Sifat Antibakteri Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Murni Terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

(1)

SIFAT ANTIBAKTERI HASIL HIDROLISIS

MINYAK KELAPA MURNI TERHADAP

Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli

SKRIPSI

OLEH:

HENNY PUJIATI

NIM 101524051

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

SIFAT ANTIBAKTERI HASIL HIDROLISIS

MINYAK KELAPA MURNI TERHADAP

Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

HENNY PUJIATI

NIM 101524051

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

SIFAT ANTIBAKTERI HASIL HIDROLISIS

MINYAK KELAPA MURNI TERHADAP

Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli

OLEH:

HENNY PUJIATI

NIM 101524051

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: Agustus 2012

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Drs. Immanuel S. Meliala, M.Si., Apt. Prof. Dr. Siti Morin Sinaga, M.Sc., Apt. NIP 195001260183631002 NIP 195008281976032002

Drs. Immanuel S. Meliala, M.Si., Apt.

Pembimbing II, NIP 195001260183631002

Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt. Dra. Masfria, M.S., Apt. NIP 195006071979031001 NIP 195707231986012001

Drs. Maralaut Batubara, M.Phill., Apt. NIP 195101311976031003

Medan, Agustus 2012 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Dekan,


(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim,

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini, serta Shalawat dan Salam kepada Nabi Allah: Rasulullah Muhammad SAW sebagai suri tauladan dalam kehidupan.

Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dengan judul: “Sifat Antibakteri Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Murni Terhadap

Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.

Penulis mempersembahkan rasa terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Ibunda, Ayahanda, suamiku M. Muliadi, S.T., putra kecilku tercinta M.F. Al Faatin Muliadi, serta abang, kakak, adik dan seluruh keponakanku atas segala doa, kasih sayang, dorongan moril dan materil kepada penulis selama ini.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., sebagai Dekan Fakultas Farmasi, beserta seluruh staf yang telah memberikan fasilitas dan membantu kelancaran pendidikan penulis selama perkuliahan hingga selesai.

2. Bapak Drs. Immanuel S. Meliala, M.Si., Apt., dan Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu dan kesabaran yang begitu besar dalam membimbing penulis selama penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini.


(5)

3. Bapak Hari Ronaldo Tanjung, S.Si, M.Sc., Apt., selaku penasihat akademik yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama masa perkuliahan. 4. Bapak dan Ibu beserta seluruh staf Laboratorium Fitokimia dan Mikrobiologi

yang telah memberikan petunjuk dan saran serta fasilitas laboratorium selama penulis melakukan penelitian.

5. Sahabat-sahabatku Nina, Dewi, Wati, Rapita, Vera, Uci, Adhe, teman seperjuangan penelitian Dede dan seluruh teman-teman Ekstensi angkatan 2010 terima kasih untuk perhatian, semangat, doa, dan kebersamaannya selama ini serta seluruh pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan bantuan, motivasi dan inspirasi bagi penulis selama masa perkuliahan sampai penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Medan, Agustus 2012 Penulis,


(6)

SIFAT ANTIBAKTERI HASIL HIDROLISIS MINYAK KELAPA MURNI TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli

ABSTRAK

Minyak kelapa murni banyak mengandung asam lemak berantai sedang terutama asam laurat. Di dalam tubuh, asam laurat yang merupakan komponen utama minyak kelapa murni akan diubah menjadi senyawa monogliserida yang disebut monolaurin. Hidrolisis menggunakan NaOH akan menghasilkan asam laurat, monolaurin, dan dilaurin. Asam laurat dan monolaurin aktif sebagai antibakteri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh hidrolisis dengan NaOH terhadap sifat antibakteri minyak kelapa murni dalam whipped cream.

Minyak kelapa murni yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak kelapa murni yang diproduksi oleh Noery Vico Lhokseumawe – NAD. Hidrolisis penyabunan dilakukan dengan penambahan 25%, 50%, 75%, dan 100% NaOH dihitung dari bilangan penyabunan total. Sampel yang digunakan adalah whipped cream yang dibuat sendiri yang ditambahkan dengan minyak kelapa murni yang telah dihidrolisis. Pengujian daya hambat bakteri dilakukan terhadap bakteri Staphylococcus aureus (gram positif) dan Escherichia coli (gram negatif) dengan metode angka lempeng total.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat hidrolisis minyak kelapa murni maka sifat antibakteri juga akan semakin meningkat. Pada pengujian terhadap bakteri Staphylococcus aureus, untuk blanko jumlah koloninya 51x105 cfu, dan untuk pengujian minyak kelapa murni dalam whipped cream diperoleh 31x105 cfu. Angka lempeng total pada whipped cream dengan penambahan hasil hidrolisis minyak kelapa murni pada bakteri Staphylococcus aureus dengan konsentrasi 25% dan 50% berturut-turut adalah 25x105 cfu dan 19x105 cfu sedangkan dengan konsentrasi 75% dan 100% koloni bakteri tidak tumbuh. Pada pengujian terhadap bakteri Escherichia coli, untuk blanko diperoleh jumlah koloni 58x105 cfu dan untuk pengujian minyak kelapa murni dalam whipped cream diperoleh 55x105 cfu sedangkan pada whipped cream dengan penambahan hasil hidrolisis minyak kelapa murni konsentrasi 25%, 50%, 75% dan 100% berturut-turut adalah 50x105 cfu, 39x105 cfu, 29x105 cfu dan 26x105 cfu. Hasil penelitian yang dilakukan

menunjukkan bahwa hasil hidrolisis minyak kelapa murni dalam whipped cream efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus (gram positif) tetapi kurang efektif terhadap bakteri Escherichia coli (gram negatif).

Kata kunci: Minyak kelapa murni, hidrolisis, sifat antibakteri, Staphylococcus aureus, Escherichia coli


(7)

CHARECTERISTIC ANTIBACTERIAL OF HYDROLYSIS RESULT VIRGIN COCONUT OIL TO Staphylococcus aureus AND Escherichia coli

ABSTRACT

Virgin coconut oil contains the fatty acid chain is mainly lauric acid. In the body, lauric acid which is a major component of virgin coconut oil is converted into a compound called monoglyceride monolaurin. Hydrolysis using NaOH will produce lauric acid, monolaurin, and dilaurin. Lauric acid and monolaurin active as antibacterial. Purpose of this study was to see the effect of hydrolysis with NaOH to the antibacterial properties of virgin coconut oil in a whipped cream.

