EFEKTIVITAS KONSELING SINGKAT BERFOKUS SOLUSI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGELOLA STRES AKADEMIK : Penelitian Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 9 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014.

(1)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGELOLA STRES AKADEMIK (Penelitian Eksperimen Kuasipada Siswa Kelas VII SMP Negeri 9 Bandung

Tahun Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh Fima Febrianti

NIM.1005806

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGELOLA

STRES AKADEMIK

(Penelitian Eksperimen Kuasi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 9 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I

Dr. Tina Hayati Dahlan, S. Psi, M. Pd, Psi. NIP. 19720419 200912 2 001

Pembimbing II

Dr. Ilfiandra, M. Pd. NIP. 19721124 199903 1 003

Mengetahui,

Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Nandang Rusmana M. Pd NIP.19600501 198603 1 004


(3)

Akademik ini sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Agustus 2014 Yang membuat pernyataan,

Fima Febrianti NIM.1005806


(4)

Fima Febrianti, 2014

Efektivitas Konseling Singkat Berfokus Solusi untuk Meningkatkan Kemampuan Mengelola Stres Akademik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Fima Febrianti. (2014). Efektivitas Konseling Singkat Berfokus Solusi Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengelola Stres Akademik (Penelitian Eksperimen Kuasi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 9 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Siswa kelas VII merupakan remaja awal yang mengalami banyak perubahan baik secara fisik, psikologis, dan lingkungan sekolah. Siswa yang mengalami stres akademik dapat dikarenakan dirinya belum menyadari akan kemampuan, kekuatan, dan potensi sebagai sumberdaya diri yang dapat dimanfaatkan untuk mengelola tuntutan dan perubahan yang terjadi. Tujuan penelitian yaitu menguji efektivitas konseling singkat berfokus solusi untuk meningkatkan kemampuan mengelola stres akademik siswa. Metode penelitian menggunakan kuasi eksperimen dengan subjek tunggal berpola A/B. Subjek penelitian adalah siswa perempuan berusia 13-14 tahun (N=4). Instrumen yang digunakan yaitu mengenai intensitas gejala stres akademik dan kemampuan mengelola stres yang mengacu pada aspek kemampuan mengelola stres dikembangkan Lazarus & Folkman. Analisis perhitungan data menggunakan statistika deskriptif melalui the two standard deviation rule dan menganalisis perubahan individu yang terjadi pada fase baseline (A) dan intervensi (B). Hasil penelitian: konseling singkat berfokus solusi efektif meningkatkan kemampuan mengelola stres akademik siswa; terjadi perubahan perilaku pada setiap subjek intervensi di setiap sesinya. Konseling singkat berfokus solusi dapat diterapkan oleh guru BK dalam menyelesaikan permasalahan siswa selama masih bersifat non-patologi.

Kata Kunci : Konseling Singkat Berfokus Solusi, Stres Akademik Pada Remaja, Kemampuan Mengelola Stres


(5)

Fima Febrianti, 2014

Efektivitas Konseling Singkat Berfokus Solusi untuk Meningkatkan Kemampuan Mengelola Stres Akademik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

Fima Febrianti. (2014). Effectivity of Solution-Focused Brief Counseling in Improving Ability of Academic Stress Management. (Quasi Experimental Research of 7th SMP Negeri 9 Bandung Academic Year 2013/2014)

Seventh grade students is early adolescents period with many changes both physically, psychologically, and school environment. Students with academic stress is he/she who can not aware of their capabilities, strengths, and potential as a resource that can be used to manage the demands and changes. The aim of the research was to examine the effectiveness of solution-Focused Brief counseling in improving academic stress management ability of students. The study posses a single subject quasi experimental design with AB model. Subjects were female students aged 13-14 years (N = 4). The instrument used is the intensity of the symptoms of academic stress and the ability to manage stress which refers to stress management aspect developed by Lazarus & Folkman. The data was analyzed by using descriptive statistics through two standard deviation rule to analyze individual changes in baseline phase (A) and intervention (B). The result: solution-focused brief counseling was effective to improving the ability of academic stress management of students; there are behavioral changes in each subject in each session of intervention. Solution-focused brief counseling can be applied by counselor in solving non-pathological problems of students.

Keywords: Solution-Focused Brief counseling, StudentsAcademic Stress, Stress Management.


(6)

Fima Febrianti, 2014

Efektivitas Konseling Singkat Berfokus Solusi untuk Meningkatkan Kemampuan Mengelola Stres Akademik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR BAGAN ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR GRAFIK ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Sitematika Penulisan ... 10

BAB II KONSEP KEMAMPUAN MENGELOLA STRES DAN KONSELING SINGKAT BERFOKUS SOLUSI ... 11

A. Konsep Teori ... 11

1. Konsep Stres ... 11

2. Mekanisme Stres Berdasarkan Penilaian Kognitif .... 14

3. Pengelolaan Stres ... 18

4. Stres Pada Remaja ... 21

5. Stres Akademik ... 25

6. Konseling Singkat Berfokus Solusi ... 29

B. Kerangka Berpikir ... 38

C. Asumsi Penelitian ... 43

D. Hipotesis Penelitian ... 43

BAB III METODE PENELITIAN ... 44

A. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 44

B. Metode Penelitian... 44

C. Desain Penelitian ... 45

D. Definisi Operasional ... 46

1. Kemampuan Mengelola Stres ... 46

2. Konseling Singkat Berfokus Solusi ... 46

E. Instrumen Penelitian... 47


(7)

Fima Febrianti, 2014

Efektivitas Konseling Singkat Berfokus Solusi untuk Meningkatkan Kemampuan Mengelola Stres Akademik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Pengembangan Kisi-Kisi... 47

2. Pedoman Skoring ... 53

3. Uji Validitas ... 54

4. Uji Reliabilitas ... 55

G. Langkah-Langkah Penelitian ... 56

1. Perizinan Penelitian... 56

2. Melakukan Baseline ... 56

3. Memberikan Treatment ... 56

Rancangan Kegiatan Intervensi Konseling Singkat Berfokus Solusi Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengelola Stres Akademik Siswa ... 57

H. Analisis Data ... 74

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 76

A. Hasil Penelitian ... 76

1. Efektivitas Konseling Singkat Berfokus Solusi Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengelola Stres Akademik ... 76

2. Dinamika Perubahan Aspek Kemampuan Pengelolaan Stres Akademik Pada Kondisi Baseline (A) dan Intervensi (B) ... 82

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 97

1. Gambaran Kemampuan Pengelolaan Stres Akademik Siswa ... 97

2. Efektivitas Konseling Singkat Berfokus Solusi Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengelola Stres Akademik ... 104

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 111

A. Kesimpulan ... 111

B. Rekomendasi ... 111

DAFTAR PUSTAKA ... 113


(8)

Fima Febrianti, 2014

Efektivitas Konseling Singkat Berfokus Solusi untuk Meningkatkan Kemampuan Mengelola Stres Akademik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Interactional Model ... 13

Bagan 2.2 Mekanisme Stres Berdasarkan Penilaian Kognitif ... 17

Bagan 2.3 Model Konseling Singkat Berfokus Solusi Terhadap Stres ... 35


(9)

Fima Febrianti, 2014

Efektivitas Konseling Singkat Berfokus Solusi untuk Meningkatkan Kemampuan Mengelola Stres Akademik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Antara Konseling Tradisional Dengan Konseling

Postmodern ... 31

Tabel 2.2 Pervedaan Antara Pendekatan Konseling Berfokus Masalah dengan Pendekatan Berfokus Solusi ... 32

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Gejala Stres Akademik ... 48

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Pengelolaa Stres Akademik ... 50

Tabel 3.3 Kriteria Pemberian Skor Instrumen Gejala Stres Akademik .. 53

Tabel 3.4 Kriteria Pemberian Skor Instrumen Pengelolaan stres ... 53

Tabel 3.5 Rancangan Intervensi Konseling Singkat Berfokus Solusi Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengelola Stres Akademik Siswa ... 71

Tabel 3.6 Kategorisasi Kemampuan Mengelola Stres Akademik ... 74

Tabel 4.1 Hasil Pengolahan Data Konseli IN... 76

Tabel 4.2 Hasil Pengolahan Data Konseli RS ... 78

Tabel 4.3 Hasil Pengolahan Data Konseli SNL ... 79


(10)

Fima Febrianti, 2014

Efektivitas Konseling Singkat Berfokus Solusi untuk Meningkatkan Kemampuan Mengelola Stres Akademik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Rancangan Subjek Tunggal A/B ... 45 Gambar 3.2 Rumusan Skor Baku ... 74


(11)

Fima Febrianti, 2014

Efektivitas Konseling Singkat Berfokus Solusi untuk Meningkatkan Kemampuan Mengelola Stres Akademik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Peningkatan Kemampuan Mengelola Stres Akademik IN ... 77 Grafik 4.2 Peningkatan Kemampuan Mengelola Stres Akademik RS ... 78 Grafik 4.3 Peningkatan Kemampuan Mengelola Stres Akademik SNL ... 80 Grafik 4.4 Peningkatan Kemampuan Mengelola Stres AkademikYMA ... 81 Grafik 4.5 Peningkatan Aspek Kemampuan Mengelola Stres Akademik

IN ... 82 Grafik 4.6 Peningkatan Aspek Kemampuan Mengelola Stres

Akademik RS ... 86 Grafik 4.7 Peningkatan Aspek Kemampuan Mengelola Stres Akademik

SNL ... 90 Grafik 4.8 Peningkatan Aspek Kemampuan Mengelola Stres


(12)

Fima Febrianti, 2014

Efektivitas Konseling Singkat Berfokus Solusi untuk Meningkatkan Kemampuan Mengelola Stres Akademik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Siswa yang memasuki lingkungan sekolah baru, memiliki harapan dan tuntutan untuk mencapai kesuksesan akademik serta dapat mengatasi hambatan yang ada. Kemampuan siswa dalam menerima materi pelajaran merupakan hal yang dapat memudahkan siswa untuk mencapai kesuksesan akademik tersebut. Akan tetapi, tidak sedikit siswa mengalami hambatan atau kesulitan dalam proses belajarnya. Hambatan atau kesulitan belajar yang tidak teratasi dengan baik dapat beresiko pada kegagalan akademik sehingga memungkinkan siswa mengalami stres diakibatkan adanya harapan dan tuntutan untuk mencapai kesuksesan akademik yang tidak terpenuhi.

