PENGEMBANGAN SOAL ESAI BERPIKIR KRITIS DAN PROFIL PENCAPAIANNYA DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG PADA TEMA SISTEM ORGAN.

(1)

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Batasan Masalah ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA BERDASARKAN SOAL ESAI BERPIKIR KRITIS INCH PADA TEMA SISTEM ORGAN A. Berpikir Kritis ... 11

B. Perangkat Penilaian untuk Menilai Berpikir Kritis ... 16

C. Berpikir Kritis dalam Pembelajaran ... 23


(2)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian ... 33

B. Definisi Operasional ... 33

C. Populasi dan Sampel ... 34

D. Teknik Pengambilan Sampel ... 35

E. Instrumen Penelitian ... 36

F. Prosedur Penelitian ... 43

G. Teknik Pengolahan Data ... 45

H. Alur Penelitian ... 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 52

B. Pembahasan ... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 132

B. Saran ... 134

DAFTAR PUSTAKA ... 136

LAMPIRAN ... 140


(3)

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1 Elemen Berpikir Kritis ... 15

2.2 Keunggulan dan Kelemahan Tes Uraian ... 20

3.1 Rancangan Instrumen Penelitian ... 36

3.2 Kisi-kisi Soal Tes Berpikir Kritis ... 39

3.3 Pedoman Pemberian Skor Soal Esai Berpikir Kritis ... 42

3.4 Interpretasi Nilai r (Korelasi) ... 46

3.5 Tafsiran Koefisien Reliabilitas ... 47

3.6 Tafsiran Indeks Daya Pembeda ... ... 48 3.7 Kategori Taraf Kesukaran Soal ... 49

3.8 Kategori Berpikir Kritis ... 50

4.1 Rekapitulasi Penilaian (Judgement) Instrumen Soal Esai per Elemen dan Sub Elemen Berpikir Kritis Inch ... 54

4.2 Rekapitulasi Analisis Keterbacaan Soal Esai Berpikir Kritis pada Guru dan Siswa di SMA cluster 1, cluster 2, dan cluster 3 ... 57

4.3 Rekapitulasi Daya Pembeda Butir Soal Esai Instrumen Berpikir Kritis Inch pada SMA Cluster 1, Cluster 2, dan Cluster 3 ... 62

4.4 Rekapitulasi Taraf Kesukaran Butir Soal Esai Instrumen Berpikir Kritis Inch pada SMA Cluster 1, Cluster 2, dan Cluster 3 ... 65


(4)

4.5 Rekapitulasi Validitas Butir Soal Esai Instrumen Berpikir Kritis Inch pada SMA Cluster 1, Cluster 2, dan Cluster 3 ... 67 4.6 Rekapitulasi Reliabilitas Butir Soal Esai Instrumen Berpikir Kritis Inch

pada SMA Cluster 1, Cluster 2, dan Cluster 3 ... 70 4.7 Rekapitulasi Butir Soal yang Diterima untuk Mengukur Berpikir Kritis

Inch ... 71 4.8 Rekapitulasi Pencapaian per Elemen dan Sub Elemen Berpikir Kritis Inch


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

3.1 Teknik Pengambilan Sampel ... 36 3.2 Alur Penelitian ... 51 4.1 Rata-rata Pencapaian Berpikir Kritis Inch Siswa SMA Negeri di Kota

Bandung ... 76 4.2 Rata-rata Pencapaian Berpikir Kritis Inch Siswa SMA Negeri di Kota

Bandung Pada Setiap Elemen Berpikir Kritis Inch ... 77 4.3 Rata-rata Pencapaian Berpikir Kritis Inch pada Siswa SMA Cluster 1,

Cluster 2, dan Cluster 3 ... 78 4.4 Rata-rata Pencapaian Sub Elemen “Tujuan (Purpose)” Berpikir Kritis Inch

pada Siswa SMA Cluster 1, Cluster 2, dan Cluster 3 ... 79 4.5 Rata-rata Pencapaian Sub Elemen “Pertanyaan terhadap Masalah (Question

at Issue)” Berpikir Kritis Inch pada Siswa SMA Cluster 1, Cluster 2, dan Cluster 3 ... 80 4.6 Rata-rata Pencapaian Sub Elemen “Asumsi (Assumptions)” Berpikir Kritis

Inch pada Siswa SMA Cluster 1, Cluster 2, dan Cluster 3 ... 81 4.7 Rata-rata Pencapaian Sub Elemen “Sudut Pandang (Point of View)” Berpikir

Kritis Inch pada Siswa SMA Cluster 1, Cluster 2, dan Cluster 3 ... 82 96 4.8 Rata-rata Pencapaian Sub Elemen “Informasi (Information)” Berpikir Kritis

Inch pada Siswa SMA Cluster 1, Cluster 2, dan Cluster 3 ... 83 4.9 Rata-rata Pencapaian Sub Elemen “Konsep (Concepts)” Berpikir Kritis Inch


(6)

4.10 Rata-rata Pencapaian Sub Elemen “Interpretasi dan Menarik Kesimpulan (Interpretation and Inference)” Berpikir Kritis Inch pada Siswa SMA

Cluster 1, Cluster 2, dan Cluster 3 ... 85 4.11 Rata-rata Pencapaian Sub Elemen “Implikasi dan Akibat-akibat

(Implicattion and Concequences)” Berpikir Kritis Inch pada Siswa SMA


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

A.INSTRUMEN PENELITIAN

Soal Terpilih untuk Mengukur Berpikir Kritis Inch ... 140

B.ANALISIS VALIDITAS KONSTRUK (CONTRUCT VALIDITY)

1. Rekapitulasi Lembar Penilaian (Judgement) Instrumen Soal Esai

Berpikir Kritis Inch ... 158 2. Rekapitulasi Lembar Penilaian (Judgement) Instrumen Soal Esai per

Elemen dan Sub Elemen Berpikir Kritis Inch ... 188

C.REKAPITULASI ANALISIS KETERBACAAN SOAL ESAI

KRITIS INCH PADA GURU DAN SISWA DI SMA CLUSTER 1, CLUSTER 2, DAN CLUSTER 3

Rekapitulasi Analisis Keterbacaan Soal Esai Kritis Inch Pada Guru dan

Siswa di SMA Cluster 1, Cluster 2, dan Cluster 3 ... 192

D.ANALISIS BUTIR SOAL

1. Analisis Butir Soal Instrumen Berpikir Kritis Inch Pada SMA

Cluster 1 ... 202 2. Analisis Butir Soal Instrumen Berpikir Kritis Inch Pada SMA

Cluster 2 ... 206 3. Analisis Butir Soal Instrumen Berpikir Kritis Inch Pada SMA


(8)

4. Rekapitulasi Kesimpulan Analisis Butir Soal Instrumen Berpikir

Kritis Inch ... 214 5. Rekapitulasi Butir Soal yang Diterima untuk Mengukur Berpikir

Kritis Inch ... 219

E.ANALISIS PENCAPAIAN BERPIKIR KRITIS INCH

1. Analisis Pencapaian Berpikir Kritis Inch Pada SMA Cluster 1 ... ... 220

2. Analisis Pencapaian Berpikir Kritis Inch Pada SMA Cluster 2 ... 230 3. Analisis Pencapaian Berpikir Kritis Inch Pada SMA Cluster 3 ... 236 4. Rekapitulasi Pencapaian Berpikir Kritis Inch Pada SMA Cluster 1 .... 244 5. Rekapitulasi Pencapaian Berpikir Kritis Inch Pada SMA Cluster 2 .... 336 6. Rekapitulasi Pencapaian Berpikir Kritis Inch Pada SMA Cluster 3 .... 248 7. Rekapitulasi Rata-rata Pencapaian Per Elemen dan Sub Elemen

Berpikir Kritis Inch Pada SMA Cluster 1, Cluster 2, dan Cluster 3 .... 250

F. ADMINISTRASI PENELITIAN

1. Surat Izin Melakukan Penelitian ... 253 2. Surat Keterangan Telah melaksanakan Penelitian ...

254

G. DOKUMENTASI PENELITIAN


(9)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan sistem pendidikan nasional merupakan satu kesatuan utuh seluruh komponen pendidikan yang saling terkait dan terpadu, serta bertujuan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang berkualitas, terampil, cerdas, maju, dan modern (Depdiknas, 2009: 2). Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Hal ini menunjukkan bahwa adanya keseimbangan pada kebutuhan lahiriah dan batiniah, seperti yang tercantum pada tujuan pendidikan nasional Indonesia, yaitu mewujudkan pendidikan yang seimbang antara kebutuhan lahiriah dan kebutuhan batiniah. Pendidikan diarahkan pada terwujudnya manusia Indonesia yang sadar berada dalam lingkungannya dan mengenal lingkungannya (Rustaman, 2007: 819). Selain itu, dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dinyatakan bahwa pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan untuk menumbuhkan kemampuan berpikir sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup.


