MENINGKATKAN KUALITAS PROSES DAN HASIL P

ISSN 0215 - 8250

1

MENINGKATKAN KUALITAS PROSES DAN HASIL
PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI OPTIMALISASI
REPRESENTASI PEMBELAJARAN DALAM RANGKA
PEMBELAJARAN KUANTUM
oleh
I Wayan Puja Astawa
Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Pendidikan MIPA, IKIP Negeri Singaraja
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas proses
pembelajaran ditinjau dari kemampuan guru merancang representasi pembelajaran
dan perilaku siswa dalam proses pembelajaran, mengetahui efektivitas representasi
pengajaran dalam kerangka pembelajaran kuantum untuk meningkatkan hasil
belajar matematika, dan menemukan kendala-kedala yang dihadapi guru
matematika dalam pemilihan representasi pembelajaran. Penelitian ini merupakan
penelitian tindakan kelas dengan subjek penelitian siswa kelas I2 SMU Negeri 4
Singaraja tahun ajaran 2003/2004 yang berjumlah 43 orang. Data yang dikaji

dalam penelitian ini adalah kemampuan merancang representasi pembelajaran,
perilaku siswa dalam proses belajar mengajar, hasil belajar matematika, dan
kendala-kendala yang dihadapi guru dalam memilih representasi pengajaran.
Semua data dianalisis secara deskriftif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kualitas proses pembelajaran meningkat. Hal ini terlihat dari meningkatnya
kemampuan guru merancang representasi pembelajaran dan perilaku siswa dalam
mengikuti pembelajaran. Skor kemampuan guru merancang representasi
pembelajaran pada siklus I sebesar 2,85 dan pada siklus II sebesar 3,15 yang
keduanya tergolong klasifikasi baik, sedangkan perilaku siswa dalam mengikuti
pembelajaran meningkat dari rata-rata 18,5 yang berkategori baik pada siklus I
menjadi 22,5 yang berkategori sangat baik pada siklus II. Di samping itu,
representasi dalam kerangka pembelajaran kuantum efektif untuk meningkatkan
kualitas hasil belajar dari rata-rata 4,36 menjadi 6,77 walaupun belum memenuhi
harapan seperti tuntutan kurikulum. Dalam memilih representasi, ada beberapa
kendala yang dihadapi guru, seperti beragamnya latar belakang siswa, keterbatasan
buku sumber dan keterbatasan alokasi waktu.
Kata kunci : representasi pembelajaran, pembelajaran kuantum
_____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXVII Oktober 2004

ISSN 0215 - 8250


2

ABSTRACT
The objectives of this research were: (a) to increase quality of learning
process which relates to teacher’s ability in choosing teaching representation and
students’ behaviour in learning proses; (b) to know the effectiveness of teaching
representation implemented in quantum teaching in increasing students’
achievement in mathematics, and (c) to find out the constrains faced by
mathematic teacher in choosing representation. It was a classroom action research
using students of I2 SMU Negeri 4 Singaraja in the academic year 2003/2004 as its
subject. The total subjects involved in this research were 43 students. Data in this
research related to the ability of mathematic teacher in choosing a representation,
the students’ behaviour in learning process, the effectiveness of representation
implemented in quantum teaching to increase students’ achievement in
mathematics, and the constrains faced by the teacher in choosing representation.
All data were analyzed descriptively. The results of the research showed that the
quality of learning process was increased which could be seen from the increament
of teacher’s ability in choosing representations and from good students behaviour
in learning process. The mean score of teacher’s ability in choosing

representations increased from 2.85 to 3.15 which was classified as good category
for both mean scores. Moreover, the score of students behaviour in learning
process increased from 18.5 (good) to 22.5 (excellent). In addition, the
representation implemented in quantum learning was effective to increase
students’ achievement from 4.36 to 6.77 eventhough both scores were not fulfill
curriculum stipulation yet. In choosing representation, some contrains were found
by the teacher such as heterogeneous of students’ academic background, limitation
of references, and limitation of time.
Key words : teaching representation, quantum teaching

