GLOBALISASI EKONOMI DALAM PERSEPEKTIF KO

1

GLOBALISASI EKONOMI DALAM PERSEPEKTIF KOTA-KOTA
DI NEGARA BERKEMBANG
Studi Kasus : Kota Caracas, Venezuela
1
Jl.
Kadek
AriefAdi
Rahman
Kurniawan
Hakim,
Surabaya 60111 Indonesia
Dr.Ir Eko Budi
Email
Santoso,
: adikurniawan2287@gmail.com
Lic.rer.reg 2
1
Mahasiswa Program Magister Manajemen Pembangunan Kota Jurusan Arsitektur ITS
2

Dosen Program Magister Manajemen Pembangunan Kota Jurusan Arsitektur ITS
Program Magister Bidang Manajemen Pembangunan Kota
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Abstrak : Perkembangan teknologi telah mendorong perubahan yang sangat besar dalam
perekonomian kota-kota di dunia baik pada negara maju maupun pada negara yang
tengah berkembang. Konektivitas kota-kota di dunia semakin kuat dan berkembang
seolah-olah tanpa adanya batasan wilayah. Kondisi ini kita kenal sebagai globalisasi.
Globalisasi merupakan trend dunia yang tidak dapat terhindarkan. Siap atau tidak, setiap
kota di dunia pasti akan mengalami dampak dari implementasi globalisasi ini, khususnya
pada sektor perekonomiannya. Globalisasi ekonomi memiliki dampak yang berbeda pada
kota di negara berkembang dengan kota di negara maju, hal ini bergantung dari kesiapan
serta reaksi dari kota tersebut dalam menerima perubahan yang terjadi. Kota-kota di
negara maju tentu sudah memiliki kesiapan yang jauh lebih baik dalam menghadapi
globalisasi ekonomi yang terlihat pada kualitas dan kuantitas infrastruktur kota,
kebijakan pemerintah dan kualitas sumberdaya manusia. Hal sebaliknya terjadi pada
kota-kota di negara berkembang. Infrastruktur dengan kualitas yang masih rendah,
ketiadaan kebijakan pemerintah dalam proteksi tenaga kerja, serta kualitas sumberdaya
manusia rendah menandakan ketidaksiapan kota-kota di negara berkembang dalam

menghadapi globalisasi ekonomi. Makalah ini bertujuan untuk mengkritisi implementasi
globalisasi ekonomi pada kota di negara berkembang dengan mengambil studi kasus pada
Kota Caracas, Venezuela, menemukenali permasalahan yang terjadi serta merumuskan
solusi untuk pemecahan permasalahan. Seperti pada kota-kota umumnya di negara
berkembang, kesenjangan ekonomi dan sosial merupakan permasalahan utama pada
implementasi Globalisasi. Komitmen pemerintah melalui intervensi politik dan kebijakan
serta pendekatan partnership dalam pembiayaan pembangunan merupakan salah satu
cara dalam mengatasi kesenjangan ekonomi dan sosial yang terjadi.
Kata Kunci : Globalisasi Ekonomi, Kesenjangan, Komitmen Pemerintah

PENDAHULUAN
Globalisasi ekonomi mengacu pada
peningkatan ketergantungan ekonomi dunia
sebagai
hasil
dari
pertumbuhan
perdagangan barang dan jasa, aliran modal
asing dan perkembangan teknologi yang


semakin meluas. Globalisasi ekonomi
mencerminkan keberlanjutan perluasan dan
penggabungan
bersama
pasar-pasar
perbatasan dan merupakan trend yang tidak
terelakkan bagi pembangunan ekonomi di

2
seluruh
dunia
setelah
pergantian
millennium. Perkembangan informasi yang
sangat cepat dalam setiap jenis aktivitas
produktif merupakan kekuatan utama yang
menggerakkan globalisasi ekonomi. Dalam
kata lain,
cepatnya globalisasi pada
perekonomian dunia beberapa tahun

terakhir sebagian besar bersandar pada
cepatnya
perkembangan teknologi dan
ilmu pengetahuan, telah dihasilkan dari
lingkungan di mana sistem ekonomi pasar
telah cepat menyebar ke seluruh dunia , dan
telah
mengembangkan
atas
dasar
peningkatan divisi lintas batas kerja yang
telah menembus ke tingkat rantai produksi
dalam perusahaan dari berbagai negara
(Shangquan, 2000)
Shangquan menambahkan bahwa negara
maju telah memainkan peranan yang
dominan dalam proses globalisasi ekonomi.
Hal ini dapat dilihat pada volume ekspor,
dan jumlah investasi langsung yang
dilakukan oleh negara-negara maju seperti

