PENGEMBANGAN ECOLITERACY MELALUI TUGAS PEMBUATAN PUZZLE BERBAHAN DASAR BARANG BEKAS DALAM PEMBELAJARAN IPS : Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VII-B SMP Negeri 40 Bandung.

(1)

PUZZLE BERBAHAN DASAR BARANG BEKAS DALAM PEMBELAJARAN IPS

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VII-B SMP Negeri 40 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

oleh:

Nida Rosa Kumala NIM 1006662

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

Bandung)

Oleh

Nida Rosa Kumala

sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Nida Rosa Kumala 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

PUZZLE BERBAHAN DASAR BARANG BEKAS DALAM PEMBELAJARAN IPS

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VII-B SMP Negeri 40 Bandung)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING Pembimbing I

Dr. Nana Supriatna, M.Ed NIP. 19611014 1986011 001

Pembimbing II

Yeni Kurniawati, M.Pd NIP. 19770602 200312 2 001

Mengetahui

Ketua Prodi Pendidikan IPS

Dr. Nana Supriatna, M.Ed NIP.19611014 1986011 001


(4)

iv

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Struktur Organisasi ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Melek Ekologi (Ecoliteracy) ... 9

1. Ekologi ... 9

2. Ecoliteracy ... 13

3. Pengembangan Ecoliteracy dalam Pembelajaran IPS... 18

B. Pengembangan Tugas dalam Pembelajaran IPS ... 20

1. Penugasan Project Based Learning ... 20

2. Jenis-Jenis Penilaian... 26

3. Produk dan Portofolio ... 28

4. Puzzle sebagai Bentuk Tugas dalam Pembelajaran IPS ... 33


(5)

v

B. Metode Penelitian... 40

C. Desain Penelitian ... 42

D. Fokus Penelitian ... 46

1. Ecoliteracy ... 46

2. PuzzleBerbahan Dasar Barang Bekas ... 48

E. Instrumen Penelitian... 49

1. Pedoman Observasi ... 49

2. Skala Sikap ... 55

3. Portofolio ... 56

F. Teknik Pengumpulan Data ... 56

1. Observasi ... 56

2. Skala Sikap ... 57

3. Portofolio ... 58

4. Studi Dokumentasi ... 58

G. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ... 58

1. Data Kuantitatif ... 59

2. Data Kualitatif ... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62

A. Lokasi Penelitian ... 62

B. Kegiatan Pra Penelitian ... 64

1. Observasi Awal ... 64

2. Refleksi dan Rencana Tindakan Penelitian ... 67

C. Deskripsi Tindakan Pembelajaran Siklus Pertama ... 71

1. Perencanaan Tindakan Siklus Pertama ... 71

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus Pertama ... 73

a. Tindakan ke-1... 73


(6)

vi

1. Perencanaan Tindakan Siklus Kedua ... 106

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus Kedua ... 108

a. Tindakan ke-1... 108

b. Tindakan ke-2... 110

3. Observasi Tindakan Siklus Kedua ... 111

4. Refleksi Tindakan Siklus Kedua ... 134

E. Deskripsi Tindakan Pembelajaran Siklus Ketiga ... 135

1. Perencanaan Tindakan Siklus Ketiga ... 135

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus Ketiga ... 136

a. Tindakan ke-1... 136

b. Tindakan ke-2... 138

3. Observasi Tindakan Siklus Ketiga ... 139

4. Refleksi Tindakan Siklus Ketiga ... 160

F. Deskripsi Tindakan Pembelajaran Siklus Keempat ... 161

1. Perencanaan Tindakan Siklus Keempat ... 161

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus Keempat ... 163

a. Tindakan ke-1... 163

b. Tindakan ke-2... 164

3. Observasi Tindakan Siklus Keempat ... 165

4. Refleksi Tindakan Siklus Keempat ... 186

G. Deskripsi Hasil Pengolahan Data Penelitian ... 187

1. Data Hasil Catatan Lapangan ... 187

a. Kegiatan Pembuka ... 187

b. Kegiatan Inti ... 188

c. Kegiatan Penutup ... 189

2. Data Hasil Observasi Ecoliteracy Siswa ... 190

3. Data Hasil Penilaian Produk Puzzle Berbahan Dasar Barang Bekas ... 195


(7)

vii

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 217

A. Simpulan ... 217

B. Saran ... 224

DAFTAR PUSTAKA ... 227

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 233


(8)

viii

Tabel 2.1 Kekurangan dan Kelebihan Portofolio ... 29

Tabel 3.1 Format Pedoman Tugas Produk Puzzle Siswa ... 49

Tabel 3.2 Format Observasi Penilaian Ecoliteracy Siswa ... 51

Tabel 3.3 Format Observasi Penilaian Tugas Produk Puzzle Siswa .... 53

Tabel 3.4 Format Skala Sikap ... 55

Tabel 3.5 Format Pendokumentasian Hasil Penilaian Portofolio ... 56

Tabel 4.1 Format Observasi Penilaian Tugas Produk Puzzle Siswa (Siklus 1) ... 78

Tabel 4.2 Format Observasi Penilaian Ecoliteracy Siswa(Siklus 1) ... 98

Tabel 4.3 Format Skala Sikap(Siklus 1) ... 104

Tabel 4.4 Format Observasi Penilaian Tugas Produk Puzzle Siswa (Siklus 2) ... 112

Tabel 4.5 Format Observasi Penilaian Ecoliteracy Siswa (Siklus 2) . 128 Tabel 4.6 Format Skala Sikap (Siklus 2) ... 133

Tabel 4.7 Format Observasi Penilaian Tugas Produk Puzzle Siswa (Siklus 3) ... 139

Tabel 4.8 Format Observasi Penilaian Ecoliteracy Siswa (Siklus 3) . 154 Tabel 4.9 Format Skala Sikap (Siklus 3) ... 159

Tabel 4.10 Format Observasi Penilaian Tugas Produk Puzzle Siswa (Siklus 4) ... 165

Tabel 4.11 Format Observasi Penilaian Ecoliteracy Siswa (Siklus 4) . 180 Tabel 4.12 Format Skala Sikap (Siklus 4) ... 185

Tabel 4.13 Presentase Penilaian Observasi Ecoliteracy Siswa ... 190

Tabel 4.14 Pesentase Penilaian Observasi Produk Puzzle Siswa ... 196

Tabel 4.15 Presentase Penilaian Skala Sikap Siswa ... 199


(9)

ix

Halaman

Gambar 3.1 Model PTK Kemmis dan Mc Taggart ... 42

Gambar 4.1Produk Puzzle Kelompok 1 Siklus 1 ... 79

Gambar 4.2 Produk Puzzle Kelompok 2 Siklus 1 ... 81

Gambar 4.3 Produk Puzzle Kelompok 3 Siklus 1 ... 83

Gambar 4.4 Produk Puzzle Kelompok 4 Siklus 1 ... 85

Gambar 4.5 Produk Puzzle Kelompok 5 Siklus 1 ... 88

Gambar 4.6 Produk Puzzle Kelompok 6 Siklus 1 ... 90

Gambar 4.7 Produk Puzzle Kelompok 7 Siklus 1 ... 92

Gambar 4.8 Produk Puzzle Kelompok 8 Siklus 1 ... 95

Gambar 4.9 Produk Puzzle Kelompok 1 Siklus 2 ... 112

Gambar 4.10 Produk Puzzle Kelompok 2 Siklus 2 ... 114

Gambar 4.11 Produk Puzzle Kelompok 3 Siklus 2 ... 116

Gambar 4.12 Produk Puzzle Kelompok 4 Siklus 2 ... 118

Gambar 4.13 Produk Puzzle Kelompok 5 Siklus 2 ... 120

Gambar 4.14 Produk Puzzle Kelompok 6 Siklus 2 ... 122

Gambar 4.15 Produk Puzzle Kelompok 7 Siklus 2 ... 124

Gambar 4.16 Produk Puzzle Kelompok 8 Siklus 2 ... 126

Gambar 4.17 Produk Puzzle Kelompok 1 Siklus 3 ... 140

Gambar 4.18 Produk Puzzle Kelompok 2 Siklus 3 ... 142

Gambar 4.19 Produk Puzzle Kelompok 3 Siklus 3 ... 143

Gambar 4.20 Produk Puzzle Kelompok 4 Siklus 3 ... 145

Gambar 4.21 Produk Puzzle Kelompok 5 Siklus 3 ... 147

Gambar 4.22 Produk Puzzle Kelompok 6 Siklus 3 ... 149

Gambar 4.23 Produk Puzzle Kelompok 7 Siklus 3 ... 150

Gambar 4.24 Produk Puzzle Kelompok 8 Siklus 3 ... 152


(10)

x

Gambar 4.29 Produk Puzzle Kelompok 5 Siklus 4 ... 173

Gambar 4.30 Produk Puzzle Kelompok 6 Siklus 4 ... 174

Gambar 4.31 Produk Puzzle Kelompok 7 Siklus 4 ... 176

Gambar 4.32 Produk Puzzle Kelompok 8 Siklus 4 ... 178

Gambar 4.33 Grafik Hasil Observasi Penilaian Ecoliteracy Siswa ... 191

Gambar 4.34 Grafik Presentase Hasil Observasi Penilaian Ecoliteracy Siswa ... 194

Gambar 4.35 Grafik Hasil Penilaian Produk Puzzle Berbahan Dasar Barang Bekas Siswa ... 196

Gambar 4.36 Grafik Presentase Hasil Penilaian Produk Puzzle Berbahan Dasar Barang Bekas Siswa ... 197

Gambar 4.37 Grafik Hasil Penilaian Skala Sikap Siswa... 200


(11)

ii

Nida Rosa Kumala 1006662 ABSTRAK

Skripsi ini mengambil judul “Pengembangan Ecoliteracy melalui Tugas Pembuatan Puzzle Berbahan Dasar Barang Bekas dalam Pembelajaran IPS (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VII-B SMP Negeri 40 Bandung)”. Keadaan lingkungan sekolah yang terlihat kotor serta banyak barang yang tidak terpakai seperti kertas dan kardus disekitarnya mencerminkan bahwa pemahaman tentang ecoliteracy di kelas VII-B SMP Negeri 40 Bandung harus mendapatkan perhatian yang serius. Penugasan produk puzzle berbahan dasar barang bekas menjadi salah satu alternatif sebagai upaya untuk mengembangkan kemampuan ecoliteracy siswa. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 40 Bandung dengan subjek penelitian yaitu kelas VII-B, terdiri dari 36 siswa dengan menggunakan model PTK Kemmis dan Mc Taggart. Tahapan penelitian terbagi menjadi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pada siklus pertama, perkembangan siswa hanya menyangkut pada moral knowing, ditandai dengan keadaan kelas yang masih kotor oleh bekas puzzle siswa, penugasan membuat puzzle peta curah hujan belum membuat siswa menjadi pribadi yang ramah lingkungan. Pada siklus kedua, terlihat mulai tumbuh kesadaran siswa tentang arti penting kebersihan di dalam kelas melalui puzzle tentang peta gunung berapi yang mereka buat. Seiring siklus ketiga dan keempat, kemampuan ecoliteracy siswa mulai tercermin baik dalam moral knowing, moral feeling, dan moral actionnya. Terbukti bahwa penerapan siklus ketiga dan keempat mampu membangun kepedulian siswa terhadap sesama makhluk dan juga lingkungan sekitar melalui produk puzzle tentang slogan berisi gambar dan tulisan yang mereka kerjakan. Hasil dari penelitian ini yaitu pertama, mendesain pengembangan ecoliteracy melalui tugas pembuatan puzzle berbahan dasar barang bekas dilakukan dengan merumuskan silabus, RPP, serta mengaitkan dengan permasalahan seputar lingkungan yang terjadi saat ini. Kedua, melaksanakan pengembangan ecoliteracy melalui tugas pembuatan puzzle berbahan dasar barang bekas di kelas. Ketiga, merefleksikan kendala yang dihadapi dan merumuskan solusi untuk mengatasinya. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu kemampuan ecoliteracy siswa terus meningkat hingga siklus keempat dilaksanakan. Hal ini dibuktikan dengan semakin timbulnya kepekaan siswa terhadap lingkungan sekitarnya melalui sikap ramah lingkungan dan terampil memanfaatkan barang bekas.


