PENGEMBANGAN ALAT EVALUASI BERBASIS BERPIKIR KRITIS PADA MATERI SISTEM GERAK DI SMA

(1)

i

PENGEMBANGAN ALAT EVALUASI BERBASIS

BERPIKIR KRITIS PADA MATERI SISTEM GERAK

DI SMA

skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Progam Studi Pendidikan Biologi

oleh

Walan Setia Pangastuti 4401408110

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

(3)

iii

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul:

“Pengembangan Evaluasi Berbasis Berpikir Kritis Pada Materi Sistem

Gerak Di SMA”

disusun oleh:

nama : Walan Setia Pangastuti NIM : 4401408110

telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA Unnes pada tanggal 21 Mei 2013.

Panitia Ujian :

Ketua Sekretaris

Dr. Wiyanto, M.Si. Andin Irsadi, S.Pd., M.Si NIP 19631012 1988 03 1001 NIP.19740310 2000 03 1001

Ketua Penguji

Dr. Saiful Ridlo, M. Si NIP 19660419 1991 02 1002

Anggota Penguji/ Anggota Penguji/

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dra. Ely Rudyatmi, M.Si. Dr. Ir. Priyantini Widiyaningrum, M.S NIP. 19620524 1987 10 2001 NIP. 19600419 1986 10 2001


(4)

iv

Motto

 Tiada daya dan upaya kecuali atas ijin Allas SWT

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan,

sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan” QS. Al insyirah : 5 -6

 Hidup adalah usaha

Persembahan

Dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT skripsi

ini untuk Ibu, Bapak, adikku yayan,adikku tegar dan

yoan, serta keluarga tercinta yang selalu ada dalam doa,


(5)

v

ABSTRAK

Pangastuti, Walan Setia. 2013. Pengembangan Alat Evaluasi Berbasis Berpikir Kritis pada Materi Sistem Gerak di SMA. Skripsi, Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Dra. Ely Rudyatmi, M.Si dan Dr. Ir. Priyantini Widiyaningrum, M.S

Evaluasi yang dilakukan dalam pembelajaran bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Guru biasanya menggunakan alat evaluasi berupa soal-soal. Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran biologi di SMA N 1 Weleri, diketahui bahwa kemampuan siswa dalam berpikir kritis belum diukur padahal dalam pembelajaran siswa sudah menunjukkan kemampuan berpikir kritis. Soal-soal yang digunakan belum mampu untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan mengetahui kelayakan alat evaluasi menurut validator. Serta mengetahui karakteristik butir dan tes alat evaluasi berbasis berpikir kritis pada materi sistem gerak yang dikembangkan.

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and Development) yang diuji cobakan di kelas XI IPA 1, 2, dan 3 SMA N 1 Weleri. Data penelitian berupa kelayakan alat evaluasi oleh pakar, tanggapan siswa terhadap alat evaluasi yang dikembangkan, serta daya pembeda, tingkat kesukaran, dan reliabilitas soal.

Dihasilkan alat evaluasi berbasis berpikir kritis pada materi sistem gerak di SMA. Alat evaluasi berupa 20 soal terdiri dari pilihan ganda, sebab-akibat dan uraian masing-masing sebanyak 10, 5, dan 5 item. Hasil pengembangan alat evaluasi dinyatakan sangat layak oleh validator. Analisis daya pembeda, tingkat kesukaran dan reliabilitas alat evaluasi yang dikembangkan baik. Daya pembeda

soal ≥0,3, tingkat kesukaran soal antara 0,3-0,7 sebanyak 12 item, reliabilitas soal pilihan ganda 0,63 dan uraian 0,61. Siswa memberikan tanggapan positif terhadap alat evaluasi yang dikembangkan.

Simpulan dari penelitian ini adalah telah berhasil dikembangkan alat evaluasi untuk mengukur kemampuan berpikir kritis pada meteri sistem gerak di SMA berupa 20 item soal yang layak dan baik.


(6)

vi

hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul,

“Pengembangan Alat Evaluasi Berbasis Berpikir Kritis Pada Materi Sistem Gerak

Di SMA”. Penyusunan skripsi merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan, bimbingan dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam penulisan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba banyak ilmu.

2. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah banyak membantu untuk kelancaran penyusunan skripsi.

3. Ketua Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin pelaksanaan penelitian.

4. Dra. Ely Rudyatmi, M.Si., pembimbing I yang telah membimbing dan mengarahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. 5. Dr. Ir. Priyantini Widiyaningrum, M.S., pembimbing II yang telah

membimbing dan mengarahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

6. Dr. Saiful Ridlo, M.Si., dosen penguji yang telah menguji dan mengarahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

7. Yuniasih, M.Pd., kepala SMA N 1 Weleri yang telah memberikan ijin untuk penelitian.

8. Tri Haningsih S.Pd dan Drs. Jumali., guru mata pelajaran Biologi kelas VII SMA N 1 Weleri yang telah membantu terlaksananya penelitian.

9. Siswa-siswa SMA N 1 Weleri kelas XI IPA1, XI IPA2 dan XI IPA3 yang telah memberikan bantuan dan kerjasama yang baik.

10.Kedua orang tuaku (Bapak Waluyo Sudarmo dan ibu Titik Andrini) serta adikku (Yayan, Tegar, dan Yoan) yang telah memberikan segala macam


(7)

vii

fasilitas, kasih sayang, doa, pengorbanan, kepercayaan, dukungan, dan nasehatnya.

11.Mas Artanto yang selalu memberikan inspirasi, semangat, kasih sayang,

dukungan, dan do‟a sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

12.Teman-temanku (ayu, fitri, riris, siti, wulan) dan teman-teman pendidikan Biologi angkatan 2008 yang selalu memberikan dukungan dan semangat. 13.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu menyelesaikan skripsi ini.

Semoga segala bantuan yang telah diberikan, mendapat balasan dari Allah SWT. dan semoga karya ini dapat memberi manfaat dan kontribusi dalam kemajuan dunia pendidikan dan secara umum kepada semua pihak

Semarang, Mei 2013 Penulis


(8)

viii

Halaman

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Penegasan Istilah ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

F. Spesifikasi Produk ... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR... ... 5

A. Tinjauan Pustaka ... 5

1. Alat Evaluasi Berbasis Berpikir Kritis ... 5

2. Sistem Gerak ... 9

B. Penelitian yang Relevan ... 11

C. Kerangka Pikir ... 11

D. Pertanyaan Penelitian ... 13

BAB III. METODE PENELITIAN... 14

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 14

B. Subjek Uji Coba Penelitian ... 14

C. Rancangan Pelitian ... 14

D. Prosedur Penelitian ... 14


(9)

ix

1. Tahap Pendahuluan ... 14

2. Tahap Pengembangan ... 15

3. Tahap Akhir ... 19

E. Data dan Metode Pengumpulan Data ... 19

F. Metode Analisis Data ... 20

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 22

A. Hasil ... 22

1. Pengembangan Alat Evaluasi ... 22

2. Validasi Pakar ... 22

3. Uji Coba Pemakaian ... 26

4. Tanggapan Siswa ... 27

B. Pembahasan ... 27

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 32


(10)

x

Tabel Halaman

1 Daya pembeda soal uji coba awal ... 17

2 Tingkat kesukaran soal uji coba awal ... 18

3 Validasi pakar terhadap alat evaluasi berbasis berpikir kritis ... 23

4 Revisi soal setelah validasi ... 23

5 Daya pembeda soal uji coba pemakaian ... 26

6 Tingkat kesukaran soal uji coba pemakaian... 26

7 Data tanggapan siswa pada uji coba pemakaian ... 27


(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Kerangka pikir ... 12 2 Prosedur penelitian dan pengembangan ... 15


(12)

xii

Lampiran Halaman

1 Silabus ... 35

2 Kisi-kisi soal uji coba awal ... 36

3 Soal evaluasi uji coba awal... .. 41

4 Kunci jawaban soal uji coba awal……… 50

5 Pedoman penskoran uji coba awal……… .. 52

6 Soal yang dipakai………... 53

7 Kisi-kisi soal uji coba pemakaian………... . 54

8 Soal evaluasi uji coba pemakaian ... 58

9 Kunci jawaban soal uji coba pemakaian ... 65

10 Pedoman penskoran uji coba pemakaian ... 66

11 Kisi-kisi penilaian alat evaluasi berbasis berpikir kritis pada materi sistem gerak... 67

12 Lembar penilaian alat evaluasi berbasis berpikir kritis pada materi sistem gerak ... 68

13 Kisi-kisi angket tanggapan siswa tehadap alat evaluasi berbasis berpikir kritis pada materi sistem gerak... 70

14 Angket tanggapan siswa tehadap alat evaluasi berbasis berpikir kritis pada materi sistem gerak ... 71

15 Rekapitulasi penilaian alat evaluasi berbasis berpikir kritis pada materi sistem gerak ... 72

16 Analisis daya pembeda butir soal uji coba awal ... 73

17 Analisis tingkat kesukaran soal uji coba awal………. 74

18 Analisis reliabilitas soal pilihan ganda uji coba awal ... 75

19 Analisis reliabilitas soal uraian uji coba awal ... 76


(13)

xiii

21 Analisis tingkat kesukaran soal uji coba pemakaian ... 79

22 Analisis reliabilitas soal pilihan ganda uji coba pemakaian ... 81

23 Analisis reliabilitas soal uraian uji coba pemakaian ... 83

24 Daftar nilai uji coba pemakaian………... 85

25 Rekapitulasi angket tanggapan siswa uji coba awal ... 86

26 Rekapitulasi angket tanggapan siswa uji coba pemakaian ... 87

27 Lembar jawaban siswa... 89

28 Surat-surat dan dokumentasi... . 90


(14)

1

A.Latar Belakang

Evaluasi merupakan proses yang dilakukan secara sistematis dalam rangka mengumpulkan, menganalisis, menginterprestasikan informasi, dan menentukan tingkat keberhasilan siswa terhadap tujuan pembelajaran (Rudyatmi & Rusilowati 2012). Evaluasi yang dilakukan dalam pembelajaran bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Pada tingkat mata pelajaran, kompetensi yang harus dicapai berupa Standar Kompetensi (SK) mata pelajaran yang dijabarkan pada Kompetensi Dasar (KD).

Metode evaluasi dalam pendidikan dapat dibedakan dalam dua macam bentuk, yaitu tes dan non tes. Tes biasanya direalisasikan dengan tes tertulis (Sukardi 2010). Tujuan tes adalah untuk mengetahui kemampuan siswa dan tingkat keberhasilan dalam pembelajaran. Melalui tes guru dapat memperoleh informasi tentang berhasil tidaknya siswa dalam menguasai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum (Surapranata 2005).

