Peningkatan hasil belajar dan aktivitas psikomotorik menggunakan model Quantum Teaching and Learning pada materi ekosistem untuk siswa kelas X E SMA BOPKRI 2 tahun ajaran 2011 2012

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS PSIKOMOTORIK MENGGUNAKAN MODEL QUANTUM TEACHING AND LEARNING

PADA MATERI EKOSISTEM UNTUK SISWA KELAS X-E SMA BOPKRI 2 TAHUN AJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Program Studi Pendidikan Biologi

Disusun oleh : Maria Agustin Mahardika

NIM : 081434012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(2)

i

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS PSIKOMOTORIK MENGGUNAKAN MODEL QUANTUM TEACHING AND LEARNING

PADA MATERI EKOSISTEM UNTUK SISWA KELAS X-E SMA BOPKRI 2 TAHUN AJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Program Studi Pendidikan Biologi

Disusun oleh : Maria Agustin Mahardika

NIM : 081434012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(3)

ii SKRIPSI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS PSIKOMOTORIK MENGGUNAKAN MODEL QUANTUM TEACHING AND LEARNING

PADA MATERI EKOSISTEM UNTUK SISWA KELAS X-E SMA BOPKRI 2 TAHUN AJARAN 2011/2012

Oleh :

Maria Agustin Mahardika NIM : 081434012

Telah disetujui oleh:

Pembimbing,


(4)

iii SKRIPSI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS PSIKOMOTORIK MENGGUNAKAN MODEL QUANTUM TEACHING AND LEARNING

PADA MATERI EKOSISTEM UNTUK SISWA KELAS X-E SMA BOPKRI 2 TAHUN AJARAN 2011/2012

Oleh :

Maria Agustin Mahardika NIM : 081434012

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Program Pendidikan Biologi

JPMIPA FKIP Universitas Sanata Dharma pada tanggal 5 Februari 2013 Panitia Penguji :

Ketua : Drs. Aufridus Atmadi, M.Si. ... Sekretaris : Drs. A. Tri Priantoro, M.For.Sc. ... Anggota : 1. Luisa Diana Handoyo, M.Si. ... 2. Dra. Maslichah Asy’ari, M.Pd. ... 3. Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, SJ. ...

Yogyakarta, 5 Februari 2013

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Dekan,


(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

>> Kalau mereka memberimu kertas bergaris, menulislah tanpa mengikuti arah garis.

(Juan Ramón Jiménez)

>> Serahkanlah perbuatanmu pada TUHAN, maka terlaksanalah segala rencanamu.

(Amsal 16: 3)

Perjuangan kecil ini kupersembahkan untuk semua yang telah berdiri di belakangku;

Allah Tri Tunggal dan Bunda Maria, Bapak dan Ibu, untuk cinta tanpa batas, Kakakku di surga, sang pemberi hidup kedua, Kawan dan sahabat yang terasa melebihi saudara, Guru-guruku, para pendidik dan pembimbing sejati, Alam dan kehidupannya yang selalu membuat takjub, dan Engkau yang tengah menungguku menjadi takdirmu, terima kasih.


(6)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 5 Februari 2013 Penulis,


(7)

vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Maria Agustin Mahardika NIM : 081434012

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS PSIKOMOTORIK MENGGUNAKAN MODEL QUANTUM TEACHING AND LEARNING PADA MATERI EKOSISTEM UNTUK SISWA KELAS X-E SMA BOPKRI 2 TAHUN AJARAN 2011/2012”

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Yogyakarta Pada tanggal : 5 Februari 2013

Yang menyatakan,


(8)

vii ABSTRAK

Maria Agustin Mahardika. 2013. Peningkatan Hasil Belajar dan Aktivitas Psikomotorik Menggunakan Model Quantum Teaching and Learning pada Materi Ekosistem untuk Siswa Kelas X-E SMA BOPKRI 2 Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dan aktivitas psikomotorik dalam pembelajaran Biologi pada materi Ekosistem menggunakan Model Quantum Teaching and Learning. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Analisis data secara campuran (kuantitatif-kualitatif). Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2012, dengan siswa Kelas X-E SMA BOPKRI 2 sebagai subyek penelitian. Penelitian terdiri dari 2 siklus, dengan dua pertemuan pada setiap siklusnya.

Intrumen penelitian meliputi tes, lembar observasi, kuisioner reflektif, dan wawancara. Peningkatan hasil belajar kognitif diketahui dari data tes. Tes dilaksanakan pada awal penelitian (Pretest) dan setiap akhir siklus (Posttest 1 dan

Posttest 2). Peningkatan aktivitas psikomotorik diketahui dari lembar pengamatan

kelompok belajar siswa. Data kuisioner reflektif dan wawancara digunakan untuk mendukung hasil analisis dalam mengambil kesimpulan akhir.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan Model Quantum Teaching

and Learning dapat meningkatkan hasil belajar kognitif dan aktivitas psikomotorik

siswa. Hal ini disimpulkan dari hasil tes menunjukkan jumlah siswa yang mencapai KKM dari 50% pada Posttest 1 menjadi 84,21% pada Posttest 2, beserta rata-rata nilai Posttest 1 sebesar 71,67 menjadi 78,84 pada Posttest 2. Hasil observasi menunjukkan aktivitas psikomotorik meningkat dari 89,06% pada Siklus I menjadi 90,11% pada Siklus II. Hasil kuisioner reflektif menyatakan siswa memiliki sikap yang aktif dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran. Hasil wawancara menunjukkan bahwa siswa menyatakan model ini membantu siswa untuk memahami materi pelajaran.

Kata kunci: hasil belajar, aktivitas psikomotorik, quantum teaching and learning, ekosistem


(9)

viii ABSTRACT

Maria Agustin Mahardika. 2013. Improvement of Learning Outcomes and Psychomotor Activities Using Quantum Teaching and Learning Model on Ecosystem Topic for Students of Grade X-E at BOPKRI 2 Senior High School Year of Study 2011/2012. Thesis. Yogyakarta: Biology Education Study Program, Majoring in Mathematics and Natural Sciences, Faculty of Teacher Training and Education Sciences, Sanata Dharma University.

This research aimed to know improvement of learning outcomes and psychomotor activities in Biology learning on Ecosystem topic using Quantum Teaching and Learning Model. This was a descriptive research using Class Action Research Method (PTK). Data analysis was using mixture of quantitative and qualitative. Research conducted at May 2012 with students of Grade X-E at BOPKRI 2 Senior High School as the subject of research. Research conducted in 2 cycles, with two meetings at each of the cycle.

Research instruments consisted of test, observation sheet, reflective questionnaire, and interview. Cognitive aspect of learning outcomes was known from test's data, tests are conducted at the beginning of research (Pretest) and at the end of every cycle (Posttest 1 and Posttest 2). Psychomotor aspect was known from observation sheet of student’s learning group psychomotor activities. Reflective questionnaire and interview data were used as support for analysis result to make final conclusion.

Research result showed that usage of Quantum Teaching and Learning Model was able to improve learning outcomes and psychomotor activities. This is concluded from test result that showed number of students that reached KKM from 50% at Cycle I raised to 84,21% at Cycle II, with average of test scores of Posttest 1 is 71,67 raised to 78,84 at Posttest 2. Observation result showed that psychomotor activities improved from 89,06% at Cycle I raised to 90,11% at Cycle II. Reflective questionnaire result showed that student had active attitudes in practicing learning activities. Interview result showed that students stated this model helped students to understand lesson materials.

Keywords: learning outcomes, psychomotor activities, quantum teaching and learning, ecosystem


(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Tri tunggal, atas segala berkat, rahmat dan anugerah yang telah dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi, Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini tidak lepas bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mempersembahkan ucapan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, SJ. Selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya bagi penulis untuk menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma.

2. Drs. Tri Priantoro, M.For.Sc. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi yang telah turut memberikan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Luisa Diana Handoyo, M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, membimbing, dan memberi dorongan yang sangat bermanfaat bagi keseluruhan proses penyusunan skipsi ini.

4. Drs. Eddy Krismanto, M.Pd. selaku guru pengampu mata pelajaran Biologi SMA BOPKRI 2 Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan dan bimbingan dalam melaksanakan penelitian.


(11)

x

5. Segenap Dosen Prodi Pendidikan Biologi yang telah menjadi pendidik dan pembimbing yang sangat berdedikasi bagi perkembangan mahasiswa.

6. Seluruh staf Sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam atas segala pelayanan prima yang telah diberikan.

7. Bapak, ibu, kakak laki-lakiku, dan kakak perempuanku Rosalina Dyah Purwaningsih Utami yang telah berada di samping Allah Bapa, serta seluruh kerabat dekat yang selalu memberikan kasih sayang dan doa kepada penulis. 8. Teman-teman P.Bio 08 atas segala kebersamaan, semangat dan bantuan dalam

menimba ilmu serta pendewasaan diri bersama penulis.

9. Rekan-rekan mahasiswa dalam Civitas Akademika Universitas Sanata Dharma, untuk semua pengalaman berharga selama berdinamika bersama.

10.Kawan dan sahabat d’Broed Highschool, Kost Greenhouse, Kost Majus, Part-timer FinK, dan Mitra Perpustakaan yang telah menjadi keluarga bagi penulis dalam suka dan duka.

11.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih sedalam-dalamnya.

Besar harapan penulis, skripsi ini dapat memberikan sumbangan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan. Ad Maiorem Dei Gloriam.

