3 BIDANG ILMU TEKNIK SIPIL KEAIRAN TRANSPORTASI DAN MITIGASI BENCANA

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.1-6)

978-602-60766-3-2

PERENCANAAN KOLAM SARINGAN SEDIMEN SEBAGAI UPAYA
MENCEGAH TERJADINYA KRISIS AIR BERSIH DI BTP KOTA MAKASSAR
1,2)

Akhmad Azis1), Sugiarto Badaruddin 2)
Dosen Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Ujung Pandang

ABSTRACT
The problem that happened to the Bumi Tamalanrea Permai (BTP) Makassar community is the increasing of
subscribers, making the lack of clean water supply by clean water distribution service, so that people have shortage of
clean water either in rainy season or drought. The objective of the study is to analyze the large water needs and budget
plan required in the manufacture of sedimentary sediment ponds for water supply for Bumi Tamalanrea Permai (BTP)
Makassar. The benefit of research for stakeholders is with the success of this research, so with the sedimentary filter
pond, the problem of clean water crisis in the Bumi Tamalanrea Permai (BTP) can be overcome. Tests were conducted
experimentally in the laboratory by measuring the turbidity of water taken from the tributaries in the BTP, using
sedimentary sieve ponds with variable gradation of sand and gradation of crushed stone. Furthermore, the calculation of
population number 2015-2020, the need for clean water, sediment pond sediment design that was used to calculate

Budget Plan Costs. Based on the results of research and calculations, it is obtained the results of turbidity water down
from 29.7 NTU to 1.3 NTU. The number of residents in 2015-2020 amounted to 85,824 people, the need for clean water
debit is 3,5 lt/sec or 12.6 m3/hour, budget plan needed to build sediment pond sediment installation is Rp.
1,028,442,000.
Keywords: sedimentary filter pond, clean water requirement

1. PENDAHULUAN
Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Tidak ada satupun makhluk hidup yang berada
di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air. Dengan kata lain air merupakan prasarana yang
vital yang tanpa disadari keberadaannya harus mencukupi baik secara kuantitas maupun kualitas
dan harus ada sepanjang waktu (kontiniutas).
Masalah yang terjadi saat ini yaitu, ketidakmampuan layanan pendistibusian air untuk mendistribusikan
air sesuai kebutuhan masyarakat akan air bersih yang semakin meningkat. Kebutuhan masyarakat tidak dapat
terpenuhi hanya dengan mengandalkan layanan pendistribusian air yang ada. Ketersediaan air yang cukup
dapat terpenuhi apabila terdapat sumber air baku yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan air tersebut.
(Sutrisno C, Totok, 1991).
Hal ini juga merupakan permasalahan yang terjadi pada masyarakat Bumi Tamalanrea Permai (BTP)
Makassar. Bertambah banyaknya pelanggan, membuat kurangnya penyuplain air bersih oleh layanan
pendistribuisan air hingga masyarakat mengalami kekurangan air bersih baik itu di musim hujan ataupun
kemarau. Maka dari itu dengan memanfaatkan air permukaaan yang ada pada daerah tersebut selanjutnya

diolah menjadi air bersih menggunakan kolam saringan sedimen dengan bahan filtrasi berupa pasir, batu
pecah dan ijuk dibuatkan kolam saringan sedimen diharapkan dapat mengatasi masalah yang terjadi.
Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis besar kebutuhan air bersih serta rencana anggaran biaya yang
dibutuhkan dalam pembuatan kolam saringan sedimen untuk penyediaan air bersih bagi masyarakat Bumi
Tamalanrea Permai (BTP) Kota Makassar. Manfaat penelitian bagi pemangku kepentingan/stakeholders
adalah jika penelitian ini berhasil, maka dengan adanya kolam saringan sedimen, permasalahan krisis air
bersih di Bumi Tamalanrea Permai (BTP) dapat di atasi.
Keadaan sumber daya air permukaan khususnya dari sungai, tingkat kekeruhannya sangat tinggi di musim
penghujan. Degradasi lingkungan, terutama yang berkaitan dengan berkurangnya areal hutan secara meluas,
diikuti dengan meluasnya praktek bercocok tanam yang tidak atau kurang mengindahkan kaidah-kaidah
konservasi telah memberikan sumbangan yang signifikan untuk terjadinya perubahan perilaku aliran dan
peningkatan kekeruhan. (Asdak, Chay, 2002).
Di Indonesia ketentuan pengolahan air dalam rangka meningkatkan kualitas air tidak terlepas dari tujuan
penyediaannya. Ketentuan umum dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416 / MENKES/ PER/IX/1990
membedakan antara istilah air minum dan air bersih dimana air minum adalah air yang kualitasnya
1

Korespondensi : Akhmad Azis, Telp 081342299403, akhmad_azis@yahoo.com
1


Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.1-6)

978-602-60766-3-2

memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum, sedangkan air bersih adalah air yang diperlukan
untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah
dimasak.(Anonim, 1990).
Dalam peraturan tersebut juga dijelaskan tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air antara lain
sebagai berikut ini.
1. Syarat fisik, antara lain: air harus bersih dan tidak keruh, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau dan
suhu antara 10o - 25o C (sejuk)
2. Syarat kimiawi, antara lain : tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun, tidak
mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan, cukup yodium dan pH air antara 6,5 – 9,2.
3. Syarat bakteriologi, antara lain: tidak mengandung kuman-kuman penyakit.
Untuk melakukan perhitungan proyeksi jumlah penduduk dalam perencanaan sistem penyediaan air bersih
adalah metode Aritmatik, metode Geometrik dan metode Least Square (Kambuaya.L.R, 2014):
Menurut Clark (1977) dalam Radianta Triatmadja (2006), memperkirakan kebutuhan manusia akan air untuk
kegiatan sehari-hari sebesar 200 liter/orang/hari. Sedangkan kebutuhan air maksimum pada hari puncak
mencapai 20% lebih banyak dibanding kebutuhan rerata harian.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menghitung jumlah kebutuhan air bersih, antara lain:

a. Kebutuhan Air Domestik, dihitung menggunakan persamaan berikut :
= JP x (pl%) x S.………….................…….......................…........…….…….
(1)
dengan :
JP = Jumlah penduduk saat ini (jiwa)
P1% = Presentase pelayanan yang akan dilayani
= Kebutuhan air domestic (lt/org/hari)
S= Standar kebutuhan air rata-rata
b. Kebutuhan Air Non Domestik, dihitung menggunakan persamaan berikut :
= (nD%) x .…………………..………...............……………........................….……. (2)
dengan :
= Kebutuhan air non domestic (lt/org/hari)
nD%=Presentase kebutuhan air non domestik
= Kebutuhan air domestik (lt/org/hari)
c. Kebutuhan Air Total, dihitung menggunakan persamaan berikut :
= +
.……….…………………..……………....................………….…
(3)
dengan :
= Kebutuhan air total (lt/hari)

d. Kehilangan dan Kebocoran, dihitung menggunakan persamaan berikut :
=
x ( %) .……….…………………….......................….................……………
(4)
dengan :
= Kebocoran air atau kehilangan air
%= Presentase kehilangan atau kebocoran
e. Kebutuhan Air Rata-rata, dihitung menggunakan persamaan berikut :
= +
.……….…………………………………........................................…….
(5)
dengan :
= Kebutuhan air rata-rata (lt/hari)
= Kebutuhan air total (lt/hari)
= Kebocoran atau kehilangan air (lt/hari)
f. Kebutuhan Air Jam Maksimum/puncak, dihitung menggunakan persamaan berikut :
=
x F.……….………………………………....................…..............………….
(6)
dengan :

