JURNAL EKONOMI MANAJEMEN DAN BISNIS

Stres Kerja dan Kinerja Guru

Syamsul Rizal, SE, MM Fakultas Ekonomi Universitas Muhamadiyah Aceh

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterkaitan antara stres kerja terhadap kinerja guru. Sampel penelitian sebanyak 40 orang guru yang mengajar pada SMA Negeri I Lamno. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan peralatan statistik regresi linier berganda. Penelitian menemukan bahwa stres kerja yang didasarkan pada gejala fisiologis, gejala psikologis dan gejala perilaku berpengaruh negatif terhadap kinerja guru pada SMA Negeri 1 Lamno. Semakin tinggi intensitas stres kerja seseorang guru yang terlihat dari gejala fisiologis, psikologis dan gejala perilaku, semakin rendah kinerja guru tersebut. Hasil pengujian statistik menunjukkan nilai F hitung > F tabel. Dengan demikian dapat disimpulkan secara simultan stres kerja gejala fisiologis, gejala psikologis dan stres kerja gejala perilaku sebagai tolok ukur intensitas stres kerja, berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru pada SMA Negeri 1 Lamno. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan secara simultan stres kerja gejala fisiologis, gejala psikologis dan stres kerja gejala perilaku berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru dapat diterima. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah, kinerja guru dalam mengajar pada SMA Negeri 1 Lamno secara nyata dipengaruhi oleh stres kerja yang dilihat dari gejala fisiologis, gejala psikologis dan stres kerja gejala perilaku.

Kata Kunci : Kinerja Guru, Stres Kerja Gejala Fisiologis, Stres Kerja Gejala Psikologis dan Stres Kerja Gejala Perilaku .

Latar Belakang Penelitian inilah yang akan menimbulkan frustasi, konflik,

Guru yang mengajar dalam lingkungan

gelisah dan rasa bersalah.

institusi pendidikan formal biasanya selalu Istilah stres sering digunakan untuk berinteraksi dengan lingkungan kerjanya, baik

menunjuk suatu kondisi dinamik, yang di lingkungan intern institusi tempat guru tersebut

dalamnya seseorang dikonfrontasikan dengan mengajar maupun lingkungan eksternal seperti

suatu peluang, kendala, atau tuntutan yang masyarakat luas, pemerintah dan lingkungan

dikaitkan dengan apa yang sangat diinginkannya eksternal lainnya. Lingkungan kerja yang

dan hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti dan menantang dan kompleks, serta makin cepatnya

penting. Istilah stres merupakan istilah yang perubahan yang terjadi menuntut guru untuk bisa

netral, artinya stres tidak harus mempunyai nilai menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan

negatif, stres juga mempunyai nilai positif. Stres tersebut. Dalam proses penyesuaian diri ini, dirasa

merupakan suatu peluang bila stres itu penting untuk mengetahui kondisi lingkungan.

menawarkan perolehan yang potensial. Namun di Apalagi melakukan segala aktifitasnya, guru

sisi lain, stres dapat membahayakan individu memerlukan pemikiran yang dinamis agar segala

karena diakibatkan oleh suatu pekerjaan yang aktifitasnya dapat berjalan dengan baik.

dapat mengancam keselamatan seseorang. Sementara di sisi lain guru juga memiliki

Dampak positif stres pada tingkat rendah keterbatasan antara lain mengalami kelelahan dan

sampai pada tingkat sedang bersifat fungsional terbatasnya tenaga.

dalam arti berperan sebagai pendorong Beratnya tuntutan tugas seseorang guru

peningkatan kinerja seseorang termasuk guru. seperti mereka yang mengajar pada sekolah

Sedangkan dampak negatif stres pada tingkat menengah atas (SMA) misalnya, menyebabkan

yang tinggi adalah penurunan pada kinerja yang guru sering mengalami rasa bosan, jenuh dan juga

drastis. Hal ini akan berdampak pada mengakibatkan stres. Guru akan cenderung

keinginan untuk keluar, mengalami stres apabila kurang mampu

meningkatnya

dan menurunnya beradaptasi keinginan dengan kenyataan yang

meningkatnya

absensi,

komitmen terhadap institusi tempat kerja. Jadi hal ada, baik kenyataan yang ada di dalam maupun di

ini merupakan keadaan yang berbahaya bagi luar dirinya. Segala macam bentuk stres, pada

institusi, karena bisa menyebabkan pelaksanaan dasarnya disebabkan oleh kurang mengertinya

pekerjaan terganggu, yang akhirnya bisa manusia

menurunnya kinerja intisusi. Hal ini berarti bahwa Ketidakmampuan untuk melawan keterbatasan

akan keterbatasannya

sendiri.

stres kerja yang dialami oleh guru sebagai tenaga

JURNAL EKONOMI MANAJEMEN DAN BISNIS

Volume 1 Nomor 2 Desember 2013, Halaman 141-158

pendidik juga dapat menurunkan kinerja institusi Sesuai tugas dan fungsinya, SMA Negeri I pendidikan tempat guru tersebut mengajar.

Lamno merupakan harapan masyarakat dalam Begitu besar dampak dari stres kerja, oleh

mendidik siswa atau anak usia sekolah. Sekolah para ahli perilaku organisasi telah dinyatakan

tersebut juga diharapkan mampu menjadi sebagai agen penyebab dari berbagai masalah

pemerintah dalam fisik, mental, bahkan output organisasi. Berbagai

perpanjangan

tangan

menyediakan jasa pendidikan bagi anak usia alasan tersebut cukup relevan menjadi pendukung

sekolah sebagai peserta didik. Fenomena yang penelitian ini untuk dilakukan. Kesuksesan dari

terjadi di SMA Negeri I Lamno, ada sebagian kinerja lembaga pendidikan bisa dilihat dari

guru yang merasa terbebani dengan pekerjaan kinerja yang dicapai oleh guru atau staf pengajar

mereka dalam mengajar. Persoalan-persoalan yang mengajar di lembaga tersebut. Oleh sebab

inilah yang perlu mendapatkan perhatian dari itu setiap lembaga pendidikan menuntut agar para

pihak kepala sekolah agar kegiatan belajar guru mampu menampilkan kinerja yang optimal

mengajar dapat terlaksana sebaik mungkin. karena baik buruknya kinerja yang dicapai oleh guru akan berpengaruh pada kinerja dan

