PENGARUH TINGKAT PENGANGGURAN DAN PERTUM

PENGARUH TINGKAT PENGANGGURAN DAN PERTUMBUHAN
PENDAPATAN DOMESTIK BRUTO (PDB) TERHADAP TINGKAT
INFLASI DI INDONESIA TAHUN 1980-2013
WIWID SUNDARI
Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta
Email : wiwid_sundari@yahoo.com
Pembimbing :
Tony S. Chendrawan, ST.,SE., M.Si
ABSTRACT
Economic problems be the subject of the most by the economy is the issue of unemployment and
inflation .While in macro economic indicators there are three main issues being the main issues , and that
problem gross domestic product gdp , unemployment and inflation .Third problem they have a
relationship that cannot be separated , so that sufficiently interesting to become the basis for research .
The main purpose of this research is to analyze the influence of unmployment and GDP growth
to the inflation in Indonesia. This research used time seris data from 1980 until 2013. The method that
used is Ordinary Least Square (OLS).
The estimated showed that unmployment did not have significant influence to the inflation in
Indonesia and have negatively influence to the inflation in Indonesia. But GDP growth have significant
influence to the inflation in Indonesia and have positively influence to the inflation in Indonesia. The RSquared is 64%, it means that independent variable can explain the dependent variable as much as 36
percent. While 36% are explained by variables are not include in estimation model. F-statistic is bigger

than F table, it means that unmployment dan GDP growth together affected on inflation in Indonesia,
significantly α = 2,5%.

Keywords : Unemployment,GDP growth, Inflation

1. PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang

Inflasi merupakan permasalahan
yang dihadapi oleh hampir di
setiap negara, dimana inflasi
dapat menggambarkan apakah
kondisi perekonomian dalam
keadaan stabil atau tidak. Inflasi
dan pengangguran yang sangat
tinggi pernah terjadi pada saat

depresi ekonomi Amerika Serikat

pada tahun 1929-1930. Depresi
memperlihatkan
bahwa
sisi
penawaran (supply side) tidak
mampu mengatasi sisi permintaan
(demand side), karena kedua sisi
baik sisi penawaran maupun sisi
permintaan
lumpuh
(tidak
berfungsi).
Perusahaan
mengalami kelebihan produksi
yang menyebabkan kebangkrutan

dan pengangguran besar-besaran,
sedangkan dari sisi permintaan,
masyarakat tidak memiliki daya
beli karena tidak memiliki

pendapatan. Oleh karena itu,
depresi merupakan suatu bencana
yang terjadi di dalam ekonomi
dimana kegiatan produksi terhenti
akibat adanya inflasi yang tinggi
dan pada saat yang sama terjadi
pengangguran yang tinggi pula.
Inflasi sebagai salah satu indikator
yang
menunjukkan
tingkat
penciptaan nilai kesejahteraan di
suatu negara. Faktor utama yang
menghambat laju ekonomi dan
peningkatan nilai kesejahteraan di
negara ASEAN adalah adanya
tingkat inflasi. Inflasi di negaranegara Asia Tenggara termasuk
Indonesia berada pada taraf yang
mengkhawatirkan. Dalam kurun
waktu 5 tahun terakhir tingkat

inflasi di Indonesia cukup tinggi
di bandingkan negara di kawasan
ASEAN. Tingkat inflasi di
Malaysia dan thailand cenderung
meningkat pada tahun 2010 dan
2011 namun kembali turun.
Begitupun dengan negara Filipina,
tingkat inflasinya cenderung
fluktuatif dalam 5 tahun terakhir

Pengangguran
juga
menjadi
masalah yang penting saat ini di
Indonesia, sehingga menjadi suatu
fokus perhatian bagi pemerintah
Indonesia. Masalah pengangguran
ini sangatlah kompleks dan
berkaitan dengan aspek sosial,
ekonomi, budaya, dan aspek

lainnya. Pengangguran terus
menjadi masalah fenomenal di
belahan
dunia,
khususnya
Indonesia yang merupakan negara
berkembang. Pengangguran telah

namun tidak mencapai 5%.
Indonesia mengalami tingkat
inflasi yang berfluktuatif dari
tahun ke tahun. Pada tahun 2012
tercatat
tingkat
inflasi
di
Indonesia sebesar 4,3% dan
meningkat di tahun 2013 menjadi
8,4%. Persiapan negara-negara
ASEAN dalam menyongsong

Masyarakat
Ekonomi
Asean
(MEA) dipengaruhi oleh tekanan
persekonomian yang diakibatkan
oleh tingginya tingkat inflasi
dengan tingkat pertumbuhan
ekonomi yang belum mencapai
kapasitas yang optimal.
Di negara Indonesia pernah
mengalami inflasi yang sangat
tinggi yang mencapai 650% yaitu
pada
zaman
pemerintahan
Ir.Soekarno (Orde Lama) yang
berdampak
pada
banyaknya
jumlah

uang
beredar
di
masyarakat.
Seiring
dengan
berjalannya waktu saat ini kondisi
perekonomian
di
Indonesia
semakin stabil setelah dahsyatnya
goncangan krisis finansial (1998)
yang merembet pada krisis
kepercayaan, ekonomi Indonesia
mulai bergerak dan bangkit
kembali.

membuat pertumbuhan ekonomi
melambat. Pengangguran yang
terjadi dalam suatu negara

memang perlu dilihat sebagai
suatu masalah yang sangat serius,
karena saat ini pengangguran
membuat banyak masyarakat
Indonesia mengalami kesusahan
dalam memenuhi
kebutuhan
hidupnya. Pengangguran memicu
meningkatnya kemiskinan di
Indonesia. Pengangguran yang
dialami sebagian masyarakat

inilah yang membuat sulitnya
dalam memenuhi
kebutuhan
hidupnya,
sehingga
angka
kemiskinan selalu ada.
Sebelum krisis ekonomi tahun

