EKOLOGI SATWA LIAR DI PULAU RAMBUT

LAPORAN

EKOLOGI SATWA LIAR DI PULAU RAMBUT
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekologi Satwaliar
(KSH211)

Oleh:
Kelompok 20
Mutiara Zulfraini

(E34120078)

Muhamad Fahmi Mafruchi (E34130050)
Sofia Ucu Utami

(E34130051)

Helyos Stevani Purba

(E34130100)


Dosen Pengajar : Dr. Ir. Abdul Haris Mustari, M.Sc.F
Asisten

: Insan Kurnia, S.Hut, M.Si.

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN
EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suaka Margasatwa Pulau Rambut merupakan kawasan suaka alam dengan
ciri khas sebagai habitat Mangrove dan habitat burung khususnya jenis-jenis
burung merandai dan beberapa burung migran seperti Bluwok (Mycteria
nicerea). Suaka margasatwa ini terkategori ke dalam ekosistem lahan basah
(Wetland), dan masuk dalam pengelolaan ekosistem esensial sesuai dalam
Inpres 03 Tahun 2010 tentang Pembangunan Yang Berkeadilan.

Secara geografis, Suaka Margasatwa Pulau Rambut terletak pada 106,5º
41’ 30” BT dan 5,5 º 58’ 30” LS. Berdasarkan administrasi pemerintahan,
kawasan Suaka Margasatwa Pulau Rambut terletak di Kelurahan Untung
Jawa, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kotamadya Kepulauan Seribu.
Pulau Rambut ditetapkan secara resmi sebagai cagar alam melalui Surat
Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Nomor 7 tanggal 3 Mei 1937
dengan luas kawasan sebesar 20 ha. Dalam perkembangannya, kondisi Cagar
Alam Pulau Rambut terus berubah, mengalami kerusakan pada vegatasi
Mangrove yang disebabkan oleh sampah organik maupun anorganik serta
terdapat indikasi berkurangnya jenis burung dan populasi mamalia jenis
Kalong (Pterus vampyrus). Selanjutnya pada tahun 1999 terjadi perubahan
status dari cagar alam menjadi suaka margasatwa yang ditetapkan melalui
keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 275/KPTS-II/1999
tertanggal 7 Mei 1999 tentang perubahan status Cagar Alam Pulau Rambut
menjadi Suaka Margasatwa Pulau Rambut dengan luas 90 Ha yang terdiri dari
45 Ha daratan dan 45 Ha perairan. (BKSDA DKI JAKARTA 2013)
Suaka Margasatwa Pulau Rambut terdiri dari tiga tipe ekosistem hutan
yaitu hutan pantai, hutan sekunder campuran dan hutan mangrove. (Fitriani,
1999). Vegetasi yang terdapat di tipe hutan pantai adalah Cemara Laut
(Casuarina equisetifolia), Kepuh (Sterculia foetida), Ketapang (Terminalia

catappa), Waru laut (Thespesia populnea) dan Centigi (Pemphis acidula).

Tipe hutan sekunder campuran ini ditumbuhi oleh pohon-pohon yang tinggi
diantaranya adalah Kepuh (Sterculia foetida), Kesambi (Schleichera oleosa),
Kayu Hitam (Diospyros maritima), Mengkudu (Morinda citrifolia), Soka
(Ixora timorensis), dan Ketapang (Terminalia catappa). Sedangkan vegetasi
yang terdapat pada tipe hutan Mangrove seperti Pasir-pasir (Ceriops tagal),
Bakau (Rhizophora mucronata) dan Bola-bola (Xylocarpus granatum).
Suaka Margasatwa Pulau Rambut memiliki tingkat keanekaragaman tinggi
khususnya untuk jenis burung. Pada musim berbiak, di pulau ini bisa terdapat
sekitar 24.000 spesies burung dan 4.500 spesies burung pada musim lainnya
sehingga sering kali Pulau Rambut disebut dengan Pulau Surga Burung
(Rambut Island of Sanctuary Birds). Adapun jenis burung yang terdapat di
suaka margasatwa ini seperti Cangak Abu (Ardea cinerea), Pecuk Ular
(Anhinga melanogaster), Bluwok (Mycteria cinerea), Kowak Malam
(Nycticorax nicticorax), Cangak Merah (Ardea purpurea), Kuntul besar
(Egretta alba), Kuntul kecil (Egretta garzetta), Kuntul sedang (Egretta
intermedia), Kuntul karang (Egretta sacra), Kuntul Kerbau (Bubulcus ibis),
Roko-roko (Plegadis falcinellus), Pelatuk Besi (Threskiornis melanocephalus)
dan sebagainya. (Departemen Kehutanan. 1994)