(12)

iii 1006662 ABSTRACT

The tittle of this research is “Developing Ecoliteracy Through Making Puzzle Task Based with Waste Materials in Social Studies (Classroom Action Research in VII-B Grade Students of SMP Negeri 40 Bandung)”. The school environment around looks dirty and the waste stuff around reflect that the understanding ecoliteracy in class VII-B of SMP Negeri 40 Bandung should get serious attention. Assignment of puzzle products based thrift became one of the alternatives in an effort to develop the students ability ecoliteracy. Classroom action research was conducted in SMP Negeri 40 Bandung with research subjects is a class of VII-B consisting by 36 students with using a model Classroom Action Research of Kemmis and Mc Taggart. The research is divided into stages of planning, implementation, observation, and reflection. In the first cycle, the development of students only concern in the realm of moral knowing, around of the class is still dirty by former students puzzle, puzzle assignment of making a product yet to make students become environmentally friendly personal. In the second cycle, it appears that students knowledge of ecoliteracy began to develop, marked by the conscious sudents about the meaning of cleanliness in the classroom. As the third and fourth cycles, the ability of students ranging ecoliteracy reflected both in moral knowing, moral feeling and moral action. Proved that the application of the third and fourth cycles are able to build awareness of students to others and the surrounding environment, the students got usedto connect the material with the IPS puzzle product. The result of this research are first, to design development through making tasks ecoliteracy puzzle based of waste materials is done by formulating the syllabus, lesson plans, as well as linking to the issues surrounding environmental case today. Secondly, carry out development ecoliteracy through puzzle making tasks based of waste materials in the classroom. Third, reflect on the obstacles encountered and formulate solutions to overcome in the development of the manufacturing ecoliteracy puzzle through task based of waste materials. The conclusion of this research is the ability of students ecoliteracy continue to rise until the fourth cycle implemented. This is proved by students sensitivity appear about the environment by environmentally friendly attitude and competent to utilizing the waste materials.


(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Skripsi yang berjudul “Pengembangan Ecoliteracy melalui Tugas Pembuatan Puzzle Berbahan Dasar Barang Bekas dalam Pembelajaran IPS” ini dilatarbelakangi oleh adanya beberapa faktor yang didapat dari hasil pengamatan di lapangan. Berdasarkan hasil observasi awal di SMP Negeri 40 Bandung, ditemukan beberapa fakta bahwa keadaan lingkungan sekolah kurang terlihat bersih karena masih tampak banyak sampah dan barang yang tidak terpakai yang berserakan di area-area sekitar sekolah termasuk di sudut-sudut kelas. Masalah ini biasanya diakibatkan oleh kurangnya kesadaran siswa tentang arti kebersihan.

Tentu saja hal ini menjadi tanggung jawab dari seluruh warga sekolah untuk turut andil dalam menciptakan suasana sekolah yang terbebas dari sampah terutama sampah kertas dan kardus. Upaya penanaman kesadaran akan kebersihan lingkungan bisa ditanamkan sejak dini melalui pendidikan di sekolah. Guru dapat berperan aktif sebagai fasilitator dalam mendidik siswa untuk memahami arti penting kebersihan dalam hidup dan menanamkan rasa cinta terhadap lingkungan yang merupakan salah satu indikator dari ecoliteracy.

Salah satu strategi sederhana yang dapat dilakukan adalah dengan semakin mendekatkan pengorganisasian pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan lingkungan siswa. Inilah pentingnya pemanfaatan lingkungan sebagai sumber dan media belajar bagi siswa, karena laboratorium IPS adalah lingkungan, baik lingkungan fisik, lingkungan alam, maupun lingkungan sosial. Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar mampu mengembangkan sejumlah keterampilan dan kecerdasan dalam diri siswa.


(14)

Salah satu cara yang dapat dimanfaatkan oleh guru adalah dengan mengajarkan siswa untuk bisa memanfaatkan barang bekas terutama kertas dan kardus yang menjadi sampah dan sudah tidak terpakai lagi untuk dijadikan produk yang lebih berguna. Dengan memanfaatkan barang bekas terutama kardus dan kertas, berarti kita ikut menyelamatkan keberadaan hutan-hutan di bumi ini yang jumlahnya sudah cukup memprihatinkan. Hal ini karena bahan baku utama pembuatan kertas dan kardus adalah pohon yang berasal dari hutan. Hal-hal semacam ini yang dapat digunakan oleh seorang guru untuk menanamkan ecoliteracy kepada siswa terutama dalam upaya menjaga kelestarian bumi dan turut memberikan peran kepedulian dan keikutsertaan siswa dalam rangka menyukseskan go green campaign.

Stone dan Barlow (Supriatna, 2013) berpandangan bahwa:

Semua pendidikan adalah pendidikan lingkungan hidup yang tidak hanya menekankan pada aspek pengetahuan melainkan pembelajaran yang meaningful yang menyatukan antara kepala, tangan dan hati. Ecoliteracy merupakan salah satu konsep yang harus dicapai dengan memberikan pendidikan lingkungan hidup (environment education, EE) kepada siswa. EE juga diadopsi oleh semua mata pelajaran di sekolah-sekolah di Indonesia termasuk IPS dengan tujuan untuk menangkal isu-isu lingkungan serta membekali para peserta didik pengetahuan, sikap dan keterampilan hidup ramah dengan lingkungan.

Selain itu, masalah lain yang terdapat di lapangan menunjukkan bahwa dalam hal pemberian tugas terutama dalam pembelajaran IPS seharusnya seorang guru bisa memberikan tugas yang dapat melatih siswa untuk menemukan jawaban yang dekat dengan kehidupan mereka. Bukan hanya sekedar soal pilihan ganda. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa guru masih terlihat pasif dan masih melakukan penilaian dari soal-soal berupa pilihan ganda yang hanya mengasah kemampuan menghafal siswa sehingga soal pilihan ganda menjadi bentuk soal yang kurang bermakna bagi siswa.

Dari hasil observasi di kelas VII-B SMP Negeri 40 Bandung pada tanggal 11 dan 12 Agustus 2014, guru IPS menunjukkan beberapa tugas kelompok siswa kepada


(15)

penulis. Tugas yang diberikan oleh guru berupa penugasan melalui media internet yang kemudian dibuat oleh siswa dalam selembar kertas karton. Tugas ini pun kurang mengasah kemampuan siswa dalam mendeskripsikan suatu makna dari materi IPS terhadap kehidupan sehari-hari siswa, karena tugas yang siswa buat sepenuhnya hanya mengcopy materi berupa gambar dan tulisan dari internet. Sehingga, ketika guru mengulang kembali ingatan siswa tentang tugas sebelumnya yang telah mereka kerjakan, siswa hanya hafal istilah tanpa tahu pendeskripsian lebih lanjut serta tidak dapat menghubungkan materi dari tugas yang diberikan dengan manfaat dari mempelajari materi tersebut bagi kehidupan sehari-hari mereka. Akibat dari kurangnya kebermaknaan dalam pembelajaran IPS tersebut, maka akan berdampak pada hasil yang diperoleh siswa yaitu sulitnya penerapan materi IPS terhadap kehidupan nyata mereka.

Guru pun masih belum menggunakan pembelajaran IPS terpadu, dan siswa pun masih belum bisa menghubungkan antara materi IPS dengan kehidupan nyata mereka. Terlihat ketika peneliti mengamati siswa yang diminta untuk menghubungkan antara materi bab sebelumnya yaitu simbol-simbol pada peta dengan materi bab yang baru dipelajari yaitu kondisi geografis, siswa terlihat bingung dan kaget, tidak mengerti bagaimana cara menjelaskan keterhubungan antara dua materi tersebut juga tidak dapat menjelaskan hubungan materi yang mereka pelajari dengan kehidupan nyata mereka sehari-hari. Hal ini tentu saja tidak sejalan dengan salah satu

tujuan dari pendidikan IPS menurut Mutakin (Sudrajat, 2011) yaitu: „Mengetahui dan

memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan

masalah-masalah sosial‟.

Menurut Lestari (2013, hlm. 27) dijelaskan bahwa:

“Proses pembelajaran IPS yang memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar merupakan suatu media yang menyenangkan dan dapat memberikan pengalaman bagi siswa serta mempunyai nilai yang mampu memperkaya kajian materi secara bervariasi dan menjadi bermakna.”


(16)

Interaksi pembelajaran IPS seharusnya juga tidak hanya terbatas antara guru dengan siswa atau siswa dengan siswa, tetapi justru yang terpenting adalah bagaimana siswa dapat berinteraksi langsung dengan sumber-sumber belajar IPS yang jumlahnya beragam itu. Inilah salah satu strategi agar pembelajaran IPS di sekolah-sekolah memiliki nilai kebermaknaan yang tinggi. Oleh karena itu, salah satu cara yang diharapkan mampu untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana kebermaknaan pembelajaran IPS di sekolah sekaligus mengasah pemahaman ecoliteracy siswa untuk peka terhadap masalah kebersihan yang ada di sekolah, seorang guru dapat mengembangkan pembelajaran ecoliteracy berupa penugasan pembuatan puzzle dengan memanfaatkan barang-barang bekas yang bisa didapat dari lingkungan sekitar sekolah. Jika seorang guru menginginkan siswanya untuk belajar bagaimana menyelesaikan masalah dengan menggunakan pengetahuan, maka tugas guru tersebut adalah memberikan mereka masalah untuk diselesaikan.

Puzzle dengan menggunakan barang bekas disini dipilih sebagai cara untuk penerapan pembelajaran kontekstual di sekolah. Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Landasan filosofis pembelajaran kontekstual adalah model konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekadar menghafal, tetapi merekonstruksi atau membangun pengetahuan dan keterampilan baru melalui fakta-fakta atau proposisi yang mereka alami dalam kehidupannya (Muslich, 2008, hlm. 41). Merujuk pada teori Hull‟s dan Sounders (Komalasari, 2010, hlm. 6) menyebutkan bahwa:

In a Contextual Teaching and Learning, student discover meaningful relationship between abstract ideas and practical applications in a real world context. Students internalize concepts through discovery, reinforcement, and interrelationship...


(17)

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kontekstual, siswa menemukan hubungan penuh makna antara ide-ide abstrak dengan penerapan praktis di dalam konteks dunia nyata. Siswa menginternalisasi konsep melalui penemuan, penguatan, dan keterhubungan.

