PENGARUH STRUKTUR MODAL DAN PERTUMBUHAN.

PENGARUH STRUKTUR MODAL DAN PERTUMBUHAN
PERUSAHAAN TERHADAP PROFITABILITAS DAN
NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Metode Penelitian
Oleh:
Hans Wakhida

Hardi Susilo
Easty Safitry Tinumbia

JOINT PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKOOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2016

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang Masalah
Pada saat ini seluruh perusahaan di dunia berada pada era globalisasi ekonomi. Hal tersebut
menyebabkan perusahaan-perusahaan memasuki lingkungan bisnis yang sangat berbeda dari
lingkungan bisnis sebelumnya, dimana pasar tidak hanya dimasuki oleh pesaing-pesaing
domestic namun juga telah dimasuki oleh pesaing-pesaing dari berbagai negara dengan
membawa produk dan jasa yang sarat dengan pengetahuan dan teknologi tingkat dunia.
Globalisasi ekonomi berdampak terhadap 3C yaitu: customer, competition, dan change (Mulyadi,
2011: 28). Pada zaman globalisasi customer memegang kendali bisnis, tingkat kompetisi menjadi
semakin tajam, serta perubahan menjadi sangat cepat (Mulyadi, 2011:28).
Kita sadari atau tidak fenomena globalisasi ekonomi ternyata juga mendatangkan peluang
bagi perusahaan. Salah satu peluang yang harus dimanfaatkan oleh perusahaan adalah
tersedianya aliran modal yang sangat bebas, pada saat ini perusahaan tidak hanya dapat
memperoleh modal dari investor dalam negeri melainkan juga dari investor asing. Oleh karena
itu, untuk dapat terus tumbuh dan berkembang perusahaan harus bisa memanfaatkan peluang
dalam menghadapi ancaman yang mereka hadapi. Salah satu cara untuk mengatasi ancaman
persaingan bisnis yang semakin ketat bisa dilakukan dengan meningkatkan nilai perusahaan.
Cara untuk meningkatkan nilai perusahaan dapat dilakukan dengan memaksimalkan
kekayaan dan kesejahteraan para pemilik/ pemegang saham (Brigham dan Houston, 2006: 15).
Sedangkan cara untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham dapat dilakukan dengan
memaksimalkan harga saham perusahaan (Scott, dkk. 2011: 4). Pemegang saham merupakan

pihak yang berbaik hati kepada perusahaan, mereka mau menginvestasikan sejumlah uang
mereka demi keberlangsungan hidup perusahaan. Untuk membalas kebaikan ini maka
perusahaan dituntut untuk bisa menghasilkan tambahan kekayaan bagi para pemegang saham.
Kekayaan para pemegang saham tercermin melalui harga pasar untuk setiap lembar saham
biasa perusahaan. Harga pasar saham perusahaaan mencerminkan penilaian khusus dari semua
pelaku pasar atas nilai perusahan (Horney dan Macowis, 2013: 4). Nilai perusahaan yang tinggi
dapat memaksimalkan kekayaan pemegang saham apabila harga saham perusahaan meningkat.

Salah satu alat yang bisa digunakan untuk mengukur nilai perusahaan dan yang dikatakan
mampu untuk menggambarkan tingkat kemampuan perusahaan dalam memaksimalkan kekayaan
pemegang saham adalah Price to Book Value (PBV). Price to Book Value (PBV) merupakan
rasio antara harga pasar saham dengan nilai buku. Price to Book Value (PBV) menggambarkan
seberapa besar pasar mengapresiasi nilai buku saham suatu perusahaan. Semakin tinggi harga
pasar terhadap nilai bukunya, maka semakin tinggi juga nilai perusahaan.
Penelitian mengenai nilai perusahaan telah banyak dilakukan, dalam penelitian terdahulu
tersebut diketahui bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan (Hargiansyah,
2015), diantaranya adalah: keputusan pendanaan/ mengenai struktur modal, kebijakan deviden,
keputusan investasi, pertumbuhan perusahaan, dan ukuran perusahaan. Beberapa faktor tersebut
memiliki hubungan dan pengaruh terhadap nilai perusahaan yang tidak konsisten.
Struktur modal merupakan sekumpulan dana yang dapat digunakan dan dialokasikan oleh