TINJAUAN PUSTAKA

keberhasilan lembaga

keseluruhan. Sedarmayanti (2007:259) menyatakan, Kinerja sekolah menengah atas (SMA) kinerja terjemahan dari “performance”, berarti: seperti halnya SMA Negeri I Lamno tidak terlepas (1) Perbuatan, pelaksanaan pekerjaan, prestasi dari kinerja guru sebagai tenaga pendidik yang kerja, pelaksanaan pekerjaan yang berdaya guna; mengajar di sekolah tersebut. Apalagi layanan (2) Pencapaian/prestasi seseorang berkenaan yang diberikan oleh sekolah tersebut terkait dengan tugas yang diberikan kepadanya; (3) Hasil dengan layanan jasa pendidikan, dan guru kerja seorang pekerja, sebuah proses manajemen merupakan sumber daya utama dalam mendukung atau suatu organisasi secara keseluruhan, dimana lancarnya proses belajar mengajar. Hingga saat ini hasil kerja tersebut harus dapat ditunjukkan SMA Negeri I Lamno memiliki 41 orang guru buktinya secara konkrit dan dapat diukur yang terdiri dari 35 orang guru dengan status PNS (dibandingkan dengan standar yang telah dan 6 orang guru dengan status honorer. ditentukan); dan (4) Hasil kerja yang dapat Kinerja seorang guru pada SMA Negeri I dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang Lamno dapat dilihat dari kualitas proses belajar dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang mengajar yang disajikan dalam mendidik siswa dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka sebagai peserta didik. Permasalahan mengenai upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan kinerja guru merupakan permasalahan yang selalu secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dihadapi oleh pihak manajemen sekolah, karena

moral maupun etika.

itu manajemen sekolah terutama kepala sekolah Sedangkan Malthis dan Jackson (2006:79) dipandang perlu mengetahui faktor-faktor yang menyatakan, “kinerja pada dasarnya adalah apa mempengaruhi kinerja guru tersebut akan yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. membuat manajemen sekolah dapat mengambil Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi berbagai kebijakan yang diperlukan sehingga seberapa banyak mereka memberikan kontribusi dapat meningkatkan kinerja guru agar dapat kepada organisasi yang antara lain termasuk: (1) sesuai dengan harapan organisasi sekolah. Kuantitas output, (2) Kualitas output, (3) Jangka Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja waktu output, (4) Kehadiran di tempat kerja, dan guru sebagai tenaga pendidik di antaranya yaitu:

(5) Sikap Kooperatif.

pendidikan dan latihan, disiplin, sikap dan Benardin dan Russel yang dikutip oleh aktivitas kerja, penghasilan, jaminan sosial,

(2007:258) menyatakan, lingkungan kerja serta kebutuhan untuk Performance is defined as the record of outcomes berprestasi. Faktor-faktor tersebut berpengaruh produced on a specific job function or activity terhadap guru dalam melaksanakan tugas-tugas during a specific time periode . (kinerja mengajar yang diberikan kepadanya, sehingga didefinisikan sebagai catatan mengenai outcome hasil akhirnya adalah kinerja guru itu sendiri yang dihasilkan dari suatu aktivitas tertentu, dalam menjalankan kegiatannya sebagai tenaga selama kurun waktu tertentu pula). pendidik. Selain itu faktor lain yang dapat Berdasarkan pendapat-pendapat di atas mempengaruhi kinerja guru dalam proses belajar jelaslah bahwa kinerja pegawai pada dasarnya mengajar adalah stres kerja yang dialami oleh adalah kemampuan kerja pegawai tersebut dalam guru. bekerja yang dapat dilihat dari ukuran kuantitatif

Sedarmayanti

Stres Kerja dan Kinerja Guru

Syamsul Rizal, SE, MM maupun ukuran kualitatif. Dalam ukuran

terdapat hubungan yang erat. Dengan perkataan kuantitatif kinerja yang baik dapat dilihat dari

kinerja individual (individual peningkatan output yang dihasilkan, efektifitas

lain, bila

performance) baik, maka kemungkinan besar dan efisiensi pelaksanaan tugas dan ukuran

kinerja organisasi (corporate performance) juga kuantitatif lainnya. Selanjutnya dalam ukuran

baik. Kinerja seorang karyawan baik apabila ia kualitatif, kinerja yang baik terlihat dari adanya

memiliki keahlian (skill) yang tinggi, bersedia peningkatan kualitas hasil pekerjaan.

bekerja karena gaji atau diberi upah sesuai dengan Pendapat lain tentang kinerja seperti

perjanjian dan mempunyai harapan (expectation) dikemukakan oleh Baso (2003) “kinerja sebagai

masa depan yang lebih baik

kemampuan yang

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami terstandarisasi.” Keberhasilan suatu kinerja akan

bahwa tinggi rendahnya kinerja suatu instansi sangat tergantung dan ditentukan oleh beberapa

sangat tergantung pada tingggi rendahnya kinerja aspek dalam melaksanakan pekerjaan antara lain

pegawai instansi tersebut. Apabila pegawai yang kejelasan peran (role clarity), tingkat kompetensi

bekerja pada instansi tersebut berkinerja rendah, (competencies), keadaan lingkungan (enviroment)

maka kinerja instansi secara keseluruhan juga dan faktor lainnya seperti nilai (value), budaya

akan rendah. Demikian pula sebaliknya, semakin (culture), kesukaan (preference), imbalan dan

baik kinerja pegawai, akan semakin baik pula pengakuan (reward and recognitions).

kinerja instansi.

Keterkaitan Kinerja Pegawai Dengan Kinerja Indikator Penilaian Kinerja Guru Instansi

Pengukuran kinerja pegawai didasarkan Keberhasilan suatu instansi pemerintah

pada apa yang dilakukan oleh pegawai sesuai dalam meningkatkan kinerjanya sangat ditentukan

dengan bidang tugas yang dibebankan kepadanya. oleh sejauhmana setiap pegawai dalam instansi

Karena itu, pengukuran kinerja guru mengacu tersebut dapat melaksanakan tugas mereka dengan

pada pelaksanaan tugas guru yakni melaksanakan baik.

kegiatan belajar mengajar di sekolah. Sehingga menyelesaikan tugas mereka tidak hanya

kinerja guru yang dimaksudkan dalam hal ini berdampak pada rendahnya produktivitas kerja,

adalah kinerja dalam pelaksanaan proses belajar akan tetapi juga berdampak buruk pada

mengajar.

pencapaian tujuan instansi secara keseluruhan. Kinerja dalam melaksanakan proses belajar Karena itu, peningkatan kinerja pegawai sangat

mengajar didefinisikan sebagai keberhasilan guru penting artinya bagi peningkatan kinerja instansi.

sebagai staf pengajar dalam menyelesaikan Semakin baik kinerja pegawai yang bekerja dalam

pekerjaan dengan obyek penilaian pada proses instansi tertentu, akan semakin tercapai tujuan

yaitu melaksanakan proses belajar mengajar yang organisasi. Sebaliknya semakin rendah kinerja

meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. pegawai, maka kinerja instansi juga akan rendah.