1. Pendahuluan
Peranan guru dalam proses pembelajaran sangat penting karena seorang
guru harus merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran yang
dilakukannya. Tahap merancang pembelajaran merupakan tahap yang menentukan
keberhasilan dari suatu pembelajaran yang akan dilakukan. Pada tahap ini seorang
guru membuat rencana detail apa dan bagaimana pembelajaran yang akan
dilakukannya di dalam kelas. Rencana pembelajaran yang baik setidak-tidaknya
_____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXVII Oktober 2004

ISSN 0215 - 8250


3

akan memberikan peluang pelaksanaan dan hasil yang baik pula. Hal yang penting
untuk diperhatikan dalam membuat rencana pembelajaran adalah perencanaan
pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat secara aktif membangun
pengetahuannya sendiri dan bukan didiktekan oleh guru. Hal ini sesuai dengan
pandangan konstruktivisme dalam pembelajaran (Bodner, 1986).
Kelemahan dalam merancang pembelajaran yang tidak sesuai dengan
karakteristik siswa dan karakteristik materi pelajaran berakibat pada hasil
pelaksanaan pembelajaran di kelas. Kelemahan ini sering muncul pada guru-guru
matematika di SMU yang berimplikasi pada rendahnya hasil belajar. Hasil
observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru
matematika di kelas I2 SMU Negeri 4 Singaraja tahun ajaran 2002/2003
mengkonfirmasi kelemahan ini. Di samping itu, pembelajaran yang dilakukan
masih bersifat teacher oriented sehingga aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran masih rendah. Masalah lain yang teridentifikasi dari observasi yang
dilakukan adalah sebagai berikut. Komunikasi masih bersifat satu arah; siswa
masih sedikit yang berpartisipasi dalam pembelajaran; soal-saol latihan masih
beorientasi pada buku teks yang kurang mengaitkan dengan situasi psikologis

siswa; kemajuan yang dicapai oleh para siswa kurang dihargai.
Di pihak lain, output yang dihasilkan dalam situasi pembelajaran seperti di
atas masih jauh dari harapan. Berdasarkan hasil wawancara dan pencatatan
dokumen yang dilakukan oleh guru matematika yang mengajar di kelas I2 SMU N
4 Singaraja di atas diperoleh data-data prestasi belajar dan ketuntasan belajar
matematika siswa sebagai berikut. Rata-rata prestasi belajar matematika sebesar
6,26 dan ketuntasan belajar sebesar 60,9%. Hasil ini masih sangat jauh dari
harapan yang tersurat dalam GBPP kurikulum 1994.
Mencermati permasalahan yang dialami oleh guru seperti di atas, yang
berimplikasi pada hasil belajar siswa, perlu dicarikan suatu solusi agar
pembelajaran yang dilaksanakan memberikan hasil yang lebih baik. Untuk
mengatasi masalah tersebut, akan diupayakan memperbaiki representasi
pengajaran matematika. Representasi ini merupakan salah satu proses matematik
yang termuat dalam prinsip-prinsip dan standar untuk matematika sekolah yang
_____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXVII Oktober 2004

ISSN 0215 - 8250

4


mengacu pada proses dan produk (NCTM, 2000). Pemilihan representasi
ditekankan pada pengalaman siswa karena pengalaman sehari-hari siswa
memegang peranan penting untuk pembentukan suatu konsep dalam pembelajaran
matematika (Price, 1996; Civil, 1998; Binaja, 2000; Soejadi, 2000; Zamroni,
2000).
Di samping mengerti konsep, pembelajaran yang menekankan pada
pengalaman siswa akan membantu siswa melihat kemanfaatan matematika.
Pengalaman yang penting dalam pembelajaran matematika adalah pengalaman
yang berkaitan dengan kenyataan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Van
de Henvel-Panhuzien (dalam Djoko Waluyo dkk, 2001) yang mengatakan bahwa
siswa akan cepat lupa dan tidak dapat mengaplikasikan matematika bila mereka
belajar matematika terpisah dari pengalaman mereka sehari-hari. Representasi
pengajaran seperti di atas dapat diimplementasikan dalam pembelajaran kuantum
yang merupakan suatu model pembelajaran berwawasan konstruktivis karena
penerapan pembelajaran kuantum menunjukkan hasil yang menggembirakan
(Nilandari, 2000).
Pembelajaran kuantum menyadari kompleksitas dari suatu proses
pembelajaran dan kemanfaatannya bagi pebelajar dan lingkungannya.
Implementasi pembelajaran kuantum menggunakan kerangka rancangan
TANDUR yang merupakan akronim dari Tumbuhkan, Alami, Namai,

Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Tumbuhkan berarti tumbuhkan minat
dengan memberi rasa puas pada pertanyaan siswa tentang ‘apa manfaatnya bagiku’
dan manfaatkan kehidupan pelajar. Alami dimaksudkan untuk menciptakan atau
mendatangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar. Namai
bermakna menyediakan kata kunci, konsep, model, rumus, dan strategi.
Demonstrasikan mengandung makna penyediaan kesempatan bagi pelajar untuk
menunjukkan kemampuannya. Ulangi berarti menunjukkan pelajar cara-cara
mengulang materi dan menegaskan bahwa mereka benar-benar tahu akan apa yang
dipelajari. Rayakan bermakna pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan
pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan (Nilandari, 2000).
_____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXVII Oktober 2004

ISSN 0215 - 8250

5

Pembelajaran kuantum berakar dari beberapa teori belajar modern seperti
accelerated learning dan neurolinguistic program (Abdurrahman, 1992). Dalam
pelaksanaannya diperlukan penataan panggung belajar (ruang kelas) yang nyaman
dan menyenangkan. Panggung belajar ini berdimensi empat aspek, yaitu suasana,

landasan, lingkungan dan rancangan. Suasana kelas meliputi bahasa yang
digunakan, cara menjalin rasa simpati dengan siswa, sikap terhadap sekolah dan
belajar. Suasana yang menggembirakan akan membawa kegembiraan juga dalam
belajar. Landasan merupakan kerangka kerja seperti tujuan, keyakinan,
kesepakatan, kebijakan, prosedur, dan aturan bersama yang memberi guru dan
siswa sebuah pedoman untuk bekerja dalam komunitas belajar. Lingkungan adalah
cara penataan ruang kelas yang meliputi pencahayaan, warna, pengaturan meja dan
kursi, tanaman, musik dan semua hal lain yang mendukung proses belajar.
Rancangan merupakan penciptaaan terarah unsur-unsur penting yang bisa
menumbuhkan minat siswa, mendalami makna, dan memperbaiki proses tukarmenukar informasi.
2. Metode Penelitian
Subjek penelitian ini adalah semua siswa kelas I2 SMU N 4 Singaraja
tahun ajaran 2003/2004 yang berjumlah 43 orang. Objek penelitiannya adalah
kualitas proses dan hasil belajar matematika dalam pokok bahasan Matriks dan
Grafik Fungsi Kuadrat dengan pemilihan suatu representasi. Representasi
digunakan dalam menyajikan konsep, menumbuhkan pemahaman siswa dan
memodelkan ke dalam representasi yang lain dalam soal cerita (Asa’ri, 2001).
Dalam penelitian ini, representasi lebih ditekankan pada pemilihan situasi seharihari untuk menyajikan konsep matematika.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang menggunakan
rancangan dari Kemmis dan Taggart (1988), yang terdiri dari empat tahapan,

yaitu: rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, evaluasi dan observasi, dan
refleksi.
Pada perencanaan tindakan, dilakukan persiapan yang diperlukan dalam
pelaksanaan pembelajaran yang terdiri dari: menetapkan rancangan representasi.
_____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXVII Oktober 2004

ISSN 0215 - 8250

6

Representasi penyajian konsep yang dipilih adalah permainan bola tenis dan
ayunan bandul untuk pokok bahasan grafik fungsi kuadrat. Untuk pokok bahasan
matriks, dipilih representasi penyusunan barang-barang belanjaan untuk keperluan
sehari-hari. Dengan representasi yang telah dipilih, selanjutnya dibuat (a) rencana
pembelajaran yang berpedoman pada representasi kemudian diimplementasikan
dalam kerangka pembelajaran kuantum, (b) alat evaluasi dan (c) pedoman
wawancara. Alat evaluasi berupa tes hasil belajar digunakan untuk mengetahui
efek pemberian tindakan terhadap hasil belajar siswa sedangkan pedoman
wawancara digunakan untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi guru
dalam pemilihan representasi pengajaran.