Virgin coconut oil used in this study were produced by Noery Vico Lhokseumawe - NAD. Hydrolysis carried out by the addition of saponification of 25%, 50%, 75%, and 100% NaOH saponification number was calculated from the total. The sample used is a self-made whipped cream is added with virgin coconut oil that has been hydrolyzed. Tests conducted on the inhibition of the bacteria Staphylococcus aureus bacteria (gram positive) and Escherichia coli (gram negative) to the total plate count method.

The results showed that the higher degree of hydrolysis of the virgin coconut oil antibacterial properties will also increase. On examination of the bacteria Staphylococcus aureus, for blank the number of colonies 51x105 cfu, and testing of virgin coconut oil in whipped cream is 31x105 cfu. Total plate count on whipe cream with the addition results of hydrolysis of virgin coconut oil for the bacteria Staphylococcus aureus with concentration of 25% and 50% respectively is 25x105 cfu and 19x105 cfu but the concentration of 75% and 100% of bacterial colonies did not grow. On examination of the bacteria Escherichia coli, the number of colonies for the blank is 58x105 cfu and examination of the virgin coconut oil in whipped cream is 55x105 cfu but on whipped cream with the addition results of hydrolysis of virgin coconut oil concentration of 25%, 50%, 75% and 100% respectively is 50x105 cfu, 39x105 cfu, 29x105 cfu and 26x105 cfu. The results have shown that the results of hydrolysis of virgin coconut oil in whipped cream is effective in inhibiting the growth of the bacteria Staphylococcus aureus (gram positive) but less effective against the bacteria Escherichia coli (gram negative).

Key words: Virgin coconut oil, hydrolysis, anti-bacterial properties, Staphylococcus aureus, Escherichia coli


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ………... i

LEMBAR PENGESAHAN …... iii

KATA PENGANTAR ……… iv

ABSTRAK ………... vi

ABSTRACT ………... vii

DAFTAR ISI ……….………... viii

DAFTAR TABEL ……….…………... viii

DAFTAR GAMBAR ……….…………... ix

DAFTAR LAMPIRAN ……….………... x

BAB I PENDAHULUAN ……….………... 1

1.1 Latar Belakang …... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ………... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..…………... 5

2.1 Minyak Kelapa Murni ... 5

2.2 Asam Lemak ...….………... ... 7

2.3 Trigliserida ….……… ……….. 9

2.4 Hidrolisis Lemak ……… 10


(9)

2.6 Penentuan Aktivitas Antibakteri ………. 13

2.7 Bilangan Asam …... .……….. ... 15

BAB III METODE PENELITIAN ……….………. 16

3.1 Alat-alat ……….. 16

3.2 Bahan ……….. 16

3.3 Penyiapan Bahan ……….... 17

3.3.1 Pembuatan Larutan Pereaksi ………. 17

3.3.1.1 Larutan HCl 0,5 N ……… 17

3.3.1.2 Larutan NaOH metanol 0,5 N ……….. 17

3.3.1.3 Larutan Merah Metil ………. 17

3.3.1.4 Larutan Fenolftalein ……….. 18

3.3.1.5 Larutan KOH 0,1 N ………... 18

3.3.1.6 Larutan Alkohol 95% Netral ……...………….. 18

3.3.2 Penyiapan Alat dan Bahan untuk Pengujian Sifat Antibakteri .…. ………. 18

3.3.2.1 Sterilisasi Alat ………... 18

3.3.2.2 Pembuatan Media Nutrient Agar ……….. 18

3.3.2.3 Pembuatan Media Plate Count Agar …………. 19

3.3.2.4 Pembuatan Larutan NaCl 0,9 % ... 19

3.3.2.5 Pembuatan Agar Miring ……… 19

3.4 Hidrolisis Minyak Kelapa Murni .………..……… 20

3.5 Penentuan Bilangan Asam Minyak Kelapa Murni dan Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Murni ……….. 21

3.6 Pembuatan Whipped Cream ……..………. 21

3.6.1 Pembuatan Campuran Whipped Cream dengan Minyak Kelapa Murni ………..………. 22


(10)

3.6.2 Pembuatan Campuran Whipped Cream dengan Hasil

Hidrolisis Minyak Kelapa Murni ………..………. 22

3.7 Pengujian Sifat Antibakteri Minyak Kelapa Murni dan Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Murni dalam Whipped Cream .... 22

3.7.1 Peremajaan Bakteri ……….. 22

3.7.2 Pembuatan Inokulum ……….……… 22

3.7.3 Pengenceran Inokulum ………..……. 23

3.7.4 Pengujian Pertumbuhan Bakteri dalam Whipped Cream (Blanko) ………..…... 23

3.7.5 Pengujian Sifat Antibakteri pada Campuran Whipped Cream dengan Minyak Kelapa Murni ……….… 23

3.7.6 Pengujian Sifat Antibakteri pada Campuran Whipped Cream dengan Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Murni ……….… 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………. .. 25

4.1 Bilangan Asam Minyak Kelapa Murni dan Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Murni ………. 25

4.2 Sifat Antibakteri Minyak Kelapa Murni dan Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Murni dalam Whipped Cream …..…………. 26

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

5.1 Kesimpulan ... 31

5.2 Saran ... 31

DAFTAR PUSTAKA... 32


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Standar Mutu Minyak Kelapa Murni Berdasarkan

SNI 7381:2008 ……….... 6 Tabel 2.2 Kandungan Asam Lemak per 100 g Minyak Kelapa …………. 9 Tabel 4.1 Bobot Minyak Kelapa Murni dan Bilangan Asam Sebelum

dan Setelah Hidrolisis ………..….…… 25 Tabel 4.2 Sifat Antibakteri Minyak Kelapa Murni dan Hasil Hidrolisis