Di Pulau ini terdapat menara pengamatan burung setinggi 15 meter.
Menara ini terletak di tengah tengah Pulau Rambut, dari menara ini seluruh
kawasan Pulau Rambut dapat terlihat.
1.2 Tujuan
Secara umum praktikum lapang ini bertujuan untuk mengetahui aspekaspek ekologi satwa liar di kawasan Suaka Margasatwa Pulau Rambut.
Tujuannya adalah untuk:
a. Menganalisis keanekaragaman jenis satwa liar
b. Mengetahui distribusi jenis satwa liar
c. Mengetahui populasi jenis satwa liar
d. Mengidentifikasi pemanfaatan serta fungsi habitat bagi satwa liar
e. Mengetahui interaksi antar satwa liar

f. Mengamati pola pergerakan satwa liar
g. Menganalisis gangguan terhadap habitat maupun populasi satwa liar.

1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum lapang ini adalah dapat menambah pengetahuan
mahasiswa tentang aspek-aspek ekologi satwaliar di Suaka Margasatwa Pulau
Rambut khususnya keanekaragaman jenis burung air serta memberikan
pengetahuan tentang jumlah populasi burung dan persebarannya di Pulau

Rambut. Mengetahui pemanfaatan habitat oleh masing-masing individu dan
interaksi antar individu. Mengetahui pula pergerakan dan aktivitas satwa pada
waktu tertentu.

BAB II
METODE
2.1 Waktu dan Tempat Pengamatan
Pengamatan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 6 Desember 2014 sampai
dengan hari Minggu, 7 Desember 2014 di Suaka Marga Satwa Pulau Rambut.
Kegiatan pada tanggal 6 Desember 2014
Waktu
10.3014.30

16.0017.30

Kegiatan
Pengamatan

Lokasi
Bagian dalam


Keterangan
Pengamatan

Herpetofauna,

pulau Rambut dan secara langsung

Mamalia, dan

sisi-sisi Pulau

Burung.

Rambut bagian

Penghitungan

selatan.
Bagian barat daya Pengamatan


populasi burung air pulau Rambut

secara langsung

dan mengidentifikasi

dengan metode

jenisnya

sensus serta
menggunakan
binokuler
maupun kamera.

Kegiatan pada tanggal 7 Deaember 2014
Waktu
06.1507.15


Kegiatan
Penghitungan

Lokasi
Bagian barat daya

Keterangan
Pengamatan

populasi

pulau Rambut

secara langsung

burung air dan

dengan metode

mengidentifikasi


sensus serta

jenisnya.

menggunakan
binokuler

maupun kamera.

08.0013.00

Menyusuri
untuk

pantai
observasi

secara keseluruhan


Pantai di

Pengamatan

sepanjang pulau

secara

langsung

Rambut.

untuk

melihat

kondisi

umum


Pulau Rambut
2.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum lapang di Pulau Rambut adalah
sebagai berikut :
a. Binokuler : untuk melihat objek yang jaraknya jauh agar terlihat lebih
jelas.
b. Kamera : untuk dokumentasi
c. Fieldguide burung : untuk membantu identifikasi burung
d. Alat tulis menulis (pensil,penghapus, papan alas dan buku lapang) : untuk
mencatat segala sesuatu yang perlu dicatat.
e. Jam: untuk mengatur waktu dalam penghitungan/sensus burung yang
masuk dan keluar pada waktu pagi dan sore hari.
Selain peralatan praktek, dibutuhkan juga peralatan penunjang dan peralatan
lapang baik bersifat pribadi, maupun kelompok.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini berupa obyek pengamatan.
Obyek pengamatannya adalah seluruh jenis satwa liar (mamalia, burung, dan
herpetofauna) yang terdapat di Suaka Margasatwa Pulau Rambut dan juga
ekosistem yang ada di pulau tersebut.
2.3 Jenis dan Cara Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan dengan cara observasi langsung dan
penggiringan secara alamiah. Data yang diambil meliputi:
a. Keanekaragaman jenis satwaliar
Keanekaragaman jenis satwaliar yang ada di SM Pulau Rambut diambil
dengan bantuan pemandu (asisten praktikum) dan buku panduan lapang.