Amerika Serikat dan negara-negara G7
adalah yang mendominasi selama ini.
Peran dominan dari negara berkembang
dalam proses globalisasi ekonomi juga
tercermin dari kenyataan bahwa merekalah
yang menentukan aturan-aturan pertukaran
ekonomi internasional. Meskipun aturan
permainan saat ini untuk aktivitas ekonomi
memiliki aspek yang baik terhadap
produksi missal yang tersosialisasi, pada
umumnya
aturan-aturan ini berada di
bawah dominasi negara maju.
Globalisasi juga sering disebut sebagai
proses standarisasi internasional, yakni
bergerak menuju gaya atau pola tunggal,
yang cenderung menghilangkan budaya
tradisional dan mematikan UKM local.
Contohnya, perusahaan-perusahaan raksasa
seperti Microsoft yang mengontrol sistem

operasi lebih 90 persen personal computer
(PC) yang dijual di pasar dunia saat ini.
Atau monopoli yang berkembang dalam
perdagangan gandum, industri energi, dan
banyak sektor lainnya. Jadi, sebenarnya

globalisasi juga berarti sejumlah kecil
perusahaan mengontrol sedemikian rupa
total bisnis dalam suatu sektor, yang
memungkinkan mereka dapat mengontrol
pasar, misalnya dalam industri kimia,
komunikasi, bioteknologi, dan keuangan
(Heryanto, 2004)
Debat atas globalisasi terus menghangat
bahkan terkadang menjadi sangat sengit
(Fisher,2003). Debat ini terjadi karena
adanya perbedaan atas apa yang terjadi
pada negara maju dengan negara
berkembang. Tantangan terbesar dalam
globalisasi ekonomi adalah mengurangi

kemiskinan khususnya di negara-negara
berkembang. Kim dan Short (2008)
menerangkan bahwa dalam sejarah
perkembangannya, globalisasi sebagai salah
satu implementasi dari paham kapitalisme
telah memicu Global Shift.
Global shift merupakan istilah yang
digunakan oleh Peter Dicken (2007) dalam
menggambarkan
perpindahan
ketenagakerjaan industri dari kota-kota di
negara maju menuju ke kota-kota di negara
berkembang. Dalam usahanya untuk dapat
bertahan dalam peta persaingan usaha
dunia, perusahaan-perusahaan besar dan
multinasional harus menekan semaksimal
mungkin biaya-biaya produksi yang salah
satunya adalah biaya tenaga kerja. Upah
tenaga kerja di kota-kota negara maju
terlalu besar sehingga untuk menekan biaya

tenaga kerja, perusahan-perusahaan tersebut
memindahkan divisi produksinya ke
nagara-negara dengan upah buruh yang
lebih rendah seperti negara-negara di asia
dan amerika latin. Kondisi ini sering
dimanfaatkan oleh kota-kota di negara
berkembang dengan upah buruh yang lebih
rendah untuk menarik sebanyak mungkin
perusahan internasional untuk membuka
divisi produksi di sana. Upaya ini
merupakan salah satu cara agar kota-kota
tersebut tetap kompetitif dalam persaingan
di era globalisasi.

3
Kota Caracas di Venezuela merupakan
salah satu kota yang menerapkan kebijakan
ekonomi tertentu agar dapat kompetitif
dalam menghadapi globalisasi ekonomi.
Namun sebagai kota yang tumbuh di negara

yang tengah berkembang, globalisasi
ekonomi ini menimbulkan dampak yang
sistematis dalam perekonomian Kota
Caracas khususnya keterkaitan antara kota
dengan wilayah sekitarnya. Permasalahan
yang dihadapi oleh Kota Caracas
merupakan salah satu kasus yang banyak
dialami oleh kota-kota di negara
berkembang lainnya di dunia.

STUDI KASUS
Dalam dunia globalisasi saat ini, semakin
banyak kota yang mengembangkan
hubungan perekonomia dengan kota-kota di
luar batas negaranya. Kebijakan perkotaan
terhadap pembangunan ekonomi semakin
meningkat khususnya dalam konteks daya
saing kota dalam pasar internasional.
Kondisi tersebut menggambarkan secara
singkat apa yang tengah dialami oleh Kota