Kenyataan yang terdapat di lapangan memperlihatkan bahwa dalam melakukan evaluasi pembelajaran guru menggunakan soal tes yang telah ada, soal-soal tersebut diambil dari LKS. Soal yang digunakan belum dapat mengukur aspek kognitif ranah analisis, evaluasi dan mencipta yang harus dicapai siswa. Dalam hal ini, kemampuan yang harus dicapai siswa yaitu kemampuan berpikir tingkat tinggi (berpikir kritis). Didukung berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran biologi di SMA N 1 Weleri, diketahui bahwa kemampuan siswa dalam berpikir kritis belum diukur padahal dalam pembelajaran siswa sudah menunjukkan kemampuan berpikir kritis. Hal tersebut dilihat dari adanya siswa yang bertanya dan mengungkapkan pendapat saat pembelajaran. Soal evaluasi yang digunakan dibuat sendiri oleh guru mata pelajaran. Soal-soal yang dibuat berbentuk soal obyektif. Soal obyektif menurut Sukardi (2010) pada umumnya sebagai soal yang mengungkapkan atau menghafal kembali dan mengenal materi yang telah diberikan. Soal tersebut kurang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa. Gokhale (1995) menyatakan soal berpikir kritis


(15)

2

adalah soal yang melibatkan analisis, sintesis dan evaluasi, jadi soal yang dapat mengukur kemampuan berpikir kritis siswa meliputi soal ranah analisis, evaluasi, dan mencipta.

Kemampuan berpikir kritis berhubungan dengan perolehan hasil belajar yang erat kaitannya dengan kemampuan mengolah informasi pada materi yang dipelajari (Oktaviana 2011). Karakter berpikir kritis merupakan salah satu modal utama siswa untuk menjadi manusia mandiri dalam kehidupan masa depan yang kompetitif (Widowati 2010). Oleh sebab itu, karakter berpikir kritis penting dimiliki oleh siswa untuk mengolah informasi, membuat keputusan, dan menyelesaikan masalah sehingga menjadi manusia mandiri yang dapat bersaing dalam kehidupan yang kompetitif

Materi sistem gerak merupakan materi yang diajarkan pada kelas XI semester ganjil dengan materi pembelajaran yaitu komponen penyusun alat gerak manusia, hubungan antar tulang, macam persendian, gerak yang dapat dilakukan oleh manusia, dan gangguan pada sitem gerak manusia. Penilaian yang dilakukan pada materi ini biasanya berupa soal obyektif yang hanya menghafal bagian-bagian rangka manusia, jenis otot, kelainan dan gangguan pada sistem gerak, padahal di dalam indikator siswa dituntut untuk dapat menjelaskan struktur dan fungsi rangka, menghubungkan berbagai gerakan dan persendian yang terlibat, mendiskripsikan struktur tulang, dan menjelaskan struktur dan fungsi otot yang memerlukan kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Berdasarkan permasalahan yang ada, perlu dikembangkan alat evaluasi berbasis berpikir kritis pada materi sistem gerak. Pengembangan alat evaluasi ini diharapkan dapat mengukur kemampuan berpikir kritis dan mengukur hasil belajar siswa di SMA N 1 Weleri.

B.Rumusan Masalah

Rumusan permasalahan pada penelitian ini sebagai berikut.

1. Bagaimana mengembangkan alat evaluasi untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa pada materi sistem gerak di SMA N 1 Weleri?

2. Bagaimana kelayakan alat evaluasi yang dikembangkan menurut validator? 3. Bagaimana karakteristik butir dan tes yang dikembangkan?


(16)

C.Penegasan Istilah

1. Alat Evaluasi Berbasis Berpikir Kritis

Evaluasi merupakan proses memahami, memberi arti, mendapatkan dan mengkomunikasikan suatu informasi bagi keperluan mengambil keputusan (Sukardi 2010). Evaluasi dalam pembelajaran merupakan suatu proses dimana seorang pendidik menggali informasi yang diperlukan tentang siswa, untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami dan menguasai materi yang diberikan saat pembelajaran. Salah satu cara mengetahui tingkat pemahaman dan penguasaan siswa pada materi pembelajaran dengan menggunakan alat evaluasi. Salah satu alat evaluasi tersebut yaitu dengan instrumen tes tertulis.

Berpikir kritis yaitu kegiatan berpikir dengan mengekspresikan potensi intelektual untuk menganalisis, membuat pertimbangan dan mengambil keputusan (Arthana 2010). Selanjutnya menurut Johnson (2007), berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah. Kurniawan (2002) menyatakan tujuan keterampilan berpikir kritis adalah pembentukan anak didik yang mampu berpikir netral, objektif, beralasan atau logis, dan selalu ingin mendapatkan kejelasan dan ketepatan. Berpikir kritis ini memiliki karakter antara lain, sikap berhati-hati dan bersengaja ketika memutuskan untuk menerima, menolak atau menangguhkan sikap/judgement.

Alat evaluasi berbasis berpikir kritis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah instrumen tes tertulis yang dapat mengetahui tingkat berpikir kritis siswa dalam menganalisis, membuat pertimbangan dan mengambil keputusan. Tes tertulis berupa soal pilihan ganda (ranah analisis, evaluasi, dan mencipta) dan soal uraian.

2. Materi Sistem Gerak

Materi sistem gerak merupakan materi yang diajarkan di kelas XI semester ganjil. Standart kompetensi untuk materi ini adalah menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu , kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada Salingtemas. Pada materi ini guru dapat


(17)

4

menumbuhkan kemampuan berpikir kritis melalui alat evaluasi yang dapat mengukur kemampuan tersebut.

D.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengembangkan alat evaluasi untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa pada materi sistem gerak di SMA N 1 Weleri.

2. Mengetahui kelanyakan alat evaluasi yang dikembangkan menurut validator. 3. Mengetahui karakteristik butir dan tes yang dikembangkan.

E.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi mafaat sebagai berikut. 1. Meningkatkan motivasi belajar dan mengukur kemampuan berpikir kritis

siswa, serta menambah pengalaman siswa pada materi sistem gerak.

2. Menambah kreativitas peneliti dalam mengembangkan teknik evaluasi hasil belajar siswa.

3. Sebagai tambahan referensi bagi sekolah contoh pengembangan alat evaluasi materi sistem gerak.

F. Spesifikasi Produk

Produk yang dikembangkan pada penelitian ini yaitu Alat evaluasi berbasis berpikir kritis berupa soal pilihan ganda, sebab-akibat, dan soal uraian yang jumlahnya masing-masing 10, 5, dan 5 butir. Soal yang dikembangkan meliputi ranah analisis, evaluasi dan mencipta. Produk yang dihasilkan layak dan baik jika soal tersebut dinyatakan minimal layak oleh validator, daya pembeda soal minimal ≥0,3, tingkat kesuaran antara 0,3-0,7, reliabilitas minimal ≥0,6, tanggapan siswa minimal 75% positif.


(18)

5

A.Tinjauan Pustaka

1. Alat Evaluasi Berbasis Berpikir Kritis

Menurut kamus besar bahasa indonesia alat berarti benda yang digunakan untuk mencapai maksud. Selanjutnya, menurut Rudyatmi dan Rusilowati (2012) evaluasi merupakan proses sistematis untuk mengumpulkan, menganalisis, menginterprestasikan informasi, dan menentukan tingkat keberhasilan siswa terhadap tujuan pembelajaran. Jadi alat evaluasi merupakan benda yang digunakan untuk mengumpulkan, menganalisis, menginterprestasikan informasi, dan menentukan tingkat keberhasilan siswa terhadap tujuan pembelajaran. Dalam menggunakan alat evaluasi ada dua macam teknik yaitu teknik tes dan teknik non tes. Rudyatmi dan Rusilowati (2012) menjelaskan bahwa teknik tes merupakan teknik penilaian untuk mengukur baik ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa. Sedangkan teknik non tes merupakan teknik penilaian untuk mengukur ranah psikomotorik dan afektif siswa. Surapranata (2005) menjelaskan tujuan tes adalah untuk mengetahui kemampuan siswa dan tingkat keberhasilan dalam pembelajaran. Melalui tes guru dapat memperoleh informasi tentang berhasil tidaknya siswa dalam menguasai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum.

Berdasarkan cara pelaksanaannya teknik tes dibedakan menjadi tes tertulis dan tes lisan. Sedangkan teknik non tes dibedakan menjadi wawancara, pemberian angket, observasi, laporan atau paper. Berdasarkan macamnya, ada dua macam instrumen tes yaitu tes obyektif/pilihan ganda dan non obyektif/uraian (Rudyatmi dan Rusilowati 2012). Tes obyektif merupakan soal tes yang dalam menjawabnya diharuskan memilih satu jawaban benar dari sejumlah jawaban yang telah disediakan oleh evaluator, sedangkan tes non obyektif merupakan soal tes yang dalam menjawabnya sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki siswa (Sukardi 2010).

Surapranata (2005) menjelaskan terdapat kelebihan dan kelemahan masing-masing bentuk. Kelebihan tes obyektif (pilihan ganda) yaitu (1) cakupan


(19)

6

materi yang ditanyakan cukup luas, (2) dapat mengukur jenjang kognitif mulai dari ingatan sampai evaluasi, (3) penskorannya mudah, cepat, dan obyektif. Sedangkan kelemahan tes obyektif yaitu (1) sukar menentukan alternatif jawaban yang benar-benar logis, homogen, dan berfungsi, (2) penyusunan soal yang baik membutuhkan waktu yang relatif lama, (3) memungkinkan siswa untuk menerka jawaban yang benar, (4) siswa tidak mempunyai keluasan dalam menulis, mengorganisasikan, dan mengekspresikan gagasan dalam kalimat sendiri, (5) tidak digunakan mengukur kemampuan problem solving.

Surapranata (2005) menyebutkan kelebihan tes uraian antara lain, (1) siswa mempunyai keluasan dalam menulis, mengorganisasikan, dan mengekspresikan gagasan dalam kalimat sendiri, (2) dapat digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis ataupun problem solving, (3) waktu yang diperlukan untuk menyusun relatif lebih singkat. Kelemahan tes uraian antara lain, (1) cakupan materi yang ditanyakan relatif terbatas, (2) penskoran lebih lama dan lebih sukar, (3) sensitif terhadap personal bias, hallo efect, logical error, dan bluffing.

Hasil belajar siswa dikelompokkan menjadi tiga aspek, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Instrumen tes untuk mengukur kemampuan kognitif dapat dikelompokkan berdasarkan tingkatan berpikir siswa. Kemampuan intelektual kognitif meliputi enam jenjang, yaitu 1) ingatan (knowledge), 2) pemahaman (comprehension), 3) penerapan (aplication), 4) analisis (analysis), 5) penilaian/evaluasi (evaluation), dan 6) kreasi/mencipta (create) (Anderson dan Krath 2001). Amirin (2011) menjabarkan masing-masing jenjang sebagai berikut. 1) Ingatan (knowledge), memunculkan kembali apa yang sudah diketahui dan

tersimpan dalam ingatan jangka-panjang (mengenali lagi, menyebutkan kembali).

2) Pemahaman (comprehension), menegaskan pengertian atau makna bahan-bahan yang sudah diajarkan, mencakup komunikasi lisan, tertulis, maupun gambar (menafsirkan, mengartikan, menerjemahkan).

3) Penerapan (aplication), melakukan sesuatu, atau menggunakan sesuatu prosedur dalam situasi tertentu (melaksanakan, menerapkan).


