TAP.COM - EFEKTIVITAS PENGGUNAAN AROMATASE INHIBITOR DAN ... - IPB REPOSITORY

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN AROMATASE INHIBITOR
DAN MADU TERHADAP NISBAH KELAMIN IKAN GAPI
( Poecilia reticulata Peters )

Oleh:
Budi Utomo
C14101048

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul EFEKTIVITAS
PENGGUNAAN MADU DAN AROMATASE INHIBITOR TERHADAP
NISBAH KELAMIN IKAN GAPI ( Poecilia reticulata Peters ) adalah benar
merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
Skripsi ini.

Bogor, Januari 2008

BUDI UTOMO
C14101048

RINGKASAN
BUDI UTOMO. Efektivitas pengunaan madu dan aromatase inhibitor terhadap
nisbah kelamin ikan gapi ( Poecilia reticulata Peters ). Dibimbing oleh Dr. Ir
Dinar Tri Soelistyowati DEA. dan Ir. Harton Arfah M.Si
Ikan gapi merupakan salah satu jenis ikan hias air tawar yang banyak
digemari masyarakat, terutama ikan gapi jantan karena mempunyai warna yang
lebih cerah dan sirip ekor yang lebar dengan corak warna bervariasi. Hal ini
menyebabkan budidaya ikan gapi jantan secara monokultur akan menguntungkan
karena lebih menarik dan daya jualnya yang tinggi. Pada umumnya untuk
memproduksi monosex jantan dapat dilakukan melalui tehnik pembalikan kelamin
(sex reversal) menggunakan hormon steroid secara perendaman, penyuntikan atau
melalui pakan. Penggunaan aromatase inhibitor (AI) dilaporkan berkemampuan

cukup baik untuk menghasilkan organisme monosex jantan berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan selama ini. Ketidaktepatan penggunaan bahan
perangsang steroid dapat mengakibatkan kematian, kemandulan dan pencemaran
lingkungan yang merugikan organisme lain, termasuk manusia, terutama apabila
bahan tersebut bersifat karsinogenik. Madu lebah sebagai bahan alami yang
mengandung crysin mempunyai aktifitas seperti aromatase inhibitor diharapkan
sama efektifnya dengan AI dalam upaya pembalikan kelamin betina menjadi
jantan, namun lebih ramah lingkungan dan ekonomis.
Penelitian ini dilakukan pada bulan September-Oktober 2007 di
Laboratorium Nutrisi. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Dalam penelitian ini, induk jantan dan
betina masing-masing 100 ekor dipelihara secara terpisah dalam akuarium
berukuran 50 x 40 x 30 cm3. Proses pencampuran induk jantan dan betina (1:2)
untuk fertilisasi dilakukan selama 4 hari, dan selanjutnya induk jantan dipisah.
Induk betina yang sudah dikawinkan dibagi secara acak ke dalam 9 akuarium (50
x 40 x 30 cm3) untuk 3 perlakuan masing-masing 3 ulangan : kontrol,
perendaman dalam larutan madu (60 mg/L) dan perendaman dalam larutan AI (50
mg/L). Pada hari ke 12 setelah ikan dipisah dari jantan, ikan–ikan yang
menunjukkan gejala bunting, yaitu ditandai dengan pembesaran pada bagian perut
dan warna hitam pada daerah sekitar perut, kemudian diberi perlakuan

perendaman. Perendaman induk dilakukan dalam toples yang berisi satu liter air
larutan madu ( 60 ppm) atau AI (50 ppm), selama 10 jam. Kemudian, setiap
induk yang sudah diberi perlakuan dipelihara dalam akuarium individual (50 x 40
x 30 cm3) sampai melahirkan anak, lalu induk dipisahkan. Anak ikan yang baru
dilahirkan diberi pakan pelet Manggalindo jenis P0 yang berupa tepung, kemudian
setelah bukaan mulutnya cukup besar diberi pakan cacing sutra. Anak-anak ikan
tersebut kemudian dipelihara sampai pengamatan ciri sekunder jantan atau betina.
Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistik menggunakan analisa
sidik ragam dengan selang kepercayaan 95% dan uji lanjut dengan Metode Khi
Kuadrat.
Rerata persentase jantan untuk perlakuan AI dan madu dibandingkan
dengan kontrol adalah 51,97% dan 56,68% versus 47,16% (kontrol). Hasil analisa
sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan aromatase inhibitor dan madu yang

diberikan menghasilkan persentase kelamin jantan yang berbeda nyata
dibandingkan kontrol (p