PENGARUH FAKTOR FISIKA DAN KIMIA LINGKUN
Jurnal Ekologi Tumbuhan 2015
PENGARUH FAKTOR FISIKA DAN KIMIA LINGKUNGAN TERHADAP
LINGKUNGAN MIKRO
Cindy Anggrainy
E-mail:[email protected], phone: +6282384345171
FKIP Universitas Riau, Pekanbaru 28293
Abstrak: Percobaan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh
faktor fisika dan kimia lingkungan terhadap lingkungan mikro yang berbeda (di
bawah naungan pohon, daerah transisi/peralihan dan di daerah terbuka/terdedah).
Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah metode eksperimen.
Parameter yang diamati adalah temperatur udara (0C), kelembapan udara (%),
temperatur tanah (0C), kelembapan tanah (%), pH tanah, kandungan air tanah (%),
dan kandungan organik tanah. Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan
bahwa lingkungan mikro sangat dipengaruhi oleh faktor iklim, tanah, topografi
dan geografi permukaan bumi serta keberadaan organisme.Ketinggian suatu
tempat dari permukaan tanah akan mempengaruhi temperatur dan kelembapan
tanah. Semakin tinggi suatu tempat dari permukaan tanah maka temperatur udara
dan kelembapan udara akan semakin rendah.Intensitas cahaya matahari juga
berpengaruh terhadap lingkungan. Apabila suatu daerah dipengaruhi oleh
intensitas cahaya yang tinggi, maka temperatur tanah akan semakin tinggi dan
kelembapan tanah akan semakin rendah. Selain itu, kadar air tanah dan kadar
organik tanah juga akan semakin rendah jika intensitas cahaya matahari tinggi.
Kata Kunci: Faktor fisika-kimia, lingkungan mikro.
PENDAHULUAN
Lingkungan merupakan kompleks dari faktor yang saling berinteraksi satu
sama lainnya, tidak saja antara faktor-faktor biotik dan abiotik, tetapi juga antara
biotik maupun abiotik itu sendiri. Dengan demikian secara operasional adalah
sulit untuk memisahkan satu faktor terhadap faktor-faktor lainnya tanpa
mempengaruhi kondisi keseluruhannya. Faktor lingkungan abiotik secara garis
besar dapat dibagi atas faktor fisika dan faktor kimia. Faktor fisika antara lain
adalah suhu, kadar air, porositas, dan tekstur tanah. Faktor kimia antara lain
adalah salinitas, pH, kadar organik tanah, dan unsur-unsur mineral tanah. Faktor
lingkungan abiotik sangat menentukan struktur komunitas hewan-hewan yang
terdapat di suatu habitat (Suin, 1997:1).
Suatu kondisi diberi takrif sebagai suatu faktor lingkungan abiotik yang
berbeda dalam ruang dan waktu, dan terhadap kondisi ini makhluk memberi
tanggapan secara berbeda-beda. Contohnya meliputi suhu, lengas nisbi, pH,
salinitas, kecepatan arus air sungai, dan kadar pencemar. Suatu kondisi dapat
dimodifikasi oleh hadirnya makhluk lain, misalnya pH tanah dapat berubah oleh
hadirnya tumbuhan, suhu dan lengas udara mungkin berubah di bawah tajuk
pohon di hutan (Soetjipta, 1993:30).
Tanah dapat didefinisikan sebagai medium alami untuk pertumbuhan
tanaman yang tersusun atas mineral, bahan organik, dan organisme hidup. Apabila
pelapukan fisik batuan disebabkan oleh perubahan temperatur dan dekomposisi
kimia hasilnya memberikan sumbangan yang cukup banyak dalam pembentukan
Pengukuran Faktor Linkungan | 1
Jurnal Ekologi Tumbuhan 2015
tanah. Kegiatan biologis seperti pertumbuhan akar dan metabolisme mikroba
dalam tanah berperan dalam membentuk tekstur dan kesuburan tanah (Subba,
1994:225).
Cahaya matahari juga mempunyai peranan penting dalam penyebaran,
orientasi, dan pembungaan tumbuhan. Di dalam hutan tropika, cahaya merupakan
faktor pembatas dan jumlah cahaya yang menembus melalui sudut hutan tampak
menentukan lapisan atau tingkatan yang terbentuk oleh pepohonannya. Keadaan
ini mencerminkan kebutuhan tumbuhan akan ketenggangan terhadap jumlah
cahaya yang berbeda-beda di dalam hutan (Ewusie, 1990:94).