Sebelum pembelajaran dilakukan, guru menata ruang kelas agar tercipta
suasana kondusif (menyenangkan) untuk pembelajaran. Pada tahap ini,
diinformasikan pelaksanaan pembelajaran, dipersiapkan perangkat yang
diperlukan dan diorganisasikan siswa untuk belajar. Pelaksanaan pembelajaran
kuantum yang berdasarkan kerangka TANDUR dengan representasi yang telah
dipilih dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut.
Kerangka pembelajaran
kuantum

Kegiatan yang dilakukan guru dan siswa

TUMBUHKAN

Guru memberikan apersepsi dengan menekankan
manfaat materi pembelajaran yang akan
dilakukan

ALAMI

Guru menyajikan konsep dengan menggunakan

representasi yang sesuai dengan latar belakang
siswa dan siswa mengkonstruksi pengetahuan
berdasarkan pengalamannya

NAMAI

Guru menyediakan kata-kata kunci, petunjuk
singkat dan penjelasan minimal dari suatu konsep
yang dipelajari

_____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXVII Oktober 2004

ISSN 0215 - 8250

7

DEMONSTRASIKAN

Siswa menunjukkan kemampuannya dalam
mengkonstruksi pengetahuan/konsep yang sedang
dibahas seperti menjawab pertanyaan,
mengerjakan soal, mengkomunikasikan di depan
kelas, atau mengomentari pendapat teman lain.

ULANGI

Guru memberikan beberapa latihan soal yang
mengarah pada kegiatan siswa untuk mengulangi
pembentukan konsep yang telah dilakukan

RAYAKAN

Siswa yang menunjukkan kemajuan dalam belajar
mendapat penghargaan (reinforcement) dari guru.
Penghargaan verbal dipilih dalam penelitian ini.

Tahapan pembelajaran ini dilakukan dalam dua siklus, dengan masing-masing
siklus untuk satu pokok bahasan.
Dalam setiap siklus, dilakukan dua evaluasi, yaitu evaluasi terhadap
pelaksanaan tindakan untuk melihat kesesuaian dengan perencanaan beserta
kendala-kendalanya dan evaluasi terhadap efek pemberian tindakan dengan
melihat aktivitas dan hasil belajar. Selain evaluasi, juga dilakukan observasi yang
bertujuan untuk melihat perilaku siswa dalam proses pembelajaran.
Refleksi dilakukan dengan tujuan, baik untuk melihat kelemahankelemahan maupun kendala-kendala pada tindakan yang dilakukan agar tindakan
berikutnya menjadi lebih optimal. Refleksi pada akhir siklus 1 digunakan untuk
memperbaiki tindakan pada siklus 2 sehingga menjadi lebih akurat.
Ada empat jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian, yaitu
kemampuan merancang pembelajaran dengan representasi yang tepat, hasil
belajar, perilaku siswa dalam pembelajaran, dan kendala-kendala yang dihadapi
guru dalam memilih representasi matematika. Data kemampuan merancang
pembelajaran dengan representasi yang tepat dikumpulkan dengan Alat Penilaian
Kemampuan Guru (APKG) yang dimodifikasi dari buku petunjuk pelaksanaan
PPL IKIP Negeri Singaraja dengan 13 indikator. Modifikasi dilakukan pada
indikator penentuan alat bantu mengajar, penentuan sumber belajar, pilihan jenis
kegiatan belajar, dan urutan langkah-langkah mengajar. Modifikasi ditekankan
_____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXVII Oktober 2004