Stres dapat dikatakan sebagai respon individu terhadap sesuatu yang dianggapnya sebagai ancaman dan membahayakan dirinya. Kegagalan siswa dalam proses belajar dapat menjadi sebuah ancaman karena dianggap membahayakan kesejahteraan dirinya dalam mencapai kesuksesan akademik. Stres yang diakibatkan dari masalah sehari-hari baik dalam lingkungan keluarga, sosial, dan sekolah akan terakumulasi yang pada akhirnya menimbulkan gangguan psikologis atau penyakit fisik (Santrock, 2007:27).

Individu yang memiliki kemampuan mengelola stres memungkinkannya untuk lebih kompeten ketika dihadapkan pada stres. Saat individu mampu mengatasi stres, maka dapat mencegah dirinya merasa inkompeten dan dapat meningkatkan kepercayaan diri mereka (Santrock, 2007). Sebaliknya, saat individu tidak mampu mengatasi stres dengan baik maka akan memiliki konsekuensi yang serius pada kesehatan fisik dan psikologis (Schraml, Perski, Gorssi & Makower, 2012)

Stres yang sering dialami oleh siswa adalah stres akademik. Stres akademik merupakan sumber stres yang terjadi pada setting sekolah (Calaguas, 2011). Sebagai anak yang berada dalam masa peralihan menuju dewasa, tekanan


(13)

Fima Febrianti, 2014

Efektivitas Konseling Singkat Berfokus Solusi untuk Meningkatkan Kemampuan Mengelola Stres Akademik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

akademik dan sosial dapat menyebabkan stres. Stres akademik akan terjadi pada saat siswa merasa kesejahteraan dirinya terancam dengan adanya tuntutan-tuntutan akademik, seperti tingginya harapan diri untuk meraih prestasi di sekolah tanpa diimbangi motivasi atau kemampuan yang cukup dalam diri. Siswa juga tidak memiliki kepercayaaan pada kemampuan yang dimilikinya untuk mengatasi suatu masalah. Selain itu, lingkungan sekolah baru juga dapat membuat stres akademik siswa meningkat karena siswa masih berada dalam masa adaptasi dan belum menemukan cara yang tepat untuk mengatasi permasalahan yang ada di sekolah.

Pada saat memasuki sekolah menengah pertama, siswa berada pada rentang usia 13-15 tahun. Hall & Freud (Swanson, 2007) mengkarakteristikan pada usia 13-15 tahun siswa berada dalam situasi storm and stress. Pengkarakteristikan tersebut dikarenakan siswa mengalami berbagai perubahan baik secara fisik, kognitif, psikologis dan sosial yang terjadi selama masa peralihan. Peralihan yang terjadi bukan berarti terputus atau berubah dari yang sebelumnya, melainkan peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap perkembangan berikutnya (Hurlock, 1980: 207). Selain adanya perubahan fisik, emosi, kognitif dan sosial, kompetensi yang dikuasai siswa pun turut bertambah. Berdasarkan ASCA, salah satu kompetensi yang seyogianya dimiliki siswa SMP adalah dapat mengidentifikasi penyebab stres dan mampu mengurutkan cara-cara untuk mengelolanya (Rusmana, 2009:195).

Mac George et al. (Wilks, 2008:107) mengatakan pada saat siswa memasuki lingkungan pendidikan maka siswa akan mulai terikat dengan tuntutan dan peraturan sekolah. Adanya ekspektasi-ekspektasi yang lebih tinggi dari sebelumnya dapat menimbulkan hambatan belajar bagi siswa. Sumber stres yang berasal dari sekolah (akademik) dalam proses belajar mengajar atau hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan belajar dapat berupa lama belajar, tekanan untuk naik kelas, dan ujian (Desmita, 2012). Siswa mengaku mengalami stres akademik pada tiap semesternya, dan sumber stres terbesarnya adalah ujian. Siswa merasa mereka harus menguasai banyak materi pelajaran dalam waktu singkat


(14)

Fima Febrianti, 2014

Efektivitas Konseling Singkat Berfokus Solusi untuk Meningkatkan Kemampuan Mengelola Stres Akademik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Abouserie, 1994, dalam Nandamuri & Gowthami, 2013). Pada pekan ujian dalam satu hari terdapat kurang lebih tiga mata pelajaran yang diujiankan, hal ini menunjukkan dalam satu hari siswa harus menguasai seluruh materi dari tiga mata pelajaran tersebut. Selain itu, tekanan yang diberikan pada siswa untuk menunjukkan hasil yang terbaik saat ujian atau tes dengan alokasi waktu yang terbatas membuat lingkungan belajar menjadi tidak nyaman dan penuh dengan tekanan (Erkutu & Chafa, 2006, dalam Nandamuri & Gowthami, 2013).

Penelitian Clemmit (2007) menunjukkan faktor-faktor yang berkontribusi menyebabkan stres bagi siswa adalah tugas sekolah (23,8%), tekanan untuk berprestasi (11,2%), hubungan teman sebaya (11,6%), aktivitas ekstrakurikuler (4.9%), kerenggangan dengan anggota keluarga (4,0%), masalah perceraian atau perpisahan (8,5%), ekonomi keluarga (3,8%), dan penyakit yang diderita atau kematian orang yang dicintai (4,5%). Berdasarkan penelitian tersebut membuktikan bahwa sekolah merupakan salah satu penyebab utama stres bagi siswa.

Frank (Kusz, 2009) mengidentifikasi siswa yang mengalami stres memiliki empat gejala yaitu fisik, emosi, perilaku dan pikiran. Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada kelas VII SMPN 9 Bandung dengan menyebarkan angket gejala stres akademik dan kemampuan mengelola stres akademik, diketahui dari 309 siswa yang mengisi angket, sebanyak 56 siswa atau 18,12% siswa termasuk pada stres akademik kategori tinggi. Aspek yang memiliki persentase tertinggi adalah aspek pikiran dengan persentase sebesar 28,86%, yang ditandai dengan siswa merasa mudah lupa, tidak dapat menentukan prioritas hidup, merasa kebingungan atau sulit berkonsentrasi, prestasi menurun, kehilangan harapan, berpikir negatif, tidak berguna dan tidak menikmati hidup. Tertinggi kedua adalah aspek emosi dengan persentase sebesar 28,76%, yang ditandai merasa gelisah, mudah marah, ketakutan, merasa diabaikan, mudah tersinggung, tidak merasakan kepuasan, tidak bahagia, cemas dan mudah panik. Sedangkan untuk aspek fisik memiliki persentase sebesar 22,54%, ditandai dengan siswa merasa denyut jantung meningkat, sakit kepala, otot tegang, sering buang air kecil, memegang


(15)

Fima Febrianti, 2014

Efektivitas Konseling Singkat Berfokus Solusi untuk Meningkatkan Kemampuan Mengelola Stres Akademik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

benda dengan erat, tangan terasa lembab dan dingin, berkeringat dingin, sakit perut, kelelahan fisik dan tubuh tidak mampu istirahat dengan maksimal. Terakhir aspek perilaku sebesar 19,82%, ditandai dengan siswa suka menyendiri, menggerutu, sulit tidur atau insomnia, berbohong, gugup, menyalahkan orang lain, membolos, tidak mampu menolong diri sendiri, mengambil jalan pintas dan sulit mendisiplinkan diri. Disamping kategori tinggi, sebanyak 204 siswa atau 66,01% siswa pada kategori sedang, dan 49 siswa atau 15,85% siswa pada kategori rendah.

Selanjutnya, pada kemampuan mengelola stres akademik siswa kelas VII SMP Negeri 9 Bandung menunjukkan data sebagai berikut, dari 309 siswa yang mengisi angket kemampuan mengelola stres akademik sebanyak 40 siswa atau 12,94% siswa telah memiliki kemampuan mengelola stres akademik yang memadai atau dapat dikatakan ke-40 siswa sudah mampu mengelola stres akademik karena termasuk pada kategori pengelolaan stres yang tinggi. Sebanyak 223 siswa atau 72,16% siswa memiliki kemampuan mengelola stres yang cukup memadai karena termasuk pada kategori penglolaan kemampuan stres yang sedang. Terakhir, sebanyak 46 siswa atau 14,88% siswa diketahui belum memiliki kemampuan mengelola stres akademik yang memadai karena termasuk pada kategori pengelolaan stres yang rendah. Ketidakmampuan siswa dalam mengelola stres akademik ditunjukkan melalui rendahnya kemampuan siswa untuk mendefinisikan masalah, mencari alternatif solusi, mencari nilai positif dan negatif dari solusi yang telah dipilih; menampilkan reaksi agresi dengan tujuan positif sebagai respon diri untuk mengubah keadaan stressful yang dialaminya; membuat suatu pola pemikiran positif terhadap situasi stressful; menghindari stres dengan cara yang positif; mengatur emosi dan tindakan dalam menghadapi situasi yang stressful; menerima tanggungjawab atas permasalahan yang dihadapi; mengambil sisi positif dari berbagai tekanan yang dihadapinya; dan mencari dukungan dari orang lain.

Berdasarkan hasil pengolahan data studi pendahuluan, ditemukan empat orang siswa yang memiliki intensitas gejala stres akademik pada kategori tinggi,


(16)

Fima Febrianti, 2014

Efektivitas Konseling Singkat Berfokus Solusi untuk Meningkatkan Kemampuan Mengelola Stres Akademik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

serta memiliki kemampuan mengelola stres akademik yang rendah. Siswa yang mengalami stres akademik dan tidak memiliki kemampuan mengelolanya cenderung merasa diri tidak memiliki kemampuan yang memadai untuk menyelesaikan tuntutan akademik yang dibebankan pada dirinya. Siswa lebih sering berpikir negatif dan tidak membuat diri merasa lebih baik karena selalu berpikir mengenai masalah yang tidak disertai solusi. Thoresen dan Eagleston (Roberson, 1985:5) menyatakan bahwa siswa yang menghadapi tuntutan sekolah tanpa kemampuan yang memadai atau kurang optimal akan merespon dengan cara yang berbahaya atau maladaptif. Respon perilaku yang ditimbulkan siswa saat tidak mampu menghadapi tuntutan sekolahnya seperti menarik diri, membolos sekolah, rendah diri, dan selalu merasa gagal. Selanjutnya, hasil penelitian Nurdini (2009) membuktikan siswa yang mengalami stres akademik menunjukkan perilaku cemas menghadapi ujian, tidak peduli terhadap materi, tidak menguasai kompetensi, tidak betah di sekolah, takut menghadapi guru, tidak dapat berkonsentrasi di kelas, ingin pindah kelas, jenuh jika ada pelajaran tambahan, dan lelah mengikuti ekstrakurikuler.