Temperatur dan kelembaban umumnya penting dalam lingkungan daratan.
Interaksi antara temperatur dan kelembaban, seperti pada khususnya interaksi
kebanyakan faktor, tergantung pada nilai nisbi dan juga nilai mutlak setiap faktor.
Temperatur memberikan efek membatasi yang lebih hebat lagi terhadap
organisme apabila keadaan kelembaban adalah ekstrim, yakni apabila keadaan
tadi sangat tinggi atau sangat rendah daripada apabila keadaan demikian itu adalah
sedang-sedang saja (Odum, 1996:34).
Berdasarkan hal diatas, terdapat rumusan masalah yaitu bagaimana
pengaruh faktor fisika dan kimia lingkungan terhadap lingkungan mikro yang
berbeda (di bawah naungan pohon, daerah transisi/peralihan dan di daerah
terbuka/terdedah). Oleh karena itu, maka perlu dilakukan percobaan dengan
tujuan untuk mengetahui pengaruh faktor fisika dan kimia lingkungan terhadap
lingkungan mikro yang berbeda (di bawah naungan pohon, daerah
transisi/peralihan dan di daerah terbuka/terdedah).
BAHAN DAN METODE
Percobaan ini dilaksanakan 19 Maret 2016 di Laboratorium PMIPA Fakultas
Keguruan dan ilmu Pendidikan Universitas Riau, Jl. Bina Widya Km 12,5
Simpang Baru Panam Pekanbaru. Alat dan bahan yang digunakan adalah
termohygrometer, termometer Hg, soil tester, pH meter, tanah cuplikan, aquades,
timbangan, oven, furnace muffle, dan alat tulis.
Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah eksperimen. Cara kerja
dalam percobaan pengukuran faktor iklim (iklim mikro) sebagai adalah (1)
Daerah ternaung, transisi dan terdedah ditentukan terlebih dahulu, (2) Temperatur
udara (0C) dan kelembapan udara (%) diukur dengan menggunakan
termohygrometer pada masing-masing daerah (ternaung, transisi dan terdedah)
selama 5 menit dengan ketinggian 1 m dari permukaan tanah, (3) Cara kerja pada
point 2 diulangi dengan ketinggian 2 m dari permukaan tanah, dan (4) Hasil
pengukuran ditulis dalam bentuk tabel pengamatan.
Cara kerja dalam percobaan pengukuran faktor tanah adalah (1) Suhu tanah
pada permukaan dan kedalaman tanah 30 cm pada masing-masing daerah diukur
dengan menggunakan termometer Hg, (2) Kelembapan tanah (%) pada permukaan
dan kedalaman tanah 30 cm pada masing-masing daerah diukur dengan
menggunakan termohyogrometer, (3) Cuplikan tanah pada masing-masing daerah
diambil sebanyak 5 gram dan dimasukkan ke dalam beaker glass. Kemudian
dicampurkan dengan aquades sebanyak 25 ml dan diaduk. Setelah itu, pH tanah
diukur dengan menggunakan pH meter, (4) Kadar air tanah diukur dengan cara
pengeringan. Tanah cuplikan pada masing-masing daerah ditimbang sebanyak 20
gram kemudian dikeringkan ke dalam oven pada suhu 105 0C selama 2 jam.
Pengukuran Faktor Linkungan | 2
Jurnal Ekologi Tumbuhan 2015
Kemudian, tanah cuplikan yang telah dikeringkan tersebut ditimbang kembali, (5)
Kadar organik tanah dapat diukur dengan menggunakan tanah cuplikan yang telah
dikeringkan sebelumnya sebanyak jumlah tanah yang telah di oven dan
dimasukkan ke dalam tungku pembakar (furnace muffle) pada suhu 6000C selama
3 jam. Setelah pembakaran tersebut, berat abu yang diperoleh dari pembakaran
dihitung, dan (4) Hasil pengukuran dicatat pada tabel pengamatan.
