ANALISIS PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI (1)

ANALISIS PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN
DEMOGRAFI TERHADAP JAM KERJA TENAGA KERJA
WANITA DI JAWA TENGAH
(STUDI KASUS : DATA SAKERNAS 2015)
Ika Alicia Sasanti
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sebelas Maret Surakarta
E-mail: ikaalicia69@gmail.com
Abstrak
Dalam penelitian ini mengaplikasikan prinsip Circular Cumulatif Causation
dimana prinsip tersebut digunakan untuk menganalisis sesuatu aspek yang saling
berkaitan dan menimbulkan suatu efek tertentu. Aspek-aspek yang diangkat di
penelitian ini adalah aspek sosial ekonomi dan demografi meliputi upah, umur,
pendidikan, tempat tinggal dan status perkawinan yang akan berakibat pada jam
kerja pekerja wanita di Jawa Tengah. Penelitian ini akan dilakukan dengan
menggunakan metode analisis data regresi linier berganda dengan alat analisis eviews 9. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa upah, umur, pendidikan,
tempat tinggal dan status perkawinan berpengaruh signifikan secara simultan
terhadap jam kerja wanita di Jawa Tengah. Variabel upah berpengaruh signifikan
positif terhadap jam kerja pekerja wanita, variabel umur berpengaruh signifikan
negatif terhadap jam kerja pekerja wanita, variabel pendidikan berpengaruh
signifikan negatif terhadap jam kerja pekerja wanita, variabel tempat tinggal
berpengaruh signifikan negatif terhadap jam kerja pekerja wanita dan variabel

status perkawinan berpengaruh signifikan negatif terhadap jam kerja pekerja
wanita.
Kata Kunci: Circular Cumulatif Causation (CCC), Jam kerja, Pekerja wanita ,
Upah, Umur, Pendidikan, Tempat tinggal, Status perkawinan
JEL Classification:

1. PENDAHULUAN
Di suatu negara, wanita
memiliki kontribusi yang besar dalam
perekonomian. Menurut Reynolds
(2000), kontribusi ganda yang
disumbangkan oleh wanita
tidak
kalah penting jika dibandingkan
dengan pria. Keberadaan wanita dalam
rumah tangga bukan hanya melahirkan
dan memasak didapur saja, namun
lebih daripada itu banyak penelitian
membuktikan bahwa wanita ternyata
seringkali memberikan kontribusi

yang besar bagi kelangsungan
ekonomi dan kesejahteraan rumah
tangga.
Kontribusi
yang
1|

disumbangkan oleh wanita dapat
dilihat dari sisi perekonomian secara
umum dan kesejateraan rumah tangga.
Dalam aspek perekonomian, wanita
dapat memberikan kontribusi apabila
mereka ikut menawarkan diri untuk
berpartisipasi dalam pasar kerja yang
telah tersedia. Bagi wanita
yang
memutuskan untuk berpartisipasi
dalam pasar kerja, mereka memiliki
kontribusi yang jauh lebih tinggi jika
dibanding dengan wanita

yang
memutuskan untuk tetap berada
dirumah. Kontribusi yang dihasilkan
jika wanita
memutuskan untuk
menawarkan di pasar kerja akan

ANALISIS PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN DEMOGRAFI TERHADAP JAM KERJA TENAGA KERJA WANITA DI JAWA TENGAH

berdampak pada perkonomian suatu
negara, dimana dengan adanya
penawaran tenaga kerja wanita yang
memutuskan untuk berpartisipasi di
pasar kerja maka angka rasio
ketergantungan (dependency ratio)
yang akan ditanggung oleh penduduk
yang bekerja akan menjadi lebih kecil.
Menurut
Simanjuntak
(1998)

berpendapat bahwa penawaran tenaga
kerja adalah jumlah usaha atau jasa
kerja yang tersedia dalam masyarakat
untuk menghasilkan barang dan jasa.
Jika semakin tinggi jam kerja yang
disediakan oleh masyarakat khususnya
wanita untuk menghasilkan barang
dan jasa, maka dampak yang
dirasakan dalam aspek perekonomian
secara umum adalah mengurangi
pengangguran. Jika semakin banyak
wanita
yang memutuskan untuk
bekerja, maka secara tidak langsung
akan
mengurangi
jumlah
pengangguran.
Namun
faktanya

banyak wanita yang memutuskan
untuk berhenti menawarkan diri untuk
berpartisipasi dalam pasar kerja
setelah mereka . Hal ini berdasar pada
keputusan suami dalam memberikan
peluang istrinya untuk bekerja (Tjaja,
2000).
Di
sisi
lain,
jika
wanita
berpartisipasi dalam pasar kerja akan
dapat
dirasakan
dalam
hal
kesejahteraan
rumah
tangga.

Kesejahteraan dalam rumah tangga
akan semakin baik karena pendapatan
rumah tangga akan semakin tinggi.
Hal ini dikarenakan terdapat adanya
dua sumber pendapatan dalam
keluarga yaitu dari pendapatan dari
suami dan pendapatan dari istri,
sehingga beban dalam mencari nafkah
yang harus ditanggung oleh suami
akan menjadi ringan.
Dalam penciptaan lapangan kerja
baru, selain memerlukan investasi
publik juga diperlukan kesesuaian
antara sisi permintaan maupun sisi
penawaran tenaga kerja baik mengenai
2|

jumlah tenaga kerja, kualifikasi tenaga
kerja, lapangan pekerjaan maupun
jenis pekerjaannya. Kesesuaian antara

sisi permintaan dan sisi penawaran
tenaga kerja dewasa ini sedang
menjadi masalah yang cukup serius
baik ditingkat nasional maupun
tingkat daerah, terutama dalam aspek
laju pertumbuhan angakatan kerja
lebih tingggi dari pertumbuhan
kesempatan kerja. Oleh karena itu,
masalah ini menjadi perhatian utama
dalam perencanaan ketenagakerjaan di
berbagai sektor kegiatan ekonomi
(Sutomo, 1996:3)
Propinsi Jawa Tengah merupakan
salah satu bagian integral dari Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Salah satu masalah yang dihadapi
dalam pelaksanaan pembangunan
dewasa ini di propinsi Jawa Tengah
adalah masalah kependudukan. Hal ini
diindikasikan

oleh
angka
pengangguran yang cukup tinggi serta
keterbatasan kesempatan kerja dan
kesempatan berusaha bagi masyarakat.
Kondisi ini tidak terlepas dari kondisi
ekonomi yang melanda perekonomian
Indonesia pada pertengahan tahun
1997 yang lalu.
Berdasarkan hasil survei Badan
Pusat Statistik (BPS) menunjukkan
bahwa jumlah penduduk di Provinsi
Jawa Tengah tahun 2015 sebanyak
33.774,14 ribu jiwa. Dari seluruh
jumlah penduduk di Jawa Tengah
tahun 2015 sebanyak 16.750,90 ribu
jiwa penduduk laki-laki dan 17.023,24
ribu jiwa penduduk wanita. Jika
dibandingkan
dengan

jumlah
penduduk tahun 2014, penduduk Jawa
Tengah tahun 2015 mengalami
pertumbuhan sebesar 0,15 persen.
Berikut proporsi penyerapan tenaga
kerja wanita di Jawa Tengah:

ANALISIS PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN DEMOGRAFI TERHADAP JAM KERJA TENAGA KERJA WANITA DI JAWA TENGAH

Gambar 1.1
Proporsi penyerapan Tenaga Kerja Wanita
di Jawa Tengah
Laki-Laki

9772823

9596278

6758572


2012

9671796

6873682

2013

Perempuan

9725307

6878886

2014

9702567

6709835


2015

6808569

2016

Sumber: BPS 2015, diolah

Berdasarkan data diatas dapat
dilihat bahwa penyerapan tenaga kerja
di provinsi Jawa Tengah tahun 2012
sampai 2016 mengalami tren yang
cenderung positif. Perkembangan
penyerapan tenaga kerja wanita yang
signifikan tersebut dapat disebabkan
banyak
faktor
yang
menjadi
pertimbangan seseorang wanita untuk
berpartisipasi dalam kerja. Jadi apabila
perkembangan penyerapan tenaga
kerja wanita yang cenderung positif
hal ini menandakan faktor ekonomi
dan sosial demografi bukan lagi
menjadi penghalang para wanita untuk
berpartisipasi dalam pasar kerja.
Selain itu, untuk berpartisipasi dalam
pasar kerja, seorang wanita akan
mempertimbangkan jam kerja yang
akan dimiliki. Jam kerja seorang
wanita akan dipengaruhi oleh faktor
ekonomi (upah dan alasan bekerja)
dan faktor sosial demografi (umur,
tingkat
pendidikan
dan
status
pernikahan ).
Menurut
Simanjutak
(1985),
bahwa kondisi tingkat pendidikan
tenaga kerja dan jam kerja yang belum
mampu
sepenuhnya
dalam
meningkatkan upah pekerja. Dalam
persoalan lainnya bahwa rendahnya
jam kerja para pekerja, rendahnya
upah serta produktivitas dianggap
sebagai indikator yang menyebabkan
3|

setengah pengangguran yang dianggap
lebih sensitif jika disbanding dengan
pengangguran terbuka.
Upah
dan
umur
pekerja
mempengaruhi terhadap jam kerja
pekerja dimana upah dan umur
memiliki hubungan yang positif
terhadap jam kerja. Jika seorang
pekerja menerima upah diatas UMK
maka akan memiliki jam kerja yang
relatif normal (35 jam per minggu)
pada kelompok umur tertentu (15-64
tahun). Selain itu status pernikahan
juga memiliki keterkaitan yang positif
terhadap jam kerja. Jika seorang
pekerja sudah menikah maka akan
memiliki jam kerja yang relatif tinggi
dengan harapan dapat memperoleh
upah yang lebih guna mencukupi
kebutuhan keluarga (Purwaningsih
dan Murtiningsih, 2006).
Menurut Widarti (1998) bahwa
alasan seorang wanita bekerja sangat
dipengaruhi oleh jam kerja yang
dimiliki. Alasan seseorang bekerja
memiliki hubungan yang signifikan
terhadap jam kerja pekerja wanita.
Jika seorang wanita berpartisipasi
dalam pasar kerja untuk membantu
perekonomian keluarga maka dapat
dipastikan jam kerja yang dicurahkan
oleh pekerja wanita tersebut di dalam
pasar kerja akan semakin tinggi.
Berdasarkan
penjelasan
permasalahan diatas, dalam penelitian
ini berusaha untuk melihat serta
menganalisis aspek jam kerja para
pekerja wanita dengan batasan utama
adalah wanita yang bekerja dan
menerima upah, terutama mengenai
pengaruh variabel sosial ekonomi
maupun variabel demografi di
provinsi jawa tengah tahun 2015.

ANALISIS PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN DEMOGRAFI TERHADAP JAM KERJA TENAGA KERJA WANITA DI JAWA TENGAH

2. LANDASAN TEORI
A. Pengertian Tenaga Kerja Wanita
Pengertian tenaga kerja menurut
Undang-undang No 13 Tahun 2003
tentang
ketenagakerjaan
yang
berbunyi ―tenaga kerja adalah setiap
orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang
dan/atau jasa baik untuk memenuhi
kebutuhan sendiri maupun untuk
masyarakat‖. Tenaga kerja wanita
adalah setiap wanita yang melakukan
pekerjaan untuk menerima upah.
Dalam pasar kerja, seorang wanita
memiliki beberapa hak-hak yang
tercantum dalam undang-undang No
13 Tahun 2003 Pasal 76 bahwa:
1. Pekerja/buruh perempuan yang
berumur kurang dari 18 (delapan
belas) tahun dilarang dipekerjakan
antara pukul 23.00 s.d. 07.00.
2. Pengusaha dilarang mempekerjakan
pekerja/buruh perempuan hamil
yang menurut keterangan dokter
berbahaya bagi kesehatan dan
keselamatan
kandungannya
maupun dirinya apabila bekerja
antara pukul 23.00 s.d. pukul 07.00.
3. Pengusaha yang mempekerjakan
pekerja/buruh perempuan antara
pukul 23.00 s.d. pukul 07.00 wajib :
a. memberikan makanan dan
minuman bergizi
b. menjaga
kesusilaan
dan
keamanan selama di tempat
kerja.
4. Pengusaha wajib menyediakan
angkutan antar jemput bagi
pekerja/buruh perempuan yang
berangkat dan pulang bekerja
antara pukul 23.00 s.d. pukul 05.00.
B. Penawaran Tenaga Kerja
Penawaran
adalah
hubungan
antara harga dan kuantitas. Apabila
dikaitkan penawaran suatu barang,
4|

maka merupakan hubungan antara
harga dan jumlah barang yang
disetujui oleh pensuplai untuk
ditawarkan.
Sehubungan
dengan
tenaga kerja, menurut Bellante dan
Jackson (1990:72) penawaran adalah
suatu hubungan antara tingkat upah
dengan jumlah tenga kerja yang para
pemilik tenaga kerja siap untuk
ditawarkan.
Sementara
Ananta
(1990:27)
mendefinisikan penawaran terhadap
pekerja adalah hubungan antara
tingkat upah dan jumlah pekerja yang
disetujui oleh pensuplai untuk
ditawarkan. Secara khusus, suatu
kurva penawaran menggambarkan
berbagai kemungkinan tingkat upah
dan jumlah maksimum pekerja yang
siap ditawarkan oleh pensuplai tenaga
kerja pada waktu tertentu. Didalam
penawaran tenaga kerja tedapat
hubungan antara tingkat upah dengan
jumlah satuan pekerja yang disetujui
oleh pensuplai untuk ditawarkan.
Penawaran tenaga kerja dapat di
gambarkan menjadi kurva sebagai
berikut:
Gambar 2.1
Penawaran Tenaga kerja