Stres akademik dapat memberikan dampak positif dan negatif terhadap siswa. Stres akademik merupakan konsekuensi alami dari adanya persaingan dan tuntutan dalam lingkungan sekolah. Kemampuan siswa dalam mengelola stres akademik akan memberikan efek positif seperti meningkatnya motivasi belajar dan peningkatan kinerja belajar, hal ini dikarenakan siswa dapat menantang stimulus dari lingkungannya. Dengan pengelolaan stres yang baik dapat meningkatkan pengembangan diri dan juga motivasi bagi siswa untuk berkompeten secara aktif (Nandamuri & Gowthami, 2013). Sebaliknya, efek negatif akan muncul pada saat siswa tidak mampu mengelola stres akademik. Efek negatif yang muncul tidak hanya berpengaruh terhadap kelangsungan belajar siswa tetapi berpengaruh juga terhadap kondisi psikologis dan sosial siswa. Pada kelangsungan hidup siswa sebagai individu, stres akademik yang tidak dikelola akan memberikan resiko serius seperti, gangguan fisik, depresi, dan bunuh diri


(17)

Fima Febrianti, 2014

Efektivitas Konseling Singkat Berfokus Solusi untuk Meningkatkan Kemampuan Mengelola Stres Akademik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Chen et al, 2013; Chapman, Cook, & Kearney, 2007; Wen, 2013; Calaguas, 2013).

Selye (Pereira, 2013) membagi stres menjadi dua, yaitu eustress dan distress. Eustress merupakan jenis stres positif yang memberikan kekuatan langsung pada aktivitas fisik, antusiasme dan kreativitas individu, sedangkan siswa yang tidak mampu mengelola stres dengan baik termasuk pada distress yang merupakan stres negatif dan dibawa secara konstan pada penyesuaian atau perubahan dalam rutinitas individu (Abdullah & Dan, 2011).

Setiap individu memiliki tingkatan dan cara mengelola stres yang berbeda. Lazarus & Folkman (1984) mengatakan meskipun tuntutan lingkungan memberikan tekanan dan menghasilkan stres, nyatanya setiap individu memiliki perbedaan dalam derajat dan reaksi terhadap sumber stres. Perbedaan ini dikarenakan setiap individu memiliki persepsi yang berbeda terhadap peristiwa tertentu yang kemudian berdampak pada interpretasi dan reaksi mereka. Pada tingkat tertentu, hal yang dianggap sebagai sumber stres tergantung pada bagaimana penilaian kognitif individu dalam menginterpretasikan kejadian tersebut (Sanders & Wolls, 2005, dalam Santrock, 2007). Penilaian siswa mengenai situasi akademik akan berpengaruh pada tindakan siswa. Adanya siswa yang mengalami distres akademik dapat disebabkan dari ketidakmampuan siswa untuk mengelola dan menilai secara positif stresor-stresor akademik yang ada di sekitarnya.

Upaya untuk mengelola stres akademik yang dialami siswa merupakan suatu hal yang seyogianya mendapatkan perhatian dari pihak sekolah, terutama Bimbingan dan Konseling (BK). Bimbingan dan konseling berfungsi untuk memfasilitasi, menggali dan mengembangkan potensi siswa secara optimal, serta bertanggungjawab dalam membimbing siswa hingga mencapai tingkat kesiapan untuk menjawab tantangan akademik yang ada di sekolah sebagai tuntutan terlaksananya pendidikan yang berilmu dan bermutu. Li dan Yen (1998, Calaguas 2013) menjelaskan siswa yang mengalami stres akademik dan tidak memiliki kemampuan untuk mengelolanya membutuhkan layanan konseling. Layanan


(18)

Fima Febrianti, 2014

Efektivitas Konseling Singkat Berfokus Solusi untuk Meningkatkan Kemampuan Mengelola Stres Akademik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

konseling ini diberikan sebagai upaya untuk membantu siswa dalam mengelola stres akademik yang dihadapi. Layanan konseling yang digunakan untuk membantu menangani masalah siswa sejauh ini lebih sering menggunakan pendekatan yang mengarah pada pembahasan mendalam mengenai permasalahan daripada solusi untuk dapat mengatasi permasalahan tersebut, sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikan masalah siswa. Dengan demikian dibutuhkan pendekatan konseling yang memungkinkan siswa dapat menyelesaikan masalah dalam waktu yang relatif singkat dan berpengaruh pada peningkatan kompetensi siswa untuk mengatasi masalahnya secara mandiri dan dapat memanfaatkan kekuatan diri yang dimilikinya.

Pendekatan konseling yang dapat digunakan sebagai alternatif untuk mengatasi permasalahan siswa dalam waktu relatif singkat yaitu konseling singkat berfokus solusi. Konseling singkat berfokus solusi berorientasi pada masa depan, dan tujuan yang ingin dicapai dari permasalahan. Konseling singkat berfokus solusi ini terfokus pada bagaimana siswa mengatasi permasalahan yang dihadapinya sekarang dan apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalahnya (Kegley, 2000). Konseling singkat berfokus solusi menekankan pada kekuatan dan kemampuan siswa dengan exceptions problem dan konseptualisasi situasi. Melalui serangkaian intervensi dari konseling singkat berfokus solusi siswa dilatih untuk meningkatkan perilaku positif dan efektif dalam menyelesaikan permasalahannya saat ini (de Shazer & Dolan, 2007 dalam Corey 2012). Konseling singkat berfokus solusi didasarkan pada asumsi optimis bahwa setiap individu itu pandai, berkompeten dan memiliki kemampuan untuk mengkonstruk solusi yang dapat mengubah kehidupan mereka (Corey, 2012:425). Dengan berfokus pada solusi, konseling singkat berfokus solusi tidak mencaritahu secara mendalam apa penyebab masalah siswa, sehingga pemberian intervensi pun relatif singkat dan dapat dilakukan oleh guru BK.

Konseling singkat berfokus solusi dapat dijadikan alternatif bagi guru BK untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengelola stres akademik. Berdasarkan penelitian Kegley (2000) menunjukkan sebanyak 96,1% guru BK


(19)

Fima Febrianti, 2014

Efektivitas Konseling Singkat Berfokus Solusi untuk Meningkatkan Kemampuan Mengelola Stres Akademik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menganggap konseling singkat berfokus solusi efektif untuk mengatasi masalah siswa di sekolah seperti masalah akademik/tugas/kemampuan belajar, 92,1% untuk kemampuan berkomunikasi, 90,2% untuk persaingan antar siswa, 92,1% untuk kedisiplinan/ kemarahan, 90,1% untuk pengaturan perilaku.

Mencermati fenomena stres akademik yang muncul dan dialami oleh siswa, maka konseling singkat berfokus solusi dirancang untuk membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan pengelolaan stres akademik dengan memfokuskan pada pemanfaatan kekuatan, kemampuan dan potensi sebagai sumberdaya yang dimiliki siswa dalam menghadapi tuntutan dan permasalahan akademik.

B. Identifikasi Masalah

Perubahan yang terjadi pada saat memasuki masa remaja merupakan suatu tantangan, kesempatan dan fase kehidupan baru bagi seorang individu. Ketidaksiapan remaja dalam menghadapi tuntutan dan harapan yang lebih tinggi dari sebelumnya mengakibatkan remaja mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan fase kehidupan barunya tersebut. Pada remaja, stres merupakan suatu ancaman dan tantangan yang ditempatkan oleh lingkungan terhadap dirinya, respon remaja terhadap stres merupakan suatu kesempatan untuk mengetahui kemampuannya dalam menjawab sebuah tantangan (Santrock, 2003).

Stres yang terjadi pada masa remaja dalam setting sekolah dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti tingkat kelas, bullying, perubahan situasi akademik, status sosial, beban tugas yang berlebihan dan kurikulum yang monoton (Chapman, Cook, & Kearney, 2007). Pada praktek pembelajaran di sekolah guru lebih sering menekankan pada aspek kognitif siswa seperti kemampuan siswa dalam menjawab soal materi pelajaran yang diperoleh sehingga kondisi psikologis siswa seperti emosi sering terabaikan selama proses pembelajaran. Pengabaian ini dapat mengakibatkan stres secara psikologis (psychological stress) dan timbulnya kesulitan belajar.

Siswa yang mengalami stres akademik dan tidak mempu mengelolanya akan berdampak pada kelangsungan akademik, sosial, dan hidupnya secara


(20)

Fima Febrianti, 2014

Efektivitas Konseling Singkat Berfokus Solusi untuk Meningkatkan Kemampuan Mengelola Stres Akademik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keseluruhan. Pada siswa kelas VII SMPN 9 Bandung, stres akademik yang tidak dikelola mengakibatkan siswa merasa khawatir, cemas, takut, sulit mendisiplinkan diri, berpikir negatif, prestasi menurun dan memilih untuk menyendiri. Apabila stres yang dialami oleh siswa dibiarkan dan tidak dikelola dengan baik maka pada tingkatan stres tertentu akan beresiko serius bagi siswa secara fisik maupun psikologis. Dalam mengelola stres akademik siswa perlu dibantu dalam mengenali dan mengidentifikasi kompetensi, kekuatan dan sumber daya yang di milikinya. Dengan demikian siswa mengetahui bahwa dirinya memiliki modal awal yang dapat dimanfaatkan untuk menghadapi stres akademik.

Bimbingan dan konseling seyogianya dapat membantu dalam mengembangkan kemampuan siswa untuk mengeksplorasi potensi dalam dirinya, dengan demikian siswa dapat menemukan solusi dari masalahnya secara mandiri. Salah satu layanan konseling yang berorientasi pada solusi dan dapat digunakan sebagai teknik bantuan adalah konseling singkat berfokus solusi yang dipandang efektif oleh guru BK untuk mengatasi permasalahan-permasalahan siswa di sekolah termasuk mengatasi masalah akademik/tugas/kemampuan belajar (Kegley, 2000).

Konseling singkat berfokus solusi merupakan pendekatan konseling yang efisien untuk dilakukan, karena langsung menekankan pada identifikasi masalah dan solusinya. Guru BK akan terfokus pada pengembangan kemampuan dan keterampilan siswa dalam merancang sebuah solusi dari permasalahan. Hal ini memberikan penekankan positif bahwa pada siswa yang mengalami stres akademik sebenarnya memiliki kemampuan akademik yang memadai, hanya saja belum memiliki motivasi, kepercayaan diri dan ketekunan yang diperlukan untuk mengelola stres yang dihadapinya (Saadatzade & Khalili, 2012).

Berdasarkan identifikasi masalah stres akademik dan konseling singkat berfokus solusi sebagai sebuah upaya penanggulangan, maka rumusan masalah penelitian adalah “apakah konseling singkat berfokus solusi efektif untuk meningkatkan kemampuan mengelola stres akademik siswa?”


