TINJAUAN TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO.2895/K/2010 TENTANG GUGATAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM DALAM PEMBEBASAN HAK MILIK ATAS TANAH YANG DILAKUKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH KOTA PADANG.
TINJAUAN TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO.2895/K/2010
TENTANG GUGATAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM DALAM
PEMBEBASAN HAK MILIK ATAS TANAH YANG DILAKUKAN OLEH
PEMERINTAH DAERAH KOTA PADANG
VEDIRA FATHIA YOSRIL
110111090146
ABSTRAK
Kebutuhan kepentingan umum akan pengadaan tanah merupakan suatu
tuntutan pembangunan yang tidak dapat dipungkiri, baik oleh pemerintah
maupun oleh pemegang hak atas tanah. Meskipun demikian hak kepemilikan
seseorang tidak dapat diambil secara sewenang-wenang. Untuk memenuhi agar
tidak ada kesewenangan tersebut maka diimbangi dengan suatu langkah yang
dinamai dengan pelepasan hak, yang ditandai dengan pemberian ganti kerugian.
Pada proses pengadaan tanah untuk pelebaran jalan di Kelurahan Kurao
Pagang, Kecamatan Nanggalo, Kota Padang yang dilakukan oleh Walikota
Padang telah merugikan pemilik tanah, karena dalam proses pelaksanaan
pengadaan tanah yang dilakukan oleh Walikota Padang tersebut walaupun
dilakukan musyawarah tentang ganti kerugian, tetapi tidak tercapai kesepakatan
antara kedua belah pihak. Jika ditinjau dari Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun
2006 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum, apakah perbuatan Walikota Padang tersebut dianggap
merupakan perbuatan melawan hukum, dan bagaimana dengan tidak
dibentuknya panitia pengadaan tanah di dalam kasus ini? Apabila masyarakat
Kelurahan Kurao Pagang, Kecamatan Nanggalo, Kota Padang dinyatakan telah
dirugikan apakah mereka berhak mendapatkan ganti kerugian, maka peneliti
bertujuan untuk menganalisis Pertimbangan Hukum Putusan Mahkamah Agung
Nomor 2895 K/PDT/2010,serta bagaimanakah putusan tersebut dikaitakan
dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006.
Penelitian ini merupakan penelitian yuridis-normatif, data-data yang
relevan dengan penelitian ini lebih difokuskan pada data sekunder yang
diperoleh melalui studi kepustakaan, yang selanjutnya dianalisis secara
deskriptif-analitis yaitu menggambarkan secara menyeluruh dan sistematis
mengenai Undang-Undang Pokok Agraria dan Peraturan Presiden Nomor 65
Tahun 2006 yang merupakan perubahan dari Peraturan Presiden Nomor 36
Tahun 2005 dikaitkan dengan teori hukum dan praktik.
Berdasarkan penelitian diperoleh kesimpulan, pertama adanya tindakantindakan dari Walikota Padang dalam proses pengadaan tanah di Kurao Pagang,
Kecamatan Nanggalo, Kota Padang yang menimbulkan kerugian bagi pemegang
hak atas tanah, sehingga Walikota Padang dapat dikatakan telah melakukan
perbuatan melawan hukum. Kedua karena telah terpenuhinya unsur-unsur
perbuatan melawan hukum oleh Walikota Padang tersebut, maka pemberian
ganti kerugian harus diberikan bagi masyarakat yang telah dirugikan. Besaran
nilai ganti kerugian lebih kecil atau tidak sesuai dari yang dituntut oleh Para
Penggugat yaitu dengan alasan untuk kepentingan umum, dan atas permintaan
warga Kurao Pagang dan terutama untuk jalan evakuasi apabila ada bencana
tsunami.
iv
TENTANG GUGATAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM DALAM
PEMBEBASAN HAK MILIK ATAS TANAH YANG DILAKUKAN OLEH
PEMERINTAH DAERAH KOTA PADANG
VEDIRA FATHIA YOSRIL
110111090146
ABSTRAK
Kebutuhan kepentingan umum akan pengadaan tanah merupakan suatu
tuntutan pembangunan yang tidak dapat dipungkiri, baik oleh pemerintah
maupun oleh pemegang hak atas tanah. Meskipun demikian hak kepemilikan
seseorang tidak dapat diambil secara sewenang-wenang. Untuk memenuhi agar
tidak ada kesewenangan tersebut maka diimbangi dengan suatu langkah yang
dinamai dengan pelepasan hak, yang ditandai dengan pemberian ganti kerugian.
Pada proses pengadaan tanah untuk pelebaran jalan di Kelurahan Kurao
Pagang, Kecamatan Nanggalo, Kota Padang yang dilakukan oleh Walikota
Padang telah merugikan pemilik tanah, karena dalam proses pelaksanaan
pengadaan tanah yang dilakukan oleh Walikota Padang tersebut walaupun
dilakukan musyawarah tentang ganti kerugian, tetapi tidak tercapai kesepakatan
antara kedua belah pihak. Jika ditinjau dari Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun
2006 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum, apakah perbuatan Walikota Padang tersebut dianggap
merupakan perbuatan melawan hukum, dan bagaimana dengan tidak
dibentuknya panitia pengadaan tanah di dalam kasus ini? Apabila masyarakat
Kelurahan Kurao Pagang, Kecamatan Nanggalo, Kota Padang dinyatakan telah
dirugikan apakah mereka berhak mendapatkan ganti kerugian, maka peneliti
bertujuan untuk menganalisis Pertimbangan Hukum Putusan Mahkamah Agung
Nomor 2895 K/PDT/2010,serta bagaimanakah putusan tersebut dikaitakan
dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006.
Penelitian ini merupakan penelitian yuridis-normatif, data-data yang
relevan dengan penelitian ini lebih difokuskan pada data sekunder yang
diperoleh melalui studi kepustakaan, yang selanjutnya dianalisis secara
deskriptif-analitis yaitu menggambarkan secara menyeluruh dan sistematis
mengenai Undang-Undang Pokok Agraria dan Peraturan Presiden Nomor 65
Tahun 2006 yang merupakan perubahan dari Peraturan Presiden Nomor 36
Tahun 2005 dikaitkan dengan teori hukum dan praktik.
Berdasarkan penelitian diperoleh kesimpulan, pertama adanya tindakantindakan dari Walikota Padang dalam proses pengadaan tanah di Kurao Pagang,
Kecamatan Nanggalo, Kota Padang yang menimbulkan kerugian bagi pemegang
hak atas tanah, sehingga Walikota Padang dapat dikatakan telah melakukan
perbuatan melawan hukum. Kedua karena telah terpenuhinya unsur-unsur
perbuatan melawan hukum oleh Walikota Padang tersebut, maka pemberian
ganti kerugian harus diberikan bagi masyarakat yang telah dirugikan. Besaran
nilai ganti kerugian lebih kecil atau tidak sesuai dari yang dituntut oleh Para
Penggugat yaitu dengan alasan untuk kepentingan umum, dan atas permintaan
warga Kurao Pagang dan terutama untuk jalan evakuasi apabila ada bencana
tsunami.
iv