ISSN 0215 - 8250

8

pada pemilihan representasi matematika dan pelaksanaannya pada pembelajaran
kuantum. Setiap indikator mempunyai rentangan skor 0 – 4 sehingga skor
maksimum ideal sebesar 52 dan skor minimum ideal sebesar 0. Selanjutnya,
kemampuan ini digolongkan dengan menggunakan klasifikasi sangat baik, baik,
sedang, kurang, dan sangat kurang seperti dalam Nurkencana dan Sunartana
(1992). Data hasil belajar dijaring dengan tes hasil belajar dan dianalisis dengan
membandingkan rata-ratanya tiap siklus dan dengan ketetapan kurikulum. Data
perilaku siswa dalam pembelajaran diobservasi dengan menggunakan lembar
observasi dengan tujuh indikator yang diamati seperti dalam Sarna (2001).
Ketujuh indikator tersebut adalah interaksi anak selama kegiatan pembelajaran,
keberanian anak dalam bertanya/ mengemukakan pendapat, partisipasi anak dalam
pembelajaran, motivasi dan kegairahan anak dalam pembelajaran, kehadiran,
hubungan anak dengan anak, dan hubungan anak dengan guru. Analisis terhadap
data perilaku siswa dalam pembelajaran sama dengan analisis data kemampuan
guru merancang pembelajaran dengan representasi yang tepat. Data terakhir
berupa kendala-kendala dalam memilih representasi digali dengan wawancara
kemudian dicatat sesuai dengan kendala yang diungkapkan oleh guru.
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
3.1 Hasil Penelitian
Kualitas proses pembelajaran dalam pelaksanaan pembelajaran dengan
representasi pengajaran dalam kerangka pembelajaran kuantum tergolong baik.
Hasil ini dapat dicermati dari dua aspek. Pertama, aspek kemampuan guru
kemampuan guru merancang pembelajaran dan perilaku siswa di dalam kelas
selama mengikuti pembelajaran. Skor kemampuan guru merancang representasi
pembelajaran pada siklus I sebesar 2,85 dan pada siklus II sebesar 3,15 yang
keduanya tergolong klasifikasi baik, sedangkan perilaku siswa dalam mengikuti
pembelajaran meningkat dari rata-rata 18,5 yang berkategori baik pada siklus I
menjadi 22,5 yang berkategori sangat baik pada siklus II.
Atmosfir akademik selama proses pembelajaran juga baik. Hal ini dapat
dilihat terjadinya pergeseran paradigma pembelajaran dari pembelajaran yang
_____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXVII Oktober 2004

ISSN 0215 - 8250

9

berpusat pada guru ke pembelajaran yang berpusat pada siswa. Hal ini mendorong
munculnya perilaku positif siswa dalam pembelajaran. Siswa mulai berani
menunjukkan kinerjanya. Konsep-konsep dasar dari fungsi kuadrat seperti sumbu
simetri, titik puncak, dan grafiknya mudah mereka pahami lewat pengamatan
lintasan bola tenis dan bandul yang dimainkan oleh teman-temannya. Demikian
juga halnya dengan konsep matrik seperti baris, kolom, elemen-elemen matriks
mampu didefinisikan sendiri oleh siswa. Rata-rata 90% siswa ikut aktif selama
proses pembelajaran. Aktivitas ini dapat dilihat dari pertanyaan maupun komentar
mereka kepada guru maupun teman lainnya.
Berbeda dengan kualitas proses pembelajaran, kualitas hasil belajar masih
belum menggembirakan. Hasil belajar pada siklus I rata-ratanya sebesar 4,36.
Hasil ini tergolong sangat kurang, sedangkan hasil belajar pada siklus II lebih baik
daripada hasil belajar pada siklus I. Rata-rata hasil belajar pada siklus II sebesar
6,77 yang tergolong cukup baik.
Hasil lain yang diperoleh adalah kesadaran guru bahwa representasi
pengajaran yang tepat memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas
proses dan hasil belajar. Namun, dalam memilih representasi yang tepat, terdapat
beberapa kendala yang dihadapi guru. Kendala-kendala tersebut adalah latar
belakang siswa yang sangat heterogen, kurang tersedianya buku-buku sumber, dan
ketersediaan alokasi waktu yang terbatas.
3.2 Pembahasan
Implementasi pembelajaran kuantum dengan representasi yang telah
dilakukan mampu menghasilkan kualitas proses pembelajaran yang cukup baik.
Hal ini dapat dilihat dari dua sisi. Sisi pertama, meningkatnya pengetahuan dan
keterampilan guru dalam mempersiapkan rencana pembelajaran yang
memungkinkan siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan karena sesuai dengan
latar belakangnya (situasi nyata yang mereka alami). Situasi yang dipilih oleh guru
dalam proses pembelajaran telah akrab dikenal oleh siswa. Hasil ini menguatkan
temuan bahwa pengalaman sehari-hari sangat penting dalam pembentukan suatu
konsep (Price, 1996; Civil, 1998; Binaja, 2000; Soejadi, 2000; Zamroni, 2000). Di
_____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXVII Oktober 2004