Jenis satwaliar yang diamati adalah seluruh jenis dan tipe satwaliar yang
ada.
b. Distribusi jenis satwaliar
Distribusi jenis satwaliar diambil dengan observasi secara langsung,
kemudian memetakan distribusi setiap jenis satwaliar yang ada di SM
Pulau Rambut. Jenis satwaliar yang diamati adalah seluruh jenis dan tipe
satwaliar yang ada.
c. Populasi jenis satwaliar
Populasi jenis satwaliar yang diamati, difokuskan pada jenis-jenis burung
air dan Kalong vampir sebagai mamalia yang ada di SM Pulau Rambut.
Perhitungan populasi burung air dilakukan dengan metode penggiringan
secara alamiah. Perhitungan dilakukan pada waktu sore (16.00-18.30) dan
pagi hari (06.15-07.15).
Populasi Kalong vampir dihitung langsung di pohon istirahatnya. Waktu
perhitungan siang hari dengan metode perhitungan terkonsentrasi.
d. Karakteristik habitat dan pemanfaatannya oleh satwaliar
Pengamatan dilakukan dengan cara melakukan observasi seluruh kawasan
kemudian memetakannya berdasarkan tipe habitat, serta menghubungkan
penggunaan dan pemanfaatan habitat tersebut oleh setiap jenis satwaliar.
e. Hubungan dan interaksi antar satwaliar
Pengamatan terhadap hubungan dan interaksi antar satwaliar dilakukan
dengan mengobservasi seluruh kawasan. Pengamatan hubungan dan
interaksi antar satwaliar ini dapat dilakukan secara bersamaan dengan
pengamatan distribusi serta pemanfaatan habitat.
f. Pergerakan satwaliar
Pengamatan pola pergerakan satwaliar dilakukan dengan memetakan polapola dan arah pergerakan setiap jenis satwaliar, khususnya jenis-jenis
burung air.
g. Gangguan
Pengamatan terhadap gangguan dilihat dari dua sisi, yaitu gangguan
terhadap habitat dan gangguan pada populasi. Pengamatan terhadap

gangguan ini dilakukan dengan melihat berbagai macam bentuk/kegiatan
yang aktual maupun potensial menjadi gangguan terhadap habitat yang
kemudian akan berpengaruh terhadap populasi satwaliar di SM Pulau
Rambut.
Untuk data tambahan yang diambil adalah kondisi umum lokasi dan bioekologi satwaliar yang dijumpai.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
a. Keanekaragaman jenis satwa liar
 Mamalia
No

Nama Jenis

1

Kalong vampir (Pteropus vampirus)

Tabel 1. Keanekaragaman mamalia

 Burung Air
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Nama Jenis
Bangau Bluwok (Mycteria cinerea)
Cangak Abu (Ardenea cinerea)
Cangak Merah (Ardenea purpurea)
Cikalang Christmas (Fregata andrewsi)
Elang Laut Perut Putih (Haliaeetus leucogaster)
Ibis Roko-roko (Plegadis falcinellus)
Kowak Malam Kelabu (Nycticorax nycticorax)
Kuntul Besar (Egretta alba)
Kuntul Sedang (Egretta intermedia)
Kuntul Kecil (Egretta garzetta)
Kuntul Kerbau (Bubulcus ibis)
Pecuk Padi Hitam (Phalacrocorax sulcirostris)
Pecuk Pular Asia (Anhinga melanogaster)
Pergam Laut (Ducula bicolor)

Tabel 2. Keanekaragaman burung air

 Reptil
No

Nama Jenis

.
1

Biawak (Varanus salvator)
Tabel 3. Keanekaragaman reptil

b.

Distribusi jenis satwa liar

Gambar 1. Peta situasi distribusi satwa liar

Populasi jenis satwa liar

c.