perusahaan dari hutang jangka panjang dan modal sendiri (Fauziah, 2015). Sedangkan menurut
Sartono (2001a:225) dalam (Ardianto dan Wibowo, 2007) struktur modal didefinisikan sebagai
perimbangan jumlah utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang, saham
preferen, dan saham biasa. Definisi lain mengemukakan struktur modal itu merupakan campuran
atau kumpulan dari hutang, saham preferen dan modal sendiri yang digunakan untuk
menggalang modal (Brigham dan Houston, 2003: 402). Dalam sebuah teori struktur modal
dinyatakan bahwa apabila posisi struktur modal berada di atas target struktur modal yang
optimal, maka suatu pertambahan hutang akan menurunkan nilai perusahaan (Fauziah, 2015).
Untuk dapat melakukan peningkatan suatu nilai dalam sebuah perusahaan diperlukan suatu
kombinasi yang tepat dalam pemilihan struktur modal, suatu pemilihan kombinasi yang tepat
akan mampu menghasilkan struktur modal yang optimal, suatu struktur modal yang optimal
diharapkan mampu menjadi suatu pondasi kuat bagi perusahaan untuk menjalankan aktivitas
produksinya, serta mampu mendatangkan keuntungan optimal bagi perusahaan dan bagi
pemegang sahamnya (Sari dan Haryanto 2013). Struktur modal yang optimal merupakan struktur
modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga dapat
memaksimumkan harga saham di pasar (Sari dan Haryanto 2013). Penggunaan hutang sebagai
sumber pendanaan perusahaan memiliki kuntungan dan kerugian. Keuntungan penggunaan
hutang diperoleh dari pajak (bunga hutang adalah pengurangan pajak) dan disiplin manajer
(kewajiban membayar hutang menyebabkan manajemen menjadi disiplin), sedangkan kerugian


penggunaan hutang berhubungan dengan timbulnya biaya keagenan dan biaya kepailitan
(Fauziah, 2015). Struktur modal diukur dengan menggunakan Debt to Equity Ratio
(DER).Terdapat beberapa penelitian yang meneliti pengaruh antara struktur modal dan nilai
perusahaan, penelitian itu dilakukan oleh Fauziah (2015) yang menghasilkan temuan bahwa
Struktur modal secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
Sementara berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Apriada dan Suardikha (2016) yang
menghasilkan temuan bahwa Struktur modal berpengaruh positif pada nilai perusahaan.
Seperti telah disampaikan di atas, nilai perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor salah
satunya adalah pertumbuhan/ growth (Fauziah, 2015). Pertumbuhan (growth) adalah seberapa
jauh posisi perusahaan dalam suatu sistem ekonomi dibanding dengan para pesaingnya.
Perusahaan yang tumbuh dengan cepat memperoleh hasil positif berupa meningkatnya hasil
penjualan beserta peningkatan pangsa pasar (Fauziah, 2015). Menurut Brigham dalam (Sari dan
Haryanto, 2013), perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan tinggi lebih cenderung
menggunakan sumber dana dari luar. Oleh karena itu, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan
yang cepat lebih banyak memerlukan modal eksternal daripada modal dari dalam perusahaan.
Karna mereka mereka memerlukan banyak modal yang berasal dari pihak luar perusahaan/
investor maka perusahaan dituntut untuk bisa menciptakan nilai bagi para investor.
Dalam penelitian ini yang dimahsud dengan pertumbuhan atau growth adalah pertumbuhan
total asset yang dimiliki oleh perusahaan dari tahun ke tahun. Terdapat penelitian yang meneliti
pengaruh antara pertumbuhan/ growth dengan nilai perusahaan. Lagi-lagi hasil penelitian antara

keduanya bisa dikatakan berbeda dimana pada penelitian yang dilakukan oleh (Fauziah, 2015)
memperoleh kesimpulan sebagai berikut Pertumbuhan perusahaan secara parsial berpengaruh
positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan
oleh Safrida (2008) dalam Dewi dan Wirajaya pada tahun 2013 menghasilkan simpulan bahwa
pertumbuhan perusahaan berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
Kadek dan Suardikha (2016) menyatakan bahwa nilai perusahaan dapat pula dipengaruhi
oleh besar kecilnya profitabilitas yang dihasilkan oleh perusahaan. Profitabilitas adalah
kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. profitabilitas
yang tinggi mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi
bagi pemegang saham, dengan rasio profitabilitas yang tinggi, sebuah perusahaan bisa dengan
mudah menarik minat investor untuk menanamkan modalnya diperusahaan. Untuk mengukur