(20)

4) Analisis (analysis), menguraikan sesuatu ke dalam bagian-bagian yang membentuknya, dan menetapkan bagaimana bagian-bagian atau unsur-unsur tersebut satu sama lain saling terkait, dan bagaimana kaitan unsur-unsur tersebut kepada keseluruhan struktur atau tujuan sesuatu itu (membedakan, menata/menyusun, menghubungkan, membandingkan).

5) Evaluasi (evaluation), menetapkan derajat sesuatu berdasarkan kriteria atau patokan tertentu (memeriksa, mengkritik, membuat hipotesis).

6) Mencipta (create), memadukan unsur-unsur menjadi sesuatu bentuk utuh yang koheren dan baru, atau membuat sesuatu yang orisinil (membuat, mendesain, merencanakan, menghasilkan).

Peraturan menteri pendidikan nasional no. 22 tahun 2006 tentang standart kompetensi dan kompetensi dasar kurikulum tingkat satuan pendidikan menjelaskan pentingnya kemampuan berpikir dalam pembelajaran sains. Subiantoro dan Bahrudin (2009) menjelaskan bahwa peraturan tersebut menuntut siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran.

Berpikir kritis secara etimologis, kata „kritis‟ berasal dari bahasa Yunani

yakni “kritikos (yang berarti mencerna penilaian) dan “kriterion” (yang berarti standar). Sehingga, kritis berarti mencerna penilaian berdasarkan standar. Jika

dipadukan dengan kata „berpikir‟, maka kita dapat mendefinisikan berpikir kritis

sebagai berpikir yang secara eksplisit dilatari oleh penilaian yang beralasan dan berdasarkan standar yang sesuai dalam rangka mencari kebenaran, keuntungan, dan nilai sesuatu (Paul, et al dalam Kurniawan 2002).

Aryana (2006) mengungkapkan bahwa berpikir kritis adalah kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi. Agar mampu memecahkan masalah dengan baik dituntut kemampuan analisis, sintesis, evaluasi, generalisasi, membandingkan, mendeduksi, mengklasifikasi informasi, menyimpulkan dan mengambil keputusan. Liliasari (2003) menyatakan kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu komponen dalam proses berpikir tingkat tinggi. Kemampuan berpikir kritis menggunakan dasar menganalisis argumen dan memunculkan wawasan terhadap tiap-tiap makna dan interpretasi, untuk mengembangkan pola penalaran yang terpadu dan logis.


(21)

8

Muhfahroyin (2009) menyatakan bahwa kemampuan berpikir kritis seyogyanya dikembangkan sejak usia dini. Supaya siswa memiliki keterampilan intelektual tingkat tinggi, maka sejak usia dini siswa dilatih keterampilan kritis, kreatif, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. Menurut Hashemi (2011) kemampuan berpikir kritis membantu orang bertindak secara logis dan berperilaku baik dalam masyarakat.

Kategori berpikir kritis menurut Carin & Sund dalam Dwijananti dan Yulianti (2010), yaitu : 1) mengklasifikasi; 2) mengasumsi; 3) memprediksi dan hipotesis; 4) menginterpretasi data, mengiferensi atau membuat kesimpulan; 5) mengukur; 6) merancang sebuah penyelidikan; 7) mengamati; 8) membuat grafik; 9) meminimalkan kesalahan percobaan; 10) mengevaluasi; dan 11) menganalisis. Soal berpikir kritis adalah soal yang melibatkan analisis, sintesis dan evaluasi dari suatu konsep.

Soal-soal yang dapat mengukur kemampuan berpikir kritis siswa yaitu soal ranah analisis, evaluasi, dan mencipta. Devi (2010) menjelaskan bahwa berpikir kritis merupakan proses berpikir tingkat tinggi yang biasa digunakan. Gokhale (1995) menyatakan taksonomi bloom kategori berpikir kritis meliputi ranah analisis, sintesis dan evaluasi. Ranah tersebut merupakan taksonomi bloom versi lama, berarti jika dilihat pada taksonomi bloom versi baru adalah analisis, evaluasi, dan mencipta.

Alat evaluasi berbasis berpikir kritis adalah instrumen tes yang dapat mengukur kemampuan berpikir kritis siswa. Intrumen tes tersebut merupakan soal tes tertulis yang dapat mengukur ranah kognitif tipe analisis, evaluasi, dan mencipta. Soal berbentuk tes pilihan ganda, sebab-akibat, dan uraian. Kelebihan dari bentuk-bentuk tes tersebut menurut Rudyatmi dan Rusilowati (2012), soal bentuk sebab-akibat memilki tingkat kesukaran yang relatif tinggi. Tes uraian sangat baik untuk mengukur proses mental tingkat tinggi. Tes pilihan ganda dapat merangkum keseluruhan materi.

2. Sistem Gerak

Materi sistem gerak merupakan salah satu materi pembelajaran biologi di kelas XI semester ganjil. Pada materi ini, standar kompetensi yang harus dicapai oleh siswa adalah dapat menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan


(22)

hewan tertentu, kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada salingtemas. Kompetensi dasar yang harus dicapai adalah siswa dapat menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan penyakit yang dapat terjadi pada sistem gerak pada manusia (BSNP 2006).

Materi sistem gerak mempunyai indikator pembelajaran yaitu menjelaskan struktur dan fungsi rangka, menjelaskan hubungan antar tulang yang membentuk berbagai persendian, menjelaskan struktur dan fungsi otot, menghubungkan berbagai gerakan dan persendian yang terlibat, mendiskripsikan struktur tulang, dan mengidentifikasi berbagai penyakit atau gangguan yang terjadi pada sistem gerak manusia. Materi yang diajarkan yaitu komponen penyusun alat gerak, hubungan antar tulang, macam persendian, berbagai gerak yang dapat dilakukan manusia, dan gangguan pada sistem gerak manusia.

3. Kualitas Alat Evaluasi

Sudjana (2009) menjelaskan, alat penilaian yang baik adalah alat yang mampu mengunggkapkan hasil belajar secara objektif. Suatu alat penilaian dikatakan dapat mengungkap hasil belajar siswa secara objektif sangat bergantung pada kualitas alat penilaiannya. Suatu alat penilaian dikatakan mempunyai kualitas yang baik apabila alat tersebut memenuhi kriteria ketepatan (Validity) dan ketetapan (Reliabiliy). Untuk memperoleh alat evaluasi yang valid dan reliabel maka dilakukan analisis butir soal. Analisis butir soal mencakup analisis kualitatif (validitas isi dan konstruk) dan analisis kuantitatif (tingkat kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitas soal)

Arikunto (2009) menyatakan, terdapat empat jenis validitas yaitu validitas isi, validitas konstruk, validitas konkuren, dan validitas prediksi. Suatu tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Menurut Widyoko (2010), untuk tes hasil belajar, validitas isi merupakan aspek validitas yang paling penting. Validitas isi ditentukan melalui penilaian para pakar. Monica (2005) menjelaskan, tes dikatakan valid jika memperoleh penilaian pakar minimal 70%. Tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila item item soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir seperti yang disebutkan dalam tujuan instruksional khusus. Validitas konkuren merupakan derajat skor


(23)

10

suatu tes dihubungkan dengan skor tes lain yang telah dibuat. Validitas prediksi merupakan derajat yang menunjukkan suatu tes dapat memprediksi kemampuan seseorang akan dapat melakukan tugas atau pekerjaan yang telah direncanakan.

Analisis butir soal secara kuantitatif maksudnya adalah penelaahan butir soal yang didasarkan pada data empirik dari butir soal yang bersangkutan. Data empirik tersebut diperoleh dari soal yang telah diujikan. Setiap butir soal ditelaah dari segi tingkat kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitas.

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat membedakan antara siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan dengan siswa yang tidak/kurang/belum menguasai materi yang ditanyakan. Manfaat daya pembeda butir soal antara lain untuk meningkatkan mutu setiap butir soal. Berdasarkan indeks daya pembeda dapat diketahui apakah butir soal itu diterima, direvisi, atau ditolak. Daya pembeda digunakan untuk mengetahui seberapa jauh setiap butir soal dapat membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan rendah.

Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Fungsi tingkat kesukaran butir soal biasanya dikaitkan dengan tujuan tes. Misalnya untuk keperluan ujian semester digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran sedang, untuk keperluan seleksi digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran tinggi/sukar, dan untuk keperluan diagnostik biasanya digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran rendah/mudah. Tingkat kesukaran juga dapat digunakan untuk memprediksi kemampuan siswa dalam memahami materi yang diajarkan oleh guru.

Arikunto (2009) menyatakan, reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Subali (2010) menjelaskan reliabilitas berlaku pada tingkat suatu perangkat tes. Jadi tidak berlaku untuk masing-masing butir. Menurut Azwar (2001) tes yang reliabel adalah tes yang hasil pengukurunnya dapat dipercaya. Dalam arti jika tes digunakan pada waktu yang berbeda untuk kelompok yang sama, akan diperoleh hasil yang relatif sama.


(24)

B.Penelitian yang Relevan

Pengembangan alat evaluasi berupa soal pada kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam hal ini berpikir kritis sudah pernah diteliti oleh Poppy Kamalia Devi (2010). Dalam artikelnya yang berjudul “Pengembangan Soal “Higher Order Thinking Skill” Dalam Pembelajaran IPA SMP/MTs” dijelaskan bahwa dalam pembentukan sistem konseptual IPA proses berpikir tingkat tinggi yang biasa digunakan adalah berpikir kritis. Kesimpulanya adalah pengembangan soal HOTS dalam pembelajaran IPA dapat dikembangkan lagi dalam berbagai tingkat berpikir dan bervariasi agar seluruh keterampilan berpikir untuk level SMP dapat dilatih dan dikembangkan pada setiap siswa.

Pengembangan soal berpikir tingkat tinggi juga pernah dilakukan oleh Lewy dan kawan-kawan (2009) dalam penelitian yang berjudul “Pengembangan Soal Untuk Mengukur Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Pokok Bahasan Barisan Dan Deret Bilangan Di Kelas Ix Akselerasi Smp Xaverius Maria Palembang”. Kesimpulan pada penelitian ini adalah Prototype (validasi, evaluasi, revisi) soal yang dikembangkan valid dan praktis yang tergambar dari hasil penilaian validator dan uji coba soal.