Minyak Kelapa Murni terhadap Bakteri Staphylococcus


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 4.1 Angka Lempeng Total pada Bakteri Uji Staphylococcus

aureus dan Escherichia coli ………..………….. 27 Gambar 4.2 Grafik Sifat Antibakteri Minyak Kelapa Murni dan

HasilHidrolisis Minyak Kelapa Murni dalam Whipped


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Minyak Kelapa Murni yang Digunakan dalam Penelitian .. 34 Lampiran 2 Perhitungan Bilangan Penyabunan Total Minyak Kelapa

Murni ………... 35

Lampiran 3 Perhitungan Jumlah NaOH-metanol yang Digunakan

dalam Hidrolisis Metode Penyabunan ………..…..…. 38 Lampiran 4 Perhitungan Bilangan Asam ………..….…. 47 Lampiran 5 Gambar Angka Lempeng Total Bakteri Uji ………. 49 Lampiran 6 Sifat Antibakteri Minyak Kelapa Murni dan Hasil

Hidrolisis Minyak Kelapa Murni dalam Whipped

Cream ………..…………. 51

Lampiran 7 Grafik Sifat Antibakteri Minyak Kelapa Murni dan Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Murni dalam Whipped


(14)

SIFAT ANTIBAKTERI HASIL HIDROLISIS MINYAK KELAPA MURNI TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli

ABSTRAK

Minyak kelapa murni banyak mengandung asam lemak berantai sedang terutama asam laurat. Di dalam tubuh, asam laurat yang merupakan komponen utama minyak kelapa murni akan diubah menjadi senyawa monogliserida yang disebut monolaurin. Hidrolisis menggunakan NaOH akan menghasilkan asam laurat, monolaurin, dan dilaurin. Asam laurat dan monolaurin aktif sebagai antibakteri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh hidrolisis dengan NaOH terhadap sifat antibakteri minyak kelapa murni dalam whipped cream.

Minyak kelapa murni yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak kelapa murni yang diproduksi oleh Noery Vico Lhokseumawe – NAD. Hidrolisis penyabunan dilakukan dengan penambahan 25%, 50%, 75%, dan 100% NaOH dihitung dari bilangan penyabunan total. Sampel yang digunakan adalah whipped cream yang dibuat sendiri yang ditambahkan dengan minyak kelapa murni yang telah dihidrolisis. Pengujian daya hambat bakteri dilakukan terhadap bakteri Staphylococcus aureus (gram positif) dan Escherichia coli (gram negatif) dengan metode angka lempeng total.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat hidrolisis minyak kelapa murni maka sifat antibakteri juga akan semakin meningkat. Pada pengujian terhadap bakteri Staphylococcus aureus, untuk blanko jumlah koloninya 51x105 cfu, dan untuk pengujian minyak kelapa murni dalam whipped cream diperoleh 31x105 cfu. Angka lempeng total pada whipped cream dengan penambahan hasil hidrolisis minyak kelapa murni pada bakteri Staphylococcus aureus dengan konsentrasi 25% dan 50% berturut-turut adalah 25x105 cfu dan 19x105 cfu sedangkan dengan konsentrasi 75% dan 100% koloni bakteri tidak tumbuh. Pada pengujian terhadap bakteri Escherichia coli, untuk blanko diperoleh jumlah koloni 58x105 cfu dan untuk pengujian minyak kelapa murni dalam whipped cream diperoleh 55x105 cfu sedangkan pada whipped cream dengan penambahan hasil hidrolisis minyak kelapa murni konsentrasi 25%, 50%, 75% dan 100% berturut-turut adalah 50x105 cfu, 39x105 cfu, 29x105 cfu dan 26x105 cfu. Hasil penelitian yang dilakukan

menunjukkan bahwa hasil hidrolisis minyak kelapa murni dalam whipped cream efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus (gram positif) tetapi kurang efektif terhadap bakteri Escherichia coli (gram negatif).

Kata kunci: Minyak kelapa murni, hidrolisis, sifat antibakteri, Staphylococcus aureus, Escherichia coli


(15)

CHARECTERISTIC ANTIBACTERIAL OF HYDROLYSIS RESULT VIRGIN COCONUT OIL TO Staphylococcus aureus AND Escherichia coli

ABSTRACT

Virgin coconut oil contains the fatty acid chain is mainly lauric acid. In the body, lauric acid which is a major component of virgin coconut oil is converted into a compound called monoglyceride monolaurin. Hydrolysis using NaOH will produce lauric acid, monolaurin, and dilaurin. Lauric acid and monolaurin active as antibacterial. Purpose of this study was to see the effect of hydrolysis with NaOH to the antibacterial properties of virgin coconut oil in a whipped cream.

Virgin coconut oil used in this study were produced by Noery Vico Lhokseumawe - NAD. Hydrolysis carried out by the addition of saponification of 25%, 50%, 75%, and 100% NaOH saponification number was calculated from the total. The sample used is a self-made whipped cream is added with virgin coconut oil that has been hydrolyzed. Tests conducted on the inhibition of the bacteria Staphylococcus aureus bacteria (gram positive) and Escherichia coli (gram negative) to the total plate count method.

The results showed that the higher degree of hydrolysis of the virgin coconut oil antibacterial properties will also increase. On examination of the bacteria Staphylococcus aureus, for blank the number of colonies 51x105 cfu, and testing of virgin coconut oil in whipped cream is 31x105 cfu. Total plate count on whipe cream with the addition results of hydrolysis of virgin coconut oil for the bacteria Staphylococcus aureus with concentration of 25% and 50% respectively is 25x105 cfu and 19x105 cfu but the concentration of 75% and 100% of bacterial colonies did not grow. On examination of the bacteria Escherichia coli, the number of colonies for the blank is 58x105 cfu and examination of the virgin coconut oil in whipped cream is 55x105 cfu but on whipped cream with the addition results of hydrolysis of virgin coconut oil concentration of 25%, 50%, 75% and 100% respectively is 50x105 cfu, 39x105 cfu, 29x105 cfu and 26x105 cfu. The results have shown that the results of hydrolysis of virgin coconut oil in whipped cream is effective in inhibiting the growth of the bacteria Staphylococcus aureus (gram positive) but less effective against the bacteria Escherichia coli (gram negative).