Caracas. Rencana penyesuaian struktur dan
ekonomi Venezuela yang diluncurkan tahun
1989 memiliki tujuan mencari bentuk baru
dalam intengrasi dengan ekonomi global.
Konsekuensi dari recana tersebut, dan
jumlah
penyesuaian
ekonomi
yang
diimplementasikan setelah itu, sangat
dipengaruhi oleh kerasnya dampak dari
beberapa “oil financial bubbles” yang telah
mengepung Venezuela sebagai hasil dari
fluktuasi harga minyak. Kemerosotan
kondisi kerja dan pendapatan, dan
hubungan pertumbuhan kesenjangan social
dan kemiskinan merupakan indikator dari
perubahan yang telah terjadi.
Beberapa karkateristik yang membuat Kota
Caracas menjadi unik bagi Venezuela

adalah :

1. Statusnya sebagai ibukota negara dan
pusat pemerintahan nasional,
2. keberagaman yuridiksi nasional dan
daerah,
3. Memiliki konsentrasi dari teknologi
kegiatan ekonomi dan distrik bisnis
yang canggih
4. Memiliki fungsi sebagai titik jasa
nasional
Untuk dapat menjalankan fungsi-fungsi
tersebut, Caracas memperkuat kontrol
nasional dan internasional dan fungsifungsi
manajemen,
dan melakukan
perubahan
dalam
struktur
spasial.
Penggabungan ke dalam sistem hirarki
kota-kota global mencerminkan dinamika
global kota terkait dengan proses
globalisasi , tetapi dengan perbedaan
kuantitatif dan kualitatif sesuai dengan kota
Amerika Latin yang ditandai dengan
pemisahan dan pengucilan.
Pada satu sisi, aktivitas ekonomi formal
yang terhubung dengan bentuk baru
penggabungan
global
mengalami
perkembangan. Hotel-hotel mewah, mall,
kantor-kantor pusat baru untuk Stock
Exchange dan bangunan lain seperti
institusi keuangan dan kantor perusahaan
global telah didirikan, dan sistem
telekomunikasi telah diperbaharui. Sebagai
bagian dari proses globalisasi, perusahaan
transnasional
membutuhkan
jasa-jasa
khusus yang kompatibel dengan legal
hukum , sistem akuntasi dan karakter
wilayah lainnya dimana mereka berlokasi.
Oleh karenanya, aktivitas ini menjadi
tereksternalisasi dan berkembang secara
local, terkadang melalui cabang perusahan
transnasional tersebut.
Pada sisi yang lain, tenaga kerja dengan
produktivitas rendah, sektor informal
dengan pendapatan rendah juga ikut
tumbuh. Berbagai bentuk pengganti
wirausaha untuk kontraksi pekerjaan di
sektor formal , saluran tradisional mobilitas
sosial melalui pendidikan dan pekerjaan
kehilangan efektivitas mereka , dan

4
pendapatan sebelumnya memadai dari
sejumlah pekerjaan dan profesi telah
terkikis. Pendapatan buruh menurun tajam
dan merata, meningkatkan kesenjangan
antar kategori pekerjaan dan kelompok dan
antar sektor pasar tenaga kerja yang
berbeda. Segmen ekonomi ini tidak
berartikulasi secara langsung dengan
ekonomi global, namun bukan berarti tidak
terhubung secara structural dengan logika
dominan ekonomi baru dalam beragam
cara.
Proses ini terlihat dalam kesenjangan
spasial, dalam pasar tenaga kerja dan dalam
tingkat pendapatan yang tidak hanya antara
Caracas dengan seluruh wilayah di
Venezuela namun juga di dalam wilayah
metropolitan, selanjutnya, kondisi ini
mempengaruhi terjadinya kesenjangan
sosial dan kemiskinan. Hal ini diperparah
oleh kelembagaan kota dan fragmentasi
wilayah sosial setelah restrukturisasi negara
sejak akhir 1980-an. Desentralisasi telah
membawa pada pembentukan 5 kota, yang
baru-baru ini menjadi sebuah otoritas kota
metropolitan yang menyeluruh. Namun,
kemampuan
untuk
mengembangkan,
mengkoordinasikan dan menerapkan visi
strategis
yang
bertujuan
untuk
meningkatkan integrasi global kota dan
kualitas hidup penduduknya sangatlah
terbatas. Selain itu, otoritas metropolitan
tidak memiliki yurisdiksi atas pinggiran
kota , yang semakin merumitkan
kepemerintahan daerah metropolitan .
Dapat dikatakan Kota Caracas berkembang
semakin besar namun kehilangan daya
dalam mengelola kehidupan yang ada di
dalamnya. Kesenjangan sosial, spasial,
ekonomi ditambah dengan lemahnya
pengaruh pemerintah kota dalam intervensi
pembangunan menyebabkan globalisasi
ekonomi di Kota Caracas cenderung
berdampak negatif pada sebagian besar
masyarakatnya.