Sumber: Bellante, 1990
Dalam kurva penawaran diatas,
terdapat hubungan antara upah dengan
jam kerja yang di sediakan. Apabila
semakin tinggi upah yang akan
diterima oleh tenaga kerja maka jam
kerja yang disediakan individu akan
berkurang. Hal ini dapat terjadi karena
kurva penawaran tenaga kerja

ANALISIS PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN DEMOGRAFI TERHADAP JAM KERJA TENAGA KERJA WANITA DI JAWA TENGAH

memiliki
bagian
kurva
yang
melengkung
kebelakang.
Jadi,
hubunan negatif antara upah dan jam
kerja merupakan suatu kemungkinan
teoritis yang dapat dipahami dengan
cara membuka kekusutan pengaruh
pendapatan disebabkan perubahan
upah.
C. Alokasi waktu model dua barang
Dalam
model
dua
barang
dilakukan penyederhanaan dengan
mengasumsikan bahwa hanya terdapat
dua pilihan kegiatan bagi individu
untuk menggunakan waktunya yaitu:
(1) bekerja dengan upah sebesar W
(wage) per jam, dan (2) waktu luang
(leisure time) dimana waktu yang
tidak dipergunakan dalam pekerjaa
atau melakukan kegiatan yang tidak
ekonomis sehingga tidak menerima
imbalan upah (Nicholson, 1999:350).
Jika diasumsikan bahwa utility
seseorang untuk satu hari tentu
tergantung pada kegiatan konsumsi
(C) dan jumlah waktu luang yang
dinikmati (H), maka fungsi utilitas
seorang individu dapat dinyatakan
sebagai berikut:
3.1
Konsumsi (C) dan jumlah waktu
luang atau leisure time (H) merupakan
barang yang akan memberikan
keputusan kepada individu. Kendala
pertama berkaitan dengan waktu yang
tersedia bagi setiap individu adalah 24
jam per hari. Jika L dinyatakan
sebagai
jumlah
waktu
yang
dipergunakan untuk bekerja dan H
adalah waktu untuk kegiatan selain
kerja maka:

3.2
Kegiatan
dipengaruhi
5|

konsumsi
oleh

individu
besarnya

pendapatan,
sedangkan
jmlah
pendapatan tergantung pada lamanya
jam kerja (L) dan tingkat upah (W) per
jam. Dengan demikian kendala
keduanya dapat dinyatakan sebagai
berikut:
3.3
Dengan
mengkombinasikan
persamaan 3.2 dengan persamaan 3.3
maka akan diperoleh hasil sebagai
berikut:

3.4
atau
3.5
Persamaan 3.5 diatas memiliki
arti bahwa setiap individu memiliki
pendapatan penuh sebesar 24 W. Jadi
makin lama seseorang individu
bekerja, maka akan semakin tinggi
kemampuannya untuk mengkonsumsi
barang-barang yang diinginkan.
D. Maksimisasi Utilitas
Setiap individu berusaha untuk
menggunakan sumber daya yang
terbatas
untuk
memaksimalkan
utilitasnya. Adapun permasalahan
yang dihadapi seorang individu adalah
bagaimana
cara
mengalokasikan
waktu yang dimilikinya sehingga
mampu
memberikan
kepuasan
(utilitas) maksimum bagi dirinya. Dua
sumber
utilitas
yang
perlu
diperhatikan adalah (1) konsumsi
barang dan jasa berlaku sebagai
landasan permintaan individu, dan (2)
waktu luang yang digunakan untuk
santai,
tidur,
makan,
dan
melaksanakan kegiatan lainnya yang
bersifat rekreasi/hiburan (Mc.Eachern,
2000:216).

ANALISIS PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN DEMOGRAFI TERHADAP JAM KERJA TENAGA KERJA WANITA DI JAWA TENGAH

Dengan kendala pendapatan penuh
dalam persamaan 3.5, maka dapat
diselesaikan
dengan
membentuk
fungsi lagrangian dimana :

3.6
Syarat
pertama
untuk
memaksimalkan utilitas adalah :
3.7
3.8
Dengan membagi persamaan 3.7 dan
persamaan 3.8 di atas maka diperoleh:

terhadap C)

(H
3.9

Jadi dengan tingkat upah tertentu
sebesar W, maka seorang individu
untuk
memperoleh
kepuasan
maksimum harus memilih untuk
bekerja dalam jumlah jam kerja
sedemikian rupa sehingga tingkat
substitusi marginal atau marinal rate
of substitution (MRS) dari waktu
santai terhadap konsumsi sama dengan
W.
E. Efek
substitusi
dan
Efek
Pendapatan
Masalah terpenting dalam analisis
penawaran tenaga kerja adalah respon
tenaga kerja terhadap tingkat upah
yang lebih tinggi. Jika tingkat upah
(W) naik, maka akan mempengaruhi
pilihan individu untuk memilih antara
pekerjaan pasar dan penggunaan
waktu untuk kegiatan lain. Kenaikan
upah akan mendorong individu untuk
bekerja lebih lama karena dari setiap
jam kerja dapat digunakan untuk
membeli barang dan jasa dalam
jumlah lebih banyak. Bila upah naik
maka individu akan mensubstitusikan
kegiatan lain dengan pekerjaan. Ini
merupaja yang disebut dengan efek
substitusi dari kenaikan upah.
Namun kenaikan upah juga berarti
kenaikan pendapatan untuk jumlah
jam kerja yang sama. Kenaikan
6|