Yogyakarta, 5 Februari 2013 Penulis,


(12)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PENYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5


(13)

xii BAB II LANDASAN TEORI

A. Belajar dan Tipe-Tipe Belajar ... 7

B. Hasil Belajar ... 9

C. Pemahaman Konseptual (Conceptual Understanding) ... 17

D. Model Quantum Teaching and Learning ... 19

E. Materi Ekosistem ... 25

F. Hasil Penelitian yang Relevan ... 26

G. Kerangka Berpikir ... 28

H. Hipotesis ... 29

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 30

B. Sampel dan Populasi ... 30

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

D. Desain Penelitian ... 31

E. Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 38

F. Instrumen Penelitian ... 41

G. Cara Analisis Data ... 45

H. Indikator Keberhasilan ... 53

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ... 54


(14)

xiii

2. Pelaksanaan Penelitian Siklus I ... 56

3. Pelaksanaan Penelitian Siklus II ... 69

B. Analisis Hasil Penelitian ... 81

1. Tes Kognitif ... 81

2. Hasil Pengamatan Aktivitas Psikomotorik Siswa ... 83

3. Hasil Kuisioner Reflektif Siswa ... 83

4. Hasil Wawancara ... 85

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 88

1. Aspek Kognitif ... 88

2. Aspek Psikomotorik ... 90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 95

B. Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 97


(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 38

Tabel 3.2. Kisi-Kisi Kuisioner ... 44

Tabel 3.3. Pedoman Wawancara ... 45

Tabel 3.4. Kategorisasi Hasil Observasi ... 47

Tabel 3.5. Panduan Pemberian Skor Kuisioner ... 49

Tabel 3.6. Indikator Keberhasilan Penelitian ... 53

Tabel 4.1. Hasil Analisis Pretest Siswa ... 57

Tabel 4.2. Hasil Analisis Posttest 1 Siklus I ... 63

Tabel 4.3. Tingkat Aktivitas Psikomotorik Siswa Siklus I ... 65

Tabel 4.4. Kategori Respon Siswa Siklus I ... 66

Tabel 4.5. Hasil Analisis Posttest 2 Siklus II ... 74

Tabel 4.6. Tingkat Aktivitas Psikomotorik Siswa Siklus II ... 76

Tabel 4.7. Kategori Respon Siswa Siklus II ... 77

Tabel 4.8. Perbandingan Hasil Pretest dan Posttest 1 ... 81

Tabel 4.9. Perbandingan Hasil Posttest 1 dan Posttest 2 ... 82

Tabel 4.10. Perbandingan Prosentase Respon Siswa pada Siklus I dan Siklus II 84 Tabel 4.11. Garis Besar Hasil Wawancara ... 86


(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Siklus dalam PTK menurut Kemmis dan McTaggart ... 31

Gambar 4.1. Suasana Pretest ... 68

Gambar 4.2. Apersepsi ... 68

Gambar 4.3. Diskusi dan Kajian Literatur dalam Kelompok ... 69

Gambar 4.4. Presentasi Kelompok ... 69

Gambar 4.5. Diskusi (Pertemuan 1) ... 80

Gambar 4.6. Presentasi Kelompok (Pertemuan 1) ... 80

Gambar 4.7. Contoh Peta Konsep yang Dibuat Siswa (Pertemuan 1) ... 80


(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

A. Instrumen Pembelajaran

A1. Silabus ... 99

A.2. RPP Penelitian ... 103

A.3. Lembar Kerja Siswa ... 117

A.4. Panduan Peta Konsep dan Presentasi ... 124

A.5. Materi Pembelajaran: Ekosistem ... 127

B. Intrumen Pengambilan Data B.1. Kisi-Kisi, Soal Pretest, Kunci Jawaban dan Rubrik Penilaian ... 135

B.2. Kisi-Kisi, Soal Posttest I, Kunci Jawaban dan Rubrik Penilaian ... 141

B.3. Kisi-Kisi, Soal Posttest II, Kunci Jawaban dan Rubrik Penilaian ... 145

B.4. Lembar Observasi ... 148

B.5. Kuisioner Reflektif ... 150

B.6. Panduan Wawancara ... 154

C. Hasil Penelitian C.1. Hasil Prestest ... 155

C.2. Poster Afirmasi : Nama dan Slogan Kelompok Belajar ... 159

C.3. Hasil Lembar Kerja Siswa ... 161

C.4. Hasil Posttest 1 ... 168

C.5. Hasil Posttest 2 ... 170


(18)

xvii

C.7. Hasil Kuisioner Reflektif ... 176

C.8. Tabel Hasil Pretest ... 180

C.9. Tabel Hasil Posttest 1 ... 181

C.10. Tabel Hasil Posttest 2 ... 182

C.11. Tabel Hasil Observasi Aspek Psikomotorik Siswa ... 183

C.12. Tabel Tingkat Aktivitas Psikomotorik Siswa dalam Kelompok Siklus I ... 185

C.13. Tabel Tingkat Aktivitas Psikomotorik Siswa dalam Kelompok Siklus II ... 187

C.14. Tabel Perbandingan Tingkat Aktivitas Psikomotorik Siswa ... 189

C.15. Tabel Hasil Kuisioner Reflektif Siswa Siklus I ... 191

C.16. Tabel Skor Jawaban Kuisioner Reflektif Siklus I ... 192

C.17. Tabel Skor dan Kategori Respon Siswa Siklus I ... 193

C.18. Tabel Hasil Kuisioner Reflektif Siswa Siklus II ... 194

C.19. Tabel Skor Jawaban Kuisioner Reflektif Siklus II ... 195

C.20. Tabel Skor dan Kategori Respon Siswa Siklus II ... 196

C.21. Tabel Hasil Transkrip Wawancara ... 197

D. Administrasi Penelitian D.1. Surat Izin Penelitian ... 200


(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam dunia pendidikan dewasa ini, penerapan berbagai pendekatan, strategi, metode maupun model pembelajaran tidak bertujuan semata untuk meningkatkan hasil belajar siswa, melainkan juga menyentuh aspek pembelajaran yang lebih mendalam. Masing-masing prosedur pembelajaran tersebut memiliki keunggulan tersendiri yang diharapkan dapat memberikan pencapaian tujuan pembelajaran yang maksimal. Tujuan pembelajaran ini harus disesuaikan dengan karakteristik bidang ilmu yang dipelajari.

Biologi merupakan kajian ilmu yang berisi konsep-konsep yang saling terhubung mengenai makhluk hidup dan proses kehidupannya. Konsep sebagai suatu lambang mental yang berisi suatu gagasan (Winkel, 1987: 75), dibentuk melalui pengalaman langsung dengan objek atau kejadian dalam dunia mereka (Santrock, 2009: 3). Pembentukan konsep ini sesuai dengan karakter Biologi yang mempelajari kejadian-kejadian alam yang pernah dihadapi siswa. Hal ini membuat pembelajaran Biologi menghendaki suatu proses pembelajaran yang memberikan pengalaman secara nyata bagi siswa. Pemberian pengalaman secara nyata yang dimaksud adalah siswa memperoleh informasi dengan berbagai indera secara langsung, sehingga mendukung terbentuknya konsep yang lebih terpahami.


(20)

Saat ini, pembelajaran Biologi di sekolah seringkali belum diperkaya dengan pemberian pengalaman nyata untuk mengaitkan setiap konsep berupa kejadian-kejadian alam yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari siswa. Siswa hanya belajar secara tekstual tanpa diarahkan untuk memiliki pemahaman konseptual. Pemahaman konseptual yang baik terjadi apabila siswa mampu membentuk hubungan antarkonsep dan mengorganisasikan berbagai konsep dalam materi yang dipelajari, akan semakin mudah mengingat dan menerapkannya nanti (Ormrod, 2008: 344). Kemampuan ini tidak sebatas hanya mendukung siswa dalam menguasai hasil belajar sesuai tujuan instruksional yang tercatat dalam kurikulum pendidikan. Kemampuan ini juga mendukung siswa untuk menerapkan pengalaman belajar dalam kehidupan sehari-hari siswa sebagai hasil belajar yang sejati. Hasil belajar ini disebut sejati karena tidak hanya berupa hasil belajar yang ditunjukkan siswa di dalam kelas, akan tetapi juga penerapannya ditunjukkan siswa di luar kelas dalam kehidupan sehari-hari siswa di luar kelas.

Dalam lingkup pembelajaran di kelas, hal-hal di atas perlu diperhatikan karena tingkat pemahaman konseptual terhadap materi Biologi sangat memengaruhi hasil belajar. Hal ini sejalan dengan hasil observasi yang telah dilakukan di SMA BOPKRI 2 pada kelas X selama tahun ajaran 2010/2011. Hasil observasi tersebut memberikan gambaran bahwa proses belajar mengajar yang dilakukan belum mendukung terjadinya pemahaman konseptual yang maksimal. Guru telah berusaha membangun pemahaman konseptual siswa dengan melakukan tanya jawab dan studi literatur. Akan


(21)

tetapi, siswa belum diajak untuk “menemukan cahaya” dalam memahami konsep yang dipelajari dengan memadukan aspek kognitif, psikomotorik dan afektif dengan seimbang. Hal ini memberikan dampak terhadap hasil belajar siswa yang masih belum memuaskan. Rata-rata hasil belajar yang dicapai siswa adalah 67,41; sedangkan standar ketuntasan minimal yang ditetapkan adalah 73.

Berdasarkan situasi di atas, perlu dilakukan suatu usaha perbaikan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menggunakan model Quantum

Teaching and Learning. Kata quantum sendiri memiliki arti “interaksi yang

mengubah energi menjadi cahaya”. DePorter (2010: 34) menyatakan bahwa mengajar secara quantum adalah penggubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar lingkungan belajar yang efektif bagi siswa. Interaksi-interaksi ini akan mengubah kemampuan dan bakat alami siswa menjadi cahaya, artinya dapat digunakan secara optimal dalam mendukung kegiatan belajar. Interaksi belajar yang melibatkan lingkungan belajar dapat memberikan pengalaman nyata yang mendukung pembelajaran tidak hanya dari aspek kognitif melainkan juga psikomotorik dan afektif.

Quantum Teaching and Learning bersandar pada 5 prinsip yaitu (1)

Segalanya Berbicara, (2) Segalanya Bertujuan, (3) Pengalaman sebelum Pemberian Nama, (4) Akui Setiap Usaha, dan (5) Jika Layak Dipelajari, Maka Layak Pula Dirayakan (DePorter, 2010: 36-37). Kelima prinsip tersebut mendukung terciptanya suatu pembelajaran yang bermakna. Prinsip pertama dan kedua menitikberatkan pada lingkungan belajar siswa yang sepenuhnya


(22)

digunakan sebagai sarana pendukung belajar siswa. Sesuai prinsip ketiga, pengalaman tersebut akan membantu siswa untuk membangun konsep. Prinsip keempat dan kelima yang berupa penghargaan terhadap usaha belajar siswa dapat menumbuhkan emosi positif siswa terhadap kegiatan belajar yang secara tidak langsung dapat meningkatkan pencapaian belajar siswa.

Sesuai dengan penjabaran di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji penerapan model Quantum Teaching and Learning yang diharapkan dapat meningkatkan pencapaian belajar siswa sebagai sebuah penelitian tindakan kelas. Penelitian ini akan mengambil judul: “PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS PSIKOMOTORIK MENGGUNAKAN MODEL QUANTUM TEACHING AND LEARNING PADA MATERI EKOSISTEM UNTUK SISWA KELAS X-E SMA BOPKRI 2 TAHUN AJARAN 2011/2012”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, permasalahan yang ada dapat dirumuskan adalah:

“Apakah penggunaan model Quantum Teaching and Learning dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas psikomotorik kelas X-E SMA BOPKRI 2 tahun ajaran 2011/2012 pada materi Ekosistem.”

C. Batasan Masalah

Penelitian ini akan dibatasi pada ruang lingkup permasalahan yang lebih sempit agar pembahasan lebih terfokus dan mendalam. Objek penelitian


(23)

ini akan membahas hasil belajar kognitif dan aktivitas psikomotorik siswa yang dibatasi hanya pada materi pembelajaran sebagai berikut:

SK : 4. Menganalisis hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem.

