STUDI DESKRIPTIF GAMBARAN PERAN, HUBUNGAN DAN KEGIATAN AGEN SOSIAL PADA NARAPIDANA KASUS PEMBUNUHAN

  

STUDI DESKRIPTIF GAMBARAN PERAN, HUBUNGAN DAN

KEGIATAN AGEN SOSIAL PADA NARAPIDANA KASUS

PEMBUNUHAN

  

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

  

Oleh :

Kriska Irma Kidmada

NIM : 049114007

  

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2011

  

SKRIPSI

STUDI DESKRIPTIF GAMBARAN PERA, HUBUNGAN DAN

KEGIATAN AGEN SOSIAL PADA NARAPIDANA KASUS

  

PEMBUNUHAN

  Oleh : Kriska Irma Kidmada

  NIM : 049114007 Telah disetujui oleh :

  Pembimbing Sylvia CMYM., M.Si. Tanggal : 14 Juni 2011

  

SKRIPSI

STUDI DESKRIPTIF GAMBARAN PERAN, HUBUNGAN DAN

KEGIATAN AGEN SOSIAL PADA NARAPIDANA KASUS

  

PEMBUNUHAN

  Dipersiapkan dan ditulis oleh : Kriska Irma Kidmada

  NIM : 049114007 Telah dipertanggungjawabkan di depan Panitia Penguji pada tanggal : 4 April 2011 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

  Susunan Panitia Penguji Nama Lengkap Tanda Tangan Penguji 1 : Sylvia CMYM., M.Si. ..........................

  Penguji 2 : Dra. L. Pratidarmanastiti, MS. .......................... Penguji 3 : A. Tanti Arini, S. Psi., M.Si. ..........................

  Yogyakarta, 14 Juni 2011 Fakultas Psikologi

  Universitas Sanata Dharma Dekan,

  Dr. Christina Siwi Handayani

  

Untuk bibir yang indah , ucapkanlah hanya perkataan yang baik

Untuk mata yang indah, biasakan hanya melihat kebaikan dari orang lain

Untuk tubuh yang sehat, selalu berbagi makanan bagi yang kelaparan

Untuk ketenangan, berjalanlah dengan keyakinan

bahwa anda tak pernah sendiri

Karena Bapa selalu besertamu

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebaaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 14 Juni 2011 Penulis

  STUDI DESKRIPTIF GAMBARAN PERAN, HUBUNGAN DAN KEGIATAN AGEN SOSIAL PADA NARAPIDANA KASUS PEMBUNUHAN Kriska Irma Kidmada

  ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran, kegiatan dan hubungan agen

sosial dalam mikrosistem pada narapidana kasus pembunuhan. Penelitan dilakukan pada dua

subjek yang memiliki karakteristik narapidana kasus pembunuhan dan berjenis kelamin laki -

laki. Strategi penelitian ini menggunakan cara wawancara dalam pengumpulan data.

Pertanyaan dalam wawancara disusun dengan sifat yang terbuka dan netral. Pertanyaan yang

diberikan kepada subjek meliputi peran agen sosial (orang tua, saudara kandung dan tetangga),

hubungan individu dengan agen sosial dan kegiatan – kegiatan agen sosial dalam mikrosistem.

Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa, orang tua : sebagai pendidik, orang tua

kedua subjek mengajarkan subjek beribadah dan menjauhkan diri dari perbuatan negatif.

Sebagai pengasuh, orang tua kedua subjek melakukan pengasuhan ketika subjek masih kecil

dan merawat subjek saat sakit. Sebagai pelindung, orang tua kedua subjek melindungi saat

subjek mengalami permasalahan. Komunikasi Interpersonal yang terjadi pada subjek pertama

dengan orang tua adalah taraf hati atau perasaan, pada subjek kedua adalah taraf

membicarakan orang lain. Orang tua kedua subjek aktif dalam kegiatan di lingkungan sekitar.

Saudara kandung : sebagai pemberi dukungan emosional, saudara kandung subjek pertama

sering memberikan nasehat dan membantu saat subjek mengalami masalah. Pada subjek

kedua, saudara kandung tidak menjalankan perannya dengan baik. Komunikasi Interpersonal

yang terjadi pada subjek pertama dengan saudara kandung adalah taraf hati atau perasaan dan

pada subjek kedua taraf membicarakan orang lain. Kakak dari subjek pertama aktif dalam

kegiatan di lingkungan sekitar, sedangkan kakak dari subjek kedua tidak aktif. Tetangga :

dalam menanamkan nilai – nilai, tetangga dari kedua subjek menanamkan nilai – nilai yang

negatif. Sebagai kontrol sosial, tetangga subjek pertama sering melerai perkelahian dan

tetangga subjek kedua membubarkan warga yang minum minuman keras. Sebagai penolong,

tetangga subjek pertama sering meminjami subjek barang dan tetangga subjek kedua sering

membantu subjek mengeroyok orang. Komunikasi interpersonal pada kedua subjek dengan

tetangga yang sebaya adalah taraf membicarakan orang lain, sedangkan dengan yang lebih tua

adalah taraf basa-basi. Kegiatan dari bapak-bapak adalah rapat RT, ronda, kerja bakti dan

minum minuman keras, sedangkan ibu-ibunya adalah arisan. Kegiatan dari pemuda adalah

karang taruna, minum minuman keras dan menggunakan narkoba. Kata kunci: peran, hubungan, kegiatan, agen sosial, narapidana

DESCRIPTIVE STUDY OF ROLE DESCRIPTION, RELATIONSHIPS

  

AND SOCIAL ACTIVITIES OF SOCIAL AGENTS IN MURDER CASE

PRISONERS

Kriska Irma Kidmada

ABSTRACT

  This study aimed to describe the roles, activities and relationships with social agents in

microsystem on murder convict. Research carried out on two subjects that have the

characteristics of male murder convict. The strategies that are used in this study are using

interviews in data collection. The question in the interview is prepared openly and neutraly.