1997, tingkat pengangguran di
indonesia
pada
umumnya
dibawah 5 persen dan pada tahun
1997 sebesar 4,69 persen. Tingkat
pengangguran sebesar 4,69 persen
masih merupakan pengangguran
dalam skala yang wajar. Indonesia
masuk kedalam salah satu negara
yang memiliki jumlah penduduk
yang besar. Jumlah penduduk
yang tidak disertai dengan
Dalam
perekonomian
suatu
negara terdapat suatu indikator
yang digunakan untuk menilai
apakah
perekonomian

berlangsung dengan baik atau
buruk. Indikator dalam menilai
perekonomian tersebut harus
dapat
digunakan
untuk
mengetahui total pendapatan yang
diperoleh semua orang dalam
perekonomian. Indikator yang pas
dan sesuai dalam melakukan
pengukuran tersebut adalah Gross
Domestic Product (GDP). Produk
Domestik Bruto atau GDP (Gross
Domestic Product)
diartikan

penambahan lapangan pekerjaan
semakin
membuat
tingginya

tingkat
pengangguran
di
Indonesia. Apalagi setelah terjadi
krisis ekonomi di Indonesia yang
membuat tingkat pengangguran
semakin meningkat. Dengan
adanya krisis ekonomi tidak
jarang
antara
peningkatan
angkatan kerja baru dengan
lapangan kerja yang semakin
rendah, tetapi juga terjadi
pemutusan
hubungan
kerja
(PHK). Inilah yang membuat
pengangguran di Indonesia dari
tahun ke tahun meningkat.
sebagai nilai keseluruhan semua
barang dan jasa yang diproduksi
di dalam wilayah tersebut dalam
jangka waktu tertentu (biasanya
per tahun). PDB berbeda dari
Produk Nasional Bruto karena
memasukkan pendapatan faktor
produksi dari luar negeri yang
bekerja di negara tersebut.
Sehingga PDB hanya menghitung
total produksi dari suatu negara
tanpa memperhitungkan apakah
produksi itu dilakukan dengan
memakai faktor produksi dalam
negeri atau tidak. Sebaliknya,
PNB memperhatikan asal usul
faktor produksi yang digunakan.

Tabel 1.1 Tingkat Presentase Inflasi, pengangguran dan PDB di Indonesia
Periode Tahun 1980-2013
Tahun
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013

Inflasi
17,7
12,6
9,3
11,9
10,4
5,66
8,83
8,9
5,47
5,97
5,97
9,52
4,94
9,77
9,24
8,64
6,47
11,1
77,6
2
9,4
12,55
10,03
5,16
6,4
17,11
6,6
6,59
11,06
2,78
6,96
3,79
4,3
8,38

Pengangguran
1,66
2,7
3,01
2
2
2,14
2,70
2,62
2,85
2,81
2,55
2,62
2,74
2,78
4,36
7,24
4,87
4,69
5,46
6,36
6,08
8,10
9,06
9,67
9,86
11,24
10,28
9,11
8,39
7,87
7,14
6,56
6,14
6,25

PDB
9,88
7,93
2,25
4,19
6,98
2,46
5,87
4,93
5,78
7,46
7,24
6,95
6,46
6,5
7,54
8,22
7,82
4,7
-13,13
0,79
4,92
3,64
4,5
4,78
5,03
5,69
5,5
6,35
6,01
4,63
6,22
6,49

6,26
5,78

Berdasarkan data diatas dapat dilihat
bahwa tingkat inflasi, pengangguran
dan PDB yang terjadi di Indonesia
mengalami fluktuasi yang tidak stabil
setiap tahunnya. Inflasi pada tahun
1998 mencapai angka 77,6 dan
Pertumbuhan PDB di Indonesia
mengalami minus pada tahun yang
mencapai -13,13 yang dikarenakan
terjadinya krisis ekonomi besarbesaran dan inflasi yang sangat
tinggi. Sehingga pertumbuhan PDB
melambat, namun seiring dengan
berjalannya waktu perekonomian di
1.2 Identifikasi Masalah

1.3.1 Tujuan Penelitian

1.

Apakah pengangguran
berpengaruh terhadap inflasi di
Indonesia?

Mengetahui besanya pengaruh
tingkat pengangguran dan tingkat
pertumbuhan
PDB
terhadap
inflasi di Indonesia

2.

Apakah pertumbuhan PDB
berpengaruh terhadap inflasi di
Indonesia?

3.

Apakah pengangguran dan
pertumbuhan PDB berpengaruh
terhadap inflasi di Indonesia?
1.3 Tujuan dan
Penelitian

2.

Indonesia mulai bangkit dari
keterpurukan. Hal ini dapat dilihat
dari pertumbuhan PDB dari tahun ke
tahun yang semakin stabil. Dari tabel
tersebut dapat dilihat juga bahwa
pengangguran
di
Indonesia
mengalami fluktuatif di setiap
tahunnya.
Pada
tahun
2005
merupakan pengangguran tertinggi
hingga mencapai 11,24 persen namun
terus menurun pada tahun berikutnya
dan stabil pada tahun 2011 hingga
2013.

Kegunaan

KERANGKA TEORITIS DAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Inflasi
Inflasi dapat didefinisikan sebagai
suatu proses kenaikan harga-harga
yang berlaku dalam suatu
perekonomian (Sadono Sukirno).
Kenaikan satu atau dua barang
tidak bisa disebut sebagai inflasi,
kecuali jika kenaikan harga
barang tersebut mempengaruhi
harga barang lain untuk naik,
karena inflasi bersifat umum dan
berlangsung
secara
terusmeenerus.

1.3.2 Kegunaan Penelitian
Dapat
memberikan
ilmu
pengetahuan yang lebih tentang
hubungan tingkat pengangguran
dan tingkat pertumbuhan PDB
terhadap inflasi di Indonesia dan
semoga menjadi acuan bagi
penelitian-penelitian
sejenis
berikutnya.
• Menurut kaum moneteris inflasi
merupakan fenomena moneter,
dimana
penyebab
utamanya
kerena pertumbuhan jumlah uang
beredar berpengaruh terhadap
output dan kesempatan kerja.
• Menurut kaum klasik sama
dengan kaum moneteris, yaitu
inflasi merupakan fenomena
moneter, bedanya didalam kaum
klasik penyebab utama inflasi
adalah
kenaikan
atau
pertumbuhan
jumlah
uang
bereedar.

• Menurut kaum strukturalis
mengatakan
bahwa
inflasi
merupakan sesuatu yang tidak
dapat
dihindarkan
oleh
perekonomian
yang
sedang
berkembang.

dalam waktu dekat harga barang
akan naik, masyarakat cenderung
membelanjakan uangnya karena
khawatir akan penuruan nilai
uang, sehingga akan memicu
inflasi.