C.Kerangka Pikir

Evaluasi yang dilakukan dalam pembelajaran bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran (Surapranata 2005). Guru biasanya menggunakan alat evaluasi berupa soal-soal. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran biologi di SMA N 1 Weleri, diketahui bahwa dalam pembelajaran siswa sudah menunjukkan kemampuan berpikir kritis. Hal tersebut dilihat dari adanya siswa yang bertanya dan mengungkapkan pandapat saat pembelajaran. Penilaian yang dilakukan pada materi sistem gerak biasanya berupa soal obyektif yang hanya menghafal bagian-bagian rangka manusia, jenis otot, kelainan dan gangguan pada sistem gerak. Di dalam indikator, siswa dituntut untuk dapat menjelaskan struktur dan fungsi rangka, menjelaskan hubungan antar tulang yang membentuk berbagai persendian, menjelaskan struktur dan fungsi otot, menghubungkan berbagai gerakan dan persendian yang terlibat, mendiskripsikan struktur tulang, dan


(25)

12

mengidentifikasi berbagai penyakit atau gangguan yang terjadi pada sistem gerak manusia. Indikator tersebut termasuk dalam kategori berpikir kritis. Permasalahan yang ada di SMA N 1 Weleri yaitu soal-soal yang digunakan dalam materi sistem gerak belum mampu menumbuhkan dan mengukur kemampuan berpikir kritis siswa. Karakter berpikir kritis penting dimiliki oleh siswa untuk menjadi manusia yang mandiri dalam kehidupan masa depan yang kompetitif. Berdasarkan permasalahan yang ada, perlu dikembangkan alat evaluasi berbasis berpikir kritis pada materi sistem gerak. Pengembangan alat evaluasi ini diharapkan dapat mengukur kemampuan berpikir kritis siswa di SMA N1 Weleri. Kerangka pikir penelitian ini disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka pikir penelitian Siswa sudah

memperlihatkan kemampuan berpikir kritis dalam

pembelajaran

Mengembangkan alat evaluasi berbasis berpikir kritis pada materi sistem gerak (dengan bentuk soal pilihan ganda, sebab-akibat, dan uraian)

Indikator

pembelajaran materi sistem gerak

menuntut siswa untuk berpikir kritis Soal evaluasi yang

digunakan di SMA 1 Weleri belum mampu menumbuhkan dan mengukur kemampuan berpikir kritis siswa

Karakter berpikir kritis penting bagi siswa untuk menjadi manusia mandiri dalam kehidupan masa depan yang kompetitif.

-Alat evaluasi berbasis berpikir kritis pada materi sistem gerak layak digunakan di SMA N 1 Weleri -Kemampuan berpikir kritis siswa dapat diukur


(26)

D.Pertanyaan penelitian

1. Apakah alat evaluasi yang dikembangkan dapat mengukur kemampuan berpikir kritis siswa?

2. Apakah alat evaluasi yang dikembangkan sudah sesuai dengan standar kelayakan?

3. Apakah butir soal yang dikembangkan memiliki daya pembeda yang baik

(≥0,3)?

4. Apakah butir soal yang dikembangkan mempunyai tingkat kesukaran antara 0,3-0,7?

5. Apakah butir soal yang dikembangkan memiliki reliabilitas tinggi (≥0,6)? 6. Apakah siswa memberikan tanggapan yang positif terhadap alat evaluasi yang


(27)

14

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Lokasi dan Waktu Penelitian

Proses pengembangan alat evaluasi berbasis berpikir kritis dilaksanakan di kampus UNNES bulan April-November 2012. Uji coba dilaksanakan di SMA N 1 Weleri semester ganjil tahun ajaran 2012/2013.

B.Subjek Uji Coba Penelitian

Subjek uji coba awal soal evaluasi adalah kelas XII IPA 2 dan 3. Uji coba pemakaian pada kelas XI IPA 1, 2, dan 3 SMA N 1 Weleri semester Ganjil tahun ajaran 2012/2013.

C.Rancangan Penelitian

Penelitian ini dirancang sebagai penelitian pengembangan (Research and Development). Menurut Sugiyono (2008) penelitian pengembangan merupakan metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut.

D.Prosedur Penelitian

Proses penelitian pengembangan alat evaluasi berbasis berpikir kritis pada materi sistem gerak disajikan pada Gambar 2.

1. Tahap Pendahuluan

a. Potensi dan masalah

Pengembangan alat evaluasi berbasis berpikir kritis ini dilatarbelakangi oleh adanya potensi siswa yang menunjukan cara berpikir kritis sedangkan masalah yang terjadi di lapangan yaitu belum adanya alat evaluasi yang mampu mengukur kemampuan berpikir kritis siswa.

b. Pengumpulan data

Berdasarkan hasil identifikasi potensi dan masalah, dilakukan wawancara di sekolah yang akan digunakan untuk penelitian. Berdasarkan wawancara terhadap guru biologi SMA N 1 Weleri diketahui bahwa soal-soal yang digunakan pada materi sistem gerak berbentuk soal obyektif (ranah ingatan dan pemahaman). Soal tersebut belum dapat digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa SMA N 1 Weleri sedangkan siswa sudah


(28)

menunjukkan kemampuan berpikir kritis. Hal tersebut dilihat dari adanya siswa yang bertanya dan mengungkapkan pendapat saat pembelajaran. Indikator pembelajaran materi sistem gerak di SMA Negeri 1 Weleri menuntut siswa untuk dapat berpikir kritis.

Gambar 2. Prosedur penelitian dan pengembangan (diadaptasi dari Sugiyono, 2008)

2. Tahap Pengembangan

a. Desain produk

Desain soal evaluasi yang akan dikembangkan adalah bentuk soal pilihan ganda, sebab-akibat, dan uraian. Soal-soal tersebut mengukur ranah kognitif siswa tipe analisis, evaluasi, dan mencipta. Jumlah soal yang akan digunakan

TAHAP PENDAHULUAN

TAHAP PENGEMBANGAN

TAHAP AKHIR

Revisi alat evaluasi berbasis berpikir kritis Uji coba awal alat

evaluasi berbasis berpikir kritis pada sampel terbatas

Desain alat evaluasi berbasis berpikir kritis Validasi desain

alat evaluasi berbasis berpikir kritis oleh pakar Analisis dan

revisi alat evaluasi

berbasis berpikir kritis

Pengumpulan data dengan melakukan wawancara terhadap guru mata

pelajaran Biologi SMA N 1 Weleri

Adanya potensi dan masalah yaitu belum adanya alat evaluasi yang mengukur kemampuan berpikir kritis siswa

Produk final alat evaluasi berbasis berpikir kritis

Uji pemakaian alat evaluasi berbasis berpikir kritis


(29)

16

dalam uji pemakaian sebanyak 20 butir soal terdiri dari 10 butir soal pilihan ganda, 5 butir soal sebab-akibat, dan 5 butir soal uraian. Hal tersebut disebabkan waktu yang diberikan untuk mengerjakan soal adalah 90 menit. b. Validasi pakar

Validasi pakar dilakukan oleh pakar alat evaluasi dan pakar materi, serta guru mata pelajaran Biologi SMA N 1 Weleri menggunakan lembar penilaian alat evaluasi. Validasi pakar dilakukan untuk mendapat masukan-masukan yang sesuai untuk perbaikan.

c. Revisi desain

Revisi desain soal evaluasi berdasarkan masukan validator karena alat evaluasi belum sesuai aspek yamg dinilai.

d. Uji coba awal

Soal hasil revisi diuji cobakan pada siswa kelas XII IPA 2 dan XII IPA 3 yang sudah mendapatkan materi sistem gerak. Sebanyak 31 item soal yang telah dibuat dianalisis daya pembeda, tingkat kesukaran dan reliabilitasnya.

Daya pembeda soal pilihan ganda dianalisis menggunakan rumus nomer 1.

Keterangan:

DP = Indeks daya beda

∑A = Jumlah peserta tes yang menjawab benar pada kelompok atas

∑B = Jumlah peserta tes yang menjawab benar pada kelompok bawah nA = Jumlah peserta tes pada kelompok atas

nB = Jumlah peserta tes pada kelompok bawah

Daya pembeda soal uraian dianalisis menggunakan rumus nomer 2.

kriteria daya pembeda:

Dp ≥ 0,3 = soal diterima Dp = 0,10 s.d 0,29 = soal direvisi

- - - (1)


(30)

Dp < 0,10 = soal ditolak (Surapranata 2005)

Hasil analisis daya pembeda uji coba awal dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Daya pembeda soal uji coba awal

Daya Pembeda

Nomer Soal Obyektif Uraian 0,11 14

0,17 21 0,22 2, 16, 17 0,28 15, 24

0,31 4, 6

0,33 4, 6, 10, 11, 19, 23 7 0,39 9, 13

0,44 1, 7, 8, 12, 20

0,47 5

0,50 3 3

0,61 18 1

0,67 5

0,69 2

0,72 22

Berdasarkan Tabel 1, daya pembeda soal nomor 2, 14, 15, 16, 17, 21, dan 24 kurang dari 0,3 sehingga soal tersebut dibuang. Analisis daya pembeda soal uji coba awal selengkapnya disajikan pada Lampiran 16.

Tingkat kesukaran dianalisis menggunakan rumus nomer 3.

Keterangan:

p = tingkat kesukaran

∑x = banyaknya peserta tes yang menjawab benar Sm = skor maksimum

N = jumlah peserta tes Keterangan:

P < 0,3 = sukar

0,3 ≤ p ≤ 0,7 = sedang

P > 0,7 = mudah (Surapranata 2005)

Hasil analisis tingkat kesukaran uji coba awal dapat dilihat pada Tabel 2. - - - (3)


(31)

18

Tabel 2 Tingkat kesukaran soal uji coba awal

Tingkat Kesukaran Nomer Soal

Obyektif Uraian

Sukar 12, 24

Sedang 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 13, 14, 18, 19, 20, 21, 22, 23 1, 2, 5, 6, 7

Mudah 1, 3, 10, 11, 15, 16, 17, 3, 4

Berdasarkan Tabel 2, diperoleh soal dengan kriteria sukar, sedang, dan mudah adalah 2, 20, dan 9 item. Analisis tingkat kesukaran soal uji coba awal selengkapnya disajikan pada Lampiran 17.

Reliabilitas soal pilihan ganda dianalisis menggunakan rumus nomer 4 (K-R.20).

Keterangan:

ri = reliabilitas instrumen

p = proporsi subyek menjawab item dengan benar

q = proporsi subyek menjawab item dengan salah (q= 1-p) k = banyaknya butir soal

= varians total (Sugiono 2006)

Reliabilitas soal uraian dianalisis menggunakan rumus nomer 5 (Alfa Cronbach).

Keterangan:

k = banyaknya butir soal = jumlah kuadrat kesalahan = varians total

Jki = Jumlah kuadrat seluruh skor item JKs = Jumlah kuadrat subyek (Sugiono 2006)

Kriteria reliabilitas soal dikelompokkan dalam lima kriteria skor sebagai berikut :

- - - (5) - - - (4)


(32)

rxy ≤ 0,20 = reliabilitas sangat rendah

0,20<rxy≤0,40 = reliabilitas rendah

0,40<rxy≤0,60 = sedang

0,60<rxy≤0,80 = tinggi

0,80<rxy≤1,00 = sangat tinggi

Hasil analisis reliabilitas pada uji coba awal soal pilihan dan soal uraian yaitu 0,73 dan 0,64. Analisis reliabilitas soal obyektif dan uraian selengkapnya disajikan pada Lampiran 18 dan Lampiran 19.

e. Revisi produk

Revisi dilakukan dengan membuang item soal yang daya pembedanya kurang dari 0,3 dan memilih secara acak 2 item soal pilihan ganda serta 2 item soal uraian sehingga didapatkan 20 item soal dengan jumlah soal obyektif, sebab-akibat, dan uraian masing-masing sebanyak 10, 5, dan 5.