(21)

Fima Febrianti, 2014

Efektivitas Konseling Singkat Berfokus Solusi untuk Meningkatkan Kemampuan Mengelola Stres Akademik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas konseling singkat berfokus solusi untuk meningkatkan kemampuan mengelola stres akademik pada siswa.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan dan keilmuan dalam penerapan konseling singkat berfokus solusi untu meningkatkan kemampuan mengelola stres akademik siswa sehingga siswa dapat secara mandiri, efektif, dan konstruktif dalam memanfaatkan sumberdaya yang dimilikinya untuk mengatasi permasalahan.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu para praktisi pendidikan khususnya guru BK dalam mengatasi stres akademik yang dialami oleh siswa. Secara spesifik manfaat penelitian dijabarkan sebagai berikut:

a. membantu guru BK memecahkan masalah siswa dalam mengelola stres akademik melalui konseling singkat berfokus solusi.

b. menjadi bahan referensi pada mata kuliah BK Belajar dan Teori atau Praktek Konseling sebagai bahan upaya penyelesaian permasalahan siswa.

E.Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bab I Pendahuluan: terdiri atas latar belakang masalah penelitian, identifikasi masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

2. Bab II Kajian Teori: terdiri atas kajian pustaka, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian.


(22)

Fima Febrianti, 2014

Efektivitas Konseling Singkat Berfokus Solusi untuk Meningkatkan Kemampuan Mengelola Stres Akademik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Bab III Metode Penelitian: terdiri atas lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, pemilihan sampel, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan: pemaparan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian


(23)

Fima Febrianti, 2014

Efektivitas Konseling Singkat Berfokus Solusi untuk Meningkatkan Kemampuan Mengelola Stres Akademik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN A.Lokasi dan Sampel Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMPN 9 Bandung. Populasi penelitian adalah siswa-siswi SMPN 9 Bandung dan sampel penelitian adalah siswa kelas VII SMPN 9 Bandung tahun ajaran 2013-2014 yang berjumlah empat orang. Pertimbangan dalam menentukan sampel penelitian adalah sebagai berikut:

1. Siswa kelas VII adalah siswa yang berada pada usia remaja awal yang mengalami peralihan dari masa kanak-kanak akhir menuju masa remaja awal dimana pada masa ini siswa mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun psikologis.

2. Siswa kelas VII mengalami perubahan pola sosial dan lingkungan sekolah dari sekolah dasar ke sekolah menengah.

3. Siswa kelas VII memiliki tuntutan akademik yang tinggi dan kompetitif dibandingkan dengan jenjang kelas sebelumnya.

4. Siswa yang terindentifikasi memiliki intensitas stres akademik tinggi namun kemampuan pengelolaan stres tidak memadai perlu diberi perlakuan berupa konseling.

Pengambilan sampel penelitian menggunakan non-probability sample dimana setiap individu tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih. Teknik sampling yang digunakan yaitu purposive sampling dengan strategi homogeneous sampling. Homogeneous sampling merupakan strategi pemilihan sample dimana setiap sample memiliki ciri atau karakteristik yang sama (Creswell, 2012). Pada penelitian ini sample yang diambil adalah siswa yang memiliki intensitas stres akademik tinggi juga memiliki kemampuan mengelola stres tidak memadai.

B.Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode eksperimen kuasi dengan subjek tunggal (single subject design) dimana partisipan bersifat tunggal. Metode


(24)

Fima Febrianti, 2014

Efektivitas Konseling Singkat Berfokus Solusi untuk Meningkatkan Kemampuan Mengelola Stres Akademik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Creswell, 2012)

dengan subjek tunggal dipilih karena sesuai dengan ungkapan Lazarus yang mengatakan bahwa pada setiap individu memiliki penilaian dan respon berbeda terhadap situasi yang dianggap stressful sehingga melalui subjek tunggal akan terlihat perbedaan dan perubahan pada masing-masing individu. Perbedaan terlihat dikarenakan pada penelitian dengan subjek tunggal ini peneliti mengobservasi perilaku partisipan secara keseluruhan. Kegiatan observasi dan pengukuran dilakukan pada periode awal sebelum intervensi (baseline periode), selama dan setelah diberikan intervensi (administration of intervention). Kegiatan observasi dilakukan dengan tujuan melihat pengaruh atau perubahan yang terjadi pada partisipan selama dan setelah pemberian intervensi. Partisipan juga memiliki peran sebagai kontrol bagi dirinya sendiri (Creswell. 2012:316). Hasil penelitian disajikan dan dianalisis berdasarkan subjek secara individual (Syaodih, 2013:209).

C.Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam eksperimen kuasi dengan subjek tunggal ini adalah desain A/B. Desain A/B secara konsisten mengobservasi dan mengukur perilaku partisipan sebelum mendapatkan intervensi (A) dengan tujuan mengetahui stabilitas perilaku siswa sebelum intervensi, dan (B) mengobservasi dan mengukur perilaku partisipan selama dan setelah mendapatkan intervensi dengan tujuan mengetahui berbagai perubahan yang terjadi pada individu (Creswell, 2012).

A B o-o-o- -x-x-x-x

baseline intervention

Gambar 3.1

Rancangan Subjek TunggalA/B Keterangan:

A : baseline (kondisi sebelum diintervensi) B : kondisi setelah diintervensi


(25)

Fima Febrianti, 2014

Efektivitas Konseling Singkat Berfokus Solusi untuk Meningkatkan Kemampuan Mengelola Stres Akademik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu D.Definisi Operasional

1. Kemampuan Mengelola Stres Akademik

Definisi pengelolaan stres mengacu pada konsep stres yang dikembangkan oleh Lazarus & Folkman (1984). Pertimbangan rasional untuk memilih konsep tersebut dikarenakan teori stres yang dikembangkan oleh Lazarus (1966) lebih kepada psychological stress yang menunjukkan adanya hubungan antara lingkungan dengan respon individu. Respon stres yang ditunjukkan individu diawali dengan melakukan penilaian terhadap situasi atau lingkungan, jika situasi dinilai stressful maka dilanjutkan pada proses pengelolaan stres yang dikenal dengan istilah coping (Lazarus & Folkman, 1984).

Kemampuan mengelola stres atau coping yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan suatu strategi yang digunakan oleh siswa laki-laki maupun perempuan yang berada pada rentang usia 13-14 tahun, kelas VII SMPN 9 Bandung untuk megatasi atau menghadapi stres akademik yang dialaminya, baik dengan memfokuskan pada masalah (problem focused coping), maupun memfokuskan pada emosi (emotion focused coping). Problem focused coping yang dimaksud ialah kemampuan siswa untuk menganalisis masalah dan memberikan respon untuk mengubah keadaan yang stressful. Emotion focused coping yang dimaksud ialah kemampuan siswa untuk dapat mengelola emosi, mengurangi emosi negatif yang berkaitan dengan stressor dan berorientasi pada tindakan positif

2. Konseling Singkat Berfokus Solusi

Konseling singkat berfokus solusi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah konseling yang dilakukan sebanyak empat sesi yang dikhususkan untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas VII SMPN 9 Bandung dalam mengelola stres akademik. Pada setiap sesinya konseling singkat berfokus solusi terbatas pada percakapan yang memfokuskan terhadap kemungkinan solusi efektif untuk mengelola stres dengan lebih mengutamakan pemanfaatan kemampuan, kekuatan


(26)

Fima Febrianti, 2014

Efektivitas Konseling Singkat Berfokus Solusi untuk Meningkatkan Kemampuan Mengelola Stres Akademik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan potensi sebagai sumberdaya yang dimiliki oleh siswa itu sendiri, sehingga percakapan mengenai masalah (problem talk) hanya dilakukan pada awal sesi di sesi 1 kegiatan konseling yang berguna sebagai informasi bagi fasilitator mengenai permasalahan yang ingin diselesaikan oleh siswa.

E.Instrumen Penelitian

Instrumen yang disusun dalam penelitian ini ditujukan untuk memperoleh gambaran tingkat stres akademik siswa melalui gejala stres yang ditunjukkan siswa, serta kemampuan mengelola stres (coping)yang dimiliki siswa. Instrumen yang digunakan berupa angket dengan bentuk jawaban tertutup dimana responden hanya menjawab setiap pernyataan dengan cara memilih alternatif jawaban yang telah disediakan.

Instrumen gejala stres akademik diadaptasi dari instrumen yang dikembangkan oleh Nurmalsari (2011). Hasil pengujian validitas instrumen gejala stres akademik yang dilakukan oleh pengembang instrumen menunjukkan, dari 66 item pernyataan yang disusun didapatkan 64 item dinyatakan valid pada tingkat kepercayaan 95%, sedangkan hasil uji reliabilitas diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0.93 (sangat tinggi). Dengan demikian instrumen berupa angket yang dikembangkan oleh Nurmalasari mengenai gejala stres akademik dapat digunakan oleh peneliti.

Selanjutnya, instrumen pengelolaan stres dikembangkan peneliti didasarkan pada dua aspek coping yang dikemukakan Lazarus & Folkman (1984). Pengumpulan data menggunakan angket berskala Likert yang terdiri dari penyataan positif dengan tiga pilihan jawaban yaitu “sering”, “kadang-kadang”, “tidak pernah”.

F. Proses Pengembangan Instrumen 1. Pengembangan Kisi-Kisi

Kisi-kisi yang disusun terdiri dari dua kisi-kisi, yaitu kisi-kisi instrumen stres akademik yang diadaptasi dari instrumen gejela stres akademik


(27)

Fima Febrianti, 2014

Efektivitas Konseling Singkat Berfokus Solusi untuk Meningkatkan Kemampuan Mengelola Stres Akademik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dikembangkan oleh Yuli Nurmalasari (2011) dan kisi-kisi instrumen pengelolaan stres (coping) disusun peneliti berdasarkan dua aspek yang diturunkan menjadi 8 strategi pengelolaan stres yang dikemukakan oleh Lazarus & Folkman (1984).