Parameter yang diamati adalah temperatur udara ( 0C), kelembapan udara
(%), temperatur tanah (0C), kelembapan tanah (%), pH tanah, kandungan air tanah
(%), dan kandungan organik tanah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Faktor Iklim Mikro
Faktor iklim mikro dapat diamati dengan mengukur temperatur udara dan
kelembapan udara. Temperatur udara dan kelembapan udara pada ketinggian 1 m
dan 2 m di daerah ternaung, transisi dan terdedah dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Temperatur udara dan kelembapan udara pada daerah tenaung,
transisi dan terbuka (terdedah)
Temperatur udara
Kelembapan udara
0
( C)
(%)
Ketinggian (cm)
Keterangan
1
2
Rerata
1
2
Rerata
Ketinggian 1 m
32,4 33,7
33,0
58
57
57,5
Terdedah
Ketinggian 2 m
32,2 34,7
33,4
57
52
54,5
Ketinggian 1 m
33,5 33,0
33,2
60
58
59
Transisi
Ketinggian 2 m
33,6 33,1
33,3
59
55
57
Ketinggian 1 m
32,5 32,4
32,4
61
63
62
Ternaung
Ketinggian 2 m
32,9
62
62,5
32,6 32,3
63
Tabel 1 menunjukkan temperatur udara pada ketinggian 1 dan 2 m dari
permukaan tanah pada tiga macam tempat. Berdasarkan data yang diperoleh,
rerata suhu pada ketinggian 1 m lebih rendah dibanding dengan suhu pada
ketinggian 2 m. Daerah dengan suhu terendah yaitu daerah ternaung pada
ketinggian 1 m yaitu 32.40C, sedangkan daerah dengan suhu tertinggi yaitu daerah
terdedah pada ketinggian 2 m yaitu 33.4 0C. Menurut Lakitan (2002), temperatur
udara dipengaruhi pada ketinggian tempat, dimana temperatur udara akan semakin
rendah seiring dengan semakin tingginya ketinggian tempat dari permukaan tanah.
Menurut penelitian, setiap kenaikan 1000 feet (304,8 meter), suhu udara
berkurang 1,98 °C. Untuk memudahkan penghitungan, penurunan suhu ini
dibulatkan menjadi 2°C. Dan suhu udara di sea level ditetapkan 15 °C (Vocational
Education and Tranning, 2013).
Berdasarkan teori tersebut, sangat tidak signifikan data yang dihasilkan
dengan melakukan percobaan pengukuran suhu dengan interval tinggi 100 cm.
jadi, hasil yang dihasilkan juga tidak valid. Kesalahan lain yaitu disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya adalah cara pengukuran yang tidak sesuai. Selain
ketinggian tempat dari permukaan tanah, temperatur udara juga dipengaruhi oleh
kondisi suatu daerah (ternaung, transisi dan terdedah). Semakin tinggi intensitas
cahaya matahari yang berpengaruh terhadap suatu daerah, maka akan semakin
tinggi temperatur udara di daerah tersebut.
Pengukuran Faktor Linkungan | 3
Jurnal Ekologi Tumbuhan 2015
Pada Tabel 1., dapat dilihat bahwa temperatur udara dari kondisi ternaung,
transisi hingga terdedah relatif meningkat. Pada ketinggian 1 m, temperatur udara
pada kondisi ternaung sebesar 32.40C, transisi sebesar 33.20C dan terdedah 330C.
Sedangkan pada ketinggian 2m, temperatur udara pada kondisi ternaung sebesar
32,9 0C, transisi sebesar 33.30C, dan terdedah sebesar 33.30C.
Kelembapan udara juga dipengaruhi oleh ketinggian dari permukaan tanah
dan kondisi suatu daerah. Kelembaban udara menurut Lakitan (2002) adalah
tingkat kebasahan udara karena dalam udara air selalu terkandung dalam bentuk
uap air. Kandungan uap air dalam udara hangat lebih banyak daripada kandungan
uap air dalam udara dingin.
Oleh karena itu, semakin tinggi temperatur udara maka semakin tinggi
kelembapan udara yang diperoleh. Kelembapan udara pada kondisi daerah
ternaung, transisi dan terdedah dengan ketinggian 1 m berturut-turut adalah 62 %,
59 % dan 57.5 % dan kelembapan udara pada kondisi daerah ternaung, transisi
dan terdedah dengan ketinggian 2 m berturut-turut adalah 62.5 %, 57 % dan 54.5
%. Hal ini disebabkan kondisi daerah ternaung, transisi dan terdedah pada
ketinggian 1 m memiliki temperatur yang semakin tinggi, sehingga diperoleh
kelembapan udara yang semakin rendah.
