 2017

KEPUTUSAN DEPUTI BIDANG TEKNOLOGI INDUSTRI RANCANG BANGUN DAN REKAYASA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI

NOMOR 04 TAHUN 2017

TENTANG RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) REVISI KEDEPUTIAN BIDANG TEKNOLOGI INDUSTRI RANCANG BANGUN DAN REKAYASA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI

TAHUN 2015-2019

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEPUTIAN BIDANG TEKNOLOGI INDUSTRI RANCANG BANGUN DAN REKAYASA,

Menimbang : a. bahwa Rencana Strategis Revisi Kedeputian Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun Dan Rekayasa Tahun 2015-2019 perlu ditetapkan untuk melaksanakan diktum Ketiga Keputusan Kepala BPPT tentang Rencana Strategis tahun 2015-2019;

b. bahwa susunan dan rumusan Rencana Strategis Revisi Kedeputian Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun Dan Rekayasa Tahun 2015-2019 tersebut pada huruf a di atas perlu ditetapkan dengan suatu surat keputusan;

Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 84; Tambahan Lembaran Negara Nomor 4219);

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104; Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No. 74; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4405);

5. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019;

6. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah dan terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2013;

7. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagai- mana telah beberapa kali diubah dan terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2013;

8. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 174/M Tahun 2011; tentang Pengangkatan Deputi Kepala BPPT bidang TIRBR;

9. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;

10. Peraturan Presiden No.29 Tahun 2014 tentang Akuntabilitas Kinerja;

11. Peraturan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Nomor 009 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi;

12. Peraturan Kepala BPPT 004 Tahun 2017 tentang Penetapan Rencana Strategis Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Tahun 2015- 2019;

ii

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN DEPUTI BIDANG TEKNOLOGI INDUSTRI RANCANG BANGUN DAN REKAYASA TENTANG RENCANA STRATEGIS REVISI KEDEPUTIAN BIDANG TEKNOLOGI INDUSTRI RANCANG BANGUN DAN REKAYASA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI TAHUN 2015-2019.

PERTAMA : Menetapkan Rencana Strategis Revisi Kedeputian Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun Dan Rekayasa Tahun 2015-2019, sebagaimana tersebut dalam lampiran ini sebagai dokumen acuan Kedeputian Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa untuk periode 5 (lima) tahun terhitung mulai tahun 2015 sampai dengan tahun 2019, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini.

KEDUA : RENSTRA Revisi Kedeputian Bidang TIRBR Tahun 2015-2019 sebagaima- na tersebut dalam DictumPertamaberisikan tujuan, sasaran program, arah kebijakan dan strategi, Indikator dan target kinerja serta kerangka pendanaan Deputi TIRBR, yang telah disusun dan diselaraskan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), RENSTRA revisi ketiga BPPT tahun 2015-2019 dan kebijakan refocusing program pemerintah.

KETIGA : RENSTRA revisi Kedeputian Bidang TIRBR tahun 2015-2019 sebagaimana tersebut dalam DiktumPertama menjadi dasar bagi para Kepala Unit/Satuan Kerja di lingkungan Kedeputian TIRBR dalam melaksanakan tugas dan fungsi masing-masing, dan menyusun rancangan Rencana Kerja (Renja) baik prioritas pembangunan nasional maupun bidang.

KEEMPAT : RENSTRA Kedeputian Bidang TIRBR tahun 2015-2019 dikaji ulang secara periodik dan disesuaikan dengan perkembangan kebijakan pemerintah dan lingkungan strategis yang terjadi di lingkungan BPPT pada umumnya dan TIRBR pada khususnya.

iii

KELIMA : Lampiran Keputusan ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan Keputusan ini.

KEENAM : Keputusan ini berlaku sejak ditandatangani sampai dengan Desember 2019, dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan dilakukan perbaikan seperlunya.

Ditetapkan di Jakarta pada Tanggal 30 Maret 2017 DEPUTI BIDANG TEKNOLOGI INDUSTRI RANCANG BANGUN DAN REKAYASA,

ttd

Dr. Ir. Erzi Agson Gani, M.Eng.

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga Renstra revisi ketiga Kedeputian Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa (TIRBR) BPPT 2015-2019 dapat tersusun sesuai rencana, dengan semangat “Reorganisasi, Kita Lakukan Revisi Renstra dan Refocusing Program untuk Peningkatan Inovasi dan Layanan Teknologi TIRBR. ”

Hasil dari reviu internal dan hasil konsultansi dengan Kementrian PAN dan RB memerlukan penyesuaian terhadap sejumlah indikator dan target kinerja pada tingkat Lembaga dan Eselon I supaya lebih terukur dan efektif. Revisi tersebut perlu dilakukan dengan mempertimbangkan reorganisasi dan kebijakan refocusing program BPPT pada Tahun 2015 serta untuk mengikuti perkembangan situasi nasional dalam rangka mewujudkan Visi, Tujuan dan Sasaran Strategis BPPT. Renstra revisi ketiga ini disusun dengan mengacu kepada RPJMN 2015-2019 yang ditetapkan oleh Keputusan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 baik Buku 1 (Agenda Pembangunan Nasional), maupun Buku 2 (Agenda Pembangunan Bidang), Renstra revisi ketiga BPPT 2015-2019 dan organisasi baru di kedeputian TIRBR BPPT.

Renstra revisi ketiga Kedeputian Bidang TIRBR terdiri dari 5 bab yaitu pada Bab Pertama tentang kondisi umum, potensi dan permasalahan TIRBR. Bab Kedua berisi tentang tujuan , sasaran program TIRBR dan indikator kinerja program yang digunakan untuk evaluasi capaian. Bab Ketiga menjelaskan arah dan kebijakan strategi tingkat kelembagaan BPPT, arah dan kebijakan strategi Eselon I Kedeputian TIRBR dan Kerangka Regulasi dan Kelembagaan. Adapun Bab Empat menguraikanTarget Kinerja dan Kerangka Pendanaan. Bab Kelima merupakan Penutup.

Lampiran merupakanbagian yang tidak terpisahkan dengan revisi ketiga Renstra Kedeputian TIRBR 2015-2019 ini. Lampiran berisi Matrik Kinerja dan Pendanaan TIRBR dan Lampiran Kerangka Regulasi. Renstra revisi TIRBR 2015-2019 yang akan digunakan sebagai acuan kerja dalam penyusunan Arsitektur dan Informasi Kinerja (ADIK), Rencana Kinerja Tahunan (RKT) dan Rencana Kerja TIRBR termasuk rencana kerja unit-unit di lingkungan Kedeputian TIRBR serta Rencana Kerja dan Anggaran TIRBR.