tingkat provitabilitas perusahaan bisa dilakukan dengan menggunakan rasio Return on equity
(ROE).
Return on equity (ROE) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba bersih untuk pengembalian ekuitas pemegang saham (Fauziah, 2015).
Semakin besar hasil ROE menunjukkan bahwa kinerja perusahaan semakin baik. Rasio yang
meningkat menunjukkan bahwa kinerja manajemen meningkat dalam mengelola sumber dana
pembiayaan operasional secara efektif untuk menghasilkan laba bersih (profitabilitas meningkat).
ROE menunjukkan keuntungan yang akan dinikmati oleh pemilik saham. Terdapat beberapa

penelitian yang meneliti hubungan antara variable provitabilitas terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Wirajaya (2013), Hargiansyah (2015), dan
Fauziyah (2015), diperoleh hasil bahwa provitabilitas berpengaruh positif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan.
Pertumbuhan ROE menunjukkan suatu prospek yang cerah bagi perusahaan karena hal
tersebut mencerminkan potensi peningkatan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Adanya
potensi peningkatan keuntungan inilah yang dianggap oleh investor sebagai sinyal positif dari
perusahaan sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor serta akan mempermudah
manajemen perusahaan untuk menarik modal dalam bentuk saham. Dalam melakukan
keputusan investasi kepada perusahaan seorang investor tentunya memperhatikan
efektivitas manjemen dalam mengelola investasi dan memperhatikan kinerja
manajemen dalam mengelola mengelola sumber dana pembiayaan secara efektif
untuk menciptakan laba bersih (Kusumajaya, 2011) .
Berikut ini merupakan informasi penting mengenai rata-rata DER, pertumbuhan aset dan ROE pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2009 (Kusumajaya, 2011)
Tabel 1.1
Rata-Rata Debt to Equity Ratio, Pertumbuhan Perusahaan, dan Return on
Equity, Sampel Perusahaan Manufaktur Tahun 2005-2009

S

umber: Kusumajaya 2011

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui jika rata-rata pertumbuhan total hutang perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI pada Tahun 2005-2008 terus meningkat. Mulai sebesar sebesar
1 atau 100%, sebesar 1.06 atau 106% pada 2006, sebesar 1.07 atau 107% pada 2007, dan
akhirnya menjadi sebesar 1.27 atau 127% pada tahun 2008. Tinggginya rasio hutang pada Tabel
1.1 di atas diperkirakan dapat mengganggu kesehatan perusahaaan industri manufaktur di
Indonesia, karena secara rata-rata telah melebihi target struktur modal optimalnya (30% - 40%).
Untuk itu, salah salah satu cara untuk memperbaiki kondisi ini dengan jalan merencanakan
program rekstrukturisasi kearah struktur modal yang ideal.
Rata-rata pertumbuhan total aset perusahaan manufaktur Tahun 2006-2008 mengalami
peningkatan sebesar 13.06 % pada tahun 2006, 22.96% pada tahun 2007, sebesar 22.96% dan
Tahun 2008 sebesar 24.66%. Sedangkan pada Tahun 2009 tingkat pertumbuhan aset perusahaan
manufaktur mengalami penurunan yaitu sebesar 10.93%. Sedangkan peningkatan ROE yang
ditunjukkan pada Tabel 1.1 Tahun 2006, 2007, dan 2008 masing-masing sebesar 14.20 atau
1,420%, 18.40 atau 1,840%, 18.35 atau 1,835%, dan Tahun 2009 tingkat pertumbuhan ROE pada
sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di ICMD mengalami peningkatan yang sangat
besar dari tahun-tahun sebelumnya yaitu sebesar 33.06 atau 3,306% . Dengan adanya
peningkatan ROE setiap tahun penelitian menunjukkan kinerja manajemen yang mampu
mengelola sumber dana pembiayaan operasional secara efektif untuk menciptakan laba bersih.

Dengan adanya peningkatan ROE setiap tahun penelitian menunjukkan kinerja manajemen yang
mampu mengelola sumber dana pembiayaan operasional secara efektif untuk menciptakan laba
bersih.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu diketahui bahwa terdapat banyak faktor yang
memengaruhi nilai perusahaan dan masih terdapat beberapa hasil yang menunjukkan hasil yang
belum konsisten. Oleh karena itu, mengacu pada penelitian tersebut maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian lebih lanjut dengan variabel independen berupa struktur modal,
pertumbuhan perusahaan dan profitabilitas serta menambahkan sedikit inovasi untuk melihat
adanya kaitan antara struktur modal dan dan pertumbuhan perusahaan dengan provitabilitas
perusahaan.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan

latar

belakang

yang


telah

dikemukakan

di

atas,

maka

yang

menjadi permasalahan dalam penelitian ini:
1.
2.
3.
4.
5.