The questions given to the subjects include the role of social agents (parents, siblings and

neighbors), individual relationships with social agencies and activities of the social agents in

microsystem. From the data obtained, parent : As an educator, both of subject’s parents has

teached the subject to devout and away from negative action. As a conductor both of subject’s

parents has conducted the subject started from they was a still a little child and take care

when they was sick. As a patron both of subject’s parents has protected the subject get a

trouble. Interpersonal Communication which happened on the first subject with the parent

was heart level or feeling, at the second subject was talking about others people. Both of the

subject’s parent was get involved in neighbourhood’s activity. Siblings : As an emotional

support, the first subject’s sibling often give an advice and help when the subject get some

trouble. On the second subject the sibling didn’t do the role as they has to be. Interpersonal

Communication which happened on the first subject with the sibling was heart level or feeling,

at the second subject was talking about others people. The siblings of the first subject get

envolved with the neighbour’s activity and the siblings of second subject wasn’t. Neighour :

When inculcated the values, the neighbours gave the negatives influence. As the social

controll, the first subject’s neighbour often broke up a fight and the second subject’s

neighbour often to stop drunk activity. As a helper the first subject’s neighbour often lend

some goods, and the second’s neighbour often helped the subject to fight together.

Interpersonal Communication which happened on the first subject with the same ages

neighbour was talking about others people, at the second subject was chit chat level. The

activity of gents were neighbour meeting, security, work for clearing and drunk, and the ladies

were meeting for lottery. And the youngters were meeting, drunks and drugs.

  Keywords: roles, relationships, activity, social agent, prisoners

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Kriska Irma Kidmada Nomor Mahasiswa : 049114007

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

  STUDI DESKRIPTIF GAMBARAN PERAN, HUBUNGAN DAN

STUDI DESKRIPTIF GAMBARAN MIKROSISTEM PADA

KEGIATAN AGEN SOSIAL PADA NARAPIDANA KASUS

NARAPIDANA KASUS PEMBUNUHAN

PEMBUNUHAN

  Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta, Pada tanggal Maret 2011

  Pada Tanggal 14 Juni 2011

  Yang menyatakan Kriska Irma Kidmada

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kepada Tuhan yang ada di surga, akhirnya karya tulis ini bisa terselesaikan. Proses di dalam penyelesaian penelitian ini tidaklah mudah, tetapi karena ada bantuan dari berbagai pihak, saya menjadi merasa mampu untuk melaluinya. Oleh karena itu pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati saya ingin mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:

  1. Ibu Sylvia CMYM., M.Si. selaku dosen pembimbing dalam skripsi, atas nasehat, saran, dan kesabaran dalam proses penulisan skripsi ini, saya mengucapkan banyak terima kasih.

  2. Bapak dan ibu tercinta yang telah membesarkan, mendidik dan tak pernah berhenti memberikan doa, kasih sayang, dorongan, motivasi, dukungan materi dan moral serta ketulusan disepanjang hidupku.

  3. Suamiku Hendra Setiawan yang selalu memberikan doa, kasih sayang, dorongan, motivasi, dukungan materi dan moral.

  4. Anak – anakku Audreynina Karendra Setiawan dan Christian Romero Setiawan, makasih buat kalian yang mau mengerti kalau mama sedang sibuk.

  5. Kinanti Paramesti dan Ajeng Paramita Dwiningsih. Terima kasih buat dukungan, waktu, tenaga, cerita, semuanya lah.... Makasiih yaaa...

  6. Subjek yang telah bersedia diwawancara.

  7. Seluruh karyawan dan Sipir Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan, yang telah membantu dalam kelancaran penelitian.

  8. Mas Gandung, mbak Nanik, dan pak Gie untuk senyum dan keramahannya..

  9. Satya, terimakasih sudah bantuin.

  10. Semua saudaraku...terima kasih atas doa-nya. 11. dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu atas bantuan maupun dukungan nya sehingga saya bisa melalui proses ini, saya mengucapkan terima kasih. Penulis menyadari bahwa hasil yang dicapai jauh dari sempurna dan penulis berterima kasih atas kritik dan saran yang membangun, harapan penulis semoga penelitian ini dapat berguna bagi semua pihak yang berkepentingan untuk dapat menambah ilmu pengetahuan.

  Yogyakarta, Juni 2011 Penulis

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL............................................................................... i HALAMAN PESETUJUAN PEMBIMBING........................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iii HALAMAN MOTTO ............................................................................. iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................ v ABSTRAK .............................................................................................. vi

  

ABSTRACT .............................................................................................. vii

  PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH................................. viii KATA PENGANTAR ............................................................................ ix DAFTAR ISI........................................................................................... xi DAFTAR TABEL................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiv DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... xv BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................