Akhir kata, pemantauan dan tinjauan capaian target kinerja akan selalu dilakukan, serta terbuka untuk perbaikan dan penyempurnaan sesuai dengan perkembangan situasi serta kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Ucapan terima kasih yang sebesar- besarnya disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Renstra revisi ketiga Kedeputian TIRBR Tahun 2015-2019.

Jakarta, Maret 2017 Deputi Bidang TIRBR BPPT

ttd

Dr. Ir. Erzi Agson Gani, MEng.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI

ii ISTILAH DAN PENJELASAN DALAM DOKUMEN INI

iii BAB 1 PENDAHULUAN

1 1.1. Kondisi Umum

2 1.1.1 Global

2 1.1.2 Nasional

3 1.2. Potensi dan Permasalahan 12

BAB 2 TUJUAN DAN SASARAN PROGRAM

2.2 Sasaran Program

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KELEMBAGAAN

3.1. Arah Kebijakan dan Strategi BPPT

3.2. Arah Kebijakan dan Strategi Kedeputian TIRBR

BAB 4 TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

4.1 Target Kinerja

4.2 Kerangka Pendanaan

BAB 5 PENUTUP

Lampiran1. Penjelasan Umum

Lampiran 2. Abreviasi

Lampiran3. ADIK Kedeputian TIRBR 2015-2019

Lampiran 4. Matriks Kinerja dan Pendanaan TIRBR-BPPT 2015-2019

ISTILAH DAN PENJELASAN DALAM DOKUMEN INI

Dalam Rancangan Teknokratis Renstra BPPT 2015-2019 ini, yang dimaksud dengan:

1. Pusat Unggulan Teknologi adalah suatu lembaga yang mengoptimalkan potensi sumber daya iptek yang tersedia sehingga menjadi pusat kegiatan litbangyasa unggulan nasional ataupun hasil kegiatan litbang di pusat tersebut dapat langsung menjadi solusi terhadap persoalan yang dihadapi saat ini.

2. Produk Teknologi adalah hasil setingkat outcome/impact dari suatu aktifitas penelitian, pengembangan dan perekayasaan teknologi yang berupa inovasi atau rekomendasi .

3. Indeks Kepuasan Masyarakat adalah data dan informasi tentang tingkat kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran secara kuantitatif dan kualitatif atas pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan dari aparatur penyelenggara pelayanan publik dengan membandingkan antara harapan dengan kebutuhannya (Permenpan No 38/2012)

4. Kerekayasaan adalah kegiatan bertahap yang secara runtun meliputi penelitian, pengembangan , perekayasaan dan pengoperasian (juknis Perekayasa, Kep Ka 001/Tahun 2009)

5. Inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, penerapan, dan perekayasaan, yang bertujuan untuk menghasilkan produk atau proses produksi baru yang komersial atau, dipakai oleh masyarakat luas. Adapun untuk inovasi di BPPT yaitu diantaranya prototipe, pilot plant, pilot project.

6. Layanan Teknologi adalah hasil perekayasaan teknologi yang dihasilkan dalam bentuk produk barang maupun jasa yang dapat dimanfaatkan. Adapun layanan teknologi BPPT adalah rekomendasi, advokasi, alih teknologi, konsultansi, referensi teknis, audit teknologi, jasa operasi, pengujian, survei, serta PPBT (perusahaan pemula berbasis teknologi).

7. Proposisi Nilai (Value Proposition) BPPT adalah manfaat dari layanan teknologi yang ditawarkan kepada pemangku kepentingan (stakeholder) melalui mekanisme kerjasa-ma yang saling menguntungkan untuk meningkatkan daya saing produk dan 7. Proposisi Nilai (Value Proposition) BPPT adalah manfaat dari layanan teknologi yang ditawarkan kepada pemangku kepentingan (stakeholder) melalui mekanisme kerjasa-ma yang saling menguntungkan untuk meningkatkan daya saing produk dan

8. Kemandirian Bangsa adalah nilai proposisi BPPT yang ditawarkan sehingga menyebabkan peningkatan kandungan lokal (TKDN), adanya peningkatan ekspor dan atau subtitusi impor, menghasilkan inovasi, penguasaan, kemampuan teknologi, serta tumbuhnya ketahanan dan keamanan nasional serta tumbuhnya perekonomian daerah/nasional.

9. Daya Saing adalah nilai proposisi BPPT yang ditawarkan kepada pemangku kepentingan sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan potensi di industri, daerah, nasional, dapat mendorong peningkatan pangsa pasar dan pengguna, dapat menghasikan produk/proses yang unik/khas, lebih murah dan unggul, serta dapat menghasilkan nilai tambah suatu potensi/produk/proses.

10. Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

11. Technology of State of the Art adalah nilai proposisi BPPT yang ditawarkan terhadap penggunaan dengan adanya teknologi/metodologi baru dan teknologi mutakhir di nasional/dunia.

12. Peran BPPT adalah upaya yang dilakukan BPPT untuk menjadikan layanan teknologi yang didifusikan dan dikomersialisasikan menjadi bermafaat dan berkelanjutan. Peran tersebut yaitu pengkajian, intermediasi, solusi, clearing house, audit teknologi.

13. Pengkajian Teknologi adalah peran memberikan hasil kajian studi multidimensi yang sistematis tentang suatu teknologi untuk menghasilkan pemahaman tentang tingkat kesiapan/kematangan suatu teknologi (TRL-Technology Readiness Level), per- kiraan nilai (value) dari suatu teknologi sebagai suatu aset intelektual (knowIedge/intelIectualasset) beserta peluang dan tantangan/risikonya, perkiraan dampak tek-nologi yang telah diterapkan/jika (yang akan) diterapkan, dan/atau implikasi strategi/kebijakan atau rekomendasi kebijakan pada tataran organisasional ataupun publik.

14. Intermediasi Teknologi adalah peran yang menjembatani antara sistem litbangyasa dengan sistem industri atau pemerintah (pusat dan daerah) untuk meningkatkan 14. Intermediasi Teknologi adalah peran yang menjembatani antara sistem litbangyasa dengan sistem industri atau pemerintah (pusat dan daerah) untuk meningkatkan

15. Solusi Teknologi adalah peran yang memberikan advis teknologi, memfasilitasi atau mengimplementasikan penerapan teknologi dan memberikan pelayanan teknis di bidang teknologi, serta melaksanakan pembinaan teknologi.