Faktor Fisika dan Kimia Tanah
Lingkungan mikro dapat dipengaruhi oleh faktor fisika dan kimia. Faktor
fisika dan kimia yang diamati dalam percobaan ini adalah temperatur tanah,
Tabel 2. Temperatur tanah pada daerah ternaung, transisi, dan terbuka (terdedah)
Temperatur udara
Ketinggian (cm)
pH Tanah
Keterangan
(0C)
26
Ternaung
30
6
26
Transisi
27
Terdedah
Tabel 2 menunjukkan bahwa temperatur tanah didaerah ternaung dan
trasnsisi sama yaitu 260C, sedangkan temperatur tanah didaerah terdedah 270C.
Hal ini menunjukkan bahwa tutupan daerah mempengaruhi suhu tanah. Seberapa
besar intensitas cahaya yang masuk yang berdampak pada suhu tanah disuatu
daerah, dimana semakin rendah intensitas cahaya matahari mempengaruhi suatu
daerah maka semakin tinggi temperatur tanah yang diperoleh.
Pengukuran pH tanah yang dilakukan pada daerah ternaung, transisi dan
terdedah memperoleh pH sebesar 6. Hal ini menunjukkan bahwa derajat keasaman
tanah pada ketiga daerah tersebut normal sehingga mendukung untuk
pertumbuhan tanaman.
3. Kadar Organik Tanah dan Kadar Air tanah
Tabel 3. KOT dan KAT pada daerah ternaung, transisi, dan terbuka (terdedah)
NO
1
2
3
Daerah
Ternaung
Transisi
Terdedah
KOT (%)
35.27
36.57
34.44
KAT (%)
22.45
21.10
22.90
Pengukuran Faktor Linkungan | 4
Jurnal Ekologi Tumbuhan 2015
Kadar air tanah dan kadar organik tanah dipengaruhi oleh intensitas cahaya
matahari terhadap tanah pada suatu daerah. Kadar air tanah (KAT) pada daerah
ternaung, transisi dan terdedah berturut-turut adalah 22.4%, 21.10%, dan 22.90%.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi intensitas cahaya matahari yang
mempengaruhi suatu daerah maka semakin rendah kadar air tanah yang dimiliki
pada tanah di daerah tersebut.
Kadar organik tanah (KOT) pada daerah ternaung, transisi dan terdedah
berturut-turut adalah 35.27 %, 36.54 % dan 34.44 %. Pada pengukuran kadar
organik tanah, seharusnya tanha yang berada didaerah ternaung memiliki kadar
organik tanah tertinggi. Hal ini dikarenakan cahaya matahari tertahan oleh
vegetasi yang tumbuh pada daerah tersebut, banyak vegetasi yang tumbuh di
daerah ternaung sehingga serasah yang dihasilkan pun akan cukup banyak, yang
cepat atau lambat akan mengalami pembusukan yang akan menyebabkan
kandungan organik tanah semakin tinggi. Hal ini dapat disebabkan oleh kesalahan
dalam melakukan pengamatan dan pengukuran.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa lingkungan mikro
sangat dipengaruhi oleh faktor iklim, tanah, topografi dan geografi permukaan
bumi serta keberadaan organisme.Ketinggian suatu tempat dari permukaan tanah
akan mempengaruhi temperatur dan kelembapan tanah. Semakin tinggi suatu
tempat dari permukaan tanah maka temperatur udara dan kelembapan udara akan
semakin rendah.
Intensitas cahaya matahari juga berpengaruh terhadap lingkungan. Apabila
suatu daerah dipengaruhi oleh intensitas cahaya yang tinggi, maka temperatur
tanah akan semakin tinggi dan kelembapan tanah akan semakin rendah. Selain itu,
kadar air tanah dan kadar organik tanah juga akan semakin rendah jika intensitas
cahaya matahari tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Callan, E. J., C. W. Kennedy. 1995. Intercropping stokes aster: Effect of shade on
photosynthesis and plant morphology. Crop Sci. 35: 1110-1115
Ewusie, J. Y., 1990, Ekologi Tropika, ITB Bandung, Bandung.Odum, E. P., 1996,
Dasar-dasar Ekologi Edisi Ketiga, UGM Press, Yogyakarta.
Lakitan, Benyamin. 2002. Dasar-dasar klimatologi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Soetjipta, 1993, Dasar-dasar Ekologi Hewan, Depdikbud Dirjen Dikti,
Yogyakarta.
Subba, N. S., 1994, Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman,
Universitas Indonesia, Jakarta.
Suin, N. M., 1997, Ekologi Hewan Tanah, Bumi Aksara, Jakarta.