  1 A. Latar Belakang Masalah .......................................................

  1 B. Rumusan Masalah ................................................................

  6 C. Tujuan Penelitian..................................................................

  6 D. Manfaat Penelitian................................................................

  7 BAB II. LANDASAN TEORI ................................................................

  8 A. Teori Ekologi........................................................................

  8 B. Mikrosistem..........................................................................

  11

  1. Pengertian Mikrosistem .................................................

  11 2. Dimensi dalam Mikrosistem ..........................................

  12 3. Agen – agen Sosial Mikrosistem....................................

  13 4. Peran Agen Sosial Dalam Mikrosistem .........................

  14 5. Hubungan Individu Dengan Agen Sosial.......................

  18 6. Kegiatan Agen Sosial .....................................................

  20 C. Narapidana Kasus Pembunuhan ...........................................

  20 1. Pengertian Narapidana ....................................................

  20 2. Pengertian Narapidana Kasus Pembunuhan....................

  22 3. Lembaga Pemasyarakatan...............................................

  24 4. Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan ..........

  28 D. Mikrosistem dari Narapidana Kasus Pembunuhan ..............

  28 BAB III. METODE PENELITIAN.........................................................

  33 A. Jenis Penelitian .....................................................................

  33 B. Subjek Penelitian..................................................................

  33 C. Definisi Operasional.............................................................

  34 D. Metode Pengumpulan data ..................................................

  35 E. Pedoman Wawancara ...........................................................

  37 F. Teknis Analisis Data ............................................................

  38 G. Kredibilitas Penelitian ..........................................................

  39 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................

  40 A. Pelaksanaan Penelitian .........................................................

  40 1. Persiapan Penelitian .....................................................

  40

  2. Perijinan Penelitian ......................................................

  41 3. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................

  42 4. Pelaksanaan Penelitian .................................................

  43 5. Latar Belakang Subjek .................................................

  44 B. Hasil Penelitian ....................................................................

  48 1. Subjek 1............................................................................

  48 a. Orang tua .......................................................................

  48 b. Saudara Kandung ..........................................................

  52 c. Tetangga ........................................................................

  53 2. Subjek 2.............................................................................

  54 a. Orang tua .......................................................................

  54 b. Saudara Kandung ..........................................................

  58 c. Tetangga ........................................................................

  58 3. Ringkasan Hasil Penelitian ...............................................

  59 C. Pembahasan..........................................................................

  66 BAB V. KESIMPULAN ........................................................................

  71 A. Kesimpulan ..........................................................................

  71 B. Saran ....................................................................................

  72 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

  74 LAMPIRAN............................................................................................

  77

  

DAFTAR TABEL

1. Tabel Wawancara..........................................................................

  37 2. Tabel Verbatim Subjek 1 Wawancara 1........................................

  77

  3. Tabel Verbatim Subjek 1 Wawancara 2........................................ 122

  4. Tabel Verbatim Subjek 1 Wawancara 3........................................ 139

  5. Tabel Verbatim Subjek 2 Wawancara 1........................................ 153

  6. Tabel Verbatim Subjek 2 Wawancara 2........................................ 186

  7. Tabel Verbatim Subjek 2 Wawancara 3........................................ 204

  8. Tabel Tabulasi subjek 1 ................................................................ 213

  9. Tabel Tabulasi subjek 2 ................................................................ 217

  10. Tabel Tabulasi kedua subjek ........................................................ 220

  DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1. Teori Ekologi Bronfenbrenner ..............................................32

  

DAFTAR LAMPIRAN

  1. Koding subjek 1 .................................................................................. 77

  2. Koding subjek 2 .................................................................................. 186

  3. Tabulasi subjek 1................................................................................. 213

  4. Tabulasi subjek 2................................................................................. 217

  5. Tabulasi kedua subjek ......................................................................... 220

  6. Surat Perijinan..................................................................................... 226

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia hidup dalam lingkup sebuah negara. Negara memiliki

  seperangkat peraturan yang harus ditaati oleh setiap rakyat yang tinggal di dalamnya. Peraturan tersebut yang dikenal dengan sebutan hukum. Hukum dibuat untuk mengatur tingkah laku masyarakat, mengatur hubungannya dengan masyarakat lain dan dengan negara. Menurut buku yang ditulis oleh Sidharta (1999) hukum mengemban fungsi instrumental yaitu sarana untuk menciptakan dan memelihara ketertiban, stabilitas, sarana untuk melestarikan nilai-nilai budaya dan mewujudkan keadilan, sarana pendidikan serta pengadaban masyarakat dan sarana pembaharuan masyarakat.

  Dalam pelaksanaannya hukum yang harusnya ditaati oleh masyarakat, banyak pula dilanggar oleh masyarakat. Hal tersebut dapat dibuktikan dari berbagai media baik cetak maupun elektronik yang memberitakan berbagai kasus mengenai pelanggaran hukum yang terjadi. Setiap hari terdapat berita mengenai pelanggaran hukum yang terjadi dalam berbagai bentuk kejadian seperti pencurian, pemerkosaan, pembunuhan, korupsi dan lain sebagainya.

  Para pelaku tindak kriminal pun berasal dari berbagai kalangan, mulai dari masyarakat umum, pejabat, artis, bahkan orang-orang yang bekerja dalam lingkup hukum (polisi, hakim, jaksa) pun ada yang melakukan tindakan kriminal.