16. Technology Clearing House (TCH) adalah peran yang memfasilitasi pertukaran informasi, keahlian dan/atau produk teknologi tertentu, juga berperan melakukan "clearance test ” bagi teknologi otoritas atau pendukung dalam menyatakan bahwa suatu teknologi "laik/layak" atau tidak untuk diterapkan di Indonesia atau untuk konteks tertentu di Indonesia.

17. Audit Teknologi adalah peran memberikan verifikasi dan klarifikasi serta penilaian terhadap suatu teknologi yang sudah digunakan oleh industri/instansi/masyarakat terhadap suatu standar yang telah ditetapkan, dapat juga diartikan memberikan hasil studi audit yang sistematis dengan prosedur legal terstandar untuk mengevaluasi, membandingkan dan/atau memeriksa suatu teknologi atau suatu penerapan teknologi terhadap (berdasarkan) standar atau ketentuan persyaratan/kriteria tertentu. Audit teknologi bisa bersifat voluntary (sukarela) atau mandatory (wajib).

18. Prototipe adalah layanan teknologi dalam bentuk purwarupa pertama dari satu objek yang direncanakan dibuat dalam satu proses produksi, mewakili bentuk dan dimensi dari objek yang diwakilinya dan digunakan untuk objek penelitian dan pengembangan lebih lanjut. Kriteria dari prototipe : a) Bentuk awal dari objek yang akan diproduksi dalam jumlah banyak; b) Prototipe dibuat berdasarkan pesanan untuk tujuan komersialisasi; c) Belum pernah dibuat sebelumnya; d) Merupakan hasil penelitian dan pengembangan dari objek atau sistem yang direncanakan akan dibuat; e) Mudah dipahami dan dianalisis untuk pengembangan lebih lanjut.

19. Pilot Plant adalah layanan teknologi dalam bentuk pabrik dalam skala kecil dengan kapasitas 10% dari pabrik skala normal dan merupakan implementasi dari desain yang dibuat terdahulu. Pilot plant tidak cukup untuk skala ekonomi namun ha-nya digunakan dalam waktu tertentu untuk mendapatkan data kinerja dan operasional.

20. Pilot Project adalah layanan teknologi dalam bentuk proyek percontohan yang dirancang sebagai pengujian atau percobaan (trial) dalam rangka untuk menunjukkan keefektifan suatu pelaksanaan program, mengetahui dampak pelaksanaan program dan keekonomisannya.

21. Rekomendasi adalah layanan teknologiberupa masukan dan atau penyampaian pandangan dalam bentuk saran secara tertulis kepada pihak yang membutuhkan atau yang menjadi tujuan hasil kerekayasaan BPPT. Kriteria dari rekomendasi yaitu adanya permasalahan yang perlu dipecahkan; tindakan-tindakan yang perlu dilakukan; alternatif-alternatif yang harus dipilih; sumber sumber daya yang harus dimanfaatkan; data dan informasi yang harus diolah untuk dimanfaatkan; serta memberikan dampak yang lebih baik (efektif dan efisien).

22. Advokasi adalah layanan teknologidalam bentuk saran-saran dan memberi pertim- bangan kepada mitra/pengguna tentang penerapan, pemilihan, penggunaan suatu teknologi atau metodologi; proaktif melakukan langkah/upaya untuk merekomen- dasikan gagasan kepada mitra/pengguna tentang penerapan, pemilihan, penggunaan suatu teknologi atau metodologi.

23. Alih Teknologi adalah layanan teknologi dalam bentuk pengalihan kemampuan memanfaatkan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi antar lembaga, badan, atau orang, baik yang berada di lingkungan dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri ke dalam negeri dan sebaliknya.

24. Konsultansi adalah layanan teknologidalam hal memberikan suatu petunjuk, pertimbangan, pendapat atau nasihat dalam penerapan, pemilihan, penggunaan suatu teknologi atau metodologi yang didapatkan melalui pertukaran pikiran untuk mendapatkan suatu kesimpulan yang sebaik-baiknya.

25. Referensi Teknis adalah layanan teknologi dalam bentuk referensi teknis merupakan suatu hasil studi multidimensi yang sistematis tentang suatu bidang tertentuyang menjadi acuan/referensi secara umum atau khusus.

26. Jasa Operasi adalah layanan teknologi yang berupa jasa operasi berdasarkan per- mintaan dalam rangka sertifikasi dan standardisasi yang dilakukan dengan kontrak atau kerjasama atau swakelola yang mengandung nilai tambah dalam bentuk dana, sharing budget, kerjasama kegiatan (inkind/incash) pada unit kerja yang melaksana- kan dan dilaksanakan sesuai dengan perundang-undangan / peraturan yang berlaku.

27. Pengujian adalah layanan teknologi dalam bentuk pengujian berdasarkan permin- taan dalam rangka sertifikasi dan standardisasi yang dilakukan dengan Kontrak atau Kerjasama atau swakelola yang mengandung nilai tambah dalam bentuk dana, sharing budget, kerjasama kegiatan (inkind/incash) pada unit kerja yang melaksana- kan dan dilaksanakan sesuai dengan perundang-undangan / peraturan yang berlaku.

28. Survei adalah layanan teknologi berupa pengamatan langsung di lapangan atau observasi atau inspeksi berdasarkan permintaan dalam rangka pembuktian fakta, mendapatkan data kinerja dan operasional, dan pengujian suatu pernyataan.

29. PPBT (Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi) adalah layanan teknologi yang merupakan suatu hasil dari inkubator teknologi sehingga bisa menghasilkan perusahaan-perusahaan pemula yang berbasis teknologi.

30. Output (Sasaran Kegiatan) adalah keluaran yang dihasilkan oleh suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program dan kebijakan yang dapat berupa barang atau jasa.

31. Outcome (Sasaran Program) adalah hasil yang akan dicapai dari suatu program dalam rangka pencapaian sasaran strategis K/L yang mencerminkan berfungsinya keluaran.

32. Impact (Sasaran Strategis) adalah kondisi yang akan dicapai secara nyata oleh K/L yang mencerminkan pengaruh yang ditimbulkan oleh adanya hasil dari satu atau beberapa program.

BAB 1 PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (RPJPN) 2005-2025 adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional periode 20 (dua puluh) tahun ter- hitung sejak tahun 2005 sampai dengan 2025. RPJPN ditetapkan dengan maksud memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa (pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha) dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakati bersama. Diharapkan seluruh upaya yang dilakukan oleh pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinatif, dan saling melengkapi satu dengan lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak.

