PENGEMBANGAN GREEN BEHAVIOUR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PELAYANAN(SERVICE LEARNING)DALAM MATA PELAJARAN IPS :Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VII-F SMP Negeri 4 Bandung.

(1)

PENGEMBANGAN GREEN BEHAVIOUR

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PELAYANAN

(SERVICE LEARNING)

DALAM MATA PELAJARAN IPS

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VII-F SMP Negeri 4 Bandung)

SKRIPSI

Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan IPS

Disusun Oleh: Fitri Aliva

0901117

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Pengembangan Green Behaviour Siswa

Melalui Model Pembelajaran Pelayanan

(Service Learning)

dalam Mata Pelajaran IPS

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VII-F SMP Negeri 4 Bandung)

Oleh Fitri Aliva

0901117

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Asaretkha Adjane 2012 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2012

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

FITRI ALIVA (0901117)

PENGEMBANGAN

GREEN BEHAVIOUR

MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN PELAYANAN (

SERVICE LEARNING

) DALAM

MATA PELAJARAN IPS

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VII-F SMP Negeri 4 Bandung)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Hj. Kokom Komalasari, M.Pd Dr. Encep Supriatna, M.Pd NIP. 19721001 200112 2 001 NIP. 19760105 200501 1 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Dr. Nana Supriatna, M.Ed NIP. 19611014 198601 1 001


(4)

ABSTRAK

Fitri Aliva, Nomor Induk Mahasiswa (NIM) 0901117. Judul skripsi “Pengembangan Green Behaviour Melalui Model Pembelajaran Pelayanan (Service Learning) Dalam Mata Pelajaran IPS (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VII-F SMP Negeri 4 Bandung)”. Dibimbing oleh : Dr. Hj. Kokom Komalasari, M.Pd. Selaku Pembimbing I dan Dr. Encep Supriatna, M.Pd. Selaku Pembimbing II.

Penelitian ini berawal dari adanya masalah individu yang menjadi masalah sosial yakni berupa kerusakan lingkungan akibat dari kurangnya kepedulian dari manusia sebagai makhluk sosial. Pada dasarnya manusia dikatakan makhluk sosial itu memiliki nilai dan sikap yang terkandung dalam ruang lingkup IPS serta tujuan dari IPS itu sendiri. Pola hidup manusia yang bersifat konsumtif tidak lagi mempertimbangkan hal-hal yang menjadi akibat kerusakan pada lingkungannya, maka dari itu perlunya pencegahan sebagai upaya meminimalisir dampak kerusakan lingkungan yang berawal dengan penerapan terhadap siswa kelas VII agar memiliki sikap peduli lingkungan yang kemudian diistilahkan sebagai Green Behaviour.

Melalui model pembelajaran pelayanan (service learning) yang dimaksudkan untuk siswa melakukan bakti kepada sekolahnya sendiri serta penerapan kegiatan pembelajaran IPS secara praktik langsung yang diyakini dapat dengan mudah menerapkan dan mengembangkan Green Behaviour pada siswa kelas VII-F ini. Jenis penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (action research) dengan metode penelitian kualitatif. Data yang diambil dari tiga sudut pandang atau triangulasi data, diantaranya yaitu wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Hal tersebut dilakukan kepada mitra guru, teman sejawat serta siswa kelas VII-F dengan instrumen penelitian berupa member check, expert opinion dan pedoman wawancara serta Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai alat ukur keberhasilan dalam pengembangan Green Behaviour ini.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di SMP Negeri 4 Bandung yaitu pada siswa kelas VII-F, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan sikap dan lingkungan jelas tampak terlihat dari keseharian siswa dengan menjalankan piket harian, tidak membuang sampah di bawah meja, merawat tanaman, dan membawa bekal makanan dan minuman sebagai meminimalisir sampah plastik dari kemasannya tersebut. Meskipun demikian, siswa kelas VII-F tidak dapat dilepas begitu saja, perlunya

monitoring oleh pihak terkait seperti wali kelas, guru mata pelajaran IPS dan PLH.

Kata Kunci : Green Behaviour, Model Pembelajaran Pelayanan (Service Learning), Mata Pelajaran IPS


(5)

ABSTRACT

Fitri Aliva, Student Registration Number (NIM) 0901117. The title of essay Pengembangan Green Behaviour Melalui Model Pembelajaran Pelayanan (Service Learning) Dalam Mata Pelajaran IPS (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa VII-F SMP Negeri 4 Bandung)” Dr. Hj. Kokom Komalasari, M.Pd. as preceptor I and Dr. Encep Supriatna, M.Pd. aspreceptor II. First time do this research because of individual problem become social problem that is crash of environment because human careless as social human. Basically, human as social human has attitude on social education subjects and social education purposes. Consumptive life style recently do not care things to be due to damage to the environment, so have to do preventive as way minimize cause of crash of environment. One step application to VII grade student has environment in order to have a caring attitude and it said as Green Behaviour.

By learning service model for student in order to do proud something for their school and also application social education easy practically with apply and develop Green Behaviour to VII-F grade students.

This type of research use to action research (Penelitian tindakan kelas) with qualitative method. Data was taken from three point of view or triangulation of data such as, interview, observation and documentary study. This method was done to teacher, relation, and VII F grade students with research instrument member check, expert opinion and interview guide also study sheet of students (LKS) as a measuring tool of success on Green Behaviour development.

According to research has been held at 4 Junior High School of Bandung to VII-F grade, has the result is: The research told that change of attitude and environment were seen on daily activities of student such as runs daily picket, not littering under the table, look after plants, and bring food and drink by their self on home as minimizing waste plastic from the packaging. Although VII F grade students can’t be removed just like that, need monitoring by class guardian, teacher social education and environmental education.


(6)

DAFTAR ISI

Abstrak ……… i

Kata Pengantar ……… iii

Ucapan Terima Kasih ……… v

Daftar Isi ……… vii

Daftar Tabel ……… ix

Daftar Gambar ……… x

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

1.1.Latar Belakang Masalah ……… 1

1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah ……… 9

1.3. Tujuan Penelitian ……… 12

1.4. Manfaat Hasil Penelitian ……… 13

1.5. Struktur Organisasi Skripsi ……… 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA ……… 16

2.1. Green Behaviour ……… 16

2.1.1.Definisi Green Behaviour ……… 20

2.1.2. Ruang Lingkup Green Behaviour ……… 22

2.1.3. Tujuan Green Behaviour……… 23

2.2.Model Pembelajaran Pelayanan (Service Learning) ……… 24

2.2.1. Definisi Model Pembelajaran Pelayanan (Service Learning). 32 2.2.2. Ruang Lingkup Model Pembelajaran Pelayanan (Service Learning) ……… 33

2.2.3. Tujuan Model Pembelajaran Pelayanan (Service Learning).. 35

2.2.4. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Pelayanan (Service Learning) ……… 36

2.3. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ……… 37

2.3.1. Definisi IPS ……… 38

2.3.2. Ruang Lingkup IPS ……… 41

2.3.3. Tujuan IPS ……… 43

2.3.4. Dimensi IPS ……… 47

2.4. Keterkaitan Model Pembelajaran Pelayanan dalam Mata Pelajaran IPS Untuk Pengembangan Green Behaviour ……… 51


(7)

BAB III METODE PENELITIAN ……… 56

3.1.Pendekatan Penelitian ……… 56

3.2. Jenis Penelitian ……… 58

3.3. Desain Penelitian ……… 59

3.4. Lokasi Penelitian ……… 64

3.5. Subjek dan Objek Penelitian ……… 65

3.6. Definisi Operasional ……… 65

3.7. Tahapan Penelitian ……… 66

3.8. Teknik Pengumpulan Data ……… 71

3.9. Teknik Validitas dan Reliabilitas Data ……… 75

3.10. Teknik Analisis Data ……… 76

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 79

4.1.Hasil Penelitian ……… 79

4.1.1.Deskripsi Umum Lokasi dan Subjek Penelitian ……… 79

4.1.2. Deskripsi Umum Pembelajaran ……… 86

4.1.3. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran ……… 94

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian ……… 121

4.2.1. Analisis Orientasi Awal ……… 121

4.2.2. Analisis Pelaksanaan Tindakan Kelas ……… 124

4.2.3. Analisis Penerapan Green Behaviour Pada Siswa di Lingkungan Sekolah ……… 128

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……… 140

5.1. Kesimpulan ……… 140

5.2. Saran ……… 142

DAFTAR PUSTAKA ……… 146 Lampiran - Lampiran


(8)

Fitri Aliva , 2013

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini memaparkan secara garis besar mengenai masalah yang akan dikaji, adapun di dalamnya terdapat sub pokok yang terdiri dari; Latar Belakang Masalah, Identifikasi dan Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Struktur Organisasi Skripsi.

1.1. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan pengamatan peneliti pada pra-penelitian di SMP Negeri 4 Bandung, peneliti melihat beberapa siswa yang memasukkan robekan dan bahkan kertas yang penuh dengan coretan (sampah) dimasukkan ke bawah meja siswa. Guru yang pada saat itu mengajar di kelas tersebut, melihat hal yang serupa namun tidak memberikan teguran berkaitan dengan hal tersebut. Kemungkinan karena guru yang selalu membiarkan siswanya tersebut membuang sampah ke dalam kolong meja atau memang mindset siswa yang kurang dalam kesadaran terhadap lingkungan kelasnya tersebut. Sejatinya temuan yang peneliti dapatkan pada pra-penelitian sebelumnya, guru IPS yang ada di SMP Negeri 4 Bandung ini mengungkapkan bahwa pembelajaran IPS tersebut sudah terintegrasi sebagaimana dengan pembelajaran IPS di SMP lainnya meskipun dengan guru berlatar belakang satu disiplin ilmu sosial yang memang harus menguasai beberapa disiplin ilmu sosial. Terintegrasi disini berarti adanya korelasi, yaitu mencoba mencari keterkaitan pembahasan antara satu pokok bahasan dengan pokok bahasan lainnya dengan sudut pandang dari disiplin ilmunya masing-masing, dengan tidak menghilangkan disiplin ilmunya masing-masing (Mulyana, terdapat dalam http://file.upi.edu/Direktori/....pdf. 28/11/2012).