Perencanaan meliputi meyusun silabi, berdiskusi Kendatipun suatu instansi memiliki peralatan

teaching, membuat SAP, kerja yang baik, namun apabila tidak didukung

dengan team

menentukan metode, alat peraga, media, sumber oleh pegawai yang mampu menyelesaikan tugas

belajar, rencana bahan ujian dan pelaksanaan sesuai dengan yang diharapkan, maka upaya

proses belajar mengajar, tugas terstruktur sesuai untuk meningkatkan kinerja instansi akan

dengan SAP dan jadwal serta melakukan evaluasi mengalami kendala. Sebagaimana pendapat

mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya, Sedarmayanti (2007:263) yang menyatakan

memberi umpan balik hasil belajar (Mundarti, “tercapainya tujuan organisasi/perusahaan hanya

dimungkinkan karena upaya para pelaku yang Dalam penelitian ini, indikator yang terdapat pada organisasi/perusahaan tersebut.

digunakan untuk mengukur kinerja guru SMA Dalam hal ini terdapat hubungan yang erat antara

Negeri I Lamno mengacu pada pendapat di atas, kinerja perorangan dengan kinerja lembaga atau

dimana kinerja guru didekati dengan penilaian kinerja perusahaan. Dengan kata lain, bila kinerja

proses belajar mengajar mulai dari tahap seseorang baik, maka kemungkinan besar kinerja

perencanaan hingga evaluasi pembelajaran perusahaan juga baik”. Pendapat lain juga

berkaitan dengan mata pelajaran yang mereka dikemukakan oleh Prawirosentono yang dikutip

asuh. Hal ini didasarkan pada alasan bahwa tugas oleh Tampubolon (2007) menyatakan kinerja

utama seseorang guru dalam lembaga pendidikan individual (individual performance) dengan

tempat ia mengajar adalah menjamin kelancaran kinerja lembaga (institutional performance) atau

proses belajar mengajar sesuai dengan mata kinerja organisasi (corporate performance )

pelajaran yang ditugaskan kepadanya.

JURNAL EKONOMI MANAJEMEN DAN BISNIS

Volume 1 Nomor 2 Desember 2013, Halaman 141-158

Stres Kerja

atau target yang sulit dicapai berdasarkan

Pengertian Stres Kerja

kemampuan yang dimiliki oleh pekerja. Para ahli mengemukakan berbagai

2. Gaya manajemen yang stressfull, seperti pendapat tentang pengertian stres kerja, di

kurang melibatkan karyawan atau pekerja antaranya adalah :

dalam proses pengambilan keputusan,

1. Kreitner dan Kinicki (2005) mendefinisikan komunikasi yang kurang atau kebijakan stres sebagai respon adaptif dihubungkan oleh

manajemen yang terlalu kejam (lack of karaktersitik dan atau proses psikologis

policies ) yang hanya individu, yang merupakan suatu konsekuensi

family-friendly

faktor efisien dan dari setiap tindakan eksternal, situasi, atau

mementingkan

mengabaikan faktor manusiawi. peristiwa yang menempatkan tuntutan

3. Hubungan interpersonal yang tidak kondusif, psikologis/fisik khusus pada seseorang.

seperti terlalu banyak konflik antar individu,

2. Siagian (2008) menyatakan bahwa stres kurang bersahabat antar sesama, krisis merupakan

toleransi, dan sebagainya. berpengaruh terhadap emosi, jalan pikiran,

4. Peranan kerja yang tidak jelas, seperti konflik dan kondisi fisik seseorang. Stres yang tidak

peranan, ketidakjelasan hasil kerja yang bisa bisa di atasi dengan baik biasanya berakibat

diharapkan atau terlalu banyaknya tanggung pada ketidakmampuan orang beriteraksu

jawab yang dibebankan. secara positif dengan lingkungannya, baik

5. Nasib karir yang tidak jelas, seperti terjadi dalam lingkungan

ketidakamanan (insecurity), tidak ada lingkungan luarnya. Artinya, pegawai yang

pekerjaan

maupun

kesempatan untuk berkembang, tidak bersangkutan akan menghadapi berbagai

diberikan peluang untuk lebih maju, cepat gejala negatif yang pada gilirannya

perubahan yang tidak berpengaruh pada prestasi kerja.

melakukan

mempertimbangkan kesiapan pekerja, dan

3. Kahn, dkk dalam Cooper (2003) merupakan

lain-lain.

suatu proses yang kompleks, bervariasi, dan

6. Kondisi lingkungan yang mengancam dinamis dimana stressor, pandangan tentang

keselamatan, seperti lingkungan yang tidak stres itu sendiri, respon singkat, dampak

nyaman, tidak sehat, dan tidak leluasa. kesehatan, dan variabel-variabelnya saling

berkaitan.

Dampak Stres Kerja Pada Organisasi

4. Robbins (2008:793) menyatakan, stres adalah Rendall Schuller yang dikutip oleh Rini kondisi dinamik yang didalamnya individu

(2002:3) mengidentifikasi beberapa perilaku menghadapi peluang, kendala, atau tuntutan

negatif karyawan yang berpengaruh terhadap yang terkait dengan apa yang sangat

organisasi. Menurut peneliti ini, stres yang diinginkannya dan hasilnya dipersepsikan

dihadapi oleh pegawai berkorelasi dengan sebagai tidak pasti tetapi penting.

kerja, peningkatan Berdasarkan beberapa uraian di atas, penulis

penurunan

prestasi

ketidakhadiran kerja serta tendensi mengalami menyimpulkan bahwa stres merupakan suatu

kecelakaan. Secara singkat beberapa dampak kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi,

negatif yang ditimbulkan oleh stres kerja dapat proses berpikir dan kondisi seseorang di mana ia

berupa:

terpaksa memberikan tanggapan melebihi

1. Terjadinya kekacauan, hambatan baik dalam kemampuan penyesuaian dirinya terhadap suatu

manajemen maupun operasional kerja tuntutan eksternal (lingkungan). Stres yang terlalu

2. Mengganggu kenormalan aktivitas kerja besar dapat mengancam kemampuan seseorang

3. Menurunkan tingkat produktivitas untuk menghadapi lingkungannya. Sebagai

4. Menurunkan pemasukan dan keuntungan hasilnya, pada diri para pegawai berkembang

organisasi. Kerugian finansial yang dialami berbagai macam gejala stres yang dapat

organisasi karena tidak imbangnya antara mengganggu pelaksanaan kerja mereka.

produktivitas dengan biaya yang dikeluarkan Berdasarkan laporan ILO yang dikutip oleh

untuk membayar gaji, tunjangan, dan fasilitas Ubaidilah (2007) kondisi kerja yang berpotensi

lainnya.

menimbulkan stres kerja ada enam yaitu :

1. Desain tugas/pekerjaan yang stressfull, seperti

Dampak Stres Kerja Pada Pegawai

beban kerja yang terlalu berat, kurangnya Dampak stres terhadap pekerjaan ada waktu untuk beristirahat, jam kerja yang

bermacam-macam, dan oleh Robin (2008:189) terlalu panjang, rutinitas yang membosankan

Stres Kerja dan Kinerja Guru

Syamsul Rizal, SE, MM dibagi dalam empat tingkatan yaitu sebagai

psikologis, yang berupa berikut :