Apakah struktur modal berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas?
Apakah pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas?
Apakah struktur modal berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan?
Apakah pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan?
Apakah profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan?

1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui signifikansi pengaruh struktur modal terhadap profitabilitas.
2. Untuk mengetahui signifikansi pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap profitabilitas.
3. Untuk mengetahui signifikansi pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan.
4. Untuk mengetahui signifikansi pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap nilai perusahaan
5. Untuk mengetahui signifikansi pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan.

BAB II

BAB III

BAB 1V
METODE PENELITIAN

Bab IV menguraikan tentang metode penelitian yang digunakan untuk menjawab
rumusuan masalah. Pembahasan dimulai dari rancangan penelitian dan ruang lingkup penelitian,
variabel penelitian, definisi operasional variabel, prosedur pengumpulan data, cara pengumpulan
data, dan metode analisis data. Berikut adalah penjelasan rincian yang ada di dalam bab IV.
4.1

Rancangan dan Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas dimana terdapat hubungan sebab akibat

antara variabel eksogen (bebas) yaitu variabel yang mempengaruhi variabel endogen (terikat)
yaitu variabel yang dipengaruhi. Lokasi penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia dengan
pengambilan data melalui ICMD (Indonesian capital market directory) pada tahun … , dan situs
internet: (www.idx.co.id).
4.2

Variabel Penelitian
Variabel-variabel dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:

4.2.1

Variabel eksogen
Variabel-variabel eksogen dalam model jalur ialah semua variabel yang tidak ada

penyebab-penyebab eksplisitnya atau dalam diagram tidak ada anak-anak panah menuju ke
arahnya, selain pada bagian kesalahan pengukuran, (Sarwono & Suhayati, 2010). Dalam
penelitian ini yang dijadikan variabel eksogen adalah: Struktur Modal (X1) dan Pertumbuhan
Perusahaan (X2) .
4.2.2

Variabel endogen
Variabel endogen adalah variabel yang mempunyai anak panah menuju kearah variabel

tersebut. Variabel yang mancangkup di dalamnya adalah mencangkup variabel perantara dan
tergantung/terikat. Variabel perantara endogen mempunyai anak panah yang menuju ke arahnya
dan dari arah variabel tersebut dalam suatu model diagram jalur, yang dijadikan variabel

perantara adalah profitabilitas (X3). Sedangkan variabel tergantung/terikat mempunyai anak
panah yang menuju ke arahnya, yang dijadikan variabel tergantung/terikat adalah nilai
perusahaan (Y). (Sarwono & Suhayati, 2010).

4.3

Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini, operasional variabel didifinisikan sebagi berikut:

1. Nilai Perusahaan (Y)
Nilai perusahaan diukur dengan price book value (PBV) adalah rasio antara harga perlembar
saham dengan nilai buku perlembar saham pada perusahaan manufaktur di BEI Tahun … .
Rasio ini digunakan untuk menilai suatu ekuitas berdasarkan nilai bukunya. Satuan
pengukuran PBV adalah dalam persentase.

2. Struktur Modal (X1)
Struktur modal diukur dengan debt to equity ratio (DER) adalah perbandingan total hutang
yang dimiliki perusahaan dengan total ekuitas perusahaan pada perusahaan manufaktur di
BEI Tahun … . Satuan pengukuran DER adalah dalam persentase.

3. Pertumbuhan Perusahaan (X2)
Pertumbuhan perusahaan diukur dengan menggunakan perubahan total aktiva. Pertumbuhan
aktiva adalah selisih total aktiva yang dimiliki perusahaan pada periode sekarang dengan
periode sebelumnya terhadap total aktiva periode sebelumnya pada perusahaan manufaktur
di BEI Tahun … . Satuan pengukuran perubahan total aktiva dalam persentase.

4. Profitabilitas (X3)
Profitabilitas diukur dengan return on equity (ROE) adalah rasio antara laba bersih setelah
pajak terhadap penyertaan modal sendiri pada perusahaan manufaktur di BEI Tahun … .