Bagaimana pun pembelajaran di kelas bukan hanya terpaku pada gurunya saja, entah itu gurunya yang diyakini kurang dalam pemahaman materi atau bahkan guru yang cenderung kurang dalam penguasaan kelas. Penguasaan kelas


(9)

Fitri Aliva , 2013

disini berarti kurang memahami dan menguasai bagaimana membuat kegiatan pembelajaran itu lebih menarik seakan-akan siswa menjadi lebih terdorong itu mengikuti pembelajaran yang kondusif. Pembelajaran kondusif tentu juga meliputi keadaan kelas yang bersih dan rapi. Namun pada temuan pra-penelitian, peneliti tidak menemukan hal semacam ini. Oleh karena itu, peneliti menyimpulkan siswa pada kelas VII-F di SMP Negeri 4 Bandung ini kurang dalam kepeduliannya terhadap lingkungan. Karena pada temuan tersebut guru dalam pembelajaran IPS ini diyakini belum menanamkan sikap peduli lingkungan. Berangkat dari pernyataan di atas, contoh ringan yang diberikan kepada siswa dalam pembentukan Green Behaviour ini melalui pertemuan di dalam maupun di luar kelas yang dapat dilakukan oleh para guru. Dengan begitu guru dapat dengan mudah menerapkan contoh melalui pendekatan yang dibuat seakrab atau sedekat mungkin dengan para siswa agar terciptanya suasana kelas yang nyaman untuk pembelajaran. Senada dengan yang diungkapkan oleh Hamid Hasan (2010:24), guru menjadi pusat kegiatan dan peserta didik melakukan kegiatan turunan dari apa yang dilakukan guru. Kegiatan disini tentu saja kegiatan yang mengandung nilai dan unsur baik yang kelak akan ditanamkan pada diri siswa, entah itu yang mencakup akademik maupun yang non akademik.

Hal serupa terjadi pula di kelas lain, seperti halnya di kelas VII-C, VII-D, dan VII-E, namun disini peneliti hanya mengambil satu kelas untuk dijadikan subjek penelitian berkenaan dengan jenis penelitian yang digunakan yakni penelitian tindakan kelas yang hanya mengkaji satu kelas saja.

Untuk memperbaiki kondisi di atas peneliti bermaksud mengkaji lebih jauh bagaimana menerapkan model pembelajaran pelayanan (service learning) peneliti berharap pengembangan Green Behaviour siswa kelas VII-F SMP Negeri 4 Bandung ini dapat dengan mudah menerapkannya kepada siswa secara berkelanjutan, karena dalam pernyataan yang diungkapkan oleh Bern dan Erickson (dalam Komalasari 2010:78) mengungkapkan bahwa model pembelajaran ini sebagai pendekatan yang menyediakan suatu aplikasi praktis


(10)

Fitri Aliva , 2013

suatu pengembangan pengetahuan dan keterampilan baru untuk kebutuhan di masyarakat melalui proyek dan aktivitas.

Selain dari pada hal di atas, Carson Newmann diyakini orang pertama yang mencetus model pembelajaran pelayanan (service learning). Peneliti mengutip dari situs http://www.cn.edu/undergraduate/... (25/01/2013) yang memaparkan pembelajaran pelayanan (service learning) sebagai berikut:

Service-learning is a pedagogy that connects the academic curriculum with the concerns students have for their community and their world. The results produce lifelong lessons for the students and foster better communities for us all. From a faculty perspective, service-learning is a researched-based method where guided or classroom learning is applied through actions that address real community needs and allows the student to reflect on the experience.

Dari pemaparan di atas dapat diartikan bahwa pembelajaran pelayanan adalah pedagogi yang berhubungan dengan kurikulum akademik dan bidang fokusnya terhadap siswa dan kelompoknya serta dunianya. Kesimpulannya membuat pelajaran yang berkelanjutan untuk siswa tersebut juga kelompoknya. Pembelajaran pelayanan berdasarkan metode penelitian yang digunakan atau berdasarkan pengamatan dalam kelas bahwa kelompok sebenarnya membutuhkan dan mengijinkan siswa untuk belajar dari pengalaman yang ia dapatkan dari lingkungannya.

Dalam mempraktikkan model pembelajaran pelayanan (service learning) ini siswa kelas VII-F diajak untuk melakukan pengabdian kepada sekolahnya. Hal ini dilakukan bukan hanya untuk sekolah saja, akan tetapi menjadi suatu pengalaman baru bagi siswa kelas VII-F itu sendiri. Pengabdian disini misalnya berupa mengadakan bersih-bersih lingkungan sekolah pada jam pelajaran IPS atau Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH), dengan demikian guru IPS dapat berkontribusi langsung dengan guru PLH. Sumaryana (2002:4) membenarkan PLH sebagai salah satu kajian bidang pendidikan sebagai suatu program pendidikan untuk membina siswa agar memiliki pengertian, kesadaran, sikap dan perilaku yang rasional dan bertanggung jawab tentang pengaruh timbal balik


(11)

Fitri Aliva , 2013

antara penduduk dengan lingkungan hidup dalam berbagai aspek kehidupan manusia.

Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup nomor 23 Tahun 1997 yang terdapat pada pasal 1 ayat 1, 2, dan 3, sebagai berikut;

1. lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain;

2. pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup;

3. pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya, ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.

Program ini digulirkan untuk mengajak warga sekolah berpartisipasi melestarikan dan menjaga lingkungan hidup di sekolah dan lingkungan disekitarnya. Kegiatan utamanya adalah mewujudkan kelembagaan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan bagi sekolah dasar dan menengah di Indonesia.

Telah dipaparkan sebelumnya, dalam implementasinya nanti peneliti berharap dapat berinteraksi langsung dengan beberapa guru IPS termasuk juga dengan guru PLH-nya itu sendiri, karena selain melakukan bersih-bersih di lingkungan sekolah, siswa juga dapat melakukan penanaman pohon di halaman sekitar lingkungan sekolah, baik di dalam pot bunga maupun langsung pada tanah yang ada di taman sekolah tepatnya terletak di depan ruang guru. Apabila pembelajaran dilakukan di luar kelas dan menyangkut tema-tema yang berkaitan


(12)

Fitri Aliva , 2013

dengan kehidupan siswa sehari-hari di lingkungan masyarakat, biasanya siswa merasa antusias. Sementara pada model pembelajaran pelayanan (service learning) ini sangat difokuskan pada kenyataan atau yang ada di lingkungan masyarakat.

Melalui mata pelajaran PLH yang mencakup ke dalam pengembangan

Green Behaviour siswa, diharapkan pula dapat membentuk warga negara yang berwawasan lingkungan agar dalam melaksanakan pembangunan berkelanjutan (substainable development), tidak menimbulkan dampak negatif mengingat fungsi lingkungan dapat tetap terpelihara utuh meskipun aspek lingkungan dapat tetap terpelihara. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Rusmana (2010:41) Green Behaviour merupakan bagian dari pendidikan lingkungan hidup (PLH) yang berarti pembelajaran yang dilakukan untuk membantu peserta didik dalam memahami lingkungan hidup dengan tujuan akhir untuk meningkatkan perlindungan dan sikap bertanggung jawab terhadap lingkungan hidup.

PLH dapat juga bekerjasama dengan guru pada pembelajaran IPA dalam pengembangan Green Behaviour siswa. Seperti yang kita ketahui bahwa kesadaran lingkungan diupayakan melalui pelaksanaan PLH dan mengingat sudah syaratnya mata pelajaran di sekolah, maka materi pendidikan lingkungan hidup ini tidak dijadikan sebagai mata pelajaran tersendiri yang mempunyai keterkaitan dengan materi lingkungan hidup seperti pelajaran geografi, biologi, ekonomi, dan sebagainya (Sumaryana, 2002:57). Namun pada era global seperti dewasa ini, penerapan pendidikan lingkungan dimulai oleh guru melalui pemahaman realitas diri siswa dan lingkungan. Melalui pembelajaran IPS, peneliti berharap dapat menanamkan sikap peduli lingkungan kepada siswa di SMP Negeri 4 Bandung ini melalui metode pembelajaran yang relevan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh

Social Science Education Council (SSEC) dan National Council for Social Studies (NCSS) (dalam Sapriya, 2008:5) mengenai definisi IPS dan menyebut IPS sebagai “Social Science Education” dan “Social Studies”, berikut pernyataannya:

Social studies is the integrated study of the science and humanities to promote civic competence. Whitin the school program, social studies


(13)

Fitri Aliva , 2013

provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology, economics, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics, and natural sciences. The primary purpose of social studies is to help young people develop the ability to make informed and reasoned decisions for the public good as citizen of a culturally diverse, democratic society in an interdependent world.

Dengan kata lain, IPS mengikuti cara pandang yang bersifat terpadu dari sejumlah mata pelajaran seperti geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya.

Sejatinya pembelajaran IPS hanya mencakup materi-materi yang di dalamnya tentu harus dipahami oleh siswa. Namun bukan saja harus memahami materi semata, akan tetapi ada beberapa hal yang harus dipahami dan diterapkan oleh guru kepada siswanya. Hal ini jelas nampak terlihat dalam penjelasan Effendi (2010:37), mata pelajaran IPS di SMP bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut; 1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; 2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; 3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; 4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Kemampuan tersebut merupakan tujuan mata pelajaran IPS yang secara implisit tertulis dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Tahun 2006. Kemampuan tersebut terjabarkan secara rinci dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran dipersekolahan, salah satunya yakni SMP negeri 4 Bandung.