Melalui pembuatan puzzle dengan memanfaatkan barang bekas, maka siswa akan dituntut untuk lebih aktif mencari jawaban permasalahan. Ketika pembelajaran berjalan secara aktif, maka peserta didik akan menggunakan otak mereka, mempelajari ide-ide, mengatasi masalah, dan menerapkan yang mereka pelajari, sehingga para peserta didik akan melakukan lebih banyak hal. Penggunaan model pembelajaran yang menarik dan efektif akan mudah diterima oleh siswa sehingga siswa akan mudah menerima pelajaran yang diberikan. Penerapan prinsip pembelajaran yang berpusat pada siswa dapat berdampak pada pemerolehan pengalaman belajar siswa yang lebih bermakna, karena siswa tidak hanya mendengar tetapi melakukan sendiri melalui berbagai kegiatan. Dari permasalahan-permasalahan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka peneliti memutuskan untuk mengambil judul penelitian seperti yang telah disebutkan diatas.

B. Rumusan Masalah

Merujuk kepada latar belakang yang telah dideskripsikan di awal, maka peneliti akan mengajukan fokus masalah dalam bentuk rumusan masalah yang akan dipaparkan sebagai berikut:

1. Bagaimana mendesain pengembangan ecoliteracy melalui tugas pembuatan puzzle berbahan dasar barang bekas di kelas VII-B SMP Negeri 40 Bandung? 2. Bagaimana melaksanakan pengembangan ecoliteracy melalui tugas

pembuatan puzzle berbahan dasar barang bekas di kelas VII-B SMP Negeri 40 Bandung?


(18)

3. Bagaimana merefleksikan kendala yang dihadapi dan solusi untuk mengatasinya dalam pengembangan ecoliteracy melalui tugas pembuatan puzzle berbahan dasar barang bekas di kelas VII B SMP Negeri 40 Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Setelah mengetahui rumusan masalah, maka peneliti merumuskan tujuan umum dalam penelitian ini, yaitu: untuk mengembangkan ecoliteracy melalui tugas pembuatan puzzle berbahan dasar barang bekas dalam pembelajaran IPS. Untuk lebih memperjelas tujuan umum dalam penelitian ini, maka peneliti membuat tujuan khusus dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk mendesain pengembangan ecoliteracy melalui tugas pembuatan puzzle berbahan dasar barang bekas di kelas VII-B SMP Negeri 40 Bandung

2. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan pengembangan ecoliteracy melalui tugas pembuatan puzzle berbahan dasar barang bekas di kelas VII-B SMP Negeri 40 Bandung

3. Untuk menjelaskan refleksi dari kendala yang dhadapi dan solusi untuk mengatasinya dalam pengembangan ecoliteracy melalui tugas pembuatan puzzle berbahan dasar barang bekas di kelas VII-B SMP Negeri 40 Bandung

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat salah satunya yakni perbaikan dalam meningkatkan ecoliteracy siswa dalam pembelajaran IPS di jenjang SMP, di samping itu manfaat lainnya diperuntukkan sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Penelitian ini bermanfaat bagi guru sebagai bahan masukan untuk mengembangkan ecoliteracy melalui tugas pembuatan puzzle berbahan dasar barang bekas di kelas. Dapat membantu guru dalam memecahkan masalah mengenai kurangnya pemahaman siswa tentang ecoliteracy dalam pembelajaran IPS. Serta untuk meningkatkan kualitas seorang guru agar


(19)

menjadi guru profesional dengan menambah wawasan guru IPS dalam menanggulangi masalah belajar siswa di kelas.

2. Bagi Siswa

Penelitian ini bermanfaat bagi siswa sebagai penerapan variasi tugas pembuatan puzzle berbahan dasar barang bekas sehingga pembelajaran akan lebih menarik bagi siswa dan siswa pun antusias dalam menyerap pelajaran. Siswa dapat memanfaatkan barang bekas untuk digunakan kembali sebagai media pembelajaran. Mampu menimbulkan kesadaran pada peserta didik untuk belajar menjaga kebersihan lingkungan. Memberikan kesempatan siswa untuk secara aktif merealisasikan potensi ecoliteracy ke arah tujuan yang diinginkan.

3. Bagi Sekolah

Penelitian ini bermanfaat agar memperkaya khasanah sekolah tentang kemampuan ecoliteracy yang seharusnya diasah dan dapat diterapkan di kelas guna memperbaiki mutu sekolah dan meningkatkan kompetensi siswa. Memudahkan sekolah untuk menggali potensi bakat yang dimiliki siswa agar dapat dikembangkan untuk keberhasilan hidup di masa mendatang. Menambah referensi cara penerapan pembelajaran yang mana lebih mengaktifkan siswa dalam menyerap materi pelajaran.

4. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti selanjutnya sebagai salah satu bahan referensi, acuan atau pedoman dan menambah wawasan untuk melakukan penelitian dengan masalah yang serupa di masa-masa mendatang, juga apabila ada peneliti yang ingin mempertajam penelitian ini. Dilaksanakannya penelitian ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran tersendiri bagi peneliti sebagai bekal dalam menghadapi peserta didik dalam pembelajaran IPS di jenjang SMP.


(20)

E. Struktur Organisasi

Struktur organisasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bab I merupakan bahasan mengenai pendahuluan, bagian awal dari penulisan skripsi. Dalam bagian pendahuluan ini dipaparkan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dari penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II membahas mengenai kajian pustaka yang berhubungan dengan permasalahan yang diambil dan rumusan masalah yang dibahas. Kajian pustaka yang penulis kaji yaitu mengenai pengembangan ecoliteracy melalui tugas pembuatan puzzle berbahan dasar barang bekas dalam pembelajaran IPS. Berdasarkan judul tersebut maka penulis memaparkan kajian pustakanya menjadi: pertama, membahas mengenai ecoliteracy yang terbagi menjadi sub bab: 1) ekologi, 2) ecoliteracy, dan 3) pengembangan ecoliteracy dalam pembelajaran IPS. Kedua, membahas mengenai pengembangan tugas dalam pembelajaran IPS yang terbagi menjadi sub bab: 1) penugasan project based learning, 2) jenis-jenis penilaian, 3) produk dan portofolio, 4) puzzle sebagai bentuk tugas dalam pembelajaran IPS, 5) kaitan tugas dengan pengembangan ecoliteracy.

Bab III membahas mengenai metode penelitian yang berisi mengenai lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian, desain penelitian, fokus penelitian yang terbagi menjadi: 1) ecoliteracy dan 2) puzzle, instrumen penelitian yang terbagi menjadi: 1) pedoman observasi, 2) skala sikap, dan 3) portofolio, teknik pengumpulan data yang terbagi menjadi: 1) observasi, 2) skala sikap, 3) portofolio, dan 4) studi dokumentasi, terakhir teknik pengolahan data dan analisis data yang terbagi menjadi: 1) data kuantitatif, dan 2) data kualitatif.

Bab IV membahas tentang hasil penelitian dan analisis data dari hasil pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 40 Bandung.

Bab V membahas mengenai penutup yang di dalamnya terdapat kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan sekaligus menjawab rumusan masalah secara singkat, dan saran untuk semua pihak.


(21)

40

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan bagian penting yang terdapat dalam sebuah penelitian, karena mencakup beberapa aspek diantaranya adalah mengenai teknik apa yang digunakan sebagai cara untuk memperoleh data dan bagaimana cara mengolah dan menganalisis data yang telah didapat. Berbagai hal yang berkaitan dengan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut.

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi tempat melaksanakan penelitian adalah SMP Negeri 40 Bandung yang terletak di Jalan Wastukencana No. 75 A Kota Bandung. Kolaborator peneliti adalah guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kelas VII-B, yaitu Ibu Herlina, S.Pd. Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VII-B berjumlah 36 orang, yaitu terdiri dari 19 orang siswa laki-laki dan 17 orang siswa perempuan. Alasan dipilihnya kelas tersebut karena menurut guru IPS sebagai guru mitra siswa di kelas VII-B tersebut kurang mampu mengembangkan ecoliteracy mereka terlihat dari masih banyaknya sampah yang berserakan di dalam kelas, banyak sampah kertas di dalam laci meja yang tidak terpakai, serta kurang pedulinya siswa dalam merawat makhluk hidup lain misalkan tanaman di depan kelasnya sehingga harus mengandalkan petugas kebersihan sekolah hanya untuk menyiram tanaman yang ada di depan kelasnya masing-masing dan hal tersebut dibuktikan oleh peneliti ketika melakukan pra observasi pada tanggal 11 dan 12 Agustus 2014.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian digunakan dalam hal ini agar segala sesuatu yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini dapat berjalan secara terencana dan sistematis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tindakan kelas yang berisi tentang data kualitatif dan dibantu oleh data kuantitatif, sedangkan dalam


(22)

uraiannya, peneliti menggunakan metode deskriptif. Kemmis dalam Wiriaatmadja (2005, hlm. 12) menjelaskan bahwa:

Penelitian tindakan adalah sebuah bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari a) kegiatan praktek sosial atau pendidikan mereka, b) pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan praktek pendidikan ini, dan c) situasi yang memungkinkan terlaksananya kegiatan praktek ini.

Penelitian tindakan kelas melibatkan beberapa pihak yang diantaranya adalah peserta tindakan atau siswa juga guru mitra. Arikunto (2010, hlm. 57) menyatakan bahwa:

Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru, bekerja sama dengan peneliti atau dilakukan oleh guru sendiri yang bertindak sebagai peneliti di kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan dan penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis pembelajaran. Penelitian tindakan kelas termasuk penelitian kualitatif walaupun dibantu oleh data bersifat kuantitatif.

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari beberapa tahapan agar dapat secara sistematis memperbaiki permasalahan yang menjadi akar dari dilaksanakannya penelitian tindakan kelas ini. Arikunto (2010, hlm. 16) menjelaskan bahwa:

Penelitian tindakan kelas terdiri dari empat unsur yaitu (1) perecanaan atau planning, (2) tindakan atau action, (3) pengamatan atau observer, dan (4) refleksi.

Model PTK yang penulis pilih disini yaitu model PTK Kemmis dan Mc Taggart (1988). Dalam satu siklus terdiri atas empat komponen yang meliputi: (1) perencanaan, (2) aksi/tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Dalam model PTK ini, kegiatan tindakan dan observasi digabung dalam satu waktu, yaitu pada saat dilaksanakan tindakan sekaligus dilaksanakan observasi. Guru sebagai peneliti sekaligus melakukan observasi untuk mengamati perubahan perilaku siswa. Untuk melihat perkembangan ecoliteracy siswa, guru mengamati perubahan perilaku siswa setelah diberikan tugas berupa puzzle berbahan dasar barang bekas.


(23)

Guru bisa mengobservasi setelah siswa selesai mengerjakan tugas puzzle atau ketika siswa mengerjakan tugas puzzle di dalam kelas. Hasil-hasil observasi kemudian direfleksikan untuk merencanakan tindakan tahap berikutnya. Siklus tindakan tersebut dilakukan secara terus menerus sampai peneliti puas, masalah terselesaikan dan peningkatan ecoliteracy sudah maksimum atau sudah tidak perlu ditingkatkan lagi. Maka dari itu, peneliti memilih model PTK ini karena sesuai dengan tema penelitian yang akan dilaksanakan.