KD : 4.1 Mendeskripsikan peran komponen ekosistem dalam aliran energi dan daur biogeokimia serta pemanfaatan komponen ekosistem bagi kehidupan.

Kompetensi dasar tersebut masih dibatasi kembali hanya mengenai komponen ekosistem dalam aliran energi dan daur biogeokimia, sedangkan pemanfaatan komponen sistem ekosistem bagi kehidupan tidak diajarkan.

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang diuraikan sebelumnya, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas X-E SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun 2011/2011 pada materi Ekosistem dengan menggunakan Model Quantum Teaching and Learning.

E. Manfaat Penelitian

Dari tujuan di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat bagi siswa, guru, sekolah dan peneliti.

a. Bagi siswa, memberikan suasana proses pembelajaran yang lebih berkualitas dan bervariasi, serta tidak hanya membantu peningkatan hasil


(24)

belajar siswa melainkan juga membantu siswa memiliki pemahaman yang mendalam terhadap materi pembelajaran.

b. Bagi guru, memberi gambaran baru dalam pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman konseptual siswa dan memperluas pengetahuan mengenai model pembelajaran yang lebih bervariasi.

c. Bagi sekolah, memberikan sumbangan dalam rangka memperbaiki proses pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa untuk selanjutnya dapat meningkatkan mutu lulusan sekolah.

d. Bagi peneliti, mengembangkan pengetahuan yang dimiliki dari perkuliahan dan mempersiapkan diri menjadi tenaga profesional dalam dunia pendidikan.


(25)

BAB II DASAR TEORI

A. Belajar dan Tipe-Tipe Belajar

Winkel (1987: 56) menyatakan kemampuan manusia untuk melakukan berbagai kegiatan dalam kehidupan sehari-hari yang sebelumnya belum dimiliki, namun kemudian diperoleh. Proses perubahan pola tingkah laku dari keadaan belum mampu menuju sudah mampu terjadi dalam jangka waktu tertentu yang menandakan terjadinya belajar. Winkel (1987: 59) merumuskan definisi belajar sebagai berikut:

“Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap. Perubahan tersebut bersifat secara relatif konstan dan berbekas.”

Driver dan Bell (dalam Suyono dan Hariyanto, 2011: 13) menyatakan belajar adalah suatu proses aktif dalam mengorganisasikan makna melalui interaksi terhadap lingkungan dengan membentuk hubungan atau kaitan antara konsepsi yang telah dimiliki dengan fenomena yang sedang dipelajari.

Ausubel dan Robinson (dalam Suyono dan Hariyanto, 2011: 135-137) menjabarkan tipe-tipe belajar, antara lain: Belajar Menerima, Belajar Menghapal, Belajar Menemukan dan Belajar Bermakna.

1. Belajar Menerima (Reception Learning )

Bentuk belajar ini merupakan yang paling tua. Belajar berpusat kepada guru. Materi pelajaran disusun, disiapkan dan disampaikan oleh guru.


(26)

Siswa hanya menerima apa yang disampaikan guru, dengan menghafal dan mencoba memahaminya.

2. Belajar Menghafal (Rote Learning)

Belajar jenis ini berfokus kepada aktivitas menghafal, mengulang-ulang apa yang dibaca dan didengar siswa. Istilah lain dari pembelajaran ini adalah belajar dengan pengulangan (learning by repetation) gagasan pokok, siswa akan semakin mudah menghafal jika terus melakukan pengulangan. Pembelajaran jenis ini lebih efektif apabila diiringi dengan teknik mnemonik (jembatan keledai).

3. Belajar Menemukan (Discovery Learning)

Belajar jenis ini disebut pula belajar inkuiri (inquiry learning), yaitu kegiatan belajar yang mengemukakan aktivitas anak. Belajar inkuiri menekankan proses pencarian, sedangkan belajar menemukan menekankan pada penemuannya. Bahan pembelajaran tidak disajikan sebagai bahan jadi, berupa pertanyaan terstruktur yang harus dijawab oleh siswa. Dengan menjawab pertanyaan, siswa akan mendapatkan pemahaman menyeluruh terhadap suatu obyek kajian. Pemahaman siswa juga dikembangkan secara bertingkat sesuai tingkat kedewasaan/ kematangan struktur kognitif siswa.

4. Belajar Bermakna (Meaningful Learning)

Belajar bermakna memperhatikan 2 hal penting yaitu: karakteristik bahan yang dipelajari dan struktur kognitif dari individu pembelajar. Bahan ajar haruslah bermakna, artinya dapat diwujudkan dalam istilah yang


(27)

memiliki makna, konsep-konsep yang bermakna, atau hubungan antara dua atau lebih konsep yang memiliki makna. Bahan tersebut hendaknya dihubungkan dengan struktur kognitif siswa secara substansial dan beraturan. Substansial artinya bahan ajar harus bersubstansi sama dengan yang sudah ada pada struktur kognitif. Beraturan artinya mengikuti aturan yang sesuai dengan sifat bahan ajar atau karakter pengetahuannya.

B. Hasil Belajar

Proses belajar di sekolah yang dialami siswa menghendaki suatu hasil belajar. Hasil belajar yang dimaksud adalah pencapaian atau penguasaan tujuan instruksional. Tujuan instruksional merupakan perubahan tingkah laku yang diinginkan pada diri siswa (Sudjana, 1989: 2). Tujuan instruksional

(educational objectives) sangat bervariasi sehingga oleh para ahli pendidikan

diklasifikasikan dalam 3 ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. 1. Ranah kognitif menurut Bloom dan kawan-kawan (dalam Winkel, 1987:

274-276) meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis dan evaluasi.

a. Pengetahuan (knowledge), mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal ini meliputi fakta, kaidah, prinsip, serta metode yang pernah diketahui. Pengetahuan tersebut disimpan dalam ingatan dan digali kembali saat dibutuhkan dalam bentuk ingatan mengingat (recall) dan mengenal kembali (recognition).


(28)

b. Pemahaman (comprehension), mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok suatu bacaan, mengubah data yang disajikan dari bentuk tertentu ke bentuk lain seperti rumus ke dalam bentuk kata-kata, membuat perkiraan tentang kecenderungan yang nampak dalam data tertentu, misalnya seperti dalam grafik.

c. Penerapan (application), mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode kerja pada suatu kasus atau masalah yang konkret dan baru. Kemampuan ini dinyatakan dalam mengaplikasikan rumus pada persoalan yang baru dihadapi atau metode kerja untuk memecahkan suatu masalah baru.

d. Analisis (analysis), mencakup kemampuan menguraikan suatu kesatuan ke dalam bagian-bagiannya, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat terpahami dengan baik. Kemampuan ini dinyatakan dalam penguraian bagian pokok atau komponen dasar suatu struktur kesatuan materi bersama dengan hubungan antara semua bagian atau komponen itu.

e. Sintesis (synthesis), mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola yang baru dari berbagai bagian atau komponen yang dihubungkan satu sama lain. Kemampuan ini dinyatakan dalam membuat suatu rencana seperti penyusunan suatu pelajaran dan proposal penelitian dan lain-lain.


(29)

f. Evaluasi (evaluation), mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu bersama dengan pertanggungjawaban dari pendapat tersebut yang berdasarkan kriteria tertentu. Contoh dari kemampuan ini adalah dalam memberikan penilaian terhadap suatu hal.

2. Ranah afektif menurut Bloom dan kawan-kawan (dalam Winkel, 1987: 276-277) meliputi penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi dan pembentukan pola hidup.

a. Penerimaan (receiving), mencakup kepekaan akan adanya suatu stimulan (rangsangan) ini berupa materi dari buku pelajaran atau penjelasan dari guru. Kesediaan ini dinyatakan dalan sikap memperhatikan sesuatu, misalnya dengan memandang gambar di papan tulis atau mendengarkan jawaban teman atas pernyataan dari guru. Perhatian ini masih bersifat pasif.

b. Partisipasi (responding), mencakup kesediaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan, berupa suatu reaksi terhadap rangsangan yang disajikan. Contohnya adalah dengan membaca dengan nyaring bacaan yang diminta atau menunjukkan minat pada teks yang ditawarkan.

c. Penilaian/penentuan sikap (valuing), mencakup kemampuan unutk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu. Pada tingkat ini mulai dibentuk suatu sikap: menerima, menolak atau mengabaikan. Sikap ini dinyatakan dalam


(30)

tingkah laku yang sesuai dan konsisten dengan sikap batin. Perkataan atau tindakan itu tidak hanya sekali, tetapi diulang saat kesempatan timbul, misalnya dengan kerapkali mempersiapkan pertanyaan secara tertulis atau berpartisipasi aktif mengajukan pertanyaan selama kegiatan belajar.

d. Organisasi (organization), mencakup kemampuan untuk membentuk suatu suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalan hidup. Nilai-nilai yang diakui dan diterima ditempatkan dalan suatu skala nilai, untuk membedakan nilai yang pokok dan nilai yang tidak begitu penting. Kemampuan ini dinyatakan dalam mengembangkan suatu perangkat nilai secara sistematis. Kemampuan ini mengandung unsur kognitif sebagai dasar untuk bertindak.

e. Pembentukan pola hidup (characterization by a value or value

complex), mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai

kehidupan sedemikian rupa sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupan sendiri. Seseorang dalam tingkat ini memiliki suatu peringkat nilai yang jelas hubungannya satu sama lain, yang menjadi pedoman dalam bertindak dan konsisten terhadap sistem nilai tersebut selama kurun waktu yang lama.

3. Ranah psikomotorik menurut Simpson (dalam Winkel, 1987: 278-279) meliputi persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas.


(31)

a. Persepsi (perception), mencakup kemampuan untuk mengadakan dikriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan perbedaan ciri-ciri fisik yang khas dari perangsang itu. Kemampuan ini dinyatakan dalam dalam suatu reaksi yang menunjukkan kesadaran akan hadirnya suatu rangsangan dan perbedaan antara seluruh rangsangan yang ada.

b. Kesiapan (set), mencakup kemampuan untuk menempatkan diri dalam keadaan untuk memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental.

c. Gerakan terbimbing (guided response), mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi). Kemampuan ini dinyatakan dalam menggerakkan anggota tubuh, menurut contoh yang diperlihatkan atau diperdengarkan.

d. Gerakan yang terbiasa (mechanical response), mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak dengan lancar tanpa memperhatikan contoh lagi, sebagai hasil dari pelatihan yang cukup. Kemampuan ini dinyatakan dalam menggerakkan anggota atau bagian tubuh sesuai dengan prosedur yang tepat dan terkoordinasi.

e. Gerakan kompleks (complex response), mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan, yang terdiri atas beberapa


(32)

komponen dengan lancar, tepat dan efisien. Kemampuan ini dinyatakan dalam suatu rangkaian perbuatan yang berurutan dan menggabungkan beberapa sub-keterampilan menjadi suatu keseluruhan gerakan yang teratur.

f. Penyesuaian pola gerakan (adjustment), mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerakan dengan kondisi setempat atau dengan menunjukkan suatu taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran.

g. Kreativitas (creativity), mencakup kemampuan yang melahirkan aneka pola gerakan yang baru, seluruhnya atas prakarsa dan inisiatif sendiri.