RPJPN 2005 –2025 secara ekplisit memuat bahwa persaingan yang makin tinggi pada masa yang akan datangmenuntut peningkatan penguasaan dan pemanfaatan Iptek dalam rangka menuju ekonomi berbasis pengetahuan. Tantangan yang dihadapi dalam me-ningkatkan kemampuan dan penerapan Iptek nasional adalah meningkatkan kontribusi Iptek dalam memenuhi hajat hidup bangsa; menciptakan rasa aman; memenuhi kebutuhan kesehatan dasar, energi, dan pangan; memperkuat sinergi kebijakan Iptek dengan kebi-jakan sektor lain; mengembangkan budaya Iptek di kalangan masyarakat; meningkatkan komitmen bangsa terhadap pengembangan Iptek; mengatasi degradasi fungsi lingkungan; mengantisipasi dan menanggulangi bencana alam; serta meningkatkan ketersediaan dan kualitas sumber daya Iptek, baik SDM, sarana dan prasarana, maupun pembiayaan Iptek.

Kondisi p enguasaan dan pemanfaatan teknologi saat ini telah mengalami peningkatan. Meskipun demikian, kontribusi teknologi secara nasional untuk meningkat- kan daya saing bangsa dinilai masih belum memadai. Hal ini antara lain ditunjukkan oleh masih rendahnya sumbangan teknologi terhadap sektor produksi nasional, belum efektifnya mekanisme intermediasi, lemahnya sinergi kebijakan, belum berkembangnya budaya Iptek di masyarakat, serta terbatasnya sumber daya Iptek.

Dalam kerangka pikir diatas, maka rencana strategis TIRBR 2015-2019 ini dikembangkan. Dimana Kedeputian TIRBR merupakan salah satu kedeputian teknis Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Adapun BPPT adalah lembaga Dalam kerangka pikir diatas, maka rencana strategis TIRBR 2015-2019 ini dikembangkan. Dimana Kedeputian TIRBR merupakan salah satu kedeputian teknis Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Adapun BPPT adalah lembaga

1.1. Kondisi Umum

1.1.1 Global

Kondisi geo-ekonomi global saat ini dan ke depan akan menjadi tantangan sekali-gus peluang bagi perekonomian Indonesia dalam lima tahun ke depan. Tantangan dan peluang terkait dengan peningkatan kapasitas inovasi dan teknologi antara lain adalah:

 Pusat ekonomi dunia ke depan diperkirakan akan bergeser terutama dari kawasan Eropa-Amerika ke kawasan Asia Pasifik.  Harga komoditas secara umum diperkirakan menurun, namun harga produk manufaktur dalam tren meningkat.  Implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 yang akan dimulai tanggal 31 Desember 2015.

Kebijakan di bidang ekonomi perlu diarahkan untuk meningkatkan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi dengan titik berat pada transformasi industri yang berkelanjutan, sehingga perekonomian Indonesia akan berbasis kepada nilai tambah ekonomi yang lebih tinggi. Perkiraan pelemahan harga komoditas di pasar internasional menjadi tantangan penting bagi Indonesia untuk segera menggeser struktur ekspor Indonesia ke arah produk manufaktur. Sementara itu, peningkatan jaringan rantai suplai global dan regional pun perlu dimanfaatkan oleh Indonesia melalui kebijakan kondusif, yang dapat membuka peluang yang lebih besar bagi pengusaha domestik termasuk usaha kecil dan menengah untuk berpartisipasi dan menjadi bagian dalam rantai suplai internasional.

Peningkatan daya saing perekonomian Indonesia menjadi hal utama yang perlu menjadi perhatian. Titik berat peningkatan daya saing perekonomian perlu diarahkan pada peningkatan infrastruktur dan ketersediaan energi, peningkatan iklim investasi dan iklim usaha, serta tata kelola birokrasi yang lebih efiisien. Peningkatan daya saing perekonomian ini perlu didukung oleh kebijakan pemerintah daerah yang kondusif, yang tidak menciptakan rantai ekonomi maupun ekonomi biaya tinggi. Peningkatan infrastruktur akan dititikberatkan pada upaya untuk meningkatkan konektivitas nasional, sehingga integrasi domestik ini akan meningkatkan efisiensi ekonomi dan kelancaran arus barang dan jasa antar wilayah di Indonesia.

1.1.2 Nasional

Dalam menghadapi kondisi lingkungan strategis dan berbagai tantangan tersebut di atas, Indonesia saat ini masih mengadapi berbagai kendala. Posisi dayasaing Indonesia jika diukur dengan indeks daya saing global (Global Competitiveness Index – GCI) berdasarkan laporan World Economic Forum pada tahun 2014-2015 meningkat dari peringkat 54 pada tahun 2009-2010 menjadi peringkat 34 pada tahun 2014-2015. Tetapi peringkat daya saing ini lebih rendah dibandingkan Malaysia (20), Thailand (31), Brunei Darussalam (26) seperti dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1. Peringkat Daya Saing Gambar 1.2. Skor 12 Pilar Daya Saing Indonesia

Indonesia 2014-2015

Peningkatan daya saing tersebut merupakan resultan dari kinerja berbagai pilar yang menjadi penopangnya, yang meliputi 12 pilar, yaitu: Institusi, Infrastruktur, Lingkungan Ekonomi Makro, Kesehatan dan Pendidikan Dasar, Pendidikan Tinggi dan Pelatihan, Efisiensi Pasar Barang, Efisiensi Pasar Tenaga Kerja, Pasar Finansial, Kesiapan Teknologis, Ukuran Pasar, Kecanggihan Bisnis, dan Inovasi(Gambar 1.2).

Diantara pilar-pilar daya saing tersebut, terdapat tiga (3) pilar yang berkaitan langsung dengan daya dukung teknologi, yaitu:

1) Kesiapan Teknologi dengan indikator: Keberadaan Teknologi Terbaru, Tingkat Daya Serap Teknologi Perusahaan, PMA dan Transfer Teknologi, Pengguna Internet, Pita Lebar Internet, Pelanggan Telpon Gerak/100 Penduduk;

2) Kecanggihan Bisnis dengan indikator: Kuantitas Pemasok Lokal, Kualitas Pemasok Lokal, Pengembangan Klaster Negara, Sifat Keunggulan Kompetitif, Kepanjangan Rantai Nilai, Pengendalian Distribusi Internasional, Kecanggihan Proses Produksi, Keluasan Pemasaran, Kesediaan Untuk Mendelegasikan Wewenang); dan

3) Inovasi dengan indikator: Kapasitas Inovasi, Kualitas Lembaga Penelitian Ilmiah, Belanja Litbang Perusahaan, Kolaborasi Litbang Universitas-Industri, Pengadaan Pemerintah untuk Produk Teknologi Maju, Ketersediaan Ilmuwan dan Insinyur, Utilitas Paten Per Sejuta Penduduk.