C. Desain Penelitian

Model PTK yang dipilih oleh peneliti dalam penelitian tindakan kelas untuk mengembangkan ecoliteracy siswa dengan penugasan pembuatan produk puzzle ini adalah model Kemmis dan Taggart (1988), yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Model PTK Kemmis dan Mc Taggart (1988) Sumber: Mulyatiningsih, 2012


(24)

Mulyatiningsih (2012 mengemukakan bahwa:

Dalam model PTK Kemmis dan Taggart ini, hambatan dan keberhasilan pelaksanaan tindakan pada siklus pertama harus diobservasi, dievaluasi dan kemudian direfleksi untuk merancang tindakan pada siklus kedua. Pada umumnya, tindakan pada siklus kedua merupakan tindakan perbaikan dari tindakan pada siklus pertama tetapi tidak menutup kemungkinan tindakan pada siklus kedua adalah mengulang tindakan siklus pertama. Pengulangan tindakan dilakukan untuk meyakinkan peneliti bahwa tindakan pada siklus pertama telah atau belum berhasil.

Secara operasional, prosedur penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Perencanaan

Perencanaan mengacu kepada tindakan apa yang dilakukan, dengan mempertimbangkan keadaan dan suasana obyektif dan subyektif (Santyasa, 2007, hlm. 11). Dalam perencanaan ini, dipertimbangkan tindakan penjelasan materi dan penugasan berupa tahapan prosedur, alat dan bahan apa saja yang dperlukan dalam rencana pembuatan puzzle berbahan dasar barang bekas dengan tujuan agar siswa dapat memahami cara pembuatan puzzle yang akan mengasah kemampuan ekoliterasi mereka. Setelah pertimbangan itu dilakukan, maka selanjutnya disusun gagasan-gagasan dalam bentuk rencana yang dirinci. Kemudian gagasan-gagasan itu diperhalus, hal-hal yang tidak penting dihilangkan, fokus pada hal yang paling penting dan bermanfaat bagi upaya perbaikan yang dipikirkan.

Rencana yang disusun dalam penelitian ini adalah:

a. Menentukan kelas yang dijadikan sebagai tempat penelitian.

b. Melakukan observasi pra penelitian terhadap kelas yang akan digunakan untuk penelitian

c. Meminta kesediaan guru mitra dalam mendukung pelaksanaan penelitian d. Menyusun jadwal berikut waktu penelitian bersama guru mitra

e. Menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pengajaran yang akan digunakan pada saat penelitian


(25)

f. Merencanakan penilaian yang digunakan untuk mengukur sejauh mana perkembangan ecoliteracy siswa melalui tugas pembuatan puzzle berbahan dasar barang bekas

g. Menyusun instrumen yang akan digunakan di dalam penelitian

h. Merencanakan diskusi yang akan dilakukan oleh peneliti dengan guru mitra

i. Membuat rencana perbaikan sebagai tindak lanjut yang akan dilakukan peneliti dengan guru mitra

j. Merencanakan pengolahan data dari hasil yang diperoleh dari penelitian

2) Pelaksanaan Tindakan

Jika perencanaan yang telah dirumuskan sebelumnya merupakan perencanaan yang cukup matang, maka proses tindakan semata-mata merupakan pelaksanaan perencanaan itu (Santyasa, 2007, hlm. 12). Namun, pelaksanaan tindakan boleh jadi berubah atau dimodifikasi sesuai dengan keperluan di lapangan.

Tindakan yang dilakukan pada penelitian ini yakni sebagai berikut:

a. Tindakan disesuaikan dengan rencana yang telah disusun bersama antara peneliti dengan mitra peneliti di sekolah, pada tahap perencanaan yaitu tindakan yang sesuai dengan silabus dan rencana pelaksanaan pengajaran yang telah disusun

b. Mengembangkan ecoliteracy melalui tugas pembuatan puzzle berbahan dasar barang bekas dalam pembelajaran IPS

c. Peneliti mempersiapkan instrumen penilaian berupa format pedoman tugas produk puzzle siswa beserta rubrik tugas produk puzzle, format observasi penilaian ecoliteracy beserta rubrik penilaian ecoliteracy siswa, format skala sikap beserta format pendokumentasian hasil penilaian portofolio

d. Melakukan penilaian tugas pembuatan puzzle berbahan dasar barang bekas dalam pembelajaran IPS


(26)

e. Melakukan diskusi balikan dengan mitra peneliti atas kekurangan dalam menerapkan tugas puzzle berbahan dasar barang bekas dalam pembelajaran IPS

f. Melakukan revisi tindakan sebagai tindak lanjut untuk siklus selanjutnya g. Melakukan pengolahan data

3) Observasi

Sambil melakukan tindakan juga dilakukan pemantauan secara cermat tentang apa yang terjadi. Dalam pemantauan itu, peneliti melakukan pencatatan-pencatatan sesuai dengan instrumen yang telah disiapkan. Juga mencatat gagasan-gagasan dan kesan-kesan yang muncul, dan segala sesuatu yang benar-benar terjadi dalam proses pembelajaran. Untuk memperoleh data yang lebih obyektif, guru menggunakan alat-alat optik atau elektronik, seperti kamera, perekam video, atau perekam suara (Santyasa, 2007, hlm. 13).

Berkaitan dengan permasalahan yang telah diungkapkan sebelumnya, maka pemantauan yang dilakukan adalah:

a. Pengamatan pembelajaran dan keadaan kelas VII- B yang sedang diteliti b. Mengamati interaksi selama proses penelitian berlangsung

c. Mengamati respon siswa terhadap proses pembelajaran

d. Pengamatan terhadap tugas yang diberikan kepada siswa sesuai materi yang sedang berlangsung

e. Mengamati hasil belajar siswa melalui produk dan portofolio produk f. Pengamatan kesesuaian tugas berupa produk puzzle berbahan dasar

barang bekas dengan tujuan penelitian

g. Pengamatan terhadap perkembangan ecoliteracy siswa dengan mengamati produk yang dibuat siswa

h. Pengamatan terhadap keefektifan produk puzzle berbahan dasar barang bekas yang dibuat oleh siswa dalam mengasah ecoliteracy.


(27)

4) Refleksi

Refleksi adalah suatu upaya untuk mengkaji apa yang telah terjadi, yang telah dihasilkan, atau apa yang belum dihasilkan, atau apa yang belum tuntas dari langkah atau upaya yang telah dilakukan (Santyasa, 2007, hlm. 14). Dengan perkataan lain, refleksi merupakan pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan pencapaian tujuan. Untuk maksud ini, guru terlebih dahulu menentukan kriteria keberhasilan yaitu kecerdasan ekologi atau ecoliteracy.

Dalam tahap refleksi, keputusan perlu didiskusikan dengan seluruh personal yang terlibat dalam penelitian. Dalam tahap ini, tindakan pada siklus kedua atau seterusnya mulai dirancang dan ditetapkan. Rencana tindak lanjut diputuskan jika hasil dari siklus pertama belum memuaskan dan berdasarkan refleksi ditemukan hal-hal yang masih dapat dibenahi/ditingkatkan. Kegiatan siklus berikutnya mengikuti langkah-langkah sebelumnya yaitu perencanaan-tindakan-observasi-refleksi sampai PTK berakhir.

Pada kegiatan ini peneliti melakukan:

a. Kegiatan diskusi balikan dengan mitra peneliti dan siswa setelah tindakan dilakukan

b. Merefleksikan hasil diskusi balikan untuk siklus selanjutnya c. Mendiskusikan hasil observasi kepada dosen pembimbing

D. Fokus Penelitian 1. Ecoliteracy

Dalam pengembangan ecoliteracy ini, guru dalam menerapkan pembelajaran IPS harus dapat mengajarkan prinsip-prinsip ekologi kepada siswa seperti pemanfaatan barang yang sudah tidak terpakai, dari pada terbuang percuma dan semakin menambah sampah yang dapat mencemari lingkungan, lebih baik dimanfaatkan untuk menjadi barang yang lebih berguna. Setelah itu, guru dapat melanjutkan tentang lingkaran kehidupan yang saling ketergantungan antar satu sama lain, manusia pasti memerlukan makhluk lainnya, karena itu guru harus memupuk kesadaran peserta didik untuk cinta terhadap segala bentuk kehidupan yang ada di bumi beserta


(28)

makhluk lainnya, dan keanekaragaman yang ada di bumi ini akan membawa keseimbangan hidup. Siswa diajarkan untuk mencintai lingkungan sesuai dengan prinsip ecoliteracy melalui pembelajaran IPS di kelas.

Selain itu, siswa akan dilatih untuk mengenal interaksi antara masalah ekologi dan sosial serta kemampuan untuk mengelola isu-isu ketahanan hayati salah satunya dengan memanfaatkan barang bekas. Sehingga guru dalam pelaksanaan tindakan memberikan tugas berupa pembuatan puzzle berbahan dasar barang bekas untuk mengasah kecerdasan ekologi siswa.

Penerapan pengembangan ecoliteracy merupakan bagian dari perencanaan dalam penelitian ini. Setelah guru menerapkan pemahaman ecoliteracy di kelas yang disisipkan dalam materi pembelajaran, selanjutnya guru akan memberi tugas kepada siswa untuk dapat mengaplikasikan pemahaman ecoliteracy yang didapat menjadi suatu produk yang dapat mencerminkan sejauh mana perkembangan ecoliteracy siswa. Pemahaman ecoliteracy siswa akan diukur melalui beberapa indikator ecoliteracy seperti di bawah ini, yaitu:

a. Mengembangkan empati terhadap segala bentuk kehidupan

 Membuat puzzle dari barang bekas yang masih layak dipakai

 Lebih memanfaatkan barang di sekitar sekolah

 Tidak terdapat sampah setelah mengerjakan puzzle di kelas b. Merangkul ketahanan sebagai kebiasaan masyarakat.

 Bekerjasama mengumpulkan barang yang tidak terpakai

Puzzle dari barang bekas terlihat rapi, bersih dan menarik

 Dapat membedakan barang bekas yang masih berguna dan tidak c. Membuat yang tidak tampak menjadi tampak

 Menghias puzzle dengan ornamen barang bekas

 Kreatif mengembangkan tugas puzzle dari barang bekas

Puzzle yang dibuat bermanfaat sebagai media pembelajaran d. Mengantisipasi akibat yang tidak diharapkan


(29)

 Dapat menyelesaikan teka-teki yang terdapat di puzzle

 Membersihkan kembali puzzle yang sudah dibuat e. Memahami bagaimana alam menopang kehidupan

 Menjelaskan manfaat tugas puzzle dari barang bekas

 Mengerti langkah-langkah dan cara membuat puzzle dari barang bekas

 Memberi ide lain tentang tugas dari barang bekas

2. Puzzle Berbahan Dasar Barang Bekas

Dalam penelitan ini, peneliti akan melakukan aksi atau tindakan dengan cara memberi tugas kepada siswa untuk membuat produk berbahan dasar barang bekas yang sudah tidak terpakai yang harus didapat dari lingkungan sekitar siswa. Hal ini dilakukan agar peneliti mendapatkan data dari hasil kerja siswa membuat produk yang mana data itu akan diolah untuk menjadi sebuah hasil penelitian. Kegiatan pemberian tugas ini ditujukan untuk melatih kecerdasan ekologi siswa dalam memanfaatkan barang-barang yang sudah tidak terpakai agar bisa menjadi barang yang berguna dan bisa mereka pakai untuk selanjutnya mengasah keterampilan mereka dalam mendaur ulang barang yang sudah tidak terpakai.