1. Pengaruh

kegelisahan, agresi, kelesuan, kebosanan,

a. Stres yang terlalu rendah : kurangnya depresi, kelelahan, kekecewaan, kehilangan tantangan akan menimbulkan kebosanan,

kesabaran, harga diri yang rendah. produktifitas rendah dan kurangnya prestasi

2. Pengaruh perilaku, yang berupa peningkatan pribadi. Hal ini akhirnya akan berkontribusi

konsumsi alkohol, tidak nafsu makan atau pada kepercayaan diri yang rendah, dan

makan berlebihan, penyalahgunaan obat- kurangnya tujuan hidup.

obatan, menurunnya semangat untuk

b. Stres yang optimal : jumlah stres yang tepat berolahraga yang berakibat timbulnya dalam hidup akan memampukan seseorang

beberapa penyakit. Pada saat stres juga untuk memanfaatkan peluang, bangkit untuk

terjadi peningkatan intensitas kecelakaan, menghadapi tantangan, dan memperluas

baik di rumah, di tempat kerja atau di jalan. batasan

3. Pengaruh kognitif, yaitu ketidakmampuan memutuskan untuk menghadapi berbagai

keputusan, kurangnya masalah dalam langkah-langkahnya dan

mengambil

konsentrasi, dan peka terhadap ancaman. memperoleh kepuasan dari sebuah pekerjaan

4. Pengaruh fisiologis, yaitu menyebabkan atau dari pekerjaan yang telah diselesaikan

gangguan pada kesehatan fisik yang berupa dengan baik.

penyakit yang sudah diderita sebelumnya,

c. Terlalu banyak stres : selain kelelahan mental atau memicu timbulnya penyakit tertentu. dan fisik, individu akan mendorong dirinya sendiri untuk terus bekerja, tapi dengan

Gejala-gejala Stres Kerja

mengurangi imbalannya. Dengan mendorong Sebelum menangani stres di dalam diri diri sendiri secara terus-menerus sampai

sendiri maupun di dalam diri orang lain, kita harus melewati batas, akan membuatnya terus

mengenali kapan dan dalam keadaan apa hal itu menambah kecepatan dan akhirnya menyadari

terjadi, untuk itu kita akan melihat gejala- gejala bahwa tidak dapat berhenti dan rileks.

yang dapat membuat kita waspada terhadap

d. Kelelahan : tanda-tanda peringatan yang kenyataan bahwa kita berada di bawah pengaruh menyatakan bahwa kita berada dibawah stres

stres. Menurut Cooper dan Straw (2002: 1-6), yang berlebihan,

gejala-gejala stres itu meliputi : mengindahkannya,

apabila kita

tidak

1. Gejala- gejala fisik, adapun gejala-gejala fisik berpeluang untuk jatuh sakit, baik secara

akibat stres dapat mencakup sebagai berikut : mental maupun fisik. Yang terbaik adalah

 Nafas menjadi semakin cepat kinerja yang berubah-ubah.

 Mulut dan kerongkongan menjadi kering Pengaruh

 Kedua tangan menjadi basah oleh keringat menguntungkan

 Tubuh merasa gerah atau panas organisasi. Namun pada taraf tertentu pengaruh

 Otot-otot menjadi tegang yang menguntungkan organisasi diharapkan akan

 Tubuh mengalami gangguan pencernaan memacu karyawan untuk dapat menyelesaikan  Asam lambung yang kronis pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Reaksi terhadap

 Diare

stres dapat merupakan reaksi bersifat psikis maupun fisik. Biasanya pekerja atau karyawan

 Sembelit/ susah buang air besar yang stres akan menunjukkan perubahan perilaku.

 Badan terasa lelah

Perubahan perilaku terjadi pada diri manusia  Kepala menjadi sakit dan tegang

sebagai usaha mengatasi stres. Usaha mengatasi  Perasaan sangat gelisah

stres dapat berupa perilaku melawan stres flight

2. Gejala-gejala prilaku, yang termasuk dalam (melawan stres) atau freeze (berdiam diri). Dalam

gejala-gejala perilaku adalah : kehidupan sehari-hari ketiga reaksi ini biasanya

 Terganggu, khawatir, dan sedih dilakukan secara bergantian, tergantung situasi

 Jengkel terhadap orang lain dan bentuk stres.

 Salah paham

Munculnya stres, baik yang disebabkan oleh

 Tidak berdaya

sesuatu yang menyenangkan atau sesuatu yang  Tidak mampu mengatasi persoalan yang tidak menyenangkan akan memberikan akibat

dihadapi

tertentu pada seseorang. Cox dalam Handoko

 Gelisah

(2006:67-68) membagi empat jenis konsekuensi

 Gagal

yang dapat ditimbulkan stres, yaitu:

 Tidak tertarik  Tidak termotivasi

JURNAL EKONOMI MANAJEMEN DAN BISNIS

Volume 1 Nomor 2 Desember 2013, Halaman 141-158

3. Gejala-gejala ditempat kerja, adapun gejala- Selanjutnya gejala stres yang terkait dengan gejala stres yang mempengaruhi kita di

perilaku mencakup perubahan produktivitas, tempat kerja adalah:

absensi, dan tingkat keluar masuknya karyawan,  Meneurunnya kepuasan kerja

juga perubahan kebiasaan makan, meningkatnya  Berkurangnya prestasi kerja

merokok dan konsumsi alkohol, bicara cepat,  Hilangnya fitalitas dan energi

gelisah dan gangguan tidur (Robin, 2008:801).  Rusaknya komunikasi

Pengukuran stres kerja dapat mengacu pada  Buruknya pengambilan keputusan

pendapat di atas meliputi stres terkait dengan  Berkurangnya kreatifitas dan inovasi

gejala fisiologis, psikologis dan gejala perilaku.  Terfokusnya perhatian ke tugas-tugas yang Seperti dijelaskan di atas, masing-masing gejala

justru tidak produktif stres tersebut memiliki beberapa indikator. Rahmawati

dalam penelitiannya Robin (2008:800) menyatakan bahwa gejala

stres kerja terdiri dari gejala fisiologis, gejala menyatakan bahwa indikator gejala fisiologis psikologis dan gejala perilaku. Keterkaitan antara

terdiri dari (a) mengalami gangguan pencernaan, dan (b) sakit kepala karena beban kerja.

sumber-sumber stres dengan tiga gejala stres tersebut seperti terlihat dalam gambar1.