pendapatan berarti individu meminta
barang normal dalam jumlah yang
lebih lebih banyak. Mengingat waktu
luang merupakan barang normal,
kenaikan pendapatan
ini
akan
menyebabkan peningkatan permintaan
individu terhadap waktu luang,
sehingga mengurangi alokasi waktu
individu untuk pekerjaan pasar.
Efek pendapatan dari kenaikan
upah akan cenderung mengurangi
alokasi
waktu
individu
untuk
pekerjaan pasar yang ditawarkan.
Sedangkan efek substitusi dari
kenaikan upah terhadap jam waktu
luang akan negatif, tetapi efek
pendapatan akan positif. Jadi efek
substitusi dan efek pendapatan bekerja
dalam
arah
yang
berlawanan
(McEachern, 2000:35).
F. Garis Anggaran dan Alokasi Waktu
Konsumsi yang dikeluarkan oleh
seseorang besarnya sebanding dengan
besarnya pendapatan yang dimiliki
dan jumlah waktu yang disediakan
untuk bekerja (24 jam per hari). Dari
waktu tersebut sudah termasuk dalam
keperluan untuk tidur, makan, mandi
serta keperluan yang lainnya. Sisanya
digunakan untuk bekerja dan untuk
waktu luang. Jadi pada dasarnya setiap
penambahan barang konsumsi berarti
mengurangi jumlah waktu yang
digunakan untuk waktu luang.
Jika waktu yang tersedia untuk
keperluan bekerja dan waktu luang
sebesar OH, tingkat upah sebesar OW
sedangkan U merupakan tingkat
utilitas seseorang. Apabila terjadi
kenaikan
upah
berarti
terjadi
pertambahan
pendapatan
yang
mengakibatkan peningkatan konsumsi
dan waktu luang yang lebih banyak
sehingga mengurangi jam kerja. Di
sisi lain, kenaikan upah juga berarti
harga waktu menjadi lebih mahal.
Nilai waktu yang lebih tinggi
mendorong
individu
untuk
mensubstitusikan waktu luang dengan

ANALISIS PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN DEMOGRAFI TERHADAP JAM KERJA TENAGA KERJA WANITA DI JAWA TENGAH

bekerja lebih lama. Maka dapat dilihat
efek substitusi dan efek pendapatan
yang ditunjukkan dalam gambar 2.1 :
Gambar 2.2
Perubahan tingkat upah dan utilitas

Sumber: Simanjuntak, 1985: 54
Berdasarkan gambar diatas,
tingkat upah naik maka garis anggaran
(budget line) akan bergeser dari BC1
menjadi BC2. Perubahan upah tersebut
berdampak
pada
peningkatan
pendapatan B1C1 yang sejajar dengan
garis BC1. Peningkatan pendapatan
tersebut
mendorong
individu
mengurangi jumlah jam kerja dari
HD1 menjadi HD2 (efek pendapatan).
Selain itu, kenaikan upah juga
menyebabkan
timbulnya
efek
substitusi yaitu menggantikan waktu
luang untuk menambah barang-barang
konsumsi (individu menambahkan jam
kerja lebih lama). Hal ini seperti yang
ditunjukkan perubahan jam kerja dari
HD2 ke HD3 atau dari titik E2 ke titik
E3.
G. Pendekatan Circular Cumulative
Causation
Pendekatan Circular Cumulative
Causation
(CCC)
membahas
mengenai hubungan timbal balik
sebab akibat dimana, hubungan timbal
balik sebab akibat tersebut akan
dijadikan sebagai ilmu baru. Dasar
pembentukan hubungan sebab akibat
diperoleh dari beberapa studi empiris
sebelumnya yang memenuhi kriteria
bahwa terdapat adanya faktor saling
ketergantungan dan arah hubungan
dari setiap variabel yang diteliti.
Dengan adanya keterkaitan dan arah
7|

hubungan tersebut diharapkan dapat di
analisis sehingga dapat diterapkan
dalam konteks perencanaan ekonomi
bagi suatu institusi tertentu (Sebastian
Berger, 2008).
Jika dikaitkan dengan penelitian ini,
pendekatan CCC dapat dilihat dari
keterkaitan antara variabel-variabel
indepeden yaitu meliputi upah, umur,
pendidikan, tempat tinggal, dan status
perkawinan yang berakibat pada jam
kerja wanita. Hasil yang diperoleh dari
keterkaitan antar variabel diatas
berupa bentuk keterkaitan serta arah
hubungan dari masing-masing variabel
independen terhadap jam kerja wanita
di Jawa Tengah. Setelah di temukan
arah hubungan dari masing-masing
variabel maka akan diperoleh hasil
penelitian yang kemudian dapat
dijadikan
bahan
pertimbangan
perencanaan
dalam
hal
ketenagakerjaan.
H. Proses/ Alur Circular Cumulative
Causation
Proses
Circular
Cumulative
Causation
biasanya
mencakup
keterkaitan antara beberapa faktor
karena perubahan institusi nasional
dan regional. Menurut Mydral (1944,
1968) dalam Samudro, Bhimo &
Bloch, Harry & Salim, Ruhul (2014)
mengklaim bahwa perubahan faktor
sosial
disebabkan
oleh
faktor
ekonomi. Ketika perubahan variabel A
menyebabkan perubahan variabel B,
namun perubahan variabel B tidak
memberikan umpan balik terhadap
variabel A.
I. Hubungan Antar Variabel
1. Variabel Upah terhadap Jam Kerja
Wanita
Dalam teori alokasi waktu, upah
merupakan salah satu faktor yang
sangat mempengaruhi para pekerja
untuk bekerja. Hal ini berarti bahwa
kenaikan upah akan meningkatkan

ANALISIS PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN DEMOGRAFI TERHADAP JAM KERJA TENAGA KERJA WANITA DI JAWA TENGAH

2.

3.

4.

5.

pendapatan
seseorang
untuk
mengalokasikan waktu senggangnya
untuk bekerja. Menurut Soberano et al
(2014) upah berpengaruh positif
signifikan terhadap jam kerja wanita.
Bagi pekerja wanita, kenaikan upah
menjadi prioritas utama untuk dapat
berpartisipasi dalam pasar kerja,
terutama bagi wanita menikah. Jika
pendapatan suami
tidak dapat
mencukupi kebutuhan sehari-hari
maka wanita akan memutuskan
bekerja dengan harapan dapat
meningkatkan pendapatan keluarga.
Variabel Umur terhadap Jam Kerja
Wanita
Menurut Wanda (2016) bahwa umur
berpengaruh negatif secara nyata
terhadap curahan waktu kerja wanita
di Desa Banjaragung pada industri
sepatu, dimana penambahan umur (1
tahun) akan mempengaruhi kondisi
fisik seseorang semakin lemah
sehingga dia tidak akan maksimal lagi
dalam
bekerja
sehingga
akan
menurunkan pula jam kerja yang dia
gunakan.
Variabel Pendidikan terhadap Jam
Kerja Wanita
Faktor yang menjadi penentu angka
partisipasi wanita menikah di Jakarta
adalah tingkat pendidikan, apabila
tingkat pendidikan yang dimiliki oleh
wanita menikah masih rendah maka
respon tenaga kerja wanita terhadap
penawaran tenaga kerja menjadi
rendah (Widarti, 1998).
Variabel Tempat Tinggal terhadap
Jam Kerja Wanita
Wanita
menikah
yang
tinggal
diperkotaan memiliki partisipasi yang
lebih tinggi untuk masuk di dalam
pasar kerja karena wanita perkotaan
cenderung
memiliki
tingkat
pendidikan dan kebutuhan hidup yang
lebih tinggi jika dibanding dengan
wanita menikah diperdesaan (Widarti,
1998)
Variabel Status Perkawinan terhadap
Jam Kerja Wanita
8|