Pemberian tugas ini semata-mata agar siswa mendapat pembelajaran yang bermakna dari proses pembuatan tugas tersebut. Tentu saja dalam penyusunan rencana penugasan, guru bersama siswa mendiskusikan prosedur, alat, dan bahan apa saja yang akan digunakan dalam tugas membuat puzzle ini, serta guru menjelaskan kriteria apa saja yang akan menjadi indikator guru dalam menilai hasil tugas siswa yaitu berupa rubrik penilaian yang dibahas dalam instrumen.

Dengan pemberian tugas membuat puzzle dengan bahan dasar barang bekas, siswa akan terlatih untuk sadar akan kebersihan lingkungan, karena mereka harus mencari bahan yang sudah tidak terpakai yang sekiranya bisa mereka gunakan untuk pembuatan produk baru yang lebih berguna.Selain itu, tugas harus dibuat semenarik mungkin karena bentuk fisik juga termasuk dalam kriteria penilaian. Oleh karena produk ini terbuat dari barang bekas, maka siswa dituntut untuk lebih mengembangkan kemampuan berpikir mereka sehingga diharapkan tugas ini menjadi tugas yang bermakna bagi siswa.


(30)

Selain memberi tugas, peneliti akan mengumpulkan hasil karya siswa dalam pembelajaran sebagai satu kesatuan yang disebut dengan portofolio. Tahapan yang akan dilakukan peneliti dalam melaksanakan penilaian portofolio adalah yang pertama guru menjelaskan kepada peserta didik bahwa penggunaan portofolio tidak hanya merupakan kumpulan hasil kerja peserta didik yang digunakan guru untuk penilaian tetapi digunakan juga oleh peserta didik sendiri. Selanjutnya guru dan peserta didik menentukan portofolio yang akan dikumpulkan yaitu tugas pembuatan puzzle berbahan dasar barang bekas, dan penilaian skala sikap. Kemudian guru mengumpulkan dan menyimpan karya-karya tiap peserta didik dalam satu map masing-masing di sekolah. Selanjutnya guru memberi tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan peserta didik sehingga dapat dilihat dari waktu ke waktu, dan menentukan kriteria penilaian portofolio berupa tugas pembuatan puzzle dan bobotnya kepada peserta didik. Guru juga akan meminta peserta didik menilai karyanya secara berkesinambungan. Apabila hasilnya belum memuaskan dan belum mencapai perkembangan ecoliteracy siswa, maka siswa diberi kesempatan untuk memperbaiki.

E. Instrumen Penelitian 1. Pedoman Observasi

Tabel 3.1 Format Pedoman Tugas Produk Puzzle Siswa

No Tugas Siswa

1 Buatlah 8 kelompok masing-masing terdiri dari 4-5 orang

2 Diskusikan bersama kelompok tentang konsep dasar pembuatan

puzzle berbahan dasar barang bekas

3 Siapkan alat-alat dan bahan yang dibutuhkan

4 Buatlah puzzle yang terbagi kedalam potongan-potongan

5 Cocokkan antara materi dengan apa yang akan dibuat isi pada


(31)

No Alat Bahan

1 Cutter/gunting Kardus

2 Doubletip/lem Majalah bekas

3 Pensil warna atau crayon Karton/kertas bekas

4 Penggaris Barang bekas untuk hiasan puzzle

5 Pensil

No Prosedur Pembuatan Produk

1 Siapkan alat dan bahan untuk pembuatan puzzle

2 Gunting kardus menjadi dua bagian sama besar

3 Ambil salah satu kardus yang telah dipotong lalu buat frame dan

tempelkan di satu kardus yang masih utuh

4 Buatlah atau tempel gambar-gambar yang berhubungan dengan

materi IPS di sisa kardus yang telah digunting menjadi frame

5 Potong-potong kardus yang telah ditempeli gambar menjadi

beberapa potongan

6 Hias puzzle dengan menggunakan pensil warna/spidol/crayon agar

lebih menarik.

7 Pisahkan antara potongan puzzle dengan framenya Dikutip: Priatna (2013, hlm. 57)


(32)

Tabel 3.2 Format Observasi Penilaian Ecoliteracy Siswa

No Indikator Ecoliteracy

Penilaian Kelompok

1 2 3 4 5 6 7 8

K C B K C B K C B K C B K C B K C B K C B K C B 1 Membuat puzzle dari barang bekas yang masih layak

dipakai

2 Lebih memanfaatkan barang di sekitar sekolah

3 Tidak terdapat sampah setelah mengerjakan puzzle di kelas 4 Bekerjasama mengumpulkan barang yang tidak terpakai 5 Puzzle dari barang bekas terlihat rapi, bersih dan menarik 6 Dapat membedakan barang bekas yang masih berguna dan

tidak

7 Menghias puzzle dengan ornamen barang bekas

8 Kreatif mengembangkan tugas puzzle dari barang bekas 9 Puzzle yang dibuat bermanfaat sebagai media pembelajaran 10 Menggunakan barang bekas yang ramah lingkungan 11 Dapat menyelesaikan teka-teki yang terdapat di puzzle 12 Membersihkan kembali puzzle yang sudah dibuat 13 Menjelaskan manfaat tugas puzzle dari barang bekas 14 Mengerti langkah-langkah dan cara membuat puzzle dari

barang bekas

15 Memberi ide lain tentang tugas dari barang bekas Jumlah


(33)

Keterangan :

Nilai=

Kriteria Penilaian Ecoliteracy Siswa

No. Indikator Skor

K C B

1

Membuat puzzle dari barang bekas yang masih layak dipakai

Tidak membuat puzzle dari barang bekas yang masih

layak pakai

Membuat puzzle dari barang baru

Mampu membuat puzzle dari barang

bekas

2

Lebih memanfaatkan barang di sekitar sekolah

Tidak memanfaatkan barang di sekitar

sekolah

Memanfaatkan sedikit barang di

sekitar sekolah

Memanfaatkan barang di sekitar

sekolah secara maksimal

3

Tidak terdapat sampah setelah mengerjakan puzzle di kelas

Banyak sampah berserakan di

kelas

Terdapat beberapa sampah di dalam

kelas Kelas terbebas dari sampah 4 Bekerjasama mengumpulkan barang yang tidak terpakai

Hanya 1 anggota kelompok yang mengerjakan tugas puzzle Sebagian anggota kelompok yang bekerjasama Seluruh anggota kelompok bekerjasama membuat puzzle 5

Puzzle dari barang bekas terlihat rapi, bersih dan menarik

Puzzle kotor, berantakan dan

tidak menarik

Puzzle terlihat bersih namun tidak rapi dan

menarik

Puzzle rapi, bersih dan menarik

6

Dapat membedakan barang bekas yang masih berguna dan tidak

Tidak dapat membedakan

Sedikit bisa

membedakan Bisa membedakan

7 Menghias puzzle dengan ornamen barang bekas Puzzle tidak dihias Puzzle dihias dengan barang baru Puzzle dihias dengan barang bekas 8 Kreatif mengembangkan tugas puzzle dari barang bekas Puzzle monoton Puzzle dibentuk menjadi sedikit menarik Puzzle dibentuk dan dihias dengan

baik

9

Puzzle yang dibuat bermanfaat sebagai media pembelajaran Tidak bisa digunakan sebagai media pembelajaran

Kurang baik jika dijadikan media pembelajaran

Bisa digunakan sebagai media

pembelajaran Kriteria Skor

B=Baik 3

C=Cukup 2


(34)

10

Menggunakan barang bekas yang ramah lingkungan Barang bekas mengandung bahaya Barang bekas campuran Barang bekas ramah lingkungan 11 Dapat menyelesaikan teka-teki yang

terdapat di puzzle

Tidak diselesaikan

Sebagian

terselesaikan Terselesaikan

12

Membersihkan kembali puzzle yang sudah dibuat

Puzzle tercecer dan ada bagian yang hilang Puzzle masih belum tertata rapi Puzzle sudah dirapihkan 13 Menjelaskan manfaat tugas puzzle dari barang bekas Tidak bisa menjelaskan manfaat puzzle Sedikit bisa menjelaskan manfaat puzzle Bisa menjelaskan manfaat puzzle 14 Mengerti langkah-langkah dan cara membuat puzzle dari barang bekas

Tidak mengerti langkah-langkah dan cara membuat

puzzle Sedikit bisa menjelaskan langkah-langkah dan cara membuat puzzle Bisa dengan lancar menjelaskan langkah-langkah dan cara membuat

puzzle

15

Memberi ide lain tentang tugas dari barang bekas Tidak bisa mengutarakan ide tentang pemanfaatan barang bekas Bisa mengutarakan ide pemanfaatan barang bekas

Bisa memberi ide sekaligus contoh

pemanfaatan barang bekas

Tabel 3.3 Format Observasi Penilaian Tugas Produk Puzzle Siswa

No Aspek yang Dinilai

Penilaian Kelompok

1 2 3 4 5 6 7 8

K C B K C B K C B K C B K C B K C B K C B K C B 1 Bahan Dasar

2 Kebersihan 3 Menarik 4 Hiasan 5 Kreativitas

6 Ramah Lingkungan 7 Memecahkan

Teka-teki

8 Sadar Kerapihan Jumlah


(35)

Keterangan :

Nilai =

Kriteria Penilaian Produk

No. Indikator Skor

3 2 1

1 Bahan Dasar Barang bekas layak

pakai

Barang bekas kurang layak pakai

Barang bekas tidak layak pakai

2 Kebersihan Tidak ada sampah di

kelas

Ada sedikit sisa

sampah Banyak sampah

3 Menarik Rapi, bersih dan

menarik

Kurang rapi, sedikit kotor, kurang

menarik

Berantakan, kotor dan tidak menarik

4 Hiasan Dari barang bekas

Dari campuran barang bekas dan

baru

Dari barang baru

5 Kreativitas

Banyak hiasan dan bentuk potongannya

menarik

Sedikit hiasan tetapi bentuk potongannya

masih menarik

Tidak dihias dan bentuk potongannya

monoton

6 Ramah Lingkungan

Barang bekas ramah lingkungan Barang bekas campuran Barang bekas mengandung bahaya

7 Memecahkan

Teka-teki Terselesaikan

Hanya sebagian yang tidak terselesaikan

Sedikit sekali yang berhasil dipecahkan

8 Sadar Kerapihan

Puzzle disusun rapi

pada tempatnya Puzzle berantakan

Puzzle tercecer dan ada bagian yang

hilang Kriteria Skor

B=Baik 3

C=Cukup 2


(36)

2. Skala Sikap

Tabel 3.4 Format Skala Sikap

No Pernyataan SS S N TS STS

1

Saya kesulitan memilih barang bekas yang layak pakai dan sudah tidak layak pakai

2 Saya dapat memanfaatkan barang

bekas yang ada di sekitar saya

3 Masih banyak sampah di sekeliling

saya, dan membuat tidak nyaman

4

Saya mengumpulkan barang bekas bersama dengan teman-teman untuk dijadikan barang yang lebih berguna

5 Puzzle yang dibuat oleh kelompok

saya rapi, bersih dan menarik

6

Saya bisa membedakan barang bekas yang masih berguna dan tidak berguna

7 Saya bisa menghias puzzle dengan

barang bekas lainnya

8 Puzzle yang saya buat hanya

seadanya

9

Materi di dalam puzzle yang saya buat bisa untuk diajarkan kepada orang lain

10 Saya membuat puzzle dari barang

bekas yang ramah lingkungan

11

Saya tidak dapat menyelesaikan teka-teki puzzle yang diberikan kepada saya

12 Saya merapihkan kembali puzzle

yang saya buat

13 Saya tidak tahu manfaat tugas puzzle

dari barang bekas

14

Saya tidak tahu langka-langkah dan cara membuat puzzle dari barang bekas

15

Masih banyak produk yang bisa dibuat lagi dengan memakai barang bekas


(37)

Keterangan: Option :

SS = Sangat Setuju S = Setuju

N = Netral TS = Tidak Setuju

STS = Sangat Tidak Setuju

Skor: Setiap kriteria diberi skor dalam skala 5 (1-5)

No. Skor Peserta

Didik

Kategori Sikap 1 61-75 Sangat Baik

2 46-60 Baik

3 31-45 Cukup

4 16-30 Kurang Baik

5 1-15 Tidak Baik

3. Portofolio

Tabel 3.5 Format Pendokumentasian Hasil Penilaian Portofolio

No Tema

Tanggal Penyelesaian Hasil Karya Judul Karya Catatan

Guru Nilai 1

2 3 4 5

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian ini, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Pengumpulan data dilakukan pada sumber data yaitu siswa dan guru mata pelajaran IPS. Indikator-indikator tersebut sebagai acuan pelaksanaan penelitian tindakan kelas di SMP Negeri 40 Bandung. Kegiatan yang akan dijadikan penelitian adalah pembuatan puzzle berbahan dasar barang bekas. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Selama tindakan penelitian berlangsung, kegiatan observasi juga dilaksanakan dalam rangka mengamati sekaligus menilai apa yang hendak dicapai dalam penelitian ini. Arikunto (2010, hlm. 199) menjelaskan bahwa:


(38)

Observasi disebut juga dengan pengamatan, meliputi kegiatan pengamatan terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Observasi dapat dilakukan dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap.