Transformasi
ekonomi
dan
sosial
membangkitkan perubahan yang terus
berjalan pada konfigurasi wilayah sosial
kota-kota besar di Amerika Latin dan dalam
mata pencaharian penduduknya, dimana
kecenderungan
globalisasi
adalah
menumpangkan kota tradisional dan
mengangkat sistem perkotaan yang sangat
dinamis dan kompleks. Caracas bukan
pengecualian untuk aturan umum ini dan
benar merupakan salah satu bukti fitur khas
dari Kota Metropolis Amerika Latin akhir
abad 20.
Kota
Metropolitan
Caracas
telah
berkembang melewati batas alaminya,
keberagaman
aktivitas,
fungsi
dan
hubungan telah menyebar perlahan pada
wilayah yang lebih luas sebagaimana
lembah lokasi Kota Caracas menuju titik
jenuh
pembangunan dan nilai lahan
meningkat. Hasil dari perkembangan
Wilayah Metropolitan Caracas adalah
Lembah Caracas sebagai pusat kawasan
perkotaan dan kawasan pinggiran yang
terdiri dari 4 kawasan geografis yang dalam
perkembangannya terhubung langsung
dengan pusat kawasan perkotaan. Kawasan
yang pertama kali dikembangkan adalah
kawasan Cetral Coast dan Dataran Tinggi
Miranda State, yang diikuti oleh GuarenasGuantire dan, baru-baru ini, Lembah Tuy
Tengah.
Meskipun
pegunungan
memisahkan sub-wilayah dengan kota
intinya, hubungan fungsional antara
merekalah yang menetapkan Wilayah
Metropolitan
Caracas.
Pertumbuhan
penduduk melambat di Caracas sementara
wilayah
pinggira
mengalami
hal
sebaliknya, pertumbuhan yang cepat dan
menyebar.
Pertumbuhan penduduk di pinggiran kota
dipengaruhi oleh sistem transit dan jalan
layang yang telah meningkatkan mobilitas
di
dalam
zona
inter-urban,
oleh
pembangunan perumahan bagi penduduk
kelas menengah yang tidak mampu
menempati lahan permukiman pusat kota,

5
dan oleh pertumbuhan dan pembaharuan
kawasan bisnis di dalam kota yang
memindahkan kegiatannya ke wilayah
pinggiran. Hasilnya adalah penduduk
dengan penghasilan tinggi mengelompok di
dalam pusat kota sedangkan penduduk
kelas menengah dan kelas bawah tinggal di
kawasan pinggiran.
Semenjak kawasan pusat kota Caracas dan
wilayah
pinggirannya
mengalami
kejenuhan pembangunan, Lembah Tuy
Tengah menjadi kawasan pinggiran dengan
potensi paling tinggi untuk dikembangkan,
dihubungkan dengan ketersediaan lahan
dan ditanamkannya sistem rel komuter
yang menghubungkannya dengan Caracas.
Kondisi ini telah membangkitkan harapan
besar pada pertumbuhan lokal diantara
bisnis dan populasi penduduk perkotaan
setempat, yang mana adalah salah satu
elemen kunci perubahan yang terjadi saat
ini . Kelompok-kelompok yang tertarik
telah
datang,
organisasi
promosi
pembangunan lokal bermunculan yang
kemudian menjadi partisipan kunci dalam
proses dan jumlah serta kompleksitas actor
primer dan sekunder meningkat.
Wilayah Lembah Tengah Tuy telah menarik
pembangunan real estate yang menyasar
pada sektor kelas menengah, mulai dari
pembangunan sederhana hingga kota
pinggiran dengan infrastruktur lengkap
seperti Valles de Chara, dirancang untuk
dapay ditempati 10.000 jiwa dan
menyediakan seluruh utilitas dan jasa
umum
termasuk
pendidikan
dasar,
menengah dan pendidikan tinggi, pusat
perbelanjaan, trasnsportasi serta wisata.
Wilayah tersebut menjadi pilihan yang
layak bagi rumah tangga kelas menengah
yang bergantung pada bantuan publik di
bawah
Undang-Undang
Perumahan,
sementara perumahan yang saat ini sedang
dibangun oleh pemerintahan yang baru
memiliki kualitas lebih baik dibandingkan
perumahan sebelumnya dan memang

ditujukan pada pasar kelas menengah ke
bawah.
Penduduk kelas bawah tertarik pada
ekspektasi yang dibangkitkan di dalam
wilayah pinggiran Lembah Tengah Tuy
menempati lahan-lahan illegal yang
luasannya
terbatas,
sebagian
pada
sepanjang rel kereta dan sebagian pada
lahan-lahan kosong milik pemerintah
maupun miliki pribadi. Perbedaan wilayah
sosial timbul di dalam area metropolitan,
wilayah yang paling dekat dengan Caracas,
dengan jasa pelayanan serta utilitas umum
terbaik, pelayanan infrastruktur yang luas
dan atau iklim terbaik ditawarkan pada
kelompok-kelompok atas.