(28)

48 Berikut kisi-kisi instrumen penelitian yang disusun.

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Instrumen Gejala Stres Akademik

Variabel Gejala Indikator Nomor

Item

Stres Akademik pada siswa

Fisik

1.Denyut jantung meningkat 2.Sakit kepala

3.Otot tegang

4.Sering buang air kecil

5.Memegang/menggenggam benda dengan erat 6.Tangan berasa lembab dan dingin

7.Berkeringat dingin 8.Sakit perut

9.Kelelahan fisik

10.Tubuh tidak mampu istirahat dengan maksimal

1,2 3,4 5 6 7,8 9,10 11,12 13 14,15 16 Perilaku 1.Menggerutu

2.Sulit tidur atau insomnia 3.Suka menyendiri

4.Berbohong 5.Gugup

6.Menyalahkan orang lain 7.Membolos atau mabal

8.Tidak mampu menolong diri sendiri 9.Mengambil jalan pintas

10.Sulit mendisiplinkan diri

17 18,19 20 21 22,23 24 25 26 27,28 29,30


(29)

49

Pikiran

1. Mudah lupa

2. Tidak bisa menentukan prioritas hidup 3. Merasa kebingungan atau sulit berkonsentrasi 4. Berpikir menghadapi jalan buntu

5. Prestasi menurun 6. Kehilangan harapan 7. Berpikir negatif 8. Merasa tidak berguna

9. Jenuh (merasa tidak menikmati hidup)

31,32 33,34 35,36 37,38 39,40 41,42 43,44 45,46 47,48

Emosi

1.Gelisah 2.Mudah marah 3.Takut

4.Merasa diabaikan 5.Mudah tersinggung 6.Tidak merasakan kepuasan 7.Merasa tidak bahagia 8.Cemas

9.Mudah panik

49,50 51,52 53,54 55 56 57,58 59,60 61,62 63,64


(30)

50 Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Pengelolaan Stres Akademik Variabel Definisi

Operasional

Aspek Definisi Operasional

Sub Aspek Definisi Operasional Indikator No Item Kemampuan mengelola stres akademik kemampuan siswa untuk mengatasi stres yang dialami pada saat menghadapi tuntutan akademik Problem Focused Coping Kemampuan siswa untuk menganalisis masalah dan memberikan respon untuk mengubah keadaan yang stressful Planful Problem Solving Kemampuan siswa untuk mendefinisikan masalah, mencari alternatif solusi, mencari nilai positif dan negatif dari solusi yang dipilih

1. Menganalisis sumber stres dan berhati-hati dalam menilai situasi

2. Mengubah keadaan stres dengan menyusun langkah –langkah baru sebagai upaya dalam penyelesaian masalah 1,2 3,4, 5,6, 7,8, 9,10 Confrontative Coping Menampilkan reaksi agresi sebagai respon diri untuk mengubah keadaan stressful yang dialaminya

1. Menunjukkan perilaku agresif terhadap orang lain yang dianggap sebagai penyebab situasi stres 2. Berani mengambil resiko

apapun agar dapat mengatasi situasi stres

11,12 13,14 15,16 17,18 Emotion Focused Coping Kemampuan siswa untuk dapat mengelola emosi, mengurangi emosi negatif yang berkaitan dengan stressor dan berorientasi pada tindakan positif

Distancing Kemampuan siswa dalam membuat suatu pola pemikiran yang positif terhadap situasi stressful

1. Menganggap situasi stres sebagai tantangan 2. Melihat sisi positif dari

permasalahan yang dialami

3. Melihat kegagalan sebagai tahapan menggapai kesuksesan 19,20, 21 22,23, 24,25 26,


(31)

51 Escape-Avoidance Kemampuan siswa untuk menghindari situasi stressful

1. Melakukan aktivitas lain yang menyenangkan untuk menyegarkan pikiran (makan, bermain, tidur, menonton, liburan) 2. Mengharapkan masalah

selesai tanpa melakukan sesuatu 27,28, 29,30, 31,32, 33 34,35, 36,37

Self Control Kemampuan siswa mengatur emosi dan tindakan dalam menghadapi situasi yang stressful

1. Berusaha tenang dalam menghadapi situasi stres 2. Menampilkan atau

mengingat sosok orang yang memberikan hal positif pada diri 3. Mengekspresikan

perasaan tertekan dengan melakukan hal-hal positif (menulis, bernyanyi) 38,39 40,41 42 43,44 Accepting Responsibility Kemampuan siswa untuk menerima tanggungjawab atas permasalahan yang dihadapi

1. Berpikir bahwa tuntutan akademik adalah tanggungjawab pribadi 2. Menyadari kesalahan dan

tidak mengulanginya 45,46, 47 48,49 50 Positivie Reappraisal Kemampuan siswa untuk mengambil sisi positif dari berbagai tekanan yang dihadapinya

1.Mengurangi kebiasaan menilai situasi stres secara negatif dan menggantinya dengan kebiasaan menilai situasi dengan lebih positif

51,52, 53,54, 55


(32)

52

Seeking For Social Support

Kemampuan siswa untuk mencari dukungan dari orang lain

1. Meminta orang lain untuk memahami hambatan yang dialami

2. Mencari orang lain yang memberikan ketenangan dalam menyelesaikan masalah

3. Mencari dukungan dari orang lain berupa saran atau informasi untuk menyelesaikan permasalahan

56,57

58,59, 60


(33)

2. Pedoman skoring

Keseluruhan instrumen gejala stres akademik menggunakan pernyataan positif dengan alternatif jawaban siswa diberi skor 3, 2, dan 1. Jika siswa menjawab “sering” maka diberi skor 3, jika siswa menjawab “kadang-kadang” diberi skor 2, dan jika siswa menjawab “tidak pernah” diberi skor 1. Semakin tinggi jawaban siswa maka semakin tinggi pula intensitas gejala stres akademik yang dialami siswa, dan semakin rendah jawaban siswa maka semakin rendah pula intensitas gejala stres akademik yang dialami siswa. Ketentuan pemberian skor instrumen gejala stres akademik terdapat pada tabel 3.3.

Selanjutnya, pada instrumen kemampuan pengelolaan stres akademik secara keseluruhan menggunakan pernyataan positif. Butir pernyataan pada alternatif jawaban diberi skor 3, 2, dan 1. Jika siswa menjawab “sering dilakukan” maka diberi skor 3, jika siswa menjawab “kadang-kadang dilakukan” diberi skor 2, dan jika siswa menjawab “tidak pernah dilakukan” diberi skor 1. Semakin tinggi jawaban siswa maka siswa memiliki kemampuan mengelola stres yang memadai, semakin rendah jawaban siswa maka siswa memiliki kemampuan mengelola stres yang belum memadai. Ketentuan pemberian skor instrumen pengelolaan stres terdapat pada tabel 3.4.

Tabel 3.3

Kriteria Pemberian Skor Instrumen Gejala Stres Akademik Alternatif Jawaban Skor

Sering 3

Kadang-kadang 2

Tidak pernah 1

Tabel 3.4

Kriteria Pemberian Skor Instrumen Pengelolaan Stres Alternatif Jawaban Skor

Sering 3

Kadang-kadang 2


(34)

3. Uji Validitas

a. Uji Validitas Rasional

Instrumen mengenai pengelolaan stres akademik yang telah disusun harus melewati uji validitas rasional, yaitu uji validitas instrumen melalui penimbangan (judgement) dalam pengembangan alat pengumpulan data dengan tujuan mengetahui tingkat kelayakan instrumen berdasarkan aspek teoritis, sudut pandang pengukuran, serta ketepatan bahasa yang digunakan. Penimbangan instrumen dilakukan oleh tiga dosen ahli dengan memberikan penilaian pada setiap item dengan kualifikasi Layak (1), Cukup Layak (2), dan Tidak Layak (3). Item yang diberi nilai 1 menyatakan bahwa item tersebut layak untuk digunakan, item yang diberi nilai 2 menyatakan bahwa item tersebut perlu direvisi sebelum digunakan, dan item yang diberi nilai 3 menyatakan bahwa item tersebut tidak layak untuk digunakan atau harus dibuang dan diganti dengan item yang baru.

Hasil dari penimbangan dosen ahli menyatakan bahwa instrumen pengelolaan stres akademik siswa sudah cukup layak untuk digunakan sebagai alat pengambilan data dari segi isi, konstruk dan bahasa, namun diperlukan revisi pada beberapa item pernyataan berupa penyederhadaan kata yang dipakai dalam item dan mempersingkat kalimat bagi item pernyataan yang dirasa terlalu panjang dan tidak sesuai bagi siswa usia SMP.

b. Uji Keterbacaan

Uji keterbacaan dilakukan pada lima orang siswa kelas VII yang tidak dijadikan sampel penelitian. Uji keterbacaan dilakukan untuk mengetahui sejauh mana instrumen yang dibuat dapat dipahami dan dimengerti oleh siswa, baik dalam bentuk bahasa juga maksud dari pernyataan. Dari uji keterbacaan ini menunjukkan hasil ke-lima siswa menyatakan tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan dan memahami maksud pernyataan yang terdapat dalam instrumen, hanya saja beberapa item pernyataan dirasa terlalu panjang sehingga harus dibaca dua kali. Mencermati hal tersebut, maka diperlukan revisi pada


(35)

beberapa item pernyataan instrumen. Item instrumen yang direvisi diantaranya nomor 10, 20, 30, dan 41.

c. Uji Validitas Empirik

Selain melakukan uji validitas rasional, instrumen pengelolaan stres akademik yang disusun oleh peneliti juga harus melewati uji validitas empirik dengan tujuan untuk mengetahui ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pada responden yang memiliki kesamaan karakteristik dengan calon sampel penelitian. Uji validitas instrumen menunjukkan bahwa hasil dari pengukuran dapat menggambarkan segi atau aspek yang ingin diukur (Syaodih, 2013). Pengujian validitas empirik dilakukan pada seluruh butir item instrumen penelitian yang mengungkap kemampuan mengelola stres akademik siswa.

Uji validitas butir item dilakukan dengan menghitung korelasi skor setiap item menggunakan rumus spearman correlation dengan alat bantu SPSS 16.0. Rumus Spearman Correlation digunakan untuk mengukur keeratan hubungan tiap jawaban responden yang memiliki skala ordinal.

Berdasarkan hasil uji validitas empirik instrumen kemampuan mengelola stres akademik menunjukkan dari 62 item penyataan yang disusun terdapat 56 item pernyataan yang dinyatakan valid dengan tingkat kepercayaan 95%.

4. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas suatu data atau temuan (Stainback, 1988, dalam Sugiyono, 2011). Uji reliabilitas pada instrumen penelitian bertujuan untuk melihat tingkat kepercayaan dan keterandalan instrumen sehingga mampu menghasilkan skor-skor secara konsisten.

Uji reliabilitas instrumen kemampuan mengelola stres akademik siswa menggunakan metode Cronbach’s Alfpha dibantu dengan SPSS 16.0. Dari uji reliabilitas didapatkan tingkat reliabilitas instrumen sebesar 0.877. Berdasarkan kategori koefisien Guilford, tingkat derajat kepercayaan dan keterandalan instrumen termasuk pada kategori sangat tinggi, dengan demikian instrumen


(36)

kemampuan mengelola stres akademik siswa dapat menghasilkan skor secara konsisten dan juga dapat digunakan oleh peneliti.