Selain tujuan IPS di SMP yang telah dipaparkan di atas, adapun pernyataan yang dikemukakan oleh Sapriya (2008:31-38) tentang dimensi IPS yang mencakup pada empat dimensi meliputi:


(14)

Fitri Aliva , 2013

a) dimensi pengetahuan (knowledge), setiap orang memiliki wawasan tentang pengetahuan sosial yang berbeda-beda. Ada yang berpendapat bahwa pengetahuan sosial meliputi peristiwa yang terjadi di lingkungan masyarakat tertentu. Ada pula yang mengemukakan bahwa pengetahuan sosial mencakup keyakinan-keyakinan dan pengalaman belajar siswa. Secara konseptual, pengetahuan (knowledge) hendaknya mencakup; (1) fakta adalah data spesifik tentang peristiwa, objek, orang, dan hal-hal yang terjadi (peristiwa), (2) konsep merupakan kata-kata atau frase yang mengelompok, berkategori, dan memberi arti terdapat fakta yang berkaitan, dan (3) generalisasi merupakan suatu ungkapan/pernyataan dari dua atau lebih konsep yang saling terkait;

b) dimensi keterampilan (skills), pendidikan IPS sangat memperhatikan dimensi keterampilan disamping pemahaman dalam dimensi pengetahuan. Kecakapan mengolah dan menerapkan informasi merupakan keterampilan yang sangat penting untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang mampu berpartisipasi secara cerdas dalam masyarakat demokratis. Oleh karena itu, berikut diuraikan sejumlah keterampilan yang diperlukan sehingga menjadi unsur dalam dimensi IPS pada proses pembelajaran; (1) keterampilan meneliti, diperlukan untuk mengumpulkan dan mengolah data, (2) keterampilan berpikir, banyak berkontribusi terhadap pemecahan masalah dan partisipasi dalam kehidupan masyarakat secara efektif, (3) keterampilan partisipasi sosial, siswa perlu dibelajarkan bagaimana berinteraksi dan bekerjasama dengan orang lain, dan (4) keterampilan berkomunikasi, pengembangan berkomunikasi merupakan aspek yang penting dari pendekatan pembelajaran IPS khususnya dalam inkuiri sosial;

c) dimensi nilai dan sikap (values and attitudes), nilai yang dimaksud disini adalah seperangkat keyakinan atau prinsip perilaku yang telah mempribadi dalam diri seseorang atau kelompok masyarakat tertentu yang terungkap ketika berpikir atau bertindak. Agar ada kejelasan


(15)

Fitri Aliva , 2013

dalam mengkaji nilai di masyarakat, maka nilai dapat dibedakan sebagai berikut; (1) nilai substantif, adalah keyakinan yang dipegang oleh seseorang dan umumnya hasil belajar, bukan sekedar menanamkan atau menyampaikan informasi semata, dan (2) nilai prosedural, perlu dilatih atau dibelajarkan antara nilai kemerdekaan, toleransi, kejujuran, menghormati kebenaran dan menghargai pendapat orang lain;

d) dimensi tindakan (action), tindakan sosial merupakan dimensi Pendidikan IPS yang penting karena tindakan dapat memungkinkan siswa menjadi peserta didik yang aktif. Mereka pun dapat belajar berlatih secara konkrit dan praktis. Dimensi tindakan sosial untuk pembelajaran IPS meliputi tiga model aktivitas sebagai berikut; (1) percontohan kegiatan dalam memecahkan masalah di kelas seperti cara bernegosiasi dan bekerjasama, (2) berkomunikasi dengan anggota masyarakat dapat diciptakan, dan (3) pengambilan keputusan dapat menjadi bagian kegiatan kelas, khususnya pada saat siswa diajak untuk melakukan inkuiri.

Pengalaman-pengalaman secara langsung ini berarti siswa langsung terjun ke lapangan dengan melakukan hal-hal yang dapat memberi kesan yang positif maupun negatif kepada diri siswa. Sedangkan yang secara tidak langsung ini melalui pengalaman orang lain, seperti guru, orang tua, teman-temannya yang disampaikan kepada diri siswa melalui cerita atau bahkan suatu media yang dapat menjadi gambaran dan membangun mindsetnya tersebut.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sapriya (2007:108) yakni sebagai berikut:

Hubungan antara makhluk hidup, terutama manusia dengan lingkungannya, sebenarnya telah berlangsung lama. Ketika manusia hadir untuk pertama kalinya di permukaan bumi, maka pada saat itu pulalah manusia sudah membutuhkan udara bersih untuk bernafas, membutuhkan air untuk minum dan mandi, serta membutuhkan pakaian dan tempat tinggal yang semua bahan-bahannya berasal dari alam, baik diambil langsung mau pun tidak.


(16)

Fitri Aliva , 2013

Konteks lingkungan sekitar siswa dalam pembelajaran IPS diarahkan tidak hanya agar siswa merasa dekat dan akrab dengan lingkungan, tetapi lebih dari itu. IPS mengemban misi pendidikan sebagai sarana, wahana dan wadah pembinaan siswa dalam hal kemampuan dasar dalam kegiatan belajar dan berpikir kritis, penanaman watak, nilai dan sikap sosial yang baik, serta pengembangan kecakapan dasar siswa untuk selalu ingin dan mampu serta peduli dalam berkehidupan secara baik sesuai tuntunan dan harapan yang dikembangkan oleh lingkungan masyarakat sekitar (Sayakti, 2003:4).

Pengembangan Green Behaviour menjadi sebuah pengalaman bagi siswa dalam membangun mindset siswa agar berperan aktif dalam menjaga lingkungan sekitarnya. Sebagaimana dalam fungsinya Green Behaviour ini, berhubungan dengan kesadaran manusia akan pentingnya pelestarian lingkungan hidup yang pada era global seperti dewasa ini memang sangat diharapkan, baik secara umum maupun khusus yang menjadi tumpuan hidup dimasa yang akan datang.

Terciptanya siswa yang akan menjelma menjadi manusia yang peduli dan peka terhadap lingkungan di sekitarnya, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial menjadi suatu tujuan dalam penerapan Green Behaviour siswa ini.

Selaras pada pernyataan di atas, Hamid Hasan (dalam Inovasi Pembelajaran IPS, 2010:21) mengungkapkan bahwa peserta didik harus secara berkelanjutan melatih dirinya dalam kemampuan berpikir, melakukan sesuatu berdasarkan prosedur tertentu, membangun sikap dan kebiasaan dalam bentuk pengalaman langsung (on hand experience).

Sesuai dengan uraian di atas maka peneliti bermaksud mengadakan penelitian dengan judul Pengembangan Green Behaviour Siswa Melalui Model Pembelajaran Pelayanan (Service Learning) Dalam Mata Pelajaran IPS (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VII-F SMP Negeri 4 Bandung).


(17)

Fitri Aliva , 2013

Melalui mata pelajaran IPS di sekolah yang bertujuan untuk pemahaman siswa terhadap lingkungan di sekitarnya. Materi sejarah yang terdapat dalam mata pelajaran IPS membantu siswa untuk mampu mengembangkan kompetensi untuk berpikir secara kronologis dan memiliki pengetahuan tentang masa lampau yang dapat digunakan untuk memahami dan menjelaskan proses perkembangan dan perubahan masyarakat serta keragaman sosial budaya dalam rangka menemukan dan menumbuhkan jati diri bangsa di tengah-tengah kehidupan masyarakat global (Sapriya, 2007:111).

Kota Bandung memiliki masyarakat yang bersifat modern, sehingga tercermin pada siswa yang ada di SMP negeri 4 Bandung ini. Mayoritas siswanya berlatar belakang dari kehidupan perkotaan yang bersifat modern dan menganut sistem individualisme.

Meskipun adanya jadwal bersih-bersih harian atau yang kita kenal sebagai jadwal piket siswa, akan tetapi menurut penuturan seorang guru IPS, siswanya masih harus selalu diberikan perintah oleh guru sehingga siswa tersebut memiliki konsep berpikir yang cenderung kurang dalam pemahaman dan kesadaran terhadap lingkungan sekitarnya.

Sebenarnya masalah sampah selain dapat menimbulkan pencemaran lingkungan, juga dapat mendatangkan keuntungan bagi manusia apabila dikelola secara baik. Slogan “Buanglah sampah pada tempatnya” merupakan bentuk pengelolaan sampah secara bijak dan mendatangkan berbagai keuntungan. Misalnya sampah dari daun-daunan segar dapat dijadikan makanan ternak, sampah yang membusuk dari makanan yang menjadi sisa dari jajanan siswa dapat ditampung di dalam tanah untuk dijadikan kompas atau pupuk bagi tanaman, barang bekas dapat didaur ulang seperti karton dan kertas bekas untuk pabrik-pabrik kertas, serta botol air mineral dan cupnya dapat dijadikan pot tanaman yang dapat digantung atau diletakkan di ruang kelas dan halaman sekolah sehingga keberlanjutannya program Green School di SMP Negeri 4 Bandung ini. Dengan demikian penanggulangan masalah pencemaran lingkungan besar kecilnya resiko pada bahannya tergantung kepada kreativitas guru dan siswanya itu sendiri. Di


(18)

Fitri Aliva , 2013

sinilah pentingnya pembangunan sumber manusia yang handal atau bermutu melalui pembinaan sekolah-sekolah yang memiliki suatu keunggulan yang diharapkan masyarakat (Sumaryana, 2002:50).

Di masa yang akan datang khususnya siswa kelas VII-F SMP Negeri 4 Bandung ini akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat mengikuti perkembangan jaman. Konsep berpikir siswa yang cenderung masih terus berubah mengikuti orang-orang disekitarnya dan perkembangan jaman hendaknya menjadi salah satu cara dalam pengembangan Green Behaviour ini pada siswa kelas VII-F SMP Negeri 4 Bandung. Oleh karena itu, mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat (Effendi, 2010:36).

Green Behaviour siswa ini merupakan bagian dari proses pendidikan lingkungan kepada siswa yang harus memahami pentingnya mencintai dan melestarikan lingkungan. Menanamkan kesadaran berperilaku hidup bersih dan sehat perlu dimulai sejak dini, khususnya ketika memasuki usia sekolah. Lingkungan sekolah yang kondusif akan ikut mendorong terwujudnya pola hidup baik dan sehat, yang pada saat ini sangat diperlukan dalam meningkatkan daya saing bangsa dimata dunia sekaligus melestarikan kekayaan sumber daya alam hayati Indonesia (Winarti, 2012: 328).

Berdasarkan uraian di atas rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:

1. Bagaimana perencanaan model pembelajaran pelayanan (service learning) untuk pengembangan Green Behaviour siswa dalam pembelajaran IPS pada kelas VII-Fdi SMP Negeri 4 Bandung?

2. Bagaimana penerapan model pembelajaran pelayanan (service learning) untuk pengembangan Green Behaviour siswa dalam pembelajaran IPS pada kelas VII-Fdi SMP Negeri 4 Bandung?


(19)

Fitri Aliva , 2013

3. Kendala apa saja yang dirasakan oleh guru dalam pembelajaran pelayanan (service learning) untuk pengembangan Green Behaviour

siswa dalam pembelajaran IPS pada kelas VII-F di SMP Negeri 4 Bandung?