Gambar 1 Sumber Stres dan Konsekuensinya

Perbedaan Individu - Persepsi

Sumber Potensial

- Pengalaman Pekerjaan

Konsekuensi

- Dukungan Sosial - Keyakinan akan tempat

kedudukan kontrol - Sikap bermusuhan

Faktor Lingkungan Gejala Fisiologis - Ketidakpastian Ekonomi

- Sakit Kepala - Ketidakpastian Politis

- Tekanan darah tinggi - Ketidakpastian Teknologis

- Penyakit jantung

Faktor Organisasi - Tuntutan tugas

Gejala Psikologis - Tuntutan pribadi

- Kecemasan - Struktur Organisasi

Stres yang

dialami

- Murung

- Kepemimpinan Organisasi - Berkurangnya kepuasan - Tahap hidup Organisasi

kerja

Faktor Individu Gejala perilaku - Masalah Keluarga

- Produktivitas - Masalah Ekonomi

- Kemangkiran - Kepribadian

- Tingkat keluarnya karyawan

Sumber : Robin (2008)

Berkaitan dengan gejala fisiologis, Robin (2008: 800) menyatakan, sebagian besar perhatian

Indikator gejala psikologis terdiri dari (a) merasa putus asah dalam bekerja, (b) mudah

dini atas stres diarahkan ke gejala fisiologis. Riset medis memandu ke kesimpulan bahwa stres dapat

tersinggung, (c) sulit untuk berkonsentrasi, (d) menunda-nunda pekerjaan, (e) merasa bosan

menciptakan perubahan metabolisme, mening dengan pekerjaan, (f) merasa gelisah dalam katkan laju detak jantung dan pernapasan,

meningkatkan tekanan darah, menimbulkan sakit bekerja, (g) kurang puas dengan hasil kerja, tidak bersemangat dalam bekerja dan (h) tidak senang

kepala dan menyebabkan serangan jantung. mengikuti kegiatan di kantor. Selanjutnya Berkaitan dengan gejala psikologis

sebagai salah satu konsekuensi stres kerja, Robin indikator perilaku terdiri dari (a) tidak masuk kerja, (b) sukar tidur akibat pekerjaan, (c) nafsu

(2008:800) menyatakan bahwa stres dapat makan berkurang, dan (d) ada keinginan berhenti menyebabkan ketidakpuasan. Stres yang berkaitan

dengan pekerjaan

Dalam kajian ini, pengukuran stres kerja ketidakpuasan berkaitan dengan pekerjaan. Stress muncul dalam keadaan psikologis lain misalnya mengacu pada gejala-gejala stres meliputi gejala

ketegangan, kecemasan, mudah marah, kebosanan fisiologis, psikologis dan gejala perilaku. Indikator stres kerja terkait gejala fisiologis terdiri

dan menunda-nunda pekerjaan. dari: (a) Mengalami gangguan pencernaan akibat

Stres Kerja dan Kinerja Guru

Syamsul Rizal, SE, MM bekerja, (b) Sakit kepala karena beban pekerjaan,

sumber daya dalam memenuhi berbagai (c) Rasa capek karena pekerjaan, (d) Gangguan

persyaratan atau kebutuhan pekerjaan. Adalah fisik berupa pegal akibat kerja, dan (e) Tidak bisa

suatu rangsangan sehat untuk mendorong para santai dalam bekerja.

karyawan agar memberikan tanggapan terhadap Indikator stres kerja terkait gejala psikologis

tantangan-tantangan pekerjaan. Bila stress telah terdiri dari (a) Merasa putus asa dalam bekerja,

yang dicerminkan (b) Mudah tersinggung, (c) Sulit untuk

mencapai

“puncak”,

kemampuan pelaksanaan kerja harian karyawan, berkonsentrasi, (d) Merasa bosan dengan

maka stres tambahan akan cenderung tidak pekerjaan, (e) Merasa gelisah dalam bekerja, (f)

menghasilkan perbaikan prestasi kerja. Kurang puas dengan hasil kerja, (g) Tidak

Akhirnya, bila stress menjadi terlalu besar, bersemangat dalam bekerja, dan (h) Tidak senang

prestasi kerja akan mulai menurun, karena stress mengikuti kegiatan di kantor. Selanjutnya stres

mengganggu pelaksanaan pekerjaan. Karyawan kerja terkait gejala perilaku terdiri dari (a) adanya

kehilangan kemampuan untuk mengendalikannya, kecenderungan untuk absen di tempat kerja, (b)

menjadi tidak mampu untuk mengambil Sukar tidur akibat pekerjaan, (c) Nafsu makan

keputusan-keputusan dan perilakunya menjadi berkurang karena beban kerja, (d) keinginan untuk

tidak teratur. Akibat paling ekstrim, adalah menunda-nunda pekerjaan, (e) Kecenderungan

prestasi kerja menjadi nol, karena karyawan untuk malas melakukan pekerjaan, (f) Perubahan

menjadi sakit atau tidak kuat bekerja lagi, putus kebiasaan makan akibat beban kerja.

asa, kel uar atau “melarikan diri” dari pekerjaan, dan mungkin diberhentikan.

Hubungan Stres Kerja dengan Kinerja

Hubungan antara stres kerja dengan kinerja

Pegawai

karyawan juga dijelaskan oleh Robin (2008:801) Handoko (2006:201) menyatakan, stress

menyatakan bahwa banyak riset telah menyelidiki dapat membantu atau fungsional, tetapi juga dapat

hubungan stres-kinerja. Pola yang paling meluas berperan salah (disfunctional) atau merusak

yang dipelajari dalam literatur stres-kinerja adalah prestasi kerja. secara sederhana hal ini berarti

hubungan U terbalik seperti terlihat dalam bahwa stress mempunyai potensi untuk

Gambar 3.

mendorong atau mengganggu pelaksanaan kerja, Lebih lanjut dijelaskan oleh Robin tergantung seberapa besar tingkat stress.

(2008:801) logika U terbaik adalah bahwa stres Hubungan antara stres kerja dengan kinerja

pada tingkat rendah sampai sedang merangsang pegawai seperti terlihat dalam Gambar 2 berikut.

tubuh dan meningkatkan kemampuan bereaksi. Pada saat itulah individu bisanya akan

mampu melakukan tugasnya dengan lebih Model Hubungan Stress-Prestasi Kerja

Gambar 2

baik, lebih intensif, atau lebih cepat. Tetapi Tinggi

kalau banyak stres menempatkan tuntutan yang tidak dapat dicapai atau kendala ke

seseorang, yang mengakibatkan kinerja

RE

menurun. Pola

U-terbalik ini juga

menggambarkan reaksi terhadap stres dari

TA

waktu ke waktu, dan terhadap perubahan

intensitas stres. Artinya, stres tingkat sedang

sekalipun dapat mempunyai pengaruh yang

negatif pada kinerja jangka panjang karena

ER

intensitas stres yang berkelanjutan itu

meruntuhkan individu itu dan melemahkan

sumber daya energinya.

Rendah

Berdasarkan penjelasan di atas dapat

dipahami bahwa pengaruh stres terhadap Rendah kinerja ada yang positif dan ada yang negatif.