Keberhasilan siswa dalam belajar berupa pencapaian hasil belajar dipengaruhi beberapa faktor yang dibagi dalam 2 kelompok yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Dalyono 2007: 55-60).

1. Faktor Internal atau yang berasal dari dalam diri, meliputi: kesehatan, intelengensi dan bakat, minat dan motivasi serta cara belajar.

a. Kesehatan

Kesehatan jasmani dan rohani memiliki pengaruh yang besar terhadap kemampuan belajar. Keadaan jasmani yang tidak sehat (sakit) dapat mengakibatkan berkurangnya gairah belajar. kesehatan rohani yang kurang baik, seperti gangguan pikiran dan emosional juga dapat mengganggu semangat belajar. Pemeliharaan kesehatan baik fisik maupun mental sangat penting agar badan tetap kuat serta


(33)

pikiran selalu segar, sehingga siswa dapat melaksanakan kegiatan belajar dengan baik.

b. Intelegensi dan Bakat

Siswa yang memiliki intelegensi tinggi atau memiliki IQ tinggi umumnya mampu belajar dengan mudah dengan hasil belajar yang baik pula. Sebaliknya, siswa dengan intelegensi rendah cenderung mengalami kesulitan dalam belajar dengan hasil belajar yang cenderung lebih rendah. Bakat di bidang tertentu juga menentukan keberhasilan belajar, misalnya siswa dengan bakat musik akan lebih mudah mempelajari penguasaan alat musik dibandingkan siswa lain yang tidak memiliki bakat tersebut.

c. Minat dan Motivasi

Minat belajar dapat timbul dari keinginan yang kuat untuk menaikkan martabat atau memperoleh pekerjaan. Minat yang besar merupakan modal yang besar untuk mencapai tujuan yang diminati itu. Selain itu, motivasi juga menjadi daya penggerak untuk melakukan suatu pekerjaan. Motivasi bisa berasal dari dalam diri (intrinsik) berupa dorongan yang datang dari hati sanubari. Motivasi juga bisa berasal dari dari luar diri (ekstrinsik) yaitu dorongan yang berasal dari lingkungan, misalnya dari orang tua, guru atau teman. Minat dan motivasi belajar dapat mendorong siswa untuk belajar dengan giat dan bersemangat sehingga menghasilkan prestasi belajar yang baik pula.


(34)

d. Cara Belajar

Cara belajar ini dipengaruhi teknik-teknik belajar seperti cara membaca, mencatat, membuat ringkasan dan sebagainya. Selain itu, cara belajar juga tergantung waktu belajar, tempat, fasilitas, penggunaan media dan penyesuaian bahan pelajaran.

2. Faktor Eksternal atau yang berasal dari luar diri, meliputi: keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan sekitar.

a. Keluarga

Keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak serta famili yang menjadi penghuni rumah. Faktor orang tua yang sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar anak, antara lain berdasarkan: tingkat pendidikan, tingkat penghasilan, perhatian dan bimbingan dari orang tua, keharmonisan hubungan antara orang tua dan anak, serta suasana dalam rumah.

b. Sekolah

Keadaan sekolah sebagai tempat belajar ikut memberi pengaruh pada tingkat keberhasilan belajar. Keadaan yang berpengaruh antara lain: kualitas guru, metode pengajaran, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, fasilitas dan perlengkapan sekolah, keadaan ruangan kelas, jumlah siswa dalam kelas, pelaksanaan tata tertib sekolah, dan sebagainya.


(35)

c. Masyarakat

Apabila seseorang bertempat tinggal di dalam masyarakat yang berpendidikan, terutama anak-anaknya berpendidikan tinggi dan bermoral baik, hal ini akan mendorong orang itu untuk belajar giat dalam meraih pendidikan tinggi. Begitupula sebaliknya, lingkungan masyarakat dengan anak-anak yang tidak bersekolah dan pengangguran dapat mengurangi semangat belajar orang yang tinggal di dalamnya.

d. Lingkungan Sekitar

Keadaan lingkungan sekitar ikut berpengaruh pada prestasi belajar, berupa: keadaan lingkungan/bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas, iklim dan sebagainya. Keadaan lingkungan sekitar yang dapat mengganggu belajar, misalnya: bangunan rumah pendudukan yang terlalu rapat, lalu lintas yang bising, hiruk-pikuk orang sekitar, suara pabrik, polusi udara, iklim yang terlalu panas, dan lain-lain.

C. Pemahaman Konseptual (Conceptual Understanding)

Konsep sebagai suatu satuan arti atau lambang mental yang berisi suatu gagasan, mewakili sejumlah obyek yang memiliki ciri sama. Obyek yang terwakili konsep sangat banyak dan bervariasi, sehingga dikelompokkan dalam golongan-golongan. Penggolongan ini membantu manusia untuk lebih mudah dalam memahami lingkungan hidupnya. Semua konsep dapat


(36)

dituangkan dalam lambang verbal atau suatu kata yang menunjuk pada suatu obyek dan disimpan dalam ingatan. Semua kata itu diingat dan dihubungkan satu sama lain serta menjadi alat dalam berpikir (Winkel, 2005: 75-76).

Santrock (2009: 3) menyatakan konsep adalah kategori yang mengelompokkan objek, kejadian dan karakteristik berdasarkan bentuk-bentuk yang sama. Ketika siswa membentuk-bentuk suatu konsep, mereka juga mengingat karakteristik dari konsep itu. Konsep membantu siswa untuk menyederhanakan serta merangkum informasi, sekaligus meningkatkan efisiensi dari memori, komunikasi dan penggunaan waktu mereka. Siswa membentuk konsep melalui pengalaman langsung dengan objek atau kejadian dalam dunia mereka. Siswa juga membentuk konsep melalui pengalaman dengan simbol-simbol (benda yang melambangkan atau mewakili sesuatu).

Pemahaman konseptual merupakan pengetahuan mengenai suatu topik yang dipelajari secara bermakna dan terintegrasi dengan baik, termasuk hubungan logis diantara berbagai konsep dan gagasan spesifik di dalamnya. Siswa yang semakin sering membentuk hubungan antarkonsep atau mengorganisasikan semua konsep dengan baik mengenai materi yang dipelajari, maka mereka semakin mudah mengingat dan menerapkannya nanti (Ormrod, 2008: 343-344).

Beberapa cara untuk membantu siswa mengembangkan pemahaman konseptual mengenai materi pelajaran di kelas, antara lain:

1. Mengorganisasikan materi ajar ke dalam beberapa gagasan atau tema inti, dengan selalu mengaitkan konten spesifik dengan tema inti tersebut.


(37)

2. Menggali setiap topik secara mendalam, misalnya dengan mempertimbangkan banyak contoh, meneliti hubungan sebab-akibat, dan menemukan bagaimana detil-detil yang spesifik berkaitan dengan prinsip-prinsip yang lebih umum.

3. Menjelaskan bagaimana gagasan baru berhubungan dengan hal-hal yang telah dipelajari siswa sebelumnya di sekolah.

4. Menunjukkan kepada siswa bahwa pemahaman konseptual terhadap materi yang diajarkan di kelas jauh lebih penting daripada pengetahuan mengenai fakta yang terisolasi dari konteksnya. Caranya melalui melalui kata yang kita ucapkan, tugas yang guru berikan dan kriteria yang kita gunakan untuk mengevaluasi pencapaian siswa.

5. Meminta siswa mengajarkan apa yang telah mereka pelajari kepada orang lain. Tugas ini mendorong mereka untuk fokus pada materi dan menghubungkan gagasan-gagasan utama agar dapat dipahami.

D. Model Quantum Teaching and Learning

Asas utama dalam Quantum Teaching adalah “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka” (DePorter, 2010: 35-36). Asas ini menganjurkan guru mengambil langkah pertama saat mengajar dengan memasuki dunia siswa untuk mendapatkan “hak mengajar”. Guru terlebih dahulu harus membangun jembatan yang autentik (nyata) untuk memasuki kehidupan siswa. Hak mengajar diperlukan guru, karena pada dasarnya belajar merupakan kegiatan full-contact, yaitu melibatkan semua aspek kepribadian manusia (terutama siswa), mulai dari


(38)

pikiran, perasaan dan bahasa tubuh disamping pengetahuan, sikap keyakinan awal dan persepsi masa mendatang. Dengan memperoleh hak mengajar, guru mendapat izin untuk memimpin, menuntun dan memudahkan perjalanan siswa menuju kesadaran dan ilmu pengetahuan yang lebih luas. Caranya dengan mengaitkan materi pembelajaran dengan peristiwa, pikiran atau perasaan siswa yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial, atletik, musik, seni, rekreasi dan akademis. Setelah jembatan tersebut terbentuk dan dijelajahi, guru dan siswa mendapat pemahaman baru yang memperluas cakupan dunia keduanya atau “dunia kita”. Akhirnya, siswa dapat membawa apa yang mereka pelajari ke dunia mereka dan menerapkannya pada situasi baru di dalamnya.

Quantum Teaching menganut lima prinsip (DePorter, 2010: 36), yang

dianggap sebagai struktur chord dasar dari simfoni belajar, antara lain segalanya berbicara, segala bertujuan, pengalaman sebelum pemberian nama, akui setiap usaha, dan jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan!. 1. Segalanya Berbicara

Segala hal di dalam lingkungan belajar mengirim pesan tentang belajar. Pesan belajar ini dapat terkandung dalam segala yang ada dalam lingkungan belajar, mulai dari benda, tulisan, bahkan bahasa tubuh guru. 2. Segalanya Bertujuan

Setiap hal yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran memiliki tujuan. Semuanya dapat digunakan untuk suatu tujuan yaitu mendukung proses belajar yang sedang terjadi.


(39)

3. Pengalaman sebelum Pemberian Nama

Proses belajar yang paling baik terjadi apabila siswa mengalami sendiri informasi yang dipelajari. Melalui pengalaman tersebut, siswa dapat memberi nama untuk hal yang dipelajari.

4. Akui Setiap Usaha

Belajar mengandung risiko, artinya siswa berusaha untuk melangkah dari kenyamanan. Untuk itu, siswa patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka. Guru sebaiknya memberikan pengakuan terhadap setiap usaha siswa, bukan hanya untuk usaha yang tepat saja. Hal ini mendorong siswa mencapai hasil terbaik mereka, karena menjadi lebih percaya diri dalam belajar.