= Kebutuhan air maksimum (lt/hari)
= Kebutuhan air rata-rata (lt/hari)
F= Faktor air maksimum = 1,2 (Radianta Triadmaja, 2006)
Penelitian pendahuluan yang telah dilaksanakan untuk menunjang penelilitian ini adalah pengujian
terhadap tingkat kekeruhan air serta sampel pasir berupa pengujian properties dan permeabilitas. Selain itu,
telah pula dilakukan pengujian model kolam sedimentasi. Adapun variabel pada penelitian ini masing-masing
3 variasi untuk tingkat kekeruhan yakni agak keruh, keruh dan sangat keruh, 3 variasi gradasi pasir.
2

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.1-6)

978-602-60766-3-2

1. Pengujian permeabilitas
Material Pasir.
Permeabilitas yang diperoleh dari uji constan head sebesar 1,9 x 10-1 cm/det, sehingga material tanah
tersebut dapat digunakan pada penelitian ini.
2. Pengujian model fisik
Berdasarkan hasil pengujian, debit keluar dari kolam saringan sedimen semakin menurun pada semua
jenis pasir jika terjadi peningkatan kekeruhan air. Hal ini disebabkan pada air yang lebih keruh, mengandung

sedimen yang melayang sehingga menghambat aliran air yang melewati lapisan pasir. Sedangkan pada jenis
pasir, semakin kasar gradasi pasir semakin besar debit yang keluar dari kolam saringan sedimen sebab poripori diantara butiran lebih besar sehingga lebih besar debit yang melewati lapisan pasir. (Azis. A, Subhan,
A.M, 2016)
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian sebelumnya, akan dilaksanakan selama 1 (satu) tahun di
laboratorium Mekanika Tanah, Hidrolika dan Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang.
Untuk pengumpulan data, pada penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Penelitian ini menggunakan kolam saringan sedimen. Air keruh dipompa masuk ke dalam kolam
pengendap, selanjutnya air masuk ke dalam kolam saringan awal. Jika kolam pengendap sudah dipenuhi
sedimen, maka dapat dilakukan pembilasan melalui pipa/saluran pembilas. Air yang telah berkurang
kekeruhannya, masuk ke dalam kolam saringan akhir, kemudian keluar dari kolam saringan setelah
melalui lapisan batu pecah dan lapisan pasir. Diharapkan air yang keluar telah berubah tingkat
kekeruhannya.

Gambar 7. Model kolam saringan sedimen
2. Pengambilan data jumlah penduduk kawasan Bumi Tamalanrea Permai lima tahun terakhir.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitiian terhadap sampel air permukaan pada anak sungai yang ada di Bumi
Tamalanrea Permai menggunakan model kolam saringan sedimen diperoleh data sebagai berikut : debit
masuk rata-rata sebesar 0,139 lt/det, debit keluar rata-rata sebesar 0,061 lt/det dan nilai kekeruhan air

sebelum melalui kolam saringan sedimen sebesar 29,7 NTU dan setelah melalui kolam saringan sedimen
sebesar 1,3 NTU
Proyeksi Jumlah Penduduk
Untuk menentukan kebutuhan air bersih pada masa mendatang perlu terlebih dahulu diperhatikan keadaan
pertumbuhan penduduk yang ada pada saat ini dan proyeksi jumlah penduduk pada masa mendatang. Dalam
perencanaan ini proyeksi jumlah penduduk direncanakan untuk 5 tahun yang akan datang yaitu sampai tahun
2020. Data jumlah penduduk yang digunakan untuk menghitung rerata pertumbuhan penduduk adalah data
jumlah penduduk 5 tahun terakhir yaitu dari tahun 2011 sampai dengan 2015.
Tabel 1. Data penduduk bumi tamalanrea permai tahun 2011 - 2015
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Lokasi
2011
2012
2013
2014
2015
3

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.1-6)


978-602-60766-3-2

Bumi Tamlanrea
14008
14028
14136
14153
14190
Permai
Sumber : Kelurahan Tamalanre
Selanjutnya dilakukan perhitungan laju pertumbuhan untuk menentukan berapa tingkat pertambahan
penduduk yang akan datang, dimana hasil yang diperoleh berdasarkan perhitungan sebesar 0,32%.
Sedangkan untuk menentukan metode yang akan digunakan untuk perhitungan jumlah penduduk
menggunakan 3 metode antara lain: Metode Aritmatik, Geometrik dan Least Square, dimana hasil korelasi
yang terbesar yang akan digunakan sebagai metode untuk perhitungan jumlah penduduk yang akan datang.
Hasil perhitungan sebagai berikut :
Tabel 2. Hasil Perhitungan Jumlah Penduduk BTP Tahun 2011 – 2015
Tahun
(x)
2011

2012
2013
2014
2015

Jumlah Penduduk (Jiwa)
(Y)
14008
14028
14136
14153
14190

Jumlah

70515

Hasil Perhitungan
Aritmatik Geometrik
Least Square

14008
14008
13956
14054
14053
14005
14099
14098
14054
14145
14143
14103
14190
14182
14152
-

-

-

Untuk perhitungan proyeksi jumlah penduduk 5 tahun rencana dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3. Proyeksi jumlah Penduduk Bumi Tamalanrea Permai Tahun 2015-2020
No
Tahun
Jumlah Penduduk Rencana (Jiwa)
1
2
3
4
5
6

2015
2016
2017
2018
2019
2020

14190
14236
14281
14327
14372
14418

Perhitungan Kebutuhan Air Bersih
Tingkat pemakaian air bersih masyarakat Bumi Tamalanrea difokuskan pada kebutuhan air rumah tangga
(domestik) terutama untuk air minum, memasak, ablution dan bersih-bersih. Didapatkan jumlah pemakaian
air bersih = 5 + 5 +10+10 = 30 liter/orang/hari.
Berdasarkan jumlah pemakaian air bersih dan hasil perhitungan kebutuhan debit air rencana hingga tahun
2020 diperoleh hasil sebesar 3,50 l/dtk atau 12,6 m3/jam
Design Perencanaan Kolam Saringan Sedimen
1. Analisis Kapasitas Reservoir
Perhitungan tampungan reservoir dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

4

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.1-6)

978-602-60766-3-2

Gambar 1. Grafik Tampungan Reservoir
Dari gambar 1 didapatkan volume air maksimum = 10,08 m3/jam dan minimum = 9,07 m3/jam , Sehingga
volume air dalam reservoir diperlukan sebesar 10,08 + 9,07 = 19,15 m3/jam. Direncanakan pendistribusian
air ke masyarakat dari reservoir yang dibangun dengan kapasitas 460 m3/hari.
2. Kriteria Perencanaan Kolam Saringan
Untuk merancang Kolam Saringan, beberapa kriteria perencanaan yang harus dipenuhi antara lain :
a. Kekeruhan air baku lebih kecil 10 NTU.
b. Kecepatan penyaringan antara 5 - 10 m3/m2/Hari.
c. Tinggi Lapisan Pasir 70 - 100 cm.
d. Tinggi lapisan kerikil 25 -30 cm.
e. Tinggi muka air di atas media pasir 90 - 120 cm.
f. Tinggi ruang bebas antara 25- 40 cm.
Dari hasil analisis data diatas diperoleh data sebagai berikut :
1. Sumber air – bak penampungan
a. Total head
= 5.54 m dan 4.50 m
b. Daya pompa yang dibutuhkan = 7.06 hp dan 5.83 hp
2. Bak penampungan – Kolam saringan
a. Total Head
= 2.33 m dan 2.29 m
b. Daya pompa yang dibutuhkan = 3.02 hp dan 2.97 hp
3. Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Berdasarkan desain yang ada, maka setelah dilakukan perhitungan RAB diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4. Rencana Anggaran Biaya (RAB)
NO.
A
B.
C.
D.
I.