Key words: Virgin coconut oil, hydrolysis, anti-bacterial properties, Staphylococcus aureus, Escherichia coli


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Minyak kelapa murni (VCO) merupakan salah satu hasil olahan dari buah kelapa (Cocos nucifera L). Tanaman kelapa banyak tumbuh didaerah tropis sehingga minyaknya disebut juga minyak tropis (tropical oil). Sejak zaman dahulu, minyak kelapa sudah sering digunakan. Namun, dalam dekade 90-an, minyak kelapa hilang dari peredaran. Kini, VCO banyak diminati orang karena diyakini berkhasiat obat (Sutarmi dan Rozaline, 2005).

Kandungan asam lemak jenuh dalam VCO didominasi oleh asam laurat dan asam miristat, sedangkan kandungan asam lemak lainnya rendah. Tingginya asam lemak jenuh yang dikandungnya menyebabkan VCO tahan terhadap proses ketengikan akibat oksidasi (Syah, 2005).

Minyak kelapa sebenarnya memiliki banyak kelebihan, 50% asam lemak pada minyak kelapa adalah asam laurat dan 7% asam kaprilat. Kedua asam tersebut merupakan asam lemak jenuh rantai sedang yang mudah dimetabolisme dan bersifat antimikroba (antivirus, antibakteri, dan antijamur) sehingga dapat meningkatkan imun tubuh (kekebalan tubuh) dan mudah menjadi energi (Sutarmi dan Rozaline, 2005).

Sifat antimikroba dari minyak kelapa terutama tergantung pada adanya monogliserida, dan asam lemak bebas. Monogliserida aktif sebagai antimikroba tetapi digliserida dan trigliserida tidak. Asam lemak yang paling aktif adalah asam laurat (Lieberman, 2006).


(17)

Di dalam tubuh, asam laurat akan diubah menjadi monogliserida yang disebut monolaurin. Senyawa ini merupakan bahan dalam sistem kekebalan tubuh. Sistem kekebalan tubuh kita dapat dengan mudah menghancurkan mikroba-mikroba dengan bantuan monolaurin tersebut. Asam lemak bebas mampu menghambat pertumbuhan bakteri gram positif, misalnya Staphylococcus aureus, tetapi untuk bakteri gram negatif, misalnya Escherichia coli, asam lemak bebas tidak mampu mengatasinya. Uji aktivitas antibakteri minyak kelapa murni terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli pernah dilakukan di LIPI dan hasilnya diketahui bahwa minyak kelapa murni mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus (garm positif) tetapi sama sekali tidak mampu menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli (gram negatif) (Darmoyuwono, 2006; Subroto, 2006).

Untuk memperoleh monogliserida dari trigliserida yang terkandung dalam minyak kelapa murni adalah dengan melakukan hidrolisis. Penambahan NaOH yang berlebih akan menghidrolisis semua trigliserida menjadi gliserol dan sabun (Ketaren, 2005).

Untuk mendapatkan manfaat bagi kesehatan, minyak kelapa murni bisa dikonsumsi langsung ataupun digunakan untuk menggoreng atau menumis makanan. Saran lain dalam mengkonsumsi minyak kelapa murni adalah dengan mengoleskannya pada roti, selayaknya menggunakan mentega. Butter cream atau yang biasa dikenal dengan whipped cream merupakan salah satu produk makanan yang terbuat dari mentega. Whipped cream sering digunakan untuk menghias roti oleh masyarakat dan toko roti pada khususnya dan biasanya whipped cream ini tidak tahan lama walaupun disimpan di dalam kulkas. Kerusakan pangan dapat


(18)

disebabkan oleh adanya mikroba. Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli merupakan bakeri yang sering terdapat dalam makanan (Sutarmi, 2005; Anonim, 2011).

Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti ingin membuat whipped cream yang ditambahkan dengan hasil hidrolisis minyak kelapa murni dan melihat sifat antibakteri dari hasil hidrolisis minyak kelapa murni terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus (gram positif) dan Escherichia coli (gram negatif) dengan mengetahui berapa banyak jumlah bakteri yang dapat dihambat oleh hasil hirolisis minyak kelapa murni tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Angka Lempeng Total (ALT), dimana metode ini didasarkan pada jumlah kolini yang tumbuh pada media merupakan jumlah mikroba yang hidup yang terkandung didalam sampel.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang penelitian di atas, dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah hasil hidrolisis minyak kelapa murni efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus tetapi tidak efektif terhadap bakteri Escherichia coli.

2. Bagaimana pengaruh tingkat hidrolisis minyak kelapa murni dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.


(19)

1.3Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil hidrolisis minyak kelapa murni efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus tetapi tidak efektif terhadap bakteri Escherichia coli.

2. Semakin tinggi tingkat hidrolisis maka semakin tinggi pula sifat antibakteri hasil hidrolisis minyak kelapa murni dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sifat antibakteri hasil hidrolisis minyak kelapa murni yang ditambahkan kedalam whipped cream dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.

2. Untuk mengetahui hubungan penambahan NaOH dalam hidrolisis minyak kelapa murni terhadap peningkatan sifat antibakteri hasil hidrolisis minyak kelapa murni dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi tentang pengaruh hidrolisis minyak kelapa murni terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minyak Kelapa Murni

Buah kelapa memilki cukup banyak manfaat, yaitu sebagai minyak makan atau santan dalam sayur-sayuran. Minyak kelapa murni mengandung asam laurat yang tinggi. Asam laurat adalah asam lemak jenuh yang berantai medium atau biasa disebut Medium Chain Fatty Acid (MCFA). Dalam minyak kelapa murni terkandung energi sebanyak 6,8 kal/gr dan MCFA sebanyak 92% (Gani, 2005).