PEMBAHASAN
Apa yang dilakukan oleh Pemerintah
Venezuela
dengan
memberlakukan
perubahan structural dan ekonomi guna
meningkatkan hubungan dengan ekonomi
global merupakan langkah yang sangat
wajar dalam menghadapi globalisasi.
Ekspektasiny adalah perekonomian di
dalam negeri semakin meningkat, modal
asing dan investasi juga semakin lancar
mengalir dalam sendi-sendi pembangunan,
kesejahteraan masyarakat menjadi lebih
baik dan terus lebih baik. Namun hal yang
tidak disadari pemerintah Venezuela
maupun Pemerintah Kota Caracas adalah
bahwa globalisasi merupakan implementasi
kapitalisme dimana mereka yang bertahan
adalah mereka yang sanggup dan fleksibel
dalam peta persaingan ekonomi global.
Ketika sebuah kota tidak sanggup dalam
mengikuti persaingan, maka dampak
negatif akan menjadi sangat dominan dalam
pelaksanaan globalisasi.
Perkembangan
Kota
Caracas
yang
kemudian
membentuk
Kawasan
Metropolitan Caracas bersama dengan 4
wilayah lainnya merupakan salah satu
dampak yang tidak diperhitungkan secara

6
matang
oleh
pemerintah
setempat.
Perluasan kawasan ekonomi dan bisnis
menuju wilayah pinggiran karena telah
jenuh pada pusat kota, ketiadaan
pengamanan ketenagakerjaan untuk siap
dalam persaingan serta kualias infrastruktur
yang masih rendah menjadi permaslahan
yang timbul setelah diluncurkannya
program globalisasi ekonomi. Kata kunci
dari permasalahan ini adalah komitmen
pemerintah. Pemerintah Kota Caracas
maupun Pemerintah Venezuela memiliki
kewajiban
dalam
mengintervensi
pembangunan yang terjadi di Kota Caracas
untuk menghindari ketimpangan dan
kesenjangan sosial yang terjadi.
Komitmen pemerintah dalam mengurangi
kesenjangan sosial dan ekonomi kota dalam
konteks yang sedikit berbeda dapat kita
lihat pada studi kasus lain yaitu pada
polarisasi kawasan metropolitan Britania
Raya yang di deskripsikan oleh Mick
Dunford (1995) dalam penelitiannya yang
berjudul Metropolitan Polarization, the
North-South Divide and Socio-Spatial
Inequality in Britain : A Long Term
Perspective . Proses globalisasi telah
mengubah landasan perekonomian Inggris
yang awalnya pada sektor industri perlahan
berganti pada sektor jasa bisnis dan
keuangan. Namun perubahan ini tidak
terjadi secara holistik melainkan secara
parsial di wilayah selatan (London dan
sekitarnya). Kondisi ini telah menimbulkan
kesenjangan
sosial
ekonomi
bagi
masyarakat di bagian utara Britania dengan
masyarakat di bagian selatan (Kota London
dan sekitarnya). Selain karena kesenjangan
pembangunan, adanya ideology neo-liberal
yang diusung oleh sebagian pelaku bisnis di
wilayah selatan telah mengubah wajah
ekonominya yang semula bercorak industri
menjadi jasa financial yang lebih fleksibel
terhadap globalisasi. Peran pemerintah
menjadi penting disini dalam menciptakan
regulasi
yang
dapat
membantu
perkembangan wilayah utara agar dapat
sejajar dengan wilayah selatan.