Seperti dapat dilihat pada Gambar 1.2, pilar Kesiapan Teknologi, Efisiensi Pasar Tenaga Kerja dan pilar Inovasi merupakan pilar dengan nilai terendah (nilai Kesiapan Teknologi 3,6, Efisiensi Pasar Tenaga Kerja 3,8 sedangkan Inovasi 3,9 dari skala 1-7) dibandingkan dengan sembilan pilar lainnya, Hal ini mencerminkan bahwa iptek belum berperan secara signifikan dalam meningkatkan daya saing Indonesia. Kemampuan teknologi secara nasional dalam penguasaan dan penerapanteknologi dinilai belum memadai untuk meningkatkan daya saing bangsa. Hal ini mengakibatkan ongkos untuk menghasilkan suatu produk menjadi mahal, serta kualitas barang serta inovasi produk yang dihasilkan sangat terbatas sehingga daya saing usaha tidak seperti yang diharapkan.

1.1.3. Pencapaian Periode 2010-2014

Pada periode 2010-2014 telah dilakukan kegiatan kerekayasaan teknologi yang hasilnya telah dimanfaatkan oleh kelompok industri dan masyarakat. Beberapa capaian BPPT selama periode 2010-2014 yang Kedeputian TIRBR terlibat secara aktif dan berkontribusi antaralain:

A. Capaian Peningkatan Sarana Prasarana Iptek

BPPT sebagai salah satu Lembaga Riset dibawah koordinasi Kemenristek, sejak tahun 2008 telah mempersiapkan diri untuk menjawab tantangan ke depan dengan membangun pusat-pusat riset baru maupun pengembangan pusat-pusat riset yang ada melalui progam pembangunan & revitalisasi laboratoria, melalui Program Pengembangan Laboratoria BPPT Terpadu.

Pusat Rekayasa yang baru dibangun terdiri dari beberapa klaster antara lain : Klaster 1: Pusat Rekayasa Teknologi Produksi dan Manufaktur Dasar; Klaster 2 : Pusat Rekayasa Teknologi Material dan Proses; Klaster 3 : Pusat Rekayasa Teknologi Informasi Pusat Rekayasa yang baru dibangun terdiri dari beberapa klaster antara lain : Klaster 1: Pusat Rekayasa Teknologi Produksi dan Manufaktur Dasar; Klaster 2 : Pusat Rekayasa Teknologi Material dan Proses; Klaster 3 : Pusat Rekayasa Teknologi Informasi

B. Capaian Kegiatan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

1) Bidang Prioritas

a) Prioritas Nasional Prioritas 5: Program Aksi di Bidang Pangan P ENGEMBANGAN DAN P ENERAPAN T EKNOLOGI P UPUK B ERIMBANG

Pada Tahun 2012 telah diselesaikan: Pilot Project Pupuk Mineral, Pupuk Lepas lambat (SRF), Optimalisasi Pilot Project Pupuk Lepas lambat (SRF), Pilot Plant Teknologi Pupuk BCOF, dan Pilot Plant Produksi Pupuk Hayati Majemuk.

Dalam Tahun 2013 dihasilkanrekomendasi inventarisasi bahan baku industri pupuk, teknologi proses, dan peralatan industri pupuk, serta kebijakan industri pupuk nasionaluntuk mendukung program revitalisasi industri pupuk nasional. Pada Tahun 2014 dicapai peningkatan kinerja peralatan pilot project pupuk SRF-NPK di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan.Dimana secara kualitas telah dihasilkan pupuk SRF-NPK granul yang lebih baik, dan secara kuantitas kapasitas produksi telah mencapai10.000 ton/tahun.

Prioritas 8: Energi

P EMBANGKIT L ISTRIK T ENAGA P ANAS B UMI S KALA K ECIL UNTUK K EMANDIRIAN B ANGSA Kegiatan ini difokuskan pada pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) skala kecil hingga kapasitas 5 MW dengan menerapkan teknologi condensing turbine and binary cycle melalui kerjasama dengan industri manufaktur dalam negeri P EMBANGKIT L ISTRIK T ENAGA P ANAS B UMI S KALA K ECIL UNTUK K EMANDIRIAN B ANGSA Kegiatan ini difokuskan pada pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) skala kecil hingga kapasitas 5 MW dengan menerapkan teknologi condensing turbine and binary cycle melalui kerjasama dengan industri manufaktur dalam negeri

Pilot plant PLTP condensing turbine dengan kapasitas 3 MW telah dibangun di Kamojang Jawa Barat bekerjasama dengan PT. Pertamina Geo-thermal Energy dan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat, serta PT. PLN. Pilot plant PLTP binary cycle dengan kapasitas 100 kW dibangun di lapangan panas bumi Wayang Windu Jawa Barat bekerjasama dengan Star Energy Geothermal Ltd.Tahun 2012 diselesaikan: Prototip Komponen Turbin PLTP 3MW, Pilot Plant PLTP Binary Cycle 100 KW. Sedangkan dalam Tahun 2013 dilaksanakan: Pengujian Kinerja PLTP 3 MW, Pengujian Pilot Plant PLTP Binary Cycle 100 KW, dan Pilot Plant PLTP Binary Cycle.

b) Prioritas Nasional Lainnya Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan P ESAWAT U DARA N IR A WAK UNTUK S KUADRON TNI AU

Bekerjasama dengan Balitbang Kemenhan telah dilaksanakan demo flight Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) Wulung disaksikan oleh Menteri Pertahanan dan Keamanan, Menteri Riset dan Teknologi, Kepala BPPT, Kepala Staf TNI, dan para undangan pada tanggal 11 Oktober 2012 bertempat di Landasan udara militer Halim Perdanakusu-

mah. Demo flight berhasil dilakukan sehingga Menteri Pertahanan dan Keamanan membuat keputusan bahwa PUNA Wulung-BPPT segera digunakan untuk memperkuat skuadron Pesawat Terbang Tanpa Awak TNI AU di Kalimantan. PUNA Wulung memiliki kemampuan jangkauan sistem komunikasi sejauh 150 km secara autonomous dengan ketinggian 10.000 kaki untuk memperkuat Skuadron UAV TNI AU di daerah perbatasan Kalimantan.