4. Bagaimana upaya mengatasi kendala model pembelajaran pelayanan (service learning) untuk pengembangan Green Behaviour siswa dalam pembelajaran IPS pada kelas VII-Fdi SMP Negeri 4 Bandung?

5. Bagaimana dampak penerapan Green Behaviour siswa dalam pembelajaran IPS pada kelas VII-F di SMP Negeri 4 Bandung setelah menerapkan model pembelajaran pelayanan (service learning)?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah:

1. Mendeskripsikan hal apa saja yang menjadi bagian dari perencanaan dalam menerapkan model pembelajaran pelayanan (service learning) untuk pengembangan Green Behaviour siswa dalam pembelajaran IPS pada kelas VII-Fdi SMP Negeri 4 Bandung.

2. Mengamati langkah-langkah penerapan model pembelajaran pelayanan (service learning) untuk pengembangan Green Behaviour

siswa dalam pembelajaran IPS pada kelas VII-F di SMP Negeri 4 Bandung.

3. Mendeskripsikan kendala model pembelajaran pelayanan (service learning) untuk pengembangan Green Behaviour siswa dalam pembelajaran IPS pada kelas VII-Fdi SMP Negeri 4 Bandung.

4. Mengetahui upaya-upaya yang dapat mengatasi kendala model pembelajaran pelayanan (service learning) untuk pengembangan

Green Behaviour siswa dalam pembelajaran IPS pada kelas VII-F di SMP Negeri 4 Bandung.


(20)

Fitri Aliva , 2013

5. Mendeskripsikan dampak penerapan Green Behaviour siswa dalam pembelajaran IPS pada kelas VII-Fdi SMP Negeri 4 Bandung setelah penerapan model pembelajaran pelayanan (service learning).

1.4. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik manfaat teoritis maupun praktis sebagaimana dijelaskan berikut:

1.4.1. Manfaat Teoritis

Sebagai pengembangan pengetahuan tentang penelitian dalam pembelajaran IPS melalui kegiatan yang dikembangkan bertumpu pada beberapa nilai-nilai luhur kehidupan, salah satunya yakni peduli lingkungan.

Selain itu juga menambah khazanah bagi siswa dalam pembelajaran lingkungan hidup di sekolah serta upaya pelayanan pembelajaran di sekolah dari guru sehingga siswa terdorong untuk menjaga dan melestarikan lingkungan yang memiliki fungsi sebagai berikut:

a) Sumber kehidupan; air, tanah, dan tumbuhan.

b) Sumber pembelajaran; belajar di arboretum atau lahan hijau sekolah. Sebagaimana unsur atau komponen lingkungan hidup yang dikemukakan oleh Sapriya (2007:108) yakni terdiri atas; (1) komponen lingkungan fisik (abiotic environment) seperti tanah, batuan, dan iklim, (2) komponen biologi (biotic environment), seperti tumbuhan, hewan dan jasad renik dan, (3) sumber daya manusia sebagai lingkungan budaya (cultural environment).

1.4.2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian tindakan kelas ini dibedakan menjadi empat, yaitu:


(21)

Fitri Aliva , 2013

- Melakukan inovasi pembelajaran yang sinergis dengan penumbuhan kesadaran lingkungan hidup.

- Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran dengan tujuan agar dapat terciptanya suasana pembelajaran kondusif. - Melakukan inovasi pengembangan Green Behaviour siswa yang

prospektif dan berkelanjutan. b. Bagi Siswa

- Sebagai wahana baru dalam proses pembelajaran IPS untuk mengembangkan sikap yang peduli lingkungan.

- Menambah wawasan tentang perkembangan perubahan tata lingkungan hidup dunia dan Indonesia.

c. Bagi Sekolah

- Adanya program baru di sekolah yang bernuansa lingkungan bersifat berkelanjutan.

- Sekolah tidak hanya menjadi lebih bersih, tetapi juga sehat bagi para penghuni dan pengunjungnya.

d. Bagi Program Studi Pendidikan IPS

- Menjadi referensi untuk penelitian yang selanjutnya bagi para adik tingkat baik di prodi Pendidikan IPS maupun program studi dan jurusan lainnya.

1.5. Struktur Organisasi Skripsi

Untuk mempermudah penulisan, maka penyusunan penelitian akan dijabarkan dalam sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memaparkan secara garis besar mengenai masalah yang akan dikaji, adapun di dalamnya terdapat sub pokok yang terdiri dari; Latar Belakang Masalah, Identifikasi dan Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Struktur Organisasi Skripsi.


(22)

Fitri Aliva , 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pada Bab ini peneliti memaparkan kajian yang akan dipakai serta dijadikan acuan oleh peneliti dalam melakukan penelitian. Kajian pustaka ini meliputi; pengertian dan ruang lingkup Green Behaviour, model pembelajaran pelayanan (service learning), dan mata pelajaran IPS. Adapun teori-teori yang digunakan berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan dari para ahli dan peneliti yang telah melakukan penelitian lebih dahulu mengenai masalah yang sama. BAB III METODE PENELITIAN

Pada Bab ini meliputi tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian yang terdiri dari; Metode Penelitian, Lokasi dan Subjek yang peneliti akan laksanakan, Desain Penelitian, Tahapan Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Validitas dan Realibitas Data, dan Analisis Data yang akan dilakukan oleh peneliti.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada Bab ini memaparkan hal-hal yang berkenaan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti berdasarkan analisis data dan fakta yang ditemukan di lapangan selama penelitian. Bab ini juga meliputi gambaran umum sekolah, deskripsi hasil penelitian, dan pembahasan penerapan model pembelajaran pelayanan (service learning) dalam mata pelajaran IPS untuk mengembangkan

Green Behaviour siswa.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan serta berisi pula saran bagi pihak-pihak terkait untuk dikembangkan pada penelitian selanjutnya.


(23)

Fitri Aliva , 2013

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada Bab ini meliputi tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian yang terdiri dari; Metode Penelitian, Lokasi dan Subjek yang peneliti akan laksanakan, Desain Penelitian, Tahapan Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Validitas dan Realibitas Data, dan Analisis Data yang akan dilakukan oleh peneliti.

Untuk dapat melaksanakan kegiatan penelitian dengan baik, peneliti tentu harus menguasai dua hal yaitu; materi substansi dari bidang ilmu yang akan teliti yakni pendidikan, dan teknik atau metodologi untuk melakukan penelitian dengan baik dan benar (Arikunto dalam Riyanto, 2010:6).

3.1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu berusaha mengungkapkan kajian tentang pengembangan Green Behaviour melalui model pembelajaran pelayanan (service learning) dalam mata pelajaran IPS pada siswa kelas VII-F di SMP Negeri 4 Bandung.

Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Kajian pustaka dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu kajian teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.

Pada definisinya penelitian kualitatif atau naturalistic inquiry adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis


(24)

Fitri Aliva , 2013

atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Licoln (1982), Guba (1985) dalam Suharsaputra, 2012:181).

Menurut Moleong (2006:5) penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah.

Adapun penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2011:9), penelitian kualitatif merupakan metode penelitian berlandaskan pada filsafat post positi- visme, digunakan untuk meneliti kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Proses penelitian dimulai dengan menyusun asumsi dasar dan aturan berpikir yang akan digunakan dalam penelitian. Asumsi dan aturan berpikir tersebut selanjutnya diterapkan secara sistematis dalam pengumpulan dan pengolahan data untuk memberikan penjelasan dan argumentasi. Dalam penelitian kualitatif informasi yang dikumpulkan dan diolah harus tetap obyektif dan tidak dipengaruhi oleh pendapat peneliti sendiri. Penelitian kualitatif banyak diterapkan dalam penelitian historis atau deskriptif. Penelitian kualitatif mencakup berbagai pendekatan yang berbeda satu sama lain tetapi memiliki karakteristik dan tujuan yang sama. Berbagai pendekatan tersebut dapat dikenal melalui berbagai istilah seperti: penelitian kualitatif, penelitian lapangan, penelitian naturalistik, penelitian interpretatif, penelitian etnografik, penelitian post positivistic, penelitian fenomenologik, hermeneutic, humanistik dan studi kasus.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa metode kualitatif berarti sesuatu yang berkaitan dengan aspek kualitas, nilai atau makna yang


(25)

Fitri Aliva , 2013

terdapat dibalik fakta. Kualitas, nilai atau makna hanya dapat diungkapkan dan dijelaskan melalui linguistik, bahasa, atau kata-kata.

3.2. Jenis Penelitian

Dilihat dari asumsi dasar dan batasan pada pendekatan penelitian ini yakni penelitian kualitatif, jelas penelitian kualitatif ini sesuai dengan jenis penelitian yang akan dilakukan yaitu melalui penelitian tindakan kelas.

Dalam definisinya penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Taggart (dalam Riyanto, 2010:49) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian reflektif diri yang secara kolektif dilakukan peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktek pendidikan dan sosial siswa, serta pemahaman mereka mengenai praktek ini dan terhadap situasi tempat dilakukan praktek-praktek ini.

Selain itu menurut Wiriaatmadja (2009:13) penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran guru, dan belajar dari pengalaman guru itu sendiri. Guru dapat menguji cobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajarannya dan melihat pengaruh nyata dari upaya tersebut.

Senada dengan yang dikemukakan oleh Wiriaatmadja, Elliot (dalam Riyanto, 2010:49) penelitian tindakan kelas merupakan kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas kegiatan yang ada di dalamnya.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas ini suatu kegiatan dalam pembelajaran di kelas yang meliputi telaah, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan dampak, menjalin hubungan yang diperlukan antara evaluasi dan perkembangan professional sehingga kelas yang melingkupi siswa di dalamnya tersebut tidak lagi terdapat


(26)

Fitri Aliva , 2013

kecenderungan-kecenderungan yang ada dalam kegiatan pembelajaran tersebut misalnya suatu permasalahan yang bersifat negatif.

Apabila guru dapat melakukan hal-hal tersebut, maka guru memiliki kontrol terhadap kegiatan profesinya tersebut. Selanjutnya dalam prakteknya peneliti ketika melakukan penelitian di kelas VII-F SMP Negeri 4 Bandung, harus memperhatikan kurikulum, intruksi kepala sekolah, dosen pembimbing, serta para guru senior, bahkan buku teks yang ditentukan dari awal penelitian. Akan tetapi menurut Wiriaatmadja (2009:25) dengan melakukan penelitian ini akan mengembangkan kemampuan memutuskan, atau mengambil kesimpulan secara professional, dan dengan demikian bergerak kea rah otonomi dan emansipasi, karena kebenaran yang terkandung dalam penelitian yang mereka lakukan harus diterima oleh pihak mana pun.