• Menurut Keynes inflasi terjadi
karena pertumbuhan jumlah uang
beredar yang pesat yang akan
menyebabkan harga meningkat
secara terus-menerus dengan laju
yang tinggi.

2. Teori Inflasi Keynes
Menurut Keynes inflasi pada
dasarnya
disebabkan
oleh
ketidakseimbangan
antara
permintaan masyarakat (demand)
terhadap barang-barang dagangan
(stock), dimana permintaan lebih
banyak yang tersedia, sehingga
terdapat gap yang disebut dengan
inflationaty gap.

Teori Tentang Inflasi
Pada dasarnya terdapat 3 (tiga)
teori tentang inflasi yaitu :
1. Teori Kuantitas yaitu teori yang
menganalisis peranan dari i)
Jumlah uang bererdar, dan ii)
ekspektasi masyarakat mengenai
kemungkinan kenaikan harga
(peranan psikologis).
Jumlah uang beredar. Menurut
teori ini, pertumbuhan volume
uang yang beredar sangat
dominan terhadap kemungkinan
timbulnya inflasi. Kenaikan harga
yang tidak dibarengi dengan
pertumbuhan jumlah uang beredar
sifatnya hanya sementara. Dengan
demikian menurut teori ini,
apabila jumlah uang tidak
ditambah kenaikan harga akan
berenti dengan sendirinya.
Ekspektasi . berdasarkan teori ini
walaupun jumlah uang bertambah
tetapi masyarakat belum menduga
adanya
kenaikan,
maka
pertambahan uang beredar hanya
akan menambah simpanan atau
uang
kas
karena
belum
dibelanjakan. Dengan demikian
harga barang-barang tidak naik.
Jika masyarakat menduga bahwa

3. Teori Struktrural
Teori ini dilandaskan kepada
struktur perekonomian dari suatu
negara
(umumnya
negara
berkembang). Menurut teori ini,
inflasi disebabkan oleh :
Ketidak-elastisan
penerimaan
ekspor. Hasil ekspor meningkat
namun lambat bila dibandingkan
dengan
pertumbuhan
sektor
lainnya. Peningkatan hasil ekspor
yang
lambat
antara
lain
disebabkan karena harga barang
yang
diekspor
kurang
menguntungkan
dibandingkan
dengan kebutuhan barang-barang
impor yang harus dibayar.
Dengan kata lain daya tukar
barang-barang negara tersebut
semakin memburuk.
Ketidak-elastisan Supply produksi
bahan
makanan.
Terjadi
ketidakseimbangan
antara
pertumbuhan produksi bahan
makanan
jumlah
penduduk,
sehingga
mengakibatkan
kelonjakan kenikan harga bahan
makanan.
Hal
ini
dapat

menimbulkan tuntuan kenaikan
upah dari kalangan buruh/pegawai
tetap akibat kenaikan biaya hidup.
Kenaikan upah selanjutnya akan
meningkatkan biaya produksi dan
mendorong terjadinya inflasi.
Dapat disebut inflasi jika terdapat
tiga faktor dibawah ini, yaitu :
1. Kenaikan harga
2. Bersifat umum
3. Berlangsung
secara
meenerus

terus-

2.1.1. Keterkaitan antara inflasi
dan pengangguran
Teori Kurva Philips
Kurva Philips adalah kurva yang
menunjukkan hubungan antara
tingkat pengangguran dengan
tingkat inflasi di sebuah negara.
Menurut Kurva Philips, hubungan
keduanya adalah berbanding
negatif. Jadi ketika inflasi naik,
maka pengangguran turun. Dan
ketika inflasi turun, maka
pengangguran naik jumlahnya.
2.1.2.
Faktor-faktor
menyebabkan
inflasi
sebagai berikut :

yang
adalah

1. Tingkat pengeluaran agregat yang
melebihi kemampuan perusahaanperusahaan untuk menghasilkan
barang dan jasa.
2. Para pekerja diberbagai kegiatan
ekonomi menuntut kenaikan upah
3. Kenaikan harga-harga barang
yang diimpor
4. Penambahan penawaran uang
yang berlebihan tanpa diikuti oleh
pertambahan
produksi
dan
penawaran barang
5. Kekacauan politik dan ekonomi
sebagai akibat pemerintahan yang
kurang bertanggung jawab

2.1.3. Jenis-jenis inflasi
Inflasi dapat digolongkan menjadi
4(empat) golongan, yaitu :
1. Inflasi Ringan ( kenaikan hargaharga barang 100% )
2.1.4. Adapun jenis-jenis inflasi,
berdasarkan kepada sumber atau
penyebab kenaikan harga-harga
yang berlaku, inflasi biasanya
dibedakan kepada 3(tiga) bentuk
berikut :
1. Inflasi tarikan permintaan
Inflasi ini biasanya terjadi pada
masa perekonomian berkembang
dengan pesat. kesempatan kerja
yang tinggi menciptakan tingkat
pendapatan yang tinggi dan
selanjutnya
menimbulkan
pengeluaran
yang
melebihi
kemampuan
ekonomi
mengeluarkan
barang
dan
jasa.pengeluaran yang berlebihan
ini akan menimbulkan inflasi.
2. Inflasi desakan biaya
Inflasi ini berlaku dalam masa
perekonomian
berkembang
dengan pesat ketika tingkat
pengangguran sangat rendah.
Apabila
perusahaan
masih
menghadapi permintaan yang
bertambah, mereka akan berusaha
menaikkan produksi dengan cara
memberikan gaji dan upah yang
lebih tinggi kepada pekerjanya
dan mencari pekerja baru dengan
tawaran yang lebih tinggi ini.
Kenaikan upah/gaji, yang berarti
juga kenaikan PDB negara. jika
gaji para pegawai naik di sebuah