ROE menunjukkan seberapa banyak perusahaan yang telah memperoleh dana atas dana
yang diinvestasikan oleh pemegang saham. Satuan pengukuran ROE adalah dalam
persentase

4.4 Prosedur Pengumpulan Data
Data yang digunakan adalah data sekunder yaitu laporan keuangan perusahaan manufaktur
yang listing di BEI periode tahun … yang termuat dalam Indonesian Capital Market Directory
(ICMD) tahun … sampai … berupa debt to equity ratio (DER), pertumbuhan aset, return on
equity (ROE), dan price book value (PBV).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bura
Efek Indonesia sesuai publikasi Indonesian capital market directory (ICMD). Perusahaan
manufaktur dipilih karena perusahaan manufaktur merupakan perusahaan terbanyak di Bursa
Efek Indonesia. Jumlah populasi sebanyak … perusahaan manufaktur.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling jenis judgement
sampling yaitu sampel dipilih dengan menggunakan pertimbangan tertentu disesuaikan dengan
tujuan penelitian atau masalah penelitian yang dikembangkan (Ferdinand, 2006). Kriteria-kriteria
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan pengklasifikasian
ICMD (Indonesian capital market directory) tahun … .
2. Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan secara lengkap dari tahun …
berturut-turut.
3. Perusahaan manufaktur yang memiliki nilai perubahan aktiva yang positif pada periode
penelitian tahun … .
4.5 Cara Pengumpulan Sampel
Cara pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, yaitu dengan cara
mengumpulkan, mencatat, dan mengkaji data sekunder yang berupa laporan keuangan

perusahaan manufaktur yang dipublikasikan oleh BEI melalui Indonesian Capital Market
Directory (ICMD) … dan … untuk periode Tahun … .

4.6

Metode Analisis Data
Teknik analisis yang dipergunakan adalah menggunakan persamaan silmutanus dengan

teknik estimasi path analysis (Hair et al., 2006). Program aplikasi SPSS versi 16.0 digunakan
untuk membantu dalam menganalisis data yang digunakan dalam penelitian.
Model path analysis digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar variabel dengan
tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat variabel bebas
(eksogen) terhadap variabel terikat (endogen). Model path analysis yang dibicarakan adalah pola
hubungan sebab akibat atau “a set of hypothesized asymmetric relation among the variables”,
(Ridwan & Kuncoro, 2008).
Berikut ini adalah langkah-langkah analisis jalur.
a. Langkah pertama di dalam analisis jalur adalah merancang model berdasarkan konsep dan
teori. Model tersebut juga dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan sehingga membentuk
sistem persamaan. Sistem persamaan ini ada yang menamakan sistem persamaan simultan
atau juga ada yang menyebut model struktural. Mengingat model tersebut dikembangkan
untuk menjawab permasalahan penelitian serta berbasis teori dan konsep, maka dinamakan
model hipotetik. Sistem persamaan struktural sebagai berikut:
Sub Struktur 1: X3 = β1 X1 + β2X2 + Ɛ1… … … … . … … … … … … … … (3.5)
Sub Struktur 2: Y = β3 X1 + β4 X2 + β5 X3 + Ɛ2… … … … … … … … … … (3.6)
Keterangan:
X1 adalah struktur modal
X2 adalah pertumbuhan perusahaan
X3 adalah profitabilitas
Y adalah nilai perusahaan
β1 adalah koefisien jalur X1 dengan X3
β2 adalah koefisien jalur X2 dengan X3
β3 adalah koefisien jalur X1 dengan Y

