FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEPRESI PADA PENDERITA DM TIPE II

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEPRESI PADA PENDERITA DM TIPE II

  The Factor Associates With A Depression Of Dm Type II Patient 3 Sodikin ¹*, Ruly Andika ², Lina Nur’aini 1*,2

STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap

Jl. Cerme No. 24, Sidanegara, Cilacap

3 Perawat Puskesmas Cilacap Tengah Kab.Cilacap

  Alamat Korespondensi: Email: [email protected] ABSTRAK

  Penderita Diabetes Mellitus (DM) dalam kehidupan sehari-hari sering mengalami stres baik fisik maupun psikis. Penderita DM dapat mengalami gangguan psikologis yaitu depresi. Penderita diabetes rentan terhadap gangguan depresi. Faktor yang dapat berpengaruh terjadinya depresi antara lain umur, jenis kelamin, pendidikan. Penderita DM tipe II mengalami depresi dari penyebab klinik antara lain kadar gula darah yang tinggi, ketergantungan insulin, merokok serta minum alkohol. Penderita DM perlu mendapat perhatian, salah satu Puskesmas yang perhatian terhadap penderita DM adalah Puskesmas Cilacap Tengah. Perhatian puskesmas Cilacap Tengah dengan menyelenggrakan program Prolanis antara lain hipertensi, DM, Hiperlipidemia yang bekerjasama dengan pihak Askes. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian depresi penderita DM II pada kelompok Prolanis. Metode penelitian yang digunakan adalah survey analitik dengan pendekatan cross sectional, jumlah sampel penelitian 35 orang. Hasil uji penelitian menggunakan Chi Square. Hasil penelitian dari 6 faktor yang diketahui yaitu faktor usia, jenis kelamin, tergantung insulin, merokok, minum alkohol dan penyakit komorbid hanya ada 2 yang berhubungan dengan kejadian depresi yaitu faktor merokok (pv= 0,000;α = 0,05) dan penyakit komorbid (pv=0,028;α = 0,05).

  Kata Kunci : Faktor depresi, DM tipe II, kelompok Prolanis ABSTRACT

  

Patients with Diabetes Mellius (DM) often get stress in their everyday life both physically and

psycologically. Patients with DM may have psycological disorders namely depression. The diabetic is prone to mental disorders which are namely depression. Patients with DM type II may get depression which is caused by clinical problem such as high blood sugar level, insulin dependency, smooking and drinking alcohol. Community health center of Central Cilacap in collaboration with PT Asuransi Kesehatan (Askes)holds a treatment program of chronic deseases in a group namely Prolanis. The disease such as hypertension, diabetes mellitus, hyperlipidemia. The purpose of this study is to determine factors associate with a depression of DM II patient in a Prolanis group of Central Cilacap Community health center. The method of this study is an anallytical survey with cross sectional with the research sample of 35 people. The result of study uses Chi Square test. The result of study from six known factors are age, six, insulin dependency, smoking, drinking alcohol, and there are only two comorbid deseases cause depression, smoking (pv= 0.000; α= 0.05) and comorbid desease (pv= 0.028; 0.05).

  Key words: depression factor, DM type II, Prolanis group

  PENDAHULUAN

  Penyakit DM berdasarkan penelitian dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Tahun 2005 diperkirakan 1,5 juta orang penderita atau kasus baru yang terdiagnosa DM dan di Amerika tahun 2008 telah mencapai angka 24 juta lebih (Deshpande, Harris-Hayes & Schootman, 2008; Fravel, Danel, Ross et all, 2011). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) penderita DM Tipe II tahun 2010 sebanyak 21,3 juta orang, dan akan mengalami peningkatan dua kali lipat pada tahun 2030. Penderita DM di negara Barat dialami oleh penderita yang lebih tua. Penyakit kronis seperti DM dapat mempengaruhi kondisi psikologis. Penderita DM dalam kehidupan sehari-hari sering kali mengalami stres baik fisik maupun psikis. Menurut bpenelitian Wagner, Haepy, Abbot dan Yong (2009) penderita DM dapat mengalami gangguan psikologis yaitu depresi, dan adanya depresi dapat mempengaruhi nilai pengontrolan gula darah khususnya HbA1c. Penelitian Anderson (2001) menunjukkan penderita DM yang mengalami depresi sebesar 48%. Semakin tinggi gejala depresi pada penderita DM maka meningkatkan nilai HbA1c, dan nilai ini akan mampu memprediksi komplikasi dimasa yang akan dating dan kondisi depresi dapat menurunkan kualitas hidup penderita DM.