3.3. Desain Penelitian

Telah dipaparkan sebelumnya bahwa jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dan dilakukan secara kolaboratif. Dalam penelitian kolaboratif pihak yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri sedangkan yang diminta melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti (Arikunto, 2002:17).

Dari kegiatan penelitian kolaboratif tersebut terdapatnya informasi yang akan dikemukakan dari pertanyaan-pertanyaan akan menolong untuk membedakan berbagai aspek permasalahan penelitian, dan membantu ke arah mana perbaikan harus dilakukan dalam penelitian.

Sejatinya dalam penelitian tindakan kelas ini memulai kegiatan dengan kelompok kolaborator dalam skala kecil, tetapi memperluas masyarakat sehingga tahap demi tahap melibatkan makin banyak orang yang dilibatkan dan terpengaruh oleh praktek yang diteliti (Riyanto, 2010:54).


(27)

Fitri Aliva , 2013

Gambar 3.1: Alur kerja PTK Model Spiral

Sumber: Diadaptasi dari Kemmis dan Taggart (dalam Wiriaatmadja, 2009:66)

Secara mendetail Kemmis dan Taggart (dalam Wiriaatmadja, 2009:66) menjelaskan tahap-tahap penelitian tindakan yang dilakukannya. Pada Gambar 2.1; 1) kotak Plan yakni kegiatan pada tahap perencanaan; 2) pada kotak Act

mulai dilakukan tindakan dalam proses pembelajaran pada penelitian tindakan kelas ini; 3) pada kotak Observe siswa dan guru memulai pengamatan pada tugasnya masing-masing; dan 4) pada kotak Reflect melakukan refleksi, dan menyusun perencanaan tindakan pada siklus berikutnya.


(28)

Fitri Aliva , 2013

Adapun langkah-langkah penelitian tidakan kelas dalam penelitian ini sebagai berikut:

3.3.1. Perencanaan (Plan)

Rencana merupakan salah satu dari serangkaian tindakan terencana di dalam penelitian ini. Tahap ini ditunjukkan untuk memecahkan permasalahan yang terjadi di dalam kelas. Pada penelitian ini perencanaan bersifat fleksibel, karena dimaksudkan untuk lebih mudah dalam menyesuaikan rencana yang akan dilaksanakan dalam kegiatan penelitian.

Pada tahapan ini peneliti menyusun serangkaian rencana kegiatan tindakan yang akan dilakukan bersama mitra guru untuk mendapatkan hasil sesuai yang diharapkan berdasarkan analisis masalah yang didapat atas rencana yang direncanakan bersama-sama. Pada penelitian ini rencana yang disusun adalah sebagai berikut:

a. Menentukan kelas yang akan menjadi subjek penelitian dengan mempertimbangkan beberapa hal sesuai dengan kesepakatan mitra guru.

b. Melakukan pra-penelitian terhadap kelas yang akan digunakan untuk subjek penelitian.

c. Meminta kesediaan guru dan teman sejawat untuk menjadi kolaborator dan observer peneliti dalam penelitian yang akan dilaksanakan.

d. Menyusun kesepakatan dengan mitra guru mengenai waktu untuk kegiatan penelitian.

e. Menyusun RPP yang akan digunakan saat proses pembelajaran dalam kegiatan penelitian.


(29)

Fitri Aliva , 2013

f. Merencanakan sistem penilaian yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat mengukur perkembangan Green Behaviour siswa melalui model pembelajaran pelayanan (service learning).

g. Merencanakan diskusi yang akan dilakukan dengan mitra guru pada setiap siklusnya.

h. Membuat rencana perbaikan sebagai tindak lanjut yang akan dilakukan peneliti dengan mitra guru.

i. Merencanakan pengolahan data dari hasil yang diperoleh dari penelitian.

j. Menganalisis data yang didapatkan dari hasil penelitian. 3.3.2. Tindakan (Action)

Tahapan selanjutnya yang perlu diperhatikan dalam setiap penelitian yakni tindakan (action) yang merupakan kegiatan inti dari suatu penelitian. Suatu tindakan dapat terencana apabila tindakan tersebut dibantu dan mengacu kepada rencana yang telah disusun secara sistematis. Adapun langkah-langkah pada tahapan tindakan yang akan dilakukan pada penelitian ini yakni sebagai berikut:

a. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun bersama oleh peneliti dengan mitra guru di sekolah, pada tahap perencanaan yaitu tindakan yang sesuai dengan RPP yang telah disusun.

b. Menerapkan model pembelajaran pelayanan (service learning) dengan implementasinya yakni melakukan kegiatan pembelajaran praktik di dalam dan di luar kelas pada mata pelajaran IPS.

c. Melakukan diskusi balikan dengan mitra guru.

d. Melakukan perbaikan tindakan sebagai tindak lanjut dari hasil diskusi balikan bersama mitra guru dan dibantu pula oleh teman sejawat.


(30)

Fitri Aliva , 2013

e. Melakukan pengolahan dan analisis data dari hasil tindakan yang telah dilakukan.

Tindakan ini dilakukan sesuai dengan data yang didapatkan dari hasil pra-penelitian dan menjadi catatan lapangan mengenai keadaan kelas yang akan diberikan tindakan dalam pelaksanaan penelitian ini.

3.3.3. Pengamatan (Observe)

Kegiatan pengamatan atau observasi di dalam penelitian tindakan kelas mempunyai fungsi untuk mengdokumentasikan implikasi tindakan yang diberikan kepada subjek penelitian yakni siswa kelas VII-F di SMP Negeri 4 Bandung. Oleh karena itu observasi mempunyai berbagai macam manfaat dalam penelitian, salah satunya yakni memiliki dasar-dasar reflektif waktu sekarang, dan pada waktu masa yang akan datang.

Adapun pelaksanaan pengamatan atau observasi yang dilakukan bersamaan dengan dilaksanakannya tindakan yakni sebagai berikut:

a. Pengamatan terhadap keadaan kelas yang menjadi subjek penelitian yakni kelas VII-F SMP Negeri 4 Bandung.

b. Pengamatan mengenai kesesuaian kegiatan proses pembelajaran dengan pokok bahasan yang dipilih pada RPP yang telah disusun. c. Pengamatan kesesuaian metode belajar dengan kaidah-kaidah teoritis

yang digunakan.

d. Pengamatan terhadap keefektifan pengembangan Green Behaviour

melalui model pembelajaran pelayanan (service learning) pada mata pelajaran IPS.


(31)

Fitri Aliva , 2013

Pada tahap ini peneliti melakukan peninajauan ulang terhadap siswa dan guru di kelas VII-F SMP Negeri 4 Bandung untuk selanjutnya mencatat kekurangan dalam setiap tindakan yang dilakukan sebelumnya untuk dilakukannya perbaikan menjadi perencanaan baru dan tindakan pada pertemuan selanjutnya.

3.3.4. Refleksi (Reflect)

Langkah pada tahap refleksi ini merupakan bagian dari tahap diskusi dan analisis penelitian setelah melakukan tindakan yang dilakukan peneliti sehingga memberikan arahan kepada perbaikan untuk tindakan pada penelitian selanjutnya. Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap refleksi ini yakni sebagai berikut:

a. Melakukan kegiatan diskusi balikan dengan mitra guru, siswa, dan dibantu pula oleh teman sejawat setelah tindakan ini dilaksanskan. b. Merefleksikan hasil diskusi balikan untuk dilakukan pada siklus

selanjutnya.

c. Mendiskusikan hasil observasi penelitian ini dengan dosen pembimbing.

Menurut Wiriaatmadja sendiri (2009:66) bahwa refleksi atau mempertimbangkan baik atau buruknya atau pun berhasilnya tindakan, merupakan bagian dari tahap diskusi dan analisis penelitian sesudah tindakan dilakukan sehingga memberikan arah bagi perbaikan selanjutnya. Bentuk dari model ini digambarkan dalam alur-alur tahap penelitian, namun demikian tetap berada dalam pembagian siklus yang bergerak dalam spiral.

3.4. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 4 Bandung karena berdasarkan pengamatan pada pra-penelitian, sekolah ini sudah tersedianya green area atau


(32)

Fitri Aliva , 2013

lahan hijau yang secara terpisah disetiap sudut sekolah menjadi tiga lahan. Green area tersebut biasa disebut dengan arboretum.

Pada fungsinya green area ini biasa dijadikan learning area atau tempat pembelajaran dalam mata pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH). Menurut keterangan seorang guru PLH, green area ini bukan hanya ditanami tanaman hias akan tetapi pada pembelajaran sebelumnya siswa diberikan pemahaman tentang budidaya sayuran. Seperti yang terlihat pada dua lahan yang ditanami cabai, tomat, dan lain-lain.

3.5. Subjek dan Objek Penelitian

Di dalam penelitian ini, peneliti merupakan instrumen kunci yang sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif. Untuk itu peneliti secara individu akan turun ke tengah-tengah masyarakat guna memperoleh data dari informan yang menjadi subjek penelitian. Seperti yang diungkapkan oleh Riyanto (2010:59) bahwa penelitian yang dilakukan peneliti ini masuk dalam jenis penelitian tindakan partisipan yang berarti orang yang akan melakukan tindakan terlibat dalam proses penelitian dari awal.

Adapun yang menjadi informan atau responden penelitian ini adalah siswa kelas VIIF SMP Negeri 4 Bandung. Sedangkan penelitian ini adalah pengembangan Green Behaviour melalui model pembelajaran pelayanan (service learning) dalam mata pelajaran IPS. Dalam hal ini pokok bahasan yang akan diangkat dalam pembelajaran adalah mengenai Atmosfer.

Selain pada fungsinya yang telah dipaparkan sebelumnya, green area di SMP Negeri 4 Bandung ini amat sangat membantu dalam penelitian yang akan dilakukan pada kelas VII-F yang cenderung jauh dari rasa peduli terhadap


(33)

Fitri Aliva , 2013

lingkungannya, baik itu lingkungan kelas mau pun sekolah yang utamanya yaitu merawat ketiga green area tersebut.