negara, maka otomatis hargaharga barang produksi pun akan
mengkikuti tren tersebut dan
mengakibatkan terjadinya inflasi.
3. Inflasi diimpor
Inflasi dapat juga bersumber dari
kenaikan harga-harga barang yang
diimpor. Inflasi ini akan terwujud
apabila barang-barang impor yang
mengalami
kenaikan
harga
mempunyai peranan yang penting
dalam
kegiatan
pengeluaran
perusahaan-perusahaan.
2.1.5. Dampak inflasi
Inflasi memiliki dampak positif
dan dampak negatif, tergantung
parah atau tidaknya inflasi.
Apabila inflasi ringan, justru akan
berpengaruh positif dalam arti
dapat mendorong perekonomian
lebih baik, yaitu meningkatkan
pendapatan nasional dan membuat
orang bergairah untuk bekerja,
menabung
dan
mengadakan
investasi. Sebaliknya dalam masa
inflasi yang parah, yaitu pada saat
terjadi
hiperinflasi
keadaan
perekonomian menjadi kacau dan
perekonomian dirasakan menjadi
lesu. Orang menjadi tidak
bersemangat bekerja, menabung
atau mengadakan investasi dan
produksi karena harga meningkat
dengan cepat. Para penerima
pendapatan tetap seperti pegawai
negeri atau karyawan swasta serta
kaum buruh juga akan kewalahan
menanggung dan mengimbangi
harga sehingga hidup mereka
semakin merosot dari waktu ke
waktu.
Secara umum inflasi dapat
mengakibatkan :
a. Berkurangnya investasi di suatu
negara
b. Mendorong kenaikan suku bunga

c. Mendoorng penanaman modal
yang bersifat spekulatif
d. Kegagalan
pelaksanaan
pembangunan
e. Ketidakstabilan ekonomi
f. Defisit neraca pembayaran
g. Merosotnya tingkat kehidupan
dan kesejahteraan masyarakat
2.1.6. Cara mengatasi inflasi
Cara mengatasi inflasi harus
dimulai dari penyebab terjadinya
inflasi agar solusi atau kebijakan
yang dilakukan oleh pemerintah
dapat tepat terlaksana dan
menemukan
solusi
jalan
keluarnya. Secara teoritis, untuk
mengatasi inflasi relatif mudah,
yaitu dengan cara mengatasi
pokok
pangkalnya,
yaitu
mengurangi jumlah uang beredar.
Berikut ini kebijakan yang
diharapkan
dapat
mengatasi
inflasi :
1. Kebijakan moneter
Bank sentral melakukan kebijakan
untuk mengurangi penawaran
uang dan menaikkan suku bunga
dan membatasi kredit. Kebijakan
moneter ini akan mengurangi
investasi dan pengeluaran rumah
tangga (konsumsi).
2. Kebijakan fiskal
Kementrian
keuangan
perlu
mengurangi pengeluaran dan
menaikkan pajak individu dan
perusahaan. Langkah tersebut
dapat
tersebut
mengurangi
pengeluaran
pemnerintah,
mengurangi
investasi
dan
mengurangi pengeluaran rumah
tangga.
3. Kebijakan non moneter, dapat
dilakukan melalui :

a. Menaikkan
hasil
produksi.
Pemerintah memberikan subsidi
kepada industri untuk lebih
produktif
dan
menghasilkan
output yang lebih banyak,
sehingga harga akan menjadi
turun.
b. Kebijakan upah. Pemerintah
menghimbau kepada para buruh
agar tidak menuntut kenaikan
upah pada saat terjadi inflasi.
c. Pengawasan harga. Kebijakan
pemerintah dengan menentukan
harga maksimum bagi barangbarang tertentu.
2.2. Pengangguran
Pengangguran adalah penduduk
yang tidak bekerja tetapi sedang
mencari pekerjaan atau sedang
mempersiapkan suatu usaha atau
penduduk yang tidak mencari
pekerjaan karena merasa tidak
mungkin mendapatkan pekerjaan
atau yang sudah mempunyai
pekerjaan tetapi belum memulai
bekerja (BPS:2010).
• Menurut Payman J.Simanjuntak
Pengangguran adalah orang yang
tidak bekerja , berusia angkatan
kerja yang tidak bekerja sama
sekali atau bekerja kurang dari
dua hari selama seminggu
sebelum pencacahan dan berusaha
memperoleh pekerjaan.
• Menurut Menakertrans
Pengangguran adalah orang yang
tidak bekerja, sedang mencari
pekerjaan, mempersiapkan suatu
usaha baru, dan tidak mencari
pekerjaan karena merasa tidak
mungkin mendapatkan pekerjaan.
2.2.1. Jenis-jenis pengangguran

Dalam membedakan jenis-jenis
pengangguran, terdapat dua cara
untuk menggolongkannya, yaitu :
1. Jenis pengangguran berdasarkan
penyebabnya
a. Pengangguran
normal
atau
friksional
Pengangguran sebanyak dua atau
tiga persen tersebut dinamakan
pengangguran
normal
atau
pengangguran friksional. Para
penganggur
ini
tidak
ada
pekerjaan bukan karena tidak
dapat memperoleh kerja, tetapi
karena sedang mencari kerja lain
yang lebih baik.
b. Pengangguran siklikal
Pengangguran yang disebabkan
perkembangan ekonomi yang
sangat lambat atau kemerosotan
kegiatan ekonomi.
c. Pengangguran struktural
Pengangguran yang disebabkan
oleh perubahan struktur ekonomi.
d. Pengangguran teknologi
Pengangguran yang disebabkan
oleh penggunaan mesin dan
kemajuan teknologi.
2. Jenis pengangguran berdasarkan
cirinya
a. Pengangguran terbuka
Pengangguran terbuka terjadi
sebagai akibat dari kegiatan
ekonomi yang menurun, dari
kemajuan
teknologi
yang
mengurangi penggunaan tenaga
kerja, atau sebagai akibat dari
kemunduran perkembangan suatu
indutsri.
b. Pengangguran tersembunyi
Keadaan pengangguran yang
tidak secara nyata dapat dilihat
dan berlaku pada kegiatan yang