Pengukuran Faktor Linkungan | 5
PENGARUH FAKTOR FISIKA DAN KIMIA LINGKUNGAN TERHADAP
LINGKUNGAN MIKRO
Cindy Anggrainy
E-mail:[email protected], phone: +6282384345171
FKIP Universitas Riau, Pekanbaru 28293
Abstrak: Percobaan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh
faktor fisika dan kimia lingkungan terhadap lingkungan mikro yang berbeda (di
bawah naungan pohon, daerah transisi/peralihan dan di daerah terbuka/terdedah).
Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah metode eksperimen.
Parameter yang diamati adalah temperatur udara (0C), kelembapan udara (%),
temperatur tanah (0C), kelembapan tanah (%), pH tanah, kandungan air tanah (%),
dan kandungan organik tanah. Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan
bahwa lingkungan mikro sangat dipengaruhi oleh faktor iklim, tanah, topografi
dan geografi permukaan bumi serta keberadaan organisme.Ketinggian suatu
tempat dari permukaan tanah akan mempengaruhi temperatur dan kelembapan
tanah. Semakin tinggi suatu tempat dari permukaan tanah maka temperatur udara
dan kelembapan udara akan semakin rendah.Intensitas cahaya matahari juga
berpengaruh terhadap lingkungan. Apabila suatu daerah dipengaruhi oleh
intensitas cahaya yang tinggi, maka temperatur tanah akan semakin tinggi dan
kelembapan tanah akan semakin rendah. Selain itu, kadar air tanah dan kadar
organik tanah juga akan semakin rendah jika intensitas cahaya matahari tinggi.
Kata Kunci: Faktor fisika-kimia, lingkungan mikro.
PENDAHULUAN
Lingkungan merupakan kompleks dari faktor yang saling berinteraksi satu
sama lainnya, tidak saja antara faktor-faktor biotik dan abiotik, tetapi juga antara
biotik maupun abiotik itu sendiri. Dengan demikian secara operasional adalah
sulit untuk memisahkan satu faktor terhadap faktor-faktor lainnya tanpa
mempengaruhi kondisi keseluruhannya. Faktor lingkungan abiotik secara garis
besar dapat dibagi atas faktor fisika dan faktor kimia. Faktor fisika antara lain
adalah suhu, kadar air, porositas, dan tekstur tanah. Faktor kimia antara lain
adalah salinitas, pH, kadar organik tanah, dan unsur-unsur mineral tanah. Faktor
lingkungan abiotik sangat menentukan struktur komunitas hewan-hewan yang
terdapat di suatu habitat (Suin, 1997:1).
Suatu kondisi diberi takrif sebagai suatu faktor lingkungan abiotik yang
berbeda dalam ruang dan waktu, dan terhadap kondisi ini makhluk memberi
tanggapan secara berbeda-beda. Contohnya meliputi suhu, lengas nisbi, pH,
salinitas, kecepatan arus air sungai, dan kadar pencemar. Suatu kondisi dapat
dimodifikasi oleh hadirnya makhluk lain, misalnya pH tanah dapat berubah oleh
hadirnya tumbuhan, suhu dan lengas udara mungkin berubah di bawah tajuk
pohon di hutan (Soetjipta, 1993:30).
Tanah dapat didefinisikan sebagai medium alami untuk pertumbuhan
tanaman yang tersusun atas mineral, bahan organik, dan organisme hidup. Apabila
pelapukan fisik batuan disebabkan oleh perubahan temperatur dan dekomposisi
kimia hasilnya memberikan sumbangan yang cukup banyak dalam pembentukan
Pengukuran Faktor Linkungan | 1
Jurnal Ekologi Tumbuhan 2015
tanah. Kegiatan biologis seperti pertumbuhan akar dan metabolisme mikroba
dalam tanah berperan dalam membentuk tekstur dan kesuburan tanah (Subba,
1994:225).
Cahaya matahari juga mempunyai peranan penting dalam penyebaran,
orientasi, dan pembungaan tumbuhan. Di dalam hutan tropika, cahaya merupakan
faktor pembatas dan jumlah cahaya yang menembus melalui sudut hutan tampak
menentukan lapisan atau tingkatan yang terbentuk oleh pepohonannya. Keadaan
ini mencerminkan kebutuhan tumbuhan akan ketenggangan terhadap jumlah
cahaya yang berbeda-beda di dalam hutan (Ewusie, 1990:94).