  Dari sekian banyak pelanggaran hukum yang terjadi dan diberitakan oleh banyak media, pembunuhan merupakan tindakan kriminal yang paling keji dan tergolong dalam kejahatan terberat menurut UU no 26 tahun 2000 yaitu kejahatan kemanusiaan yang salah satu jenisnya adalah pembunuhan.

  Kejahatan kemanusiaan didefinisikan oleh UU no 26 tahun 2000 adalah dilakukannya perbuatan menyerang (attack) yang bersifat melanggar perikemanusiaan dan hukum, yang mengakibatkan penderitaan yang berat, atau cedera berat bagi tubuh atau mental atau kesehatan fisik. Oleh karena itu pembunuhan yang dilakukan dengan disengaja, tidak disengaja maupun pembunuhan yang dilakukan untuk membela diri bagi pelanggarnya akan mendapat hukuman yang berat yaitu sekurang-kurangnya adalah hukuman penjara (masa hukuman diputuskan hakim berdasarkan jenis pembunuhannya) dan hukuman maksimalnya adalah hukuman mati yang kesemuanya diatur dalam pasal-pasal dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

  Membunuh dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) didefinisikan sebagai menghilangkan (menghabisi, mencabut) nyawa seseorang.

  Menghilangkan nyawa seseorang seperti yang dikatakan dalam UU no 26 tahun 2000 adalah pelanggaran terhadap kemanusiaan. Berdasarkan definisi dari membunuh, dapat diketahui bahwa membunuh merupakan salah satu bentuk dari tindakan agresif dari individu. Hal tersebut sangat bertolak belakang dengan sifat-sifat dasar yang dimiliki manusia sebagai mahluk yang berakhlak mulia dan memiliki hati nurani.

  Menurut penelitian yang dilakukan oleh Masykouri (dalam Masykouri 2005) terdapat beberapa penyebab perilaku agresif, diantaranya adalah faktor keluarga dan masyarakat. Berdasarkan faktor keluarga, dikatakan bahwa keluarga dapat menyebabkan anak berperilaku agresif. Hal tersebut dapat terjadi diantaranya apabila orang tua menerapkan disiplin yang tidak konsisten. Misalnya orang tua sering mengancam anak jika anak berani melakukan hal yang menyimpang. Selain itu sikap permisif dari orang tua juga dapat memberikan pengaruh pada perilaku anak. Sikap permisif orang tua biasanya berawal dari sikap orang tua yang merasa tidak efektif untuk menghentikan perilaku menyimpang anaknya sehingga cenderung membiarkan saja atau tidak mau tahu. Sikap permisif ini membuat perilaku agresif cenderung menetap. Orang tua yang keras dan penuh tuntutan. Orang tua yang gagal memberikan hukuman sehingga hukuman justru menimbulkan sikap permusuhan anak pada orang tua dan meningkatkan sikap perilaku agresif anak. Orang tua kurang memonitor dimana anak – anak berada. Orangtua yang kurang memberi aturan. Tingkat komunikasi verbal yang rendah. Gagal menjadi model yang baik. Ibu yang depresif dan mudah marah.

  Berdasarkan faktor masyarakat, dikatakan bahwa individu dapat mengalami masalah emosi atau perilaku agresif karena pengaruh dari masyarakat dimana individu tersebut tinggal. Pengalaman bermasyarakat dan lingkungannya memiliki peranan penting dalam pembentukan perilaku agresif.

  Temperamen dari orang – orang di sekitar juga dapat memberikan pengaruh pada individu. Perilaku agresif dari masyarakat juga dapat dijadikan model oleh individu. Selain itu peraturan yang ada di dalam masyarakat yang sangat kaku atau longgar dapat memberikan pengaruh bagi individu. Hukuman, kritikan dan sanjungan dari masyarakat juga mempengaruhi perilaku dari individu.

  Bila ditinjau dari teori psikologi perkembangan, yaitu teori ekologi Bronfenbrenner (dalam Lemme, 1995), dalam berjalannya perkembangan manusia terdapat sistem-sistem lingkungan yang dapat mempengaruhi perkembangan dari seorang anak menuju kedewasaan, baik yang sifatnya mendukung maupun mengekang perkembangan. Seorang individu dapat terbentuk dari lingkungan yang mereka tempati. Lingkungan tersebut terbagi dalam lima sistem antara lain mikrosistem, mesosistem, ekosistem, makrosistem dan kronosistem. Dalam menganalisis peneliti hanya menggunakan satu sistem yaitu mikrosistem. Hal ini dilakukan karena sistem tersebut berkaitan langsung dengan subjek. Di dalam mikrosistem, orang lain (agen sosial) secara langsung mempengaruhi subjek melalui peran, kegiatan dan hubungan yang dilakukan.