Tinggi

Stres Kerja

Supriyanto, dkk (2003:64), Sumber: Handoko (2006)

Menurut

hubungan motivasi, prestasi (kinerja), dan Bila tidak ada stress, tantangan-tantangan

stress tampak jelas bahwa stres yang terlalu kerja juga tidak ada, dan prestasi kerja cenderung

rendah atau terlalu tinggi dapat menyebabkan rendah. Sejalan dengan meningkatnya stress,

tingkat prestasi (kinerja) yang rendah (tidak prestasi kerja cenderung naik, karena stress

optimum). Bagi seorang pimpinan tekanan- membantu karyawan untuk mengarahkan segala

tekanan yang diberikan kepada seorang karyawan

JURNAL EKONOMI MANAJEMEN DAN BISNIS

Volume 1 Nomor 2 Desember 2013, Halaman 141-158

yakni stres kerja dan kinerja guru, maka stres

kerja yang dimaksudkan dapat diukur dari tiga Hubungan U Terbalik antara Stress dan Kinerja

Gambar 3

gejala stres tersebut. Dengan demikian fokus

Pekerjaan

kajian terhadap stres kerja tidak menelaah faktor penyebab stres kerja itu sendiri. Akan tetapi

Tinggi

melihat intensitas stres kerja dikalangan guru

dengan mengacu pada gejala fisiologis,

RE

psikologis dan gejala perilaku sebagai sub

ST

variabel dari variabel stres kerja.

AS

Mengacu pada teori yang telah dikemukakan

bahwa kinerja guru SMA Negeri I Lamno dapat

KE

dipegnaruhi oleh stres kerja yang dialami oleh

RJ

guru itu sendiri. Hal ini berarti bahwa secara

implisit terdapat hubungan fungsional (sebab akibat) antara stres kerja dengan kinerja guru.

Rendah

Karena itu, paradigma atau hubungan antar konsep dalam penelitian ini seperti terlihat dalam

Rendah Tinggi

Gambar 5.

Stress

Sumber: Robin (2008)

Gambar 5 Paradigma atau Kerangka Konsep Penelitian

haruslah dikaitkan dengan apakah stres yang

Stres Kerja

ditimbulkan oleh tekanan-tekanan tersebut masih

Gejala Fisiologis

dalam keadaan wajar. Stres yang berlebihan akan menyebabkan karyawan tersebut frustasi dan

dapat menurunkan prestasinya, sebaliknya stress Stres Kerja

Gejala Psikologis

Kinerja

yang terlalu rendah menyebabkan karyawan

Guru

Gambar 4

Stres Kerja

Hubungan Prestasi (kinerja), dan Stres

Gejala Perilaku

Tinggi

Efisiensi

Perhatian Penuh

Perilaku (Prestasi)

Keseimbangan Emosi

Hasil Penelitian Terkait

Pemikiran Rasional

penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Konflik Pekerjaan keluarga Terhadap Stress Kerja

Terlalu Sedikit

Stimulasi/ Motivasi

Terlalu Tinggi

Dengan Dukungan Sosial Sebagai Variabel Moderasi. Penelitian tersebut dilakukan pada

Perhatian kurang

Kurang selektif

Guru Kelas 3 SMP Negeri di Kabupaten Kendal

Kebosanan,

Perangsang pasif

dengan kesimpulan bahwa bahwa konflik

Bingung, Apatis

Perilaku terorganisir

pekerjaan-keluarga berpengaruh positif dan signifikan terhadap stress kerja. Sedangkan

Sumber : Supriyanto, dkk (2003:64) dukungan sosial terbukti memoderasi hubungan

tersebut tidak bermotivasi untuk berprestasi. variabel konflik pekerjaan-keluarga terhadap variabel stress kerja. Hasil penelitian juga

Berdasarkan gambar 4 dapat dipahami menjelaskan bahwa berdasarkan tanggapan bahwa stres yang terlalu tinggi dapat

responden, dukungan sosial tertinggi adalah menyebabkan tingkat prestasi (kinerja) yang

dukungan yang bersumber dari pasangan hidup rendah (tidak optimum).

dan keluarga.

Assegaf (2005) meneliti tentang pengaruh

Kerangka Pemikiran

konflik peran dan stres kerja terhadap komitmen Stres kerja yang dihadapi oleh seseorang guru

organisasi. Penelitian dilakukan terhadap akuntan dapat dilihat dari gejala fisiologis, psikologis dan

publik dan akuntan pemerintah di Daerah gejala perilaku. Sesuai dengan topik penelitian

Istimewah Yogyakarta. Penelitian tersebut

Stres Kerja dan Kinerja Guru

Syamsul Rizal, SE, MM menyimpulkan bahwa pada kedua kelompok

kerja, ada pengaruh stres kerja dari aspek tekanan akuntan tersebut (akuntan publik dan akuntan

individu terhadap prestasi kerja, ada pengaruh pemerintah) stres kerja tidak mempunyai

stres kerja dari aspek tekanan kelompok terhadap pengaruh

prestasi kerja, ada pengaruh stres kerja dari aspek organisasi. Namun demikian konflik peran dan

tekanan keorganisasian terhadap prestasi kerja dan stres kerja secara serentak berpengaruh terhadap

ada pengaruh stres kerja dari aspek lingkungan komitmen organisasi. Pada kelompok akuntan

fisik, tekanan individu, tekanan kelompok dan publik diketahui bahwa secara serentak konflik

tekanan keorganisasian secara bersama sama peran dan stres kerja secara signifikan

terhadap prestasi kerja.

berpengaruh terhadap komitmen organisasi. Rahmawati (2009) meneliti tentang Stres Sedangkan pada kelompok akuntan pemerintah,

Kerja Karyawan pada PT Bank Rakyat Indonesia secara serentak konflik peran dan stres kerja tidak

(Persero) Tbk Cabang Bogor. Penelitian tersebut berpegnaruh signifikan terhadap komitmen

antara lain menyimpulkan sebagai berikut: (1) organisasi.

Faktor-faktor penyebab stres kerja (stressor) Fauzi (2008) mengadakan penelitian dengan

karyawan PT BRI (Persero) Tbk Cabang Bogor judul Anteseden Stres Terhadap Kinerja dan

terdiri dari tuntutan tugas, tuntutan peran, tuntutan Kepuasan Kerja pada Wartawan di Jawa Timur.

hubungan antarpribadi, struktur oganisasi, Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa beban

kepemimpinan organisasi, dan tahap hidup kerja yang berlebihan berpengaruh positif

organisasi, (2) Tingkat stres kerja karyawan PT terhadap stress kerja. Konflik kerja berpengaruh

BRI (Persero) Tbk Cabang Bogor secara signifikan positif terhadap stres kerja wartawan.

keseluruhan tergolong pada kategori rendah. Hasil pengujian hipotesis dengan metode Model

Seluruh karakteristik karyawan tidak memiliki Persamaan Struktural menyimpulkan bahwa

hubungan yang signifikan dengan stres kerja terdapat pengaruh signifikan positif Konflik kerja

karyawan. Tidak ada perbedaan stres kerja secara terhadap stres kerja wartawan, yaitu semakin

signifikan ditinjau dari seluruh karakteristik tinggi konflik kerja akan menimbulkan stres kerja

karyawan.

yang semakin besar. Beban kerja berpengaruh signifikan terhadap stres karja wartawan.