3.6. Definisi Operasional

Dalam mengembangkan model pembelajaran pelayanan (service learning) tentu bukan hal yang mudah, karena selain peneliti terlebih harus memahami konsep dari model pembelajaran tersebut, tetapi juga dapat melakukan making meaningfull connection, doing significant works, collaborating, critical and creative thinking, dan using authentic assessment. Hal tersebut sebelumnya telah dipaparkan yang merupakan ciri dari model pembelajaran pelayanan (service learning) sebagai bagian dari CTL.

Pembelajaran yang menekankan pada hasil pengalaman secara langsung dan tidak langsung ini dilakukan ketika siswa sudah merasa jenuh dengan metode pembelajaran yang berupa ceramah dan tanya jawab semata. Untuk itu guru dan siswa dituntut untuk berperan aktif dan melakukan aksi sosial atau bakti sosial baik untuk sekolahnya sendiri maupun untuk dirinya sendiri yang mendapatkan pengalaman secara langsung. Seperti yang diungkapkan oleh Billig (dalam Olim,

http://file.upi.edu/Direktori/...pdf 28/11/2012) yang mendefinisikan pembelajaran berbasis layanan sebagai satu bentuk belajar berdasarkan pengalaman dimana belajar berlangsung dimana semua pihak yang terlibat guru, murid dan semua pendukung lainnya bekerjasama dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan refleksi.

3.7. Tahapan Penelitian

Proses pembelajaran dalam penelitian ini dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan oleh SMP Negeri 4 Bandung. Hal tersebut dilakukan agar tidak mengganggu kegiatan lain yang akan maupun sedang berlangsung pada kelas yang menjadi subjek penelitian serta sarana yang akan digunakannya pun


(34)

Fitri Aliva , 2013

terlebih telah mendapat ijin dari pihak yang bersangkutan. Berikut merupakan tahap-tahap dari serangkain rencana penelitian yang akan dilakukan:

Tahapan Penelitian Siklus I

1) Perencanaan

a. Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah. b. Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses

pembelajaran.

c. Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yakni tentang lingkungan penduduk.

d. Memilih bahan pelajaran tentang masalah sosial berkenaan dengan lingkungan.

e. Menentukan skenario pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dan model pembelajaran pelayanan (service learning).

f. Mempersiapkan sumber belajar, bahan, dan alat bantu yang dibutuhkan.

g. Menyusun lembar kerja siswa. h. Mengembangkan format evaluasi.

i. Mengembangkan format observasi pembelajaran. 2) Tindakan

a. Mengecek kehadiran dan kesiapan siswa kelas VII-F dalam menerima materi pembelajaran.

b. Menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario pembelajaran. c. Siswa mendengarkan penjelasan peneliti untuk mengawali materi

yang akan disajikan melalui tayangan audio visual dan visual grafis mengenai masalah sosial lingkungan.

d. Mendefinisikan hal apa saja yang menjadi upaya dalam meminimalisir masalah tersebut yang diistilahkan sebagai Green Behaviour dan pembedanya adalah Non Green Behaviour.


(35)

Fitri Aliva , 2013

e. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang telah disajikan melalui tayangan media pembelajaran.

f. Siswa memahami materi pembelajaran yang sudah dikemas dalam bentuk media pembelajaran.

g. Siswa berdiskusi dengan materi yang sudah dipersiapkan oleh peneliti.

h. Masing-masing kelompok melaporkan hasil diskusinya tentang tayangan media pembelajaran tersebut.

i. Siswa mengerjakan lembar kerja siswa (LKS). 3) Pengamatan

a. Melakukan observasi dengan memakai format observasi yang sudah disiapkan yaitu berupa tabel-tabel isian untuk setiap aspek penilaian dalam observasi.

b. Menilai tindakan dengan menggunakan format lembar kerja siswa (LKS).

4)Refleksi

a. Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan.

b. Melakukan pertemuan dengan mitra guru untuk membahas hasil evaluasi tentang skenario pembelajaran dan LKS.

c. Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya.

Tahapan Penelitian Siklus II

1) Perencanaan

a. Identifikasi masalah yang muncul pada siklus I dan belum teratasi berikut penetapan alternatif pemecahan masalah.


(36)

Fitri Aliva , 2013

b. Menentukan indikator pencapaian hasil belajar yakni kepedulian siswa terhadap lingkungan dan mampu melakukan Green Behaviour.

c. Pengembangan program tindakan II, menekankan pada hasil yang diharapkan.

2) Tindakan

Pelaksanaan siklus II mengacu pada indentifikasi masalah yang muncul pada siklus I, sesuai dengan alternatif pemecahan masalah yang sudah ditentukan, melalui:

a. Mengecek kehadiran dan kesiapan siswa kelas VII-F dalam menerima materi pembelajaran.

b. Guru melaksanakan apersepsi. Misalnya: “Bagaimana jika di bumi tidak ada udara (gas oksigen) yang biasa di hirup oleh kita sebagai manusia?”

c. Guru/peneliti memberikan motivasi terhadap lingkungan yang baik sehingga udara yang sehat tetap dapat dihirup oleh manusia.

d. Siswa diperkenalkan dengan materi yang akan dibahas dan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran.

e. Siswa mengamati materi yang telah disajikan pada siklus I melalui pembelajaran langsung di lingkungan sekolah.

f. Guru/peneliti mengajak siswa melakukan kegiatan pembelajaran untuk mempraktikkan Green Behaviour sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan

g. Siswa bersama-sama menciptakan ruang kelas yang indah dan sehat dengan cara membersihkannya bersama-sama.

h. Siswa mempraktikkan bagaimana Green Behaviour tersebut, baik di dalam kelas.

i. Setelah selesai mempraktikkan, siswa melakukan diskusi kelompok belajar, memahami materi mengenai Green Behaviour dan Non Green Behaviour.


(37)

Fitri Aliva , 2013

j. Peningkatan kepedulian terhadap lingkungan serta berperan langsung dalam perencanaan program Green School di SMP Negeri 4 Bandung. k. Siswa menyelesaikan tugas pada LKS.

l. Evaluasi tentang apa yang telah diamati bersama, sehingga dapat memecahkan masalah bersama.

3) Pengamatan

a. Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan selama pelaksanaan tindakan berlangsung.

b. Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah dipersiapkan. 4) Refleksi

a. Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus II berdasarkan data yang terkumpul.

b. Membahas hasil evaluasi tentang skenario pembelajaran pada siklus II. c. Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi untuk

digunakan pada siklus III. 5) Evaluasi Tindakan II

Indikator keberhasilan yang dicapai pada siklus ini diharapkan mengalami kemajuan minimal 10% dari siklus I.

Tahapan Penelitian Siklus III

Tahapan pada siklus III dimaksudkan sebagai hasil refleksi dan perbaikan terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus II.

1) Perencanaan

a. Sebagai pembiasaan dari hasil siklus I dan siklus II

b. Menentukan indikator pencapaian hasil belajar yakni mampu memahami dan melakukan Green Behaviour.


(38)

Fitri Aliva , 2013

Pelaksanaan siklus III mengacu pada pembiasaan siswa dari hasil yang telah didapat pada siklus I dan siklus II, melalui:

a. Mengecek kehadiran dan kesiapan siswa kelas VII-F dalam menerima materi pembelajaran.

b. Guru melaksanakan apersepsi. Misalnya: “Gas oksigen dihasilkan oleh tanaman, apakah selama kamu sekolah di SMP Negeri 4 Bandung pernah ikut merawat tanaman yang tersedia di green area?”

c. Guru/peneliti memberikan motivasi terhadap lingkungan yang baik sehingga udara yang sehat tetap dapat dihirup oleh manusia.

d. Siswa diperkenalkan dengan materi yang akan dibahas dan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran.

e. Siswa mengamati materi yang telah disajikan pada siklus I dan siklus II melalui pembelajaran langsung di lingkungan sekolah.

f. Guru/peneliti mengajak siswa melakukan kegiatan pembelajaran untuk mempraktikkan penanaman bibit pohonsebagai penghasil gas oksigen yang mutlak dibutuhkan oleh manusia.

g. Siswa mempraktikkan bagaimana Green Behaviour tersebut, baik di dalam kelas mau pun di lingkungan sekolah.

h. Setelah selesai mempraktikkan, siswa melakukan diskusi kelompok belajar, memahami materi mengenai Green Behaviour dan Non Green Behaviour.

i. Peningkatan kepedulian terhadap lingkungan serta berperan langsung dalam perencanaan program Green School di SMP Negeri 4 Bandung. j. Siswa menyelesaikan tugas pada LKS.

k. Evaluasi tentang apa yang telah diamati bersama, sehingga dapat memecahkan masalah bersama.

3) Pengamatan

a. Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan selama pelaksanaan tindakan berlangsung.


(39)

Fitri Aliva , 2013

b. Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah dipersiapkan. 4) Evaluasi Tindakan III

Indikator keberhasilan yang dicapai pada siklus ini diharapkan mengalami kemajuan minimal 90% dari siklus I dan siklus II yang selanjutnya melakukan monitoring untuk pembiasaan pada perilaku ini.

3.8. Teknik Pengumpulan Data

Dalam suatu penelitian selalu terjadi proses pengumpulan data. Dalm proses pengumpulan data tersebut akan menggunakan satu atau beberapa metode.

Menurut Mulyasa (2011:24) dalam proses pengumpulan data dari hasil penelitan kualitatif, terdapat empat prinsip etika yang harus diperhatikan dalam penelitian, yaitu sebagai berikut:

1) Identitas subjek harus dilindungi sehingga informasi yang dikumpulkan tidak mempermalukan atau menjatuhkan mereka. Eloknya, menggunakan proses koding (pengkodean) terhadap subjek penelitian sehingga hanya peneliti mampu menjaga kerahasiaan.

2) Perlakukan subjek dengan baik dan raihlah kerja samanya dalam penelitian. Adanya kerja sama yang baik antara peneliti dengan subjek yang diteliti akan sangat membantu mencapai tujuan penelitian secara efektif dengan data yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.

3) Dalam pengurusan ijin, untuk melakukan penelitian, perlu dijelaskan kepada orang yang dinegosiasi tentang pemahaman persetujuan, dan harus dituangkan secara tertulis dan ditandatangani serta ditembuskan kepada orang-orang yang berkepentingan.