5. Jika Layak Dipelajari, maka Layak Pula Dirayakan!

Perayaan atas keberhasilan yang diraih siswa dapat meningkatkan emosi positif siswa terhadap belajar. Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan sebagai pencipta daya dorongan untuk mengulang keberhasilan tersebut. Contoh perayaan keberhasilan yang bisa dilakukan di kelas, yaitu: tepuk tangan, jentikan jari, poster, pemberian kejutan, pernyataan afirmasi, dan lain sebagainya.

Quantum teaching memodelkan filosofi pengajarannya berdasarkan

Kerangka Rancangan Belajar berupa TANDUR, berupa enam strategi antara lain: Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. (DePorter, 2010: 39-40, 128-136).


(40)

1. Tumbuhkan

Guru menumbuhkan minat siswa dengan cara memuaskan pertanyaan siswa akan “Apakah Manfaatnya BAgiKu" (AMBAK). AMBAK dapat menghadirkan pembelajaran kontekstual yang lebih nyata bagi siswa karena, memunculkan manfaat dari proses belajar bagi kehidupan siswa. 2. Alami

Guru menciptakan pengalaman yang dapat dimengerti oleh siswa, karena memanfaatkan pengetahuan dan keingintahuan mereka.

3. Namai

Guru menyediakan kata kunci, konsep, model, rumus sebagai masukan bagi siswa. Siswa dapat memberikan identitas, mengurutkan dan mendefinisikan hal-hal yang mereka pelajari.

4. Demonstrasikan

Guru menyediakan kesempataan bagi pelajar untuk menunjukkan bahwa mereka tahu. Siswa dapat menggunakan peluang ini untuk menerjemahkan dan menerapkan pengetahuan mereka ke dalam berbagai bentuk peragaan.

5. Ulangi

Guru mengulang materi untuk menegaskan, “siswa tahu bahwa mereka memang tahu”. Guru bisa memberi siswa kesempatan untuk mengajarkan pengetahuan baru mereka kepada orang lain.


(41)

6. Rayakan

Guru mengakui penyelesaian, partisipasi, dan ketrampilan siswa untuk menghormati usaha, ketekunan dan kesuksesan mereka.

DePorter juga memperkenalkan cara mengatur lingkungan yang dapat memacu belajar dan meningkatkan daya ingat siswa dengan mengatur lingkungan belajar sebagai berikut (DePorter, 2010: 103-116).

1. Lingkungan Sekeliling

Pandangan sekeliling siswa dapat membantu daya ingat mereka. Mata manusia memiliki rentang persepsi yang lebar, sehingga gambar lebih berarti daripada seribu kata. Siswa cenderung lebih mudah menangkap suatu konsep dengan bantuan gambar. Pandangan sekeliling merupakan alat belajar tak sadar yang sangat ampuh, karena belajar terjadi secara sadar dan tak sadar. Lingkungan sekeliling dapat dimodifikasi dengan penambahan unsur-unsur sebagai berikut:

- Poster Afirmasi

Guru bisa membuat atau meminta siswa membuat poster motivasi afirmasi yang berisi pesan atau prestasi, misalnya “I can do!” atau “I’m Smarter”. Siswa juga bisa menggambar sebagai simbol atau lambang dari pesan dan prestasi tersebut. Poster-poster tersebut mengutarakan afirmasi untuk menguatkan keyakinan tentang belajar.


(42)

- Penggunaan Warna

Penggunaan warna dapat memperkuat pengajaran guru dan belajar siswa. Warna-warna mencolok seperti hijau, biru, ungu dan merah digunakan untuk menulis kata-kata penting dan warna yang cerah seperti jingga dan kuning untuk menggarisbawahi.

2. Alat Bantu

Alat bantu dapat mewakili suatu ide atau gagasan. Alat bantu tidak hanya membantu pelajaran visual, tetapi juga membantu modalitas kinestetik. Modalitas kinestetik merupakan cara belajar siswa untuk menyerap informasi berupa mengakses maupun mengungkapkan pengalaman melalui berbagai gerakan fisik. Siswa dapat memegang alat-alat bantu dan mendapat rasa dari pengalaman yang lebih nyata dan ide yang tersampaikan melalui alat bantu ini. Contoh alat bantu adalah: panah secara visual untuk menunjuk pada poin yang dimaksudkan guru. 3. Pengaturan Bangku

Cara pengaturan bangku memainkan peran penting dalam pengorkestraan belajar. Guru bisa meminta siswa untuk mengatur ulang bangku mereka untuk memudahkan jenis interaksi belajar yang diperlukan. Pengaturan yang membuat siswa menghadap ke satu arah dan tetap fokus, baik untuk presentasi siswa atau pemutaran video. Pengaturan bangku agar siswa saling berhadapan akan lebih baik untuk kegiatan diskusi dan kerja kelompok.


(43)

4. Penempatan Unsur Organik, misalnya: tumbuhan.

Tumbuhan akan menyediakan oksigen dalam lingkungan kelas, sebagai suplai bagi otak untuk berkembang. Beberapa tumbuhan juga memperbaiki nilai estetika ruangan, terutama bagi ruangan yang sedikit atau tanpa cahaya alami.

5. Musik

Musik dapat berguna untuk menata suasana hati, mengubah keadaan mental, dan mendukung lingkungan belajar. Musik membantu pelajar bekerja lebih baik dan mengingat lebih banyak. Musik merangsang, meremajakan dan memperkuat belajar secara sadar maupun tak sadar. Musik juga memungkinkan guru membangun hubungan dengan siswa, karena melalui musik dapat berbicara dengan bahasa mereka. Siswa juga dapat belajar lebih mudah dan cepat jika terjadi dalam kondisi santai dan reseptif.

E. Materi Ekosistem

Ekosistem terbentuk dari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan makhluk hidup lain, serta dengan benda tak hidup di lingkungannya Berdasarkan sifatnya komponen ekosistem dibedakan menjadi komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen biotik terdiri dari benda-benda hidup yang memiliki tingkatan-tingkatan organisme yang terdiri dari: individu, populasi, komunitas dalam ekosistem dan biosfer. Komponen biotik berdasarkan kedudukan fungsionalnya dibedakan menjadi: produsen,


(44)

konsumen, pengurai dan detritivor. Komponen abiotik adalah komponen tak hidup yang meliputi fisik dan kimia, misalnya: suhu, cahaya, air dan lain-lain. Di dalam ekosistem terdapat interaksi antar komponen yaitu, interaksi antar komponen biotik-biotik dan interaksi antar komponen biotik-abiotik. Interaksi komponen biotik-biotik berdasarkan bentuknya dibedakan menjadi interaksi antarorganisme dan interaksi antarpopulasi. Interaksi antar komponen biotik-abiotik berupa hubungan antar organisme dengan lingkungannya menyebabkan terjadinya aliran energi. Aliran energi merupakan rangkaian perpindahan energi dari suatu bentuk ke bentuk yang lain dalam bentuk rantai makanan dan jaring-jaring makanan, yang menentukan adanya tingkat trofik dan piramida ekologi. Selain aliran energi, dalam ekosistem juga terdapat aliran unsur atau senyawa kimia dari komponen abiotik ke komponen biotik dan kembali lagi ke komponen abiotik yang digambarkan dalam bentuk daur biogeokimia, misalnya daur nitrogen, daur fosfor, dari karbon, dan sebagainya.

F. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo, F. I, dkk. (2012) yang berjudul “Pengaruh Penerapan Quantum Learning Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012”. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar sebagai berikut:


(45)

- Ranah kognitif

Rerata hasil tes kognitif siswa pada kelompok eksperimen menunjukan hasil yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen didapatkan rerata hasil belajar sebesar 91,31 sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan rerata hasil sebesar 63,50. - Ranah afektif

Hasil perhitungan angket afektif siswa menunjukkan bahwa 71% siswa pada kelompok eksperimen dan 21,88% siswa pada kelompok kontrol tidak suka berbicara dengan teman tentang hal lain di luar pokok bahasan ekosistem saat diskusi. Hasil perhitungan angket afektif siswa juga menunjukan bahwa 68,75% siswa kelompok eksperimen senang mempresentasikan hasil diskusi, sedangkan pada kelompok kontrol terdapat 37,5% siswa yang senang mempresentasikan hasil diskusi.

- Ranah psikomotorik

Kelompok eksperimen menunjukan hasil skor total yang lebih tinggi dari pada kelompok kontrol ditinjau dari keterampilan mengamati media pembelajaran. Siswa kelompok eksperimen mendapatkan skor total sebesar 160 poin, sedangkan siswa kelompok kontrol mendapatkan skor total sebesar 128 poin. Kelompok eksperimen juga menunjukkan keterampilan berkomunikasi berupa keterampilan mempresentasikan hasil diskusi yang lebih tinggi dibandingkan siswa kelompok kontrol. Siswa kelompok eksperimen menunjukkan skor total sebesar 124 poin, sedangkan pada kelompok kontrol menunjukan skor total sebesar 72 poin.


(46)

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa penerapan Quantum Learning mampu meningkatkan hasil belajar Biologi siswa kelas X SMA Negeri 4 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012 dalam ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik.

G. Kerangka Berpikir

Pembelajaran Biologi sebagai kajian ilmu yang terbentuk dari berbagai konsep membutuhkan proses pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk memiliki pemahaman konseptual. Proses pembelajaran sebaiknya bisa membuat siswa aktif membangun konsep dan mampu menghubungkan setiap konsep yang ada secara mandiri. Apabila hal tersebut tidak terpenuhi maka akan memengaruhi hasil belajar. Hal ini sejalan dengan hasil observasi yang dilakukan peneliti di SMA BOPKRI 2 pada kelas X selama tahun ajaran 2010/2011. Proses pembelajaran belum mengarahkan siswa untuk memiliki pemahaman konsep secara maksimal. Hasil belajar siswa juga belum memuaskan yaitu rata-rata nilai siswa baru mencapai 67,41; sedangkan standar ketuntasan minimal adalah 73.

Pada penelitian sebelumnya, Prasetyo F. I., dkk. (2012) menggunakan Model Quantum Learning. Penelitian tersebut mengkaji pengaruh penerapan Model Quantum Learning terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran Biologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol dalam semua ranah pembelajaran (kognitif, psikomotorik dan afektif). Berdasarkan hasil tersebut,


(47)

peneliti selanjutnya berinisiatif untuk menerapkan model Quantum Teaching

and Learning untuk mengatasi masalah yang sebelumnya ditemukan. Peneliti

berharap model pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas pembelajaran pada siswa SMA BOPKRI 2 tahun ajaran 2011/2012. Model pembelajaran ini akan diterapkan pada pembelajaran mengenai materi Ekosistem yang mempelajari berbagai komponen lingkungan yang saling berinteraksi membentuk suatu tatanan kehidupan yang lebih kompleks. Model pembelajaran dirasa relevan karena memanfaatkan setiap benda yang ada di lingkungan belajar untuk mendukung proses belajar dengan membangun pemahaman konseptual siswa. Siswa juga mendapatkan kesempatan mendapatkan pengalaman belajar yang lebih nyata karena proses belajar banyak melibatkan kegiatan yang bersifat fisik (psikomotorik) misalnya: membuat peta konsep dan presentasi. Berbagai kelebihan yang dimiliki model pembelajaran Quantum Teaching and Learning diharapkan dapat membantu siswa dalam memenuhi target penelitian berupa peningkatan hasil belajar dan aktivitas pembelajaran.

H. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah: “Penggunaan model Quantum Teaching

and Learning dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas psikomotorik

siswa kelas X-E SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 pada materi Ekosistem.”


(48)

30 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini dirancang sebagai Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang dilakukan oleh guru sebagai peneliti saat menemukan suatu masalah salam proses pembelajaran. Sukidin, Basrowi dan Suranto (dalam Taniredja, Pujiati dan Nyata; 2010: 16) mendefinisikan Penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut.

“Suatu bentuk penelaahan penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan/atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran secara lebih profesional.”

Penelitian ini juga merupakan penelitian kuantitatif-kualitatif. Data kuantitatif yang akan dikumpulkan berupa skor hasil belajar kognitif yang menilai pemahaman konseptual siswa. Data kuantitatif ini diolah menggunakan uji statistik korelasi. Data kuantitatif akan didukung data kualitatif berupa deskripsi lembar observasi dan wawancara mengenai peningkatan hasil belajar psikomotik serta tanggapan siswa terhadap model

Quantum TeachingandLearning yang dilaksanakan.

B. Subyek Penelitian

Sampel dari penelitian ini adalah siswa Kelas X-E SMA BOPKRI 2 yang berjumlah 19 siswa yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan.


(49)

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian : SMA BOPKRI 2 Yogyakarta

Jln. Jenderal Sudirman 87, Kel. Terban, Kec. Gondokusuman, Kab. Kota Yogyakarta Waktu penelitian : Bulan Mei 2012

D. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan model penelitian Kemmis & McTaggart, setiap siklus penelitian meliputi beberapa tahapan berulang yaitu:

- Perencanaan (planning)

- Pelaksanaan (acting) dan observasi (observing) - Refleksi (reflecting)


(50)

Penelitian ini didesain dengan melakukan proses pembelajaran yang akan dibagi menjadi paling sedikit 2 siklus penelitian. Penjabaran rangkaian kegiatan akan dilakukan selama proses penelitian adalah sebagai berikut: 1. Siklus I

a. Perencanaan (planning)

Kegiatan yang akan dilakukan untuk mempersiapkan penelitian ini, antara lain:

- Peneliti berdiskusi bersama guru mata pelajaran dan rekan mahasiswa untuk mempersiapkan penelitian.

- Peneliti membuat instrumen pembelajaran, yaitu Silabus, RPP dan LKS yang sesuai dengan 6 strategi belajar TANDUR, antara lain (1) Tumbuhkan, (2) Alami, (3) Namai, (4) Demonstrasikan, (5) Ulangi, dan (6) Rayakan.

- Peneliti mempersiapkan instrumen penelitian berupa soal pretest

dan posttest (kuis I), lembar observasi, dan panduan wawancara.

- Siswa bersama peneliti sebagai guru menyiapkan peralatan yang akan dibutuhkan selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran. b. Pelaksanaan (acting) dan Pengamatan (observing)

Pada tahap ini, peneliti berperan sebagai guru atau penyaji pembelajaran. Guru melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), yang secara garis besar adalah sebagai berikut.


(51)

- Siswa mengerjakan soal pretest sebagai data mengenai kemampuan awal siswa.

- Guru melakukan apersepsi untuk menumbuhkan minat belajar terhadap materi dengan bertanya dan mengaitkan materi pelajaran dengan segala yang ada di lingkungan kelas maupun dalam kehidupan siswa. (Tumbuhkan)

- Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan selama proses pembelajaran dan memperdengarkan lagu.

- Siswa dalam kelompok membuat peta konsep dengan teknik

mind-map mengenai istilah dan komponen ekosistem. (Alami

dan Namai)

- Salah satu kelompok diminta untuk mempresentasikan mind-map yang dibuat dari hasil diskusi di depan kelas. (Ulangi dan Alami)

- Siswa dalam kelompok diminta melakukan demonstrasi

role-playing mengenai interaksi antarkomponen dalam ekosistem.

(Demonstrasikan dan Alami)

- Guru mendampingi siswa untuk mengisi LKS sesuai hasil diskusi, presentasi dan peragaan sebelumnya. (Namai)

- Siswa kelompok lain memberikan tanggapan, pertanyaan serta menilai presentasi dan peragaan kelompok lain dengan memberikan bintang.


(52)

- Guru mengakui usaha belajar siswa dan merayakan adanya proses belajar dengan memberikan pujian, mengacungkan jempol, serta mengajak siswa untuk memberikan tepuk tangan. (Rayakan)

- Siswa mengerjakan kuis I sebagai data hasil belajar kognitif siswa dari siklus I. (Ulangi)

- Selama pembelajaran, peneliti sebagai guru, guru mata pelajaran dan teman sejawat mengobservasi pembelajaran dengan mengisi lembar observasi untuk mengambil data hasil belajar psikomotorik siswa di siklus I.

c. Refleksi (reflecting)

Peneliti bersama guru mata pelajaran mendiskusikan hasil belajar kognitif dan psikomotorik siswa berdasarkan kuis I dan lembar observasi. Peneliti juga melihat keberhasilan dan hambatan yang terjadi selama proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. d. Evaluasi (evaluation)

Peneliti mengevaluasi seluruh proses siklus I dengan mengolah seluruh hasil belajar siswa lembar observasi. Hasil ini dibandingkan dengan target yang harus dicapai dalam penelitian. Hasil evaluasi digunakan sebagai pertimbangan dalam melaksanakan proses pembelajaran selanjutnya pada siklus II.

Materi yang diajarkan pada siklus I akan dibatasi pada beberapa subtopik berikut:


(53)

- Istilah-istilah dalam ekosistem, seperti: habitat, nisia, populasi, komunitas, dan ekosistem.

- Komponen biotik dan abiotik

- Interaksi antarkomponen biotik-biotik - Interaksi antarkomponen abiotik-biotik. 2. Siklus II

Seperti halnya pada siklus I, rangkaian kegiatan siklus selanjutnya ini juga akan dijabarkan sebagai berikut.

a. Perencanaan (planning)

Sebagai tindak lanjut dari hasil refleksi siklus I, kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain:

- Peneliti membuat instrumen pembelajaran, yaitu Silabus, RPP dan LKS yang sesuai dengan 6 strategi belajar TANDUR, antara lain (1) Tumbuhkan, (2) Alami, (3) Namai, (4) Demonstrasikan, (5) Ulangi, dan (6) Rayakan.

- Peneliti mempersiapkan instrumen penelitian berupa soal

posttest (kuis II), lembar observasi, dan panduan wawancara.

- Siswa bersama peneliti sebagai guru menyiapkan peralatan yang akan dibutuhkan selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran. b. Pelaksanaan (acting) dan Pengamatan (observing)

Seperti halnya pada siklus I, pada tahap ini peneliti juga berperan sebagai guru dan melaksanakan proses pembelajaran sesuai


(54)

dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Garis besar proses kegiatan pada siklus ini adalah:

- Guru melakukan apersepsi untuk menumbuhkan minat belajar terhadap materi, dengan bertanya dan mengaitkan materi dengan segala yang ada di kelas maupun dalam kehidupan siswa. (Tumbuhkan)

- Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan selama proses pembelajaran serta memperdengarkan lagu.

- Siswa menghubungkan beberapa gambar organisme menjadi suatu rantai makanan serta menentukan tingkat trofik suatu organisme dalam rantai makanan. Siswa mengenal dan menamai konsep dari hubungan tersebut. (Alami dan Namai)

- Guru dan siswa melakukan role-playing yang menggambarkan jaring-jaring makanan. (Demonstrasikan dan Alami)

- Siswa membuat tabel perbandingan untuk membedakan berbagai piramida ekologi. (Alami)

- Kelompok siswa mempresentasikan hasil diskusi mengenai aliran energi, tingkat trofik dan peramida ekologi. (Ulangi dan Alami)

- Siswa berdiskusi dan melakukan kajian literatur secara mandiri mengenai daur biogeokimia. (Alami)

- Siswa dalam kelompok mempresentasikan charta mengenai daur biogeokimia. (Ulangi dan Alami)


(55)

- Siswa mengisi LKS sesuai dengan hasil diskusi, presentasi dan peragaan. (Namai)

- Siswa kelompok lain memberikan tanggapan, pertanyaan serta menilai presentasi dan demonstrasi kelompok lain dengan memberikan bintang.

- Guru mengakui usaha belajar siswa dan merayakan adanya proses belajar dengan memberikan pujian, mengacungkan jempol, serta mengajak siswa untuk memberikan tepuk tangan. (Rayakan)

- Siswa mengerjakan kuis II sebagai data hasil belajar kognitif siswa dari siklus II. (Ulangi)

- Selama pembelajaran, peneliti sebagai guru, guru mata pelajaran dan teman sejawat mengobservasi pembelajaran dengan mengisi lembar observasi untuk mengambil data hasil belajar psikomotorik siswa di siklus II.

c. Refleksi (reflecting)

Peneliti bersama guru mata pelajaran mendiskusikan hasil belajar kognitif dan psikomotorik siswa berdasarkan kuis II dan lembar observasi. Peneliti juga melihat keberhasilan dan hambatan yang terjadi selama proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. d. Evaluasi (evaluation)

Peneliti mengevaluasi seluruh proses siklus II dengan mengolah seluruh hasil belajar siswa, lembar observasi dan


(56)

tanggapan siswa dari wawancara. Hasil ini dibandingkan dengan target yang harus dicapai dalam penelitian. Hasil evaluasi digunakan untuk mempertimbangkan waktu untuk menyelesaikan pelaksanaan penelitian.

Materi yang akan diajarkan pada siklus II akan dibatasi pada beberapa subtopik berikut:

- Aliran energi dalam ekosistem - Tingkat trofik organisme - Piramida ekologi

- Daur biogeokimia

E. Data dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang akan dikumpulkan dalam rangka penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif dari masing-masing siklus yang akan diuraikan pada tabel 3.1 berikut ini.

Tabel 3.1. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis Data Alat Pengambilan

Data Sumber Data Cara Analisis Kuantitatif

1. Pemahaman konseptual 2. Aktivitas psikomotorik 3. Sikap siswa terhadap

proses pembelajaran

Tes

Lembar observasi Kuisioner reflektif

Siswa Analisis kuantitatif

Kualitatif

1. Aktivitas psikomotorik 2. Tanggapan terhadap

proses pembelajaran

Lembar observasi Wawancara & Kuisioner reflektif

Siswa Analisis kualitatif


(57)

Pengambilan data guna keperluan penelitian ini akan dilakukan dalam beberapa teknik berikut.