(10)

Pada zaman globalisasi ini, setiap siswa harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan zamannya. Siswa perlu dibekali dengan berbagai keterampilan dan pengetahuan, agar mereka dapat bertahan dan bersaing di era globalisasi ini. Kemampuan berpikir kritis ini perlu dikembangkan, karena tuntutan zaman yang menghendaki setiap orang untuk mencari, memilih dan menggunakan informasi dalam kehidupan bermasyarakat, setiap orang senantiasa berhadapan dengan berbagai permasalahan dan pilihan sehingga dituntut mampu berpikir kritis dan kreatif, perbedaan pandangan dalam memandang sesuatu untuk memecahkan masalah, dan berpikir kritis merupakan aspek yang diperlukan dalam memecahkan masalah secara kreatif sehingga setiap warga negara dapat bersaing dan bekerja sama dengan bangsa lain. Pada beberapa Standar Kompetensi Lulusan di sekolah menengah disebutkan bahwa setiap siswa diharapkan dapat: (1) membangun dan menerapkan informasi atau pengetahuan secara logis, kritis, kreatif, dan inovatif; (2) menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif dalam pengambilan keputusan; (3) menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah kompleks (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, 2006: 3). Selain itu, siswa tidak hanya dapat berpikir saja, tetapi juga siswa harus dapat berargumentasi mengenai apa yang dipikirkannya itu. Siswa harus dapat mengomunikasikan hasil pemikirannya. Hal ini sesuai dengan berpikir kritis yang diungkapkan oleh Inch et al. (2006: 6) bahwa siswa harus dapat mengumpulkan semua informasi yang didapatkannya dan mengomunikasikan hasil pemikirannya.


(11)

Pendidikan sains memiliki potensi besar dan peranan strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi era industrialisasi dan globalisasi. Potensi ini akan dapat terwujud jika pendidikan sains mampu melahirkan siswa yang cakap dalam bidangnya dan berhasil menumbuhkan kemampuan berpikir logis, berpikir kreatif, kemampuan memecahkan masalah, bersifat kritis, menguasai teknologi serta adaptif terhadap perubahan dan perkembangan zaman (Hernani et al., 2009: 2). Perkembangan IPA dan teknologi yang sangat pesat memerlukan cara pembelajaran yang dapat menyiapkan peserta didik untuk melek IPA dan teknologi, mampu berpikir logis, kritis, kreatif serta dapat beragumentasi dengan benar (Depdiknas, 2006: 5). Pendidikan biologi memiliki peluang yang besar dan tepat untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Siswa diharapkan memiliki bekal untuk mengembangkan potensi dirinya. Berpikir biologi (bernalar verbal) dalam berbagai bentuk dapat dikembangkan melalui pembelajaran sains yang sesuai dengan karakteristik materinya (Rustaman, 2007: 805).

Dewasa ini, kegiatan belajar mengajar di Sekolah Menengah Atas (SMA) lebih banyak berpusat pada guru (teacher centered). Selain itu, dalam pembelajaran sains di Indonesia, khususnya Biologi, siswa dituntut lebih banyak mempelajari konsep dan prinsip. Cara pembelajaran seperti ini menyebabkan siswa hanya mengenal banyak peristilahan sains secara hafalan tanpa makna. Di pihak lain, konsep-konsep dan prinsip-prinsip sains perlu dipelajari siswa, hal ini menyebabkan munculnya kejenuhan siswa belajar sains secara hafalan. Dalam pembelajaran biologi, guru hendaknya mengajarkan bagaimana siswa berpikir.


(12)

Guru mengajak siswa untuk mempelajari biologi menurut cara berpikirnya. Selain itu, guru pun hanya mengevaluasi kemampuan siswa dari segi pengetahuan yang berupa hafalan, hal-hal yang merangsang siswa untuk berpikir tingkat tinggi tidak dibiasakan di sekolah. Alat-alat evaluasi berupa soal hanya mengukur aspek mengingat atau hafalan saja. Dalam hal ini diperlukan suatu alat ukur tes yang valid dan reliabel yang dapat mengukur berpikir kritis siswa, sehingga siswa dapat memutuskan sesuatu dengan benar dan dapat memecahkan masalah.

Minimnya perangkat soal yang mengukur pencapaian hasil belajar biologi dalam hal berpikir tampaknya menjadi salah satu penyebab kurang diberdayakannya pengembangan proses berpikir dalam pendidikan sains. Kekurangmampuan menyiapkan soal-soal yang mengukur aspek-aspek sains yang penting untuk diukur mempengaruhi kualitas soal-soal buatan guru (Rustaman, 2007: 820). Sudah waktunya proses berpikir dan potensi siswa berpikir diases dengan cara lain. Dalam setiap kegiatan sains sering terkembangkan hasil belajar yang mencakup lebih dari satu domain. Hasil belajar sains biologi bukan hanya pengetahuan dan keterampilan, melainkan juga sikap ilmiah dan bernalar yang dikembangkan sesuai karakteristik materinya. Pengukuran hasil belajar sains biologi yang berupa penalaran siswa dapat menggunakan tes atau soal esai.

Bentuk dari tes atau soal esai memiliki potensi yang sangat besar yang belum dimanfaatkan dalam proses pembelajaran. Perubahan kehidupan dalam bidang sosial, ekonomi dan pesatnya perkembangan dunia teknologi menuntut sekolah untuk membantu peningkatan sumber daya manusia yang dapat beradaptasi dengan perubahan tersebut. Proses penilaian dengan menggunakan


(13)

respon terbatas memiliki kekurangan yaitu tidak tergalinya segala kemampuan siswa dan masalah yang dihadapi siswa dalam pembelajaran. Oleh sebab itu, dibutuhkan suatu cara penilaian yang dapat menutupi semua kebutuhan tersebut yaitu dengan digunakannya tes atau soal esai. Penilaian berbentuk esai menurut Stiggins (1994: 134) memiliki tiga keunggulan utama yaitu: (1) penilaian berbentuk esai memungkinkan guru untuk menyelidiki tingkat pencapaian target kemampuan siswa pada berpikir tingkat tinggi; (2) penilaian berbentuk esai dapat diintegrasikan ke dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan berbagai cara yang produktif; (3) penilaian esai juga dapat memperlihatkan proses berpikir, ketelitian dan sistematika penyusunan yang dapat dilihat melalui langkah-langkah penyelesaian soal, serta dapat diketahui kesulitan yang dialami siswa sehingga memungkinkan dilakukannya perbaikan.

Materi Sistem Organ dipilih sebagai tema penelitian. Sistem Organ yang diambil adalah Sistem Peredaran Darah, Sistem Pencernaan, dan Sistem Pernapasan. Ketiga sistem organ ini memiliki keterkaitan satu sama lain. Pembelajaran biologi di sekolah pada saat ini memisahkan satu sistem dengan sistem lainnya, sehingga pemahaman siswa terhadap materi sistem organ menjadi terpisah-pisah. Sebagai contoh, siswa belum memahami bahwa proses pernapasan akan berkaitan langsung dengan proses pencernaan dan peredaran darah, yaitu ketika pengambilan oksigen dari lingkungan, oksigen tersebut digunakan untuk proses metabolisme di dalam sel dan menghasilkan energi. Zat-zat makanan (glukosa, asam amino, asam lemak) yang terdapat di dalam sel tubuh merupakan hasil transportasi dari sistem peredaran darah. Siswa hanya memahami bagian-bagian dari proses pernapasan, proses pencernaan, dan proses pencernaan. Siswa


(14)

tidak melihat dari semua bagian itu adalah suatu yang saling berhubungan dan satu kesatuan.

Menurut Chapra (Bun, 2009: 1), awal abad ke 20 menjadi tahun kemunculan biologi organismik. Suatu perubahan dalam biologi dari mekanistik ke sistemik. Kata sistem yang dimaksud adalah suatu keseluruhan yang bersatu, berupa hubungan bagian-bagian berdasarkan sifat-sifat dasarnya dan pemikiran sistem berarti sebuah pemahaman konteks atas keseluruhan (yang lebih besar). Sistem selalu bersifat keseluruhan yang menyangkut bagian-bagiannya. Pernyataan ini menunjukkan bahwa sistem merupakan suatu hal yang padu yang tidak dapat dipisahkan. Tiga sistem organ yang pada penelitian ini memiliki keterkaitan satu sama lain, namun pada kenyataan di lapangan, pembelajaran mengenai Sistem Organ sering dipisahkan. Bahkan, apabila dilihat dari kurikulum Sistem Peredaran Darah dipelajari di kelas XI semester 1, sedangkan Sistem Pencernaan dan Sistem Pernapasan dipelajari di kelas XI semester 2. Hal ini menyebabkan pengetahuan siswa tidak terintegrasi, dengan adanya masalah-masalah yang dimunculkan secara kontekstual mengenai ketiga sistem organ tersebut, siswa diharapkan memahami materi sistem organ tersebut secara menyeluruh.