  Kejadian depresi pada penderita DM bukan hanya mengenai laki-laki tetapi juga wanita. Kejadian depresi dapat terjadi pada wanita dalam kondisi hamil. Berdasarkan penelitian, depresi juga dapat terjadi pada wanita hamil dengan diabetes. Katon et.all. 2011. Depresi antenatal pada wanita diabetes 1,54 kali lebih tinggi dibanding wanita antenatal tanpa diabetes (Odd Ratio: 1,54.,

  Confident Interval: 1,08-2,21). Sehingga dapat

  disimpulkan respon sosioemosional (marah, depresi) sangat dipengaruhi oleh penggunaan strategi koping (Nursalam, 2007) Kondisi sosioemosional yang tidak stabil akan menyebabkan penderitaan dan mengganggu perawatan diri harian bagi penderita DM.

  Harian kompas (2013) Penderita diabetes rentan terhadap gangguan jiwa dan yang paling sering adalah depresi. Hal ini disebabkan oleh kenyataan harus mengkonsumsi obat sepanjang hidup, serta pemberian informasi tentang pengobatan alternatif bagi pasien diabetes yang menjanjikan kesembuhan. Bagi pasien diabetes informasi ini menyebabkan pasien bingung dan mengalami depresi (health.kompas.com. diambil tanggal

  18 Nopember 2013). Penelitian dari International Diabetes Federation. 2005. menunjukkan penderita DM yang mengalami depresi prevalensi mencapai 60% dan 15% depresinya katagori sedang. Selama ini pasien diabetes sering tidak terdiagnosis mengalami depresi. Penelitian Hu (dalam health. kompas. com) menyatakan bahwa wanita penderita DM yang mengalami depresi memiliki resiko kematian sebesar 35% dibanding wanita tidak depresi.

  Diabetes dan depresi dapat saling mempengaruhi. Penderita diabetes memiliki resiko tingg mengalami depresi, dan sebaliknya depresi beresiko mengalami diabetes (Republika, 2013). Studi di Amerika Serikat menunjukkan sekitar 10% dari jumlah penduduk menderita Diabetes dan

  6,7% berusia >18 tahun mengalami depresi klinis (Republika, 2013 & Kompas, 2013).

  Depresi pada penderita DM akan memicu hormon dalam tubuh terutama hormon kortisol, sementara hormone kortisol mempunyai efek meningkatkan gula darah, sehingga kadar gula darah penderita akan meningkat, peningkatan gula darah yang fluktuatif akan menyebabkan penderita DM mengalami putus asa terhadap pengobatan. Kondisi ini jika tidak diketahui secara dini dapat menurunkan kepatuhan terhadap pengobatan DM (Andri, 2013, dalam health.kompas.com). Pasien DM yang mempunyai riwayat luka kaki juga berpotensi mengalami depresi. Beberapa faktor dari sosiodemografik yang dapat berpengaruh terjadinya depresi antara lain faktor klinik dan perilaku yang memiliki pengaruh untuk terjadinya penderita DM mengalami depresi antara lain umur, jenis kelamin, pendidikan (Birnbaum, 2003 dalam Pavaskar, 2007). Penderita DM tipe II mengalami depresi dari penyebab klinik disebabkan oleh kadar gula darah yang tinggi dan ketergantungan terhadap insulin, dan faktor perilaku yang dapat menyebabkan depresi antara lain merokok dan minum alcohol (Chiechanowski, 2004 dalam Pavaskar, 2007).

  Puskesmas Cilacap Tengah merupakan salah satu puskesmas yang mempunyai kelompok/penderita diabetes melitus, hipertensi, dan jantung, dimana pasien ini tergabung dalam kelompok pengobatan penyakit kronis pada pre lansia dan lansia (Prolanis). Penderita yang datang ke Puskesmas ini telah diketahui penyakitnya dari Rumah Sakit, selanjutnya mereka melakukan control di Puskesmas. Data Prolanis di Puskesmas

  Cilacap Tengah (2012) mengenai penderita DM bulan Januari–Mei sebanyak 45 orang. Berdasarkan studi pendahuluan ke pasien diperoleh data 5 orang mengatakan tidak semangat hidup kalau memikirkan penyakit kencing manisnya, percuma diobati tidak sembuh, minum obat biasa-biasa saja. Usia penderita memiliki rentang antara 42 tahun sampai dengan 63 tahun serta memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda, merokok 4 orang, kebiasaan minum alkohol 1 orang. Penggalian faktor-faktor resiko terjadinya depresi pada pasien DM khususnya di Puskesmas Cilacap Tengah melalui kelompok Prolanis tergali dan diharapkan setelah diketahui, perawat selanjutnya dapat menentukan strategi pencegahan melalui intervensi keperawatan yang bersinergi dengan profesi lain.