URAIAN PEKERJAAN
PEKERJAAN PERSIAPAN
PEKERJAAN TANAH
PEKERJAAN PASANGAN, PLESTERAN DAN ACIAN
PEKERJAAN BETON
PEKERJAAN PEMASANGAN PIPA, POMPA DLL
JUMLAH
PPN (10%)
NILAI
DIBULATKAN

JUMLAH (Rp.)
7,153,591.68
44,033,212.50
168,359,174.85
565,483,228.42
149,918,357.01
934,947,564.45
93,494,756.45
1,028,442,320.90
1,028,442,000.00

TERBILANG :
Satu Milyar Dua Puluh Delapan Juta Empat Ratus Empat Puluh Dua Ribu Rupiah
5

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.1-6)

978-602-60766-3-2

4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian menggunakan kolam saringan sedimen di laboratorium serta hasil
perhitungan disimpulkan sebagai berikut :
1. Terjadi penurunan kekeruhan air dari 29,7 NTU menjadi 1,3 NTU
2. Laju pertumbuhan penduduk 0.32%
3. Kebutuhan debit air bersih sampai dengan tahun 2020 = 3,5 lt/det atau 12,6 m3/jam
4. Rencana Anggaran Biaya sebesar Rp. 1,028,442,000.00

5. DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1990, Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 Tentang : Syarat-syarat dan pengawasan Kualitas
Air, Kemenkes, Jakarta
Asdak, Chay., 2002. Kualitas Air, Jakarta : Penerbit Pradnya Paramita. hlm.529.
Azis, A., Subhan, M. A., 2016, Model Kolam Saringan Sedimen Sebagai Upaya Mencegah Terjadinya Penyumbatan
Pada Waduk Resapan, Hasil Penelitian, PNUP, Makassar
Hardiyatmo, H.C., 2010. Mekanika Tanah 1. Gajah Mada University Press, Yogyakarta
Kambuaya, L.R., 2014, Cara Menghitung Kebutuhan Air Bersih Beberapa Tahun Mendatang Melalui Proyeksi Jumlah
Penduduk, Jakarta
Kodoatie, R.J., Sjarief., R.2010.Tata Ruang Air. Andi, Yogyakarta
Putranto, T., Kusuma. 2009. Permasalahan Air tanah di Daerah Urban. Jurnal Teknik, 30 : 48 – 56
Sutrisno, Totok C., 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Rineka Cipta, Jakarta
Triatmadja, Radianta., 2008, Simulasi Ketersediaan Air Waduk Sermo Untuk Air Minum Pada Kondisi Existing dan
Setelah Mercu Pelimpah Ditinggikan,Majalah Ilmiah Teknologi Media Teknik

6

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.7-12)

978-602-60766-3-2

PREDIKSI UMUR RENCANA FLEXIBLE PAVEMENT MENGGUNAKAN METODE
HDM III
Sri Wahyuni Ramadhan1), Syamsul Arifin2), Made Oka3)
Student of Civil Engineering Department, Faculty of Engineering, Tadulako University, Palu
2)
Associate Professor of Civil Engineering Department, Faculty of Engineering, Tadulako University, Palu
3)
Associate Professor of Civil Engineering Department, Faculty of Engineering, Tadulako University, Palu
1)

ABSTRACT
Outputs that need to be known in designing AC WC flexible pavement construction is how long the infrastructure
can provide services based on the quality and accumulation of the available load, in other word during the service period
it is expected that there will be no significant damage to the construction. According to the World Bank terminology that
the "pavement age" is the service life up to the initiation of a fine crack on the pavement surface, while "pavement life" is
the service period at the time of occuration of 50% cracks. The modulus of elasticity of asphalt mixture, value of each of
pavement layer strength coofficient material, bearing capacity of the subgrade and design of annual accumulation data of
8.16 tons standard axle load is essential to predict pavement age and pavement life of construction with HDM III method
provided by the World Bank. The purpose of this research is to analyze the effect of traffic accumulation, effective
gravity weight of aggregate fraction mixture (Gse) and mixed asphalt content to the pavement age and pavement life of
flexible pavement construction. The largest and smallest of design life, both in pavement age and in pavement life, occur
in Gse and asphalt content level of 2,738 and 6,5% respectively. The longest and shortest time of achievement of the
pavement age are 4.64 and 4.10 years respectively. While the longest and shortest period of achievement pavement life
respectively 10.64 and 10.10 years.
Keywords: Gse, HDM III, AC WC, Pavement age, Pavement Life

1.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kabupaten Morowali merupakan Kabupaten yang terbentuk dari hasil pemekaran wilayah Kabupaten
Poso Propinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-undang RI Nomor 51 Tahun 1999. Sejak kabupaten ini
terbentuk, jalan yang terbangun adalah sepanjang 717,40 KM. Dari panjang ruas jalan tersebut, terdapat satu
jalan sepanjang 8,40 Km yang ruasnya berada dalam pusat Kota Bungku, dengan lebar 28 m. Ruas jalan ini
sangat bernilai ekonomis bagi masyarakat Kabupaten Morowali, karena menghubungkan beberapa desa dan
kelurahan yang ada di sekitar Pusat Kota Bungku. Menyadari urgensi jalan tersebut, penulis merasa tertarik
untuk membuat tulisan ilmiah sebagaiman judul yang diajukan, yaitu: Prediksi Umur Rencana Flexible
Pavement Menggunakan Metode HDM III.
Dalam memprediksi umur rencana jalan khususnya konstruksi jalan lentur (flexible pavement), salah
satu faktor penting yang menyita perhatian para ahli adalah aspek "design life". Terdapat dua terminologi
terkait design life tersebut yaitu aspek "Pavement Age" yang berarti umur layanan hingga mulai terjadinya
retak halus, dan aspek "Pavement Life" yang diartikan sebagai umur layanan pada saat telah terjadi sedikitnya
50% retak di permukaan jalan (Molenar, 1994). Perbaikan retak halus yang biasa disebut cracks filling masih
memungkinkan dilakukan pada kondisi pavement age tercapai, sehingga retak yang lebih besar dapat dicegah,
sementara jika pavement life terjadi maka sudah diperlukan penanganan utama (major maintenance) untuk
mengembalikan fungsi konstruksi jalan agar kembali dapat digunakan.
Terkait hal di atas, Ringroad Bawah Fonuasingko – Bungku, merupakan ruas jalan Kabupaten
sepanjang 8,40 KM, yang telah dibangun sejak Tahun 2011 yag lalu dengan lapis permukaan AC BC.
Mengingat pertumbuhan lalu lintas berbagai jenis kendaraan baik dari sisi jumlah maupun komposisi
kendaraan berat yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun, maka pemerintah daerah melalui Dinas PU
Tingkat II Kabupaten Morowali berencana melakukan peningkatan lapis permukaan dari AC BC menjadi AC
WC. Olehnya itu menjadi hal yang urgen untuk memberi masukan kepada pihak - pihak terkait di atas tentang
prediksi umur layanan lapis AC WC yang dapat diharapkan sehubungan dengan rencana peningkatan jalan
tersebut. Dengan latar belakang ini, penulis bermaksud melakukan penelitian tugas akhir dengan judul
"Prediksi Umur Rencana Flexible Pavement Menggunakan Metode HDM III".
Masalah Yang Dipecahkan
1