4) Ceritakan sejujurnya ketika melakukan penulisan dan melaporkan suatu penemuan. Untuk kepentingan tersebut dalam penelitian kualitatif ada tahapan yang disebut member check, yakni mengadakan pengecekkan


(40)

Fitri Aliva , 2013

kembali terhadap sumber data atau subjek tentang apa-apa yang ditulis sebagai laporan penelitian.

Selanjutnya kegiatan pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui:

3.8.1. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan cara komunikasi, yakni melalui kontak atau hubungan pribadi antara pengumpul data (pewawancara) dengan sumber data (responden). Komunikasi tersebut dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung (Adi, 2004:72).

Ada pun pedoman dalam wawancara penelitian ini, peneliti merujuk pada pedoman wawancara yang dikemukakan (Singarimbun dalam Adi, 2004:75) berikut konsepnya:

Persiapan sebelum wawancara:

a. Mempelajari dan menguasai pertanyaan yang akan diajukan.

b. Menguji coba pertanyaan tersebut kepada diri sendiri, untuk mengetes apakah kita tahu benar maksud pertanyaan itu. Lalu diuji cobakan pada orang lain atau teman sebagai latihan.

c. Memikirkan waktu yang cocok untuk menemui responden mengingat pekerjaan yang menjadi kewajibannya.

d. Mengulangi pembacaan pertanyaan selama wawancara.

Dalam pelaksanaannya, peneliti mewawancarai responden secara pribadi atau hanya ada peneliti dan responden saja agar penelitian lebih signifikan. Selain itu, jawaban dari responden sejatinya bersifat khusus, maka dari itu ketika responden memberikan jawaban yang masih bersifat luas dan umum peneliti tidak sungkan untuk kembali menanyakan lagi dengan jelas dan relevan dengan


(41)

Fitri Aliva , 2013

jawaban apa yang peneliti harapkan. Bagaimana pun ketika wawancara telah selesai, peneliti senantiasa memeriksa kembali dengan teliti agar tidak ada unsur-unsur pertanyaan yang terlampaui.

Jalannya wawancara sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi sekitar yang akan menghambat dan mempengaruhi jawaban dan data yang diperoleh (Riyanto, 2010:86).

3.8.2. Observasi

Menurut Adi (2004:70) data untuk menjawab masalah penelitian dapat dilakukan pula dengan cara pengamatan, yakni mengamati gejala yang diteliti. Dalam hal ini panca indera manusia (penglihatan dan pendengaran) diperlukan untuk menangkap gejala yang diamati. Apa yang ditangkap tadi, diacatat selanjutnya catatan tersebut dianalisis.

Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan jenis observasi partisipan, dimana observer berpatisipasi dan berperan aktif dalam kegiatan observasi tersebut.

Dalam penyajian langkah-langkah pembelajaran dilakukan dan bagaimana peneliti memulai dengan pengumpulan data melalui observasi dilakukan. Menurut Wiriaatmadja (2009:106) ada tiga fase esensial dalam mengobservasi kelas yaitu pertemuan perencanaan, observasi kelas, dan diskusi balikan. Langkah-langkah tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.2: Fase observasi


(42)

Fitri Aliva , 2013

Sumber: Wiriaatmadja (2009:106).

Peneliti beserta guru senior akan mempelajari bersama hasil observasi, menyepakati hasil pengamatan yang berbentuk kekurangan atau keberhasilan untuk dijadikan catatan lapangan dan mendiskusikan langkah-langkah berikutnya.

Dengan berpedoman pada observasi peduli lingkungan dan observasi pelaksanaan pembelajaran pelayanan (service learning). Observasi peduli lingkungan dalam pengembangan Green Behaviour siswa difokuskan pada peran aktif atau partisipasi siswa dalam proses pembelajaran IPS. Adapun observasi berikutnya yang memfokuskan pada aktivitas guru maupun siswa dalam proses pembelajaran IPS yang berwawasan lingkungan hidup.

3.8.3. Studi dokumentasi

Peneliti mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dari perspektif merekam yang terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut diperoleh dari lembar observasi, lembar wawancara, catatan lapangan, daftar nama siswa, dan foto-foto selama proses pembelajaran.

Untuk melengkapi data penelitian juga perlunya:

1) Mengadakan wawancara (dengan Kepala Sekolah, guru senior serta siswa) seperti yang telah diungkapkan sebelumnya.

2) Mengumpulkan dokumen yang relevan, baik berupa hasil laporan kunjungan siswa mau pun RPP terkait tema penelitian ini.

3) Melakukan rekaman dalam bentuk audio-visual.

4) Serta hal-hal yang dianggap perlu dilakukan dan didokumentasikan seperti catatan lapangan peneliti hingga membuat analisisnya.


(43)

Fitri Aliva , 2013

Pemeriksaan keabsahan atau keakuratan data yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan teknik yang dikemukakan oleh Moleong (2006), yaitu :

a. Perpanjangan keikutsertaan b. Ketekunan Pengamatan c. Triangulasi

Metode yang digunakan dalam triangulasi ini antara lain : 1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan wawancara.

2) Membandingkan persepsi dan perilaku seseorang dengan orang lain. 3) Membandingkan data dokumentasi dengan wawancara.

4) Melakukan perbandingan dengan teman sejawat. 5) Membandingkan hasil temuan dengan teori. d. Expert opinion.

e. Member check, yakni memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari nara sumber (Hopkins dalam Wiriaatmadja, 2009:168).

f. Pemeriksaan teman sejawat melalui diskusi.

Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara dalam bentuk diskusi dengan pembimbing, penguji, dan teman seangkatan.

3.10. Teknik Analisis Data

Data yang telah terkumpul perlu dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian yang ada dalam PTK, analisis dilakukan sejak awal dan mencakup setiap aspek kegiatan penelitian. Ketika pencatatan lapangan melalui observasi atau pengamatan tentang kegiatan pembelajaran di kelas, peneliti dapat langsung menganalisis apa yang diamatinya, suasana kelas dalam pembelajaran, cara guru mengajar, dan interaksi pembelajaran. Peneliti perlu memahami teknik analisis data yang tepat agar hasil penelitiannya dapat memberikan manfaat dalam


(44)

Fitri Aliva , 2013

meningkatkan kualitas pembelajaran secara tepat, sesuai dengan kondisi yang terjadi di dalam kelas (Mulyasa, 2011:70).

Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2011:246), menemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Langkah-langkah analisis data ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar 3.3: Siklus model interaktif

Sumber: Diadaptasi dari Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2011:247)

1) Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi (Sugiyono, 2011:249).

Selain itu reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung terus menerus selama penelitian di lapangan. Selama pengumpulan data


(45)

Fitri Aliva , 2013

berlangsung, terjadi tahapan reduksi selanjutnya membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat gugus-gugus, membuat partisi, menulis memo. Reduksi data dan proses transformasi ini berlanjut terus sesudah penelitian lapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun.

2) Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data merupakan rangkaian kalimat yang disusun secara logis dan sistematis sehingga mudah dipahami. Kemampuan manusia sangat terbatas dalam menghadapi catatan lapangan yang biasa, jadi mencapai ribuan halaman. Oleh karena itu diperlukan sajian data yang jelas dan sistematis dalam membantu peneliti menyelesaikan pekerjaannya.

Dengan menyajikan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut (Sugiyono, 2011:249).

3) Verifikasi Data

Penarikan kesimpulan sebagai dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Verifikasi data merupakan langkah ketiga dalam analisis data menurut Miles dan Huberman. Kesimpulan-kesimpulan diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi merupakan tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan dengan peninjauan kembali sebagai upaya untuk menempatkan salinan suatu temuan dalam seperangkat data yang lain. Singkatnya, makna-makna yang muncul dari data harus diuji kebenaranya, kekokohannya dan kecocokannya yakni yang merupakan validitasnya.

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah


(46)

Fitri Aliva , 2013

dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan (Sugiyono, 2011:253).


(47)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan serta berisi pula saran bagi pihak-pihak terkait untuk dikembangkan pada penelitian selanjutnya.

5.1. KESIMPULAN

Penelitian ini menjalani berbagai proses, mulai dari orientasi atau pra penelitian untuk mengetahui permasalahan yang ada di lapangan, perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi dengan tetap berpijak pada rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Perencanaan penelitian dalam menerapkan model pembelajaran pelayanan (service learning) untuk pengembangan Green Behaviour siswa dalam mata pelajaran IPS pada kelas VII-F di SMP Negeri 4 Bandung berjalan dengan lancar karena bimbingan dan arahan dari mitra guru dan beberapa guru lainnya sangat berguna untuk menyelesaikan permasalahan menyangkut dengan penyusunan media pembelajaran yang digunakan yakni berupa audio visual, serta menyiapkan alat yang akan digunakan pada kegiatan pembelajaran. Tahap perencanaan pada penelitian ini selebihnya dapat dilihat pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang terlampir. 2. Penerapan model pembelajaran pelayanan (service learning) untuk

pengembangan Green Behaviour siswa dalam mata pelajaran IPS pada kelas VII-F di SMP Negeri 4 Bandung sesuai yang diharapkan karena siswa begitu antusias dengan kegiatan pembelajaran ini dan sangat berperan dalam pemahaman siswa terhadap materi pada pokok bahasan Atmosfer. Dengan menyampaikan materi melalui media pembelajaran berupa audio visual,


(1)

144

5.2.2. Bagi Khazanah Ilmu

Dalam pemahaman siswa terhadap suatu materi pembelajaran secara kontekstual, maka diperlukan kegiatan pembelajaran yang lebih bervariatif dan senantiasa menerapkan aspek-aspek nyata seperti kejadian yang sedang hangat-hangatnya terjadi di sekitar siswa. Dengan kemajuan teknologi dan informasi dan kemampuan ekonomi yang semakin naik membuat siswa sudah terbiasa dengan

gadget sehingga diperlukan kemampuan guru yang mampu mengikuti perkembangan teknologi dan informasi sehingga mampu mengikuti minat dan bakat yang siswa miliki akan teknologi dan informasi pada saat ini.

Selain dari pemaparan di atas untuk menjadikan kegiatan pembelajaran yang efektif, diperlukan pula situasi dari proses pembelajaran yang non teacher centered dan tidak hanya terpaku pada buku teks pegangan siswa. Pemilihan materi yang inti dan merealisasikannya dalam tugas kelompok untuk mempraktikan langsung dalam mencapai indikator yang dikembangkan dalam materi tersebut.