Pada contoh kasus lainnya adalah disparitas
kawasan antara kawasan utara dan selatan
Cyprus seperti yang diungkapkan oleh
Rodney Wilson (1994). Pulau Cyprus yang
terbelah menjadi kawasan utara yang
menganut ekonomi Turki dan kawasan
selatan yang menganut ekonomi Yunani.
Pada perjalanannya, kawasan selatan pulau
yang menganut sistem ekonomi Yunani
mengalami perkembangan yang lebih cepat
yang ditandai dengan jumlah pembangunan
infrastruktur yang lebih tinggi hingga
10kalinya dan jumlah investasi asing yang
lebih dominan di kawasan selatan. Kondisi
ini menyebabkan terjadinya ketimpangan
antara pembangunan Pulau Cyprus bagian
utara dengan bagian selatan yang
berdampak pada perbedaan pendapatan
perkapita penduduk serta nilai tukar mata
uang. Wilson menyimpulkan bahwa
intervensi politik dalam menggabungkan
kedua daerah dengan menganut sistem
perekonomian yang sama merupakan solusi
paling
kuat
untuk
menghilangkan
kesenjangan yang ada dibandingkan dengan
pembangunan yang merata. Hal ini karena
pemisahan kedua kawasan juga merupakan
hasil dari pergulatan politik.
Pada proses globalisasi, masih ada
perdebatan terkait dengan komitmen
pemerintah dalam intervensinya pada
ekonomi. Kim dan Short (2008)
menyebutkan terdapat 2 argumentasi terkait
dengan peran pemerintah ini :
1. semenjak
pembangunan
ekonomi
menghasilkan keuntungan eksternal
bersih yang sangat besar bagi
permukiman dan bisnis perkotaan,
pemerintah harus bertanggungjawab
dalam memfasilitasi pembangunan
tersebut
2. pemerintahan yang baik harus diukur
bukan oleh ketentuan barang kolektif
dan fasilitas publik , karena tidak ada
bukti yang menunjukkan dengan jelas
bahwa manfaat pembangunan ekonomi

7
tentu akan mencapai sebagian besar kota
warga
Selain membantu dalam menyikapi
perkembangan wilayahnya, pemerintah
juga berperan besar dalam menyusun
kebijakan yang dapat menciptakan kawasan
perkotaan yang berdaya saing. Apa yang
telah dilakukan oleh pemerintah Venezuela
diyakini memiliki tujuan yang baik yaitu
merangsang pertumbuhan kota yang
berdaya saing hanya saja kehilangan daya
di tengah perjalanannya akibat perencanaan
yang kurang matang.
Untuk bisa bertahan dalam arus globalisasi
sebuah kota haruslah memiliki nilai daya
saing. Beberapa pendapat mengatakan
untuk dapat berdaya saing maka kota
haruslah dapat membuka pintu yang lebar
pada investasi.
O’Flaherty (2005)
merumuskan daftar beberapa inisiatif
kebijakan menonjol yang dirancang untuk
mempromosikan pembangunan ekonomi
perkotaan
dan untuk membuat kota
diinginkan bagi calon investor. :
1. Meringankan Pajak
2. Melewati pemotongan pajak yang
ditargetkan
3. menawarkan insentif yang telah
disesuaikan, seperti subsidi melalui
infrastruktur, tanah atau program
pelatihan
4. Menghubungkan insentif spesifik pada
keluaran spesifik
5. Mengurangi peraturan
6. mengalokasikan
perusahaan
dan
pemberdayaan zona perkotaan untuk
lingkungan dalam kota yang mengalami
tekanan ekonomi
7. Membangunan stadium dan arena
olahraga baru
Kebijakan di atas bisa jadi telah
dicanangkan di dalam kebijakan Rencana
penyesuaian
struktur
dan
ekonomi
Venezuela, namun hal yang kurang
mendapat perhatian adalah fakta bahwa
kompetitif juga dinilai dari faktor

sumberdaya yang dimiliki, baik itu
sumberdaya alam maupun sumberdaya
manusia. Darwanto (2002) menyebutkan
bahwa salah satu
prinsip dasar
pembangunan kota dan wilayah adalah
mengenali potensi ekonomi yang dimiliki
termasuk di dalamnya dinamika penduduk
serta proses urbanisasi yang terjadi.
Pertumbuhan penduduk merupakan faktor
utama pertumbuhan ekonomi, yang mampu
menyebabkan suatu wilayah berubah cepat
dari desa pertanian menjadi agropolitan dan
selanjutnya
menjadi
kota
besar.
Pertumbuhan penduduk terjadi akibat
proses pertumbuhan alami dan urbanisasi.
Petumbuhan alami penduduk menjadi
faktor utama yang berpengaruh pada
ekonomi wilayah karena menciptakan
kebutuhan akan berbagai barang dan jasa.
Penduduk yang bertambah membutuhkan
pangan. Rumah tangga baru juga
membutuhkan rumah baru atau renovasi
rumah lama berikut perabotan, alat-alat
rumah tangga dan berbagai produk lain.
Dari sini kegiatan pertanian dan industri
berkembang (Darwanto, 2002).
Masalah lain yang juga dihadapi
pemerintah kota dalam menanggulangi
kesenjangan
adalah
pembiayaan
pembangunan. Kota-kota pada negara
berkembang
memiliki
permasalahan
pembangunan yang mendasar yaitu
ketidakmampuan
pembiayaan
pembangunan. Anggaran pembangunan
yang terbatas mengakibatkan pembangunan
infrastruktur dasar menjadi terhambat
khususnya pada wilayah-wilayah tertinggal.
Akibatnya adalah terjadinya ketimpangan
pembangunan antar kawasan.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan
dalam mengatasi persoalan keterbatasan
pembiayaan pembangunan adalah melalui
pendekatan “partnership” atau kerjasama
antara pemerintah dengan pihak swasta
maupun dengan pihak pemerintah wilayah
disekitarnya. Menurut Kitajima (1998)