 Mamalia
No

Nama Jenis

Jumlah

.
1

Kalong Vampir (Pteropus

21

vampirus)
Tabel 4. Populasi mamalia

 Burung Air
No

Nama Jenis

Pagi
(05.35-07.05)
3
1

Sore
(16.00-17.30)
6
21

1
2

Cangak Abu (Ardenea cinerea)
Cangak Merah (Ardenea

3

purpurea)
Elang Laut Perut Putih

2

1

4

(Haliaeetus leucogaster)
Ibis Roko-roko (Plegadis

0

557

5

falcinellus)
Kowak Malam Kelabu

5

4

6
7

(Nycticorax nycticorax)
Kuntul Besar (Egretta alba)
Kuntul Sedang (Egretta

1
30

8
207

8

intermedia)
Kuntul Kecil (Egretta garzetta)

29

110

9
10

Kuntul Kerbau
Pecuk Padi Hitam(Phalacrocorax

0
132

113
286

11

sulcirostris)
Pecuk ular Asia(Anhinga

28

32

melanogaster)
Tabel 5. Populasi burung air

 Reptil
No

Nama Jenis

Jumlah

.
1

Biawak (Varanus salvator)

1

Tabel 6. Populasi reptile

d. Pemanfaatan serta fungsi habitat bagi satwa liar

Gambar 2. Peta situasi habitat

 Mamalia
No.

Jenis Satwa

1. Kalong Vampir

Bentuk
Pemanfaatan
Cover

Deskripsi
Pemanfaatan
Menggunakan
pohon
xnangkaan
untuk bersarang

Tabel 7. Pemanfaatan habitat oleh mamalia

 Burung air

No.
1.

Jenis Satwa
Bangau Bluwok

Bentuk
Pemanfaatan
Cover

Deskripsi
Pemanfaatan
Bersarang di
pohon tinggi
dengan tajuk

2.

Cangak Abu (Ardenea cinerea) Cover

lebat
Bersarang di
pohon tinggi
dengan tajuk

3.

Cangak Merah (Ardenea

Cover

purpurea)

lebat
Bersarang di
pohon tinggi
dengan tajuk

4..

Elang Laut

Cover

lebat
Menggunakan
Pohon tinggi
umtuk

6.

Kuntul Besar

Cover

bersinggah
Bersarang di
pohon pohon

7.

Kuntul Perak

Cover

tinggi
Bersarang di
Pohon-pohon

8.

9.

Pecuk Padi

Mencari

tinggi
Mengapung di

Hitam(Phalacrocorax

Makan

air seperti bebek

sulcirostris)

untuk mecari

Pecuk ular Asia (Anhinga

ikan
Menggunakan

Cover

melanogaster)

pohon tinggi
dengan tajuk
lebat sebagai

11.

Pergam Laut

Mencari

sarangnya
Mencari ikan di

Makan

lepas pantai

12

Cikalang christmas

Bertengger

Terbang di

dan merncari

sekitar pulau

makan

rambut dan laut
utntuk mencari
makan

Tabel 8. Pemanfaatan habitat oleh burung air

 Herpetofauna
No.

Jenis Satwa
1. Biawak

Bentuk

Deskripsi

Pemanfaatan
Cover

Pemanfaatan
Menggunakan
kayu untuk
berlindung dan
berkamuflase

Tabel 9. Pemanfaatan habitat oleh herpetofauna

e. Hubungan dan interaksi antar satwa liar
No.

Satwa 1

Satwa 2

Pola Interaksi

1.

Bangau Bluwok

Pecuk Ular

Bersarang di satu
pohon

2.
3

Ibis Roko-roko
Kalong Vampir

Ibis Roko-roko

Terbang dalam

Kalong Vampir

posisi
Bergelantungan
berkelompok di satu

4

Kuntul kecil

Kuntul kecil

pohon
Terbang

5

Kuntul perak

Kuntul besar

berkelompok
Bersarang di satu

Pecuk padi

pohon
Bersarang di satu

6

Pecuk padi

pohon
7

Cangak abu

Kuntul Besar

Berbagi sarang

8

Cangak merah

Cangak Merah

Berbagi pohon untuk
bertengger

Tabel 10. Interaksi dan hubungan antar satwa

f. Pola pergerakan satwa liar

Gambar 3. Peta situasi pergerakan satwa liar

g. Gangguan terhadap habitat maupun populasi satwa liar
No
.
1.
2.
3.
4.