Penelitian mengenai berpikir kritis Inch telah dilakukan oleh Yolida (2010: 143) dengan judul “Pembelajaran Berbasis Praktikum Pada Konsep Metabolisme untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Mahasiswa” hanya mengungkapkan delapan elemen berpikir kritis Inch. Penelitian serupa dilakukan oleh Noviyanti (2010: 14) dengan judul


(15)

“Pembelajaran Berbasis Praktikum Pada Konsep Kingdom Plantae untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa SMA” yang hanya mengungkapkan delapan elemen berpikir kritis Inch. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Sukaesih (2010: 167) mengenai “Pembelajaran Berbasis Praktikum dengan Menerapkan Asesmen Tes Lisan Pada Topik Keanekaragaman Hayati untuk Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Mahasiswa” juga hanya mengungkapkan delapan elemen berpikir kritis Inch. Ketiga penelitian tersebut menggunakan delapan elemen berpikir kritis Inch, namun tidak menggunakan 26 sub elemen berpikir kritis Inch dalam penyusunan instrumen. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai berpikir kritis Inch yang menggunakan delapan elemen dan 26 sub elemen berpikir kritis Inch, sehingga diperoleh suatu kesatuan utuh dalam penggunaan elemen dan sub elemen berpikir kritis Inch.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah pengembangan soal esai berpikir kritis dan profil pencapaiannya di SMA Negeri Kota Bandung pada tema sistem organ?”.

Untuk mempermudah penelitian ini, permasalahan di atas dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimanakah karakteristik soal esai yang dapat menilai berpikir kritis siswa SMA Negeri di Kota Bandung?


(16)

2. Bagaimanakah pengembangan soal esai yang dapat menilai berpikir kritis siswa SMA Negeri di Kota Bandung?

3. Bagaimanakah profil berpikir kritis siswa SMA Negeri di Kota Bandung?

C. Batasan Masalah

Untuk lebih mengarahkan penelitian yang dilakukan, maka peneliti membatasi permasalahan sebagai berikut.

1. Berpikir kritis pada penelitian ini didasarkan pada berpikir kritis yang dikemukakan oleh Inch et al. (2006: 6). Berpikir kritis ini mencakup delapan elemen berpikir kritis, yaitu pertanyaan terhadap masalah (question at issue), tujuan (purpose), informasi (information), konsep (concepts), asumsi (assumptions), sudut pandang (point of view), interpretasi dan menarik kesimpulan (interpretation and inference), dan implikasi dan akibat-akibat (implication and concequences).

2. Soal yang digunakan pada penelitian ini adalah soal esai berdasarkan elemen-elemen berpikir kritis Inch, yaitu soal esai terstruktur.

3. Karakteristik soal yang dapat mengukur pencapaian berpikir kritis siswa yaitu soal esai yang disusun berdasarkan delapan elemen dan 26 sub elemen berpikir kritis Inch et al. (2006: 6), serta memiliki validitas dan reliabilitas dengan interpretasi lebih dari “cukup”.

4. Tema sistem organ yang digunakan pada penelitian ini mencakup Sistem Peredaran Darah, Sistem Pencernaan, dan Sistem Pernapasan.


(17)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengembangkan soal esai berpikir kritis dan menggambarkan profil pencapaiannya di SMA Negeri Kota Bandung pada tema sistem organ. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Menggambarkan karakteristik soal esai yang dapat menilai berpikir kritis siswa SMA Negeri di Kota Bandung.

2. Mengembangkan soal esai yang dapat menilai berpikir kritis siswa SMA Negeri di Kota Bandung.

3. Menggambarkan profil berpikir kritis siswa SMA Negeri di Kota Bandung.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

Mengembangkan khazanah keilmuan di bidang pengembangan instrumen soal esai berpikir kritis yang merujuk pada suatu framework dari Inch et al., meliputi tujuan (purpose), pertanyaan terhadap masalah (question at issue), asumsi (assumptions), sudut pandang (point of view), informasi (informations), konsep (concepts), interpretasi dan menarik kesimpulan (interpretation and inference), serta implikasi dan akibat-akibat (implication and concequences).


(18)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa, hasil penelitian ini memberikan kesempatan kepada siswa SMA untuk berlatih mengerjakan soal-soal berpikir kritis Inch.

b. Bagi guru, hasil penelitian ini memberikan alternatif bentuk evaluasi atau penilaian yang lebih variatif dan dapat mengukur kemampuan berpikir kritis siwa, serta memberikan informasi dan wawasan mengenai soal berpikir kritis Inch.

c. Bagi peneliti, memperoleh pengalaman langsung dalam pengembangan instrumen soal esai berpikir kritis Inch pada siswa SMA.

d. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan untuk melakukan penelitian yang serupa dalam bidang pengembangan instrumen asesemen berupa soal berdasarkan berpikir kritis Inch pada jenjang dan tema yang berbeda.

e. Bagi evaluator atau pengambil kebijakan, hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam meninjau kesenjangan evaluasi hasil belajar yang diterapkan selama ini.

f. Bagi lembaga pendidikan, diperoleh seperangkat soal berpikir kritis yang valid dan reliabel, yang telah teruji sebagai alat ukur untuk melakukan evaluasi dan perbaikan kualitas evaluasi serta untuk memperkaya khazanah soal esai biologi SMA.


(19)

33 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif (Mc Millan dan Schumacher 2001: 283). Mc Millan dan Schumacher (2001: 283) mengungkapkan bahwa “descriptive research is concerned with the current or past status of something and descriptive research does not involve manipulation of independent variables”. Menurut Mc Millan dan Schumacher (2001: 283), metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan pencapaian atau prestasi, sikap, tingkah laku, dan karakteristik dari suatu populasi atau kelompok. Metode deskriptif pada penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan profil pencapaian berpikir kritis siswa SMA Negeri di Kota Bandung pada tema sistem organ.

B. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Berpikir kritis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skor kemampuan berpikir kritis siswa dalam mengkaji suatu situasi, fenomena, pertanyaan, atau masalah untuk mendapatkan sebuah hipotesis atau kesimpulan yang mengintegrasikan semua informasi yang diperoleh untuk menjawab dan menyelesaikan permasalahan. Berpikir kritis dijaring melalui tes tertulis, berupa soal esai. Rubrik penskoran yang digunakan


(20)

untuk menganalisis jawaban siswa diadaptasi dari rubrik penskoran menurut Stiggins yang terdiri atas skor 5, 3, 1, dan 0.

2. Soal yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan soal esai berpikir kritis yang mencakup delapan elemen berpikir kritis Inch dan 26 sub elemen berpikir kritis, yaitu tujuan (purpose), pertanyaan terhadap masalah (question at issue), asumsi (assumptions), sudut pandang (point of view), informasi (information), konsep (concepts), interpretasi dan menarik kesimpulan (interpretation and inference), dan implikasi dan akibat-akibat (implication and concequences).

3. Tema Sistem Organ pada penelitian ini adalah Sistem Peredaran Darah, Sistem Pencernaan, dan Sistem Peredaran Darah.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri di Kota Bandung.

2. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa dari tiga SMA Negeri di Kota Bandung yang masing-masing mewakili cluster 1, cluster 2, dan cluster 3. Sampel diambil dengan menggunakan metode multistage sampling (sampel bertingkat).


(21)

D. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode multistage sampling (sampel bertingkat). Multistage sampling (sampel bertingkat) merupakan pengambilan sampel yang dilakukan lebih dari dua tingkat atau tahap (Supranto, 1991: 256). Multistage sampling (sampel bertingkat) ini dilakukan ketika objek yang diteliti bervariasi dan terdiri atas beberapa level atau karakteristik. Sebagai contoh, SMA Negeri di Kota Bandung memiliki jumlah yang banyak dengan cluster yang berbeda. Setiap cluster terdiri atas beberapa SMA negeri. Setiap SMA Negeri di Kota Bandung terdiri atas beberapa kelas XII IPA. Pembagian cluster di Kota Bandung berdasarkan passing grade SMA/ MA Negeri Bandung tahun ajaran 2011/ 2012 (Penerimaan Peserta Didik Baru, 2011: 1). Setiap cluster dipilih tiga SMA Negeri di Kota Bandung yang menduduki tingkat atas, menengah, dan bawah pada setiap cluster-nya berdasarkan passing grade.

Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan penelitian dari Chiapetta, Fillman dan Sethna (1991a: 718), yaitu pengambilan sampel sebanyak 5% secara random. Tahap pertama pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah pemilihan SMA Negeri di Kota Bandung dengan mengambil sebanyak 5% pada cluster 1, cluster 2, dan cluster 3. Tahap kedua adalah pemilihan kelas yang dianalisis untuk setiap cluster pada SMA Negeri di Kota Bandung, dengan mengambil sebanyak 5% kelas XII IPA dari jumlah kelas pada setiap SMA Negeri di Kota Bandung. Pada akhirnya terpilih 5% sampel kelas XII IPA pada tiap sekolah yang mewakili cluster 1, cluster 2, dan cluster 3. Teknik pengambilan sampel disajikan pada Gambar 3.1.