Hipotesis Penelitian

Kelelahan emosional berpengaruh signifikan Berdasarkan permasalahan serta landasan terhadap stres kerja wartawan. Stres kerja

teori yang tertuang dalam alur pikir sebelumnya berpengaruh

maka hipotesis penelitian dapat dinyatakan wartawan. Dukungan sosial tidak bersifat

sebagai berikut stres kerja terkait gejala memperlemah pengaruh stres kerja terhadap

fisiologis, psikologis dan gejala perilaku kinerja wartawan.

berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru Hidayati,

SMA Negeri I Lamno.

penelitian dengan judul Kecerdasan Emosi, Stres Kerja dan Kinerja Karyawan. Penelitian tersebut

METODE PENELITIAN

dilakukan pada PT. BRI Cabang Kebumen dengan

Lokasi dan Objek Penelitian

kesimpulan sebagai berikut: (1) terdapat Penelitian ini dilakukan pada SMA Negeri I hubungan yang sangat signifikan antara Lamno Kabupaten Aceh Jaya. Objek penelitian ini kecerdasan emosi dan stres kerja dengan kinerja, adalah stres kerja yang didasarkan pada gejala (2) terdapat hubungan po-sitif yang sangat fisiologis, psikologis dan gejala perilaku dan signifikan antara kecerdasan emosi dengan kinerja pengaruhnya terhadap kinerja guru pada instansi di mana semakin tinggi kecerdasan emosi maka

tersebut.

semakin tinggi kinerja karyawan, dan (3) terdapat

hubungan negatif yang sangat signifikan antara

Ruang Lingkup Penelitian

stres kerja dengan kinerja di mana semakin tinggi Kinerja guru yang dimaksudkan dalam stres kerja maka semakin rendah kinerja

penelitian ini adalah kinerja guru dalam proses karyawan.

belajar mengajar. Hal ini didasarkan pada tugas Yusianto, (2008) mengadakan penelitian

utama guru, yakni sebagai tenaga pendidik yang dengan judul Analisa Pengaruh Stres Kerja

berperan aktif dalam kegiatan proses belajar Terhadap Prestasi Kerja Staf Pengajar pada

mengajar di sekolah.

Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian

Nuswantoro Semarang. Penelitian tersebut

Populasi dan Penarikan Sampel

menyimpulkan bahwa ada pengaruh stres kerja Untuk memberikan gambaran yang lengkap dari aspek lingkungan fisik terhadap prestasi

terhadap hasil penelitian dan mengurangi tingkat

JURNAL EKONOMI MANAJEMEN DAN BISNIS

Volume 1 Nomor 2 Desember 2013, Halaman 141-158

kesalahan, seluruh guru SMA Negeri I Lamno dikemukakan oleh Umar (2005:70) “beberapa yang berjumlah 41 orang terdiri dari 35 orang

buku teks menganjurkan agar data pada katagori PNS dan 6 orang guru honor menjadi populasi

“netral” tidak dipakai dalam analisis selama dalam penelitian ini. Penelitian ini tidak

responden tidak memberikan alasannya”. menggunakan teknik sampling karena seluruh populasi akan diikutsertakan dalam survei. Karena

Peralatan Analisis Data

seluruh anggota populasi dijadikan sampel Peralatan analisis data yang digunakan terdiri penelitian, maka metode penarikan sampel yang

dari statistik deskriptif dan statistik inferensi. digunakan adalah metode sensus.

Penggunaan statistik deskriptif untuk menghitung rata-rata alternatif pilihan jawaban yang diberikan

Teknik Pengumpulan Data

guru pada setiap item pernyataan yang dimuat Teknik pengumpulan data yang digunakan

dalam masing-masing variabel penelitian, adalah kuesioner. Kuesioner tersebut berupa

dirmuskan sebagai berikut (Kirom, 2009:78). daftar pernyataan yang digunakan untuk

memperoleh informasi berkaitan dengan persepsi

guru terhadap beberapa variabel yang diteliti

yakni kinerja mengajar dan stres kerja. Kuesioner

Dimana:

yang digunakan untuk mengukur stres kerja terdiri

X = Nilai rata-rata skor pilihan jawaban dari tiga bagian yakni stres kerja gejala fisiologis,

semua pertanyaan/pernyataan yang psikologis dan stres kerja gejala perilaku. Baik

berhubungan dengan variabel diteliti. kinerja guru dalam proses belajar mengajar

 X = Total skor pilihan jawaban terhadap

maupun stres kerja yang didasarkan pada tiga gejala tersebut dijabarkan dalam bentuk item

semua pernyataan. pernyataan positif. Masing-masing pernyataan

= Jumlah guru (28) Mengacu pada skala pengukuran yang

diberikan alternatif pilihan jawaban dalam bentuk tingkat kesetujuan. Guru diminta untuk

digunakan yakni skala Likert dengan interval 1 memberikan respon terhadap masing-masing

sampai 5, dapat dibuat pengelompokkan tingkatan stres kerja

dan kinerja guru. Proses pernyataan dengan memilih salah satu alternatif

pilihan jawaban (tingkat kesetujuan) yang pengelompokkan dimaksud dilakukan dengan melakukan proses pengkodingan ulang terhadap

disediakan. nilai rata-rata skor pilihan jawaban guru. Interval

0,80 digunakan untuk membagi skor dari 1-5

Skala Pengukuran

secara adil. Pengkodingan ulang tersebut Data yang diperoleh melalui pengedaran dilakukan mengingat value (nilai) pada kuisioner kuesioner baik berubungan dengan kinerja guru

maupun stres kerja yang didasarkan pada gejala (sangat tidak setuju dengan skor 1 hingga sangat setuju dengan skor 5) dianggap tidak memadai

fisilogis, psikologis dan gejala perilaku untuk menilai intensitas tingkatan stres kerja merupakan data kualitatif. Karena itu, untuk

kepentingan penelitian

data

tersebut

maupun kinerja guru. Sehingga, dengan menentukan interval nilai rata-rata yang baru

ditransformasikan terlebih dahulu dalam bentuk (sangat rendah-sangat tinggi) akan dapat diketahui kuantitatif dengan cara memberikan skala pada

masing-masing alternatif pilihan jawaban pada tingkat stres kerja dan kinerja guru. Satuan ukur dalam proses rekoding selanjutnya dapat dilihat

setiap pernyataan terkait. Skala pengukuran data yang digunakan untuk mengkuantitatifkan data

pada Tabel 1.