8
dalam Luo dan Shen (2008) Partnership
dapat didefinisikan sebagai persekutuan
secara organisasi maupun institusi diantara
organisasi sektor publik (pemerintah)
dengan
sektor
privat.
Pendekatan
partnership bahkan sering digunakan dalam
studi regenerasi kota dan pembangunan
kota. Dalam skala yang lebih besar,
partnership masih dapat berjalan karena
konotasinya yang sudah meluas. Sebagai
contohnya, Elander (2002) dan Mbodj
(2002) melakukan perjanian partnershipThe Habitat II dan Asosiasi Kota-Kota
Africa-kerjasama masing-masing antar
kota. Dalam analisisnya terhadap politik
perkotaan inggris, Baley dkk (1995)
berpendapat bahwa kerjasama antar kota
merupakan salah satu jenis persekutan
strategis. Sehingga, pendekatan partnership
dapat dikembangkan pada skala regional,
khususnya pada kerjasama antar kota.
Salah satu contoh pendekatan partnerhip
dalam meningkatkan daya saing kota guna
menghadapi globalisasi adalah Kerjasama
antar kota yang berada pada kawasan delta
sungai Yangtze, Tiongkok. Kawasan Delta
Sungai Yantze (YRD, Yangtze River Delta)
meliputi seluruh kota Shanghai, Bagian
Selatan Provinsi Jiangsu dan Bagian Utara
Provinsi Zhejiang. Wilayah ini memiliki
luas 109.600 Km2 termasuk di dalamnya 8
prefektur setingkat kota sepanjang Sungai
Yangtze di Provinsi Jiangsu, 7 prefektur
setingkat kota di utara Provinsi Zhejiang,
dan Kota Zhanghai dengan total 16 kota.
Dengan pendalaman proses globalisasi dan
kompetisi kota yang semakin intensif,
seluruh kota yang ada di YRD secara cepat
menyadari bahwa kerjasama antar kota
sangat esensial untuk meningkatkan daya
saing mereka dalam kompetisi tingkat
tinggi ekonomi dunia. Meskipun persaingan
antar kota masih umum terjadi di dalam
YRD, semakin banyak pula kerjasama antar
kota yang terjadi di YRD belakangan ini.
Tiga jenis upaya kerjasama dengan cara

mobilisasi yang
dilakukan yaitu :
1.

2.

3.

berbeda-beda

telah

Hierarchical Partnership
Pendekatan ini mengacu kerjasama
yang dinisiasi oleh pemerintah pada
level yang lebih tinggi yang
diimplementasikan dengan sikap topdown. Banyak kasus yang dapat
digunakan sebagai contoh seperti
perencanaan SCW dan Perencanaan
Kota-Wilayah Xuzhou.
Spontaneous Partnership
Pendekatan ini merupakan kebalikan
dari kerjasama hirarki. Bila kerjasama
hirarki menekankan pada struktur
kerjasama, maka kerjasama spontan
muncul karena kesamaan ketertarikan
secara spontan. Forum CUE dan
Forum 2 Provinsi dan 1 kota di
wilayah YRD merupakan contoh dari
pendekatan ini
Hybrid Partnership
Pendekatan ini merupakan situasi
antara kerjasama hirarki dengan
kerjasama spontan. JZJ dan Joint Port
Development antara Zhejiang dan
Shanghai
merupakan
Hybrid
Partership, dimana kerjasama ini
dinisiasi oleh pemerintahan pada level
bawah dengan keikutsertaan aktif dari
pemerintah level atas. Sebagian besar
pembangunan kerjasama seperti itu
melintasi batas pembangunan antar
kota.

Dalam globalisasi, pendekatan partnership
menjadi salah satu cara untuk membantu
pembiayaan pembangunan sebuah kota.
Kota
Metropolitan
Caracas
dapat
melakukan kerjasama dengan kota lainnya
di sekitarnya untuk tetap dapat kompetitif
dalam globalisasi. Selain itu bentuk
kerjasama dengan pihak swasta yang
selama ini telah menanamkan modalnya di
Caracas melalui mekanisme PPP ataupun
CSR dapat menjadi alternatif pendekatan
dalam mengatasi keterbatasan pembiayaan
pembangunan.