  Berdasarkan latar belakang tersebut diatas dan fenomena yang ada, maka menjadi hal dasar bagi peneliti untuk melakukan penelitian analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian depresi pada pasien DM tipe II pada kelompok Prolanis di Puskesmas Cilacap Tengah.

  Tujuan Penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah diketahuinya faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kejadian Depresi pada penderita DM tipe II pada kelompok Prolanis di Puskesmas Cilacap Tengah.

  METODE

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan cross

  sectional. Lokasi, populasi dan sampel penelitian.

  Lokasi penelitian di Puskesmas Cilacap Tengah. Lokasi ini dipilih oleh peneliti karena Puskesmas Cilacap Tengah telah menjalankan program Prolanis yang bekerjasama dengan PT ASKES dan sudah melayanani pasien-pasien dengan penyakit degeneratif termasuk

DM II

  Pasien yang datang meliputi pasien baru dan lama. Jumlah populasi DM

  II kurang lebih 45 orang. Sampel yang diambil dengan menetapkan kesalahan 5 % maka sampelnya sebesar 35 orang. Analisa data yang digunakan adalah chi square.

  HASIL

  Berdasarkan data pada table diatas dapat diperoleh informasi bahwa hubungan jenis kelamin dengan kejadian depresi diperoleh (pv=0, 479;α=0,05), yang berarti H0 diterima artinya tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian depresi. Sedangkan table silang antara umur dengan kejadian depresi didapatkan hasil pv=0,569;α=0,05) berarti Ho diterima asrtinya tidak ada hubungan antara umur dengan kejadian depresi.

  Tabel 1: Tabel jenis kelamin dan umur terhadap kejadian depresi pada kelompok prolanis di Cilacap Tengah Tahun 2014

  Tabel 2: Tabel merokok, kategori penyulit, tergantung insulin, minum alkohol dengan kejadian depresi pada penderita DM II Klp Prolanis Berdasarkan tabel silang diatas dapat diperoleh informasi bahwa merokok dengan kejadian depresi diperoleh hasil (pv 0,000;α=0,05) yang berarti dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara merokok dengan kejadian depresi penderita DM pada kelompok prolanis di puskesmas Cilacap Tengah. Sedangkan dari tabel silang antara kategori penyulit dengan kejadian depresi diperoleh hasil (pv= 0,028;α = 0,05) berarti ada hubungan antara penyulit dengan kejadian depresi. Sementara hubungan silang antara tergantung insulin dengan kejadian depresi diperoleh hasil (pv=0,837;α=0,05) diperoleh hasil tidak ada hubungan antara ketergantungan insulin dengan kejadian depresi.

  Dan tabel silang yang terakhir antara minum alkohol dengan kejadian depresi diperoleh hasil (pv=0,693;α=0,05), dengan demikian dapat dinyatakan bahwa tidak ada hubungan antara minum alkohol dengan kejadian depresi pada penderita DM II kelompok Prolanis di Puskesmas Cilacap Tengah.