Jenis gangguan
Sampah
Aktivitas pengunjung
Abrasi
Badai

Tabel 11. Gangguan

3.2 Pembahasan
a. Keanekaragaman jenis satwa liar
Secara alami, kawasan Pulau Rambut merupakan habitat berbagai
satwa, terutama burung-burung air (merandai) dan tempat persinggahan
burung burung migran. Berdasarkan berbagai hasil pengamatan, Pulau
Rambut memiliki keanekaragaman jenis burung air yang cukup tinggi.
Hasil pengamatan praktikan menujukkan terdapat 14 jenis burung air.

Burung air yang praktikan temui adalah Bangau Bluwok (Mycteria
cinerea), Cangak Abu (Ardenea cinerea), Cangak Merah (Ardenea
purpurea), Cikalang Christmas (Fregata andrewsi), Elang Laut Perut Putih
(Haliaeetus leucogaster), Ibis Roko-roko (Plegadis falcinellus), Kowak
Malam Kelabu (Nycticorax nycticorax), Kuntul Besar (Egretta alba),
Kuntul Sedang (Egretta intermedia), Kuntul Kecil (Egretta garzetta),
Kuntul Kerbau (Bubulcus ibis), Pecuk Padi Hitam (Phalacrocorax
sulcirostris), Pecuk Pular Asia (Anhinga melanogaster), Pergam Laut
(Ducula bicolor).
Praktikan juga menemukan satwa liar lain yaitu satwa yang termasuk
mamalia dan juga herpetofauna. Mamalia yang ditemui praktikan berupa
Kalong vampir (Pteropus vampirus). Herpetofauna yang praktikan temui
yaitu jenis reptile berupa Biawak (Varanus Salvator). Praktikan pada saat
pengamatan juga menemukan tanda-tanda adanya jenis reptile berupa ular,
karena pada saat pengamatan praktikan menemukan sisik ular bekas
pergantian kulit di semak-semak.

b.

Distribusi jenis satwa liar
Satwa liar di Suaka Margasatwa Pulau Rambut didominasi oleh jenis
burung air, sedikitnya ada 14 jenis burung air yang telah dicatat oleh
praktikan selama pengamatan. Satwa liar selain burung air yang dicatat
praktikan yaitu herpetofauna dan mamalia.
Perbedaan jenis habitat yang ada di Pulau Rambut menentukan
persebaran burung yang berada di Pulau Rambut. Berdasarkan hasil
pengamatan, praktikan berhasil membuat pemetaan distribusi 10 jenis
burung air dari 14 jenis burung air yang ditemui selama pengamatan. Dari
data yang diperoleh burung air di Suaka Margasatwa Pulau Rambut lebih
banyak memilih bersarang di habitat hutan pantai dan hutan mangrove.
Burung air tersebut lebih banyak bersarang di sisi utara Pulau Rambut.
Praktikan selama pengamatan di habitat hutan campuran mendengar
kicauan burung kacer dan juga kucica kampung (Copsychus saularis).
Namun praktikan tidak berhasil menemui burung terestrial tersebut,

sehingga praktikan tidak bisa membuat distribusi persebaran burung
terestrial yang ada di Pulau Rambut. Praktikan selama pengamatan di
habitat hutan campuran hanya berhasil menemui kalong vampir. Kalong
vampir tersebut praktikan temui dalam satu populasi. Kalong vampir
tersebut bergelantungan pada satu pohon yang sama.
Jenis satwa liar lain berupa herpetofauna praktikan temui di hutan
pantai yang berada di sekitar kantor BKSDA yang ada di Suaka
Margasatwa Pulau Rambut. Herpetofauna yang praktikan temui yaitu jenis
reptil berupa biawak.
c.