Status perkawinan
juga memiliki
keterkaitan yang positif terhadap jam
kerja. Jika seorang pekerja sudah
menikah maka akan memiliki jam
kerja yang relatif tinggi dengan
harapan dapat memperoleh upah yang
lebih guna mencukupi kebutuhan
keluarga
(Purwaningsih
dan
Murtiningsih, 2006).
J. Kerangka Konsep Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan pendekatan Circular
Cumulative Causation (CCC) dengan
tujuan analisis sebab akibat dari
variabel upah, umur, pendidikan,
tempat tinggal dan status perkawinan
terhadap jam kerja pekerja wanita di
Jawa Tengah yang dapat digambarkan
dalam kerangka konsep penelitian
sebagai berikut:
Gambar 2.3
Kerangka Konsep Pemikiran

Sebab

Akibat

K. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah
serta teori dan konsep yang telah
dibahas
sebelumnya,
maka
disusun hipotesis sebagai berikut:
a. Diduga
variabel
upah
berpengaruh signifikan positif
terhadap jam kerja wanita di Jawa
Tengah.
b. Diduga
variabel
umur
berpengaruh signifikan negatif

ANALISIS PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN DEMOGRAFI TERHADAP JAM KERJA TENAGA KERJA WANITA DI JAWA TENGAH

terhadap jam kerja wanita di Jawa
Tengah.
c. Diduga
variabel
pendidikan
berpengaruh signifikan positif
terhadap jam kerja wanita di Jawa
Tengah.
d. Diduga variabel tempat tinggal
berpengaruh signifikan positif
terhadap jam kerja wanita di Jawa
Tengah.
e. Diduga
variabel
status
perkawinan
berpengaruh
signifikan positif terhadap jam
kerja wanita di Jawa Tengah.

Gambar 3.1
Penjelasan Variabel Penelitian

Variabel Depeden

Jam Kerja

Sosial Ekonomi

Variabel Penelitian

Upah

Umur
Variabel Independen
Tempat Tinggal
Demografi
Tingkat Pendidikan

Status Perkawinan

Variabel Dependen
Variabel dependen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah jam kerja
yang diukur dalam jam per minggu.
Menurut Badan Pusat Statistik bahwa
jam kerja adalah jumlah jam kerja
yang digunakan untuk bekerja (tidak
termasuk jam kerja istirahat resmi dan
jam kerja yang digunakan untuk halhal di luar pekerjaan). Waktu normal
yang digunakan untuk bekerja adalah
≥ 35 jam per minggu.

3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di
wilayah regional Jawa Tengah.
Penelitian ini menganalisa pengaruh
upah, umur, pendidikan, tempat
tinggal, dan status perkawinan
terhadap jam kerja pekerja wanita di
Jawa Tengah menurut data Sakernas
tahun 2015. Di data Sakernas memuat
beberapa aspek mengenai sosial
ekonomi dan demografi, namun
peneliti
membatasi
pokok
Variabel Independen
pembahasan. Aspek sosial ekonomi
Variabel independen yang digunakan
yang digunakan oleh peneliti meliputi
dalam penelitian ini terbagi menjadi
upah. Sedangkan aspek demografi
dua faktor yaitu :
meliputi umur, pendidikan, tempat
1.
Sosial ekonomi
tinggal dan status perkawinan.
Analisis dalam penelitian dibatasi a) Upah adalah besarnya kompensasi
yang diberikan oleh perusahaan
hanya pada sampel 5.672 tenaga kerja
kepada para pekerja sebagai wujud
wanita yang bekerja dan menerima
imbal jasa yang telah pekerja berikan.
upah.
Upah dikelompokkan menjadi 3 yaitu
Dalam
penelitian
ini
kelompok upah pertama adalah
menggunakan dua variabel yaitu
kelompok upah yang kurang dari
variabel dependen dan variabel
UMR Jawa Tengah Tahun 2015 (Rp
independen:
1.265.000). Kelompok upah kedua
yaitu kelompok upah yang sama
dengan UMR terendah dan tertinggi
(Rp 1.265.000- Rp 1.909.000).
Kelompok
upah
ketiga
yaitu
kelompok upah yang diatas UMR
(diatas
Rp
1.909.000).
Pengelompokkan upah yang sama
dengan UMR dimaksudkan untuk
9|

ANALISIS PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN DEMOGRAFI TERHADAP JAM KERJA TENAGA KERJA WANITA DI JAWA TENGAH

menyamakan tingkat upah sama
dengan rata-rata upah yang berlaku di
Jawa Tengah karena di Jawa Tengah
tidak memastikan besarnya angka
nominal mengenai UMR sehingga
peneliti mengambil keputusan untuk
menggunakan besarnya UMR dari
range upah yang terendah sampai
tertinggi.
2.

Faktor Demografi
a) Umur adalah umur pekerja yang
dinyatakan dalam tahun. Umur
dikategorikan menjadi 2 yaitu kategori
pertama umur 15-64 tahun, kategori
kedua umur 2 yaitu selain umur 15-64
tahun. Pengkategorian umur diatas
dimaksudkan untuk melihat umur
produktif dan umur tidak produktif,
dimana
bagi
umur
produktif
diasumsikan sudah siap untuk
berpartisipasi dalam pasar kerja.
b) Tempat tinggal adalah tempat yang
ditinggali
oleh
pekerja
yang
dikelompokkan menjadi dua yaitu
kota dan desa, dimana dalam
pembentukan model regresi, desa
sebagai pembanding.
c) Tingkat Pendidikan adalah pendidikan
yang ditamatkan oleh pekerja yang
dikelompokkan
menjadi
tiga
kelompok yaitu kelompok pendidikan
pertama yaitu mereka yang tidak
sekolah dan tidak tamat SD serta SD.
Kelompok pendidikan kedua adalah
SMP dan SMA sederajat. Kelompok
pendidkan ketiga adalah diploma dan
sarjana.
d) Status perkawinan adalah kedudukan
seseorang dalam unit usaha/kegiatan
dalam melakukan pekerjaan dari
masing-masing pekerja selama 1 tahun
terakhir.
Status
perkawinanan
dikategorikan menjadi 2 yaitu kategori
status perkawinan pertama adalah para
pekerja yang sudah pernah menikah
sedangkan kategori status perkawinan
kedua adalah para pekerja yang belum
menikah.