  PEMBAHASAN

  Tidak ada hubungan jenis kelamin, usia dengan kejadian depresi pada kelompok prolanis Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat dinyatakan bahwa perbedaan jenis kelamin tidak mempengaruhi kejadian Depresi pada kelompok prolanis di Puskesmas Kab. Cilacap. Depresi merupakan gangguan yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih, hilang gairah hidup, pesimisme dan dapat diikuti gangguan perilaku (Hawari, 2001). Penderita DM yang mengalami depresi tentu akan semakin mengancam kondisi kesehatannya, dan hal ini dapat mengenai laki-laki atau perempuan. Bagi mereka yang menderita DM ditambah dengan adanya depresi pada dirinya akan semakin memperburuk dan meningkatkan komplikasi jangka panjang (Perkeni, 2011). Perasaan sedih pada penderita DM pada kelompok prolanis di Puskesmas Cilacap Tengah, dimana sedih merupakan salah satu tanda depresi, pada hasil penelitian ini dapat dikontrol oleh penderita dibuktikan sebagian besar mengalami depresi ringan baik penderita laki-laki atau perempuan. Perbedaan gender dalam perkembangan gangguan emosional sangat dipengaruhi oleh persepsi mengenai ketidakmampuan untuk mengontrol. Sumber perbedaan ini bersifat kultural, karena peran jenis yang berbeda untuk laki-laki dan perempuan di masyarakat. Laki-laki sangat didorong untuk mandiri, masterful dan asertif. Sedangkan perempuan sebaliknya, diharapkan lebih pasif, sensitif terhadap orang lain, dan mungkin lebih banyak tergantung pada orang lain diibanding laki-laki. Bukti menunjukkan bahwa, sepanjang hidup mereka, perempuan mungkin mengalami peristiwa kehidupan yang lebih stress dan memiliki kepekaan yang lebih besar bagi mereka dari pada pria. Hasil penelitian ini juga berbeda dari penelitian Anderson (2001) menyatakan bahwa depresi pada masyaraka diperoleh 5-12% berjenis kelamin laki-laki dan 10-25% perempuan. Harian Kompas (2013) berdasarkan penelitian Hu menyebutkan bahwa perempuan penderita DM yang mengalami depresi memiliki resiko kematian sebesar 44% dibandingkan wanita yang tidak menderita DM dan depresi. Faktor usia berdasarkan hasil penelitian ini juga tidak mempengaruhi kejadian depresi. Baik usia dewasa, usia tua dapat memiliki peluang terjadinya gangguan perasaan sedih dan gangguan alam perasaan yang lain, bahkan kejadian depresi dapat terjadi pada usia remaja yang mengalami diabetes. Sehingga faktor usia seseorang tidak memiliki pengaruh terjadinya kejadian depresi. Faktor usia dapat mempengaruhi terjadinya depresi. Depresi mampu menjadi kronis apabila depresi muncul untuk pertama kalinya pada usia 60 tahun keatas. Berdasarkan hasil studi pasien lanjut usia yang mengalami depresi diikuti selama 6 tahun, kira-kira 80% tidak sembuh namun terus mangalami depresi atau mengalami depresi pasang surut. Ada hubungan merokok dengan kejadian depresi. Gaya hidup salah satunya mempunyai kebiasaan merokok dapat mempengaruhi kejadian depresi seseorang. Merokok dikaitkan dengan depresi, disebabkan kandungan nikotin dalam rokok mempengaruhi aktifitas neurotransmitter di otak yang meningkatkan kadar dopamin dan serotonin (Intisari online, 2 Agustus 2013). Kadar nikotin dapat membuat pelaku merokok menjadi kecanduan dan memiliki kualitas hidup yang buruk dan 50% perokok mengalami gangguan jiwa. Penelitian Columbian University’s National Center on Addiction and Substances Abuse (CASA) menyebutkan perokok memiliki resiko dua kali lipat mengalami depresi dibanding yang tidak merokok. Terdapat hubungan antara penyakit komorbid DM dengan kejadian depresi. Berdasarkan hasil peneltian diperoleh (pv 0,028;α=0,05) yang berarti dapat disimpulkan ada hubungan antara penyulit dengan kejadian depresi DM. Penderita DM yang saat ini memiliki penyulit atau penyakit komorbid akan memiliki peluang besar terjadinya depresi. Pada penderita DM dengan adanya penyakit komorbid antara lain terdapat penyakit jantung, kadar kolesterol yang tinggi, serta hipertensi dapat memicu terjadinya pengelolaan terapi yang lama, Penanganan penyakit komorbid dapat memperlama proses penyembuhan dan memperburuk kondisi DM, kondisi ini dapat meningkatkan depresi (Perkeni, 2011; Soedoyo, 2007). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh (pv=0,837;α = 0,05) yang berarti tidak ada hubungan antara ketergantungan insulin dengan kejadian depresi. Hal ini berbeda dari hasil penelitian sebelumnya bahwa Pemberian insulin merupakan terapi yang diterima pada penderita DM. Pemberian insulin yang lama dapat membuat ketergantungan, pasien sendiri dapat merasa depresi akibat dampak pemberia insulin yaitu gula darah tetap naik turun, dan pasien merasa bosan.Pada responden penelitian ini, tidak ada penderita DM II yang menerima insulin, rata-rata mereka menerima obat OHO, yang berarti bahwa tidak semua penderita DM II sangat bergantung pada insulin dari luar, tetapi sesuai dengan penatalaksanaan DM menurut Perkeni (2011) bahwa penatalaksanaan DM II meliputi edukasi, olah raga, diit dan OHO. Penderita DM masih mengutakan diit dan olah raga sebagai terapi. Responden penelitian ini DM II dan masih dapat terkontrol gula darahnya dibuktikan ada pemeriksaan setiap bulan pada kelompok prolanis dengan hasil GDS < 200 mg%. Depresi dapat terjadi pada mereka yang menderita DM tipe II, hal ini disebabkan pada penderita tipe ini, kebutuhan insulin dari luar manjadi mutlak yang harus diberikan. Sehingga bila tidak diberikan dalam jangka waktu pendek saja dapat menyebabkan kegawat daruratan diabetes. Tidak ada hubungan antara minum alkohol dengan kejadian depresi. Hasil penelitan didapatkan (pv=0,693;α=0,05) yang berarti minum alcohol tidak berpengaruh terhadap depresi. Kompas, 2013 penderita DM tipe 2 dapat mengalami depresi yang disebabkan oleh gaya hidup antara lain merokok, makanan tinggi lemak dan tidak berolah raga. Sebenarnya minum alkohol boleh diberikan kepada pasien DM dengan catatan tidak berlebihan. Tetapi minum alkohol di Indonesia bukan menjadi faktor budaya, sehingga tidak semua responden menyukai alkohol, termasuk dalam penelitian ini, sebagian besar penderita DM tipe II berusia dewasa dan para pensiunan yang tergabung dalam kelompok prolanis, sehingga selama ini