Korespondensi: syam_arfn@yahoo.com
7

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.7-12)

978-602-60766-3-2

Dengan demikian, rumusan masalah terkait latar belakang di atas, dapat diuraikan sebagai berikut:
(1) Bagaimana pengaruh akumulasi beban lalu lintas terhadap ketebalan setiap lapis perkerasan lentur dan
(2) Bagaimana pengaruh beban lalu lintas terhadap umur layanan lapis permukaan beraspal AC WC.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1) Menganalisis pengaruh akumulasi beban lalu lintas terhadap ketebalan setiap lapis perkerasan lentur.
2) Menganalisis pengaruh beban lalu lintas terhadap umur layanan lapis permukaan beraspal AC WC.
Studi Sejenis yang Sudah Dilaksanakan Peneliti Lain
Dalam rangka pelaksanaan penelitian ini, maka perlu menelusuri penelitian terdahulu yang telah
dilakukan oleh sejumlah peneliti sehingga jelas kemana arah penelitian yang direncanakan ini. Berdasarkan
studi literatur yang telah dilakukan didapatkan beberapa, diantaranya adalah sebagai berikut :
Sentosa dan Roza (2012) mengembangkan penelitian tentang struktur perkerasan kaku yang sering
terjadi kerusakan perkerasan dan pengurangan umur layan disebabkan kelebihan beban kendaraan. Resume
beberapa hasil penelitian terdahulu dirangkum pada Tabel-1.
Tabel.1 Matriks Penelitian Terdahulu
No

Judul Penelitian

1.

Analisis
Dampak
Beban
Overloading Kendaraan pada
Struktur Rigid
Pavement
Terhadap
Umur
Rencana Perkerasan

Peneliti,
Tahun
Sentosa.
L
dan
Roza.
AA,
2012.

Tujuan Penelitian

Hasil Penelitian

Untuk mengevaluasi struktur
perkerasan
Kaku
dengan
menggunakan metode AASHTO
199.

Hasil penelitian menunjukkan
bahwa
sumbu
beban
kendaraan lebih dari
17,98%
melebihi
beban
gandar maksimum.
Nilai total tebal perkerasan
yang didapat pada metode
Bina Marga (Data Jembatan
Timbang) sebesar 38 cm,
metode NAASRA sebesar 39
cm, dan metode Bina Marga
(1987) 37 cm.
Didapatkan
bahwa
jalan
tersebut masih aman untuk 10
tahun kedepan

2.

Studi Pengaruh Pengambilan
Angka Ekivalen Beban
Kendaraan pada Perhitungan
Tebal Perkerasan Fleksibel di
Jalan Manado – Bitung.

Abdillah,
Dkk,
2013

Mengetahui
besarnya
perbandingan tebal perkerasan
jalan yang didapat dari hasil
perhitungan
angka
ekivalen
dengan metode Bina Marga dan
Metode NAASRA.

3.

Analisa Beban Kendaraan
Terhadap Derajat Kerusakan
Jalan Dan Umur Sisa.

Sari, DN,
2014

Mendapatkan
nilai
derajat
kerusakan jalan dari beban
overload pada jalan dan umur sisa
(remaining life).

Berat Jenis Efektif Campuran Fraksi Agregat (Gse)
Sebelum pencampuran panas antara fraksi agregat dengan bahan pengikat, terlebih dahulu dilakukan
mix design campuran beraspal AC WC yang diawali dengan penentuan gradasi, diikuti penetapan proporsi
masing-masing fraksi agregat dengan cara coba-coba (trial mix by portion). Jika variasi agregat yang
digunakan memiliki berat jenis berbeda, maka Gse dihitung menggunakan rumus berikut:

=

( /

) ( /

)

dimana X, Y, dan seterusnya adalah persentase berat setiap fraksi agregat penyusun, dengan berat jenis
masing - masing Gx, Gy, dan seterusnya. Berat jenis efektif suatu campuran fraksi agregat dengan proporsi
yang ditetapkan dengan cara coba- coba di atas merupakan satu jenis Gse.
2. METODE PENELITIAN
2.1. Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian Eksperimental Kuantitatif, yaitu dengan
melakukan analisis lanjutan terhadap data angka yang diperoleh baik dari hasil survey maupun dari hasil uji
laboratorium, yang meliputi:
a)
Analisis Utama (Primary Analysis): merupakan analisis asli yang akan dilakukan untuk menghasilkan
temuan terkait topik peneltian yang diangkat.
b)
Analisis Sekunder (Secondary Analysis): merupakan analisis lanjutan tentang temuan yang dihasilkan
oleh peneliti lain namun masih terkait erat dengan topik penelitian ini.
2.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

8

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.7-12)

978-602-60766-3-2

Lokasi penelitian adalah di ruas jalan Ringroad Bawah Fonuasingko – Bungku, Kecamatan Bungku
Tengah, Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah. Sedangkan waktu penelitian direncanakan selama
kurang lebih 2 (dua) bulan sejak seminar proposal ini dilaksanakan.
2.3. Populasi, Sampel dan Tekhnik Pengambilan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang
ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi atau studi populasi atau
study sensus (Sabar, 2007, Sugiyono, 2011). Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah berupa
material (fraksi agregat) yang terdapat di sungai Bahomante, Kecamatan Bungku Tengah, Kabupaten
Morowali, untuk kebutuhan analisis penentuan nilai Modulus Elastisitas Campuran Aspal AC-WC (Sme).
Sedangkan pengambilan data volume lalulintas (LHR) akan diadakan melalui survey di lokasi pengambilan
sampel yakni di jalan Ringroad Bawah Fonuasingko - Bungku.
2.4. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengumpulan sampel agregat dilakukan dengan mengambil material berbagai fraksi, seperti
fraksi ¾”, ½” (atau 3/8”), dan dust, yang diproduksi oleh Stone Crusher ya ng melakukan pengolahan agregat
Sungai Desa Bahomante, sesuai kebutuhan spesifikasi dan jenis fraksi. Bahan pengikat yang digunakan
adalah aspal Pen 60/70, yang pemeriksaan sifat fisiknya dilakukan menggunakan aturan lazim: AASHTO.
Berikut adalah metode analisis yang akan digunakan:
1)
Uji Kualitas Teknis Agregat yang meliputi pengujian agregat kasar, agregat halus, dust, dan pasir.
2)
Pengujian sifat mekanis material, yaitu kekerasan yang menunjukkan ketahanannya terhadap deformasi
plastis yang dilakukan dengan Uji Abrasi menggunakan Mesin Los Angelos.
3)
Perencanaan campuran (mix design) dilakukan dengan penetapan proporsi agregat, diawali penentuan
gradasi, diikuti penetapan proporsi pemakaian masing-masing fraksi dengan cara coba-coba (trial mix
by portion) sehingga memenuhi spesifikasi gradasi.
2.5. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
2.5.1. Data Primer
Data ini terdiri dari:
Berat jenis agregat dan data Sme. Untuk mendapatkan kedua jenis data tersebut, dilakukan
melalui uji agregat di laboratorium berdasarkan standar yang sudah ditetapkan.
Volume lalulintas (LHR) diambil dari survey langsung di titik lokasi ruas jalan yang akan di teliti.
Pengambilan data volume arus lalu lintas digunakan dengan menggunakan metode manual dengan
menempatkan surveyor disetiap titik pengamatan. Waktu pengamatan di laksanakan selama 2 hari
yaitu pada hari rabu dan minggu. Untuk hari rabu mewakili 4 hari kerja dalam seminggu,
sedangkan hari minggu mewakili hari akhir pekan (sabtu dan minggu). Pengambilan data
dilakukan pada jam puncak di waktu pagi dan sore hari dengan periode waktu 15 menit.
2.5.2. Data Sekunder
Data ini meliputi: Peta lokasi jalan Ringroad Bawah Fonuasingko - Bungku dan data kondisi eksisting
jalan. Data sekunder diperoleh dari lembaga terkait yakni Dinas Pekerjaan Umum Daerah dan Penataan
Ruang Wilayah Kabupaten Morowali, berupa Peta ruas jalan, dan data teknis lainnya yang terkait
dengan ruas jalan Ringroad Bawah Fonuasingko – Bungku yang merupakan lokasi sampel penelitian.
2.5.3 Teknik Analisis Data
Teknis analisa data mengacu pada gambar dibawah ini, yang merupakan urut-urutan kegiatan yang
dilakukan untuk menentukan nilai Modulus Elastisitas campuran beraspal AC WC (Sme):
3.