9

KESIMPULAN
Pemerintah memiliki peranan yang sangat
strategis dalam menciptakan nilai daya
saing kota di tengah globalisasi ekonomi.
Peran pemerintah semakin vital pada kotakota di negara berkembang karena
kerentanan kawasan terhadap perubahanperubahan yang terjadi. Pemerintah dapat
memainkan peranan secara signifikan
melalui intervensi kebijakan pengaturan
pasar tenaga kerja, investasi asing,
pembangunan infrastruktur serta perjanjian
kerjasama dengan pihak asing dalam
pembiayaan pembangunan.
Dalam membangun daya saing kota hal-hal
yang harus diperhatikan adalah potensi
yang
dimiliki,
khususnya
potensi
sumberdaya manusia karena potensi inilah
yang menjadi pemain penting dalam proses
globalisasi dewasa ini.
Dalam proses globalisasi, sebuah kota tidak
dapat bermain sendiri untuk dapat bertahan
melainkan harus bekerjasama dengan pihak
lainnya demi mempertahankan dan
meningkatkan daya saing kota meskipun
persaingan itu sendiri sedang berlangsung
secara simultan. Pemerintah kota harus
pandai-pandai
dalam
melakukan
pendekatan kerjasama pembangunan agar
bentuk
kerjasama
yang
dilakukan
memberikan efek positif dan efek domino
yang
baik
bagi
pembangunan
perekonomian kota.
Ketidakberdayaan
pemerintah
kota
metropolitan
Caracas
merupakan
kelemahan mendasar yang menciptakan
ketimpangan pembangunan antara kawasan
pusat kota dengan wilayah pinggirannya.
Pemerintah tidak melakukan intervensi
kebijakan yang optimal agar masyarakat di
kawasn pinggiran dapat menikmati
kehidupan yang layak agar dapat bertahan
dalam arus globalisasi yang ironisnya
dibuka oleh pemerintah Venezuela sendiri.

Apa yang terjadi di Kota Caracas
merupakan salah satu gambaran apa yang
terjadi pada kota-kota negara berkembang
di tengah globalisasi saat ini. Ketimpangan
pembangunan menjadi isu utama setelah
kemiskinan. Globalisasi ekonomi dalam
perspektif kota-kota berkembang cenderung
membawa dampak negatif, oleh karenanya
komitmen pemerintah dalam mengatasi
kesenjangan ini menjadi senjata utama agar
persepektif globalisasi ekonomi dapat
diluruskan
menjadi
upaya
untuk
meningkatkan
kesejahteraan
dan
kesejahteraan masyarakat lokal terhadap
pasar internasional.

DAFTAR PUSTAKA

Cariola, Cecilia and Lacabana, Miguel
(2003), Globalization and Metropolitan
Expansion : Residential Strategis and
Livelihoods in Caracas and Its Perphery,
Environment & Urbanization Volume 15
No.1 April 2003
Dunford, Mick (1995), Metropolitan
Polarization, the North-South Devide and
Socio Spatial Inequality in Britain : A Long
Term Perspective, European Urban and
Regional Studies 1995 ; 2 ; 145, SAGE
Publication
Wilson,
Rodney
(1994),
Regional
Disparities Between the North and South of
Cyprus : A Challenge for Re-Integration,
European Urban and Regional Studies
1994; 1 ; 69, SAGE Publication
Luo, Xiaolong and Shen, Jianfa (2009), A
Study on Inter-City Cooperation In The
Yangtze River DeltaRegion, China, Habitat
International 33 (2009) 52-61, Elsevier Ltd.
Kim,Yeong-Hyun and Short, John Rennie
(2008), Cities and Economies, Routledge, 2

10
Park Square, Milton Park, Abingdon, Oxon,
OX14 4RN
Shangquan,
Gao
(2000)
Economic
Globalization: Trends, Risks and Risk
Prevention , CDP Background Paper No. 1,
United Stated Development Policy and
Analysis Division Department of Economic
and Social Affairs, New York.
Fischer, Stanley (2003) Globalization and
Its Challenge, papper disampaikan pada
pertemuan American Economic Association
di Washington, DC pada 3 Januari 2003
Darwanto, Herry (2002), Prinsip Dasar
Pembangunan Ekonomi Daerah, Majalah
PP Edisi 28 Tahun 2002