3. Tahap Akhir

a. Uji pemakaian

Uji pemakaian produk dilakukan pada siswa kelas XI IPA 1, 2 dan 3 SMA N 1 Weleri. Pengujian dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang analisis soal secara kuantitatif (daya pembeda, tingkat kesukaran, dan reliabilitas) dan tanggapan siswa terhadap alat evaluasi yang telah dikembangkan.

b. Produk final

Setelah melalui beberapa tahap, didapat produk final yang telah diuji coba dinyatakan layak dan baik.

E.Data dan Metode Pengumpulan Data

1. Kelayakan alat evaluasi oleh pakar alat evaluasi dan materi serta guru biologi dikumpulkan menggunakan angket bentuk daftar cek terdiri dari 21 aspek penilaian (Lampiran 12).

2. Tanggapan siswa terhadap alat evaluasi dikumpulkan menggunakan angket bentuk daftar cek terdiri dari 8 pernyataan (Lampiran 14) yang dilakukan pada saat uji coba awal dan uji pemakaian (akhir pertemuan ketiga materi sistem gerak).


(33)

20

3. Daya beda, tingkat kesukaran, dan reliabilitas dianalisis menggunakan rumus daya pembeda soal obyektif dan uraian, tingkat kesukaran, K-R.20, dan alfa cronbach dilakukan setelah uji coba awal dan uji coba pemakaian.

F. Metode Analisis Data

1. Analisis hasil pengembangan alat evaluasi dilakukan secara diskritif dengan menelaah kesesuaian alat evaluasi dengan karakter berpikir kritis.

2. Analisis data kelayakan alat evaluasi diuji oleh validator dan guru pengampu mata pelajaran biologi dianalisis dengan uji deskriptif persentase dengan rumus nomer 7.

Keterangan :

% = persentase sub variabel

n = jumlah skor tiap pertanyaan/pernyataan N = jumlah skor maksimum (Ali 1993) Kriteria penskoran sebagai berikut, 25 < % ≤ 43,75 : tidak layak 43,75 < % ≤ 62,50 : kurang layak 62,50 < % ≤ 81,25 : layak

81,25 < % ≤ 100 : sangat layak

3. Analisis tanggapan siswa terhadap keterbacaan alat evaluasi berbasis berpikir kritis materi sistem gerak menggugunakan rumus nomer 8.

Keterangan :

% = persentase sub variabel

n = jumlah skor tiap pertanyaan/pernyataan N = jumlah skor maksimum (Ali 1993) Kriteria penskoran sebagai berikut,

25 < % ≤ 43,75 : negatif

43,75 < % ≤ 62,50 : biasa

- - - (7)


(34)

62,50 < % ≤ 81,25 : positif

81,25 < % ≤ 100 : sangat positif

4. Analisis daya pembeda pilihan ganda dan uraian menggunakan rumus nomer 1 dan 2. Tingkat kesukaran menggunakan rumus nomer 3. Reliabilitas soal pilihan ganda dan uraian menggunakan rumus nomer 4 dan 5. Kemudian dianalisis hasil belajar siswa yang diperoleh dari skor hasil mengerjakan soal evaluasi. Data skor tes dihitung dengan rumus yang digunakan oleh guru:


(35)

22

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Hasil

1. Pengembangan Alat Evaluasi

Desain awal dari alat evaluasi berbasis berpikr kritis pada materi sistem gerak berjumlah 31 soal dengan bentuk soal pilihan ganda, sebab-akibat, dan uraian masing-masing sebanyak 14, 10, dan 7 item. Siswa diuji pada ranah analisis, evaluasi dan mencipta maka soal diberi komponen yang dapat dianalisis, dievaluasi dan dicipta (komponen stimulus). Pada uji coba awal, ditemukan 7 item soal dengan daya pembeda ≤ 0,3 pada soal pilihan ganda dan sebab-akibat. Soal yang daya pembedanya ≤ 0,3 dibuang. Selanjutnya memilih secara acak 2 soal pilihan ganda dan 2 soal urian untuk dibuang. Soal tersebut ditata dan diurutkan kembali sehingga didapatkan item bentuk pilihan ganda, sebab-akibat, dan uraian masing-masing sebanyak 10, 5, dan 5.

Pada penelitian ini telah dihasilkan alat evaluasi berbasis berpikir kritis pada materi sistem gerak di SMA. Alat evaluasi berupa 20 item soal dengan bentuk soal pilihan ganda, sebab-akibat dan uraian masing-masing sebanyak 10, 5, dan 5 item. Soal evaluasi uji pemakaian disajikan pada Lampiran 8. Instrumen tersebut selanjutkan dinilai oleh validator. Penilaian ini dilakukan untuk mendapatkan masukan yang sesuai untuk perbaikan alat evaluasi yang dikembangkan.

2. Validasi Pakar

Alat evaluasi berbasis berpikir kritis pada materi sistem gerak divalidasi oleh 4 orang terdiri dari 1 orang dosen evaluasi, 1 orang dosen materi dan 2 orang guru biologi. Hasil validasi pakar terhadap alat evaluasi berbasis berpikir kritis disajikan pada Tabel 3.


(36)

Tabel 3 Validasi pakar terhadap alat evaluasi berbasis berpikir kritis

No Validator Hasil penilaian (%) Kriteria

1 Validator 1 78,57 Layak

2 Validator 2 82,14 Sangat layak

3 Validator 3 83,33 Sangat layak

4 Validator 4 86,90 Sangat layak

Presentase rata-rata 82,74 Sangat layak * Rekapitulasi penilaian alat evaluasi berbasis berpikir kritis pada materi sistem gerak disajikan

pada Lampiran 15.

Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa hasil presentase rata-rata validasi alat evaluasi sebesar 82,74 % yang termasuk pada krieria “sangat layak”, artinya alat evaluasi yang dikembangkan dapat digunakan untuk uji coba awal.

Meskipun penilaian validator termasuk sangat layak, tetapi masih ada 6 butir soal yang harus diperbaiki. Nomer yang perlu diperbaiki berdasarkan saran validator disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Revisi Soal Setelah Validasi

No Soal Sebelum revisi Sesudah revisi

4

8

Mengapa patah tulang pada anak lebih cepat pulih dibanding orang dewasa?

a. Karena tulang pada anak lebih banyak mengandung sel-sel tulang rawan yang terisi oleh osteoblas b. Karena tulang pada orang dewasa

belum mengalami perubahan menjadi tulang keras/tulang sejati c. Karena tulang pada anak lebih

banyak mengandung sel-sel tulang rawan yamg terisi oleh osteoklas d. Karena tulang pada anak-anak

sudah mengalami perubahan menjadi tulang keras atau tulang sejati

e. Karena tulang pada anak lebih banyak mangandung sel-sel tulang rawan yang terisi oleh osteosit

Jika anda membuat bagan peta konsep seperti dibawah ini, hal apa saja yang akan ada isikan pada bagian yang kosong?

Bagan yang bernomor 1, 2, dan 4 secara berturut-turut akan anda isi

fraktura atau patah tulang merupakan salah satu gangguan mekanis pada tulang yang terjadi akibat jatuh atau benturan dengan benda keras. Jelaskan mengapa patah tulang pada anak lebih cepat pulih dibanding orang dewasa ?

a. tulang pada anak lebih banyak mengandung sel-sel tulang rawan yang terisi oleh osteoblas b. tulang pada orang dewasa belum

mengalami perubahan menjadi tulang keras/tulang sejati c. tulang pada anak lebih banyak

mengandung sel-sel tulang rawan yamg terisi oleh osteoklas d. tulang pada anak-anak sudah

mengalami perubahan menjadi tulang keras atau tulang sejati e. tulang pada anak lebih banyak

mangandung sel-sel tulang rawan yang terisi oleh osteosit

Jika anda membuat bagan peta konsep tentang sistem gerak seperti di bawah ini, apa saja yang akan anda isikan pada bagian yang kosong?

Bagian yang bernomor akan anda isi dengan....


(37)

24

No soal Sebelum revisi Sesudah revisi

9

14

15

3 Uraian

dengan..

a. sistem gerak, aktif, lurik b. pasif, apendikular, jantung c. sistem gerak, pasif, otot d. sistem gerak, otot, jantung e. pasif, aktif, apendikular

Atropi merupakan kelainan otot yang disebabkan karena otot jarang digunakan melakukan aktivitas fisik sehingga otot akan kendur dan mengecil. Apa yang terjadi jika kita melakukan aktivitas fisik atau latihan otot secara rutin?

a. Otot menjadi besar dan keras karena sering berkontraksi b. Otot menjadi kecil dan keras

karena sering berkontraksi c. Otot akan seperti atlet

binaragawan karena sering dilatih d. Otot akan biasa-biasa saja karena

dilatih secara rutin

e. Otot akan menjadi lebih kuat karena sering dilatih

Artikulasi sinartosis dibedakan menjadi sinfribosis dan sinkondrosis SEBAB sinartosis adalah hubungan antar tulang yang tidak memungkinkan adanya gerakan

Rakitis merupakan penyakit tulang akibat kelebuhan vitamin D SEBAB kelebihan vitamin mengakibatkan sel tulang banyak memperoleh zat kapur sehingga tulang menjadi lunak

Buatlah sebuah bagan/skema dengan menggunakan kata-kata dibawah ini. - Tengkorak - Tulang paha - Anggota gerak atas - Rangka aksial - Tulang belakang - Rangka manusia - Tulang lengan atas

- Anggota gerak bawah - Rangka apendikuler

a. 1.sistem gerak, 2.aktif, 6.lurik b. 1.pasif, 5.apendikular, 7.jantung c. 1.sistem gerak, 2.pasif, 4.otot d. 2.sistem gerak, 4.otot, 5.jantung e. 2.pasif, 4.aktif, 6.apendikular pada suatu saat anda bangun tidur dan merasa leher anda terasa sakit waktu digerakkan. Keadaan tersebut dinamakan kelainan otot yang dikenal dengan kaku leher (stiff). Kaku leher disebabkan karena ....

a. kesalahan posisi kepala, otot tidak mengalami tekanan sehingga otot leher menjadi sakit saat digerakkan

b. otot mengalami kesleo pada waktu tidur sehingga saat bangun tidur otot leher terasa sakit saat digerakkan

c. tidak melakukan peregangan otot sebelum tidur sehingga otot tidak rileks dan mengalami kaku saat bangun

d. tidak menentukan posisi tidur yang nyaman sehingga saat bangun tidur otot leher mengalami kaku leher

e. kesalahan posisi kepala, leher mengalami tekanan yang salah mengakibatkan otot akan tegang sepanjang malam

Artikulasi sinartosis dibedakan menjadi sinfribosis dan sinkondrosis SEBAB sinkondrosis penghubungnya adalah jaringan tulang rawan (kartilago) sedangkan sinfibrosis penghubungnya adalah serabut jaringan ikat

Rakitis merupakan kelainan pada tulang yang menyebabkan kaki berbentuk huruf X atau O SEBAB rakitis adalah gangguan terhadap pertumbuhan tulang karena kekurangan vitamin D

Buatlah sebuah bagan/skema tentang rangka manusia dengan menggunakan kata-kata dibawah ini.