Saat ini minyak kelapa banyak digunakan sebagai obat. Minyak kelapa yang dijadikan sebagai obat biasanya disebut minyak kelapa murni (virgin coconut oil/ VCO). Berbagai penyakit yang berasal dari virus dapat ditangkal dengan mengkonsumsi minyak kelapa murni, seperti flu burung, HIV/AIDS, hepatitis, dan jenis virus lainnya. Selain itu, minyak kelapa murni dapat juga mengatasi kegemukan, penyakit kulit, darah tinggi, dan diabetes (Sutarmi dan Rozaline, 2005).

Menurut SNI 7381:2008 minyak kelapa murni adalah minyak yang diperoleh dari daging buah kelapa (Cocos nucifera L.) tua yang segar dan diproses dengan diperas dengan atau tanpa penambahan air, tanpa pemanasan atau pemanasan tidak lebih dari 60OC dan aman untuk dikonsumsi. Minyak kelapa murni tidak berwarna (bening), tidak berasa, serta mempunyai aroma yang harum dan khas (Gani, 2005). Standar mutu minyak kelapa murni dapat dilihat pada Tabel 2.1.


(21)

Tabel 2.1. Standar Mutu Minyak Kelapa Murni Berdasarkan SNI 7381:2008

No. Jenis Uji Satuan Persyaratan

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Keadaan: 1.1 Bau 1.2 Rasa 1.3 Warna

Air dan senyawa yang menguap

Bilangan iod

Asam lemak bebas (dihitung sebagai asam laurat)

Bilangan peroksida Asam lemak:

6.1 Asam kaproat (C6:0) 6.2 Asam kaprilat (C8:0) 6.3 Asam kaprat (C10:0) 6.4 Asam laurat (C12:0) 6.5 Asam miristat (C14:0) 6.6 Asam palmitat (C16:0) 6.7 Asam stearat (C18) 6.8 Asam oleat (C18:1) 6.9 Asam linoleat (C18:2) 6.10 Asam linolenat (C18:3) Cemaran mikroba

7.1 Angka lempeng total Cemaran logam:

8.1 Timbal (Pb) 8.2 Tembaga (Cu) 8.3 Besi (Fe) 8.4 Cadmium (Cd) Cemaran Arsen (As)

%

g iod/100 g % mg ek/kg % % % % % % % % % % koloni/ml mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg

Khas kelapa segar, tidak tengik Normal, khas minyak kelapa Tidak berwarna hingga kuning

pucat Maks. 0,2

4,1 – 11,0 Maks 0,2

Maks 0,2

ND – 0,7 4,6 – 10,0

5,0 – 8,0 45,1 – 53,2

16,8 – 21 7,5 – 10,2 2,0 – 4,0 5,0 – 10,0

1,0 – 2,5 ND – 0,2

Maks 10 Maks 0,1 Maks 0,4 Maks 5,0 Maks 0,1 Maks 0,1


(22)

Minyak kelapa murni mempunyai sifat tahan terhadap panas, cahaya, oksigen, dan proses degradasi. Sifat itu membuat minyak kelapa murni dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Dalam pemanfaatannya, minyak kelapa murni dapat dikonsumsi secara langsung ataupun dicampur dengan makanan (Gani, 2005).

VCO mempunyai kandungan asam lemak jenuh yang tinggi. VCO mengandung sekitar 92% asam lemak jenuh yang terdiri dari asam laurat, miristat, dan palmitat. Kandungan asam lemak jenuh dalam VCO didominasi oleh asam laurat dan asam miristat, sedangkan kandungan asam lemak lainnya rendah. Tingginya asam lemak jenuh yang dikandungnya menyebabkan VCO tahan terhadap proses ketengikan akibat oksidasi (Syah, 2005).

2.2Asam Lemak

Asam lemak terdiri dari elemen karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O) yang tersusun berupa rantai karbon dengan gugus karboksil (-COOH) padasalah satu ujungnya. Asam lemak diperoleh dari hasil hidrolisis lemak. Asam lemak digolongkan menjadi tiga yaitu berdasarkan panjang rantai asam lemak, tingkat kejenuhan, dan bentuk isomer geometrisnya (Darmoyuwono, 2005).

a. Asam lemak berdasarkan panjang rantai terbagi atas:

1. Asam lemak rantai pendek (Short Chain Fatty Acid, SCFA), mempunyai atom karbon lebih rendah dari 8

2. Asam lemak rantai sedang (Medium Chain Fatty Acid, MCFA), mempunyai atom karbon 8 sampai 12

3. Asam lemak rantai panjang (Long Chain Fatty Acid, LCFA), mempunyai atom karbon 14 atau lebih.


(23)

b. Asam lemak berdasarkan ada tidaknya ikatan rangkap terbagi atas:

1. Asam lemak jenuh (Saturated Fatty Acid), tidak mempunyai ikatan rangkap

2. Asam lemak tak jenuh rantai tunggal (Mono Unsaturated Fatty Acid), memiliki satu ikatan rangkap

3. Asam lemak tak jenuh rantai jamak (Poly Unsaturated Fatty Acid), memiliki lebih dari satu ikatan rangkap.

c. Asam lemak berdasarkan bentuk isomer geometrisnya terbagi atas: 1. Asam lemak tak jenuh bentuk cis

2. Asam lemak tak jenuh bentuk trans

Perbedaan asam lemak yang dimiliki setiap minyak membuat proses pencernaan dan metabolisme di dalam tubuh berbeda. Perlu diketahui bahwa semua minyak sayur yang banyak dijual dipasaran tergolong asam lemak rantai panjang. Jenis-jenis asam lemak yang terkandung dalam minyak sayur (kedelai, jagung, biji bunga matahari) terdiri atas 18 atau lebih atom karbon dan sebagian besar adalah golongan asam lemak tidak jenuh. Berbeda dengan minyak kelapa yang 92% merupakan asam lemak golongan rantai karbon medium (MCFA) yang terdiri atas 12 atom karbon yang diikat jenuh (tidak ada ikatan rangkap) (Gani, 2005).