Observasi ini dilakukan pada komponen masukan, proses maupun hasil dari tindakan penelitian. Pengambilan data dengan observasi ini digunakan untuk memperkuat hasil dari tugas pembuatan puzzle yang akan dilakukan dalam proses pelaksanaan tindakan.

Langkah-langkah dalam melaksanakan observasi antara lain : a. Pertemuan Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam menyusun rencana observasi yaitu dengan diadakannya pertemuan antara peneliti dan guru mitra untuk menentukan urutan kegiatan observasi dan menyamakan persepsi mengenai fokus permasalahan yang akan diamati.

b. Observasi Kelas

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini yaitu guru mitra dan peneliti akan mengamati proses pembelajaran dan mengumpulkan data mengenai segala sesuatu yang terjadi pada proses pembelajaran tersebut, baik yang terjadi pada siswa maupun situasi di dalam kelas.

c. Diskusi Balikan

Pada fase ini, peneliti mempelajari data hasil observasi untuk dijadikan catatan lapangan dan mendiskusikan langkah-langkah selanjutnya. Kegiatan ini harus dilaksanakan dalam situasi saling mendukung serta didasarkan pada informasi yang diperoleh selama observasi.

2. Skala Sikap

Format penilaian skala sikap akan diserahkan kepada siswa agar mereka dapat mengukur sejauh mana pengetahuan tentang ecoliteracy yang sudah mereka dapatkan dari hasil mengerjakan tugas puzzle berbahan dasar barang bekas ini. Salah satu model untuk mengukur sikap yaitu dengan menggunakan skala sikap yang dikembangkan oleh Likert. Dalam skala likert, siswa tidak disuruh memilih


(39)

pernyataan yang positif saja, tetapi juga memilih pernyataan-pernyataan yang negatif. Tiap item dibagi kedalam lima skala, yaitu Sangat Setuju, Setuju, Netral, Tidak Setuju, Sangat Tidak Setuju. Setiap pernyataan positif diberi bobot 5, 4, 3, 2, 1, sedangkan pernyataan negatif diberi bobot sebaliknya yaitu 1, 2, 3, 4, 5.

3. Portofolio

Portofolio digunakan untuk :

a. Mendokumentasikan kemajuan peserta didik dalam mengembangkan ecoliteracy mereka melalui tugas pembuatan puzzle selama kurun waktu tertentu

b. Mengetahui bagian-bagian mana yang perlu diperbaiki guna mengembangkan pengetahuan tentang ecoliteracy siswa

c. Membangkitkan kepercayaan diri dan motivasi belajar peserta didik melalui penugasan pembuatan puzzle

d. Mendorong tanggung jawab peserta didik untuk belajar.

4. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang pelaksanaan penelitian di kelas. Selain itu, hal ini dapat dilakukan oleh peneliti untuk mendapat rekaman satuan kegiatan atau peristiwa untuk kemudian dianalisis. Akan lebih baik jika satuan rekamannya pendek karena pemutaran ulang akan memakan waktu. Guru mitra akan membantu peneliti agar lebih banyak perhatian yang dapat diberikan pada reaksi dan perilaku siswa dalam hal pengembangan ecoliteracynya sesuai dengan kelompok pembuatan produk puzzle berbahan dasar barang bekas yang aspek-aspeknya telah disepakati sebelum perekaman.

G. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

Dalam menganalisis data yang telah terkumpul dilakukan beberapa langkah yaitu; (1) penskoran jawaban responden, (2) menjumlahkan skor total


(40)

masing-masing komponen, (3) mengelompokkan skor yang didapat oleh responden berdasarkan tingkat kecenderungan. Data pelaksanaan yang dimaksud adalah deskripsi peneliti setelah melakukan pengamatan dan pelaksanaan tindakan mengenai tugas pembuatan puzzle, yang terbagi kedalam dua bagian, yaitu:

1. Data Kuantitatif

Pengolahan data untuk mengukur perkembangan ekoliterasi siswa diolah secara kuantitatif melalui penskoran dari hasil pembuatan tugas dan juga skala likert. Hasil skor pembuatan tugas dikelompokan menjadi kategori baik, cukup baik, dan kurang baik, sedangkan skala likert dibagi menjadi sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.

Adapun skala penilaian yang dipakai adalah sebagai berikut (Komalasari, 2011, hlm. 156)

a. Rumus dalam mengolah data hasil dari penskoran produk puzzle berbahan dasar barang bekas secara keseluruhan yaitu:

Persentase produk = Skor yang didapat x 100% Skor maksimum

Untuk keperluan mengklasifikasikan perkembangan produk puzzle berbahan dasar barang bekas yang telah dibuat oleh siswa, data kemudian dikelompokan menjadi kategori baik, cukup baik, dan kurang baik, dengan skala presentase sebagai berikut:

Nilai Skor Presentase

Kurang 0% – 33,3 %

Cukup 33,4% - 66,7%

Baik 66,8 % - 100%

b. Rumus dalam mengolah data hasil dari penskoran observasi ecoliteracy secara keseluruhan yaitu:

Persentase ecoliteracy = Skor yang didapat x 100% Skor maksimum


(41)

Untuk keperluan mengklasifikasikan perkembangan ecoliteracy siswa dilihat dari produk berupa puzzle berbahan dasar barang bekas yang telah dibuat oleh siswa, data kemudian dikelompokan menjadi kategori baik, cukup baik, dan kurang baik, dengan skala presentase sebagai berikut:

Nilai Skor Presentase

Kurang 0% – 33,3 %

Cukup 33,4% - 66,7%

Baik 66,8 % - 100%

c. Rumus dalam mengolah data hasil dari penilaian skala sikap siswa dalam pengembangan ecoliteracynya, yaitu:

Persentase ecoliteracy siswa = Skor yang didapat x 100% Skor maksimum

Untuk keperluan mengklasifikasikan perkembangan ecoliteracy siswa dilihat dari skala sikap yang telah diisi oleh siswa, kemudian dikelompokan menjadi kategori sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik, dan tidak baik dengan skala presentase sebagai berikut:

Nilai Skor Presentase

Sangat Baik 100% - 80%

Baik 60% - 80%

Cukup Baik 40% - 60%

Kurang Baik 20% - 40%

Tidak Baik 0% - 20%

2. Data Kualitatif

Pengolahan data hasil penelitian akan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pengumpulan, Kodifikasi, dan Kategorisasi Data

Pada tahap ini, data dikumpulkan berdasarkan instrumen yang telah disusun oleh peneliti sebagai bahan untuk diolah dan dianalisis karena suatu instrumen itu valid apabila dapat mengukur apa yang hendak diukur. Data yang sesuai dengan kenyataannya disebut data valid dan data yang


(42)

dipercaya disebut dengan data reliabel. Agar dapat diperoleh data yang valid dan reliabel, maka instrumen penilaian yang digunakan untuk mengukur objek yang akan dinilai harus memiliki bukti validitas dan reliabilitas.

b. Validasi Data

Validasi data didapat dari:

1) Lembar Penskoran, memperlihatkan skor penilaian produk siswa dan perkembangan ecoliteracy siswa berdasarkan kriteria penilaian yang terdapat dalam rubrik berdasarkan analisis untuk melihat tingkat ketercapaian ecoliteracy.

2) Member check yaitu memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi dari narasumber yang relevan dengan PTK.

3) Expert opinion, yakni dengan meminta kepada orang yang ahli atau pakar penelitian tindakan kelas atau pakar bidang studi untuk memeriksa tahapan kegiatan penelitian dan memberikan arahan atau judgement terhadap permasalahan yang dihadapi.

4) Saturasi yakni situasi pada waktu data sudah jenuh, atau tidak ada lagi data lain yang berhasil dikumpulkan atau tidak ada lagi tambahan data baru.

c. Interpretasi

Pada tahap interpretasi, peneliti akan mengolah hasil yang didapat dari pelaksanaan penelitian agar dapat melihat kekurangan dan dapat membuat refleksi serta perencanaan agar hasil penelitian selanjutnya dapat sesuai dengan yang diharapkan. Selaras dengan penjelasan oleh Priatna (2013, hlm. 68) yang mengemukakan bahwa:

Pada tahap ini peneliti menginterpretasikan temuan-temuan peneliti berdasarkan landasan teoritis yang telah dipilih. Dari hasil interpretasi ini diharapkan dapat memperoleh makna yang berarti sebagai tindakan selanjutnya.