ISSN 0215 - 8250

10

samping itu, representasi yang tepat akan membantu siswa untuk memahami
konsep secara utuh sehingga memungkinkan siswa terlibat aktif dalam
pembelajaran. Pentingnya representasi dalam pembelajaran matematika seperti di
atas juga ditekankan oleh As’ari (2001).
Sisi yang kedua dari peningkatan kualitas proses pembelajaran dapat
dilihat dari perilaku anak dalam proses belajar mengajar. Pada kedua siklus,
perilaku anak dalam proses belajar mengajar tergolong baik. Perilaku anak ini
dilihat dari interaksi anak selama kegiatan pembelajaran, keberanian anak dalam
bertanya/mengemukakan pendapat, partisipasi anak dalam pembelajaran, motivasi
dan kegairahan anak dalam pembelajaran, kehadiran, hubungan anak dengan anak,
dan hubungan anak dengan guru. Perilaku siswa yang baik ini tumbuh dan
berkembang dalam suasana yang alami sebagai akibat dari keterlibatan kognitif
mereka secara aktif.
Meningkatnya kualitas proses pembelajaran tidak diikuti oleh peningkatan
kualitas hasil belajar. Rata-rata hasil belajar pada siklus I sebesar 4,36 tergolong
sangat kurang. Hasil belajar pada siklus II lebih baik daripada hasil belajar pada
siklus I. Rata-rata hasil belajar pada siklus II sebesar 6,77 tergolong cukup baik.
Ketuntasan belajar pada siklus I hanya 1%, sedangkan ketuntasan belajar pada
siklus II sebesar 58 %. Bila hasil-hasil ini dikomparasikan dengan standar yang
diharapkan dalam kurikulum 1994, masih jauh terjadi ketimpangan yang
mensyaratkan rata-rata 6,0 dengan ketuntasan belajar 85%. Hasil-hasil ini tidak
sesuai dengan temuan DePorter dkk. (dalam Nilandari, 2000) yang menyatakan
bahwa penerapan pembelajaran kuantum dapat meningkatkan hasil belajar.
Perbedaan ini dapat ditelusuri sebagai berikut. Selama kegiatan penelitian, terjadi
dua kejadian yang tidak diperhitungkan sebelumnya yang berimbas pada hasil
penelitian yang diharapkan. Kejadian yang pertama adalah perubahan kebijakan
tentang pelaksanaan kurikulum dari kurikulum 1994 ke kurikulum berbasis
kompetensi (KBK) dan kegiatan peringatan hari ulang tahun sekolah dan hari
libur/cuti bersama yang banyak menyita waktu. Kegiatan pertama mengakibatkan
persipan peneliti/guru yang telah disusun sebelumnya menjadi mubazir dan
kegiatan kedua menggangu konsentrasi siswa dalam belajar. Di samping itu,
_____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXVII Oktober 2004