Minyak kelapa mengandung asam laurat dengan kadar paling tinggi seperti pada Air Susu Ibu (ASI, sekitar 50%). Asam laurat ini berkhasiat sebagai antimikroba alami yang ampuh membunuh berbagai kuman, virus dan jamur. Kandungan asam lemak yang terdapat didalam minyak kelapa dapat dilihat pada Tabel 2.2.


(24)

Tabel 2.2. Kandungan Asam Lemak per 100 g Minyak Kelapa

Asam Lemak Jumlah (%)

Asam lemak jenuh : Asam kaproat

Asam kaprilat Asam kaprat Asam laurat Asam miristat Asam palmitat Asam stearat Asam arachidat

Asam lemak tidak jenuh : Asam palmitoleat

Asam oleat Asam linoleat

0,0 – 0,8 5,5 – 9,5 4,5 – 9,5 44,0 – 52,0 13,0 – 19,0 7,5 – 10,5

1,0 – 3,0 0,0 – 0,4

0,0 – 1,3 5,0 – 8,0 1,5 – 2,5

2.3Trigliserida

Trigliserida adalah komponen utama minyak sayur dan lemak hewan. Trigliserida memiliki berat jenis lebih rendah dibanding air dan pada suhu kamar normal dapat berada dalam keadaan padat atau cair. Apabila padat maka disebut lemak, sedangkan apabila cair disebut minyak. Trigliserida disebut juga triacilgliserol (TAG), yaitu senyawa kimia yang terbentuk dari satu molekul gliserol dan tiga asam lemak (Darmoyuwono, 2005).

Gliserol adalah alkohol trihidrat (mengandung tiga gugus hidroksil, atau –OH) yang dapat bergabung dengan sampai tiga asam lemak sehingga membentuk monogliserida, digliserida, dan trigliserida. Monogliserida, digliserida, dan trigliserida digolongkan sebagai senyawa ester yaitu senyawa


(25)

yang terbentuk dari reaksi antara asam dan alkohol yang melepaskan air (H2O) sebagai hasil samping (Darmoyuwono, 2005).

2.4 Hidrolisis Lemak

Dalam reaksi hidrolisis, minyak akan diubah menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisis dapat mengakibatkan kerusakan minyak. Reaksi hidrolisis ini dapat terjadi karena terdapatnya sejumlah air dalam minyak. Reaksi ini akan mengakibatkan bau tengik pada minyak. Proses hidrolisis yang disengaja, biasanya dilakukan dengan penambahan sejumlah basa seperti KOH atau NaOH. Proses ini dikenal sebagai reaksi penyabunan. Proses penyabunan ini banyak dipergunakan dalam industri (Ketaren, 2005).

Pada proses penyabunan, pemberian KOH atau NaOH yang berlebih akan menyebabkan terjadinya penyabunan yang sempurna atau hidrolisis total (Fessenden dan Fessenden 1989, Ketaren 2005). Tetapi apabila jumlah KOH atau NaOH yang digunakan lebih sedikit dari jumlah minyak yang akan dihidrolisis maka tidak semua minyak akan tersabunkan atau disebut juga hidrolisis parsial (Darmoyuwono, 2006).

Bilangan penyabunan adalah jumlah miligram KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram minyak atau lemak. Besarnya bilangan penyabunan tergantung dari berat molekul. Minyak yang mempunyai berat molekul rendah akan mempunyai bilangan penyabunan yang tinggi dan sebaliknya minyak yang mempunyai berat molekul tinggi mempunyai bilangan penyabunan yang rendah. Dalam penetapan bilangan penyabunan biasanya dipergunakan adalah larutan KOH. Bilangan penyabunan untuk minyak kelapa murni adalah 250 – 260 mg KOH/g minyak (Ketaren, 2005; Subroto, 2006).


(26)

Reaksi penyabunan:

O O

CH2 – O – C – R1 R1 – C – O – Na

O CH2 OH O

CH – O – C – R2 + 3NaOH CH OH + R2 – C – O – Na

O CH2 OH O

CH2 – O – C – R3 R3 – C – O – Na

trigliserida basa gliserol sabun

Penetapan bilangan penyabunan dapat dilakukan dengan cara ditimbang sebanyak 5 gram minyak di dalam labu erlenmeyer 250 ml. Ditambahkan sebanyak 50 ml NaOH metanol 0,5 N. Labu erlenmeyer dihubungkan dengan pendingin tegak kemudian dididihkan selama 3 jam. Larutan didinginkan dan bagian dalam dari pendingin tegak dibilas dengan sedikit air. Larutan ditambahkan 1 ml indikator fenolftalein kemudian dititrasi dengan HCl 0,5 N sampai warna merah muda menghilang (Ketaren, 2005). Bilangan penyabunan dihitung dengan rumus:

(ml NaOH x N NaOH) – (ml HCl x N HCl)

Bilangan Penyabunan = x BM NaOH

g minyak

Untuk hidrolisis parsial dari minyak dilakukan dengan memodifikasi prosedur bilangan penyabunan diatas, yaitu dengan mengurangi volume NaOH yang digunakan sesuai dengan tingkat hidrolisis. Misalnya untuk hidrolisis 50%, maka volume NaOH yang ditambahkan adalah setengah dari volume NaOH yang digunakan pada penetapan bilangan penyabunan (Darmoyuwono, 2006).


(27)

2.5 Sifat Antibakteri Minyak Kelapa Murni

Minyak kelapa murni memiliki beberapa keunggulan yaitu kandungan asam laurat tinggi, komposisi asam lemak rantai mediumnya tinggi dan berat molekulnya rendah. Asam laurat merupakan asam lemak rantai sedang karena jumlah karbonnya 12. Banyak penelitian yang telah dilakukan dan diperoleh bahwa asam laurat di dalam tubuh manusia akan diubah menjadi monolaurin. Monolaurin ini bersifat sebagai antivirus, antibakteri, dan antijamur. Minyak kelapa murni juga mengandung asam kaprat yang berantai sedang dengan jumlah karbon 10. Asam kaprat ini pun bermanfaat bagi kesehatan dimana di dalam tubuh asam kaprat akan diubah menjadi monokaprin. Monokaprin sangat bermanfaat sebagai antivirus seperti virus HIV (Rindengan, 2004).