1. Tes

Tes merupakan sejumlah pertanyaan yang harus ditanggapi seseorang dengan tujuan untuk mengukur kemampuan atau mengungkapkan aspek tertentu dari orang yang dikenai tes itu (Widoyoko, 2009: 45-46). Tes sebagai alat penilaian perlu diuji kualitasnya, maka tes yang disusun peneliti akan diuji dengan validitas isi terlebih dahulu. Validitas isi dapat mengungkapkan kesanggupan alat penilaian dalam mengukur isi dari variabel yang hendak diukur (Sudjana, 1989: 13). Pengujian validitas isi akan dilakukan dengan bantuan pakar atau ahli dalam terkait untuk menelaah bahwa tes yang digunakan peneliti sudah mengungkapkan isi materi sesuai kurikulum yang diacu

(expert judgement). Yang bertindak sebagai ahli penelaah dalam

penelitian ini adalah dosen pembimbing dan guru mata pelajaran. Tes yang digunakan untuk mengukur pemahaman konseptual siswa sebagai hasil belajar kognitif siswa. Bentuk tes yang digunakan berupa soal pilihan ganda dan uraian yang bisa dilihat pada lampiran B.1, B.2 dan B.3. Tes pilihan ganda digunakan pada pre-test, sedangkan uraian digunakan pada post-test.

2. Observasi

Observasi sebagai alat penilaian dapat digunakan untuk mengukur tingkah laku individu maupun proses terjadinya suatu kegiatan yang


(58)

dapat diamati (Sudjana, 1989: 84). Observasi yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi langsung. Sudjana (1989: 85) mendefinisikan observasi langsung adalah pengamatan yang dilakukan oleh pengamat secara langsung atau dalam situasi yang sebenarnya terhadap gejala atau proses yang terjadi. Observasi langsung akan dilakukan oleh peneliti, guru mata pelajaran dan rekan mahasiswa. Seluruh pengamat mengemukakan hasil pengamatan dengan mengisi lembar observasi berdasarkan pedoman observasi yang tercantum di dalamnya. Lembar observasi akan digunakan untuk mengamati hasil belajar siswa dari aspek psikomotorik, berupa tingkah laku siswa selama proses pembelajaran terjadi.

3. Kuisioner

Salah satu tujuan penggunaan kuisioner dalam proses pembelajaran adalah untuk memperoleh data mengenai hasil belajar dan proses belajar siswa (Sudjana, 1989: 72). Kuisioner yang disusun dalam penelitian ini berupa kuisioner berstruktur artinya disertai kemungkinan jawaban yang telah disiapkan untuk dipilih siswa. Alternatif jawaban disediakan bisa ditransformasikan dalam bentuk simbol kuantitatif agar menghasilkan data interval. Data interval diperoleh dengan memberi skor terhadap setiap jawaban berdasarkan kriteria tertentu (Sudjana, 1989: 71).

4. Wawancara

Wawancara memiliki kelebihan dibandingkan alat pengumpulan data lainnya, yaitu terjadinya kontak langsung dengan siswa sehingga


(59)

dapat mengungkapkan jawaban yang lebih bebas dan mendalam. Wawancara dilakukan untuk memperoleh ketegasan kembali dari data yang diperoleh selama observasi mengenai proses pembelajaran yang telah dilalui. Data wawancara adalah berupa transkrip dari pertanyaan yang diajukan dan jawaban yang diberikan selama wawancara. Wawancara yang akan dilakukan berupa wawancara terbuka. Dalam wawancara terbuka, siswa bebas mengemukakan jawabannya, sehingga jawaban perlu dianalisis dalam bentuk kategori dari berbagai ruang lingkup jawaban sesuai dengan aspek yang diungkapkan (Sudjana, 1989: 68).

Wawancara akan dilakukan setelah pelaksanaan siklus II. Proses wawancara dilakukan oleh peneliti (interviewer) dan beberapa siswa sebagai yang diwawancarai (interviewee). Siswa yang diwawancarai adalah yang memiliki pencapaian prestasi rendah, sedang, dan tinggi pada akhir siklus I masing-masing 2 siswa, sehingga jumlah siswa yang diwawancarai adalah 6 siswa.

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan meliputi 2 jenis, yaitu instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data.

1. Instrumen Pembelajaran, meliputi: a. Silabus (lampiran A.1)


(60)

c. Lembar Kerja Siswa (lampiran A.3)

d. Rangkuman Materi Pembelajaran (lampiran A.4) 2. Instrumen Pengumpulan Data, meliputi:

a. Soal tes (Pretest, Posttest Siklus I, dan Posttest Siklus II)

Soal pretest diberikan sebelum siswa memasuki siklus I, sedangkan soal posttest diberikan sebagai kuis individual pada tiap akhir siklus I dan II sebagai alat evaluasi masing-masing siklus.

(Kisi-kisi, soal pretest dan posttest, kunci jawaban dan rubrik

penilaian tiap siklus dapat dilihat pada lampiran B.1, B.2, dan B.3) b. Lembar observasi

Instrumen ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa dari aspek psikomotorik berupa tingkah laku siswa yang ditunjukkan selama proses pembelajaran. Untuk mengukur aspek psikomotorik siswa, panduan objek yang akan diobservasi mencakup: (Leighbody, 1968 dalam Muslich, 2011: 148)

- Kemampuan menggunakan alat dan sikap kerja. - Kemampuan membaca gambar dan atau simbol.

- Kemampuan menganalisis suatu pekerjaan dan mengurutkan proses pengerjaan.

- Kecepatan pengerjaan tugas.

- Keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau ukuran yang telah ditentukan.


(61)

c. Kuisioner

Kuisioner menunjukkan berbagai alternatif jawaban siswa dikategorikan dalam skala sikap (attitude scales). Sikap adalah kecenderungan mental yang berwujud pemahaman (kognisi), perasaan (afeksi), dan tindakan (konasi) yang bersifat positif maupun negatif terhadap suatu objek (Widoyoko, 2009: 114). Skala yang dipakai adalah skala Likert yang prinsipnya untuk menentukan posisi seseorang dalam suatu rangkaian sikap terhadap objek, mulai dari sangat negatif sampai dengan sangat positif (Widoyoko, 2009: 115). Dalam penelitian ini, skala Likert dimodifikasi menjadi skala empat angka. Skala disusun dalam bentuk pernyataan yang diikuti pilihan yang menunjukkan tingkatan tanggapan, yaitu:

SS = sangat setuju S = setuju TS = tidak setuju STS = sangat tidak setuju

Kuisioner dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui sikap siswa selama proses pembelajaran dan respon siswa terhadap hasil belajar. Kuisioner yang diberikan terdiri dari 20 butir pernyataan yang dengan rancangan penyusunan kuisioner sebagai berikut:


(62)

Tabel 3.2. Kisi-Kisi Kuisioner Variabel Aspek yang

diukur Indikator

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif Sikap siswa terhadap aktivitas pembela-jaran Aktivitas psikomotorik

Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembelajaran

1 2

Memperhatikan penjelasan dari guru /teman untuk melakukan tugas

3 4

Kesungguhan dalam mengisi LKS yang diberikan.

5 6

Melakukan aktivitas yang

mendukung proses pembelajaran

7 8

Menanggapi suatu gambar/ simbol/ istilah yang ditampilkan

9 10

Aktif membuat peta konsep/ skenario peragaan mengenai materi

11 12

Mengerjakan tugas yang diberikan dengan cepat

13 14

Aktif mencari bantuan melalui berbagai sumber untuk

menyelesaikan tugas

15 16

Melakukan presentasi/ peragaan dengan baik

17 18

Menanggapi hasil presentasi/ peragaan teman

19 20

Persepsi siswa terhadap hasil belajar Hasil belajar yang berkaitan dengan pemahaman konseptual

Memiliki pengetahuan tentang gambar/istilah yang ditunjukkan guru

21 22

Menentukan hubungan antar gambar/istilah

23 24

Membuat peta konsep/ skenario peragaan

25 26

Melakukan presentasi/ peragaan dengan sistematis dan jelas

27 28

Mengevaluasi presentasi/ peragaan teman

29 30


(63)

d. Panduan wawancara

Instrumen untuk melakukan wawancara berisi pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada beberapa siswa untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap model Quantum Teaching and Learning. Pedoman wawancara yang dilaksanakan dapat dilihat pada tabel 3.3 di bawah ini.

Tabel 3.3. Pedoman Wawancara Aspek yang

Diwawancarai

Tujuan

Wawancara Pertanyaan

Persepsi siswa terhadap proses pembelajaran Mengetahui sikap siswa dalam melakukan aktivitas selama proses pembelajaran

1. Kegiatan apa saja yang telah dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran. 2. Bagaimana ketertarikan siswa untuk

melakukan aktivitas selama proses pembelajaran beserta alasannya. 3. Bagaimana kesungguhan siswa untuk

melakukan aktivitas selama proses pembelajaran beserta alasannya. Persepsi siswa terhadap Model Quantum Teaching and Learning Mengetahui sikap siswa terhadap model Quantum Teaching and

Learning dalam

meningkatkan pemahaman konseptual

4. Bagaimana tanggapan siswa terhadap model Quantum Teaching and Learning beserta alasannya.

5. Apakah penerapan model Quantum

Teaching and Learning dapat membantu

siswa untuk memahami materi atau sebaliknya beserta alasannya. 6. Apakah siswa mengalami kesulitan

memahami materi dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching and Learning

(Panduan wawancara dapat dilihat pada lampiran B.6)

G. Cara Analisis Data

Data yang didapatkan dari berbagai instrumen pengumpulan data akan berupa data kuantitatif dan kualitatif yang masing-masing akan dianalisis untuk mendukung kesimpulan akhir dari penelitian ini.


(64)

1. Tes

Dalam analisis data hasil tes, peneliti membandingkan nilai dari setiap tes yang bertujuan untuk mengambil data. Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis hasil tes meliputi pemberian skor, penilaian, serta analisis ketuntasan dan rata-rata nilai.

a. Pemberian skor

Skor yang diberikan untuk setiap jawaban benar untuk setiap sesuai dengan bobot jawaban siswa yang dibandingkan dengan bobot jawaban dalam kisi-kisi yang telah disusun.

b. Penilaian

Nilai yang diberikan dalam rentang 0-100, adapun perhitungan nilai dapat dilihat pada rubrik penilaian masing-masing tes.

c. Analisis ketuntasan dan rata-rata nilai

Nilai yang diperoleh siswa dari tes dibandingkan dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM yang diharapkan dari siswa adalah memperoleh nilai 73. Jika nilai siswa kurang dari 73, maka siswa dikatakan tidak tuntas, sebaliknya apabila nilai siswa lebih dari atau sama dengan 73, maka siswa dikatakan tuntas. Selain itu, rata-rata nilai secara klasikal dibandingkan dengan rata-rata-rata-rata nilai yang diharapkan dalam dicapai siswa yaitu mencapai 75.