jumlah pekerjaan melebihi dari
yang diperlukan.
c. Pengangguran bermusim
Pengangguran yang tidak berlaku
sepanjang waktu tetapi hanya
terjadi ketika kegiatan ekonomi
yang dijalankan sedang dalam
keadaan tidak sibuk atau sedang
tidak menjalankan sembarang
kegiatan.
d. Setengah
menganggur
(underployment)
Tenaga kerja yang melakukan
kerja-kerja atau jam kerja yang
jauh lebih rendah dari masa kerja
yang lazim dilakukan dalam
sehari atau seminggu.
2.2.2 Penyebab pengangguran
Penyebab pengangguran adalah
sebagai berikut :
1. Secara umum pengangguran
disebabkan
karena
jumlah
angkatan kerja tidak sebanding
dengan
jumlah
lapangan
pekerjaan
yang
mampu
menterapnya.
2. Kondisi ekonomi yang sedang
jatuh dapat membuat permintaan
akan tenaga kerja tidak sebanding
dengan penawaran tenaga kerja
sehingga menyebabkan banyak
PHK dan lowongan kerja baru
yang langka.
3. Melamar pekerjaan yang tidak
sesuai dengan latar belakang
pendidikan dan kemampuan diri.
4. Terlalu menuntut gaji yang besar
ketika melamar kerja sehingga
bisa memberatkan perusahaan.
5. Adanya sifat malas untuk mencari
pekerjaan dan lebih suka santaisantai dirumah menikmati hidup.
2.3.

Produk
(PDB)

Domestik

Bruto

Menurut McEachern (2000: 146)
Gross Domestik Product artinya
mengukur nilai pasar dari barang
dan jasa akhir yang diproduksi
oleh sumber daya yang berada
dalam suatu negara selama jangka
waktu tertentu, biasanya satu
tahun. GDP juga dapat digunakan
untuk mempelajari perekonomian
dari waktu ke waktu atau untuk
membandingkan
beberapa
perekonomian pada suatu saat.
Gross domestic product hanya
mencakup barang dan jasa akhir,
yaitu barang dan jasa yang dijual
kepada pengguna yang terakhir
.Untuk barang dan jasa yang
dibeli
untuk diproses dan
kemudian dijual lagi tidak
dimasukkan dalam hitungan GDP,
hal
ini
dilakukan
untuk
menghindari
masalah
penghitungan ganda (McEachern,
2000: 147). Perhitungan ganda
dapat menyebabkan hasil dari
perhitungan
GDP
tidak
menunjukan
hasil
yang
sebenarnya,
sehingga
dalam
perhitungan
tersebut
hanya
dilakukan perhitungan satu kali
untuk setiap produk.
Menurut Mankiw (2007: 23) ada
dua tipe Gross Domestik Produk,
yaitu sebagai berikut:
1. GDP dengan harga berlaku atau
GDP nominal, yaitu nilai barang
dan jasa yang dihasilkan suatu
negara dalam suatu tahun dinilai
menurut harga yang berlaku pada
tahun tersebut.
2. GDP dengan harga tetap atau
GDP riil, yaitu nilai barang dan
jasa yang dihasilkan suatu negara
dalam suatu tahun dinilai menurut
harga yang berlaku pada suatu
tahun tertentu yang seterusnya
digunakan untuk menilai barang

dan jasa yang dihasilkan pada
tahun-tahun lain.
2.3.1. Perhitungan PDB
PDB dapat
memakai tiga
pendekatan
pendekatan
pendekatan
(Kunawangsih
35).
1.

dihitung dengan
pendekatan, yaitu
pengeluaran,
pendapatan
dan
produksi
dan Antyo, 2006:

Pendekatan Pengeluaran
(Expenditure Approach)
PDB adalah jumlah semua
pengeluaran untuk konsumsi
rumah tangga dan lembaga swasta
yang tidak mencari untung,
konsumsi
pemerintah,
pembentukan
modal
tetap
domestik
bruto,
perubahan
stok/inventori, dan ekspor neto di
suatu negara pada suatu periode
(biasanya setahun).
Secara umum, komponen dalam
penghitungan PDB berdasarkan
pengeluaran
adalah
sebagai
berikut:
1) Konsumsi rumah tangga dan
lembaga swasta yang tidak
mencari untung (C)
2) Investasi, yakni pembentukan
modal tetap domestik bruto
ditambah perubahan inventori (I)
3) Konsumsi pemerintah (G)
4) Ekspor netto, yakni ekspor
dikurangi impor (X-M)
PDB Pengeluaran =
C+I+G+(X-M)

2. Pendekatan Pendapatan
(Income Approach)

PDB adalah jumlah balas jasa
yang diterima oleh faktor-faktor
produksi yang ikut di dalam
proses produksi di suatu negara
pada jangka waktu tertentu
(biasanya setahun). Balas jasa
faktor produksi tersebut adalah
upah dan gaji, sewa tanah, bunga
modal, dan keuntungan. Dalam
pengertian PDB termasuk pula
penyusutan barang modal tetap
dan pajak tidak langsung neto.
Jumlah
semua
komponen
pendapatan ini per sektor disebut
sebagai nilai tambah bruto
sektoral. PDB merupakan jumlah
dari nilai tambah bruto seluruh
sektor (lapangan usaha).

PDB Pendapatan =
sewa + upah + bunga + laba.
Di mana sewa adalah pendapatan
pemilik faktor produksi tetap
seperti tanah, upah untuk tenaga
kerja, bunga untuk pemilik modal,
dan laba untuk pengusaha.
Secara
teori
PDB dengan
pendekatan pengeluaran dan
pendapatan harus menghasilkan
angka yang sama (Kunawangsih
dan Antyo, 2006: 35). Sehingga
walaupun menggunakan dua
metode dan data berbeda namun
hasil akhirnya tetap menunjukan
PDB dari negara tersebut. Hal ini
yang kemudian menjadi alasan
mengapa
PDB
biasanya
digunakan sebagai tolak ukur
kesejahteraan dan pertumbuhan
ekonomi masyarakat dalam suatu
negara.
3. Pendekatan Produksi
(Production Approach)

PDB adalah jumlah nilai produk
barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh berbagai unit
produksi pada suatu jangka waktu
tertentu,
biasanya
setahun.

Menurut metode ini, PDB
adalah total output (produksi)
yang dihasilkan oleh suatu
perekonomian.
Cara
penghitungan dalam praktik
adalah dengan membagi-bagi
perekonomian
menjadi
beberapa
sektor
produksi
(industrial origin). Jumlah
output masing-masing sektor
merupakan jumlah output
seluruh perekonomian. Hanya
saja, ada kemungkinan bahwa
output yang dihasilkan suatu
sektor perekonomian berasal
dari output sektor lain. Atau
bisa juga merupakan input bagi
sektor ekonomi yang lain lagi.