Asam laurat pertama kali ditemukan dalam minyak kelapa oleh prof. Dr. John J Kabara, dari Departement of Chemistry and Pharmacology, Michigan State University, Amerika, tahun 1960an. Manfaat asam laurat antara lain dapat membunuh berbagai jenis mikroba. Sifat asam laurat dapat melarutkan membran virus sehingga akan menggangu kekebalan virus. Hal ini akan membuat virus tersebut inaktivasi. Sementara itu asam kaprilat yang terdapat pada minyak kelapa murni sangat potensi untuk mematikan jamur (Sutarmi dan Rozaline, 2005).

Trigliserida terdiri dari tiga asam lemak yang diikat bersama oleh gliserol. Bila kita mengkonsumsi VCO maka trigliseridanya di dalam tubuh akan dipecah menjadi digliserida, monogliserida, dan asam lemak bebas. Asam lemak dalam VCO yang paling aktif sebagai antibakteri adalah asam laurat dan asam kaprat beserta monogliseridanya monolaurin dan monokaprin (Subroto, 2006).


(28)

Sistem kekebalan tubuh kita dapat dengan mudah menghancurkan mikroba-mikroba dengan bantuan monolaurin. Produksi monolaurin ini hanya dimungkinkan apabila kita mengkonsumsi asam laurat, misalnya dari minyak kelapa (Darmoyuwono, 2005).

Aktifitas antimikroba dari asam lemak dipengaruhi oleh pH yang merupakan faktor penentu bakteri dapat mati atau hanya terinaktivasi. pH dari asam lemak rantai pendek (asam kaproat, asam kaprilat, dan asam kaprat) yang berfungsi baik sebagai antimikroba adalah 6,5-7,5. Namun untuk asam lemak rantai sedang (asam laurat dan asam miristat), pH minimum 6,5 sudah mampu membunuh bakteri (Syah, 2005).

2.6Penentuan Aktivitas Antibakteri

Secara umum, ada dua metode yang dapat digunakan untuk penentuan aktivitas antibakteri dari suatu zat. Yang pertama yaitu penentuan aktivitas antibakteri dengan menggunakan lempeng silinder. Metode ini berdasarkan difusi antibiotik dari silinder yang dipasang tegak lurus pada lapisan agar padat dalam cawan petri sehingga bakteri yang ditambahkan akan dihambat pertumbuhannya pada daerah berupa lingkaran atau zona bening disekeliling silinder yang berisi larutan antibiotik. Metode kedua yaitu penentuan dengan cara menggunakan tabung atau turbidimetri. Metode ini berdasarkan atas hambatan pertumbuhan biakan mikroba dalam larutan serba sama antibiotik dalam media cair yang dapat menumbuhkan mikroba dengan cepat bila tidak terdapat antibiotik (Ditjen POM, 1995).

Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui aktivitas antibakteri dari minyak kelapa murni. Penelitian yang dilakukan oleh


(29)

Sulistiyaningsih, dkk., (2007), melakukan pengujian aktivitas antibakteri minyak kelapa murni dengan menggunakan metode difusi agar. Pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa minyak kelapa murni dengan konsentrasi 55% (550000 ppm) aktivitas terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa masing-masing sebanding dengan 16,788 ppm dan 152,405 ppm baku tetrasiklin. Untuk pengujian aktivitas antibakteri monolaurin terhadap Staphylococcus aureus, telah dilakukan oleh Widiyarti dkk (2009) dengan menggunakan metode perforasi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa aktivitas antibakteri senyawa α -monolaurin hasil sintesis sama dengan α-monolaurin standar sedangkan pengujian terhadap VCO dan krem yang mengandung VCO telah dilakukan oleh Ginting (2008) dengan menggunakan pencadang gelas. Pada penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa VCO mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa.

Pada penelitian ini, pengujian sifat antibakteri hasil hidrolisis minyak kelapa murni terhadap pertumbuhan bakteri Staphyllococcus aureus dan Escherichia coli dilakukan dengan menggunakan metode Angka Lempeng Total (ALT). Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa setiap sel yang dapat hidup akan berkembang menjadi suatu koloni. Jumlah koloni yang muncul pada cawan merupakan jumlah mikroba yang hidup yang terkandung dalam sampel.

Prinsip dari metode Angka Lempeng Total adalah bila sel mikroba yang masih hidup ditumbuhkan pada medium, maka mikroba tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan kemudian dihitung tanpa menggunakan mikroskop. Pada metode ini dilakukan pengenceran sebelumnya yang kemudian ditumbuhkan pada medium agar di


(30)

dalam cawan petri. Setelah inkubasi, akan terbentuk koloni pada cawan tersebut dalam jumlah yang dapat dihitung, dimana jumlah yang terbaik adalah antara 30-300 koloni. Jumlah mikroba dalam sampel ditentukan dengan mengalikan jumlah koloni dengan faktor pengenceran pada cawan yang bersangkutan. Metode ini dibedakan atas dua cara, yaitu metode tuang dan metode sebar (Waluyo, 2008). 2.7 Bilangan Asam

Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah miligram KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam-asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak atau lemak. Bilangan asam dipergunakan untuk mengukur jumlah asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak atau lemak. Untuk penetapan bilangan asam dapat dilakukan dengan cara ditimbang 10 gram minyak atau lemak ke dalam erlenmeyer 200 ml. Selanjutnya ditambahkan 50 ml alkohol 95% netral, kemudian dipanaskan selama 10 menit dalam penangas air. Larutan ini kemudian dititrasi dengan KOH 0,1 N dengan menggunakan indikator fenolftalein sampai tepat terlihat warna merah muda (Ketaren, 2005).