  Mikrosistem dari individu diantaranya adalah keluarga dan lingkungan sekitar. Keluarga khususnya orang tua merupakan agen sosialisasi yang berkaitan langsung dengan individu. Orang tua adalah salah satu dari yang pertama dan terpenting sebagai agen sosial dalam membantu menanaman nilai

  • – nilai hidup seorang individu. Orang tua dapat mempengaruhi bagaimana seorang individu bersikap. Dalam hal ini perilaku, kegiatan, dan peran yang dilakukan orang tua dapat mempengaruhi individu dalam bersikap. Disini, lingkungan keluarga merupakan pondasi individu untuk menentukan apakah individu mampu berada dalam ligkungan yang lebih luas. Individu mampu membangun hubungan baik dengan orang lain dan mampu membawa nilai –
nilai kehidupan yang diberikan keluarga. Dalam hal ini, keluarga merupakan faktor penentu seorang individu menentukan pilihannya.

  Sedangkan lingkungan sekitar mempunyai pengaruh besar karena membantu individu tersebut untuk mempengaruhi pilihannya. Apabila seorang individu berada dalam lingkungan dimana mampu memberikan perasaan nyaman maka individu tersebut akan betah untuk tinggal di dalamnya. Bahkan dapat terjadi kegiatan, aktifitas dan tujuan hidup pada tiap – tiap individu mampu mempengaruhi individu lainnya. Dalam hal ini, kebiasaan individu lain maupun aktifitas yang dilakukannya menyebabkan individu dapat terpengaruh. Apabila individu tindak mempunyai pondasi kuat dalam bersosialisasi akan lebih mudah terpengaruh. Individu merasa bahwa komunitas mampu menyediakan rasa bebas dan nyaman. Hal tersebut diatasLingkungan mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan.

  Dalam penelitian ini pembunuh yang dijadikan subjek penelitian adalah narapidana kasus pembunuhan. Definisi narapidana menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) adalah orang yang sedang menjalani hukuman karena tindak pidana. Dengan kata lain narapidana dihukum karena telah melakukan tindak pidana atau kejahatan dan telah dibuktikan dalam proses pengadilan. Pelanggar hukum yang sudah divonis oleh hakim sebagai narapidana kemudian ditempatkan di lembaga pemasyarakatan atau yang kita kenal dengan sebutan LAPAS atau LP untuk dibina di dalamnya.

  Narapidana kasus pembunuhan berbeda dengan tahanan kasus pembunuhan, hal tersebut dikarenakan tahanan adalah seseorang yang status definisi tahanan adalah orang yang ditahan karena dituduh melakukan tindak pidana atau kejahatan. Kata “dituduh” berarti dikenai tuduhan dan perlu suatu proses penyidikan untuk membuktikannya. Seseorang dengan status tahanan akan menghuni rumah tahanan negara atau yang sering disebut RUTAN selama proses persidangan menunggu vonis hakim. Jika tahanan tersebut terbukti bersalah maka statusnya akan berubah menjadi narapidana dan akan menghuni lembaga pemasyarakatan, sedangkan jika tahanan tersebut tidak terbukti bersalah maka ia akan bebas.

  Untuk mengetahui bagaimana seseorang individu melakukan suatu perilaku tertentu maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh agen sosial dalam mikrosistem (melalui peran, hubungan dan kegiatan yang dilakukan oleh agen sosial) pada narapidana kasus pembunuhan.

  B. Rumusan Masalah

  Bagaimana gambaran peran, kegiatan dan hubungan agen sosial dalam mikrosistem pada narapidana kasus pembunuhan?

  C. Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peran, kegiatan dan hubungan agen sosial dalam mikrosistem pada narapidana kasus pembunuhan.

D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoritis

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi ilmu psikologi, khususnya psikologi perkembangan, mengenai gambaran pengaruh agen sosial (dilihat dari peran, kegiatan dan hubungan agen sosial) dalam mikrosistem, baik sebagai penelitian lanjutan maupun penelitian lain secara lebih teliti dan menyeluruh dengan subjek narapidana kasus pembunuhan.

  2. Manfaat Praktis

  a. Bagi masyarakat pada umumnya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi baru tentang narapidana, sehingga pada saat mereka berbaur kembali dalam masyarakat, masyarakat mampu membuka diri terhadap keberadaan mereka dan mampu melibatkan mereka dalam kehidupan bermasyarakat.

  b. Bagi masyarakat pada umumnya, penelitian ini diharapkan mampu membuka wacana baru mengenai narapidana kasus pembunuhan sehingga masyarakat mampu melihat sisi positif dari narapidana kasus pembunuhan tersebut.

  c. Bagi lembaga pemasyarakatan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk memberi pembinaan pada narapidana khususnya bagi narapidana kasus pembunuhan.

  d. Bagi penulis, penelitian ini merupakan wahana untuk menerapkan teori yang telah didapat selama perkuliahan pada masalah yang terjadi dalam kehidupan nyata.

BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Ekologi Urie Bronfenbrenner mengajukan sebuah pandangan bahwa lingkungan mempunyai pengaruh yang kuat bagi perkembangan individu. Lingkungan membantu membentuk pribadi individu sesuai dengan apa yang

  mereka alami atau rasakan. Teori ekologi mengakui kontribusi dari faktor genetik, disamping itu secara bersamaan juga menekankan interaksi individu dengan sistem lingkungan (Lemme, 1995). Brofenbrenner memiliki pandangan yang meluas tentang lingkungan. Dimana individu terlibat dalam interaksi tatap muka dengan nilai dan sikap, ideologi, juga budaya. Perubahan dalam satu elemen, memberikan pengaruh pada elemen lain. Jadi apabila ingin mempelajari perilaku, kita harus memahami interaksi antara individu dengan lingkungan.