(22)

Gambar 3.1 Teknik Pengambilan Sampel

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan sebagai alat untuk menjaring data yang diperlukan, meliputi rating scale validitas konstruk (construct validity), anecdotal note (catatan deskripsi) dan soal esai berpikir kritis berdasarkan delapan elemen berpikir kritis yang diadopsi dari Inch et al. (2006: 6). Rancangan instrumen dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Rancangan Instrumen Penelitian

Target Metode

Penilaian

Instrumen Subyek Waktu

Pengembangan soal berpikir kritis Penilaian ahli (experts judgement) Rating scale validitas konstruk (construct validity)

Tim ahli Satu kali pelaksanaan Profil pencapaian berpikir kritis Uji keterbacaan soal Anecdotal note (catatan deskripsi) Guru dan siswa Satu kali pelaksanaan SMA NEGERI DI KOTA BANDUNG

CLUSTER 3

CLUSTER 1 CLUSTER 2

3 SMA (SMA A, B, DAN C)

3 SMA (SMA K, L, DAN M)

3 SMA (SMA P, Q, DAN R)

3 KELAS XII IPA (15-20 SISWA/KELAS)

3 KELAS XII IPA (15-20 SISWA/KELAS)

3 KELAS XII IPA (15-20 SISWA/KELAS)


(23)

Target Metode Penilaian

Instrumen Subyek Waktu

Tes Esai Soal esai berpikir kritis

Siswa SMA XII

IPA

Satu kali pelaksanaan

tes (2x45 menit)

1. Rating Scale Validitas Konstruk (Construct Validity)

Rating scale validitas konstruk (construct validity) adalah salah satu instrumen yang digunakan untuk menilai isi atau kontruksi dari soal esai berpikir kritis Inch. Uji validasi konstruk butir soal esai berpikir kritis Inch dilakukan oleh tiga ahli dalam hal konsep berpikir kritis Inch dan konsep sistem organ. Terdapat lima aspek yang dinilai dalam masing-masing soal, yaitu soal yang digunakan telah sesuai dengan sub elemen berpikir kritis, kriteria jawaban telah sesuai dengan soal yang dibuat, informasi atau artikel yang disajikan bermanfaat bagi siswa dalam menjawab soal, rubrik penilaian dapat mengukur jawaban siswa, dan bahasa yang digunakan telah menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Butir soal yang dilakukan uji validasi adalah sebanyak 78 soal yang mencakup delapan elemen berpikir kritis Inch dan 26 sub elemen berpikir kritis.

2. Anecdotal Note (Catatan Deskripsi)

Anecdotal note (catatan deskripsi) digunakan untuk menganalisis keterbacaan soal, sehingga didapatkan soal yang dapat mengukur berpikir kritis siswa. Uji keterbacaan soal ini dilakukan oleh tiga orang guru dan 30 orang siswa SMA Negeri di Kota Bandung cluster 1, cluster 2, dan cluster 3.


(24)

3. Soal Tes Berpikir Kritis

Soal tes berpikir kritis dibuat dengan mengacu pada delapan elemen berpikir kritis menurut Inch et al. (2006: 6), yaitu bertanya terhadap suatu masalah, bertujuan, menyintesis pemikiran berdasarkan informasi, konsep, asumsi, sudut pandang, interpretasi dan kesimpulan, serta implikasi dan akibat-akibat. Elemen berpikir kritis masing-masing diturunkan ke dalam sub elemen berpikir kritis. Tes kemampuan berpikir kritis dibuat dalam bentuk soal esai. Pada siswa disajikan suatu data berupa artikel gambar, dan tabel yang berkaitan dengan Sistem Peredaran Darah, Sistem Pencernaan, dan Sistem Pernapasan. Langkah-langkah penyusunan soal esai berpikir kritis Inch adalah sebagai berikut.

a. Menyusun Kisi-Kisi Tes

Pembuatan kisi-kisi ini bertujuan untuk menentukan konsep-konsep yang diukur yang sesuai dengan indikator yang telah ditentukan. Selanjutnya menyusun pokok uji yang sesuai dengan konsep dan indikator pembelajaran. Pembuatan kisi-kisi soal yang mencakup tema sistem organ, yaitu Sistem Peredaran Darah, Sistem Pencernaan, dan Sistem Pernapasan.

b. Menyusun Soal, Kunci Jawaban, dan Rubrik Penskoran

Soal disusun berdasarkan elemen dan sub elemen berpikir kritis menurut Inch et al. (2006: 6). Terdapat delapan elemen berpikir kritis yang dikembangkan dan setiap elemen dijabarkan ke dalam sub elemen berpikir kritis. Berikut adalah kisi-kisi soal berdasarkan indikator berpikir kritis Inch et al. (2006).


(25)

Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Tes Berpikir Kritis

No Elemen Berpikir

Kritis Sub Elemen Berpikir Kritis Nomor Soal 1.

Tujuan (purpose) a. Menyatakan tujuan dengan jelas. A-1.a B-1.a C-1.a b. Membedakan tujuan utama dengan

tujuan-tujuan lain.

A-1.b B-1.b C-1.b c. Menyatakan tujuan sesuai target. A-1.c B-1.c C-1.c d. Menyatakan tujuan yang signifikan

dan realistis. A-1.d B-1.d C-1.d 2 Pertanyaan terhadap masalah (question at issue)

a. Menyatakan pertanyaan masalah secara jelas dan tepat.

A-2.a B-2.a C-2.a b. Mengajukan pertanyaan dengan

beberapa cara untuk menjelaskan makna dan ruang lingkup masalah.

A-2.b B-2.b C-2.b c. Menyatakan sub pertanyaan. A-2.c B-2.c C-2.c d. Mengidentifikasi pertanyaan

masalah

1) Pertanyaan hanya memiliki satu jawaban benar.

2) Pertanyaan dapat dijawab dengan berbagai sudut pandang.

A-2.d B-2.d C-2.d 3 Asumsi (assumptions)

a. Mengidentifikasi asumsi dan

menentukan apakah asumsi tersebut benar.

A-3.a B-3.a C-3.a b. Mempertimbangkan bahwa asumsi

yang diajukan dapat membentuk sudut pandang terhadap masalah.

A-3.b B-3.b C-3.b

4

Sudut pandang (point of view)

a. Mengidentifikasi sudut pandang. A-4.a B-4.a C-4.a b. Mengidentifikasi kekuatan dan

kelemahan sudut pandang.

A-4.b B-4.b C-4.b c. Bersikap adil dalam menilai semua

sudut pandang.

A-4.c B-4.c


(26)

No Elemen Berpikir Kritis Sub Elemen Berpikir Kritis Nomor Soal C-4.c 5 Informasi (information)

a. Menyatakan dukungan berdasarkan data.

A-5.a B-5.a C-5.a b. Mencari informasi yang menentang

dan mendukung argumen.

A-5.b B-5.b C-5.b c. Menggunakan informasi yang jelas,

akurat dan relevan dengan pertanyaan masalah.

A-5.c B-5.c C-5.c d. Mengumpulkan informasi yang

cukup.

A-5.d B-5.d C-5.d

6

Konsep (concepts) a. Mengidentifikasi konsep-konsep kunci dan menyatakan dengan jelas.

A-6.a B-6.a C-6.a b. Menyatakan konsep alternatif atau

definisi konsep alternatif.

A-6.b B-6.b C-6.b c. Menggunakan konsep dengan

hati-hati dan teliti.

A-6.c B-6.c C-6.c 7 Interpretasi dan menarik kesimpulan (interpretation and inference)

a. Menyimpulkan berdasarkan bukti-bukti.

A-7.a B-7.a C-7.a b. Memeriksa konsistensi kesimpulan. A-7.b B-7.b C-7.b c. Mengidentifikasi asumsi yang dapat

mengarahkan pada kesimpulan.

A-7.c B-7.c C-7.c 8 Implikasi dan akibat-akibat (implication and concequences)

a. Menemukan implikasi dan konsekuensi yang mengikuti argumen.

A-8.a B-8.a C-8.a b. Menyatakan implikasi positif dan

negatif.

A-8.b B-8.b C-8.b c. Mempertimbangkan semua akibat

yang mungkin terjadi.