Dengan kata lain, jika tidak
berhati-hati
akan
terjadi
penghitungan ganda (double
counting) atau bahkan multiple
counting. Akibatnya angka
PDB bisa menggelembung
beberapa kali lipat dari angka
yang
sebenarnya.
Untuk
menghindari hal tersebut, maka
dalam
perhitungan
PDB
dengan metode produksi, yang
dijumlahkan
adalah
nilai
tambah
(value
added)
masingmasing sektor. Rumus
perhitungan PDB pendekatan
produksi adalah:
Y = (PXQ)1 + (PXQ)2
+.....(PXQ)n
Keterangan :
Y = Pendapatan Nasional
P = harga
Q = kuantitas

2.4. Kerangka Pemikiran

PG (X1)
Inflasi (Y)
Pert. PDB
(X2)
2.5.

Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah
dan landasan teori yang telah
dipaparkan maka dapat disajikan
hipotesis yaitu diduga:

3.

METODOLOGI PENELITIAN
3.1.

Metode Analisis

1. Pengangguran
berpengaruh
negatif terhadap inflasi di
Indonesia.
2. Pertumbuhan PDB berpengaruh
positif
terhadap
inflasi
di
Indonesia.
Metode analisis dalam penelitian
ini adalah metode regresi linier
sederhana. Model ini dipilih atas
dasar karena penelitian ini

dirancang untuk mengetahui
pengaruh, arah dan kekuatan
hubungan dari variable bebas
terhadap variable terikat serta
untuk
menestimasi
dan
memprediksi rata-rata populasi
atau nilai rata-rata variabel terikat
(dependent variable) berdasarkan
nilai variabel bebas (independen
variable) yang diketahui objek
dalam penelitian ini adalah
pengangguran dan pertumbuhan
PDB sebagai variabel bebas dan
inflasi sebagai variabel terikat.
3.2.

3.4.

Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala
sesuatu yang menjadi objek
penelitian, sedangkan definisi
operasional adalah suatu definisi
yang diberikan kepada suatu
variabel dengan memberikan arti
(Moh. Nazir, 2003). Jadi variabel
penelitian ini meliputi faktorfaktor yang berperan dalam
peristiwa atau gejala yang akan
diteliti. Dalam penelitian ini
digunakan dua jenis variabel
penelitian, yaitu variabel terikat
dan variabel bebas. Variabel
bebasnya yaitu pengangguran dan
pertumbuhan
PDB
terhadap
tingkat inflasi di Indonesia
sebagai variabel terikatnnya.

3.5.

Metode
Berganda

Sumber Data
Sumber data berasal dari data
sekunder yang diperoleh dari
Bank Indonesia dan Badan Pusat
Statistik
mengenai
Laporan
tahunan
pertumbuhan
PDB,
pengangguran dan inflasi, jurnaljurnal ilmiah dan literatur-literatur
lain yang berkaitan dengan topik
penelitian ini. Referensi studi
kepustakaan diperoleh melalui
jurnal-jurnal penelitian terdahulu.
Tempat penelitian ini adalah di
Indonesia dengan pengambilan
data tahunan melalui Bank
Indonesia dan BPS untuk
pengambilan data penelitian.
Waktu penelitian adalah dari 1980
sampai dengan 2013.

3.3.

Bank Indonesia dan BPS terkait
untuk mengambil data sekunder.

Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam
penelitian ini bersifat kuantitatif
yaitu data yang diukur dalam
suatu skala numerik (angka). Data
kuantitatif ini berupa data runtut
waktu (time series) yaitu data
yang disusun menurut waktu pada
suatu variabel tertentu. Penelitian
diproses dengan pengumpulan
data yaitu mengunjungi website

Analisis

Regresi

Untuk menganalisis hubungan
antara variabel dependen dan
independen, maka pengolahan
data dilakukan dengan metode
analisis regresi berganda. Dalam
analisis ini dilakukan dengan
bantuan program Eviews Untuk
menganalisis hubungan antar
variabel
dependen
dan
independen, maka pengelolaan
data dilakukan dengan metode
analisis dengan model Ordinary
Least Square (OLS). Metode OLS
digunakan untuk memperoleh
estimasi
parameter
dalam
menganalisis pengaruh variabelvariabel independen terhadap
variabel dependen. Metode OLS
dipilih karena merupakan salah
satu metode sederhana dengan
analisis regresi yang kuat dan

popular, dengan asumsi-asumsi
tertentu (Gujarati, 2003).

Model dalam
adalah:

Adapun persamaan regresi yaitu:

Inflasi = f(Pengangguran, PDB)

INF = α +β
Keterangan :
INF
PG
PDB
Bruto (PDB)

Α
β

1,

β

2

ini

Dalam penelitian ini meliputi
pengujian
serempak
(uji-f),
pengujian individu (uji-t) dan
pengujian ketepatan perkiraan
(R2) dan uji asumsi klasik yang
meliputi
uji
normalitas,
multikolinieritas,heteroskedastisit
as dan autokorelasi.

= Inflasi
= Pengangguran
= Produk Domestik
= Intercept
= Koefisien regresi
= Standar Eror

ε

4.

1PG+β 2PDB+ε

penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN
ESTIMASI MODEL PENELITIAN
Dependent Variable: INFLASI
Method: Least Squares
Date: 06/19/15 Time: 17:04
Sample: 1980 2013
Included observations: 34
Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

C
PENGANGGURAN
PDB

26.84223
-0.450846
-2.698624

3.512604
0.460332
0.359540

7.641691
-0.979393
-7.505758

0.0000
0.3350
0.0000

R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)

0.645245
0.622358
7.616004
1798.109
-115.7021
28.19212
0.000000

Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual
memiliki distribusi normal Ghozali
Hipotesisi yang digunakan adalah:

Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat

10.38500
12.39329
6.982478
7.117157
7.028407
2.111469

(2005).
Dalam software EViews
normalitas sebuah data dapat
diketahui dengan membandingkan
nilai Jarque-Bera (JB) dan nilai Chi
Square tabel. Uji JB didapat dari
histogram normality.
H0
: Data berdistribusi normal

H1
: Data
normal

tidak

berdistribusi

Jika hasil dari JB hitung < Chi
Square tabel, maka H0 diterima

Jika hasil dari JB hitung > Chi
Square tabel, maka H0 ditolak

10
S eries : R es iduals
S am ple 1980 2013
O bs ervations 34

8

6

4

2

Mean
Median
Maxim um
Minim um
S td. D ev.
S kew nes s
K urtos is

4.25e-15
-0.674437
18.26857
-19.84294
7.381609
0.151222
4.607409

Jarque-B era
P robability

3.789918
0.150324

0
-20

-10

0

10

20

Nilai probability 0,150324 dengan
tingkat α 2,5%. Yang berarti nilai
probability 0,150324 lebih besar dari

α

0,025 yang berarti error term
terdistribusi normal.

Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan
menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan
variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang
lain Ghozali (2005). Jika varians
dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka
disebut homoskedastisitas dan jika
berbeda
disebut
heteroskedastisitas.

Heteroskedasticity Test: White
FProb.
statistic
F(5,27)
3.220.529
0.0208
Prob.
ChiObs*RSquare(5)
squared
1.232.842
0.0306
Scaled
explained
SS

1.876.932

Prob.
ChiSquare(5)

0.0021

tidak terdapat heteroskedastisitas
pada model regresi.
Dengan menggunakan metode white
untuk
melihat
ada
tidaknya
heteroskedastisitas diketahui nilai
probability Obs*R-Squared 0,0306
lebih besar dari α 0,025 yang berarti

Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas ini bertujuan
untuk menguji apakah dalam

model regresi panel ditemukan
adanya korelasi antar variabel
independen.
Untuk
menguji
masalah multikolinearitas dapat
melihat matriks korelasi dari
variabel bebas, jika terjadi
koefisien korelasi lebih dari 0,8
maka terdapat multikolinearitas
(Gujarati, 2006). Model yang baik
adalah model yang tidak terjadi
korelasi
antar
variabel
independennya.

INFLASI

PG

PDB

INFLASI

1.000000

-0.023398

-0.796409

PG

-0.023398

1.000000

-0.101496

PDB

-0.796409

-0.101496

1.000000

Berdasarkan output yang dihasilkan
tidak ada nilai yang melebihi 0,8
yang berarti data tidak mengandung
multikolinearitas.

Uji Autokorelasi

Menurut Ghozali (2002), uji
autokorelasi bertujuan untuk
menguji apakah suatu model
regresi linier ada korelasi antara
kesalahan
pengganggu
pada
periode t dengan kesalahan pada
periode t-1 (sebelumnya), dimana
jika terjadi korelasi dinamakan
problem
autokorelasi.
Autokorelasi
muncul
karena
observasi
yang
beruntun
sepanjang waktu yang berkaitan
satu sama lain. Model regresi
yang baik adalah regresi yang
bebas dari autokorelasi. Masalah
ini
timbul
karena
residu
(kesalahan pengganggu) tidak
bebas dari satu observasi lainnya.
Autokorelasi sering ditemukan
pada data time series.

Interpretasi Hasil Regresi
C
PENGANGGURAN
PDB

26.84223
-0.450846
-2.698624

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F0.429693
Prob. F(2,29)
0.6548
statistic
Obs*Rsquared

0.978557

Prob. ChiSquare(2)

Hipotesis yang digunakan adalah:
Ho : tidak ada korelasi serial
H1 : ada korelasi serial
Jika p-value obs*-square < ɑ ,
maka Ho ditolak
Karena p value -obs*square = 0,6131 > 0,025, maka H0
diterima
Kesimpulannya adalah dengan
tingkat keyakinan 97,5%, dapat
dikatakan bahwa tidak terdapat
autokorelasi dalam model regresi

0.6131

Inflasi = 26,84 - 0,450PG - 2,698PDB
Pada model di atas nilai konstanta
sebesar 26,84, dapat diartikan bahwa
apabila variabel lain konstan atau
tidak mengalami perubahan, maka
tingkat inflasi yang terjadi sebesar
26,84.
Tingkat pengangguran memiliki nilai
koefisien sebesar -0,450 yang berarti
bahwa
setiap
penurunan
pengangguran akan meningkatkan
inflasi apabila variabel lain dianggap
konstan. Hal ini sesuai dengan
hipotesis yang menyatakan bahwa
pengangguran dan inflasi memiliki
keterkaitan yang negatif. Hal ini
sesuai dengan teori kurva phillips
yang menyatakan hubungan antara
inflasi dan pengangguran keduanya
adalah berbanding negatif. Jadi
ketika
inflasi
naik,
maka
pengangguran turun. Dan ketika
inflasi turun, maka pengangguran
naik jumlahnya.
Tingkat PDB mempunyai nilai
koefisien sebesar -2,698 yang berarti
bahwa
pertumbuhan
PDB
mempunyai
pengaruh
negatif
terhadap inflasi. Artinya, apabila
PDB turun maka inflasi akan naik
sebesar 2,698, cateris paribus.
Pengaruh tersebut signifikan secara
statistik pada tingkat kepercayaan
97,5% dan hal ini tidak sesuai
dengan faktor penyebab inflasi
desakan biaya yang menyatakan
bahwa
inflasi terjadi karena
kenaikan gaji/upah yang berarti
kenaikan PDB negara yang akan
menyebabkan harga-harga barang
produksi akan naik sehingga akan
terjadi inflasi. Hal ini tidak sesuai
diduga karena apabila pendapatan
gaji para pegawai naik di sebuah

negara, yang berarti juga kenaikan
PDB negara. Sehingga dengan
bertambahnya pendapatan maka
konsumsi
mereka
juga
akan
betambah, tetapi bertambahnya tidak
terlalu besar. Sedangkan saving akan
bertambah besar dengan pesatnya.
Hal ini sesuai dengan teori konsumsi
yang dikemukakan oleh James
Dusenberry Sehingga jumlah uang
beredar untuk mengonsumsi tidak
terlalu besar yang pada akhirnya
harga-harga barang produksi pun
tidak
meningkat
dan
tidak
mengakibatkan terjadinya inflasi
Pengujian Secara Parsial (Uji t)
Uji t-statistik dilakukan untuk
menguji apakah pengangguran, dan
tingkat PDB berpengaruh terhadap
inflasi. Secara parsial Pengangguran
tidak berpengaruh signifikan dan
PDB berpengaruh signifikan terhadap
inflasi di Indonesia.
1. Pengangguran
a. Df = 34-1-2 = 31
α = 2,5%
T-tabel = 2,34, T-hitung = 0,979
b. Berdasarkan data tersebut dapat
diketahui bahwa t-hitung < t-tabel
(0,979 < 2,34). Hal ini menunjukan
bahwa pengangguran mempunyai
pengaruh yang tidak signifikan
secara statistik terhadap Inflasi di
Indonesia
2. Pertumbuhan PDB
a. Df = 34-1-2 = 31
α = 2,5%
b. T-tabel = 2,34, T-hitung 7,505
c. Berdasarkan data tersebut dapat
diketahui bahwa t-hitung > t-tabel
(7,505 > 2,34). Hal ini menunjukan
bahwa tingkat pertmbuhan PDB
mempunyai pengaruh yang signifikan