Populasi jenis satwa liar
Populasi satwa liar yang ada di Suaka Margasatwa Pulau Rambut
didominasi oleh burung air. Berdasarkan hasil pengamatan, praktikan lebih
banyak menemui jenis satwa liar berupa burung air dibandingkan jenis lain
seperti herpetofauna, maupun mamalia.
Data yang diperoleh praktikan pada saat pengamatan menunjukkan
bahwa populasi ibis roko-roko (Plegadis falcinellus) merupakan populasi
tertinggi diantara populasi burung air lainnya. Elang laut perut putih
(Haliaeetus leucogaster) menjadi burung air dengan populasi paling
rendah.
Populasi jenis satwa liar lain yang tercatat oleh praktikan adalah
populasi kalong vampir. Kalong vampir yang ditemui hanya populasi
dengan jumlah individu kalong vampire sebesar 21 ekor. Kalong vampire
yang ditemui tersebut 3 diantaranya teridentifikasi sebagai jantan, terlihat
dari lehernya yang berwarna merah. Populasi lain yang tercatat yaitu
populasi biawak, dengan jumlah individu 1 ekor.

d. Pemanfaatan serta fungsi habitat bagi satwa liar
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di Suaka Margasatwa
Pulau Rambut, terdapat tiga tipe ekosistem hutan yaitu: hutan pantai;
hutan sekunder campuran dan

hutan

mangrove. Ekosistem tersebut

masing-masing memiliki keanekaragaman jenis flora dan fauna yang
berbeda, sehingga pemanfaatan serta fungsinya juga berbeda. Ekosistem
hutan yang ada di Pulau Rambut adalah sebagai berikut:

1. Hutan Pantai
Hutan pantai adalah hutan yang terdapat di daerah-daerah kering
tepi pantai dengan kondisi tanah berpasir dan terletak di atas garis
pasang tertinggi. Hutan pantai yang ada di Suaka Margasatwa Pulau
Rambut terletak di bagian selatan dan timur pulau dengan ketebalan
lebih kurang 20 meter. Hutan pantai di kawasan Suaka Margasatwa
Pulau Rambut memiliki substrat berupa pasir putih. Tipe ekosistem
hutan pantai ini memiliki keanekaragaman jenis flora maupun fauna.
Tumbuhan yang terdapat pada ekosistem ini antara lain: Cemara
laut (Casuarina equisetifolia), Centigi (Pemphis acidula), Ipomea
pescapre , Jati pasir (Guettarda speciosa), Kedoya (Dysoxylum
gaudichaudianum), Kepuh (Sterculia foetida), Ketapang (Terminalia
catapppa), Waru laut (Thespesia populnea).
Satwa yang terdapat pada ekosistem hutan pantai yang ada di
kawasan Suaka Margasatwa Pulau Rambut adalah jenis burung air dan
herpetofauna. Jenis burung air yang dapat ditemui di habitat hutan
pantai antara lain: Cangak Abu (Ardea cinerea), Elang Laut Perut Putih
(Haliaeeteus leucogaster), Ibis Roko-Roko (Plegadis falcinellus),
Kowak Malam Kelabu (Nycticorax nycticorax), Kuntul Besar (Egretta
alba), Kuntul Kecil (Egretta garzetta), Kuntul Kerbau (Bubulcus ibis),
Pecuk Padi Hitam (Phalacrocorax sulcirostris), Pecuk Ular Asia
(Anhinga melanogaster).
Herpetofauna yang dapat ditemui pada ekosistem hutan pantai di
kawasan SMPR adalah biawak (Varanus salvator). Biawak dapat
ditemui diantara tegakan vegetasi dalam ekosistem hutan pantai di
kawasan SMPR.
2. Hutan Mangrove
Hutan Mangrove yang ada di kawasan Suaka Margasatwa Pulau
Rambut berada di bagian barat, utara dan timur. Bentuknya melingkar
di bagian sisi tersebut seperti bulan sabit. Hutan Mangrove adalah
hutan yang substratnya berupa tanah berlumpur.