A-8.c B-8.c C-8.c (Inch et al., 2006: 6)


(27)

c. Menentukan Validitas Pokok Uji

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006: 168). Sebuah tes disebut valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas yang dilakukan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu validitas logis dan validitas empiris. Validitas logis instrumen penelitian dilakukan oleh tiga orang dosen yang berkompeten di bidang biologi untuk melakukan validasi isi dan konstruksi setiap pokok uji instrumen tes tertulis. Suatu tes mempunyai validitas isi yang baik apabila tes itu mengukur hal-hal yang mewakili keseluruhan isi bahan pelajaran yang akan diukurnya. Validitas isi yang tinggi dicapai bila materi tes representatif (mewakili) semua pengetahuan yang diajarkan. Pengujian validitas isi ini bertujuan untuk melihat ada tidaknya kesesuaian antara materi pelajaran yang diajarkan dengan isi instrumen yang telah dibuat. Setelah dilakukan pengujian terhadap instrumen soal tersebut, dilakukan pengujian validitas empiris. Judgement oleh dosen ahli bertujuan untuk mengetahui validasi isi, kesesuaian antara indikator dengan soal, dan kesesuaian soal dengan kunci jawaban. Penilaian (judgement) instrumen dilakukan tiga orang dosen yang memiliki bidang keilmuan terkait dengan tema penelitian, yaitu berpikir kritis dan konsep ketiga sistem organ (sistem peredaran darah, sistem pencernaan, dan sistem pernapasan).

d. Melakukan Uji Keterbacaan Soal Esai Berpikir Kritis

Pelaksanaan uji keterbacaan soal esai berpikir kritis dilakukan pada tiga orang guru dan 30 siswa SMA Negeri di Kota Bandung cluster 1, cluster 2, dan cluster


(28)

3. Data hasil uji keterbacaan soal esai berpikir kritis menunjukkan hasil yang bervariasi. Pada umumnya soal esai berpikir kritis dapat dipahami oleh guru dan siswa.

e. Melakukan Uji Coba Butir Soal

Pelaksanaan uji coba soal dilakukan terhadap sekelompok siswa SMA kelas XII IPA di Kota Bandung yang mewakili cluster 1, cluster 2, dan cluster 3. Uji coba butir soal digunakan untuk menganalisis keterbacaan soal, kejelasan soal, menentukan kriteria jawaban, menentukan skor tiap soal, dan lama waktu yang digunakan untuk menyelesaikan seluruh soal tersebut.

Selanjutnya memeriksa hasil uji coba soal dengan skor maksimal 5 dan skor minimal 1. Rubrik penskoran untuk soal esai mengacu pada rubrik penskoran menurut Stiggins (1994: 153) yang disajikan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.3 Pedoman Pemberian Skor Soal Esai Berpikir Kritis

Kategori Skor Indikator Penilaian

Skor Tinggi

5 Jawaban yang diberikan jelas, fokus dan akurat. Poin-poin yang berhubungan dengan pertanyaan soal dikemukakan dengan jelas untuk mendukung jawaban yang diberikan. Hubungan antara jawaban dengan soal tergambar dengan jelas.

Skor Sedang

3 Jawaban yang diberikan jelas dan cukup fokus, namun kurang lengkap. Contoh-contoh yang diberikan terbatas. Keterkaitan antara jawaban dengan soal kurang kuat.

Skor Rendah

1 Jawaban yang diberikan kurang sesuai dengan apa yang dimaksudkan dalam soal, berisi informasi yang tidak akurat, atau menunjukkan kurangnya penguasaan terhadap materi. Poin-poin yang diberikan tidak jelas, tidak memberikan contoh yang mendukung.

0 Tidak ada jawaban


(29)

f. Melakukan Analisis Butir Soal Hasil Uji Coba

Dalam membuat keputusan yang tepat diperlukan informasi yang akurat (cermat) dan relevan dengan keputusan yang akan dibuat. Informasi seperti itu hanya akan dapat diperoleh dari pengukuran dengan alat ukur yang mempunyai syarat-syarat tertentu. Dua aspek penting yang tercakup dalam syarat suatu alat ukur yang baik adalah validitas dan reliabilitas. Adapun analisis lain yang dilakukan terhadap soal adalah daya pembeda (D) dan taraf kesukaran (P).

F. Prosedur Penelitian

Secara garis besar penelitian yang dilakukan dibagi menjadi tiga tahap. 1. Tahap persiapan, meliputi.

a. Melakukan analisis standar isi mata pelajaran biologi pada tema Sistem Organ, yaitu pada Bab Sistem Peredaran Darah, Sistem Pencernaan, dan Sistem Pernapasan.

b. Melakukan studi kepustakaan mengenai berpikir kritis menurut Inch et al. Studi kepustakaan yang dilakukan berupa pengkajian terhadap elemen-elemen dan sub elemen berpikir kritis.

c. Membuat instrumen penelitian berupa soal esai.

d. Meminta pertimbangan ahli (experts judgement) untuk instrumen penelitian.

e. Melakukan perbaikan instrumen penelitian. f. Melakukan uji keterbacaan pada guru dan siswa.


(30)

g. Menguji coba butir soal instrumen penelitian dan analisis hasil uji coba soal instrumen penelitian, berupa uji validitas, uji reliabilitas, uji taraf kesukaran, dan daya pembeda soal.

h. Memperbaiki instrumen penelitian.

i. Menentukan sekolah yang akan dijadikan subjek penelitian. j. Mempersiapkan surat izin penelitian.

k. Menghubungi guru Biologi yang bersangkutan untuk menentukan waktu penelitian.

l. Menentukan kelas yang dijadikan subjek penelitian. 2. Tahap Pelaksanaan

a. Pengambilan sampel untuk menentukan jumlah kelas XII IPA pada SMA Negeri di Kota Bandung yang mewakili cluster 1, cluster 2, dan cluster 3 dilakukan dengan metode multistage sampling (sampel bertingkat). Adapun tahap pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan sebagai berikut.

1) Menentukan SMA Negeri di Kota Bandung dengan mengambil SMA Negeri di Kota Bandung sebanyak 5% pada cluster 1, cluster 2, dan cluster 3.

2) Menentukan kelas XII IPA dengan mengambil kelas XII IPA sebanyak 5% untuk setiap SMA Negeri di Kota Bandung yang mewakili tiap cluster. Pada akhirnya terpilih 5% sampel kelas XII IPA pada tiap sekolah yang mewakili cluster 1, cluster 2, dan cluster 3.


(31)

b. Pengambilan data yaitu memberikan soal esai tema sistem organ pada sampel yang telah ditentukan, soal berupa artikel, tabel, dan gambar. 3. Tahap Akhir

a. Pengumpulan data.

b. Pengolahan data dengan menggunakan metode statistika. c. Penganalisisan semua data penelitian.

d. Pembahasan hasil penelitian. e. Penarikan kesimpulan dan saran.

G. Teknik Pengolahan Data

Data hasil penelitian diolah dan dianalisis untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Data yang diperoleh berupa data kuantitatif. Data kuantitatif berupa skor yang diperoleh siswa pada soal esai. Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data.

1. Menghitung validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan taraf kesukaran dengan menggunakan Program ANATES Uraian Versi 4.1.0 (Karno To dan Wibisono, 2004).

a. Validitas empiris

Validitas tes dan validitas item terhadap instrumen soal esai dihitung dengan menggunakan Program ANATES Uraian Versi 4.1.0 (Karno To dan Wibisono, 2004). Rumus korelasi yang dapat digunakan adalah yang dikemukakan oleh Pearson, yang dikenal dengan rumus korelasi product moment sebagai berikut.


(32)

rxy =

(Kaplan dan Saccuzzo, 2005: 111) Keterangan :

Harga rxy =indeks korelasi antara dua variabel yang dikorelasikan. X = skor item no X

Y = skor total

Untuk menafsirkan validitas, digunakan acuan sebagai berikut. Tabel 3.4 Interpretasi Nilai r (Korelasi)

(Jacobs dan Chase, 1992: 35) Nilai validitas menunjukkan hasil yang bervariasi. Data lengkap dapat dilihat pada Lampiran D (Analisis Butir Soal).

b. Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2006: 178). Jika alat ukur mempunyai reliabilitas tinggi maka pengukuran yang dilakukan berulang-ulang dengan alat ukur itu terhadap subjek yang sama dalam kondisi yang sama akan menghasilkan informasi yang sama atau mendekati sama. Reliabilitas seringkali disebut derajat konsistensi (keajegan). Reliabilitas dihitung dengan menggunakan Program ANATES Uraian Versi 4.1.0 (Karno To dan

Besarnya nilai r Tafsiran

0,80 – 1,00 Sangat tinggi

0,60 – 0,79 Tinggi

0,40 – 0,59 Cukup

0,20 – 0,39 Rendah

0,00 – 0,19 Sangat rendah (tak berkorelasi)

( )( )

( )

(

2 2

)

(

2

( )

2

)

N

N N

ΣΧΥ − ΣΧ ΣΥ


(33)

Wibisono, 2004). Rumus Spearman Brown untuk menentukan indeks reliabilitas soal adalah sebagai berikut:

r 11 =

Keterangan : r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan rxy = indeks korelasi antara dua belahan instrumen

Dalam menafsirkan harga reliabilitas digunakan acuan sebagai berikut. Tabel 3.5 Tafsiran Koefisien Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas Tafsiran

0,80 – 1,00 Sangat tinggi 0,60 – 0,79 Tinggi 0,40 – 0,59 Cukup 0,20 – 0,39 Rendah 0,00 – 0,19 Sangat rendah

(Jacobs dan Chase, 1992: 35) Nilai reliabilitas menunjukkan hasil yang bervariasi. Nilai reliabilitas pada setiap cluster didominasi dengan reliabilitas “sangat tinggi”. Data lengkap dapat dilihat pada Lampiran D (Analisis Butir Soal).

c. Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara peserta didik yang menguasai materi dengan peserta didik yang kurang/tidak menguasai materi (Arifin, 2009: 133). Langkah-langkah untuk menguji daya pembeda soal adalah sebagai berikut:

1) Menghitung jumlah skor total tiap peserta didik.