R2
=
koefisien
determinasi
N
=
jumlah
observasi
k
= jumlah variabel
yang digunakan
Pada tingkat signifikansi 2,5
persen dengan pengujian yang
digunakan adalah sebagai berikut:
a. Ho ditolak apabila t hitung > t
tabel,yang
berarti
variabel
independen (X) berpengaruh
secara
signifikan
terhadap
variabel dependen (Y).
b. Ho diterima apabila t hitung < t
tabel, yang berarti independen (X)
tidak
berpengaruh
secara
signifikan
terhadp
variabel
dependen (Y).

secara
statistik
pada
tingkat
kepercayaan 97,5% (α = 0,025)
terhadap Inflasi di Indonesia.
Pengujian Secara Simultan (Uji F)

Untuk mengetahui apakah semua
variabel penjelas yang digunakan
dalam model regresi secara
serentak
atau
bersama-sama
berpengaruh terhadap variabel
yang dijelaskan adalah uji F
statistik. Nilai f hitung dicari
dengan rumus :

Keterangan :

Dependent Variable: INFLASI
Method: Least Squares
Date: 06/12/15 Time: 14:02
Sample: 1980 2013
Included observations: 34
Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

C

2.684.223

3.512.604

7.641.691

0.0000

PG

-0.450846

0.460332

-0.979393

0.3350

PDB

-2.698.624

0.359540

-7.505.758

0.0000

R-squared

0.645245

Mean dependent var

1.038.500

Adjusted Rsquared

0.622358

S.D. dependent var

1.239.329

S.E. of
regression

7.616.004

Akaike info criterion

6.982.478

Sum squared
resid

1.798.109

Schwarz criterion

7.117.157

Hannan-Quinn criter.

7.028.407

Durbin-Watson stat

2.111.469

Log
likelihood

-1.157.021

F-statistic

2.819.212

Prob(Fstatistic)

0.000000

Berdasarkan hasil estimasi diatas
dapat dijelaskan pengaruh variabel
pengangguran dan pertmbuhan PDB
secara simultan berpengaruh terhadap
Inflasi.
Nilai F-statistik yang diperoleh
28,192 sedangkan F-tabel 2,32.
Dengan demikian F-statistik lebih
besar dari F-tabel yang artinya bahwa
pengangguran dan pertmbuhan PDB
secara bersama-sama atau simultan
berpengaruh signifikan terhadap
inflasi.

5.

Analisis Koefisien Determinasi
Nilai koefisien determinasi pada
model sebesar 64 persen. Yang
berarti, kemampuan variabel bebas
yaitu pengangguran dan pertumbuhan
PDB dalam menjelaskan variabel
terikat yaitu inflasi sebesar 64 persen.
Dan 36 persen sisanya dijelaskan
oleh variabel bebas lain diluar model
regresi.

yang mengedepankan kepentingan
masyarakat.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Variabel pengangguran memiliki
hubungan negatif
dan
tidak
signifikan terhadap inflasi dengan
nilai koefisien sebesar -0,450, yang
artinya bahwa apabila variabel lain
konstan, maka setiap penurunan
pengangguran
akan
menaikkan
inflasi sebesar 0,450.
2. Variabel pertumbuhan PDB memiliki
hubungan negatif dan signifikan
terhadap
inflasi
dengan
nilai
koefisien -2,698, artinya apabila
variabel independen lain konstan,
maka setiap penurunan pertumbuhan
PDB sebesar satu rupiah akan
menaikkan inflasi sebesar 2,698.
Saran
Pemerintah diharap dapat lebih
mengendalikan
laju
inflasi
berdasarkan faktor yang dibahas
dalam
penelitian
ini
yaitu,
pengangguran dan pertumbuhan
PDB. Selain itu pemerintah juga
harus
menyediakan
lapangan
pekerjaan yang memadai agar
pengangguran
tidak
semakin
meningkat dan membuat kebijakan

6.

REFERENSI
Adrian Sutaijaya, (2012). Pengaruh
faktor-faktor
ekonomi
terhadap
inflasi di Indonesia.
Bank
Indonesia.
Laporan
Perekonomian Indonesia. Berbagai
edisi
penerbitan
dan
website:www.bi.go.id. Jakarta: Bank
Indonesia.
Bank Indonesia. Statistik Ekonomi
dan Keuangan Indonesia. Berbagai
edisi penerbitan dan website :
Primawan Wirda Nugroho dan
Maruto Umar Basuki. (2012).
Analisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi inflasi di Indonesia
periode
2000.1-2011.4.
Ajija, Shochrul R dkk. 2011. Cara
cerdas menguasai EViews. Salemba
Empat. Jakarta.
Alghofari, Farid. 2010. Analisis
Tingkat Pengangguran di Indonesia
Tahun 1980-2007.
Gujarati,
Damodar.
2002.
Ekonometrika
Dasar.
Jakarta:
Erlangga

Mankiw, N. Gregory. 1999. Teori
Ekonomi Makro Edisi Keempat.
Jakarta: Airlangga
Sukirno, Sadono. 2004. Makro
Ekonomi Edisi Ketiga. Jakarta: PT.
Raja Grafika Persada

Sihombing, Ruben. 2009. Pengertian
dan Dampak Inflasi.
Wibisono,
Gunawan.
2012.
Hubungan Antara Inflasi dan
Pengangguran Dalam Kurva Phillips