KARAKTERISTIK PAVEMENT MENURUT HDM III
Berdasarkan berbagai studi pada beberapa negara sedang berkembang, World Bank telah
mengembangkan model yang memungkinkan melakukan prediksi terhadap retak (cracking) yang dikenal
dengan High Way Model (HDM) III, dimana strength atau kekuatan pavement dikarakteristikkan
menggunakan "structural number (SNC)".
4.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kualitas Agregat dan Bahan Pengikat
Sebagaimana diutarakan sebelumya bahwa telah dilakukan pengujian pendahuluan terhadap material
yang diambil dari beberapa quarry yang berbeda
Tabel 2: Berat Jenis dan Penyerapan, Abrasi, serta CBR
Sumber
Sungai

Jenis Agregat
Kasar

Bj Bulk
2,770

Penyerapan (%)
0,575

Abrasi (%)
20.44

CBR LPA (%)
96.835
9

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.7-12)
Halus

978-602-60766-3-2

2,714
Min. 2,5

Spesifikasi

0,806
Maks.3%

Maks. 40%

Min. 85%

Pengujian berat jenis dan penyerapan, serta pengujian abrasi dilakukan untuk mengetahui kualitas
individu agregat, sementara uji CBR dimaksudkan untuk mengetahui daya pikul beban campuran agregat
kasar, agregat halus, dan filler material.
Tabel 3, Hasil Pemeriksaan Bahan Pengikat (Aspal Pen 60/70)
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pengujian
Penetrasi (25ºC, 5 dtk)
Berat Jenis (25ºC)
Titik Lembek
Titik Nyala
Daktilitas (25ºC, cm/mnt)
Kehilangan Berat (163ºC, 5 jam)
Penetrasi setelah kehilangan berat

Hasil Uji
65,8
1,032
46,55
335
156
0,21
63,4

Spek.
60-70
Min. 1
45-58
Min. 200
Min. 100
Max. 0,8
Min. 54

Sat.
mm
Gr/cm
ºC
ºC
Cm
% Berat
% Berat Semula

Pada Tabel 2, terlihat bahwa nilai berat jenis agregat lebih tinggi dibandingkan dengan kebutuhan
spesifikasi. Hal ini menggambarkan bahwa material quarry tersebut lebih padat, dan lebih sedikit mengandung
rongga udara. Dengan sedikitnya rongga udara berarti tingkat penyerapan air atau penyerapan bahan liquid
akan rendah. Adapun hasil pemeriksaan karakteristik teknis bahan pengikat telah memenuhi syarat spesifikasi
teknis sebagaimana disajikan pada Tabel 3.
Tabel 4. Hasil Mix design Campuran Fraksi Agregat Komposisi Pasir 5%
Uraian
Ukuran Saringan
Inch
mm

1 1/2"
37,5

Data Material
Fraksi 3/4"
100,0
Fraksi 3/8
100,0
Abu Batu
100,0
Pasir
100,0
Kompisis Campuran
Fraksi 3/4"
10,00
Fraksi 3/8"
35,00
Abu Batu
50,00
Pasir
5,00
Total Campuran
100,00
Spec.gradasi
max
100,0
min
100,0
Fuller
100,0
Zone Tertutup
max
min

1"
25,4

3/4"
19

1/2"
12,7

3/8"
9,5

#4
4,75

#8
2,36

# 16
1,18

# 30
0,60

# 50
0,30

# 200
0,075

100,0
100,0
100,0
100,0

100,0
100,0
100,0
100,0

39,0
99,6
100,0
38,96

9,06
97,91
100,00
9,06

0,41
52,71
99,40
0,41

0,35
26,58
88,05
0,35

0,32
17,83
60,61
0,32

0,30
15,40
43,01
0,30

0,27
14,14
33,08
0,27

0,13
6,25
18,69
0,13

10,00
35,00
50,00
5,00
100,00

10,00
35,00
50,00
5,00
100,00

3,90
34,85
50,00
1,95
90,70

0,91
34,27
50,00
0,45
85,63

0,04
18,45
49,70
0,02
68,21

0,04
9,30
44,02
0,02
53,38

0,03
6,24
30,30
0,02
36,59

0,03
5,39
21,51
0,01
26,94

0,03
4,95
16,54
0,01
21,53

0,01
2,19
9,34
0,01
11,55

100,0
100,0
100,0

100,0
100,0
100,0

100,0
90,0
82,8

90,0
0,0
73,20

53,6

58,0
28,0
39,1

25,1

21,1

15,5

10,0
4,0
8,3

39,1
39,1

22,3
28,3

19,1
23,1

15,5
15,5

4.2.

Mix Design Campuran
Setelah melakukan trial mix terhadap fraksi agregat 3/4', agregat 3/8', abu batu, dan pasir, maka
diperoleh komposisi setiap fraksi yang memenuhi spesifikasi gradasi. Komposisi setiap fraksi hasil trial mix
disajikan pada Tabel 4. Persentase agregat kasar (CA), agregat halus (FA), dan filler (FF) dapat dihitung,
yang hasilnya ditampilkan pada Tabel 5.
4.3. Parameter Kinerja Campuran
Persentase setiap fraksi agregat harus diketahui sebelum pembuatan campuran beraspal. Metode yang
digunakan untuk mengetahui persentase tersebut adalah trial mix terhadap fraksi agregat 3/4', agregat 3/8',
Abu batu, dan pasir yang salah satu contoh hasilnya disajikan pada Tabel 4.
Berdasarkan trial mix pada
komposisi pasir, maka diperoleh persentase setiap fraksi untuk campuran beraspal. Komposisi fraksi tersebut
telah memenuhi spesifikasi gradasi AC WC. Variasi komposisi setiap fraksi agregat dan nilai Gse yang
dihasilkan disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Nilai Gse pada Setiap Komposisi Pasir
Fraksi Agregat