  Teori ekologi menggambarkan tentang sistem-sistem lingkungan yang dapat mempengaruhi perkembangan individu. Menurut Urie Brofenbrenner (dalam Papalia, 2008) perkembangan terjadi melalui proses interaksi yang regular, aktif, dua arah antara individu dengan lingkungan sehari-harinya.

  Orang lain atau yang sering disebut agen sosial dalam sistem-sistem lingkungan tersebut dapat mempengaruhi perkembangan individu melalui karakteristik biologis, psikologis, bakat, kemampuan serta temperamen. Setiap agen sosial memiliki peran untuk mempersiapkan individu dalam dua hal, yaitu meneruskan nilai-nilai budaya, moral, tingkah laku, sikap dan peran individu, namun disisi lain juga mempersiapkan individu untuk berubah menjadi dewasa yang kompeten dan bertanggung jawab. Sistem-sistem lingkungan yang dapat mempengaruhi perkembangan individu tersebut menurut Bronfenbrenner (dalam Lemme, 19595), antara lain adalah :

  1. Mikrosistem Mikrosistem adalah tingkat paling dalam dari lingkungan. Ini mencakup susunan langsung dimana individu yang sedang berkembang berinteraksi secara langsung dengan orang-orang (agen-agen sosial). Misalnya seperti orang tua, saudara kandung, tetangga. Mikrosistem, akan dibahas lebih detil dalam pokok bahasan yang selanjutnya

  2. Mesosistem Mesosistem adalah hubungan antara beberapa mikrosistem.

  Contohnya adalah kemampuan dari individu untuk berfungsi secara efektif pada pekerjaan dipengaruhi oleh keterkaitan antara pekerjaan dan rumah.

  Pekerjaan dan rumah masing-masing adalah mikrosistem, hubungan antara keduanya dan efek yang mereka miliki satu sama lain adalah bagian dari mesosistem. Stress dan konflik di rumah kemungkinan dapat mengurangi performa kerja, sementara dukungan di rumah dapat meningkatkan perfoma kerja. Contoh lainnya adalah stress di tempat kerja dapat menambah stress pada kehidupan keluarga, dan lain sebagainya.

  Karena mesosistem adalah suatu sistem dari mikrosistem- mikrosistem, maka apabila individu mengambil peran baru dan memasuki susunan-susunan yang terkait dengannya, maka mesosistem dari individu akan bertambah. Contohnya, ketika seseorang menikah atau menjadi orangtua, aspek kehidupan seseorang lainnya terpengaruh, atau misalnya seseorang berganti pekerjaan atau pensiun.

  3. Ekosistem Eksosistem tercipta dari sebuah susunan - susunan dimana individu tidak berperanserta secara aktif, tetapi dapat mempengaruhi individu tersebut. Contohnya adalah lingkungan kerja para karyawan dapat terpengaruh oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi pada rapat dewan dimana mereka tidak terlibat. Dimana dalam rapat tersebut terdapat keputusan untuk mengurangi karyawan. Peristiwa tersebut memiliki pengaruh pada kehidupan rumah tangga karyawan. Hal tersebut menyebabkan suami atau istri mungkin terpengaruh sekali oleh pengalaman rekannya di tempat kerja.

  4. Makrosistem Makrosistem merupakan kebudayaan dimana individu hidup.

  Kebudayaan mengacu pada keyakinan dan nilai-nilai yang menentukan bagaimana kelompok-kelompok sosial seperti kelas sosial, kelompok etnik, atau bahkan masyarakat secara keseluruhan. Misalnya adalah kebijakan umum. Kebijakan umum berpeluang untuk mempertahankan atau mengubah aspek-aspek lingkungan yang mempengaruhi perilaku. Contoh-contoh kebijakan umum adalah seperti seperti jaminan sosial, kebijakan yang mempengaruhi perawatan harian dan cuti keluarga.

  5. Kronosistem Kronosistem adalah serangkaian peristiwa-peristiwa dalam lingkungan yang terjadi karena perubahan waktu. Misalnya dalam tahapan perkembangan seseorang terdapat rata – rata usia pernikahan yang mundur, dulu rata – rata usia pernikahan sekitar 20-an, sekarang akhir 20- an.

B. Mikrosistem

1. Pengertian Mikrosistem

  Berdasarkan teori ekologi Bronfenbrenner, mikrosistem adalah sistem lingkungan yang pertama. Menurut Bronfenbrenner mikrosistem adalah sebuah pola kegiatan, peran dan hubungan dalam sebuah lingkungan seperti rumah, sekolah, tempat kerja atau lingkungan tempat tinggal, dimana seseorang berfungsi dengan dasar rutinitas dan langsung mengalaminya (Papalia, 2008). Mikrosistem merupakan sistem yang terdekat dengan individu dimana individu terlibat secara langsung dalam interaksi dua arah dengan orang lain dalam basis kehidupan sehari-hari dan menjadi agen sosial. Pada sistem ini individu bukan merupakan penerima pasif pengalaman-pengalaman yang terjadi melainkan individu membantu membangun pengalaman-pengalaman tersebut.