2) Mengurutkan skor total mulai dari skor terbesar sampai dengan skor terkecil.

2 1

xy

xy x

r

r

+


(34)

3) Menetapkan kelompok atas dan kelompok bawah. Jika jumlah peserta didik berjumlah banyak (di atas 30) dapat ditetapkan 27%.

4) Menghitung rata-rata skor untuk masing-masing kelompok (kelompok atas maupun kelompok bawah).

5) Menghitung daya pembeda soal dengan rumus:

(Jacobs dan Chase, 1992: 184) Keterangan :

DP = daya pembeda

XKA = rata-rata kelompok atas XKb = rata-rata kelompok bawah

Daya pembeda dihitung dengan menggunakan Program ANATES Uraian Versi 4.1.0 (Karno To dan Wibisono, 2004). Adapun acuan penafsiran daya pembeda menurut (Kaplan dan Saccuzzo, 2005: 171) adalah sebagai berikut.

Tabel 3.6 Tafsiran Indeks Daya Pembeda

Indeks Daya Pembeda Kategori

0,00-0,19 Kurang

0,20-0,39 Cukup

0,40-0,69 Baik

0,70-1,00 Sangat baik

(Kaplan dan Saccuzzo, 2005: 171) Nilai daya pembeda menunjukkan hasil yang bervariasi. Data lengkap dapat dilihat pada Lampiran D (Analisis Butir Soal).

DP = XKA + XKB Skor Maks


(35)

d. Taraf Kesukaran Soal

Taraf kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasa dinyatakan dengan indeks (Arifin, 2009: 133). Indeks ini biasa dinyatakan dengan proporsi yang besarnya antara 0,00 sampai dengan 1,00. Semakin besar indeks taraf kesukaran berarti soal tersebut semakin mudah. Taraf kesukaran soal dihitung dengan menggunakan Program ANATES Uraian Versi 4.1.0 (Karno To dan Wibisono, 2004). Adapun acuan penafsiran taraf kesukaran menurut Kaplan dan Saccuzzo (2005: 169) adalah sebagai berikut.

Tabel 3.7 Kategori Taraf Kesukaran Soal

Harga P Kategori Soal

1,00 - 0,30 Sukar

0,31 – 0,70 Sedang

0,71 – 1,00 Mudah

(Kaplan dan Saccuzzo, 2005: 169)

Nilai taraf kesukaran soal menunjukkan hasil yang bervariasi, yaitu terdapat tiga kategori soal pada soal esai (sukar, sedang, dan mudah). Data lengkap dapat dilihat pada Lampiran D (Analisis Butir Soal).

2. Menghitung skor kemampuan berpikir kritis berdasarkan rubrik yang telah dibuat.

3. Mengolah data berupa skor atau nilai siswa dalam menjawab soal berpikir kritis, sebagai berikut:

a. Memberikan skor pada tiap lembar jawaban tes siswa sesuai dengan kunci jawaban.


(36)

c. Mengubah nilai ke dalam bentuk persentase dengan cara :

d. Menghitung nilai rata-rata berdasarkan cluster SMA.

e. Mengkategorikan profil berpikir kritis berdasarkan aturan Arikunto (2009: 245).

Tabel 3.8 Kategori Berpikir Kritis

Persentase Kategori

81% - 100% Baik sekali

61% - 80% Baik

41% - 60% Cukup

21%- 40% Kurang

0% - 20% Jelek

Arikunto (2009: 245)

( )

% = ×100%

soal total

benar yang

soal jawaban siswa

Nilai

(

)

( )

N siswa

Jumlah

X siswa

total Skor rata

rata


(37)

H. Alur Penelitian

Gambar 3.2 Alur Penelitian Analisis Standar Isi

Mata Pelajaran Biologi

Studi Kepustakaan Berpikir Kritis Inch

Melakukan Analisis: • Tingkat

Kesukaran • Daya Pembeda • Validitas Butir

Soal

• Reliabilitas Butir Soal

Produk Akhir: Instrumen yang Valid dan Reliabel

untuk Mengukur Berpikir Kritis Studi

Kepustakaan Soal Esai

Pembuatan Instrumen Penelitian (Soal Berpikir Kritis)

Expert Judgement

Revisi I

Uji Lapangan Terbatas Butir Soal Instrumen

Revisi II

Uji Lapangan Utama Butir Soal Instrumen

Melakukan Analisis:

• Tingkat Kesukaran • Daya Pembeda • Validitas Butir

Soal • Reliabilitas Butir Soal Revisi III Pembahasan Kesimpulan Multistage sampling I :

3 SMA Negeri di Kota Bandung yang mewakili

cluster 1, cluster

2, dan cluster 3.

3 kelas XII IPA SMA Negeri di Kota Bandung yang mewakili

cluster 1, cluster

2, dan cluster 3.

Multistage sampling II :

9 SMA Negeri di Kota Bandung yang mewakili

cluster 1, cluster

2, dan cluster 3.

9 kelas XII IPA SMA Negeri di Kota Bandung yang mewakili

cluster 1, cluster

2, dan cluster 3. Uji Keterbacaan Soal


(38)

126 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan dalam penelitian, didapatkan soal yang valid dan reliabel yang dapat mengukur berpikir kritis Inch siswa SMA Negeri di Kota Bandung. Soal yang dapat mengukur berpikir kritis siswa ini telah dilakukan pengujian-pengujian, yaitu uji validitas konstruk (construct validity), uji validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran, serta diujicobakan pada sekelompok siswa SMA cluster 1, cluster 2, dan cluster 3. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Semua butir soal esai berpikir kritis Inch yang dikembangkan memiliki karakteristik umum dan khusus. Karakteristik umum soal esai berpikir kritis, yaitu soal disusun berdasarkan delapan elemen dan 26 sub elemen berpikir kritis Inch dan memiliki validitas serta reliabilitas dengan interpretasi lebih dari “cukup”. Karakteristik khusus soal esai berpikir kritis Inch, yaitu setiap soal mengandung sejumlah informasi yang dapat digunakan oleh siswa untuk menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan. Informasi yang disajikan berupa artikel, gambar, dan tabel.

2. Butir soal esai berpikir kritis Inch yang dikembangkan berjumlah 26 soal yang dapat digunakan untuk mengases kemampuan berpikir kritis siswa SMA Negeri Kota Bandung yang meliputi elemen dan sub elemen berpikir kritis Inch, meliputi tujuan (purpose), pertanyaan terhadap masalah (question at


(39)

issue), asumsi (assumptions), sudut pandang (point of view), informasi (informations), konsep (concepts), interpretasi dan menarik kesimpulan (interpretation and inference), serta implikasi dan akibat-akibat (implication and concequences).

3. Soal esai berpikir kritis Inch memiliki reliabilitas yang tinggi, karena setelah diujikan kepada kelompok yang sama pada waktu dan situasi yang berbeda tetap memberikan hasil yang relatif sama.

Selain itu, didapatkan hasil pencapaian per elemen dan sub elemen berpikir kritis Inch pada SMA cluster 1, cluster 2, dan cluster 3. Penjaringan berpikir kritis Inch yang telah dilakukan pada siswa SMA Negeri di Kota Bandung, diperoleh rata-rata pencapaian berpikir kritis Inch siswa SMA Negeri di Kota Bandung berdasarkan elemen berpikir kritis Inch sebagai berikut: tujuan (purpose) sebesar 59,3%, pertanyaan terhadap masalah (question at issue) sebesar 47,9%, asumsi (assumptions) sebesar 48,8%, sudut pandang (point of view) sebesar 37,2%, informasi (informations) sebesar 32,9%, konsep (concepts) sebesar 46,2%, interpretasi dan menarik kesimpulan (interpretation and inference) sebesar 49,4%, dan implikasi dan akibat-akibat (implication and concequences) sebesar 43,9%. Rata-rata pencapaian berpikir kritis siswa SMA Negeri di Kota Bandung adalah 36,9% dengan interpretasi kurang. Hal ini menggambarkan profil berpikir kritis siswa SMA Negeri di Kota Bandung. Profil pencapaian berpikir kritis siswa SMA Negeri di Kota Bandung ini bertujuan untuk menguji kelayakan dan keterandalan soal esai yang telah dibuat untuk mengukur berpikir kritis Inch. Selain itu, hal ini


(40)

bertujuan juga untuk mengetahui dan menganalisis profil pencapaian berpikir kritis siswa SMA Negeri di Kota Bandung.

Hasil analisis pencapaian per elemen dan sub elemen berpikir kritis Inch menunjukkan bahwa persentase elemen tujuan (purpose) merupakan elemen yang paling tinggi. Hal ini menunjukkan, bahwa siswa SMA Negeri di Kota Bandung dapat menyatakan tujuan dengan jelas, membedakan tujuan utama dengan tujuan-tujuan lain, menyatakan tujuan sesuai target, dan menyatakan tujuan yang signifikan dan realistis, sedangkan elemen informasi (information) merupakan persentase yang paling rendah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa belum dapat dapat menyatakan dukungan berdasarkan data, mencari informasi yang menentang dan mendukung argumen, menggunakan informasi yang jelas, akurat, dan relevan dengan pertanyaan masalah, dan mengumpulkan informasi yang cukup.