BJ Bulk

BJ App

Fraksi ¾

2.743

2.797

0%
A
15

Komposisi Pasir dalam Campuran
5%
10%
15%
B
C
D
10
5
1

18%
E
0
10

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.7-12)
Fraksi 3/8
Dust
Pasir

2.824
2.558
2.626
Total

2.878
2.751
2.737

CA, %
FA, %
FF,%
Gsb
Gsa
Gse

978-602-60766-3-2

45
35
40
50
0
5
100
100
Komposisi CA, FA, dan FF
52,77
46,62
36,93
41,83
10,30
11,55
Berat Jenis Campuran Agregat
2,700
2,667
2,814
2,798
2,757
2,733

40
45
10
100

38
46
15
100

40
42
18
100

49,70
39,38
10,93

49,34
39,67
10,99

52,33
37,30
10,37

2,675
2,801
2,738

2,666
2,796
2,731

2,671
2,798
2,734

Berat jenis efektif campuran fraksi agregat (Gse) disajikan pada Tabel 5. Terlihat bahwa nilai Gse
tertinggi 2,757 dihasilkan dari kompoisi A dan yang terendah 2,731 didapat dari komposisi D. Berat jenis
fraksi 3/8" lebih besar dari pada fraksi 3/4". Komposisi A menghasilkan Gse tertinggi karena persentase
berat jenis fraksi 3/8" dan 3/4" nya yang paling besar (15% dan 45%). Adapun komposisi C menghasilkan
Gse tertinggi kedua karena berat jenis fraksi 3/8" nya yang terbesar diantara komposisi B, D, dan E. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa nilai Gse akan tinggi jika persentase fraksi 3/4" dan fraksi 3/8" besar. Pada
komposisi E, walaupun persentase fraksi 3/4" = 0, tapi proporsi fraksi 3/8" nya cukup besar, sehingga Gse
nya lebih tinggi dari komposisi B dan D.
3.4. Pengaruh Gse Umur Layanan sebelum Retak
Lebar dan kedalaman rutting tergantung pada karakteristik lapis perkerasan (ketebalan dan kualitas
material), beban lalu lintas dan kondisi lingkungan.
Tabel 6. Contoh Hasil Perhitungan Umur Layanan Jalan hingga terjadinya Retak
Item

2,731
21,27

VMA (%)
Sbit (Psi)
Sme (Psi)
CBR base (%)
CBR subbase
CBR subgrade
h1 (mm)
h2
h3
TYN (thn)
50 % C

234.435,14

2,733
20,71
2.656,49
254.979,87

4,19
10,19

4,29
10,29

Nilai Gse
2,734
20,93
246.647,85
90
60
2
101,60
300
423,40
4,25
10,25

2,738
21,82

2,757
21,23

216.205,28

235.798,46

4,10
10,10

4,20
10,20

Untuk mengetahui umur layanan hingga terjadinya retak, maka dalam penelitian ini konstruksi jalan lentur
didesain dengan ketebalan lapis permukaan, lapis base, dan subbase berturut - turut 101,6 mm, 300 mm, dan
423,40 mm (Huang, 1993), dengan modulus elastisitas aspal (Sbit), lapis permukaan (Sme), serta parameter
lainnya sebagaimana ditampilkan pada Tabel 6.
Pada contoh ini digunakan kadar aspal 5%, kadar agregat 95%, Gmb = 2,286 gr/cm3, dan lalu lintas tahunan
(YE4) = 0,8 msa, diperoleh TYN, dan 50% C.
Tabel 7. Hasil Perhitungan Umur Layanan TYN, dan 50% C
pada setiap Nilai Gse dan Variasi Kadar Aspal
Gse
2,731
2,733
2,734
2,738
2,757
2,731
2,733
2,734

Kandungan Aspal (%)
5
5,5
6
6,5
TYN (thn) saat Retak Rambut (Narrow Cracking)
4,19
4,28
4,32
4,55
4,29
4,38
4,40
4,40
4,25
4,36
4,31
4,29
4,10
4,25
4,36
4,64
4,20
4,33
4,47
4,53
Umur Layanan ( thn) saat 50% Cracking
10,19
10,29
10,25
10,10
10,28
10,38
10,36
10,25
10,32
10,40
10,31
10,36

7
4,44
4,29
4,26
4,47
4,51
10,20
10,33
10,47
11

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.7-12)
Gse

5
2,738 10,55
2,757 10,44
Sumber : hasil analisis

Kandungan Aspal (%)
5,5
6
6,5
10,40
10,29
10,64
10,29
10,26
10,47

978-602-60766-3-2

7
10,53
10,51

Pada Tabel-7 disajikan prediksi lama waktu pelayanan yang dapat dilayangkan oleh lapis permukaan
jalan AC WC sebelum terjadinya beberapa fase retak, yaitu: sebelum retak rambut (initiation of narrow
cracking), dan sebelum 50% retak yang diikuti dengan penampilan data tersebut dalam bentuk visual pada
Gambar 3. Pada gambar tersebut ditampilkan prediksi TYN, dan 50% C pada setiap nilai Gse untuk berbagai
kadar aspal campuran, dengan menggunakan parameter teknis yang sama pada Tabel-6. Beberapa hal penting
yang teramati dari Gambar-3 antara lain:

Gambar 3, Hubungan Gse dan Umur Layanan hingga terjadinya TYN dan 50% C
4. KESIMPULAN
a)
Perubahan nilai Gse campuran agregat dan kadar aspal campuran beraspal menyebabkan perubahan
TYN, dan 50 % C.
b)
Kecuali pada Gse 2,734, terlihat bahwa untuk kondisi TYN, dan 50% C, pada setiap nilai Gse
memperlihatkan pola yang serupa, yaitu awalnya dengan kadar aspal 5% umur layanan meningkat
hingga kadar aspal 6,5% untuk kemudian menurun pada kadar aspal 7 %.
c)
Kecuali pada Gse 2,734, umur layanan terbesar sebelum terjadinya retak pada semua Gse lainnya
terjadi pada kadar aspal 6,5%.
d)
Umur layanan terbesar sebelum terjadinya retak terjadi pada Gse 2,738 dan kadar aspal 6,5%,
sementara yang terkecil terjadi pada Gse 2,738 dan kadar aspal 5%.
5. DAFTAR PUSTAKA
A.A.A. Molenaar, Structural Design of Pavements, Part III Design of Flexible Pavements, Delft University of
technology, The Netherlands, September 1994.
Brian J. Coree (2000) A Laboratory Investigation Into The Effects Of Aggregate-Related, Factors Of Critical VMA In
Asphalt Paving Mixtures, Civil Engineering, Iowa State University, Center for Transportation Research and
Education, Iowa State University.
Brown, S.F, Janet M, Bruton (1982), An Introduction To The Analytical DesignOf Bituminous Pavement, 2nd Edition,
University of Nottingham, UK.
Depertemen Pemukiman dan prasarana Wilayah, Direktorat Jendral Prasarana Wilayah, Spesifikasi Umum, 2010
Harold N.Atkins, 1997, Highway Materials, Soils, and Concretes, Third Edition, PRENTICE HALL, Upper Saddle
River, Jersey, Columbus, Ohio
Hopman P.C, C.P Valkoning, J.P.J. Van Der Heide (1992), Towards a Performance –Related Mix design Procedure,
Journal of The Association of Asphalt Paving Technologiests, Vol. 61
Kennedy, T.W, R.J. Cominsky, E.T. Harigan (1991), Development of Based Spesification and AAMAS. Jurnalof The
Assosiation of Asphalt Paving Technologiests, Vol. 61.
Mahboub. K, and D.N. Little Jr. (1990), An Improvement Asphalt Mix design Procedure, Journal of The Association of
Asphalt Paving Technologiests, Vol. 59
Oliver P.S (1994), The AUSTROAD Asphalt Mix design Method, Version 1, Research Report , ARR 259 Australian
Research Board Ltd. Australia.
R. Anwar Yamin, Juli 2002, ‘Desiminasi Spesifikasi -Baru Campuran Beraspal Panas Dengan Alat PRD’, Modul 3 ,
Puslitbang Prasarana Transportasi, Makassar, , Departemen KimPrasWil.
Sukirman.S, 2010, Beton Asphal Campuran Panas, Granit, Yogyakarta
The Indian Roads Congress, 2001 (IRC:37-2001), Guidelines For the Design of Flexible Pavements (Second Revision).