Jenis tumbuhan yang tumbuh di hutan ini, antara lain: Api-api
(Avicennia

spp.),

Buta-buta

(Exoecaria

agallocha),

Tancang

(Soneratia alba), Pohon Bakau (Rhizhopora spp.)
Satwa yang praktikan temui di hutan mangrove hanya jenis-jenis
burung air. Jenis burung air yang ditemui antara lain: Pecuk Padi
Hitam (Phalacrocorax sulcirostris), Ibis Roko-Roko (Plegadis
falcinellus), Cangak Merah(Ardenea purpurea), Pergam Laut (Ducula
bicolor), Cikalang (Fregata andrewsi), Kuntul Besar (Egretta alba),
Kuntul Kecil (Egrettagarzetta),Cangak Abu(Ardenea cinerea), Kowak
Malam Kelabu, Bangau Bluwok, Kuntul Kerbau.
3. Hutan Sekunder Campuran
Hutan Campuran: hutan antara mangrove dan pantai, substratnya
berupa tanah berpasir dan berlumpur. Tipe hutan sekunder campuran
ini ditumbuhi oleh pohon-pohon yang tinggi diantaranya adalah kepuh
(Sterculia foetida), kesambi (Schleichera oleosa), kayu hitam
(Diospyros maritima), soka (Ixora timorensis), dan ketapang
(Terminalia catappa), Pohon mengkudu (Morinda cibifolia), Pohon
srikaya (Annona squamosa), Pohon Akasia (Acacia mangium), Pohon
Xnangkaan.
Berdasarkan hasil pengamatan praktikan tidak menemukan satwa
jenis burung air di habitat hutan ini, namun praktikan hanya
menemukan beberapa sarang burung diatas pohon. Praktikan juga
menemukan beberapa telur burung yang sudah pecah di tanah. Habitat
hutan sekunder campuran ini adalah habitat bagi kalong vampir. Dari
data yang didapatkan saat pengamatan, kalong vampir praktikan temui
di habitat ini khususnya di pohon xnangkaan.
Tumbuhan dan satwa pada masing masing ekosistem saling terkait satu
dengan yang lainnya membentuk suatu pola interaksi. Pola interaksi terjadi
antara satwa dengan tegakan vegetasi dan kondisi umum pada ekosistem
ini, karena hal ini terkait dengan pola adaptasi satwa dengan
lingkungannnya. Pemanfaatan dan funsi habitat oleh satwa liar lebih
lengkapnya dapat dilihat dalam Tabel. 7, Tabel 8, Tabel 9.

e. Hubungan dan interaksi antar satwa liar
Hubungan dan interaksi antar satwa liar adalah suatu pola yang
tergantung pada jenis satwaliar tersebut dan juga hal ini dipengaruhi juga
oleh faktor faktor lain seperti makanan, ancaman oleh predator dan juga
faktor lingkungannya. Pola interaksi dan hubungan antar satwa liar dapat
dilihat pada Tabel 10.
Dari data yang diperoleh selama pengamatan pada dasarnya antar
satwa liar yang ada di Suaka Margasatwa Pulau Rambut saling
berhubungan dan berinteraksi baik itu langsung maupun tidak langsung.
Persebaran burung air yang berada di Pulau Rambut menyebabkan
burung-burung ini harus berinteraksi satu sama lain, yaitu sesama jenis
atau berlainan jenis. Interaksi yang dilakukan berbagai jenis, seperti
bertengger, terbang, dan bersarang, namun jika diperhatikan lagi terdapat
ciri-ciri yang membedakan antara masing-masing jenis burung selama
interaksi, yang contoh-contohnya dapat dilihat pada tabel 10. Pada tabel
dapat dilihat ternyata masing-masing jenis memiliki relung sendiri
meskipun terlihat berinteraksi bersama dan dalam waktu yang sama.
f. Pola pergerakan satwa liar
Berdasarkan pada pengamatan yang dilakukan pada pagi hari dan sore
hari yang bertujuan untuk mengetahui arah pergerakan burung air,
beberapa jenis burung air di Pulau Rambut memiliki pola pergerakan yang
dapat diamati, seperti kowak malam kelabu, elang laut, cikalang, ibis rokoroko, bluwok, pecuk padi, pecuk ular. Pada pagi hari contohnya, jenis
burung air kowak malam kelabu terbang dari arah pulau jawa atau dari
arah selatan menuju Pulau Rambut, sedangkan pada sore hari kowak
malam kelabu terbang pergi dari Pulau Rambut menuju ke arah Pulau
Jawa untuk mencari makan. Berbeda dengan Elang laut dada putih yang
terlihat hanya mengitari bagian tengah pulau, atau burung Cikalang yang
terbang pelan dan berputar-putar tinggi di langit. Burung Pecuk Ular juga
ada yang hanya bolak balik keluar masuk Pulau Rambut. Lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar 3 yang menunjukkan pola pergerakan burung air
di Pulau Rambut.