Pengembangan prototipe PUNA tipe jangkauan jarak menengah dengan Telemetry, Command and Control (TCC) telah dilakukan pada tahun 2012 dan 2013. Kemudian pada tahun 2014 telah diproduksi PUNA Wulung oleh industri pertahananan nasional PT. DI sebanyak 3 (tiga) buah dan selanjutnya akan segera diproduksi lagi sebanyak 5 (lima) buah,

1. Capaian Lainnya

1. Bidang Hankam :

 K APAL R AWA (S WAMP BOAT ) Pada tahun 2013-2014 Kedeputian TIRBR-BPPT diminta oleh Dislitbang TNI-AL

dan PT. Mega Perkasa Engineering (PT. MPE) untuk melakukan rancang bangun dan rekayasa Kapal Rawa (swamp boat) yang mampu beroperasi sesuai dengan kebutuhan TNI-AL. Konstruksi kapal rawa yang dikembangkan adalah 100% marine grade alumunium dengan bagian bawah lambung dilapisi dengan lembaran ultra-high molecular weight polyethylene.

 K ALKULATOR T EMBAK M ORTIR Dalam rangka penguasaan teknologi alutsista munisi, Kedeputian TIRBR bekerja-

sama dengan Pussenif dan PT. Pindad melakukan kerekayasaan teknologi Mesin Hitung mortir yang dinamakan “KOMBAT.” KOMBAT adalah perangkat komputer portable yang diperlukan oleh satuan penembak mortir untuk menentukan arah,

azimut dan kekuatan lontar pucuk mortir agar tepat mengenai sasaran. KOMBAT dirancang tahan cuaca dan dilengkapi perangkat lunak perhitungan balistik serta strategi tempur TNI untuk menggantikan ploating board yang merupakan alat bantu manual maupun morcos yang merupakan alat bantu elektronik penembak mortir buatan Marconi-Inggris. KOMBAT dapat melayani hingga 6 pucuk mortir sekaligus untuk beberapa target tembak sejauh hingga 7 km.

2. Bidang Transportasi

 P ENDAMPINGAN T RANS J AKARTA Strategi BPPT dalam menumbuhkembangkan Industri otomotif lokal agar menjadi

wahana penciptaan lapangan kerja bagi anak negeri optimaladalah dengan IPR- based platform local special purpose vehicle. Dalam konteks ini, Kedeputian TIRBR BPPT melakukan berbagai kegiatan rancang bangun dan rekayasa kendaraan umum massal yang akan dimanfaatkan oleh penyedia jasa transportasi dan diproduksi oleh industri nasional. Program ini telah dimulai sejak tahun 2008 dengan mengembangkan articulated high floor CNG bus untuk Trans Jakarta.

 K ONEKTIVITAS DAN L OGISTIK Kedeputian TIRBR BPPT bersama dengan KemenPU, KemenHub, Pemprov dan Kabupaten/Kota terkait, perguruan tinggi serta industri dalam negeri melakukan rekayasa sistem tranportasi konektivitas Koridor Sumatera – Jawa yang mengacu pada konsep memperkuat konektivitas nasional yang terintegrasi secara lokal dan terhubung secara global. Khususnya dalam mendukung rencana pengembangan Kawasan Strategis dan Infastruktur Selat Sunda.

 K ONEKTIVITAS K ORIDOR S UMATERA Kedeputian TIRBR BPPT melakukan kajian mikro keberadaan pelabuhan Teluk Nibung yang merupakan pelabuhan pengumpan sentra strategis perdagangan antar daerah/pulau, pusat distribusi dan pemasaran berbagai macam barang.Output kajian ini telah dimanfaatkan untuk merevitalisasi keberadaan Pelabuhan Teluk Nibung sebagai masukan pengembangan Renstra Kota

Tanjungbalai. Ruang lingkup kegiatan ini juga mencakup kajian dinamika pantai berupa uji model fisik dermaga untuk mengetahui pola sedimentasi dan scouring di sekitar dermaga yang disebabkan gelombang dan arus yang uji simulasinya dilakukan di BPDP.

 A UTOMATIC C ONTAINER T RANSPORTER (ACT)

Pada tahun 2013 Kedeputian TIRBR-BPPT memberikan advisory terhadap program pembangunan ACTbersama dengan konsorsium monorail BUMN dimana PT. Pelindo 3 (Persero) sebagai mitra. ACT adalah moda transpotasi angkutan kontainer berbasis teknologi monorail, yang teknologi boogie-nya telah dikem- bangkan BBPT sejak tahun 2006. Implementasi ACT di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya yang menghubungkan Prapat Kurung dan Pelabuhan Teluk Lamong.

 P OLASPASIAL K ONEKTIVITAS DAN I NFRASTRUKTUR P ANTAI T ELUK S EMARANG Upaya peningkatan konektivitas di Pulau Jawa dalam mendukung mobilitas penduduk dan kegiatan ekonomi dapat dilakukan dengan menyediakan jaringan layanan logistik dan prasarana transportasi yang memadai.Dalam pengembangan wilayah, pada tahun 2014, Kedeputian TIRBR-BPPT bekerjasama dengan Pemprov

Jawa Tengah menyusun Konsep Pola Spasial Pengembangan Konektivitas dan Infrastruktur Pantai di Kawasan Teluk Semarang.

 S ISTEM L OGISTIK N ASIONAL Dalam rangka menyiapkan sistem logistik Batubara, pada tahun 2013, Kedeputian TIRBR-BPPT melakukan kajian kelayakan lokasi dermaga dan alur navigasi untuk distribusi logistik batubara PT. PLN Batubara.Sejalan dengan penyusunan konsep konektivitas sistem transportasi, Kedeputian TIRBR membuat rancangan rinci infrastruktur transportasi pelabuhan yang terdiri dari wharf atau pier untuk tambat 2 (dua) buah kapal tongkang LNG dengan panjang masing-masing 300 feet dan mooring jetty.

3. Bidang Basis manufaktur  P ENDAMPINGAN P EMBANGUNAN P ABRIK G ULA T ERPADU G LENMORE

Kedeputian TIRBR melalui PTIM sebagai koordinator bersama PTIP & MEPPO memberikan jasa pendampingan off farm kepada PTPN XII dalam pembangunan pabrik gula Glenmore kapasitas awal 6.000 Ton Tebu perhari (TTH) expandable to 8.000 TTH yang berbasis defecation re-melt carbona-tion technology. Kegiatan yang dilakukan BPPT meliputi pembuatan Process Flow Diagram (PFD), P&ID, Front End Engineering Design (FEED) sebagai rekomendasi teknis pada proses tender EPC, FASOS & FASUM. Capaian utama keterlibatan BPPT adalah telah dimanfaatkannya rekomendasi teknologi rancang bangun dan rekayasa Pabrik Gula sehingga seluruh konsultan dan kontraktor pembangunan PG Glenmore dilaksanakan oleh industri permesinan dalam negeri.