(43)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini, peneliti akan menjelaskan mengenai kesimpulan dari hasil kegiatan penelitian yang telah dilaksanakan di kelas VII-B SMP Negeri 40 Bandung serta memberikan beberapa saran yang diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak sekolah, guru, siswa, dan juga peneliti selanjutnya. Penjelasan mengenai kesimpulan dan saran akan dijabarkan sebagai berikut:

A. Simpulan

Beberapa hal mengenai hasil penelitian tentang pengembangan ecoliteracy melalui tugas pembuatan puzzle berbahan dasar barang bekas di kelas VII-B SMP Negeri 40 Bandung dari mulai tahap merencanakan, melaksanakan hingga merefleksikan kendala dan solusinya dapat disimpulkan sebagai berikut:

Pertama, dalam tahap merencanakan pengembangan ecoliteracy melalui tugas pembuatan puzzle berbahan dasar barang bekas, peneliti merumuskan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) bersama guru mitra dengan menentukan tema yang sesuai dengan pengembangan konsep ecoliteracy. Konsep ecoliteracy disini dikembangkan berkat hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di kelas VII-B yang menunjukkan beberapa masalah mengenai kurangnya penerapan konsep ecoliteracy di dalam diri siswa. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dipilihlah beberapa tema yang akan menjadi pokok bahasan dalam pembelajaran yang akan diintegrasikan mengenai konsep-konsep ecoliteracy di dalamnya. Tema-tema tersebut diambil dari kompetensi dasar:

1.3 Menghargai karunia tuhan YME yang telah menciptakan manusia dan lingkungannya.

2.1 Menunjukkan perilaku santun, toleran dan peduli dalam melakukan interaksi dengan lingkungan dan teman sebaya.

3.1 Memahami aspek keruangan dan konektivitas antar ruang dan waktu dalam lingkup regional serta perubahan dan keberlanjutan kehidupan manusia (ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dan politik)


(44)

4.1 Menyajikan hasil telaah aspek keruangan dan konektivitas antar ruang dan waktu dalam lingkup regional serta perubahan dan keberlanjutan kehidupan manusia (ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dan politik). Selanjutnya, peneliti dan guru mitra mendiskusikan mengenai beberapa masalah lingkungan yang terjadi saat ini disesuaikan dengan tema yang dipilih. Beberapa masalah lingkungan tersebut diantaranya adalah masalah tentang iklim, bencana alam, gunung berapi, dan masalah mengenai flora dan fauna. Kemudian peneliti dan guru mitra membuat perencanaan mengenai tugas yang akan diberikan kepada siswa terkait dengan pengembangan ecoliteracy yang menjadi tujuan dari penelitian ini. Hingga akhirnya dipilihlah tugas pembuatan produk puzzle berbahan dasar barang bekas agar siswa dapat berperan serta dalam menjaga alam sekaligus mengasah kemampuan ecoliteracy mereka. Siswa akan dibagi menjadi 8 kelompok dengan jumlah anggota antara 4-5 orang. Format penilaian beserta rubrik pun disusun agar dapat memudahkan dalam proses mengukur sejauh mana perkembangan ecoliteracy siswa. Format penilaian dan rubrik yang dipersiapkan menyangkut tentang penilaian ecoliteracy, produk puzzle siswa, dan penilaian portofolio. Selain itu, untuk mengukur sejauh mana moral knowing dan feeling siswa, maka disusunlah format penilaian skala sikap agar peneliti dapat melihat bagaimana tanggapan siswa terhadap tugas yang telah diberikan.

Pada siklus 1, peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan tema tentang “Keadaan Alam dan Aktivitas Penduduk Indonesia” dengan

sub tema tentang “Keadaan Alam Indonesia” dan sub-sub tema tentang “Keadaan

Iklim Indonesia”, tema-tema tersebut diambil dari kompetensi dasar yang telah

disebutkan di atas. Kemudian dari tema yang dipilih, disusunlah tugas pembuatan produk puzzle berbahan dasar barang bekas tentang peta curah hujan di Indonesia agar siswa dapat memenuhi indikator tentang ecoliteracy yang diharapkan. Selain itu, diberikanlah format tugas puzzle berupa cara pembuatan, alat dan bahan yang harus disediakan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan tugasnya.

Pada siklus kedua, perencanaan yang dibuat berkaitan dengan hasil refleksi yang dilakukan pada siklus pertama. Berdasarkan hasil diskusi peneliti


(45)

dengan guru mitra, maka penugasan produk puzzle pada siklus kedua ini diambil berdasarkan dengan kompetensi dasar yang sama dengan siklus pertama, namun dengan sub-sub tema yang berbeda yakni mengenai “bentuk muka bumi dan

aktivitas penduduk Indonesia”. Tugas puzzle yang akan diberikan masih mengenai

peta Indonesia namun dengan materi tentang gunung berapi di Indonesia. Keputusan tentang penguatan pemahaman tentang pembuatan peta diambil agar wawasan siswa tentang Indonesia dapat dikembangkan terlebih dahulu, dan disisipkan mengenai ecoliteracy pula di dalamnya.

Pada siklus ketiga, perencanaan yang dibuat juga berdasarkan pada refleksi yang dilakukan bersama guru mitra terkait dengan pelaksanaan pada siklus kedua. Kompetensi dasar serta sub-sub tema yang diambil pada siklus ini pun sama dengan siklus kedua. Peneliti merumuskan tentang pembuatan produk puzzle berbahan dasar barang bekas tentang slogan untuk menjaga kebersihan. Materi ini dipilih agar siswa dapat dengan leluasa menentukan bagaimana cara mereka masing-masing dalam menyikapi masalah seputar kebersihan yang terjadi di sekitar mereka, mereka akan diasah kemampuannya memutuskan slogan mana yang paling cocok dengan keadaan di sekitar mereka.

Pada siklus keempat, perencanaan yang dibuat adalah berdasarkan hasil yang didapat dari siklus ketiga. Sub-sub tema yang diambil adalah mengenai keragaman flora dan fauna di Indonesia. Peneliti menugaskan siswa untuk dapat membuat slogan tentang menyelamatkan flora dan fauna. Pemberian tugas ini semata-mata bukan hanya untuk melatih siswa memanfaatkan barang bekas, melainkan juga untuk melihat sejauh mana kepekaan siswa dan rasa empati siswa terhadap bentuk kehidupan lain.

Perkembangan ecoliteracy siswa terus mengalami kenaikan berkat perencanaan yang selalu diperbaiki di setiap siklusnya berdasarkan diskusi dengan guru mitra. Siswa mulai dapat memanfaatkan barang bekas untuk dapat dibuat menjadi produk puzzle, sehingga pembelajaran pun lebih mengasyikkan dengan menyisipkan permainan puzzle di dalamnya. Pengetahuan siswa tentang konsep ecoliteracy pun terus diasah agar siswa dapat memiliki kemampuan untuk peka terhadap lingkungan sekitarnya dan memiliki kesadaran untuk memelihara alam.


(46)

Kedua, mengenai pelaksanaan pengembangan ecoliteracy melalui tugas pembuatan puzzle berbahan barang bekas di kelas VII-B SMP Negeri 40 Bandung. Peneliti melaksanakan dua tindakan pada tiap siklusnya, karena pemberian tugas tidak bisa diselesaikan pada jam pelajaran IPS, maka tugas pembuatan produk puzzle diselesaikan oleh siswa di luar jam pelajaran IPS. Pada tiap tindakan, peneliti selalu mengaitkan antara materi dengan ecoliteracy di dalamnya agar semakin memberikan wawasan bagi siswa untuk peka terhadap lingkungan.

Pada siklus pertama peneliti menstimulus siswa dengan menayangkan video tentang hujan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa mengenai isu-isu global yang terjadi saat ini berkaitan dengan materi tentang hujan. Pada dasarnya, siswa sudah mengetahui isu-isu sosial yang terjadi di masyarakat saat ini, hanya saja mereka masih belum terlatih untuk melakukan upaya pencegahan terjadinya kerusakan-kerusakan akibat ulah manusia tersebut. Oleh sebab itu, maka peneliti membagi siswa ke dalam kelompok yang terdiri atas 4-5 orang anggota secara acak. Peneliti memberikan tugas rumah kepada siswa untuk membuat produk puzzle berbahan dasar barang bekas tentang pembagian curah hujan di Indonesia yakni di wilayah: 1) Indonesia Bagian Barat, 2) Indonesia Bagian Tengah, dan 3) Indonesia Bagian Timur beserta format tugasnya yang akan dipresentasikan pada pertemuan selanjutnya.

Pada saat presentasi kelompok siswa berlangsung, mitra peneliti mengisi format observasi ecoliteracy siswa dan juga menilai produk puzzle siswa sesuai dengan instrumen yang telah disiapkan. Kegiatan berikutnya adalah siswa menukar puzzle yang telah dipresentasikan di depan kelas dengan puzzle milik kelompok lain untuk selanjutnya disusun lagi secara rapi dan dikomentari kekurangan dan kelebihannya serta saran perbaikan. Kemudian disebarkanlah format skala sikap untuk melihat sejauh mana feeling dan moral knowing siswa dalam membuat puzzle berbahan dasar barang bekas.

Pada siklus kedua, peneliti menjelaskan tujuan pembelajaran tentang salah satu indikator dari ecoliteracy yakni “understanding how nature sustains life” atau memahami bagaimana alam menopang kehidupan. Siswa disadarkan bahwa


(47)

selama ini, hidup manusia sangat tergantung dengan alam dimana tempatnya tinggal. Oleh sebab itu, harus ada kesadaran untuk menjaga alam dan bumi kita sebagai rasa terimakasih telah diberikan segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan dari alam tersebut. Peneliti memberikan mengenai peta gunung berapi di Indonesia. Format tugas yang diberikan sama dengan siklus 1 yakni membuat produk puzzle dengan memanfaatkan barang bekas agar siswa lebih terasah kemampuannya dalam mendaur ulang barang yang kelihatannya sudah tidak terpakai menjadi barang yang lebih berguna.

Pada tindakan kedua, peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran menyangkut tentang indikator ekoliterasi yakni “anticipating unintended

consequences” dimana diharapkan dapat memberikan pengetahuan pada siswa untuk peka terhadap bencana. Selanjutnya perwakilan siswa menjelaskan puzzle tentang gunung berapi yang telah dikerjakan. Kemudian peneliti meminta kelompok siswa untuk menukarkan puzzle mereka dengan puzzle dari kelompok lain. Siswa diminta untuk menyelesaikan puzzle tersebut dalam waktu 10 menit. Guru mitra akan menilai kegiatan siswa kedalam instrumen yang telah disediakan, tidak lupa peneliti membagikan format skala sikap kepada siswa.

Pada siklus ketiga, siswa dituntut untuk mengenali keadaan lingkungan sekitarnya yakni keadaan di sekitar Sungai Cikapundung. Selanjutnya guru akan meminta siswa untuk menyebutkan berbagai macam bencana dan kerusakan yang seringkali terjadi di sekitar siswa, namun mereka masih perlu diarahkan untuk dapat menanggulangi ataupun mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Kemudian, siswa diberi penguatan bahwa bencana yang terjadi seringkali disebabkan oleh ulah manusia yang tidak selaras dengan alam seperti menebang pohon sembarangan, membuang sampah ke sungai, dan masih banyak lagi. Peneliti menekankan pentingnya seorang manusia untuk menjaga lingkungan dimana ia berada, salah satunya dengan mendaur ulang sampah atau barang yang sudah tidak terpakai. Merujuk kepada hal tersebut, maka guru menugaskan siswa untuk membuat slogan tentang menjaga kebersihan yang akan dbuat menjadi puzzle berbahan dasar barang bekas.


(1)

Agustin, M. (2011). Permasalahan Belajar dan Inovasi Pembelajaran: Panduan untuk Guru, Konselor, Psikolog, Orang Tua, dan Tenaga Kependidikan. Bandung: PT Refika Aditama

Arief, A. (1994). Hutan, Hakikat dan Pengaruhnya Terhadap Lingkungan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Arifin, Z. (2011). Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prakti. Bandung: PT Rineka Cipta

Daulay, Z. (2011). Pengetahuan Tradisional: Konsep, Dasar Hukum & Praktiknya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Goleman, D., Bennett, L., Barlow, Z. (2012). Ecoliterate: How Educators are Cultivating Emotional, Social, and Ecological Intelligence. San Francisco: Jossey-Bass

Gorz, A. (2012). Ekologi dan Krisis Kapitalisme. Yogyakarta: Insist Press Hamalik, O. (2002). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.