ISSN 0215 - 8250

11

pelaksanaan evaluasi yang waktunya jauh setelah pembahasan pokok bahasan dan
dilakukan setelah siswa libur panjang menyebabkan mereka tidak mampu
menunjukkan hasil belajar terbaiknya. Pelaksanaan pembelajaran kuantum juga
tidak sepenuhnya dapat dilaksanakan. Pemberian musik selama proses
pembelajaran yang merupakan unsur penting dalam menciptakan kondisi alpha
dalam belajar tidak dapat dilaksanakan.
4. Penutup
Beberapa simpulan yang dapat diambil dari pelaksanaan penelitian ini
adalah sebagai berikut. Pertama, kualitas proses pembelajaran dilihat dari
kemampuan guru menyiapkan representasi pengajaran dan perilaku siswa dalam
pembelajaran di kelas tergolong baik. Hal ini ditandai dengan meningkatnya
kemampuan guru dalam merancang pembelajaran dengan representasi yang tepat.
Selain itu, atmosfir dalam kelas juga baik selama proses pembelajaran
berlangsung. Kedua, hasil belajar pada siklus I rata-ratanya sebesar 4,36. Hasil ini
tergolong sangat kurang. Hasil belajar pada siklus II lebih baik daripada hasil
belajar pada siklus I. Rata-rata hasil belajar pada siklus II sebesar 6,77 yang
tergolong cukup baik. Dilihat dari hasil kedua siklus, maka representasi pengajaran
dalam kerangka pembelajaran kuantum efektif untuk meningkatkan hasil belajar.
Namun, dilihat dari ketetapan kurikulum, hasil ini belum memenuhi harapan.
Ketiga, beberapa kendala yang dihadapi guru dalam memilih representasi adalah
latar belakang siswa yang sangat heterogen, kurang tersedianya buku-buku
sumber, dan ketersediaan alokasi waktu yang terbatas.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas, beberapa saran dapat
diajukan. Kemampuan guru dalam merancang pembelajaran dengan memilih
representasi yang tepat perlu terus ditingkatkan. Pelaksanaan pembelajaran
matematika dengan optimalisasi representasi dalam kerangka pembelajaran
kuantum seperti di atas belum berjalan optimal. Oleh karena itu, disarankan
kepada guru matematika/peneliti lain untuk melihatnya pada situasi kelas dan
sekolah yang berbeda.
_____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXVII Oktober 2004

ISSN 0215 - 8250

12

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2000. Buku Petunjuk Pelaksanaan PPL IKIP Negeri Singaraja. Singaraja.
LPPL IKIP Negeri Singaraja
Abdurrahman, Alwiyah. 1992. Quantum Learning, Membiasakan Belajar Nyaman
dan Menyenangkan.terjemahan dari Quantum Learning: Unleashing The
Genius In You Karya Bobbi DePorter dan Mike Hernacki. Bandung. Kaifa
As’ari Abdurrahman. 2001. representasi: Pentingnya dalam Pembelajaran
Matematika. Matematika, Jurnal Matematika atau Pembelajarannya.7(2)
Binadja, A. 2000. Wawasan Set dalam Kurikulum Matematika. Makalah
disampaikan dalam Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia
Bodner, G. M. 1986. Constructivism: A Theory of Knowledge. Journal of
Chemical Education. 63 (10)
Civil, M. 1998. Bridging in School Matematics and Out-of School Mathematic : a
refection. www.hedgehog.math.arizona.edu/~bridge/aerag8.html
Djoko Waluyo, dkk. 2001. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika di
Kelas 1 Sekolah Dasar melalui Optimalisasi Representasi Pengajaran.
Proposal penelitian tidak diterbitkan
Hudojo, H. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta. Depdikbud Dirjrn Dikti.
Kemmis, W.C and Taggart, R.M. 1988. The Action Research Planner. Geelong
Victoria. Deakin University
McNiff, J. 1992. Action Research: Principles and Practice. New York. Chapmann
and Hall Inc.
NCTM. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. www.nctm.org
Nilandri, Ary. 2000. Quantum Teaching: Mempraktikkan quantum learning di
ruang-ruang kelas. Terjemahan dari Quantum Teaching: Orchestrating
Student Success karya Bobby DePorter dkk. Bandung. Kaifa
Nurkencana dan Sunartana. 1992. Evaluasi Pendidikan. Surabaya. Usaha Nasional
Price, J. 1996. President’s Report: Building Bridges of Mathematical
Understanding for All Children. Journal for Research in Mathematics
Education. 27, 603-608

_____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXVII Oktober 2004

ISSN 0215 - 8250

13

Soedjadi, R. 2000. Nuansa Kurikulum Matematika Sekolah di Indonesia. Majalah
Ilmiah Himpunan Matematika Indonesia (Prosiding Konferensi Nasional
Matematika X ITB, 17 –20 Juli 2000)
Zamroni. 2000. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta. Bigraf.
Publishing

_____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXVII Oktober 2004