Temperatur dan kelembaban umumnya penting dalam lingkungan daratan.
Interaksi antara temperatur dan kelembaban, seperti pada khususnya interaksi
kebanyakan faktor, tergantung pada nilai nisbi dan juga nilai mutlak setiap faktor.
Temperatur memberikan efek membatasi yang lebih hebat lagi terhadap
organisme apabila keadaan kelembaban adalah ekstrim, yakni apabila keadaan
tadi sangat tinggi atau sangat rendah daripada apabila keadaan demikian itu adalah
sedang-sedang saja (Odum, 1996:34).
Berdasarkan hal diatas, terdapat rumusan masalah yaitu bagaimana
pengaruh faktor fisika dan kimia lingkungan terhadap lingkungan mikro yang
berbeda (di bawah naungan pohon, daerah transisi/peralihan dan di daerah
terbuka/terdedah). Oleh karena itu, maka perlu dilakukan percobaan dengan
tujuan untuk mengetahui pengaruh faktor fisika dan kimia lingkungan terhadap
lingkungan mikro yang berbeda (di bawah naungan pohon, daerah
transisi/peralihan dan di daerah terbuka/terdedah).
BAHAN DAN METODE
Percobaan ini dilaksanakan 19 Maret 2016 di Laboratorium PMIPA Fakultas
Keguruan dan ilmu Pendidikan Universitas Riau, Jl. Bina Widya Km 12,5
Simpang Baru Panam Pekanbaru. Alat dan bahan yang digunakan adalah
termohygrometer, termometer Hg, soil tester, pH meter, tanah cuplikan, aquades,
timbangan, oven, furnace muffle, dan alat tulis.
Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah eksperimen. Cara kerja
dalam percobaan pengukuran faktor iklim (iklim mikro) sebagai adalah (1)
Daerah ternaung, transisi dan terdedah ditentukan terlebih dahulu, (2) Temperatur
udara (0C) dan kelembapan udara (%) diukur dengan menggunakan
termohygrometer pada masing-masing daerah (ternaung, transisi dan terdedah)
selama 5 menit dengan ketinggian 1 m dari permukaan tanah, (3) Cara kerja pada
point 2 diulangi dengan ketinggian 2 m dari permukaan tanah, dan (4) Hasil
pengukuran ditulis dalam bentuk tabel pengamatan.
Cara kerja dalam percobaan pengukuran faktor tanah adalah (1) Suhu tanah
pada permukaan dan kedalaman tanah 30 cm pada masing-masing daerah diukur
dengan menggunakan termometer Hg, (2) Kelembapan tanah (%) pada permukaan
dan kedalaman tanah 30 cm pada masing-masing daerah diukur dengan
menggunakan termohyogrometer, (3) Cuplikan tanah pada masing-masing daerah
diambil sebanyak 5 gram dan dimasukkan ke dalam beaker glass. Kemudian
dicampurkan dengan aquades sebanyak 25 ml dan diaduk. Setelah itu, pH tanah
diukur dengan menggunakan pH meter, (4) Kadar air tanah diukur dengan cara
pengeringan. Tanah cuplikan pada masing-masing daerah ditimbang sebanyak 20
gram kemudian dikeringkan ke dalam oven pada suhu 105 0C selama 2 jam.
Pengukuran Faktor Linkungan | 2
Jurnal Ekologi Tumbuhan 2015
Kemudian, tanah cuplikan yang telah dikeringkan tersebut ditimbang kembali, (5)
Kadar organik tanah dapat diukur dengan menggunakan tanah cuplikan yang telah
dikeringkan sebelumnya sebanyak jumlah tanah yang telah di oven dan
dimasukkan ke dalam tungku pembakar (furnace muffle) pada suhu 6000C selama
3 jam. Setelah pembakaran tersebut, berat abu yang diperoleh dari pembakaran
dihitung, dan (4) Hasil pengukuran dicatat pada tabel pengamatan.