B. Saran

Berdasarkan hasil yang diperoleh, terdapat beberapa hal yang menjadi saran dari hasil penelitian ini, antara lain:

1. Bagi peneliti lain

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya. Bagi peneliti lain, diharapkan lebih memahami dan mengembangkan elemen dan sub elemen berpikir kritis Inch yang digunakan untuk menjaring profil berpikir kritis siswa. Selain itu, dapat dilakukan


(41)

penelitian serupa dengan menganalisis profil berpikir kritis siswa pada jenjang atau tingkat yang berbeda dan tema lainnya.

2. Bagi pendidik

Pendidik sebaiknya dapat merancang kegiatan yang dapat mengajak dan mendorong siswa untuk berpikir kritis, sehingga siswa sudah terbiasa untuk berpikir kritis. Selain itu, pendidik perlu mengembangkan soal-soal yang dapat mengembangkan berpikir kritis siswa dan menerapkannya di sekolah. 3. Bagi pemerintah

Pemerintah sebaiknya lebih memfasilitasi pendidik dan peserta didik dalam mengembangkan dan menerapkan berpikir kritis, serta memberikan pelatihan kepada pendidik dalam pengembangan soal-soal berpikir kritis.


(42)

130

Amalia, S. N. (2011). Pengembangan Bahan Ajar Sistem Imun Kelas XI SMA. Makalah Pengembangan Bahan Ajar SPS UPI. Bandung UPI: tidak diterbitkan.

Arikunto, S. (2001). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Arifin. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Penerbit Rosda.

Bun. (2009). Perjalanan Kesadaran Manusia Dalam Budaya Hidup. [Online]. Tersedia: http://bunxu.multiply.com/journal [18 Agustus 2011]

BSNP. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.

Campbell et al. (2004). Biologi Edisi Kelima-Jilid 3. Jakarta: Penerbit Erlangga. Depdiknas. Naskah Akademik Kajian kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPA.

[Online]. Tersedia:

http://www.puskur.net/download/prod2007/51_Kajian%20Kebijakan%20Ku rikulum%20IPA.pdf. [16 Desember 2008]

Chiappetta, E.L., Fillman, D.A. and Sethna, G.H. (1991). ”A Method to Quantify Major Themes of Scentific Literacy in Science Textbooks”. Journal of Research in Science Teaching.28, (8), 713-725.

Costa, A.L. (1985). Developing Mind, A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandria: ASCD.

Deamfle, P.A.(2006).”The Effect of Instructional Approaches on the Improvement of Reasoning in Introductory College Biology”. Bioscience.32, (4), 22-31. Erwin, J. (2011). Pemberian Soal Pilihan Ganda Malah Menjerumuskan Siswa.

[Online]. Tersedia:

http://blog.unsri.ac.id/userfiles/Pemberian%20Soal%20Pilihan%20Ganda%2 0Itu%20Malah%20Menjerumuskan%20Siswa.pdf [16 Januari 2012]

Fisher, A. Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. (2009). Jakarta: Erlangga.

Fraenkel, J. R. dan Wallen, N. E. (2006). How to Design and Evaluate Research in Education.Singapore: Mc Graw-Hill.


(43)

Hapsari, I.F.R. (2010). Kemampuan Klasifikasi dan Penguasaan Konsep Keanekaragaman Makhluk Hidup Siswa SMP Berdasarkan Tingkat Perkembangan Intelektual.Tesis SPS UPI.UPI Bandung: tidak diterbitkan. Haryanto, Z. (2006). Tahap Perkembangan Intelektual Siswa SMP dan SMA dalam

Kaitannya dengan Pembelajaran Fisika dan Kemampuan Pemecahan Masalah (Kajian Berdasarkan Teori Perkembangan Intelektual Jean Piaget).Disertasi SPS UPI.UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Hernani, et al. (2009). Membelajarkan Konsep Sains-kimia dari Perspektif Sosial Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. Dalam Jurnal pengajaran MIPA [Online], Vol 13 (1), 23 halaman.Tersedia: http://fpmipa.upi.edu [6 Mei 2010]

Inch, E.S. et al. (2006).Critical Thinking & Communication, The Use of Reason in Argument. United States of America: Pearson Education.

Isaac, S. dan Michael, W. (1982). Handbook In Research And Evaluation. California: Edits Publisher.

Jacobs, L.C. dan Chase, C. I. (1992). Developing and Using Tests Effectively. San Francisco: Jossey-Bass Publishers.

Kaplan, R. M. dan Saccuzzo, D.P. (2005). Psychological Testing: Principles, Applications, and Issues. USA: Thomson Wadsworth.

Karno, To dan Wibisono, Y. (2003). Program Anates Versi 4.

Kurnadi, K. A. (2002). Dasar –dasar Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Liliasari. (2005). Membangun Keterampilan Berpikir Manusia Indonesia Melalui Pendidikan Sains (Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap IPA). Bandung: UPI

Martini, F. H. (1998). Fundamentals of Anatomy and Physiology. New Jersey: Prentice Hall

McMillan, J.H. dan Schumacher, S. (2001). Research in Education : A Conceptual Introduction. New York: Addison Wesley Longman.

Noviyanti, A. (2010). Pembelajaran Berbasis Praktikum Pada Konsep Kingdom Plantae untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa SMA. Tesis SPS UPI. UPI Bandung: tidak diterbitkan


(44)

Kemampuan Berpikir Kritis dan Retensi Mahasiswa. Tesis SPS UPI. UPI Bandung: tidak diterbitkan

Paul, R. dan Elder, L. (2004). The Nature and Functions of Critical and Creative Thinking.[Online].Tersedia: www.criticalthinking.org [11 Juni 2011].

Paul, R. dan Elder, L. (2008). The Analysis & Assessment of Thinking (Helping

Students Assess Their Thinking).[Online]. Tersedia: http://www.

criticalthinking.org [11 Juni 2011].

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. (2006). Standar Kompetensi Lulusan. [Online]. Tersedia: http://www.litbang.kemdiknas.go.id. [29 September 2011]

Reed, J. H. (1998). Effect of A Model for Critical Thinking on Student Achievement in Primary Source Document Analysis and Interpretation, Argumentative Reasoning, Critical Thinking Dispositions, and History Content in A Community College History Course. A dissertation. College of Education University of South Florida

Rustaman, N. Y. (2002). Pandangan Biologi Terhadap Proses Berpikir dan Implikasinya Dalam Pendidikan Sains. Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap Dalam Bidang Pendidikan Biologi. Bandung: UPI.

Rustaman, N. Y. et al. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universitas Negeri Malang.

Rustaman, N. Y. (2007). Pendidikan Biologi. Dalam Ali, M., Ibrahim, R., Sukmadinata, N. S., Sudjana, D., dan Rasjidin, W (Penyunting). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Pedagogiana Press (Halaman 799-826). Stiggins R. J. (1994). Student Centered Classroom Assessment. New York:

McMillan College Publishing Company

Subekti, R. dan Harry, F. (1986). Evaluasi Hasil Belajar dan Pengajaran Remedial. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.

Sudiatmika, I. R. (2010). Pengembangan Alat Ukur Tes Literasi Sains Siswa SMP Dalam Konteks Budaya Bali. Disertasi SPS UPI. UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sukaesih, S. (2010). Pembelajaran Berbasis Praktikum Dengan Menerapkan Asesmen Tes Lisan Pada Topik Keanekaragaman Hayati Untuk Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Mahasiswa. Tesis SPS UPI. UPI Bandung: tidak diterbitkan.


(45)

Supranto, J. (1992). Sampling Untuk Pemeriksaan.Jakarta:UI-Press.

Surya, M. (2004). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Thorndike et al. (1971). Educational Measurement. Washington, D. C.: American Council on Education.

Tobin, K. dan Capie, W. (1981).”Development and Validation of a Group Test of Logical Thinking”.Educational and Psychological Measurement.41, (--), 413-424.

Yani, A. (2010). Pengembangan Model Meaningful Learning untuk Meningkatkan Daya Nalar Melalui Aplikasi Mind Map. Disertasi SPS UPI. UPI Bandung: tidak diterbitkan

Yolida, B. (2010). Pembelajaran Berbasis Praktikum Pada Konsep Metabolisme untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Mahasiswa. Tesis SPS UPI. UPI Bandung: tidak diterbitkan


(1)

bertujuan juga untuk mengetahui dan menganalisis profil pencapaian berpikir kritis siswa SMA Negeri di Kota Bandung.