G.Langkah-Langkah Penelitian

Langkah-langkah penelilian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perizinan Penelitian

Perizinan penelitian diperlukan sebagai legitimasi dari pelaksanaan penelitian. Proses perizinan penelitian diperoleh dari Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, BAAK UPI, dan SMP Negeri 9 Bandung.

2. Melakukan Baseline

Kegiatan baseline dilakukan dengan menyebarkan angket gejala stres akademik siswa dan kemampuan mengelola stres akademik siswa pada siswa kelas VII SMP Negeri 9 Bandung yang teridentifikasi memiliki intensitas stres akademik tinggi namun memiliki kemampuan mengelola stres yang belum memadai. Kegiatan baseline dilakukan dengan tujuan mendapatkan stabilitas gambaran mengenai kemampuan mengelola stres akademik yang dialami siswa.

3. Memberikan Treatement (intervention)

Pemberian intervention menggunakan teknik konseling singkat berfokus solusi dilakukan terhadap siswa yang memiliki intensitas stres akademik tinggi dan memiliki kemampuan menglola stres yang kurang memadai atau berada dalam kategori rendah berdasarkan hasil baseline1. Rancangan intervensi menggunakan konseling singkat berfokus solusi adalah sebagai berikut:


(37)

RANCANGAN KEGIATAN INTERVENSI KONSELING SINGKAT BERFOKUS SOLUSI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

MENGELOLA STRES AKADEMIK a. Pendahuluan

Siswa SMP yang berusia 12-15 tahun mulai memasuki masa remaja awal dimana menurut Hall berada dalam situasi storm and stress (Santrock, 2007: 18). Banyaknya perubahan yang terjadi pada fase kehidupan remaja seperti perubahan fisik (biologis), koginitif, sosial, yang berdampak pada kondisi psikologisnya membuat remaja sulit untuk melewati fase perkembangan ini tanpa terhindar dari stres karena adanya tekanan dari lingkungan dan diri sendiri.

Bagi siswa, lingkungan sekolah sangat melekat pada dirinya. Ketidakmampuan dalam mengatasi tuntutan-tuntutan baru sebagai siswa SMP dapat memberikan tekanan yang berujung pada stres. Hal ini dikarenakan pada saat memasuki lingkungan SMP siswa mulai berinteraksi dengan teman sebaya dan guru yang lebih banyak serta adanya ekspektasi akademik yang lebih tinggi dari sebelumnya (Fenzel, 1989; Hamburg, 1974; Hendren, 1990; Simmons & Blyth, 1987, dalam Nurmalasari, 2012).

Stres akademik yang dialami siswa dipahami sebagai konsekuensi dari penilaian siswa akan situasi yang stressful serta tuntutan peran dan persepsi mereka mengenai kemampuan untuk mengatasi tuntutan akademik (Wan, Chapman, & Biggs, 1992). Konsekuensi dari penilaian siswa mengenai situasi akademik ini sesuai dengan konsep utama dari teori stres yang dikemukakan oleh Lazarus yaitu appraisal dan coping, dimana appraisal (penilaian) merupakan evaluasi yang dilakukan individu secara signifikan terhadap kejadian yang mempengaruhi kesejahteraan dirinya serta coping yang merupakan dorongan dalam pemikiran dan tindakan individu untuk mengelola tuntutan secara spesifik (Lazarus, 1993).

Berdasarkan pengumpulan data awal terhadap siswa kelas VII SMP Negeri 9 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 diperoleh gambaran umum mengenai intensitas stres akademik sebanyak 18,12% siswa mengalami stres


(38)

akademik yang berada pada kategori tinggi, 66,01% siswa mengalami stres akademik pada kategori sedang, dan 15,85% mengalami stres akademik pada kategori rendah. Sedangkan untuk kemampuan mengelola stres akademik diperoleh sebanyak 14,88% siswa memiliki kemampuan mengelola stres akademik yang belum memadai atau berada pada kategori rendah, 72,16% siswa memiliki kemampuan mengelola stres akademik yang memadai, dan 12,94% siswa memiliki kemampuan mengelola stres akademik yang sudah memadai atau berada dalam kategori tinggi.

Siswa yang mengalami stres akademik tinggi namun memiliki kemampuan mengelola stres akademik yang memadai maka akan memberikan dampak positif seperti meningkatnya motivasi belajar dan peningkatan kinerja belajar, hal ini dikarenakan siswa dapat menantang stimulus dari lingkungannya dan membuat kondisi dirinya seimbang antara besarnya tuntutan dan kemampuan yang dimiliki. Dengan pengelolaan stres yang memadai maka dapat meningkatkan pengembangan diri dan juga meningkatkan motivasi bagi siswa untuk berkompeten secara aktif (Nandamuri & Gowthami, 2013). Sebaliknya, siswa yang mengalami stres akademik tinggi namun memiliki kemampuan mengelola stres yang tidak memadai maka akan menimbulkan efek negatif seperti ketidakmampuan untuk mengerjakan tugas secara efektif, memiliki rasa takut akan kegagalan, penurunan performa akademik, rendahnya harga diri dan pengembangan pribadi yang profesional (Kumar & Jejurkar, 2005; Yusof, 2012).

Dari data yang sudah dipaparkan sebelumnya, terdapat empat orang siswa yang mengalami stres akademik tinggi namun memiliki kemampuan mengelola stres yang tidak memadai atau berada dalam kategori pengelolaan stres rendah. Gambaran mengenai tingkat stres akademik tinggi yaitu pada aspek fisik sebesar 22,54% yang ditandai dengan siswa merasa tangan mudah lembab dan dingin, tidak mampu istirahat dengan maksimal, berkeringat dingin, detak jantung meningkat, memegang benda dengan sangat erat, dan kelelahan fisik. Pada aspek perilaku sebesar 19,82% yang ditandai dengan siswa merasa sulit tidur atau insomnia, gugup, menyalahkan orang lain atas


(39)

apa yang dirasakannya, tidak mampu menolong diri sendiri, mengambil jalan pintas, dan sulit mendisiplinkan diri. Pada aspek pikiran sebesar 28,86% yang ditandai dengan siswa sulit berkonsentrasi, kehilangan harapan, dan sering berpikir negatif. Pada aspek emosi sebesar 28,76% yang ditandai dengan siswa merasa mudah tersinggung, cemas, mudah panik, gelisah, mudah marah, takut, dan tidak merasakan kepuasan.

Tingginya stres yang dialami oleh siswa tidak diimbangi dengan kemampuan mengelola stres yang memadai. Gambaran mengenai kemampuan mengelola stres akademik dari siswa yang teridentifikasi mengalami stres akademik tinggi yaitu siswa belum mampu untuk (1) mendefinisikan masalah, mencari alternatif solusi, dan mencari nilai positif juga negatif dari solusi yang dipilih, (2) menampilkan reaksi sebagai respon diri untuk mengubah keadaan stressful yang dialaminya, (3) membuat suatu pola pemikiran yang positif terhadap situasi yang stressful, (4) menghidari situasi yang stressful, (5) mengatur emosi dan tindakan dalam menghadapi situasi yang stressful, (6) menerima tanggung jawab atas permasalahan yang dihadapi, (7) mengambil sisi positif dari berbagai tekanan yang dihadapinya, (8) mencari dukungan dari orang lain.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru BK serta hasil pengamatan yang dilakukan terhadap siswa kelas VII SMP Negeri 9 Bandung, peneliti menemukan fenomena berkaitan dengan perilaku yang bisa jadi dikarenakan stres akademik yang tidak dikelola dengan baik, seperti menyontek pada saat ulangan, gugup ketika berbicara di depan kelas dan guru, cemas serta tidak percaya diri saat ujian berlangsung. Selain itu peneliti juga menemukan siswa yang sering mengeluh mengenai prestasi juga kegiatan belajar di kelas yang menurut siswa membuat diri semakin tertekan.

Ketidakmampuan siswa dalam mengelola stres akademik yang ditemukan pada siswa kelas VII SMP Negeri 9 Bandung tersebut dijadikan landasan utama diperlukannya suatu layanan responsif untuk meningkatkan kemampuan mengelola stres akademik. Mengacu pada kompetensi perkembangan peserta didik (ASCA) pada tujuan sukses akademik menuju


(40)

sukses hidup, siswa kelas VII seyogianya dapat mengidentifikasi penyebab stres dan mampu mengurutkan cara-cara untuk mengelolanya (Rusmana, 2009:195). Oleh karena itu, maka dirasa penting bagi siswa untuk memiliki kemampuan mengelola stres yang muncul dari berbagai aspek kehidupan, terutama dalam lingkungan atau situasi akademik. Kemampuan dalam mengelola diri dari stres secara otomatis akan mempengaruhi sumberdaya yang di miliki siswa dalam menyelesaikan suatu tuntutan atau permasalahan secara konstruktif (Stoner, 1996: 118, dalam Suratno, 2013).

Rancangan intervensi yang disusun ini menggunakan teknik konseling singkat berfokus solusi yang dilakukan dalam setting individual. Konseling singkat berfokus solusi, menekankan bahwasannya setiap individu itu memiliki kemampuan untuk menghadapi sebuah tuntutan yang dianggap masalah dan dapat membangun sebuah solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Konseling singkat berfokus solusi melatih individu untuk membangun sumberdaya, skills, dan kemampuan dalam mengatasi suatu masalah, serta berorientasi pada tujuan masa depan sehingga dapat menyelesaikan masalah secara mandiri dengan memanfaatkan kemampuan dan sumberdaya yang di milikinya (Langer, 2013).

Teknik konseling singkat berfokus solusi mengajarkan konseli agar sebisa mungkin dapat memanfaatkan semua sumberdaya yang dimilikinya untuk menyelesaikan suatu hambatan dalam hidup terutama dalam bidang akademik. Hal ini sejalan dengan tujuan konseling di sekolah yang dikemukanan oleh Boy & Pine yaitu membantu siswa menjadi lebih matang dan lebih mengaktualisasikan dirinya, membantu siswa maju dengan cara yang positif, membantu dalam sosialisasi siswa dengan memanfaatkan sumber-sumber dan potensi diri sendiri (Depdikbud, 1983: 14, dalam Yusuf, 2009: 47). Oleh karena itu, teknik konseling singkat berfokus solusi dapat dijadikan salah satu teknik yang digunakan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan mengelola stres akademik siswa.