kualitatif tersebut adalah skala Likert (Likert Tabel 1 Peringkat Stes Kerja dan Kinerja Guru

scale ) dengan interval 1-5. Karena semua pernyataan pada setiap variabel

Tingkat Stres Kerja

Skor

yang diteliti dijabarkan dalam bentuk pernyataan

Skor Lama

atau Kinerja

Baru

positif, maka ketentuan pemberian skala berlaku Pegawai skor rendah poin rendah dan skor tinggi poin

1 Sangat Rendah tinggi dimana sangat tidak setuju diberikan skor 1,

2 Rendah tidak setuju diberikan skor 2, ragu-ragu diberikan

3 Sedang skor 3, setuju diberikan skor 4 dan sangat setuju

4 Tinggi diberikan skor 5. Pilihan jawaban pada masing-

5 Sangat tinggi masing item pernyataan di setiap variabel

penelitian sengaja tidak memasukkan alternatif Selanjutnya statistik inferensi digunakan pilihan jawaban ”netral”, sebagaimana yang

untuk menjelaskan hubungan fungsional antara

Tabel 2 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi

Stres Kerja dan Kinerja Guru

Koefisien Korelasi

Interval Koefisien

Tingkat Hubungan Syamsul Rizal, SE, MM

Sangat rendah variabel yang diteliti. Sesuai dengan tujuan dan

0,00-0,199

Rendah hipotesis penelitian yang telah dikemukakan,

0,20-0,399

Sedang dapat dijelaskan bahwa kinerja guru dalam

0,40-0,599

Kuat mengajar merupakan fungsi dari stres kerja yang

0,60-0,799

Sangat kuat terdiri dari 3 (tiga) sub variabel meliputi stres

0,80-1,000

Sumber: Soegiyono (2008:250) terkait gejala fisiologis, psikologis dan stres kerja

gejala perilaku. Karena itu peralatan analisis data Stres kerja gejala fisiologis adalah gejala yang digunakan adalah regresi linier berganda

stres yang berkaitan dengan fisiologis terdiri dari dengan 3 (tiga) variabel bebas (independent

5 indikator meliputi adanya gangguan pencernaan variable ). Karena penelitian ini adalah penelitian

akibat bekerja, sakit kepala karena beban populasi, maka fungsi regresi yang digunakan

pekerjaan, rasa capek karena pekerjaan, gangguan adalah fungsi regresi populasi (FRP) yang secara

fisik berupa pegal akibat kerja dan tidak bisa statistik diformulasikan sebagai berikut (Sarwoko,

santai dalam bekerja. Stres kerja gejala psikologis 2007:159):

adalah gejala stres yang berkaitan dengan

psikologis terdiri dari 8 indikator meliputi: merasa Dimana:

Y=ß 0 +ß 1 X 1 +ß 2 X 2 +ß 3 X 3 +e

(pers. 1)

putus asa dalam bekerja, mudah tersinggung, sulit ß 0 = Konstanta

untuk berkonsentrasi, merasa bosan dengan Y = Kinerja guru (dalam proses belajar

pekerjaan, merasa gelisah dalam bekerja, kurang mengajar)

puas dengan hasil kerja, tidak bersemangat dalam

X 1 = Stres terkait gejala fisiologis bekerja dan tidak senang mengikuti kegiatan di

X 2 = Stres terkait gejala psikologis lingkungan sekolah. Selanjutnya stres kerja gejala

X 3 = Stres terkait gejala perilaku perilaku adalah gejala stres yang berkaitan dengan ß 1, ß 2 dan ß 3 = Koefisien regresi variabel X 1,

indikasi perilaku. Indikator yang digunakan untuk

X 2 dan X 3 mengukur variabel tersebut terdiri dari tingkat

e = Error term absensi meningkat, sukar tidur akibat pekerjaan, Untuk mencari hubungan antara kinerja

nafsu makan berkurang karena beban kerja, guru dengan ketiga sub variabel stres kerja

keinginan untuk menunda-nunda pekerjaan, digunakan peralatan statistik koefisien korelasi

kecenderungan untuk malas melakukan pekerjaan (R). Interpretasi terhadap nilai koefisien korelasi

dan perubahan kebiasaan makan akibat beban (R) dalam hal ini mengacu pada pendapat

kerja.

Sugiyono (2008: 250) seperti terlihat dalam Tabel 2.

Uji Reliabilitas Kuesioner dan Validitas Data

Selanjutnya untuk mengetahui besarnya Dalam penelitian ini, tolok ukur reliabilitas pengaruh ketiga sub variabel stres kerja (stres

suatu kuesioner adalah nilai cronbach’s alfa yang kerja gejala fisiologis, psikologis dan stres kerja

diperoleh melalui perhitungan statistik. Malhotra gejala perilaku) terhadap kinerja guru digunakan

(2007:235) menyatakan nilai cronbach’s alfa koefisien determinasi (R 2 ). minimum yang di dapat di atas 0,60. Hal ini

berarti suatu kuesioner dinyatakan handal apabila

Operasional Variabel

nilai cronbach’s alfa yang diperoleh berada di Variabel penelitian ini terdiri dari kinerja

atas 0,60.

guru sebagai variabel dependen dengan stres Penentuan validitas dapat dilakukan dengan kerja yang didasarkan pada gejala fisiologis,

mencari nilai korelasi skor masing-masing item psikologis dan gejala perilaku sebagai variabel

dengan skor total item untuk setiap variabel. independen. Kinerja guru berkaitan dengan

Kemudian nilai r hitung yang diperoleh dari keberhasilan guru sebagai staf pengajar dalam

korelasi tersebut dibandingkan dengan nilai r tabel menyelesaikan pekerjaan dengan obyek penilaian

pada tingkat keyakinan 95 persen. Suliyanto pada proses yaitu melaksanakan proses belajar

(2006:149) menyatakan, apabila nilai r hitung > r mengajar yang meliputi perencanaan, pelaksanaan

tabel item pernyataan tersebut dinyatakan valid. dan evaluasi. Pengukuran

Sebaliknya apabila nilai r hitung < r tabel maka menggunakan 8 indikator meliputi meyusun

kinerja

guru

item pernyataan tersebut tidak valid. silabi, berdiskusi dengan team teaching, membuat SAP, menentukan metode mengajar, menggu nakan alat peraga dalam mengajar, menggunakan media dalam mengajar, memberikan tugas terstruktur kepada siswa sesuai dengan SAP, dan evaluasi tentang pemahaman siswa.

JURNAL EKONOMI MANAJEMEN DAN BISNIS

Volume 1 Nomor 2 Desember 2013, Halaman 141-158

HASIL PENELITIAN

Variabel kinerja guru terdiri dari 8 (delapan) item pernyataan, dilambangkan dengan

Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas

A1, A2, A3 hingga A8. Item pernyataan pertama Hasil pengujian reliabilitas kuesioner untuk

yang berhubungan dengan variabel tersebut keempat variabel penelitian memperlihatkan

(dengan kode item A1) menunjukkan nilai r menunjukkan nilai cronbach alpha masing-