Perhitungan ketuntasan secara klasikal

Ketuntasan klasikal = Jumlah siswa yang bernilai ≥ 73 x 100% Jumlah total siswa


(1)

Tabel Skor dan Kategori Respon Siswa Siklus II

Nomor

Sikap Siswa Terhadap Aktivitas Pembelajaran

Persepsi Siswa Terhadap Hasil Belajar Total Skor Kategori Total Skor Kategori

1. 58 Positif 25 Negatif

2. 57 Positif 25 Negatif

3. 63 Positif 27 Positif

4. 62 Positif 33 Sangat positif

5. 61 Positif 31 Positif

6. 63 Positif 26 Positif

7. 56 Positif 26 Positif

8. 63 Positif 29 Positif

9. 67 Sangat positif 31 Positif

10. 55 Positif 27 Positif

11. 67 Sangat positif 24 Negatif

12. 61 Positif 33 Sangat positif

13. 66 Sangat positif 31 Positif

14. 59 Positif 28 Positif

15. 69 Sangat positif 28 Positif

16. 63 Positif 27 Positif

17. 65 Positif 32 Positif

18. 65 Positif 29 Positif

19. 64 Positif 27 Positif

Rata-rata


(2)

Tabel Hasil Transkrip Wawancara

No. Pertanyaan Jawaban

1. Apa saja yang kamu lakukan selama proses pembelajaran

kemarin/hari ini?

R.1 : Membuat banyak seperti: apa hubungan jaring-jaring makanan dengan rantai makanan, terus tadi presentasi tentang daur karbon. Terus kita disuruh mendengarkan presentasi dari teman lain supaya bisa mengerjakan LKS yang diberikan oleh Mbak Agustin.

R.2 : Ya, masih ingat. Kira-kira ya nganu apa ya,

mempelajari tentang biogeokimia, rantai makanan, peranan dari rantai makanan itu, biogeokimia itu. Bikin presentasi, pekerjaan untuk presentasi teruss emmm, mengerjakan soal yang diberikan itu, terus menilai teman-teman, memberi pendapat terus bertanya, ya menyenangkan.

R.3 : Ya, inget. Kita itu belajar mengenai bio..., apa ini, biogeokimia, sekalian tadi presentasi terus kita belajar kelompok juga untuk mengetahui itu apa materinya juga.

R.4 : Ya, ingetlah. Kemarin itu presentasi, hari ini juga, ngisi LKS lalu ngerjain soal-soal.

R.5 : Inget, presentasi, diskusi sama ngerjain soal-soal. R.6 : Banyak ya, apa aja ya. Itu, nyusun banyak kata-kata

lalu nanti jadi bisa dijelasin waktu presentasi. Lalu buat njawab eh ngisi soal-soal di LKS.

2. Apakah kegiatan yang kamu lakukan tersebut menarik atau

menyenangkan?

R.1 : Ya, menyenangkan, karena bisa tertawa, tertawa bersama dan bisa bekerja sama dengan kelompok lain dan teman sekelompok.

R.2 : Ya kalau untuk saya ya, menarik ya, karena jujur saya juga kurang mengerti untuk daur misalnya

biogeokimia ini karena pelajaran baru buat saya itu menarik. Untuk rantai makanan kemarin itu ya saya sudah bisa ya saya juga tertarik, ya menyenangkan. R.3 : Ya menarik ya, karena kita biar lebih jelas gitu lho

dalam mengetahui materinya itu kan. Kalau dengan gambar, dengan apa penerangan, maksudnya dengan cara presentasi kan kita lebih gampang mengetahui materinya.

R.4 : Ya, menyenangkan. Belajarnya dalam kelompok, jadi bisa sama temen-temen, bisa liat kelompok lain presentasi juga.

R.5 : Menarik, kan bisa bantu kita buat lebih tahu lebih lanjut lagi tentang, tentang semua yang didiskusikan hari ini dan kemarin.

R.6 : Eeem, lumayan menarik ya, soalnya beda gak kayak pelajaran biasa. Kita bisa jawabnya barengan sama temen. Seneng juga bisa dengerin musik, kan biasanya malah gak boleh.

3. Apakah kamu sudah berusaha semaksimal

R.1 : Sudah, berusaha mencari di buku terus berusaha berbicara di depan banyak orang.

Lampiran C.21

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

No. Pertanyaan Jawaban mungkin dalam

mengerjakan tugas/soal/kuis yang diberikan?

R.2 : Ahhh, saya sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mengerjakan soal yang diberikan itu agar mendapatkan nilai yang baik pula, ya tapi ya tidak terlalu... masih bingung karena belum jelas. R.3 : Belum sih, kalau menurut aku belum maksimal,

karena ya itu materinya gak gampang, gak gampang buat dipahami juga sih.

R.4 : Sudah, kan bareng-bareng dalam kelompok, jadi bisa dipikir bersama. Baca di buku, kalo nggak ketemu ya tanya sama guru.

R.5 : Belum, soalnya agak susah juga.

R.6 : Belum sih, soalnya kan kadang-kadang ada kata-kata yang belum tau, kadang-kadang jadi susah. Tapi sebisa mungkin ya dikerjakan.

4. Bagaimana perasaan dan pendapatmu terhadap model pembelajaran Quantum Teaching and Learning yang kita laksanakan sebelumnya?

R.1 : Dengan belajar seperti ini saya merasa senang karena banyak hiburan seperti musik, ehm seperti itu. Dan kita jadi bisa menampilkan yang lebih baik karena mendapat penilaian dari kelompok lain.

R.2 : Ya, ya nganu ya biasanya kalau menurut saya jadi lebih menyenangkan karena tidak hanya

memperhatikan pelajaran tapi ada suatu hiburan tersendiri untuk saya karena di lingkungan kelas yang sedang pelajaran itu jarang sekali ada yang

memperbolehkan guru untuk memdengarkan musik bahkan nanti kalau ada yang musik itu mengganggu atau bagaimana, tapi untuk pelajaran kali ini jujur saya senang, ya bisa belajar dengan baiklah.

R.3 : Ehmm, lebih senang sih kalo ada musik, ya jadi santai gitu.

R.4 : Pendapat saya, hemmm... kalo belajar di kelas seperti ini bisa berperan lebih aktif, kan kegiatannya padat, banyak. Kalo perasaan saya sih senang, soalnya lebih santai karena ada musik, jadi ada hiburan juga di kelas.

R.5 : Asyik sih, kalo musik biar santai juga, kalau

presentasi biar memberikan kita untuk bicara di depan orang banyak juga, kayak gitu.

R.6 : Pembelajaran seperti ini baiknya sih lebih sering ada ya, biar gak bosen. Ada diskusi, presentasi juga, sama main-main pake kertas, tidak cuma memperhatikan pelajaran saja.

5. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching and Learning membantu kamu memahami materi pelajaran?

R.1 : Ya, sangat membantu, karena kita bisa mendengarkan presentasi dari kelompok lain dan jika presentasinya itu kurang baik dibantu oleh Bu Agustin.

R.2 : Ya, ya bisa karena ya langsung ikut berperan aktif dalam pembelajaran ini.

R.3 : Ya, karena kita belajar kelompok, kita bisa sharing bareng sama temen-temen. Abis itu dengan presentasi kita bisa tahu, apa, hasilnya kelompok satu dengan yang lainnya, kita bisa ngerti gitu.


(4)

No. Pertanyaan Jawaban

R.4 : Bisa, kayak tadi saya udah bilang. Lewat diskusi kelompok kan bisa sharing, lalu dengerin presentasi kelompok lain biar lebih jelas.

R.5 : Bisa sih, soalnya lewat presentasi kita bisa tahu lebih, lewat diskusi kan kita bisa sharing juga sama temen, gitu.

R.6 : Lumayan, kan tadi presentasi sama dengerin

presentasi temen juga. Kalo gak tau, bisa diskusi sama temen sekelompok.

6. Apakah kamu mengalami kesulitan memahami materi dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching and Learning?

R.1 : Ya, kadang-kadang karena materi yang diberikan baru saya pernah dapatkan, sebelumnya belum pernah saya pelajari.

R.2 : Kalau kesulitan itu misalnya untuk nama-nama asing yang saya belum tahu, misalnya apa tadi yang untuk nama-nama bakteri-bakteri itu saya kurang tahu, saya kira ya cuma itu.

R.3 : Ya, mengalami kesulitan mbak, ya karena itu itu materinya gak mudah untuk dipahami.

R.4 : Kesulitan ya kadang-kadang. Materinya ada yang susah dipahami, tapi karena belajarnya santai jadi gak kerasa banget.

R.5 : Kadang, buat ini sih, memahami yang baru yang siklus-siklus itu. Yang lain sih bisa, lumayanlah. R.6 : Bisa, yang rantai makanan sama jaring-jaring lumayan

bisa dipahami, tapi yang siklus-siklus itu ada kata-kata yang susah.

Lampiran C.21

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

(6)

Lampiran D.2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGENAL GERBANG LOGIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING PADA SISWA KELAS X SMK N 2 PADANGSIDIMPUAN TAHUN AJARAN 2012-2013.

0 1 18

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN MOTIVASI SISWA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN Peningkatan Hasil Belajar Dan Motivasi Siswa Menggunakan Metode Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) Pada Materi Pokok Ekosistem Kelas VII SMP Negeri 2 Baki Tahun

0 1 16

PENDAHULUAN Peningkatan Hasil Belajar Dan Motivasi Siswa Menggunakan Metode Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) Pada Materi Pokok Ekosistem Kelas VII SMP Negeri 2 Baki Tahun Ajaran 2011/2012.

0 1 9

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL QUANTUM Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Quantum Teaching Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Simo Boyolali Tahun 2011/2012.

0 0 16

PENDAHULUAN Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Quantum Teaching Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Simo Boyolali Tahun 2011/2012.

0 3 5

Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas X-E terhadap materi tumbuhan dengan menggunakan metode Concept Mapping di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta.

0 0 2

Peningkatan hasil belajar dan aktivitas psikomotorik menggunakan model Quantum Teaching and Learning pada materi ekosistem untuk siswa kelas X-E SMA BOPKRI 2 tahun ajaran 2011/2012.

0 0 222

Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar biologi pokok bahasan ekosistem menggunakan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) pada siswa kelas VII di SMP Promasan Kalibawang tahun ajaran 2011/2012.

0 0 101

Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas X E terhadap materi tumbuhan dengan menggunakan metode Concept Mapping di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta

0 0 177

Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar biologi pokok bahasan ekosistem menggunakan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) pada siswa kelas VII di SMP Promasan Kalibawang tahun ajaran 2011/2012 - USD Repository

0 0 99