Parameter yang diamati adalah temperatur udara ( 0C), kelembapan udara
(%), temperatur tanah (0C), kelembapan tanah (%), pH tanah, kandungan air tanah
(%), dan kandungan organik tanah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Faktor Iklim Mikro
Faktor iklim mikro dapat diamati dengan mengukur temperatur udara dan
kelembapan udara. Temperatur udara dan kelembapan udara pada ketinggian 1 m
dan 2 m di daerah ternaung, transisi dan terdedah dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Temperatur udara dan kelembapan udara pada daerah tenaung,
transisi dan terbuka (terdedah)
Temperatur udara
Kelembapan udara
0
( C)
(%)
Ketinggian (cm)
Keterangan
1
2
Rerata
1
2
Rerata
Ketinggian 1 m
32,4 33,7
33,0
58
57
57,5
Terdedah
Ketinggian 2 m
32,2 34,7
33,4
57
52
54,5
Ketinggian 1 m
33,5 33,0
33,2
60
58
59
Transisi
Ketinggian 2 m
33,6 33,1
33,3
59
55
57
Ketinggian 1 m
32,5 32,4
32,4
61
63
62
Ternaung
Ketinggian 2 m
32,9
62
62,5
32,6 32,3
63
Tabel 1 menunjukkan temperatur udara pada ketinggian 1 dan 2 m dari
permukaan tanah pada tiga macam tempat. Berdasarkan data yang diperoleh,
rerata suhu pada ketinggian 1 m lebih rendah dibanding dengan suhu pada
ketinggian 2 m. Daerah dengan suhu terendah yaitu daerah ternaung pada
ketinggian 1 m yaitu 32.40C, sedangkan daerah dengan suhu tertinggi yaitu daerah
terdedah pada ketinggian 2 m yaitu 33.4 0C. Menurut Lakitan (2002), temperatur
udara dipengaruhi pada ketinggian tempat, dimana temperatur udara akan semakin
rendah seiring dengan semakin tingginya ketinggian tempat dari permukaan tanah.
Menurut penelitian, setiap kenaikan 1000 feet (304,8 meter), suhu udara
berkurang 1,98 °C. Untuk memudahkan penghitungan, penurunan suhu ini
dibulatkan menjadi 2°C. Dan suhu udara di sea level ditetapkan 15 °C (Vocational
Education and Tranning, 2013).
Berdasarkan teori tersebut, sangat tidak signifikan data yang dihasilkan
dengan melakukan percobaan pengukuran suhu dengan interval tinggi 100 cm.
jadi, hasil yang dihasilkan juga tidak valid. Kesalahan lain yaitu disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya adalah cara pengukuran yang tidak sesuai. Selain
ketinggian tempat dari permukaan tanah, temperatur udara juga dipengaruhi oleh
kondisi suatu daerah (ternaung, transisi dan terdedah). Semakin tinggi intensitas
cahaya matahari yang berpengaruh terhadap suatu daerah, maka akan semakin
tinggi temperatur udara di daerah tersebut.
Pengukuran Faktor Linkungan | 3
Jurnal Ekologi Tumbuhan 2015
Pada Tabel 1., dapat dilihat bahwa temperatur udara dari kondisi ternaung,
transisi hingga terdedah relatif meningkat. Pada ketinggian 1 m, temperatur udara
pada kondisi ternaung sebesar 32.40C, transisi sebesar 33.20C dan terdedah 330C.
Sedangkan pada ketinggian 2m, temperatur udara pada kondisi ternaung sebesar
32,9 0C, transisi sebesar 33.30C, dan terdedah sebesar 33.30C.
Kelembapan udara juga dipengaruhi oleh ketinggian dari permukaan tanah
dan kondisi suatu daerah. Kelembaban udara menurut Lakitan (2002) adalah
tingkat kebasahan udara karena dalam udara air selalu terkandung dalam bentuk
uap air. Kandungan uap air dalam udara hangat lebih banyak daripada kandungan
uap air dalam udara dingin.
Oleh karena itu, semakin tinggi temperatur udara maka semakin tinggi
kelembapan udara yang diperoleh. Kelembapan udara pada kondisi daerah
ternaung, transisi dan terdedah dengan ketinggian 1 m berturut-turut adalah 62 %,
59 % dan 57.5 % dan kelembapan udara pada kondisi daerah ternaung, transisi
dan terdedah dengan ketinggian 2 m berturut-turut adalah 62.5 %, 57 % dan 54.5
%. Hal ini disebabkan kondisi daerah ternaung, transisi dan terdedah pada
ketinggian 1 m memiliki temperatur yang semakin tinggi, sehingga diperoleh
kelembapan udara yang semakin rendah.