- Tengkorak - Tulang paha - Anggota gerak atas - Rangka aksial - Tulang belakang - Rangka manusia - Tulang lengan atas

- Anggota gerak bawah - Rangka apendikuler Tabel 4 Revisi soal setelah validasi (lanjutan)


(38)

Beberapa soal yang diperbaiki sesuai saran dari validator yang telah di sajikan pada Tabel 4 yaitu item nomer 4, 8, 9, 14, 15, dan 3 uraian. Pada soal nomer 4, soal ditambah dengan materi yang dapat dianalisis atau didalam soal dikenal dengan komponen stimulus. Menurut Devi (2010) agar setiap soal dapat menuntut berpikir kritis siswa, maka setiap butir soal selalu diberikan dasar pertanyaan atau stimulus. Soal nomer 8 ditambah keterangan “bagan peta konsep

tentang sistem gerak” dan perbaikan pada alternatif jawaban. Pemberian judul

pada gambar bagan bertujuan untuk memperjelas dan tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda oleh siswa. Surapranata (2005) menjelaskan pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas sehingga tidak menimbulkan pengertian dan penafsiran yang berbeda dari yang dimaksud oleh pembuat soal.

Soal nomer 9 direvisi karena soal tidak sesuai dengan indikator sehingga soal dirubah total atau diganti. Menurut Surapranata (2005) tentang kaidah penulisan, soal harus sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator sehingga menanyakan materi dan perilaku yang hendak diukur. Indikator soal nomer 9 adalah Disajikan diskripsi sebuah situasi, siswa dapat memprediksi berbagai penyakit/gangguan yang terjadi pada sistem gerak pada manusia. Sebelum direvisi, item soal tersebut menanyakan hal yang terjadi pada otot seharusnya yang ditanyakan adalah tentang penyakit atau kelainan yang terjadi pada sistem gerak manusia. Sehingga item soal tersebut diganti atau dirubah total agar sesuai dengan indikator.

Soal nomer 14 dan 15 adalah soal bentuk sebab-akibat. Item 14 direvisi dengan mengganti pernyataan kedua pada item dengan pernyataan yang lebih komplek, hal tersebut dilalakukan untuk mengubah ranah analisis menjadi ranah evaluasi. Soal sebab-akibat cenderung pada ranah analisi maka dibuat kedalam ranah evaluasi sesuai saran dari validator agar relebih variatif. Soal nomer 15 menurut validator terlalu mudah sehingga kalimat soal dirubah. Hubungan sebab-akibat pada soal dibuat lebih komplek agar dapat merangsang kemampuan berpikir kritis siswa. Soal uraian nomer 3 ditambah keterangan “bagan/skema tentang rangka manusia” hal tersebut bertujuan agar bagan/skema mempunyai judul dan soal tidak bersifat terlalu terbuka. Seperti yang telah dijelaskan


(39)

26

sebelumnya, pemberian judul pada gambar bagan bertujuan untuk memperjelas dan tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda oleh siswa.

3. Uji Coba Pemakaian

20 soal yang telah dianalisis pada uji coba awal digunakan pada uji coba pemakaian. Soal diuji cobakan pada kelas XI IPA 1, 2, dan 3. Hasil analisis daya pembeda dan tingkat kesukaran uji coba pemakian disajikan pada Tabel 5 dan Tabel 6.

Tabel 5 Daya pembeda soal uji coba pemakaian Daya

Pembeda

Nomer Soal Obyektif Uraian 0,30 4, 7, 15

0,33 2, 10, 12 4

0,35 16 1

0,37 5, 8, 9

0,40 3, 13

0,43 1, 11

0,48 5

0,50 6

0,53 2

0,57 14

0,60 3

Berdasarkan Tabel 5, daya pembeda soal pilihan ganda maupun soal uraian ≥0,30 yang artinya soal diterima. Analisis daya pembeda soal uji coba pemakaian selengkapnya disajikan pada Lampiran 20.

Tabel 6 Tingkat kesukaran soal uji coba pemakaian Tingkat Kesukaran Nomer Soal

Obyektif Uraian

Sukar 14

Sedang 3, 6, 7, 10, 11, 12, 13, 15 1, 2, 4, 5

Mudah 1, 2, 4, 5, 8, 9, 3

Berdasarkan Tabel 6, diperoleh tingkat kesukaran soal dengan kriteria sukar yaitu nomer 14, kriteria sedang yaitu nomer 3, 6, 7, 10, 11, 12, 13, 15 untuk soal obyektif dan nomer 1, 2, 4, 5 untuk soal uraian, kriteria mudah yaitu nomer 1, 2, 4, 5, 8, 9 untuk soal obyektif dan nomer 3 untuk soal uraian. Perhitungan tingkat kesukaran soal uji coba pemakaian selengkapnya disajikan pada Lampiran 21.

Hasil analisis reliabilitas soal obyektif menggunakan rumus Kuder Richardson yaitu 0,63. Analisis reliabilitas soal uraian menggunakan rumus Alfa Cronbach yaitu 0,61. Perhitungan reliabilitas soal pilihan ganda dan uraian uji coba pemakaian selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 22 dan Lampiran 23.


(40)

4. Tanggapan Siswa

Setelah mengerjakan alat evaluasi, siswa mengisi angket tanggapan yang telah disediakan. Siswa memberikan tanggapan positif terhadap alat evaluasi yang dikembangkan. Data tanggapan siswa disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Data tanggapan siswa pada uji coba pemakaian

Tanggapan siswa %

Sangat positif 29,98

Positif 50,34

Biasa 0,56

Negatif

Rata-rata 80,12

*Rekapitulasi angket tanggapan siswa uji coba pemakaian selengkapnya disajikan pada Lampiran 26.

Berdasarkan Tabel 7, dapat diketahui bahwa lebih dari 75% siswa memberikan tanggapan positif. Hal tersebut dapat dilihat dari presentase rata-rata tanggapan siswa yaitu 80,12%.

B.Pembahasan

20 dari 31 item soal yang dikembangkan telah digunakan pada uji coba pemakaian. Hal tersebut disesuaikan dengan saran dari guru, karena waktu yang digunakan untuk mengerjakan soal adalah 90 menit. Pemilihan soal didasarkan pada kriteria daya pembeda soal dan indikator soal. Pada uji coba awal, terdapat 7 item soal dengan kriteria daya pembeda yang kurang dari 0,3 dibuang. Dan memilih secara acak 2 soal pilihan ganda dan 2 soal uraian tetapi setiap indikator soal harus terwakili minimal 1 soal. Daftar soal yang digunakan disajikan pada Lampiran 6.

Siswa diuji pada ranah analisis, evaluasi dan mencipta maka soal diberi komponen yang dapat dianalisis, dievaluasi dan dicipta (komponen stimulus). Seperti yang dijelaskan oleh Devi (2010) bahwa soal-soal pembelajaran IPA keterampilan analisis, sintesis dan evaluasi dapat dikembangkan dengan menyajikan stimulus dalam bentuk data percobaan, grafik, gambar, suatu fenomena atau diskripsi singkat suatu fenomena.

Alat evaluasi berupa 20 item soal dengan bentuk soal pilihan ganda, sebab-akibat dan uraian masing-masing sebanyak 10, 5, dan 5 item selanjutnya dinilai oleh validator. Hasil presentase rata-rata validasi pakar terhadap alat


(41)

28

evaluasi sebesar 82,74%. Monica (2005) berpendapat bahwa, hasil penilaian pakar terhadap suatu tes yang dikembangkan minimal 70%. Artinya, alat evaluasi berbasis berpikir kritis pada materi sistem gerak yang dikembangkan pada penelitian ini telah memenuhi aspek-aspek yang dinilai.

Penilaian alat evaluasi terbagi atas 3 poin yang ditelaah yaitu kisi-kisi soal, soal, dan pedoman penskoran. Kisi-kisi soal alat evaluasi telah mendapat kelayakan dari validator meliputi kelengkapan kopetensi dasar, indikator, nomor soal, dan kunci jawaban serta kesesuaian dengan SK dan KD.

Ditinjau dari penilaian validator, alat evaluasi berbasis berpikir kritis ini sangat layak dari segi identitas soal yang telah lengkap meliputi nama mata pelajaran, kelas, semester, materi dan waktu mengerjakan. Petunjuk mengerjakan dan kalimat soal dapat dipahami. Panjang rumusan pilihan jawaban yang disajikan pada soal obyektif relatif sama. Rumusan pertanyaan/pernyataan soal uraian menggunakan sudah menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut siswa menguraikan jawaban. Penyajian gambar, grafik, tabel, dan sejenisnya disajikan secara jelas dan berfungsi. Alat evaluasi yang dikembangkan dapat merangsang rasa ingin tahu dan kemampuan berpikir kritis siswa. Soal tersebut juga dapat mengukur kemampuan mengasumsi, memprediksi, menyimpulkan, menganalisis, mengevaluasi, membuat grafik/skema/bagan/tabel. Selain itu materi yang ditanyakan sudah sesuai dengan jenjang sekolah atau tingkat kelas.

Alat evaluasi ini membutuhkan pedoman penskoran untuk mempermudah peneliti dalam memberi skor. Pedoman penskoran tersebut juga telah mendapat kelayakan dari validator. Pedoman penskoran menguraikan kriteria penskoran atau komponen yang akan dinilai seperti rentang skor dan besarnya skor untuk setiap kriteria. Kriteria penskoran dapat mendiskripsikan jawaban dan skor yang diperoleh.

Setelah melalui beberapa tahap pengembangan, 20 soal yang diuji cobakan sudah baik, hal ini ditunjukkan dengan hasil analisis daya pembeda yaitu soal diterima (≥0,30). Surapranata (2005) menjelaskan bahwa daya pembeda ≥0,30 merupakan soal yang termasuk dapat membedakan kelompok siswa yang bekemampuan tinggi dan berkemampuan rendah. Suryabrata (1989)


(42)

mengemukakan daya pembeda soal merupakan validitas soal. Jika dilihat dari

daya pembeda ≥0,30, maka soal tersebut dapat dikatakan soal valid.

Hasil analisis reliabilitas soal pilihan ganda dan uraian adalah 0,63 dan 0,61. Reliabilitas soal sebesar 0,60 sampai dengan 0,80 termasuk pada kriteria tinggi. Jadi soal hasil pengembangan dapat dikatakan mempunyai reliabilitas tinggi. Sukardi (2010) menjelaskan bahwa semakin tinggi reliabilitas suatu tes, maka semakin yakin bahwa hasil suatu tes mempunyai hasil yang sama dan dapat digunakan untuk mengevaluasi di suatu sekolah.

Selain analisis daya pembeda dan reliabilitas, tingkat kesukaran juga dianalisis. Didapatkan item soal dengan kriteri sukar, sedang, dan mudah masing-masing 1, 12, dan 7. Surapranata (2005) menjelaskan bahwa tingkat kesukaran antara 0,30 sampai dengan 0,7 (kriteria sedang) merupakan soal yang homogen dan dapat menghasilakan penyebaran skor yang luas. Namun, mengingat penyusunan soal sudah melalui penilaian pakar bahwa setiap indikator harus terwakili, maka item soal dengan kriteria sukar dan mudah digunakan untuk evaluasi. Subali (2009) menjelaskan bahwa item soal yang tergolong sukar dapat digunakan sebagai penanda bahwa siswa belum menguasai indikator yang diukur pada item tersebut. Demikian juga dengan item soal yang tergolong mudah digunakan sebagai penanda bahwa siswa telah menguasai apa yang hendak diukur pada indikator.