10 |

Dalam
penelitian
ini
menggunakan model analisis regresi
linier berganda digunakan untuk
membuktikan hipotesis yang pertama
dalam penelitian ini dan mengetahui
seberapa pengaruh variabel bebas
terhadap variabel tidak bebas. Selain
itu, analisis tersebut juga dapat
digunakan untuk meneliti dan
mengetahui pengaruh dari berbagai
variabel yang relevan dan dengan
demikian diharapkan dapat menjawab
hipotesis yang ada.
Berikut adalah bentuk sebab
akibat dari berbagai variabel yang
relevan dalam penelitian ini:

Dari rumusan diatas, maka
bentuk persamaan regresi linier
berganda adalah sebagai berikut:

Table 3.2
Keterangan Variabel Persamaan Model

Variabel
JAMKER
UPAH
UMUR
TT
PDDKN
SP
β1, β2, β3, β4,
β5
C

Penjelasan
Jam Kerja Wanita
(Jam Per Minggu)
Upah Pekerja (Rupiah)
Umur Pekerja (Tahun)
Tempat Tinggal
Tingkat Pendidikan
Status Perkawinan
Koefisien regresi
variabel independen
Konstanta
Residu

Untuk
mengetahui
pengaruh
variabel independen terhadap variabel
independen maka dilakukan (Gujarati
dan Porter, 2010):
a. Uji Statistik
Untuk mengetahui kebenaran
hipotesis dalam penelitian, maka perlu
dilakukan pengujian sebagai berikut:

ANALISIS PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN DEMOGRAFI TERHADAP JAM KERJA TENAGA KERJA WANITA DI JAWA TENGAH

1. Uji T
Uji
t
adalah pengujian
koefisien regresi secara individual.
Pada dasarnya uji ini digunakan
untuk mengetahui seberapa jauh
pengaruh masing-masing variabel
independen dalam mempengaruhi
perubahan
variabel
dependen,
dengan asumsi variabel independen
lainnya konstan. Langkah-langkah
yang dilakukan untuk uji T adalah:
a) Menentukan Hipotesis
1)
Ho : β 1 = 0
Artinya suatu parameter (β1)
sama dengan nol atau variabel
independen tersebut bukan
merupakan penjelas yang
signifikan terhadap variabel
dependen.
2)
Ho : β 1 ≠ 0
Artinya suatu parameter (β1)
tidak sama dengan nol atau
variabel independen tersebut
merupakan penjelas yang
signifikan terhadap variabel
dependen.
b) Kesimpulan
1) Apabila nilai –t tabel < t
hitung < t tabel, maka Ho
diterima. Artinya variabel
independen
tidak
berpengaruh
terhadap
variabel dependen secara
signifikan.
2) Apabila nilai t hitung > t
tabel atau t hitung > -t tabel
maka Ho ditolak. Artinya
variabel
independen
mampu
mempengaruhi
variabel dependen secara
signifikan
2. Uji F
Uji
F
dilakukan
untuk
menunjukkan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam
model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel
dependen.
Nilai
terletak antara 0 dan 1 (0 ≤
≤ 1). Jika
= 1, artinya garis
11 |

regresi
tersebut
mampu
menjelaskan 100 % variasi dalam
variabel tidak bebas dan sebaliknya.
Jika
= 0, artinya model tersebut
tidak
mampu
menjelaskan
sedikitpun variasi dalam variabel
tidak bebas, sehingga suatu model
dikatakan lebih baik apabila
koefisien determinasinya mendekati
nilai 1.
4. ANALISIS DATA DAN
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil perhitungan
menggunakan
Regresi
Linier
Berganda maka diperoleh hasil
sebagai berikut:
a. Uji Statistik
a. Uji T
a. Upah
Berdasarkan hasil olahan (terlampir)
diperoleh nilai probabilitas variabel
upah dengan signifikansi sebesar
0,0000. Hal ini berarti bahwa tingkat
signifikansi lebih kecil jika dibanding
dengan tingkat signifikansi 0,05 maka
menolak Ho dan menerima Ha,
sehingga secara statistic variabel upah
berpengaruh terhadap jam kerja wanita
pada tingkat signifikansi.
b. Umur
Berdasarkan hasil olahan (terlampir)
diperoleh nilai probabilitas variabel
umur dengan signifikansi sebesar
0,0000. Hal ini berarti bahwa tingkat
signifikansi lebih kecil jika dibanding
dengan tingkat signifikansi 0,05 maka
menolak Ho dan menerima Ha,
sehingga secara statistic variabel umur
berpengaruh terhadap jam kerja wanita
pada tingkat signifikansi.
c. Pendidikan
Berdasarkan hasil olahan (terlampir)
diperoleh nilai probabilitas variabel
pendidikan
dengan
signifikansi
sebesar 0,0000. Hal ini berarti bahwa
tingkat signifikansi lebih kecil jika
dibanding dengan tingkat signifikansi
0,05 maka menolak Ho dan menerima

ANALISIS PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN DEMOGRAFI TERHADAP JAM KERJA TENAGA KERJA WANITA DI JAWA TENGAH

Ha, sehingga secara statistic variabel
pendidikan berpengaruh terhadap jam
kerja wanita pada tingkat signifikansi.
d. Tempat Tinggal
Berdasarkan hasil olahan (terlampir)
diperoleh nilai probabilitas variabel
tempat tinggal dengan signifikansi
sebesar 0,0000. Hal ini berarti bahwa
tingkat signifikansi lebih kecil jika
dibanding dengan tingkat signifikansi
0,05 maka menolak Ho dan menerima
Ha, sehingga secara statistic variabel
tempat tinggal berpengaruh terhadap
jam kerja wanita pada tingkat
signifikansi.
e. Status Perkawinan
Berdasarkan hasil olahan (terlampir)
diperoleh nilai probabilitas variabel
status perkawinan dengan signifikansi
sebesar 0,0000. Hal ini berarti bahwa
tingkat signifikansi lebih kecil jika
dibanding dengan tingkat signifikansi
0,05 maka menolak Ho dan menerima
Ha, sehingga secara statistic variabel
status perkawinan
berpengaruh
terhadap jam kerja wanita pada tingkat
signifikansi.
2. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahu
bagaimana
pengaruh
variabel
independen
terhadap
variabel
dependen secara bersama-sama. Hasil
estimasi model regresi diperoleh nilai
F hitung sebesar 138,2962 dengan
probabilitas 0,000000. Hasil Uji F ini
dapat disimpulkan bahwa secara
bersama-sama variabel upah, umur,
pendidikan, tempat tinggal dan status
perkawinan mempunyai pegaruh yang
nyata terhadap jam kerja pekerja
wanita di Jawa Tengah pada tingkat
signifikansi 5%
3. Uji R2
R2 digunakan untuk mengetahui
berapa persen variasi variabel
dependen dapat dijelaskan oleh variasi
variabel independen. Berdasarkan
12 |