 P ERINTISAN I NDUSTRI T URBIN N ASIONAL

BPPT telah menjalin kerjasama dengan KemenPerin dan PT NTP sejak 2005 dalam pengembangan turbin uap skala kecil.Dukungan diberikan BPPT agar NTP mampu menjadi turbine manufacturer. Pengembangan turbin dilakukan dengan metode reverse engineering dan proses produksi menggunakan sistem cluster yang meli- batkan industri scanning (Henindo),casting (Barata, Pindad, Metinca, Itokoh), forging (Texmaco), fabrikasi (Baja Pratama), pemesinan CNC (Cipta Engineering, Prabu Dimuntur, Cipta Sinergi), pemipaan (TOP-F), heat exchanger (PT Silas).

Jenis turbin yang dikembangkan adalah: turbin single stage back pressure 450 HP untuk industri agro, turbin multistage back pressure 2 MW dan 4 MW untuk industri agro, turbin multistage condensing 3 MW untuk PLTP, turbin multistage 3 MW untuk PLTU skala kecil.

 P ENDAMPINGAN P EMBANGUNAN P UPUK K ALTIM 5 Pada Pembangunan Pabrik Pupuk Kaltim 5 kapasitas 2500 mtpd ammonia and 3500 mtpd urea, BPPT melaksanakan pendampingan teknis dengan ruang lingkup Kaltim-5 Project, coal boiler, Kaltim Pasifik Ammonia, Proyek Perluasan Kaltim dan review vendor list.

 D ISAIN P ROSES P ABRIK P UPUK K ISERIT Untuk mengimplementasikan hasil penelitian awal dalam teknologi produksi kiserit makatekMIRA Kementerian ESDM bekerjasama dengan BPPT telah dilakukan desain proses pembuatan Kiserit dari Mineral Dolomit sebagai

perhitungan awal atau “Basic Design” yang akan menjadi acuan untuk pembuatan Detail Engineering Design (DED) yang siap untuk pembangunan Pabrik Kiserit

kapasitas produksi 10.000 ton/tahun.  S ILENT G ENSET Kedeputian TIRBR bekerjasama dengan industri lokal menghasilkan inovasi

enclosure genset pada tahun 2013 yang mampu meredam tingkat kebisingan gensetdiesel 20 KVA hingga di bawah 65 dB pada kondisi tanpa beban hingga beban penuh (kategori super silent). Inovasi ini sepenuhnya hasil karya dalam negeri, sehingga mengurangi ketergantungan kita pada impor.

1.1.4.Ekspektasi Pemangku Kepentingan dan Pelanggan

Keberhasilan dalam pelaksanaan tugas pokok BPPT harus ditinjau dari beberapa perspektif seperti ditampilkan pada tabel di bawah :

Tabel 1.1 Ekspektasi Pemangku Kepentingan dan Pelanggan Pemangku Kepentingan

Lembaga

Ekspektasi/Perspektif

1. Lembaga Pemerintah

Presiden

Kontribusinya terhadap

Pihak-pihak yang berkepentingan dan Kabinet perkembangan ekonomi atau memiliki harapan terhadap

untuk meningkatkan daya perkembangan kinerja dan

saing dan kemandirian program BPPT

bangsa

2. Aliansi/Pelanggan (Customer)

Pemangku Kepentingan

Lembaga

Ekspektasi/Perspektif

Ketersediaan sumber daya Pihak yang menggunakan

a. Pelanggan/Customer

Industri

teknologi untuk melakukan produk dan pelayan BPPT

inovasi, pendalaman proses pertambahan nilai, dan pem- baruan proses produksi utk meningkatkan keuntungan.

Pemerintah ketersediaan sumber daya teknologi/ rekomendasi kebijakan untuk meningkat- kan pelayanan publik

Efektivitas melakukan Lembaga yang bekerjasama

b. Aliansi

Lembaga,

Litbangyasa pembaruan ilmu dengan BPPT sebagai partner

, Perguruan pengetahuan dan teknologi yang mempunyai tujuan, sasar- Tinggi an dan interes bersama

3. Masyarakat

DPR,

Keluaran dan produk BPPT Masyarakat dapat dimanfaatkan secara Umum

luas, meningkatkan kualitas hidup, lingkungan dan ekonomi secara keseluruhan.

Sejalan dengan UU No. 17 Tahun 2007 tentang RPJPN, BPPT dalam menyusun program dan kegiatannya mengacu pada Perpres No.2 Tahun 2015 Tentang RPJMN 2015-2019 yang merupakan penjabaran dari Visi, Misi, dan Agenda (Nawacita) Presiden/Wakil Presiden. Program dan kegiatan BPPT mendukung pencapaian RPJMN 2015-2019 dalam hal sebagai berikut:

a. Misi ke- lima dari Nawacita yaitu “Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing” yang selanjutnya dijabarkan dalam Agenda prioritas ke-enam dari sembilan agenda

prioritas Nawacita, yaitu “Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa- bangsa Asia lainnya”.

b. Peningkatan kapasitas inovasi dan teknologi dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Dalam rangka peningkatan dukungan iptek bagi daya saing sektor produksi, maka pembangunan diarahkan pada: (a) Penyelenggaraan Litbangyasa, Kedeputian TIRBR BPPT antara lain mendukung bidang:

i. Teknologi transportasi- inovasi dan layanan teknologi industri perkapalan;

ii. Hankam riset akan difokuskan pada mendukung pelaksanaan kebijakan pembangunan industri strategis pertahanan dan keamanan;

(b) Layanan Perekayasaan dan Teknologi melalui peningkatan kapasitas layanan dan revitalisasi peralatan laboratorium serta peningkatan kualitas dan

jumlah SDM yang akan dibiayai dari dana pemerintah. (c) Penguatan Kerjasama Swasta-Pemerintah-Perguruan Tinggi khususnya

untuk sektor pertanian dan industri serta pengembangan entrepreneur pemula lewat pembangunan inkubator.