Hasil analisis pencapaian per elemen dan sub elemen berpikir kritis Inch menunjukkan bahwa persentase elemen tujuan (purpose) merupakan elemen yang paling tinggi. Hal ini menunjukkan, bahwa siswa SMA Negeri di Kota Bandung dapat menyatakan tujuan dengan jelas, membedakan tujuan utama dengan tujuan-tujuan lain, menyatakan tujuan sesuai target, dan menyatakan tujuan yang signifikan dan realistis, sedangkan elemen informasi (information) merupakan persentase yang paling rendah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa belum dapat dapat menyatakan dukungan berdasarkan data, mencari informasi yang menentang dan mendukung argumen, menggunakan informasi yang jelas, akurat, dan relevan dengan pertanyaan masalah, dan mengumpulkan informasi yang cukup.

B. Saran

Berdasarkan hasil yang diperoleh, terdapat beberapa hal yang menjadi saran dari hasil penelitian ini, antara lain:

1. Bagi peneliti lain

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya. Bagi peneliti lain, diharapkan lebih memahami dan mengembangkan elemen dan sub elemen berpikir kritis Inch yang digunakan untuk menjaring profil berpikir kritis siswa. Selain itu, dapat dilakukan


(2)

129

penelitian serupa dengan menganalisis profil berpikir kritis siswa pada jenjang atau tingkat yang berbeda dan tema lainnya.

2. Bagi pendidik

Pendidik sebaiknya dapat merancang kegiatan yang dapat mengajak dan mendorong siswa untuk berpikir kritis, sehingga siswa sudah terbiasa untuk berpikir kritis. Selain itu, pendidik perlu mengembangkan soal-soal yang dapat mengembangkan berpikir kritis siswa dan menerapkannya di sekolah. 3. Bagi pemerintah

Pemerintah sebaiknya lebih memfasilitasi pendidik dan peserta didik dalam mengembangkan dan menerapkan berpikir kritis, serta memberikan pelatihan kepada pendidik dalam pengembangan soal-soal berpikir kritis.


(3)

130

Amalia, S. N. (2011). Pengembangan Bahan Ajar Sistem Imun Kelas XI SMA. Makalah Pengembangan Bahan Ajar SPS UPI. Bandung UPI: tidak diterbitkan.

Arikunto, S. (2001). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Arifin. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Penerbit Rosda.

Bun. (2009). Perjalanan Kesadaran Manusia Dalam Budaya Hidup. [Online]. Tersedia: http://bunxu.multiply.com/journal [18 Agustus 2011]

BSNP. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.

Campbell et al. (2004). Biologi Edisi Kelima-Jilid 3. Jakarta: Penerbit Erlangga. Depdiknas. Naskah Akademik Kajian kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPA.

[Online]. Tersedia:

http://www.puskur.net/download/prod2007/51_Kajian%20Kebijakan%20Ku rikulum%20IPA.pdf. [16 Desember 2008]

Chiappetta, E.L., Fillman, D.A. and Sethna, G.H. (1991). ”A Method to Quantify Major Themes of Scentific Literacy in Science Textbooks”. Journal of Research in Science Teaching.28, (8), 713-725.

Costa, A.L. (1985). Developing Mind, A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandria: ASCD.

Deamfle, P.A.(2006).”The Effect of Instructional Approaches on the Improvement of Reasoning in Introductory College Biology”. Bioscience.32, (4), 22-31. Erwin, J. (2011). Pemberian Soal Pilihan Ganda Malah Menjerumuskan Siswa.

[Online]. Tersedia:

http://blog.unsri.ac.id/userfiles/Pemberian%20Soal%20Pilihan%20Ganda%2 0Itu%20Malah%20Menjerumuskan%20Siswa.pdf [16 Januari 2012]

Fisher, A. Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. (2009). Jakarta: Erlangga.

Fraenkel, J. R. dan Wallen, N. E. (2006). How to Design and Evaluate Research in Education.Singapore: Mc Graw-Hill.


(4)

131

Hapsari, I.F.R. (2010). Kemampuan Klasifikasi dan Penguasaan Konsep Keanekaragaman Makhluk Hidup Siswa SMP Berdasarkan Tingkat Perkembangan Intelektual.Tesis SPS UPI.UPI Bandung: tidak diterbitkan. Haryanto, Z. (2006). Tahap Perkembangan Intelektual Siswa SMP dan SMA dalam

Kaitannya dengan Pembelajaran Fisika dan Kemampuan Pemecahan Masalah (Kajian Berdasarkan Teori Perkembangan Intelektual Jean Piaget).Disertasi SPS UPI.UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Hernani, et al. (2009). Membelajarkan Konsep Sains-kimia dari Perspektif Sosial Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. Dalam Jurnal pengajaran MIPA [Online], Vol 13 (1), 23 halaman.Tersedia: http://fpmipa.upi.edu [6 Mei 2010]

Inch, E.S. et al. (2006).Critical Thinking & Communication, The Use of Reason in Argument. United States of America: Pearson Education.

Isaac, S. dan Michael, W. (1982). Handbook In Research And Evaluation. California: Edits Publisher.

Jacobs, L.C. dan Chase, C. I. (1992). Developing and Using Tests Effectively. San Francisco: Jossey-Bass Publishers.

Kaplan, R. M. dan Saccuzzo, D.P. (2005). Psychological Testing: Principles, Applications, and Issues. USA: Thomson Wadsworth.

Karno, To dan Wibisono, Y. (2003). Program Anates Versi 4.

Kurnadi, K. A. (2002). Dasar –dasar Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Liliasari. (2005). Membangun Keterampilan Berpikir Manusia Indonesia Melalui Pendidikan Sains (Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap IPA). Bandung: UPI

Martini, F. H. (1998). Fundamentals of Anatomy and Physiology. New Jersey: Prentice Hall

McMillan, J.H. dan Schumacher, S. (2001). Research in Education : A Conceptual Introduction. New York: Addison Wesley Longman.

Noviyanti, A. (2010). Pembelajaran Berbasis Praktikum Pada Konsep Kingdom Plantae untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Siswa SMA. Tesis SPS UPI. UPI Bandung: tidak diterbitkan


(5)

Nurlaila. (2010). Pembelajaran Bioteknologi Berbasis Writing untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Retensi Mahasiswa. Tesis SPS UPI. UPI Bandung: tidak diterbitkan

Paul, R. dan Elder, L. (2004). The Nature and Functions of Critical and Creative Thinking.[Online].Tersedia: www.criticalthinking.org [11 Juni 2011].

Paul, R. dan Elder, L. (2008). The Analysis & Assessment of Thinking (Helping Students Assess Their Thinking).[Online]. Tersedia: http://www. criticalthinking.org [11 Juni 2011].

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. (2006). Standar Kompetensi Lulusan. [Online]. Tersedia: http://www.litbang.kemdiknas.go.id. [29 September 2011]

Reed, J. H. (1998). Effect of A Model for Critical Thinking on Student Achievement in Primary Source Document Analysis and Interpretation, Argumentative Reasoning, Critical Thinking Dispositions, and History Content in A Community College History Course. A dissertation. College of Education University of South Florida

Rustaman, N. Y. (2002). Pandangan Biologi Terhadap Proses Berpikir dan Implikasinya Dalam Pendidikan Sains. Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap Dalam Bidang Pendidikan Biologi. Bandung: UPI.

Rustaman, N. Y. et al. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universitas Negeri Malang.

Rustaman, N. Y. (2007). Pendidikan Biologi. Dalam Ali, M., Ibrahim, R., Sukmadinata, N. S., Sudjana, D., dan Rasjidin, W (Penyunting). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Pedagogiana Press (Halaman 799-826). Stiggins R. J. (1994). Student Centered Classroom Assessment. New York:

McMillan College Publishing Company

Subekti, R. dan Harry, F. (1986). Evaluasi Hasil Belajar dan Pengajaran Remedial. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.

Sudiatmika, I. R. (2010). Pengembangan Alat Ukur Tes Literasi Sains Siswa SMP Dalam Konteks Budaya Bali. Disertasi SPS UPI. UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sukaesih, S. (2010). Pembelajaran Berbasis Praktikum Dengan Menerapkan Asesmen Tes Lisan Pada Topik Keanekaragaman Hayati Untuk Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Mahasiswa. Tesis SPS UPI. UPI Bandung: tidak diterbitkan.


(6)

133

Sugiyono. (2008). Statistika untuk Penelitian. Bandung: AlfaBeta. Supranto, J. (1992). Sampling Untuk Pemeriksaan.Jakarta:UI-Press.

Surya, M. (2004). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Thorndike et al. (1971). Educational Measurement. Washington, D. C.: American Council on Education.

Tobin, K. dan Capie, W. (1981).”Development and Validation of a Group Test of Logical Thinking”.Educational and Psychological Measurement.41, (--), 413-424.

Yani, A. (2010). Pengembangan Model Meaningful Learning untuk Meningkatkan Daya Nalar Melalui Aplikasi Mind Map. Disertasi SPS UPI. UPI Bandung: tidak diterbitkan

Yolida, B. (2010). Pembelajaran Berbasis Praktikum Pada Konsep Metabolisme untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Mahasiswa. Tesis SPS UPI. UPI Bandung: tidak diterbitkan