12

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.7-12)

978-602-60766-3-2

TRB. 2005. Superpave, Performance by Design. Final report of the TRB Superpave Committee. Washington, D.C.:
National Academies Press.
Yang H.Huang, 1993, Pavement Analysis and Design, University of Kentucky, Published by Prentice Hall, Englewood
Cliffs, New Jersey 07632.

13

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.13-18)

978-602-60766-3-2

STUDI PENGARUH PENGGUNAAN VARIASI FILLER SERBUK ARANG TEMPURUNG
KELAPA DAN ABU TERBANG BATUBARA TERHADAP KARAKTERISTIK
CAMPURAN ASPAL BETON LAPISAN PONDASI ATAS (AC-Base)
Triyanto Suparlan1), Dede Sumarna2), Safitri Syarief3)
Mahasiswa Prodi Teknik Sipil. Universitas Bumi Hijrah Maluku Utara
2
Dosen Prodi Teknik Sipil. Universitas Bumi Hijrah Maluku Utara

1

ABSTRAK
Tingginya laju pertumbuhan ekonomi adalah meningkatnya mobilitas penduduk. Kemampuan untuk mencapai
umur desain dari jalan kemampuan melindungi subgrade dari kerusakan. Mineral yang digunakan sebagai filler
campuran beraspal adalah cement portland, abu batu, perlu alternatif pemanfaatan limbah industri yang belum dikelola,
fly-ash.. Hasil penelitian campuran arang tempurung kelapa semakin kaku karena mengandung unsur karbon dengan
berat jenis yang lebih ringan dari berat jenis aspal. Nilai durabilitas meningkat kadar filler, fly-ash digunakan berturut
2%, 4%, 6%, 1957, 15%, 1987, 96%, 1964, 27%.
Kata Kunci: AC-Base, Filler, Fly-As, Jobmix Design/ Jobmix Formula

1. PENDAHULUAN
Dewasa ini pengembangan dan pertumbuhan penduduk sangat pesat. Seiring dengan tingginya laju
pertumbuhan ekonomi hal ini mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk. Sistem transportasi
merupakan salah satu elemen-elemen penting dalam pembangunan Negara salah satu layanan dasar ialah
kemampuan untuk encapai suatu umur desain dari suatu jalan kemampuan melindungi subgrade dari
kerusakan. Oleh karena itu, desain campuran beraspal yang digunakan sangatlah penting dalam memastikan
campuran beraspal yang efektif dan mampuh mengatasi kemungkinan efek kerusakan dari beban yang
dikenakan ke atasnya.
Campuran beraspal lapis aspal beton (Laston) atau umumnya dikenal sebagai aspal beton adalah
salah satu konstruksi perkerasan lentur di lapisan permukaan (surface course). Mineral yang umum
digunakan sebagai filler pada penyusunan campuran beraspal adalah semen portland, abu batu. Oleh sebab
itu, perlu ditemukan alternatif pemanfaatan tersebut antara lain dengan menggunakan material dari limbah
industri yang persediannya relatif banyak serta belum dikelolah dengan baik. Diantaranya, limbah industri
abu terbang (fly-ash) batu bara yang digunakan dari PLTU/PLN di Tidore dan serbuk arang tempurung
kelapa yang digunakan dari limbah pengolahan kopra. Apakah dengan di Tambahkannya Serbuk Arang
Tempurung Kelapa dan Abu Terbang Batubara sebagai Campuran Variasi filler Dapat Meningkatkan Mutu
Karakteristik Campuran Aspal Beton Lapis Lapisan Fondasi Atas (AC-Base). Adapun tujuan tujuan
penulisan tugas akhir ini adalah :
a. Untuk menentukan setiap variasi filler, serbuk arang tempurung, dan abu terbang batubara pada
campuran aspal laston lapis lapisan pondasi atas (AC-Base).
b. Untuk membandingkan karakteristik campuran aspal laston lapis lapisan pondasi atas (AC-Base) yang
menggunakan variasi filler, serbuk arang tempurung, dan abu terbang batubara.
Secara akademis diharapkan penilitian ini dapat dijadikan sebagai nilai tambah perekonomian. Dan
dapat dijadikan referensi-referensi penting bagi peniliti berikutnya, yang punya keinginan meniliti masalah
yang sama. Secara praktis diharapakan dapat menjadi bahan masukan bagi pemerintah Daerah Propinsi
Maluku Utara. Dalam hal ini Dinas Teknis yang terkait dengan pembangunan infrastruktur untuk
mendorong kemajuan dan kesejahteraan masyarakat ke depan secara totalitas, sehingga pembagunan
infrastruktur jalan raya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
2. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental. Menurut Sugiyono
(2015 : 109) metode eksperimen digolongkan kedalam metode penelitian kuantitatif yang terdapat perlakuan,
tidak seperti metode penelitian kualitatif/naturalistik yang tidak ada perlakuan. Lanjut Sugiyono, metode
1

Korespondensi : Triyanto suparlan, Telp 081266921313, d_sumarnahk@yahoo.com
13

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.13-18)

978-602-60766-3-2

eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu
terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan

Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan agregat dari AMP Itimkara yang berlokasi di Desa Ampera. Agregat dari
lokasi ini kemudian diuji di Laboratorium jalan dan aspal fakultas teknik universitas khairun ternate, dengan
pengujian agregat kasar dan halus berupa berat jenis dan penyerapan agregat kasar, berat jenis dan
penyerapan agregat halus, abrasi. Adapun hasil pengujian agregat untuk agregat kasar.
Tabel 1. Hasil pemeriksaan agregat dari AMP intimkara (laboratorium jalan dan aspal FT-UNKHAIR, 2017).
Agregat
No
Pengujian
Spek
Sat
Ket
Kasar
Abu
Kasar
Pasir
Sedang
batu
1
Keausan
30,800
Maks 40
% Memenuhi
2
Berat Jenis
BJ. Bulk
2,811
2,779
2,607
2,592 Min 2,5
Memenuhi
BJ. SSD
2,857
2,831
2,639
2,639 Min 2,5
Memenuhi
BJ. Apperent
2,947
2,930
2,694
2,720 Min 2,5
Memenuhi

No

3
4

Pengujian
Penyerapan
Indeks Kepipihan
Kadar Lumpur

Kasar
1,650
16,00
1,250

Agregat
Kasar
Pasir
Sedang
1,850
1,215

Abu
batu
1,833

1,978

1,750

1,250

Spek
Maks 3,0
Maks 25
Maks 5

Sat
%
%
%

Ket
Memenuhi
Memenuhi
Memenuhi

Sumber : Hasil Pengujian Laboratorium Jalan dan Aspal Unkhair 2017

3.1. Terhadap Stabilitas

14

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.13-18)