g. Gangguan
Keberadaan populasi dan habitat di Pulau Rambut terganggu oleh
beberapa hal, diantaranya adalah gangguan sampah yang berserakan di
sekitar pantai dan hutan mangrove sehingga menganggu satwa yang akan
mencari makan. Pengunjung di Pulau Rambut juga dapat menjadi
gangguan terhadap satwa yang berada pada kawasan Suaka Margastawa
Pulau Rambut, karena terlihat dari kebisingan yang disebabkan oleh
praktikan saat pengamatan menyebabkan beberapa jenis satwa bergerak
menjauhi praktikan.
Gangguan juga dapat terjadi karena faktor alamiah seperti abrasi, dan
badai. Abrasi juga dapat menyebabkan satwa kesulitan mencari makan,
terutama burung seperti kuntul dan ibis yang mencari makan dengan
berjalan menyusuri pantai untuk mendapatkan makanan. Badai atau angin
yang besar dapat mengganggu satwaliar di Suaka Margasatwa Pulau
Rambut, khususnya burung-burung yang akan berburu ikan di laut. Satwa
tersebut akan kesulitan untuk berburu ikan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Suaka Marga Satwa Pulau Rambut memiliki tingkat

keanekaragaman

jenis burung yang cukup tinggi, selain jenis burung terdapat juga jenis mamalia
seperti kalong, jenis reptil seperti biawak dan ular. Kalong yang terdapat di pulau
ini pada siang hari bergelantungan di pohon Xnangkaan dan kalong tersebut
berkelompok pada satu pohon. Biawak yang terlihat di pulau ini berada di pesisir
pantai dan di dekat kamar mandi, sedangkan bukti adanya ular di kawasan
tersebut dikarenakan ditemukannya kulit ular. Ibis Roko- roko mempunyai pola
pergerakan berkelompok, Pecuk padi hitam mempunyai pola pergerakan
terkadang berkelompok namun dapat juga individu, bangau bluwok dan jenis
lainnya terlihat cenderung individu, namun pada saat kebutuhan cover mereka
yang satu jenis berada pada pohon yang sama. Pada sore hari jenis burung lain
kecuali kowak malam kembali ke pulau rambut sedangkan kowak malam

meninggalkan pulau rambut. Pemanfaatan yang dilakukan satwa di pulau ini
berupa cover dan pangan. Pangan tersebut di dapat dari ikan yang berada di pantai
dan untuk jenis burung elang memakan jenis burung lain. Gangguan habitat pada
pulau ini antara lain para pengunjung, hal tersebut karena burung pada kawasan
tersebut ternyata sangat sensitif, gangguan habitat lain yaitu sampah. Sampah
dapat mencemari ikan yang menjadi sumber pakan beberapa jenis burung di
kawasan tersebut.
4.2 Saran
Kawasan suaka marga satwa ini, diharapkan dapat terlestari didukung
sekitar pantai yang jauh dari hamparan sampah, serta pembatasan pengunjung
diharapkan tetap ditegakkan. Bagi para pengunjung diharapkan adanya larangan
yang kuat agar tidak mengambil segala sesuatu yang bersumber dari kawasan
tersebut seperti karang laut di pesisir pantai dan sebagainya. Pihak pengelola
Suaka Margasatwa Pulau Rambut juga perlu melakukan perbaikan pemecah
ombak yang ada disepanjang garis Pulau Rambut karena beberapa pemecah
ombak juga sudah rusak.
Daftar Pustaka
BKSDA DKI Jakarta. 2013. Kawasan Pulau Rambut. [Internet] [diunduh
pada 2014 Des 15] tersedia pada: http://bksdadkijakarta.com/
Departemen Kehutanan. 1994. Laporan inventarisasi fauna di Pulau
Rambut dan Pulau Bokor serta pemeriksaan dan pemasangan
tagging pada 1993/1994. Jakarta (ID): Dephut
Fitriani, N. 1999. Perubahan landscape perlindungan alam Pulau Rambut
menggunakan sistem informasi geografis. Skripsi. Bogor (ID):
Fakultas Kehutanan IPB.