Meski siswa yang termasuk dalam kategori kritis lebih dari 50% , hanya 22% siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimum. Hal tersebut dikarenakan bentuk soal sebab-akibat jarang ditemui, sehingga siswa belum terbiasa dengan bentuk soal tersebut. Soal bentuk uraian terlalu terbuka yang menuntut siswa untuk menjawab secara luas, sedangkan kemampuan siswa belummencapai hal tersebut. Soal uraian yang terlalu terbuka perlu ditinjau kembali dengan memberi batasan-batasan untuk menjawab soal agar siswa lebih mudah untuk menjawab. Soal yang dikembangkan kurang sesuai dengan sekolah yang digunakan pada penelitian ini, sehingga soal tersebut perlu diuji cobakan pada siswa yang memiliki kemampuan kognitif lebih tinggi.

Pada uji coba pemakaian siswa yang memberikan tanggapan sangat positif, positif, dan biasa adalah 29,98%, 50,34% dan 0,56%. Artinya siswa tidak


(43)

30

merasa kesulitan memahami petunjuk mengerjakan maupun kalimat soal. Selain itu menurut siswa, gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya sudah jelas dan membantu dalam mengerjakan. Soal yang dikembangkan menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indinesia yang baik dan benar serta tidak menggunakan bahasa lokal. Materi yang ditanyakan sesuai dengan yang diajarkan. Dan setelah mengerjakan alat evaluasi, siswa menjadi lebih ingin tahu.

Berdasarkan uraian diatas, pada penelitian ini telah dihasilkan produk final alat evaluasi berbasis berpikir kritis pada materi sistem gerak di SMA. Alat evaluasi tersebut berupa 20 item soal dengan bentuk pilihan ganda, sebab-akibat, dan uraian masing-masing berjumlah 10, 5, dan 5 item. Soal tersebut telah divalidasi dan dinyatakan sangat layak. Berdasarkan hasil analisis daya pembeda, tingkat kesukaran, dan reliabilitas soal tersebut baik. Diperoleh daya pembeda

soal ≥0,3, tingkat kesukaran soal antara 0,3-0,7 sebanyak 12 item , reliabilitas soal pilihan ganda 0,63 dan soal uraian 0,61. Dengan demikian soal tersebut dapat digunakan. Produk final selengkapnya disajikan pada Lampiran 3.


(44)

31

A.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa :

1. Telah dihasilkan alat evaluasi untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa pada materi sistem gerak di SMA berupa 20 item soal dengan ranah analisis, evaluasi dan mencipta.

2. Alat evaluasi berbasis berpikir kritis pada materi sistem gerak hasil pengembangan dinyatakan sangat layak oleh validator

3. Karakteristik butir dan tes menunjukan alat evaluasi yang dikembangkan baik.

B.Saran

Berdasarkan simpulan di atas, maka alat evaluasi berbasis berpikir kritis pada materi sistem gerak hasil penelitian ini perlu perbaikan untuk penyempurnaan apabila digunakan dalam pembelajaran dengan mengujicobakan pada siswa yang memiliki kemampuan kognitif tinggi.


(45)

32

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 1993. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa.

Amirin TM. 2011. Taksonomi Bloom Versi Baru. http://tatangmanguny. wordpress.com/2011/02/03/taksonomi-bloom-versi-baru-2/ (diunduh pada tanggal 21-03-2012).

Anderson LW & Krath W. 2001. A Taxonomy for Learning, Taeching, and

Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Obyectives. New york : Addison Wesley Longman.

Arikunto S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikasn.Jakarta : PT Bumi Aksara Arthana KP. 2010. Pembelajaran Inovatif Berbasis Deep Dialogue/Critical

Thingking. Jurnal Teknologi Pendidikan (10) : 16-21.

Aryana IBP. 2006. Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Inovatif pada Pelajaran Biologi Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMA. Jurnal Pendidikan dan pengajaran IKIP Negeri Singaraja (3) : 496-515. Azwar S. 2001. Reliabilitas dan Validitas. Bandung: Remaja Rosdakarya

[BSNP] Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus SMA/MA Mata Pelajaran Biologi. Jakarta : BSNP.

Devi PK. 2010. Pengembangan Soal “Higher Order Thinking Skill” dalam Pembelajaran IPA SMP/MTS. Pusat Pemngembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA).

Dwijananti P & D Yulianti. 2010. Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Melalui Pembelajaran Problem Based Instruktion pada Mata Kuliah Fisika Lingkungan. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia (6) : 108-114.

Gokhale AA. 1995. Collaborative Learning Enhances Critical Thinking. Journal of technology education (7) : 22-30.

Hashemi SA. 2011. The Use of Thinking in Social Science Textbooks of High School : A Field Study of Fars. International Journal of Intruction (4) : 63-78.

Johnson EB. 2007. Contextual Teaching and Learning : Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung : Mizan Learning Center (MLC).


(46)

Kurniawan E. 2002. Pembudayaan Keterampilan Berpikir Kritis Di Perguruan

Tinggi Melalui Cognitive Coaching.

http://www.scribd.com/doc/3145145/PEMBUDAYAAN

KETERAMPILAN-BERPIKIR-KRITIS (diunduh pada tanggal 18-04-2012).

Lewy, Zulkardi, & N Aisyah. 2009. Pengembangan Soal Untuk Mengukur Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Pokok Bahasan Barisan Dan Deret Bilangan Di Kelas Ix Akselerasi Smp Xaverius Maria Palembang. JURNAL Pendidikan Matematika (3) : 15-28.

Liliasari. 2003. Peningkatan Mutu Guru dalam Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Melalui Model Pembelajaran Kapita Selekta Kimia Sekolah Lanjutan. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, (3) : 174-181.

Monica KMM. 2005. Development and validation of a test of integrated science process skills for the further education and training learners (Disertasi). Afrika: University Of Pretoria.

Muhfahroyin. 2009. Memberdayakan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Konstruktivistik. Jurnal Pendidkan dan Pembelajaran (16) : 88-93.

Oktaviana E. 2011. Pengaruh Metode Pembelajaran Berbasis Proyek dalam Pendekatan Jelajah Alam Sekitar Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Materi Pengelolaan Lingkungan (skripsi). Semarang : Unnes.

Rudyatmi E & A Rusilowati. 2012. Evaluasi Bembelajaran. Semarang : FMIPA Unnes.

Subali B. 2009. Pengembangan Tes Pengukur Keterampilan Proses Sains Pola Divergen Mata Pelajaran Biologi SMA. Hasil penelitian dipresentasikan pada Prosiding Seminar Nasional Biologi, Lingkungan dan Pembelajarannya. Jurdik Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 4 Juli 2009

_______. 2010. Penilaian, Evaluasi dan Remidiasi Pembelajaran Biologi. Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.

Subiantoro AW & Bahrudin F. 2009. Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Dalam Pembelajaran Biologi Menggunakan Media Koran. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains (14) : 111-114.

Sudjana N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya


(47)

34

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sukardi. 2010. Evaluasi pendidikan : Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta : Bumi Aksara.

Surapranata S. 2005. Analisis, Validitas, Reliabilitas, dan Interprestasi Hasil Belajar. Bandung : Remaja Rosdakarya.

_________ . 2005. Panduan Penulisan Tes Tertulis: Implementasi Kurikulum 2004. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Suryabrata S. 1998. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Widowati A. 2010. Pengembangan Critical Thinking Melalui Penerapan Model

PBL (Problem Based Learning) dalam Pembelajaran Sains. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132319972/Pengembangan%20Criti cal%20Thinking%20melalui%20Penerapan%20Model%20PBL%20Jurnal %20FIP%202010.pdf (diunduh pada tanggal 19-04-2012).

Widoyoko EP. 2010. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Belajar


(48)

(49)

35

SILABUS

SEKOLAH : SMA NEGERI 1 WELERI

MATA PELAJARAN : BIOLOGI

KELAS /SEMESTER : XI (SEBELAS) / I

STANDAR KOMPETENSI : 3 Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu , kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya

pada Salingtemas

ALOKASI WAKTU : 12 X 45 Menit

Kompetensi Dasar Materi

Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran

Indikator Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber Belajar

Teknik Bentuk

instrumen

3.1 Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan/penya kit yang dapat terjadi pada sistem gerak pada manusia  Komponen penyusun alat gerak manusia:

1. Rangka 2. Otot  Hubungan antar

tulang : 1. Sinartrosis 2. Diartrosis  Berbagai macam

persendian  Berbagai gerak

yang dapat dilakukan manusia  Gangguan pada

sistem gerak manusia

 Studi membaca untuk

mengidetifikasi sistem gerak manusia

 Pengamatan struktur tulang

 Pengamatan berbagai persendian pada manusia  Pengamatan struktur

persendian  Pengamatan

kontraksi otot

 Menjelaskan struktur dan fungsi rangka sebagai penyusun sistem gerak pada manusia.  Mengaitkan hubungan

antartulang yang membentuk berbagai persendian

 Menghubungkan berbagai gerakan dan persendian yang terlibat  Mendeskripsikan

struktur tulang  Menjelaskan struktur

dan fungsi otot sebagai penyusun sistem gerak pada manusia

 Mengidentifikasi berbagai penyakit atau gangguan yang terjadi pada sistem gerak manusia Pengamatan Tes tertulis Lembar penilaian laporan hasil pengamatan Soal uji kompetensi tertulis

5 x 45 menit

 Modul siswa Biologi SMA/MA kelas XI, Drs Hapsoro, Esisi  Buku

Biologi XI, Drs. Purnomo, M.Si. dkk, Esis, Bab IV Lampiran 1


(50)

Sekolah : SMA Negeri 1 Weleri Mata Pelajaran : Biologi

Kelas/Semester : XI / Ganjil Tahun Ajaran : 2012

Materi : Sistem Gerak

Standar Kompetensi : 3. Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada salingtemas

Kompetensi

Dasar Indikator soal

Bentuk soal

Ranah kognitif

Nomer

Soal Kunci Jawaban

3.1 Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi dan proses serta kelainan penyakit yang dapat terjadi pada sistem gerak pada manusia

1. Disajikan sebuah pernyataan, siswa dapat mengasumsikan struktur dan fungsi otot sebagai sistem gerak pada manusia 2. Disajikan sebuah pernyataan, siswa dapat

mengasumsikan penyakit /gangguan yang terjadi pada sistem gerak manusia

3. Disajikan diskripsi sebuah situasi dan pernyataan masalah, siswa dapat

memprediksi struktur dan fungsi rangka sebagai penyusun sistem gerak pada manusia 4. Disajikan diskripsi sebuah situasi, siswa

dapat memprediksi berbagai penyakit/

gangguan yang terjadi pada sistem gerak pada manusia Pilihan ganda Pilihan ganda Pilihan ganda Pilihan ganda C4 C5, C4 C5 C5 16 3, 21 1 11 e b, d a e


(51)

37 5. Disajikansebuah diskripsi, siswa dapat

memprediksi kemungkinan yang terjadi pada struktur tulang manusia

6. Disajikan diskripsi situasi dan gambar, siswa dapat menyimpulkan tentang struktur dan fungsi otot sebagai penyusun sistem gerak pada manusia