  Menurut Bronfenbrenner (dalam Santrock, 2002) dalam Mikrosistem, individu menerima berbagai pengaruh melalui relasi langsung dengan agen sosial. Agen sosial memiliki peran untuk meneruskan nilai-nilai budaya, moral, tingkah laku, sikap dan peran individu dalam masyarakat. Melalui peran dari agen sosial tersebut diharapkan individu dapat menjadi dewasa yang kompeten dan bertanggung jawab dalam masyarakat. Individu memiliki kemampuan menyerap nilai-nilai yang diperlihatkan oleh agen sosial. Nilai-nilai tersebut antara lain seperti cara bicara, cara bereaksi terhadap lingkungan sampai pada cara-cara berperilaku. Individu membangun reaksi emosionalnya dengan memperhatikan bagaimana cara-cara orang di sekitarnya bereaksi secara emosional pada situasi-situasi terentu. Bronfenbrenner (dalam Lemme, 1995) juga mengatakan bahwa agen-agen sosial saling berinteraksi timbal balik dan saling mempengaruhi. Apabila agen sosial memberikan pengaruh negatif maka individu akan menyerap dan memberikan pengaruh negatif juga pada orang lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa lingkungan mikrosistem ini merupakan sistem yang paling penting dalam peletakan dasar kepribadian seseorang.

2. Dimensi Dalam Mikrosistem

  Menurut Bronfenbrenner (dalam Salkind, 2004) setiap Mikrosistem memiliki tiga dimensi yang berbeda. Tiga dimensi dalam mikrosistem tersebut antara lain adalah sebagai berikut : a. Peran dari agen-agen sosial dari mikrosistem. Peran menurut Kozier

  Barbara (1995) adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu. b. Hubungan antara individu dengan agen sosial. Hubungan menurut KBBI adalah ikatan atau pertalian keluarga, persahabatan, dan sebagainya.

  c. Kegiatan dari agen-agen sosial dari mikrosistem. Kegiatan menurut KBBI adalah aktivitas yang dilakukan.

3. Agen-Agen Sosial Dalam Mikrosistem

  Menurut Bronfenbrenner (dalam Santrock, 2002) Mikrosistem adalah latar dimana individu hidup. Mikrosistem yang akan dibahas dalam penelitian ini terdiri dari keluarga dan lingkungan tempat tinggal. Dalam mikrosistem terdapat agen-agen sosial yang diharapkan dapat mempersiapkan individu menjadi dewasa yang kompeten dan bertanggung jawab. Agen-agen sosial di dalam keluarga dan lingkungan tempat tinggal antara lain adalah sebagai berikut :

  a. Orang tua Interaksi individu yang pertama adalah dengan orang tua, yaitu dengan ayah dan ibunya. Menurut KBBI orang tua adalah ayah dan ibu kandung.

  b. Saudara Kandung Setelah berinteraksi dengan orang tua, individu akan berinteraksi dengan saudara kandungnya dalam lingkup keluarga. Menurut KBBI Saudara kandung adalah saudara seibu dan seayah, yaitu adik maupun kakak. c. Tetangga Saat individu bertumbuh lebih dewasa, individu akan melakukan interaksi dengan lebih banyak orang dan lebih banyak tempat. Individu akan berinteraksi dengan orang-orang di lingkungan sekitar tempat tinggalnya atau yang disebut dengan tetangga. Tetangga menurut KBBI adalah orang yang tempat tinggalnya berdekatan atau sebelah- menyebelah.

4. Peran Agen Sosial

  a. Peran Orang tua Orang tua diharapkan dapat mempersiapkan individu menjadi dewasa yang kompeten dan bertanggung jawab. Menurut Syamsu

  Yusuf (2009), orang tua adalah pembina pribadi yang pertama bagi anak dan merupakan tokoh yang diidentifikasi atau ditiru anak, sebaiknya orang tua memiliki kepribadian yang baik. Orang tua memiliki tugas untuk menanamkan nilai-nilai, kepercayaan, sikap, pengetahuan dan kemampuan yang dianut masyarakat pada anaknya.

  Menurut Santrock (2007) orang tua berperan sebagai manajer anak. Orang tua menyediakan dan menentukan pakaian yang akan dipakai anak, makanan yang akan dimakan anak, minuman yang akan diminum anak dan lain sebagainya. Orang tua memiliki tugas untuk menyediakan kebutuhan anak seperti tempat tinggal, pemenuhan gizi melalui makanan dan minuman, pakaian dan lain sebagainya. Orang tua diharapkan dapat menghasilkan uang untuk memenuhi dukungan ekonomi ini.

  Keluarga merupakan pengalaman pertama anak dalam berinteraksi sosial. Menurut Syamsu Yusuf (2009), orang tua hendaknya memelihara hubungan yang harmonis dengan anak. Hubungan orang tua dengan anak sebaiknya harmonis, penuh perhatian, kasih sayang dan menyediakan keamanan emosional pada anak. Orang tua memiliki tugas untuk memberi dukungan emosional kepada anak.