978-602-60766-3-2

Pada Gambar Grafik 1. diatas dari hasil pengujian menunjukan bahwa hubungan kadar aspal dengan
stabilitas selalu mengalami kenaikan setelah ditambahkan kadar aspal dalam presentase normal, sedangkan
bila ditambahkan dengan filler fly ash batu bara nilai stabilitasnya menjadi semakin meningkat yaitu dalam
presentase kadar aspal 6 dengan filler 4%. Nilai stabilitas tertinggi berada pada Kadar aspal 6 yang mana
untuk stabilitas normal = 1951,97 sementara untuk filler fly ash batu bara terjadi peningkataan dengan nilai
= 1987,96 sedangkan untuk filler arang tempurung kelapa tidak terjadi peningkatan stabilitas dengan nilai =
1951,97. Hal ini menunjukan bahwa semakin besar kadar aspal dan semakin besar pula filler fly ash batu bara
maka semakin meningkat nilai stabilitasnya. Tetapi semakin tinggi kadar aspalnya dan semakin tinggi kadar
fillernya maka nilai stabilitasnya menurun. Tetapi masih memenuhi spesifikasi.
3.2. Terhadap Flow

Pada Gambar Grafik 2 diatas dari hasil pengujian menunjukan bahwa hubungan kadar aspal dengan
flow mengalami penurunan setelah ditambahkan filler fly ash batu bara yang nilainya memenuhi spesifikasi
yaitu 3-6. Nilai flow tertinggi juga berada pada Kadar aspal 5% filler arang tempurung kelapa 2% = 5,013.
Dan Hal ini menunjukan bahwa fly ash batu bara sebagai filler membuat nilai flownya menurun. Dan arang
tempurung kelapa sebagai filler membuat nilai flownya meningkat.
3.3. Terhadap Marshall Quontient
Tabel 2. Rekapitulasi data Marshall Quontient hasil pengujian Marshall pada campuran AC-WC

Sumber : Hasil Pengujian Laboratorium Jalan dan Aspal Unkhair 2017
15

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.13-18)

978-602-60766-3-2

Pada tabel diatas dari hasil pengujian menunjukan bahwa hubungan kadar aspal dengan MQ nilainya
memenuhi spesifikasi yaitu lebih dari 250 Kg/mm. Tetapi pada tabel di atas menunjukan bahwa penambahan
arang tempurung kelapa dan Fly ash batu bara sebagai filler pada campuran aspal AC-Base mengakibatkan
perkerasannya menjadi kaku, karena nilai dari MQ pada campuran aspal untuk 2% arang tempurung kelapa
dan 4% fly ash batu bara mengalami kenaikan melebihi dari hasil normal MQ.
3.5. Terhadap Rongga Udara Dalam Campuran (Voids In Mix)

Dilihat dari tabel dan grafik diatas hasil pengujian menunjukan bahwa kadar aspal 5% normal
melebihi spesifikasi batas atas dengan nilai = 5,072, sedangkan apabila ditambahkan dengan filler fly ash dan
arang tempurung kelapa terjadi penurunan dengan nilai = 4,99 untuk fly ash dan 5,00 untuk arang tempurung
kelapa dengan kadar aspal 5% presentasi filler 2%. Hubungan kadar aspal dengan VIM mengalami
penurunan setelah penambahan kadar aspal dan penambahan filler. Yang mana spesifikasi untuk VIM pada
campuran AC-Base adalah 3 – 5%. Nilai VIM yang diperoleh dari hasil pengujian ada yang memenuhi dan
tidak dari standar dan batas spesifikasi yang ditentukan pada campuran tersebut. Hal ini menandakan bahwa
pori yang tersisa disaat pemadatan ada yang tidak memenuhi spesifikasi dan ini berpengaruh pada gradasi
dan jumlah aspal, karena nilai VIM yang terlalu besar dapat mempengaruhi kedap air, sehingga mempercepat
penuaan aspal dan menurunkan sifat durabilitas aspal beton.
3.5. Terhadap Rongga Dalam Mineral Agregat (Voids In The Mineral Agregat)

Pada tabel & grafik diatas hasil pengujian menunjukan bahwa hubungan kadar aspal dengan
VMA nilainya memenuhi spesifikasi yaitu lebih min 13. Namun bila kadar aspal semakin mingkat dan fariasi
fillernya semakin besar maka nila rongga dalam agregatnya semakin terisi atau semanin kecil (Voids In The
Mineral Agregat).
3.6. Terhadap Rongga Terisi Aspal (Voids In Film Bitumen)

16

Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2017 (pp.13-18)

978-602-60766-3-2

Hasil penelitian diatas nilai VFB ( Voids in film Bitumen ) memenuhi pada campuran AC-Base, bilamana
kadar aspal semakin menikat dan di tambahkan dengan filler arang tempurung kelapa dan Fly ash batu bara
maka nilai FVB cenderung meningkat. Hal ini disebabkan karena kadar filler abu terbang batu bara dan arang
tempurung kelapa yang ada menyerap aspal dan mengisi rongga lebih banyak dengan nilai FVB terbesar
terjadi pada kadar aspal 7% dengan kadar filler abu terbang batu bara 6%, yaitu sebesar 79,39% dan kadar
filler arang tempurung kelapa 7%, yaitu sebesar 79,37%. Sehingga volume porinya semakin terisi dan
semakin kecil.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
a. Stabilitas
Stabilitas yang mengunakan filler abu terbang batu bara cenderung mengalami kenaikan sampai pada batas
optmum kemudian mengalami penurunan. Stabilitas tertingi tercapai kadar aspal 6% dengan kadar filler
optimum 4%. Sedangkan campuran yang menggunakan filler arang tempurung kelapa tidak terjadi
peningkatan nilai stabilitas masih setara dengan nilai stabilitas normal tanpa bahan tambah dengan stabilitas
tertinggi tercapai pada kadar aspal 6% dengan kadar filler 6%.
b. Fleksibilitas
Nilai fleksibilitas campuran dinyatakan dengan Marshall Quotien (MQ), menunjukan bahwa nilainya
cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya kadar filler arang tempurung kelapa dan abu terbang
batu bara kedalam campuran beton aspal.Dari hasil penelitian diperoleh bahwa campuran yang menggunakan
arang tempurung kelapa akan semakin kaku dikarnakan arang tempurung kelapa mengandung unsur karbon
dengan berat jenis yang lebih ringan dari berat jenis aspal pada umumnya , karena melebihi dari hasil normal
nilai MQ. Namun campuran yang menggunakan fly ash batu bara nilai MQ nya masih setara dengan hasil
normal jadi campuran tidak menjadi kaku.
c. Durabilitas
Durabilitas campuran dinyatakan dengan nilai stabilitas sisa. Nilai durabilitas meningkat seiring
meningkatnya kadar filler abu terbang batu bara yang digunakan berturut 2%, 4%, 6%, 1957, 15%, 1987,
96%, 1964, 27%. Untuk rentang kadar filler 4% abu terbang batu bara meningkatkan nilai durabilitas, yang
mengidikasikan adanya ketahanan campuran terhadap pengaruh cuaca dan beban lalulintas atau nilai
keawetan yang cukup baik. Namun untuk filler arang tempurung kelapa tidak