Khusus untuk beberapa tindakan yang dilakukan, sehubungan dengan upaya pengembangan Green Behaviour siswa melalui model pembelajaran pelayanan (service learning) dalam mata pelajaran IPS di SMP Negeri 4 Bandung yang dilakukan pada siswa kelas VII-F, semoga materi yang ada dapat bermanfaat juga untuk kelas VII lain sampai pada kelas VIII dan kelas IX, sehingga Green Behaviour ini tercermin dalam harapan program sekolah yakni

Green School secara berkelanjutan.

5.2.3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dalam penelitian ini menggunakan cara-cara yang sederhana dalam upaya mengembangkan Green Behaviour siswa. Dibutuhkan upaya yang lebih keras dan cara yang lebih tepat agar Green Behaviour ini dapat benar-benar tercipta dan berkelanjutan, untuk itu jalan terbuka bagi siapa saja untuk melakukan penelitian ini bagi peneliti selanjutnya. Dan hal-hal yang harus peneliti perhatikan


(2)

145

a. Sebelum melaksanakan kegiatan penelitian di kelas, peneliti diharapkan untuk lebih mempersiapkan diri secara maksimal agar senantiasa dapat melaksanakan kegiatan penelitian dengan baik.

b. Sebaiknya peneliti selalu mencari referensi mengenai strategi dan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakter siswa maupun materi yang akan diajarkan pada suatu tindakan agar penyampaiannya dapat diterima dan diserap oleh siswa secara efektif.

c. Peneliti harus senantiasa meminta masukan dan koreksi, baik dari dosen pembimbing skripsi, maupun dari mitra guru dan beberapa pihak sekolah terhadap tindakan di kelas maupun terhadap rencana tindakan yang telah disusun.

d. Peneliti harus mampu bersikap, berpenampilan, dan bertindak sebagaimana layaknya seorang guru yang profesional serta senantiasa memberikan teladan yang baik bagi siswa di dalam dan di luar kelas.

Pada penelitian selanjutnya, peneliti dapat memilih lokasi yang berbeda dengan metode dan model pembelajaran yang berbeda tetapi untuk pengembangan perilaku yang sama yaitu Green Behaviour. Memperbanyak tindakan yang dilakukan ke arah pembiasaan agar perubahan perilaku yang diharapkan dapat terwujud dengan maksimal secara berkelanjutan. Melalui penelitian selanjutnya diharapkan memperoleh cara baru untuk lebih mengembangkan Green Behaviour ini yang sangat diperlukan bagi terciptanya lingkungan kelas yang menjadi ruang belajar menjadi lebih kondusif serta lingkungan sekolah yang bersih, sehat dalam jangka panjang dapat membantu meminimalisir kerusakan alam.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber dari buku:

Adi, R. (2004). Metode Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta: Granit.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Effendi, R. (2010). Perspektif dan Tujuan Pendidikan IPS (dalam Inovasi Pembelajaran IPS). Bandung: Rizqi Press.

Gage, et.all. (1979). Educational Psychology. Second Edition, Chicago: Rand Mc. Nally.

Giddens, A. (2000). The Third Way: Jalan Ketiga Pembaharuan Demokrasi Sosial. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Gorz, A. (2002). Ekologis dan Krisis Kapitalisme. Yogyakarta: Insist Press. Hasan, H. (2010). Revitalisasi Pendidikan IPS dan Ilmu Sosial Untuk

Pengembangan Bangsa (dalam Inovasi Pembelajaran IPS). Bandung: Rizqi Press.

Indikka, K. (2012). Tesis: Pengembangan Green Behavior Pada Siswa Melalui Penggunaan Media Audio Visual Dalam Metode Pembelajaran Example Non-Examples Pada Mata Pelajaran IPS di Sekolah Dasar. UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Kertih, W. (2012). Inovasi Pendidikan IPS Sebagai Wahana Pendidikan Karakter Bangsa (dalam Prosiding: Seminar Nasional Pendidikan IPS 2012). UPI Bandung.

Koentjaraningrat. (2000). Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT Gramedia Pusaka Utama.

Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi.

Bandung: PT Refika Aditama.

Maesaroh, S. (2012). Skripsi: Penerapan Model Pembelajaran Kooperative Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas II Pada Mata Pelajaran IPS Pokok Bahasan Dokumen Diri dan Keluarga. UPI Bandung: Tidak diterbitkan.


(4)

Moleong, L. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Muhaimin. (2012). Pengembangangan Nilai Moral Dalam Membentuk Kompetensi Ekologis Siswa Dalam Pembelajaran IPS (dalam Prosiding: Seminar Nasional Pendidikan IPS 2012). UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Mulyana, A. (2010). Model Pembelajaran IPS Terpadu Berbasis TIK (dalam

Inovasi Pembelajaran IPS). Bandung: Rizqi Press.

Mulyasa, E. (2011). Praktik Penelitian Tindakan Kelas: menciptakan perbaikan berkesinambungan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muslich, M. (2009). KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual.

Jakarta: Bumi Aksara.

Narsija. (2012). Tesis: Pengaruh Penerapan Model Contextual Teaching And Learning Terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS di SD.

Nurhadi, et.all. (2004). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: UM Press.

Riyanto, Y. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: SIC.

Rusmana. (2010). Tesis: Pembelajaran Nilai PLH Dalam Mewujudkan Sekolah Berbudaya Lingkungan. UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Sapriya. (2008). Pendidikan IPS. Bandung: Laboraturium PKn UPI Bandung. ______, et.all. (2008). Konsep Dasar IPS. Bandung: Laboraturium PKn UPI

Bandung.

______, (2009). Pendidikan IPS: konsep dan pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sayakti, L. (2003). Tesis: Implementasi Konsep Lingkungan Hidup Sebagai Sumber Belajar Dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Somantri, N. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Somantrie, H. (2011). Bahan Ajar: Konsep Dasar Ilmu Sosial. UPI Bandung: Tidak diterbitkan.


(5)

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

________. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suharsaputra, U. (2012). Metode penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan.

Bandung: Refika Aditama.

Sumaryana. (2002). Tesis: Pengaruh Pelaksanaan Program Pendidikan Lingkungan Hidup Terhadap Kesadaran Siswa Dalam Menjaga Lingkungan. UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Supriatna, N. (2010). Pandangan Post Modernisme dalam Mengembangkan Inovasi Pembelajaran IPS (dalam Inovasi Pembelajaran IPS). Bandung: Rizqi Press.

Togatorop, S. (2012). Skripsi: Perbandingan Hasil Belajar Siswa Yang Menggunakan Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) Dengan Siswa Yang Menggunakan Model Challenge Inquiry Pada Kompetensi Menguasai Alat Ukur Listrik Dan Elektronika Di SMK Negeri 6 Bandung. UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Winarti, M. (2012). Green School: Implentasi Pendidikan Lingkungan Hidup

(dalam Prosiding: Seminar Nasional Pendidikan IPS 2012). UPI Bandung. Wiraatmadja, R. (2009). Metode Penelitian Tindakan Kelas: untuk meningkatkan

kinerja guru dan dosen. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Wiyanarti, et.all. (2010). Buku Ajar Pendidikan Ilmu Sosial: Mengembangkan Pendidikan Ilmu Sosial yang Bermakna. UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Yusuf, et.all. (1988). Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup: di IKIP

dan FKIP. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sumber dari internet:

Anonim. Pembelajaran Kontekstual. [Online]. Tersedia:

gurupembaharu.com/home/download/Pembelajaran_Kontekstual.ppt (27

Februari 2013).


(6)

Newman, C. What is Service Learning?. [Online]. Tersedia:

http://www.cn.edu/undergraduate/programs/c-nvolved-a-service-learning-program/what-is-service-learning (25 januari 2013).

Olim, A. (2010). Mencari Metode Pendidikan Karakter Untuk PAUD: Belajar Berbasis Layanan (service learning). [Online]. Tersedia:

file.upi.edu/Direktori/PROCEEDING/UPIUPSI/2010/Book_1/MENCARI_ METODE_PENDIDIKAN_KARAKTER_UNTUK_PAUD_BELAJAR_B

ERBASIS_LAYANAN_(SERVICE_LEARNING).pdf (28/11/2012).

Santoso, R. (2011). Pembelajaran Berbasis Jasa-Layanan (Service Learning).

[Online]. Tersedia: http://ras-eko.blogspot.com/2011/05/pembelajaran-berbasis-jasa-layanan.html (27 Februari 2013).

Undang Undang No. 23 Tahun 1997, Tentang : Pengelolaan Lingkungan Hidup.

[Online]. Tersedia: http://bk.menlh.go.id/files/UU-2397.pdf (24 Januari 2012).


Dokumen yang terkait

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) Pada Mata Pelajaran Ips

0 7 107

Pengembangan Green Behaviour Peserta Didik Pada Pembelajaran Ips Melalui Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning): Penelitian Tindakan Kelas di SMPN 16 Bandung Kelas VII-1.

14 59 48

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DALAM MATA PELAJARAN IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Bandung Kelas VIII-B.

0 4 53

PENGEMBANGAN ECOLITERACY MELALUI TUGAS PEMBUATAN PUZZLE BERBAHAN DASAR BARANG BEKAS DALAM PEMBELAJARAN IPS : Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VII-B SMP Negeri 40 Bandung.

13 40 58

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OTENTIK (AUTHENTIC LEARNING) DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA: Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII A SMP NEGERI 7 BANDUNG.

4 8 40

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA MELALUI KOMIK BERBASIS BUDAYA LOKAL DALAM PEMBELAJARAN IPS: Penelitian tindakan kelas di kelas VII F smp negeri 12 Bandung.

3 11 70

PENGEMBANGAN GREEN BEHAVIOUR MELALUI BABASAN PARIBASA SUNDA DALAM PEMBELAJARAN IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 44 Bandung.

4 17 51

PENGEMBANGAN GREEN BEHAVIOUR MELALUI BABASAN PARIBASA SUNDA DALAM PEMBELAJARAN IPS : Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 44 Bandung.

0 9 37

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DENGAN MEDIA LINGKUNGAN PADA SISWA KELAS VII F SMP NEGERI 3 BATANG

0 0 14

PENGEMBANGAN MATA PELAJARAN DALAM KTSP

0 0 1