hasil olah data didapatkan nilai R2
sebesar 0,1087 yang artinya 10,87
persen variabel jam kerja dapat
dijelaskan oleh variasi variabel upah,
umur, pendidikan, tempat tinggal dan
status perkawinan sedangkan sisanya
89,13 persen dijelaskan oleh variabel
lain diluar model.
4. Interpretasi Hasil Secara Ekonomi
Variabel
UPAH
UMUR
PDDKN
TT
SP
C

Koefisien
6.06E-06
-0.105562
-0.540697
-1.226107
-2.173771
49.91306

a. Besarnya koefisien variabel upah
adalah positif 0.00000606 yang
berarti bahwa setiap peningkatan 1
rupiah upah pekerja wanita maka
akan menaikkan jam kerja pekerja
wanita sebesar 0.00000606 jam per
minggu, dengan asumsi variabel
lain adalah cateris paribus. Hasil
temuan ini sesuai dengan penelitian
Soberano et al (2014) bahwa
hubungan yang positif antara upah
dengan jam kerja wanita dikarena
bagi seorang pekerja wanita,
kenaikan upah menjadi prioritas
utama untuk dapat berpartisipasi
dalam pasar kerja, terutama bagi
wanita menikah. Jika pendapatan
suami tidak dapat mencukupi
kebutuhan sehari-hari maka wanita
akan memutuskan bekerja dengan
harapan
dapat
meningkatkan
pendapatan keluarga.
b. Besarnya koefisien variabel umur
adalah negatif 0.105562 yang
berarti bahwa setiap peningkatan 1
tahun umur pekerja wanita maka
akan menurunkan jam kerja pekerja
wanita sebesar 0.105562 jam per
minggu, dengan asumsi variabel
lain adalah cateris paribus. Hal ini
dapat terjadi karena sebagian besar

ANALISIS PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN DEMOGRAFI TERHADAP JAM KERJA TENAGA KERJA WANITA DI JAWA TENGAH

umur pekerja wanita di Jawa
Tengah sudah tidak produktif lagi
dalam bekerja. Hasil temuan ini
sama dengan penelitian Wanda
(2016) dimana penambahan umur
akan mempengaruhi kondisi fisik
seseorang semakin lemah sehingga
dia tidak akan maksimal lagi dalam
bekerja sehingga akan menurunkan
pula jam kerja yang dia gunakan.
c. Besarnya
koefisien
variabel
pendidikan adalah negatif 0.540697
yang
berarti
bahwa
setiap
peningkatan 1 jenjang pendidikan
bagi pekerja wanita maka akan
menurunkan jam kerja pekerja
wanita sebesar 0.540697 jam per
minggu, dengan asumsi variabel
lain cateris paribus. Hal ini
menandakan bahwa sebagain besar
pekerja wanita di Jawa Tengah
berada di sektor informal dimana
wanita yang berpendidikan rendah
akan memiliki jam kerja lebih
banyak jika dibanding seorang
wanita yang berpendidikan tinggi
karena semakin banyak yang bisa
mereka lakukan untuk bekerja atau
melakukan penawaran kerja di
sektor informal. Oleh karena itu
banyak wanita lebih memilih untuk
masuk ke sektor informal di
bandingkan ke sektor formal karena
pendidikan bukan batasan untuk
mereka memperoleh pekerjaan.
d. Besarnya koefisien variabel tempat
tinggal adalah negatif 1.226107
yang berarti bahwa terdapat
perbedaan jam kerja antara pekerja
wanita yang tinggal diperkotaan
dengan pekerja wanita yang tinggal
di perdesaan (base category)
dimana pekerja wanita yang tinggal
di perdesaan mempunyai jam kerja
yang lebih sedikit sebesar 1.226107
jam per minggu dengan asumsi
variabel lainnya cateris paribus.
Hal ini menandakan bahwa jika
semakin sedikit jam kerja di
13 |

perdesaan akan mempengaruhi
tingkat upah yang diterima, berbeda
dengan di perkotaan yang memiliki
jam kerja tinggi dengan harapan
memperoleh upah yang tinggi pula.
e. Besarnya koefisien variabel status
perkawinan
adalah
negatif
2.173771 yang berarti bahwa
terdapat perbedaan jam kerja antara
pekerja wanita yang belum
menikah dengan pekerja wanita
yang
sudah
menikah
(base
category) dimana pekerja wanita
yang sudah menikah mempunyai
jam kerja yang lebih sedikit sebesar
2.173771 jam per minggu dengan
asumsi variabel lainnya cateris
paribus. Hasil ini berbeda dengan
temuan
Purwaningsih
dan
Murtiningsih (2006) bahwa adanya
keterkaitan yang positif antara
status perkawinan dengan jam
kerja, dimana jika seorang pekerja
sudah menikah maka akan memiliki
jam kerja yang relatif tinggi dengan
harapan dapat memperoleh upah
yang lebih guna mencukupi
kebutuhan keluarga.
Sedangakn dalam penelitian ini
hubungan antara status perkawinan
dan jam kerja pekerja wanita adalah
negatif, hal ini dapat terjadi karena
seorang wanita yang sudah
menikah memutuskan untuk keluar
dari pekerjaan. Keputusan seorang
wanita
untuk
berhenti
dari
pekerjaan tidak terlepas dari
keinginan suami agar istrinya
menjadi seorang ibu rumah tangga.
5. KESIMPULAN DAN
SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis
menunjukkan bahwa variabel
upah, umur, pendidikan, tempat
tinggal dan status perkawinan
berpengaruh signifikan secara
simultan terhadap jam kerja wanita

ANALISIS PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN DEMOGRAFI TERHADAP JAM KERJA TENAGA KERJA WANITA DI JAWA TENGAH

di Jawa Tengah. Variabel upah
berpengaruh
signifikan positif
terhadap jam kerja pekerja wanita,
variabel
umur
berpengaruh
signifikan negatif terhadap jam
kerja pekerja wanita, variabel
pendidikan
berpengaruh
signifikan negatif terhadap jam
kerja pekerja wanita, variabel
tempat
tinggal
berpengaruh
signifikan negatif terhadap jam
kerja pekerja wanita dan variabel
status perkawinan berpengaruh
signifikan negatif terhadap jam
kerja pekerja wanita.