ketika mereka masih aktif bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil konsumsi alkohol dilarang dalam peraturan kepegawaian PNS. Hal ini yang kemudian konsumsi alcohol tidak menjadi kebiasaan. Depresi tidak ada hubungannya dengan aktif atau tidaknya penderita minum akohol. Alkohol menurut agama Islam tidak diperbolehkan dan juga dapat menaikann gula darah, sehingga pada penelitian ini responden menjaga jarak untuk tidak minum alkohol (Perkeni, 2011; Kemenag, 2014).

UCAPAN TERIMA KASIH

  RUJUKAN PUSTAKA Diabetes dan depresi, kombinasi mematikan.

  : 111 Perkeni. 2011. Penatalaksanaan Diabetes melitus di Indonesia. Jakarta.

  quality of life outcome, 1-6. Company, 1979

  Pawaskar, M. D., Anderson, R. T., & Balkrishnan, R. 2007. Self reported predictors of Depresive symptomatology in an elderly population with type 2 diabetes mellitus: a prospective cohort study. Health and

  Kompas. 2013.Depresi pada pasien DM.Diambil dari http://health.kompas.com . Tanggal 18 Nopember 2013.

  Hawari D. 2001. Mnajemen stress, cems dan depresi. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 2001 : 86-90

  http://www.health.kompas.com.21. 2013. Hati-hati, Diabetes dan depresi bias saling memicu. http://www.republica .co.id. 21 Nopember 2013.

  KESIMPULAN

  Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor yang berpengaruh kejadian depresi pada DM II kelompok prolanis, dapat disimpulkan sebagai berikut :

  6. Ada hubungan antara penyakit komorbid penderita DM II dengan depresi pada kelompok Prolanis di Puskesmas Cilacap Tengah (pv=0,028;α =0,05)

  (pv=0,000;α=0,05)

  5. Ada hubungan antara merokok penderita DM II dengan depresi pada kelompok Prolanis di Puskesmas Cilacap Tengah

  4. Tidak ada hubungan antara minum alkohol penderita DM II dengan kejadian depresi pada kelompok Prolanis di Puskesmas Cilacap Tengah (pv=0,693;α =0,05)

  3. Tidak ada hubungan tergantung insulin penderita DM II dengan kejadian depresi pada kelompok Prolanis di Puskesmas Cilacap Tengah (pv=0,837;α =0,05)

  2. Tidak ada hubungan antara jenis kelamin penderita DM II dengan kejadian depresi pada kelompok Prolanis di Puskesmas Cilacap Tengah (pv=0,479;α =0,05)

  1. Tidak ada hubungan antara usia penderita DM II dengan kejadian depresi pada kelompok prolanis di Puskesmas Cilacap Tengah (pv=0,569;α=0,05)

  Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam pelaksanaan penelitian ini. Bantuan yang penulis terima baik dukungan material maupun non material baik dari rekan perawat, pihak Puskesmas Kecamatan Cilacap Tengah, pihak UPT PPM STIKES AIAIC serta pihak pemegang program Prolanis sangat menunjang pelaksanaan penelitian ini

  Republika. 2013. Mengurangi Depresi akibat diabetes dengan senam Ergonomis Sholat.

  Diambil dari http://www.repubika.co.id. Tanggal 21 nopember 2013

  Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., K, M.S., & Setiati, S. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, ed IV. Jakarta: FKUI.

  Wagner, J. A., Abbot, L. G., Heapy, A., & Yong, L.

  2009. Depresive Symptoms And Diabetes Control in African American. Journal Immigrant Minority Health, 66-70.

  Zung WK. Depression self-rating scale. In : Corcoran K, Fischer J, editors.Measures for clinical practice. Canada : Macmilan, 1987: 302-3

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25