2) Dalam rangka peningkatan dukungan iptek bagi keberlanjutan dan pemanfaatan sumber daya Nirhayati melalui pembangunan Pusat Inovasi Teknologi Maritim di Pantai Penajam – Kalimantan Timur dan pengembangan teknologi mitigasi bencana.

3) Pembangunan taman tekno dan taman sainsmelalui revitalisasi Inkubator Teknologi-BPPT di Puspiptek dan pembangunan Pusat Inovasi Teknologi Maritim di Penajam – Kalimantan Timur, serta taman tekno di kabupaten/kota.

1.2. Potensi dan Permasalahan

Identifikasi potensi dan permasalahan Kedeputian TIRBR dilakukan untuk menganalisis permasalahan, tantangan, peluang, kelemahan dan potensi yang akan dihadapi dalam rangka melaksanakan penugasan yang diamanatkan RPJMN 2015-2019.

1.2.1. Potensi

Potensi Kedeputian TIRBRyang meliputi sumberdaya manusia, fasilitas sarana dan prasarana setelah reorganisasi meliputi hal-hal sebagai berikut:

1) Kedeputian TIRBR mempunyai sumber daya manusia (SDM) per 31 Desember 2016 secara keseluruhan berjumlah 656 orang dengan komposisi berdasarkan 1) Kedeputian TIRBR mempunyai sumber daya manusia (SDM) per 31 Desember 2016 secara keseluruhan berjumlah 656 orang dengan komposisi berdasarkan

Tabel 1.2: Distribusi Jumlah SDM TIRBR berdasarkan Tingkat Pendidikan pada

masing-masing Unit Kerja per 31 Desember 2016

PENDIDIKAN NO UNIT KERJA JUMLAH

5 B2TKS

6 B2TA3

Dalam mengelola program/kegiatan, Kedeputian TIRBR membina Pejabat Fungsional (Perekayasa, Peneliti, Teknisi Litkayasa, Analisis Kepegawaian, Perencana dan fungsional lainnya). Distribusi SDM TIRBR berdasarkan Jabatan Fungsional dapat dilihat pada Tabel 1.3. Jumlah fngsional umum yang berada di

Kedeputian TIRBR masih cukup tinggi yaitu 132 orang yang berarti pada kisaran 20%.

Tabel 1.3: Distribusi Jumlah SDM TIRBR berdasarkan Jabatan Fungsional

pada masing-masing Unit Kerja per 31 Desember 2016

JUMLAH No

JABATAN FUNGSIONAL

Unit Kerja PEREKAYA

PRANATA FUNGSIONA SA

HUMAS L UMUM

5 B2TKS 65 18 11 2 1 5 43 145

6 B2TA3 44 3 14 1 1 11 74

2) Kedeputian TIRBR memiliki infrastruktur (laboratorium, workshop, pilot plant). Infrastruktur kedeputian TIRBR dalam menunjang kegiatannya yang berada di bawah Unit Pusat adalah Laboratoria Delphi, Hankam, Proses serta fasilitas Desain dan Komputasi (Desain Institut Indonesia). Selanjutnya didukung pula oleh fasilitas labo- ratoria yang dikelola 6 (enam) Unit Pelaksana Teknis yang berada di Kawasan Puspiptek – Serpong, di Surabaya, dan di Yogyakarta sebagai berikut: Balai Besar Tek- nologi Kekuatan Struktur, Balai Besar Teknologi Aerodinamika, Aeroelastika, Aeroakustika, Balai Teknologi Hidrodinamika, Balai Teknologi Termodinamika Motor dan Propulsi, Balai Teknologi Infrastruktur Pelabuhan dan Dinamika Pantai, serta Balai Teknologi Mesin Perkakas Produksi dan Otomasi.

3) Kegiatan kedeputian TIRBR menggunakan Sistem Tata Kerja Kerekayasaan (STKK) secara menyeluruh yang bercirikan kerja tim (team work), terstruktur (well structured)dan terdokumentasi (well documented) yang dilandasi dengan implementasi Sistem Inovasi.

4) Kedeputian TIRBR memiliki jaringan (networking) yang luas

Kemitraan Kedeputian TIRBR dalam kegiatan industri dan swasta serta masyarakat tercermin dari kegiatan kerjasama/MoU pengkajian dan penerapan teknologi industri antara Kedeputian Bidang TIRBR dengan Pemerintah Pusat dan Daerah, Swasta, BUMN, Industri, Universitas dan Lembaga Pemerintah Non Kementerian/LPNK.

1.2.2. Permasalahan

Identifikasi permasalahan di kedeputian TIRBR berdasarkan pelaksanaan Peraturan Presiden Republik IndonesiaNomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) ditemukan beberapa aspek strategis dan permasalahan utama antara lain :

o Bidang Teknologi Industri Hankam: kelemahan yang terlihat adalah masih kurangnya produk alpalhankam yang dapat diserap oleh TNI sebagai pengguna, yang

kebanyakan belum memenuhi opsreq TNI sehingga tidak dapat dilakukan proses pengadaan di dalam negeri. Hal ini disebabkan karena lemahnya penguasaan teknologi pada proses pengembangan produk alpalhankam dan kompetensi SDM, di samping belum lengkapnya sarana prasarana laboratoria yang mendukung kegiatan pengembangan tersebut, secara umum hasil teknologi produk alpalhankam industri nasional masih dalam tingkat technology readyness level (TRL) yang masih rendah .

Kelemahan tersebut dapat merupakan potensi bagi TIRBR untuk dapat berkontribusi dalam memecahkan permasalahan nasional terutama didukung oleh terbitnya UU no 16 tahun 2012 tentang industri pertahanan yang memberikan peluang besar pada kemandirian industri pertahanan. Pada Perpres no 2 tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019, pemerintah menepati komitmentnya terhadap isi UU no

16 tahun2012 tersebut dengan memberikan dukungan anggaran pengembangan terhadap program prioritas industri pertahanan yang jumlahnya 7 produk strategis seperti Pengembangan Jet Tempur KFx-IFx, Pembangunan Kapal selam, Industri propelan, pengembangan roket nasional, pengembangan rudal nasional, pengembangan radar nasional, pengembangan tank sedang dan berat seperti tertuang dalam lampiran perpres tsb diatas. Di sisi lain dari anggaran belanja pengadaan alpalhankam, pemerintah menyediakan alokasi dana cukup besar untuk pengadaan produk alpalhankam dalam negeri (PDN). Alokasi PDN inilah yang mendorong percepatan pengembangan produk alpalhankam prioritas agar pada kurun 5 tahun ini dapat diproduksi dan memenuhi opsreq user TNI.