7. Disajikan sebuah gambar dan informasi, siswa dapat memyimpulkan hubungan

berbagai gerakan dan persendian yang terlibat 8. Disajikan sebuah eksperimen, siswa dapat

menyimpulkan tentang struktur dan fungsi rangka sebagai penyusun sistem gerak pada manusia

9. Disajikan pernyataan, siswa dapat menyimpulkan pernyataan yang tepat tentang hubungan antar tulang yang membentuk berbagai persendian 10. Disajikan sebuah diskripsi, siswa dapat

menganalisis tentang struktur tulang pada manusia Uraian Pilihan ganda Pilihan ganda Pilihan ganda Uraian Pilihan ganda Pilihan ganda C5 C5, C4 C4 C4 C5 C4 C4, C4 5 2, 7 9 18 1 4 5, 12

Jika tulang manusia semuanya tulang rawan maka tubuh manusia akan lentur karena tulang sedikit mengandung zat kapur

e, b

b

d

Tulang manjadi lentur karena asam cuka

menyebabkan zat kapur yang mengisi ruang antar sel keluar dari tulang membentuk endapan di dalam larutan cuka. Kesimpulan : zat kapur merupakan matrik penyusun tulang yang menyebabkan tulang besifat keras dan kuat b


(52)

11. Disajikan sebuah pernyataan, siswa dapat menganalisis berbagai penyakit/gangguan yang terjadi pada sistem gerak manusia 12. Disajikan diskripsi sebuah situasi, siswa

dapat menganalisis hubungan berbagai gerakan dan persendian yang terlihat 13. Disajikan pernyataan, siswa dapat

menganalisis hubungan antar tulang yang membentuk berbagai persendian

14. Disajikan pernyataan, siswa dapat mengevaluasi konsep struktur dan fungsi rangka sebagai penyusun sistem gerak pada manusia

15. Disajikan sebuah pernyataan, siswa dapat mengevaluasi tentang gangguan/penyakit yang terjadi pada sistem gerak manusia 16. Disajikan pernyataan atau gambar, siswa

dapat mengevaluasi struktur dan fungsi otot sebagai sistem gerak pada manusia

Pilihan ganda Pilihan ganda Pilihan ganda Pilihan ganda Pilihan ganda Pilihan ganda Uraian C4, C4 C5, C4 C4, C4 C5, C4 C5 C5 C4 C5 23, 24 13, 17 8, 19 14, 15 20 22 6 7 b, d d, c b, a a, a, c b d

Daerah gelap pada sarkomer yang mengandung aktin dan miosin dinamakan pita A, sedangkan sedangkan daerah terang yang mengandung aktin dinamakan zona H. Di antara dua sarkomer terdapat daerah terang yang dinamakan pita I. Ketika otot berkontraksi, aktin dan miosi bertautan


(53)

39

17. Disajikan sebuah gambar, siswa dapat menngevaluasi tentang perkembangan struktur tulang dari gambar tersebut

18. Disajikan sebuah bagan/skema, beberapa kata, siswa mampu membuat/menyusun bagan/skema tentang struktur dan fungsi rangka sebagai penyusun sistem gerak pada manusia

Uraian

Pilihan ganda Uraian

Uraian

C6

C5 C6

C6

2

10 3

7

satu sama lain sehingga zona H dan pita I memendek akibatnya sarkomer pun ikut

memendek. Saat relaksasi aktin dan miosin akan kembali bergeser seperti semula.

(a) kartilago (b) kemudian terbentuk ban periostium (c)perkembangan pusat osifikasi primer (d)masuknya pembuluh darah (e)rongga sumsum tulang terbentuk (f) penipisan dan pemanjangan ban periostium (g)pembentukan pusat osifikasi sekunder (h)sisa kartilago sebagai lempeng epifis (i)pebentukan batang epifis c

Hipotesis: struktur tulang belakang terdiri dari tulang leher, punggung, pinggang, kelangkang, dan ekor

Rangka manusia

apendikuler aksial

Anggota gerak atas Anggota gerak bawah

Tengkorak Tulang belakang

T. lengan atas


(54)

19. Disajikan sebuah diskripsi, siswa mampu membuat/menyusun tabel perbedaan tentang struktur dan fungsi otot sebagai penyusun sistem gerak pada manusia

Uraian C6 4

Otot polos: gelendong,letak di organ-organ dalam,involunter

Otot lurik: panjang, melekat pada rangka,volunter Otot jantung: panjang,letak di jantung,involunter

Grafik Struktur tulang belakang

0 2 4 6 8 10 12

t. Lehe r

t. Pung gung

t. P ing

gang t. K

elang kang

t. E kor

jenis tulang

ju

ml

a

h

r

u

a


(55)

41 SOAL EVALUASI UJI COBA AWAL

Mata Pelajaran : BIOLOGI Materi : Sistem Gerak Kelas/Semester : XI/Ganjil

Hari/Tanggal : Senin/ 19 November 2012 Waktu : 90 menit

A. Petunjuk :

Pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X) pada huruf a, b, c, d, atau e pada lembar jawaban yang telah disediakan !

1. Manusia memiliki kemampuan untuk bergerak dan melakukan aktivitas, seperti berjalan, berlari, menari dan lain-lain. Kemampuan melakukan gerakan tubuh pada manusia didukung adanya sistem gerak, yang merupakan hasil kerja sama yang serasi antar organ sistem gerak, seperti rangka (tulang), persendian, dan otot. Prediksilah apa yang terjadi jika manusia tidak memiliki tulang?

a. manusia tidak memiliki bentuk tubuh, tidak dapat berdiri dan bergerak, serta organ tubuh tidak terlindungi

b. manusia tidak memiliki bentuk tubuh seperti amoeba, dapat berdiri dengan kokoh, serta dapat berlari

c. manusia masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan, minum, berjalan, dan berlari

d. manusia masih dapat melindungi organ tubuh bagian dalam dengan kulit sehingga tidak mudah rusak

e. manusia dapat menyimpan mineral kalsium dan fosfor karena masih memiliki otot yang menyalurkan mineral tersebut

2. Suatu ketika teman anda mengajak untuk berolahraga dengan aktivitas yang cukup tinggi, namun anda tidak melakukan pemanasan terlebih dahulu. Beberapa jam kemudian anda merasa kram pada otot kaki. Hal ini disebabkan karena ....

a. otot berkontraksi secara berlebih maka sehingga terjadi penimbunan asam laktat didalam tubuh

b. otot mengalami gangguan yang disebabkan karena tidak melakukan pemanasan sebelum olahraga

c. otot mengalami kelelahan sehingga membutuhkan ATP banyak sekali untuk melakukan aktifitas

d. otot kekurangan oksigen untuk melakukan aktivitas sehingga ikatan aktin dan miosin sulit dilepas

e. otot kekurangan ATP untuk melepas ikatan aktin miosin sehingga terjadi kontraksi terus meneru


(1)

88

67UP 67 4 4 4 3 3 4 4 3 29 90,63 sangat positif

68UP 68 3 3 3 3 3 3 3 4 25 78,13 positif

69UP 69 3 3 3 3 4 4 3 3 26 81,25 positif

70UP 70 3 3 3 3 3 3 3 2 23 71,88 positif

71UP 71 4 4 4 4 4 4 4 3 31 96,88 sangat positif

72UP 72 3 2 3 4 3 4 3 3 25 78,13 positif

73UP 73 3 2 4 4 4 4 4 3 28 87,50 sangat positif

74UP 74 3 3 3 3 4 4 3 4 27 84,38 sangat positif

75UP 75 3 3 3 4 3 3 3 4 26 81,25 positif

76UP 76 3 3 3 4 3 3 3 2 24 75,00 positif

77UP 77 3 3 3 4 3 3 3 4 26 81,25 positif

78UP 78 4 3 3 3 3 3 4 3 26 81,25 positif

79UP 79 4 3 3 3 3 4 3 2 25 78,13 positif

80UP 80 3 3 4 3 3 4 3 2 25 78,13 positif

81UP 81 3 3 4 4 4 3 3 3 27 84,38 sangat positif

82UP 82 4 3 4 4 3 3 3 3 27 84,38 sangat positif

83UP 83 3 3 3 3 4 3 4 3 26 81,25 positif

84UP 84 3 3 3 3 2 3 3 2 22 68,75 positif

85UP 85 3 3 3 4 3 4 3 2 25 78,13 positif

86UP 86 4 4 4 4 3 3 3 2 27 84,38 sangat positif

87UP 87 3 4 3 4 4 4 4 2 28 87,50 sangat positif

88UP 88 3 2 2 4 2 3 4 1 21 65,63 positif

89UP 89 4 4 4 4 4 4 4 4 32 100,00 sangat positif

90UP 90 3 3 3 4 2 3 4 2 24 75,00 positif

91UP 91 3 4 4 4 3 3 3 2 26 81,25 positif

92UP 92 4 3 3 4 3 4 4 2 27 84,38 sangat positif

93UP 93 3 4 4 4 3 4 3 2 27 84,38 sangat positif

94UP 94 4 3 4 4 3 3 3 3 27 84,38 sangat positif

95UP 95 3 3 3 3 3 3 3 2 23 71,88 positif

96UP 96 3 3 3 4 3 4 3 2 25 78,13 positif

97UP 97 2 3 3 4 2 3 3 4 24 75,00 positif

98UP 98 3 3 4 4 3 3 3 4 27 84,38 sangat positif

99UP 99 4 3 3 4 4 4 3 2 27 84,38 sangat positif

100UP 100 3 3 3 3 3 3 3 2 23 71,88 positif

101UP 101 3 3 3 4 3 4 3 2 25 78,13 positif

102UP 102 3 3 3 4 3 4 4 2 26 81,25 positif

103UP 103 3 3 4 4 4 3 3 3 27 84,38 sangat positif

104UP 104 3 3 4 4 3 4 3 3 27 84,38 sangat positif

105UP 105 4 3 4 4 3 3 4 3 28 87,50 sangat positif

106UP 106 3 3 3 4 3 3 3 2 24 75,00 positif

107UP 107 4 4 4 4 3 3 3 2 27 84,38 sangat positif

108UP 108 3 2 4 4 3 4 4 4 28 87,50 sangat positif

109UP 109 3 4 3 4 3 3 4 3 27 84,38 sangat positif

110UP 110 3 4 3 4 3 3 3 2 25 78,13 positif

111UP 111 4 3 4 3 4 3 4 2 27 84,38 sangat positif

2846 80,12 positif

111

∑ Sangat Positif 38

∑ Positif 72

∑ Biasa 1

∑ Negatif 0

Rata-rata tanggapan siswa


(2)

(3)

(4)

(5)

92

DOKUMENTASI

Gambar 1 Siswa mengerjakan alat evaluasi berbasis berbikir

kritis materi system gerak pada uji coba awal (A: XII

IPA 2 dan B: XII IPA 3)

A


(6)

Gambar 2 Siswa mengerjakan alat evaluasi

berbasis berpikir kritis materi

system gerak pada uji coba

pemakaian (A: XI IPA 1, B: XI

IPA 2, C: XI IPA 3)

A

C