Faktor Fisika dan Kimia Tanah
Lingkungan mikro dapat dipengaruhi oleh faktor fisika dan kimia. Faktor
fisika dan kimia yang diamati dalam percobaan ini adalah temperatur tanah,
Tabel 2. Temperatur tanah pada daerah ternaung, transisi, dan terbuka (terdedah)
Temperatur udara
Ketinggian (cm)
pH Tanah
Keterangan
(0C)
26
Ternaung
30
6
26
Transisi
27
Terdedah
Tabel 2 menunjukkan bahwa temperatur tanah didaerah ternaung dan
trasnsisi sama yaitu 260C, sedangkan temperatur tanah didaerah terdedah 270C.
Hal ini menunjukkan bahwa tutupan daerah mempengaruhi suhu tanah. Seberapa
besar intensitas cahaya yang masuk yang berdampak pada suhu tanah disuatu
daerah, dimana semakin rendah intensitas cahaya matahari mempengaruhi suatu
daerah maka semakin tinggi temperatur tanah yang diperoleh.
Pengukuran pH tanah yang dilakukan pada daerah ternaung, transisi dan
terdedah memperoleh pH sebesar 6. Hal ini menunjukkan bahwa derajat keasaman
tanah pada ketiga daerah tersebut normal sehingga mendukung untuk
pertumbuhan tanaman.
3. Kadar Organik Tanah dan Kadar Air tanah
Tabel 3. KOT dan KAT pada daerah ternaung, transisi, dan terbuka (terdedah)
NO
1
2
3
Daerah
Ternaung
Transisi
Terdedah
KOT (%)
35.27
36.57
34.44
KAT (%)
22.45
21.10
22.90
Pengukuran Faktor Linkungan | 4
Jurnal Ekologi Tumbuhan 2015
Kadar air tanah dan kadar organik tanah dipengaruhi oleh intensitas cahaya
matahari terhadap tanah pada suatu daerah. Kadar air tanah (KAT) pada daerah
ternaung, transisi dan terdedah berturut-turut adalah 22.4%, 21.10%, dan 22.90%.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi intensitas cahaya matahari yang
mempengaruhi suatu daerah maka semakin rendah kadar air tanah yang dimiliki
pada tanah di daerah tersebut.
Kadar organik tanah (KOT) pada daerah ternaung, transisi dan terdedah
berturut-turut adalah 35.27 %, 36.54 % dan 34.44 %. Pada pengukuran kadar
organik tanah, seharusnya tanha yang berada didaerah ternaung memiliki kadar
organik tanah tertinggi. Hal ini dikarenakan cahaya matahari tertahan oleh
vegetasi yang tumbuh pada daerah tersebut, banyak vegetasi yang tumbuh di
daerah ternaung sehingga serasah yang dihasilkan pun akan cukup banyak, yang
cepat atau lambat akan mengalami pembusukan yang akan menyebabkan
kandungan organik tanah semakin tinggi. Hal ini dapat disebabkan oleh kesalahan
dalam melakukan pengamatan dan pengukuran.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa lingkungan mikro
sangat dipengaruhi oleh faktor iklim, tanah, topografi dan geografi permukaan
bumi serta keberadaan organisme.Ketinggian suatu tempat dari permukaan tanah
akan mempengaruhi temperatur dan kelembapan tanah. Semakin tinggi suatu
tempat dari permukaan tanah maka temperatur udara dan kelembapan udara akan
semakin rendah.
Intensitas cahaya matahari juga berpengaruh terhadap lingkungan. Apabila
suatu daerah dipengaruhi oleh intensitas cahaya yang tinggi, maka temperatur
tanah akan semakin tinggi dan kelembapan tanah akan semakin rendah. Selain itu,
kadar air tanah dan kadar organik tanah juga akan semakin rendah jika intensitas
cahaya matahari tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Callan, E. J., C. W. Kennedy. 1995. Intercropping stokes aster: Effect of shade on
photosynthesis and plant morphology. Crop Sci. 35: 1110-1115
Ewusie, J. Y., 1990, Ekologi Tropika, ITB Bandung, Bandung.Odum, E. P., 1996,
Dasar-dasar Ekologi Edisi Ketiga, UGM Press, Yogyakarta.
Lakitan, Benyamin. 2002. Dasar-dasar klimatologi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Soetjipta, 1993, Dasar-dasar Ekologi Hewan, Depdikbud Dirjen Dikti,
Yogyakarta.
Subba, N. S., 1994, Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman,
Universitas Indonesia, Jakarta.
Suin, N. M., 1997, Ekologi Hewan Tanah, Bumi Aksara, Jakarta.
Pengukuran Faktor Linkungan | 5