DAFTAR PUSTAKA

B. SARAN KEBIJAKAN

Gujarati dan Porter. (2010). “Dasardasar Ekonometrika Jilid 2
Edisi 5”. Jakarta: Salemba Empat.

Berdasarkan hasil temuan dalam
penelitian ini, dapat dikemukakan
saran yang berhubungan dengan
dengan kebijakan, khususnya dalam
menangani masalah ketenagakerjaan,
baik tentang pengupahan maupun
jam kerja pekerja wanita di Provinsi
Jawa Tengah. Bagi pembuat
kebijakan publik maupun perusahaan
untuk menghilangkan diskriminasi
antara pekerja laki-laki dan
perempuan dalam pasar kerja baik
dari segi jabatan maupun pemberian
upah dan memberikan hak-hak
kepada para pekerja wanita sesuai
dengan UU No 13 Tahun 2013.

Ananta, Aris. (1990). “Ekonomi
Sumber Daya Manusia”. Jakarta.
Lembaga Demografi LPFEUI.
Badan Pusat Statistik Indonesia.
(2015). “Statistik Tenaga Kerja
Indonesia Tahun 2015”. Jakarta
Pusat: Badan Pusat Statistik.
Bellante, Don dan Jackson, Mark.
(1990).
“Ekonomi
Ketenagakerjaan”,
Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia,
Jakarta.

McEachern,
William.
(2000).
“Ekonomi Makro Pendekatan
Kontemporer”. Jakarta: Salemba
Empat.
Nicholson, Walter. (1999). “Teori
Mikro Ekonomi Dasar dan
Perluasan”. Jakarta: Binarupa
Aksara.
Purwaningsih,
Yunastiti
dan
Murtiningsih. 2006.‖ Determinan
Jam Kerja Para Pekerja Di
Propinsi
Jawa
Tengah‖.
Empirika, Vol. 19 No. 1, Juni
2006.
Fakultas
Ekonomi
Universitas
Sebelas
Maret
Surakarta.
Reynolds, AJ. (2000). “Karakteristik
Dinamis Peran Ganda Wanita”.
Yogyakarta.
Samudro, Bhimo & Bloch, Harry &
Salim, Ruhul. (2014). ―The
Uneven Regional Pattern of
Ecological Capital in Indonesia: A
Heterodox-Political
Economy
Perspective‖. SSRN Electronic
Journal. 9..10.2139/ssrn.2467382.

14 |

ANALISIS PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN DEMOGRAFI TERHADAP JAM KERJA TENAGA KERJA WANITA DI JAWA TENGAH

Sebastian Berger. (2008).‖Circular
Cumulative Causation (CCC) à la
Myrdal and Kapp — Political
Institutionalism for Minimizing
Sosial
Costs‖.
Journal
of
Economic Issues, 42:2, 357-365,
DOI: 10.1080/00213624.2008.115
07144
dikutip
dalam
http://dx.doi.org/10.1080/0021362
4.2008.11507144 pada 04 Januari
2016.
Simanjuntak, Payaman J. (1985).
“Pengantar Ekonomi Sumber
Daya Manusia”. Penerbit FEUI
(Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia), Jakarta
Soberano et al. (2014). ―Analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi
curahan jam kerja pedagang sayur
wanita di Kecamatan Ambulu
Kabupaten
Jember‖.
Artikel
Ilmiah Mahasiswa. Ekonomi
Pembangunan Universitas Jember
(UNEJ).

Tjaja, Ratna. (2000). ―Wanita Bekerja
dan Implikasi Sosial‖. Naskah No.
20 Juni-Juli 2000 Bappenas.
Jakarta: Bappenas.
Undang-Undang No.13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan.
Wanda, Olga Claudia Gusti. (2016).
―Analisis
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi curahan waktu
kerja wanita di Desa Banjaraggung
Kabupaten Jombang pada Industri
sepatu sebagai bentuk kontribusi
terhadap
ekonomi
keluarga.
Jurnal Ilmiah Ilmu Ekonomi.
Universitas Brawijaya Malang.
Widarti, Dyah. (1998). ―Determinants
of labour Force participation by
married women: the case of
Jakarta‖. Bulletin of Indonesia
Economic Studies, 34:2, 93-120,
DOI:
10.1080/000749198
12331337350. di kutip dari :
http://dx.doi.org/10.1080/0007491
9812331337350.

Survei Angkatan Kerja Nasional.
(2015). “Survei Angkatan Kerja
Nasional: Pedoman Pencacah
2015”. Jakarta: Badan Pusat
Statistik
Sutomo. 1996. ―Analisis Jam Kerja
para Pekerja di Propinsi Jawa
Tengah 1987 (Suatu Analisis Data
Sakernas
1987)‖. Thesis S2
Kajian Kependudukan dan
Ketenagakerjaan
.Tidak
Dipublikasikan, Program Pasca
Sarjana, UI.

15 |

ANALISIS PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN DEMOGRAFI TERHADAP JAM KERJA TENAGA KERJA WANITA DI JAWA TENGAH

LAMPIRAN
A. HASIL PERSAMAAN REGRESI
JAMKER = 6.06285654808e-06*UPAH - 0.105562208195*UMUR 0.540697469468*PDDKN - 1.22610653218*TT - 2.17377061947*SP +
49.9130564841
B. HASIL REGRESI LINIER BERGANDA
Dependent Variable: JAMKER
Method: Least Squares
Date: 12/04/17 Time: 12:02
Sample: 1 5672
Included observations: 5672
Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

UPAH
UMUR
PDDKN
TT
SP
C

6.06E-06
-0.105562
-0.540697
-1.226107
-2.173771
49.91306

2.67E-07
0.014051
0.046612
0.286463
0.413048
0.914559

22.69302
-7.512617
-11.59986
-4.280156
-5.262757
54.57612

0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000

R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)

0.108767
0.107980
9.919454
557509.3
-21059.61
138.2962
0.000000

Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat

42.86989
10.50269
7.427930
7.434958
7.430377
1.562269

Sumber: Hasil Olah Data Sakernas Regresi Linier Berganda dengan Eviews 9

16 |

ANALISIS PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN DEMOGRAFI TERHADAP JAM KERJA TENAGA KERJA WANITA DI JAWA TENGAH