β4 adalah koefisien jalur X2 dengan Y
β5 adalah koefisien jalur X3 dengan Y
b. Langkah kedua dari analisis jalur adalah pemeriksaan terhadap asumsi yang melandasi, yaitu
sebagai berikut:
 Di dalam model analisis jalur, hubungan antaravariabel adalah linier dan aditif. Uji
lineritas menggunakan curve fit dan menerapkan prinsip parsimony yaitu bilamana
menggunakan curve fit dan menerapkan parsimony, yaitu bilamana seluruh model
signifikan atau nonsignifikan berarti dapat dikatakan model berbentuk linier.
 Hanya model rekursif dapat dipertimbangkan, yaitu hanya sistem aliran kausal ke satu
arah, sedangkan pada model yang mengandung kausal resiprokal tidak dapat dilakukan
analisis jalur.
 Pengamatan diukur tanpa kesalahan (instrumen pengukuran valid dan reliabel).
 Model yang dianalisis dispensifikasikan (diidentifikasi) dengan benar berdasarkan teoriteori dan konsep-konsep relevan.
c. Langkah ketiga di dalam analisis jalur adalah pemeriksaan validitas suatu kesalahan model.
d. Langkah keempat dalam analisis jalur adalah pendugaan parameter atau koefisien path.
Perhitungan koefisien pada gambar diagram jalur. Di dalam analsis jalur disamping ada
pengaruh langsung juga terdapat pengaruh tidak langsung dan pengaruh total. Koefisien beta
dinamakan koefisien jalur merupakan pengaruh langsung, sedangkan pengaruh tidak
langsung dilakukan dengan mengalikan koefisien beta dari variabel yang dilalui. Pengaruh
total dihitung dengan menjumlahkan pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung.
e. Langkah terakhir di dalam analisis jalur adalah dengan melakukan interperstasi hasil
analisis, yaitu menentukan jalur-jalur pengaruh yang signifikan dan mengidentifikasi jalur
yang pengaruhnya lebih kuat, yaitu dengan membandingkan besarnya koefisien jalur yang
terstandar.

DAFTAR PUSTAKA

Kusumajaya, Oka Dewa Kadek. 2011. Pengaruh Struktur Modal Dan Pertumbuhan
Perusahaan Terhadap Profitabilitas Dan Nilai Perusahaan Pada Perusahaan
Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia. Unpublished Thesis, Universitas Udayana
Adrianto dan B. Wibowo. 2007. ”Pengujian Teori Pecking Order pada
PerusahaanPerusahaan Non Keuangan LQ45 Periode 2001-2005”, Manajemen
Usahawan Indonesia, XXXVI (12): 43-53.
ANALISA, Yangs and WAHYUDI , Sugeng (2011) Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Leverage, Profitabilitas Dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan (studi
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 20062008). Undergraduate thesis, Universitas Diponegoro.
Brigham, F. & Houston, F. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan (Edisi Kesepuluh
Buku 1). Jakarta: Salemba Empat.
Dewi. Wirajaya. 2013. Pengaruh Struktur Modal, Provitabilitas, dan Ukuran Perusahaan
pada Nilai. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. ISSN: 2302-8556. Halaman
358-372
Fauziyah, NR.. 2011. Pengaruh Struktur Modal, Pertumbuhan Perusahaan, Ukuran
Perusahaan Dan Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan ada Perusahaan Manufaktur
Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Studi Kasus Pada Sektor Industri Food And
Beverages). Undergraduate thesis, Universitas Negeri Yogyakarta.
Hargiansyah, RF. 2015. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage dan Profitabilitas
terhadap Nilai Perusahaan. Artikel Ilmiah Mahasiswa 2015. Jurusan Akuntansi,
Fakultas Ekonomi, Universitas Jember (UNEJ).
Hastuti, Niken and Haryanto, Mulyo (2010) Analisis Pengaruh Periode Perputaran
Persediaan, Periode Perputaran Hutang Dagang, Rasio Lancar, Leverage
Pertumbuhan Penjualan
an Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas
Perusahaan( Studi pada : Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI pada tahun
2006-2008). Undergraduate thesis, Universitas Diponegoro

Horne, V. & Machowicz, M. 2013. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan. Jakarta:
Salemba Empat.
Mulyadi. 2011. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen Edisi Tiga. Jakarta:
Salemba Empat.
Sari, Devi Verena and Haryanto , A Mulyo (2013) Pengaruh Profitabilitas, Pertumbuhan
Aset, Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva Dan Likuiditas Terhadap Struktur Modal
Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indobesia Tahun 2008 – 2010.
Undergraduate thesis, Fakultas Ekonomika dan Bisnis.
Scott, F. Petty, W. Martin, D. Keown, J. 2011. Manajemen Keuangan: Prinsip dan
Penerapan. Jakarta: PT Indeks.
Sarwono J dan Suhayati E. 2010. Riset Akuntasi Menggunakan SPSS, Graha Ilmu,
Bandung.
Hair J.F., R.E. Anderson R.L. Tatham, dan W.C Black, 1995. Multivariat Data Analysis.
Fourt Edition, New Jersey: Prentice Hall.
Ridwan dan Kuncoro, E.A. 2008. Cara Menggunakan dan Memakai Analisis Jalur.
Alfabeta, Bandung.