(41)

b. Tujuan Intervensi

Secara umum, tujuan intervensi menggunakan teknik konseling singkat berfokus solusi adalah untuk meningkatkan kemampuan mengelola stres akademik yang dialami siswa secara positif dan konstruktif saat menghadapi berbagai stressor karena dianggap mengancam kesejahteraan dirinya. Secara khusus, tujuan intervensi adalah agar siswa:

1. Memahami kekuatan, kemampuan dan potensi sebagai sumberdaya diri yang dimiliki agar dapat secara positif dan konstruktif dalam menilai situasi yang dianggap sebagai stressor

2. Memanfaatkan kekuatan, sumberdaya dan potensi yang dimiliki diri sebagai creative problem-solver untuk mencapai suatu perubahan dalam menghadapi situasi stressful

3. Berani mencoba hal yang berbeda dalam mengatasi situasi stressful dengan mempercayai diri sebagai individu yang pandai, kompeten, dan memiliki kemampuan untuk menciptakan solusi yang dapat mengubah kehidupan mereka

4. Mempercayai setiap perubahan kecil yang dilakukan akan menuntun diri menuju perubahan besar dalam menghadapi situasi stressful.

c. Asumsi Intervensi

Asumsi dasar dari intervensi konseling singkat berfokus solusi adalah sebagai berikut:

1. Individu pada dasarnya kompeten dan memiliki kemampuan untuk mengatasi tekanan dalam hidup (O’Connell, 2004)

2. Konseling singkat berfokus solusi, terfokus pada bagaimana solusi dari individu untuk mengatasi permasalahannya sekarang dan apa yang akan dilakukan untuk mengatasi masalahnya tersebut (Kegley, 2000)

3. Setiap individu memiliki keinginan untuk berubah, memiliki kapasitas untuk berubah, dan mereka melakukan yang terbaik agar perubahan tersebut dapat terjadi (Corey, 2008)


(42)

4. Individu yang mengikuti konseling memiliki kepabilitas untuk berperilaku secara efektif, meskipun keefektivan tersebut mungkin terhalangi oleh pemikiran yang negatif (Corey, 2008)

5. Individu pada dasaranya kuat dan merupakan creative problem-solver (O’Connell, 2004)

d. Sasaran Intervensi

Intervensi dilakukan terhadap empat orang siswa perempuan yang memiliki kemampuan mengelola stres akademik kurang memadai atau berada dalam kategori rendah pada setiap aspek pengelolaan stres. Pertimbangan memilih keempat siswi tersebut adalah dari 17,04% siswa yang memiliki kemampuan mengelola stres yang kurang memadai keempat siswa tersebut juga teridentifikasi mengalami stres akademik yang tinggi. Adapun keempat subjek intervensi adalah:

1. Konseli IN. IN yang memiliki skor rendah pada aspek: (1) seeking social support yaitu kemampuan siswa untuk mencari dukungan dari orang lain, (2) positive reappraisal yaitu kemampuan siswa untuk mengambil sisi positif dari permasalahan yang dihadapi, dan (3) self control yaitu kemampuan siswa mengatur emosi dan tindakan dalam menghadapi situasi yang stressful.

IN merupakan siswi kelas VII di SMP Negeri 9 Bandung. Berdasarkan data pribadi yang didapat oleh peneliti diketahui IN merupakan anak ke-1 dari 3 bersaudara. IN memiliki dua adik laki-laki. Kondisi ekonomi keluarga IN dapat dikatakan sangat mencukupi untuk memenuhi kebutuhan primer dan sekunder keluarga. Ayah IN merupakan pensiunan POLRI dan ibu IN merupakan ibu rumah tangga. IN dan ayahnya tinggal terpisah. Ayah IN saat ini tinggal di luar kota dan mengunjungi keluarganya sesekali. Berdasarkan pemaparan IN, dirinya tidak begitu akrab dengan Ayahnya dan cenderung lebih dekat pada ibunya. Menurut IN semua anggota keluarganya menuntut IN untuk berprestasi di sekolah minimal memasuki ranking 10 besar, sayangnya tuntutan tersebut belum


(43)

dapat terpenuhi dan IN sempat mendapat teguran dari ibunya. Teguran tersebut menyebabkan IN merasakan tekanan akademik yang cukup besar dari keluarga.

Dalam kegiatan belajar di sekolah IN kurang menyukai hal-hal yang mengharuskan dirinya untuk menghitung dan membaca secara serius terutama teori dari mata pelajaran khusus. IN lebih menyenangi hal-hal yang di dalamnya terdapat kegiatan praktek dan seni, baik seni musik maupun seni rupa yang ditunjukkan dengan kegemarannya dalam menggambar dan bernyanyi. IN memiliki sifat ingin mencoba hal-hal yang baru dan mudah akrab dengan orang lain namun sering terhalang oleh sifat malasnya, selain itu terdapat hambatan lain yang dialami IN yaitu sering merasa tertekan pada saat akan menghadapi situasi-situasi yang sulit dan merasa diri tidak mampu untuk menyelesaikannya.

2. Konseli RS. RS yang memiliki tiga skor rata-rata terendah pada aspek: (1) confrontatvive coping yaitu menunjukkan reaksi agresif sebagai respon diri untuk mengubah keadaan stressful yang dialaminya, (2) seeking for social support yaitu kemampuan siswa untuk mencari dukungan dari orang lain dan (3) positive reappraisal yaitu kemampuan siswa untuk mengambil sisi positif dari permasalahan yang dihadapi.

RS merupakan anak ke-1 dari 2 bersaudara. Kondisi keluarga kurang terlihat kurang harmonis. Ayah dan ibu RS tinggal berpisah tetapi tidak bercerai, RS tinggal bersama ibu, adik dan neneknya. Kondisi ekonomi keluarga RS dapat dikatakan pas-pasan, tinggal terpisah dengan ayah membuat ayah RS jarang menafkahi keluarga sesuai dengan yang seharusnya. Untuk memenuhi kebutuhan keluarga ibu RS membuka usaha warung di rumahnya. Ayah RS yang merupakan TNI-AU memiliki sikap yang keras dan cenderung galak menurut RS. RS sering terkena masalah oleh ayahnya. tidak jarang RS sering dimarahi oleh ayahnya dengan alasan yang kurang jelas. Ayahnya menuntut RS untuk mendapatkan nilai dan prestasi yang baik di sekolah, tetapi saat RS sudah mendapatkan nilai dan prestasi yang baik ayah RS bersikap cuek dan biasa saja tidak seperti


(44)

tuntutan yang diberikannya. RS sudah setahun lebih tidak bertemu dan berhubungan dengan ayahnya bahkan RS sudah enggan untuk berkomunikasi dengan ayahnya, RS merasa bahwa kehadiran ayahnya hanya menambah tekanan pada dirinya dengan berbagai tuntutan yang diberikan. Selain itu, kondisi RS dirumah dengan 1 adik laki-laki sering mengganggu RS dalam belajar seperti mencorat-coret buku pelajaran RS dan membuat RS kesal. RS memiliki sifat pendiam dan tidak begitu akrab dengan orang lain di luar lingkungan dekatnya. RS cenderung menyendiri dan memendam apa yang dirasakannya sendiri. menurut RS dirinya tidak mau membebani orang lain dengan permasalahan yang dirasakannya. Dalam kegiatan belajar di sekolah RS merupakan anak yang cukup pintar, pada semester 1 RS mendapatkan peringkat 15 di kelasnya, namun pada semester 2 ini RS merasa prestasinya menurun. RS lebih sering mencontek jika ada tugas dan tidak mau mengerjakannya sendiri. Menurutnya tugas yang diberikan pada semester 2 ini lebih sulit dan RS takut salah untuk mengerjakannya. RS lebih menyukai mata pelajaran yang dihafal, berbeda dengan mata pelajaran diperlukan banyak rumus didalamnya, menurutnya ruus-rumus tersebut membuat RS pusing dan tidak mengerti. Menurut RS, RS tidak cocok dengan rumus-rumus yang ada sehingga RS merasa bahwa dirinya tidak mampu mengerjakan soal dengan mata pelajaran yang memiliki rumus-rumus pasti seperti matematika dan IPA.

3. Konseli SNL. SNL yang memiliki aspek rendah pada aspek: (1) positive reappraisal yaitu kemampuan siswa untuk mengambil sisi positif, (2) confrontatvive coping yaitu menunjukkan reaksi agresif sebagai respon diri untuk mengubah keadaan stressful yang dialaminya, dan (3) accepting responsibility, yaitu kemampuan siswa untuk menerima tanggungjawab atas permasalahan yang dihadapi.

SNL merupakan anak ke-2 dari 3 bersaudara. SNL tinggal bersama keluarga inti yang lengkap. Keluarga SNL merupakan keluarga yang berkecukupan. Sama seperti konseli IN dan RS, SNL pun mendapatkan tekanan akademik dari keluarga terutama dari kakaknya. Menurutnya


(1)

Fima Febrianti, 2014

Efektivitas Konseling Singkat Berfokus Solusi untuk Meningkatkan Kemampuan Mengelola Stres Akademik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gingerich & Eisengart. (2000). Solution-Focused Brief Therapy: A Review of the Out come Research. Family Process, Vol. 39(4), pp. 477-481. Retrieved from

http://www.researchgate.net/publication/227537083_SolutionFocused_Bri ef_Therapy_A_Review_of_the_Outcome_Research%2A

Herreo, Ramírez, & González. (2008). Personality, Cognitive Appraisal and Adjustmen in Chronic Pain Patients. The Spanish Journal of Psychology, 11(2), pp. 531-342.

Horner, R. H. et al. (2005). The Use of Single-Subject Research to Identify Evidence-Based Practice in Special Education. Council for Exceptional Children, 71, (2), 165-179.

Hurlock, E.B. (1980). Development Psychologi: A Life Span Approach. Alih Bahasa. Istiwidayanti dan Soedjarwo. Psikologi Perkembangan: Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Hussain, Kumar & Husain. (2008). Stress and Adjustment Among High School Students. Journal of the Indian Academy of Applied Psychology, 34, pp 70-73.

Irvine, A. R. (1997). Between Two Worlds. London: Mowbray.

Jacobs, E., Masson, R. & Harvil, R. (2009). Group Counseling Strategies and Skills sixth edition. USA

Jennifer, Smith & Flaschbart. (2007). Relations Between Personality and Coping: A Meta-Analysis. Journal of Personality and Social Psychology Vol. 93(66), pp. 1080-1107.

Kate, Kulkarni, Shetty, Deshmukh & Moghe. (2010). Acknowladging Stress in Undergraduate Medical Education and Methods if Overcoming It. Current Research Journal of Social Science, 2(5), pp. 282-287.

Kegley, B.J. (2000). Perceptions of Elementary School Counselors Regarding the Utility of Solution-Focused Brief Counseling In the School Setting. (Dissertasion) Virginia: Faculty of the Virginia Polytechnic Institute and State University.