  Berdasarkan tugas-tugas dari orang tua diatas menurut (Santrock, 2007 dan Yusuf 2009), peran orang tua diantaranya adalah sebagai berikut : 1) Pendidik, yaitu orang tua mendidik anaknya. Mendidik menurut

  KBBI adalah memberi latihan, ajaran, pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Misalnya orang tua mengajarkan anak untuk beribadah, disiplin, memiliki waktu belajar di rumah. 2) Pengasuh, yaitu orang tua mengasuh anak. Mengasuh menurut

  KBBI adalah memberi bimbingan, bantuan, latihan supaya mampu melakukan sendiri. Misalnya orang tua melatih anak balitanya supaya dapat berjalan sendiri. 3) Pelindung, yaitu orang tua melindungi anaknya. Melindungi menurut KBBI adalah menyelamatkan atau memberi pertolongan supaya terhindar dari mara bahaya. Misalnya orang tua melindungi anak dari teman yang senang memalak di sekolah dengan cara melaporkan kejadian tersebut pada pihak sekolah. b. Peran Saudara kandung Saudara kandung diharapkan dapat mempersiapkan individu menjadi dewasa yang kompeten dan bertanggung jawab. Diharapkan dalam hubungan persaudaraan terdapat kedekatan emosi (Lee, Mancini, dan Maxwell, 2001). Kedekatan emosi termasuk adanya rasa ingin berbagi pengalaman, kepercayaan, perhatian dan perasaan sedang dalam hubungan tersebut Scott (2001). Tugas saudara kandung ini, diwujudkan dalam peran saudara kandung yaitu pemberian dukungan emosional. Dukungan emosional menurut Sarafino (1998) adalah bentuk dukungan yang membuat individu merasa nyaman, yakin, diperlukan, dicintai sehingga individu dapat menghadapi masalah dengan lebih baik.

  c. Peran Tetangga Dalam masyarakat, individu akan melakukan interaksi sosial dengan teman sebayanya atau anggota masyarakat lainnya. Apabila teman sepergaulan itu menampilkan perilaku yang sesuai dengan nilai- nilai sosial, maka individu pun cenderung akan berakhlak baik.

  Namun, apabila temannya menampilkan perilaku yang kurang baik, amoral atau melanggar norma-norma sosial, maka individu cenderung akan terpengaruh untuk mengikuti atau mencontoh perilaku tersebut (Syamsu Yusuf, 2009). Orang-orang yang tinggal di sekitar tempat tinggal individu diharapkan dapat mempersiapkan individu menjadi dewasa yang kompeten dan bertanggung jawab. Tetangga memiliki fungsi dalam memberikan pengaruh yang baik dalam perkembangan individu melalui nilai-nilai, norma, aturan dan kebiasaan-kebiasaan yang dianut. Fungsi tetangga tersebut diwujudkan dalam peran tetangga yaitu : 1) Penanaman nilai-nilai sosial, yaitu tetangga menanamkan nilai- nilai sosial pada individu. Nilai sosial menurut Hendropuspito adalah segala sesuatu yang dihargai oleh masyarakat karena mempunyai daya guna fungsional bagi perkembangan kehidupan manusia. Misalnya nilai-nilai kejujuran, kerja keras, dan lain sebagainya.

  2) Penolong, yaitu tetangga menolong individu. Menolong menurut KBBI adalah membantu untuk meringankan beban (penderitaan kesukaran, dsb) dan membantu supaya dapat melakukan atau supaya terlepas dari bahaya. Misalnya tetangga memberikan bantuan berupa uang pada individu yang sedang sakit parah.

  3) Kontrol Sosial, yaitu tetangga menjadi pengontrol dari tingkah laku subjek agar sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat.

  Kontrol sosial menurut Soekanto (2001) Kontrol sosial adalah pengendalian sosial yaitu segala proses yang direncanakan maupun tidak yang bertujuan untuk mendidik, mengajak atau bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi kaidah-kaidah dan nilai sosial yang berlaku. Pengendalian sosial dapat dilakukan antara individu terhadap individu lain, individu terhadap kelompok,

  Misalnya masyarakat tidak menyukai orang yang minum minuman keras, sehingga individu tidak akan melakukan hal tersebut di lingkungan masyarakat karena takut terhadap konsekuensinya, misalnya dikucilkan, ekstremnya diusir dan lain sebagainya.

5. Hubungan Individu Dengan Agen Sosial

  Hubungan antara individu dengan agen sosial dapat mempengaruhi perkembangan individu Bronfenbrenner (dalam Salkind, 2004). Hubungan antara subjek dengan agen sosial sebaiknya dibina secara baik, bertahan lama dan positif. Hubungan interpersonal antara individu dengan agen sosial dapat dilihat dari :

  a. Komunikasi Interpersonal antara individu dengan agen sosial. Menurut Effendi (Sunarto, 2003) komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara dua orang yaitu komunikator dengan komunikan.

  A. Supratiknya (1995) menyatakan bahwa kalau dua orang bertemu maka akan terjadi komunikasi. Namun komunikasinya itu dapat berlangsung dalam taraf kedalaman yang berbeda-beda. Taraf kedalaman komunikasi ini dapat diukur dari apa dan siapa yang saling dibicarakan : pikiran atau perasaan, obyek tertentu, orang lain atau dirinya sendiri. semakin orang mau saling membicarakan tentang perasaan yang ada di dalam dirinya, semakin dalamlah taraf komunikasi yang terjadi. Atas dasar kedalannya ini, John Powell (Staff CLC, 1985) membedakan komunikasi dalam lima taraf, yaitu :

  1) Taraf kelima, adalah basa-basi. Ini merupakan taraf komunikasi paling dangkal. Biasanya terjadi antara dua orang yang bertemu secara kebetulan. Biasanya terjadi antara dua orang, yang bertemu secara kebetulan.