Jakarta : PT Bumi Aksara

Hanafiah. (2009). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama Hasan, S. H. (2010). Bahan Ajar Pengembangan Asesmen Kinerja dan Asesmen

Portofolio dalam Pembelajaran Sejarah. Bandung: UPI

Indikka, K. (2012). Tesis Pengembangan Green Behavior Pada Siswa Melalui Penggunaan Media Audio Visual Dalam Metode Pembelajaran Example Non-Example Pada Mata Pelajaran IPS di Sekolah Dasar. UPI Bandung: Tidak Diterbitkan

Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama


(2)

Lickona, T. (2012). Mendidik untuk Membentuk Karakter: Bagaimana Sekolah Dapat Memberikan Pendidikan tentang Sikap Hormat dan Bertanggung Jawab. Jakarta: PT Bumi Aksara

Munthe, B. (2009). Desain Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani Musfiqom. (2012). Pengembangan Media & Sumber Pembelajaran. Jakarta: PT

Prestasi Pustakarya

Muslich, M. (2008). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi & Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara

Muslich, M. (2011). Authentic Assessment: Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi. Bandung: PT Refika Aditama

Mutakin, A. (1998). Pengantar Ilmu Sosial. Bandung: FKIP IKIP

Rianse, U. (2012). Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi (Teori dan Aplikasi). Bandung: Alfabeta

Rusmana. (2010). Tesis: Pembelajaran Nilai PLH dalam Mewujudkan Sekolah Berbudaya Lingkungan. UPI Bandung: Tidak Diterbitkan

Sapriya. (2007). Konsep Dasar IPS. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan Jurusan PKn FPIPS UPI

Sumaatmadja, N. (2012). Manusia dalam Konteks Sosial, Budaya, dan Lingkungan Hidup. Bandung: Alfabeta

Supranata, S. (2004). Panduan Penulisan Tes Tertulis Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Uno, H. (2012). Teori Motivasi & Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara Wena, M. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer:Suatu Tindakan

Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara

Winarti. (2012). Green School: Implementasi Pendidikan Lingkungan Hidup (dalam Prosiding: Seminar Nasional Pendidikan IPS 2012). UPI Bandung Wiriaatmadja, R. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya

Zainul, A. (2001). Alternative Assessment. Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka


(3)

Sumber Internet:

---. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Penyelenggara Sertifikasi Guru Rayon 24 Universitas Negeri Makassar

Aryani, S. (2012). Peningkatan Hasil Membaca Permulaan Melalui Permainan Puzzle Bagi Siswa Kelas 1 Semester 1 SD Negeri 3 Sindurejo Kecamatan Torch Kabupaten Grobogan Tahun 2011/2012. [Online]. Tersedia: repository.library.uksw.edu [9 November 2013]

Epeni, H. (----). Puzzle Hani Epeni. [Online]. Tersedia:

http://kuliah.itb.ac.id/course/info.php?id=435 [12 Oktober 2013] Haryanto. (2012). Pengertian Pendidikan Karakter. [Online]. Tersedia:

http://belajarpsikologi.com/pengertian-pendidikan-karakter/ [06 Oktober 2014]

http://wikipedia.com/ecoliteracy [22 Oktober 2013] http://www.ecoliteracy.org/teach [22 Oktober 2013]

Keraf, S. (2013). Fritjof Capra Tentang Melek Ekologi Menuju Masyarakat Berkelanjutan. Dalam Jurnal Filsafat dan Teologi Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara [Online], Vol 12 No. 1. Tersedia:

http://www.diskursus.com/index.php/jurnal/71-vol-12-no-1-april- 2013/175-vol-12-no-1-april-2013-fritjof-capra-tentang-melek-ekologi-menuju-masyarakat-berkelanjutan [26 November 2013]

Hasan, S. H. dan Kusmarni, Y. (2010). Pengembangan Asesmen Kinerja dan Portofolio dalam Pembelajaran Sejarah. [Online]. Tersedia: [26 November 2013]

Lina. (2010). Definisi Ilmu Sosial Dasar. [Online]. Tersedia: http://www.linaa-mybigfantasy.blogspot.com/2010/10/definisi-ilmu-sosial-dasar.html [01 April 2013]

Mulyatiningsih, E. (2012). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Modul Pelatihan Pendidikan Profesi Guru Fakultas Teknik. Universitas Negeri Yogyakarta PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 20. [Online].

Tersedia: http://mustafatope.wordpress.com/2010/10/17/rencana-pelaksanaan-pembelajaran/[06 Juni 2013]


(4)

Prasetya, E. (2010). Pendidikan Ilmu Sosial. [Online]. Tersedia:

http://www.exiaprasetya.wordpress.com/2010/05/12/pendidikan-ilmu-sosial/ [01 April 2013]

Rafsanjani, A. (2009). Gerakan Melek Ekologi. Pikiran Rakyat [Koran], halaman 30 kolom 5. Kliping Humas Unpad [Online]. [27 Oktober 2013]

Raharja, S. (2011). Pendidikan Berwawasan Ekologi. ----

Rustaman, N. Y. (2010). Penilaian Otentik (Authentic Assessment) dan

Penerapannya dalam Pendidikan SainsFPMIPA & Sekolah Pascasarjana UPI. [Online]. Tersedia: file.upi.edu [16 November 2013]

Rusyanti,H. (2013). Pengertian IPS: Hakikat Pembelajaran IPS. [Online]. Tersedia: www.kajianteori.com/2013/02/pengertian-ips-hakikat-pembelajaran-ips.html?m=1 [09 Juni 2013]

Setyaningrum. (2012). Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Jigsaw dengan Permainan Puzzle Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Negeri 4 Mendenrejo Kradenan Blora Semester 2 Tahun Ajaran

2011/2012. [Online]. [17 Oktober 2013]

Sudrajat, A. (2007). Penilaian Hasil Belajar. [Online]. Tersedia: http://akhmadsudrajat.files.worpress.com [02 Februari 2014]

Sudrajat, A. (2011). Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). [Online]. Tersedia:

akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/03/12/karakteristik-mata-pelajaran-ilmu-pengetahuan-sosial-ips/ [09 Juni 2013]

Supriatna, N. (2013). Developing Green Behavior Through Ecopedagogy in Social Studies Learning in Elementary Schools in Bandung, Indonesia. Department of Social Studies, Indonesia University of Education. [Online]. Tersedia: http://pips.upi.edu/artikel-10-developing-green-behavior-through-ecopedagogy.html [02 Februari 2014]

Turmuzi, A. (2011). Permasalahan Pembelajaran IPS Terpadu. [Online]. Tersedia:m.kompasiana.com/post/edukasi/2011/10/30/permasalahan-pembelajaran-ips-terpadu/ [09 Juni 2013]

Wangaard, D. B. (2014). Moral Knowing, Moral Feeling and Moral Action. [Online]. Tersedia: http://ethicsed.org/moral-knowing/ [06 Oktober 2014] Wardhani, S. (2010). Teknik Pengembangan Instrumen Penilaian Hasil Belajar

Matematika di SMP/MTs. Departemen Pendidikan Nasional [Online]. Tersedia: mgmpmatsatapmalang.files. [13 November 2013]


(5)

Sumber Jurnal:

Ekayanti, N. W., Puspawati, D. A., dan Surata, S. P. K. (2011). Upaya

Peningkatan Keterampilan Sosial dalam Ekoliterasi Ketahanan Hayati melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Kelompok Investigasi pada Mahasiswa Pendidikan Biologi Semester III Tahun Akademik 2008/2009. Jurnal Santiaji Pendidikan. 1, (1), 14-21

Sumber Makalah:

Santyasa, I. W. (2007). Makalah Metodologi Penelitian Tindakan Kelas. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha

Sumber Skripsi:

Amaniati, R. A. (2011). Profil Kreativitas Siswa dalam Memanfaatkan Limbah Kertas pada Pembelajaran Konsep Daur Ulang Limbah. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak Diterbitkan

Holis, T. (2009). Penggunaan Asesmen Kinerja Alternatif untuk Menilai Kemampuan Literasi Sains Siswa pada Pembelajaran Konsep

Keanekaragaman Hayati. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak Diterbitkan

Lestari, D. S. (2013). Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber Belajar IPS untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII K SMP Negeri 12 Bandung). Skripsi pada FPIPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan

Lotaningrat, D. (2012). Pengembangan Asesmen Alternatif untuk Menilai Karakter Peduli Lingkungan siswa SM A pada Konsep Pencemaran Lingkungan.Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak Diterbitkan Priatna, A. (2013). Meningkatkan Kreativitas Siswa Melalui Tugas (Task)

Pembuatan Media Pembelajaran Berbahan Dasar Limbah Sampah dalam Pembelajaran IPS (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII B SMP Negeri 5 Bandung). Skripsi pada FPIPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan

Sumber Tesis:

Marsudi. (2011). Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Lingkungan Terhadap Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Geografi Kelas XI SMA Negeri 1 Lembang. Tesis Magister pada SPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan


(6)

Novarlia, I. (2010). Pengaruh Model Sains Teknologi Masyarakat untuk Meningkatkan Kompetensi Peserta Didik Terhadap Permasalahan Lingkungan Pada Pembelajaran IPS (Studi Kuasi Eksperimen di SMP Negeri 1 Cimalaka-Sumedang). Tesis Magister pada SPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan

Yanti, D. (2011). Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran VCT melalui Metoda Percontohan dalam Upaya Meningkatkan Pemahaman Nilai dan Keterampilan Sosial (Studi Eksperimen pada Siswa SMPN 3 Situraja). Tesis Magister pada SPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL ORAY- ORAYAN DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SMP NEGERI 12 BANDUNG: penelitian tindakan kelas di kelas VII-E SMP negeri 12 bandung.

0 0 52

PEMANFAATAN MEDIA SCRAPBOOK BERBAHAN DASAR BARANG BEKAS UNTUK MENINGKATKAN ECOLITERACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS (PENELITIAN TINDAKAN KELAS DI KELAS VII-I SMP NEGERI 3 LEMBANG).

8 59 199

PENINGKATAN TANGGUNG JAWAB SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PROYEK DALAM PEMBELAJARAN IPS : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII-I SMP Negeri 45 Bandung.

0 2 52

PENINGKATAN ECOLITERACY SISWA TENTANG SAMPAH DI SEKOLAH MELALUI PENGGUNAAN REKA CERITA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN IPS (PENELITIAN TINDAKAN KELAS DI KELAS VIII-J SMP NEGERI 7 BANDUNG).

3 19 32

PENINGKATAN ECOLITERACY SISWA MELALUI PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKITAR SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS : penelitian tindakan kelas di SMP negeri 1 Tanjungsiang kelas VIII B.

7 21 46

PENINGKATAN ECOLITERACY SISWA DALAM PENGELOLAAN HALAMAN SEKOLAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT TASARANG (TANAM SAYUR PEKARANGAN) PADA PEMBELAJARAN IPS : penelitian tindakan kelas di kelas VII-2 SMP Negeri 16 Bandung.

5 14 79

PENERAPAN METODE CURAH PENDAPAT UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII-D SMP Negeri 40 Bandung.

0 0 26

PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA MELALUI PEMBUATAN PROYEK RESPON KREATIF DALAM PEMBELAJARAN IPS : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII-B SMP Muhammadiyah 6 Bandung.

2 16 65

PENGEMBANGAN GREEN BEHAVIOUR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PELAYANAN(SERVICE LEARNING)DALAM MATA PELAJARAN IPS :Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VII-F SMP Negeri 4 Bandung.

0 2 56

MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA MELALUI TUGAS (TASK) PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBAHAN DASAR LIMBAH SAMPAH DALAM PEMBELAJARAN IPS : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII-B SMP Negeri 5 Bandung.

0 1 63