Kim. (2014). Examining the Effectiveness of Solution-Focused Brief Therapy: A Meta-Analysis Using Random affects Modeling. Austin, Texas: University of Texas.

Kirschner, J. (2011). The Stress Coping Skills of Undergraduate Sollegiates Aviators. College of Technology Masters Theses. Paper 51


(2)

Fima Febrianti, 2014

Efektivitas Konseling Singkat Berfokus Solusi untuk Meningkatkan Kemampuan Mengelola Stres Akademik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kremer et al. (2014). Effectiveness of a Web-Based Solution-focused Brief Chat Treatment for Depressed Adolescents and Young Adults: Randomized Cpntrolled Trial. Journal Of Medical Internet Research, Vol. 16.

Krohne, H. (2002). Stress and Coping Theories. Universität Mainz Germany: Johannes Gutenberg.

Kusz, M. (2009). Stress In Elementary School. (Theses). Northern Michigan University.

Langer, S. (2013). Solution Focused Brief Therapy: What Is It & What’s The

Evidence?. Olimpia: Northwest Brief Therapy Training Center.

Lazarus & Folkman. (1984). Stress, Appraisal, And Coping. New York: Springer Publishing Company.

Lazarus, R. (1993). From Psychological Stress to The Emotion: A History of Changing Outlooks. California: University of California, Department of Psychology.

Lebraty, Lièvre, Récopé & Rix-Lièvre. (2013). Stress and Decision: The Role of Experience. US: 10th International Conference on Naturalistic Decision Making: Florida, (1-10), pp. 266-270.

McNeely & Blanchard. (2013). Teen Stress. Center for Adolescence Health. Moosa, E & Munaf, S. (2012). Emotion and Problem Focused Coping Strategies:

A Comparative Study of Psychiatric Patients and Normal Adulits. Institute of Clinical Psychology, University of Karachi, Karachi, Pakistan, 53(21), pp. 96-100.

Nandamuri & Gowthami. (2013). Sources Of Academic Stress – Study On Management Students. ITM Business School; Hunter Road, Warangal: India.

Nasution, I. (2007). Stres Pada Remaja. Makalah, USU Repository. Retrieved from http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/3637

Nayak, J. (2008). Factors influencing Stress Anda Coping Strategies Among The Degree College Teachers of Dhaward City, Karanatka. (Thesis). Dhaward: Univertsity of Agricultural Scienses.

Newness, K. (2011). Stress and Coping Style. An Extension to the Transactional Cognitive-Appraisal Model. FIU Electronic Theses and Dessertations,


(3)

Fima Febrianti, 2014

Efektivitas Konseling Singkat Berfokus Solusi untuk Meningkatkan Kemampuan Mengelola Stres Akademik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Newsome, S. (2013). The Effectiveness and Utility of Solution Focused Brief Therapy (SFBT) with at-Risk Junior High School Students: A Quasi-Eksperimental Study. Ohio: Ohio State University, pp. 50-57.

Nourbakhsh & Ottenbacher. (1994). The Statistical Analysis of Single Subject Data: A Comparative Examination. Journal of the American Physical Therapy Association, Vol 74(8), pp. 768-776.

Nurdini, K. (2009). Efektivitas Konseling Kognitif Perilaku untuk Mengelola Stres Akademik Siswa SMK. Skripsi FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Nurmalasari, Y. (2011). Efektivitas Restrukturisasi Kognitif Dalam Menangani Stres Akademik Siswa, Skripsi FIP UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

O’Connell, B. (2004). Solution-Focused Stress Counseling. SAGE Publication

Ltd.

Pakenham, Chiu, Bursnall & Cannon. (2007). Relations between Social Support, Appraisal and Coping and Both Positive and Negative Outcomes in Young Carers. Journal of Health Psychology, 12(1), pp. 89-102.

Pandaya, Deshpande & Karani. (2012). A Study On Impact Of Academic stress On MBA Students of Gujarat Technological University. International Refereed Research Journal, III, 3(3), pp. 20-28.

Parilla, E. (2012). Level of Stress Experienced by NWU Employees: Towards Developing a Stress Management. Asian Journal of Management Research. 2 (2).

Pereira, P. (2013). The Stress of Life: Understanding and Managing Stress. Stress Booklet.

Posella, D. (2014). Coping Styles Used by Introverts and Extroverts in Varying Stress Situastions. St. Bonaventure University. Retrieved from http://web.sbu.edu/psychology/lavin/daniella.htm

Purwati, S. (2012). Tingkat Stres Akademik Pada Mahasiswa Reguler Angkatan 2010 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Skripsi FIK UI Jakarta: Retrivied from lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20299163-S1958. Rahmawati, D. (2012). Pengaruh Self-Efficacy Terhadap Stres Akademik Pada

Siswa Kelas Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di SMP Negeri 1 Medan. Skripsi Fak. Psikologi Sumatera Utara: Retrieved from http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/32182.

Rahmayati. (2013). Stres dan Coping Remaja yang mengalami perceraian pada Orangtua. Depok: Universitas Gunadarma.


(4)

Fima Febrianti, 2014

Efektivitas Konseling Singkat Berfokus Solusi untuk Meningkatkan Kemampuan Mengelola Stres Akademik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ramya & Parthsarathy. (2009). A Study on Coping Patterns of Junior College Students. Indian Journal Psychol Med, Vol 31(1). pp (45-47). Retrieved from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3168080/

Rao, A.S. (2008). Accademic Stress and Addolescent Distress: The Experiences of 12th Standard Students In Chennai, India. (Dissertation) India: University of Arizona

Roberson, J. B. (1985). The Effect Of Stress Inoculation Training In A Classroom Setting On State-Trait Anxiety Level And Self Concept Of Early Adolescents. (Dissertation). Texas : Graduate Faculty Of Texas Tech University.

Rusmana, N. (2009). Bimbingan dan Konseling Kelompok Di Sekolah (Metode, Teknik, dan Aplikasi). Bandung: RIZQI PRESS.

Saadatzaade & Khalili. (2012). Effects Solution – Focused Group Counseling on

Student’s Self – Regulation an Academic Achievement. International

Journal for Cross Disciplinary in Education (IJCDSE), 3 (3), pp. 780-787. Sahin, Guler, & Basim. (2009). The Relationship between Cognitive Intellegence,

Emotional Intellegence, Coping and Stress Symptomps in the contect of Type A Personality Pattern. Turkish Journal of Psyciatry, pp. 1-9.

Sangabakti, S. (2011). Strategi Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Mengelola Stres. Tesis SPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Santrock, J.W. (2003). Adolescence, sixth edition. Alih Bahasa Adelar & Saragih.

Adolescence, edisi keenam. Jakarta: Erlangga.

Santrock, J. W. (2007). Child Development, eleventh edition. Alih Bahasa Rahmawati & Kusniati. Perkembangan Anak, edisi ketujuh jilid dua. Jakarta: Erlangga.

Schraml, Perski, Grossi, Makower. (2012). Chronic Stress and Its Consequences on Subsequent Academic Achievement among Adolescents. Journal of Educational and Developing Psychology.2(1), pp. 69-79.

Shing, C & Wen, C. (2013). Study of Solution Focused Brief Groip Counseling for Low Self-Concept Vocantional High School Students. Taiwan: National Changhua University of Education.

Singh, Sharma & Sharma. (2011). Level of Stress And Coping Strategies Used by Nursing Interns. Nursing and Mideifery Research Journal, 7(4), pp. 152-160


(5)

Fima Febrianti, 2014

Efektivitas Konseling Singkat Berfokus Solusi untuk Meningkatkan Kemampuan Mengelola Stres Akademik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitaif Kulaitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Suratno. (2013). Konsep Kemampuan Sumberdasaya Manusia. Kab. Kepl. Sitaro: Kantor Tata Usaha Kemenag.

Suryani, Y. (2012). Program Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Mengelola stres Sekolah. Tesis FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Swanson. (2007). Adolescence. USA: Allegheny General Hospital, Pittsburgh, PA, 1, pp. 32-41.

Syaodih, N. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.

Tanpa nama. (2005). Helping Teenagers Deal with Stress. American Academy of Child & Adolescencent Psychiatry, 66.

Tyran, J. (2013). Coping. International Encyclopedia of The Social Ciences, 2nd edition, pp. 128-130.

Wan, Chapman & Biggs. (1992). Academic Stress of International Students Attending U.S Universities. Reseaech in Higher Education. Vol.33 (5). Wahyuningsih, W. (2010). Perbedaan Tingkat Stres Akademik dan Strategi

Pengelolaannya Antara Siswa SMP Program Akselerasi Dengan Kelas Reguler. Skripsi FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Wen, C. (2013). A Study of Stress Sources Among College In Taiwan. Journal of Academic and Bussines Ethics, pp 1-8.

Wilks, S. E. (2008). Resilience A Mid Academic Stress: The Moderating Impact Of Social Support Among Social Work Students. International Journal Of Social Work, 9(2), pp.106-125.

Woods, Bond, Humprey & Symes. (2011). Sistematic Review of Solution Focused Brief Therapy (SFBT) With Children and Families. Research Brief.

Xiao, J. (2013). Acadmic stress, Test Anxiety, and Performance in a Chinese High School Sample: The Moderating Effects of Coping Strategies and Perceived Social Support. Counseling and Psychological Service Dissertations. Papaer 88

Yusoff, Muhamad. (2010). Stress, Stressor and Coping Strategies among Secondary School Student In Malaysian Government Secondary School: Initial Finding. ASEAN Journal of Psychiatry. Vol. 11(2).


(6)

Fima Febrianti, 2014

Efektivitas Konseling Singkat Berfokus Solusi untuk Meningkatkan Kemampuan Mengelola Stres Akademik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Yusuf, S. (2006). Mental Hygiene. Bandung: Maestro.

Yusuf, S. (2009). Program Bimbingan & Konseling Di Sekolah. Bandung: Rizqi Press.


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MODIFIED JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 4 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 10 61

EFEKTIVITAS PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MODIFIED JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Berkemampuan Awal Tinggi Kelas VII SMP Negeri 29 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 9 62

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 23 Bandarlampung Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012)

0 7 53

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS MATEMATIS SISWA (Kasus: Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 5 Metro Tahun Pelajaran 2011/2012)

1 9 58

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PENDEKATAN OPEN-ENDED DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN Novita Rochmadeni KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah Tahun Ajaran 2011/2012)

1 9 55

PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013-2014)

0 5 56

PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013-2014)

0 14 49

PENGARUH ACTIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENGELOLAAN LINGKUGAN (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Talangpadang Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 8 56

PENGARUH ACTIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PEMANASAN GLOBAL (Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1 Pagelaran Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 3 53

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 9 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 12 50