Bilangan asam dihitung dengan rumus: A x N x BM KOH Bilangan Asam =

G

Keterangan:

A = jumlah ml KOH untuk titrasi N = normalitas larutan KOH G = bobot minyak (gram) BM KOH = 56,1


(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fitokimia dan Mikrobiologi Fakultas Farmasi USU Medan. Penelitian dilakukan berdasarkan metode eksperimental dengan meneliti pengaruh variabel bebas yaitu tingkat hidrolisis 25%, 50%, 75% dan 100% minyak kelapa murni terhadap variabel terikat yaitu daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli di dalam whipped cream yang dilakukan dengan metode Angka Lempeng Total.

3.1 Alat-alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca listrik maximum (Sartorius, Jepang), Hotplate (Heidolp, Jerman), Pendingin Tegak, Buret, Statif, Penangas air, klem, bola karet, autoklaf (Fisons), inkubator (Fiber Scientific), jarum ose, Laminar Air Flow Cabinet (Astec HLF 1200L), lemari pendingin (Toshiba), Hand Mixer (Tiger), cawan petri, pipet tetes, mikroskop (Olympus CX31), oven (Memmert), kamera (Sony), indikator universal (Merck), dan alat-alat gelas sesuai kebutuhan.

3.2Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah natrium hidroksida, kalium hidroksida, metanol, asam klorida, n-heksan, natrium sulfat, indikator fenolftalein, akuades. Bahan untuk pembuatan whipped cream yaitu mentega putih dan susu kental manis produksi PT. Frisian Flag Indonesia. Bahan pembuatan media bakteri yaitu media Plate Count Agar (Oxoid), media Nutrient


(32)

Agar (Oxoid), natrium klorida. Bakteri yang digunakan adalah bakteri Staphylococcus aureus ATCC 29737 dan Escherichia coli ATCC 87064, serta minyak kelapa murni produksi Noery Vico Lhokseumawe – NAD. Gambar minyak kelapa murni yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.3Penyiapan Bahan

3.3.1 Pembuatan Larutan Pereaksi 3.3.1.1Larutan HCl 0,5 N

Sebanyak 41,39 ml asam klorida pekat diencerkan dalam air suling hingga 1000 ml. Kemudian dilakukan pembakuan HCl 0,5 N dengan cara ditimbang sebanyak 0,25 gram natrium karbonat yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 270OC selama 1 jam, kemudian dilarutkan dalam 100 ml air. Dititrasi dengan larutan asam klorida menggunakan indikator merah metil sampai berwarna merah muda. Larutan dipanaskan hingga mendidih, kemudian didinginkan dan dititrasi kembali. Dipanaskan lagi hingga mendidih, dan dititasi lagi hingga warna merah muda tidak hilang dengan pendidihan lebih lanjut (Ditjen POM, 1995).

3.3.1.2Larutan NaOH metanol 0,5 N

Ditimbang sebanyak 20 gram pelet natrium hidroksida, kemudian dilarutkan dalam metanol hingga 1000 ml. Kemudian dilakukan pembakuan NaOH metanol 0,5 N dengan cara dipipet sebanyak 10 ml NaOH metanol 0,5 N kemudian dititrasi dengan HCl 0,5 N dengan menggunakan indikator fenolftalein sampai warna merah muda.

3.3.1.3Larutan Merah Metil


(33)

3.3.1.4Larutan Fenolftalein

Dilarutkan 1 gram fenolftalein dalam 100 ml etanol. 3.3.1.5Larutan KOH 0,1 N

Ditimbang sebanyak 5,61 gram pelet kalium hidroksida, kemudian dilarutkan dalam air hingga 1000 ml. Kemudian dilakukan pembakuan KOH 0,1 N dengan cara ditimbang sebanyak 0,3 gram kalium biftalat yang sebelumnya telah dihaluskan dan dikeringkan pada suhu 120OC selama 2 jam, dan dilarutkan dalam 75 ml air bebas karbon dioksida. Ditambahkan 2 tetes fenolftalein dan dititrasi dengan larutan kalium hidroksida hingga terjadi warna merah muda mantap.

3.3.1.6Larutan Alkohol 95% Netral

Sebanyak 480 ml alkohol 99% dilarutkan dalam air suling sampai 500 ml. Kemudian larutan dipindahkan ke dalam erlenmeyer, ditambahkan beberapa tetes indikator fenolftalein dan dititrasi dengan larutan KOH 0,1 N sampai terbentuk warna merah muda.

3.3.2Penyiapan Alat dan Bahan untuk Pengujian Sifat Antibakteri 3.3.2.1Sterilisasi Alat

Alat-alat dan bahan untuk pemeriksaan mikrobiologi harus disterilkan terlebih dahulu sebelum dipakai. Alat-alat gelas disterikan di oven pada suhu 170OC selama 2 jam dan media yang digunakan disterilkan di autoklaf pada suhu 121OC selama 15 menit, jarum ose dibakar dengan lampu bunsen.

3.3.2.2Pembuatan Media Nutrient Agar Komposisi: Beef Extract 3 gram


(34)

Agar 15 gram Air suling sampai 1 liter

Sebanyak 28 gram serbuk Nutrient Agar (NA) dilarutkan dalam air suling hingga 1 liter dengan bantuan pemanasan sampai semua bahan larut sempurna. Kemudian disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121OC selama 15 menit (Oxoid, 2006).

3.3.2.3Pembuatan Media Plate Count Agar Komposisi: Trypton 5,0 gram Ekstrak yeast 2,5 gram Glukosa 1,0 gram

Agar 9,0 gram

Air suling sampai 1 liter

Sebanyak 17,5 gram serbuk Plate Count Agar (PCA) dilarutkan dalam air suling sebanyak 1 liter, dipanaskan sampai mendidih sampai semua serbuk PCA larut, disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121OC selama 15 menit (Oxoid, 2006). 3.3.2.4Pembuatan Larutan NaCl 0,9%

Natrium klorida ditimbang sebanyak 9 gram lalu dilarutkan dalam air suling sedikit demi sedikit dalam labu ukur 1000 ml sampai larut sempurna. Lalu ditambahkan air suling sampai garis tanda. Larutan kemudian dipindahkan ke dalam wadah kaca dan disterilkan di autoklaf pada suhu 121OC selama 15 menit. 3.3.2.5Pembuatan Agar Miring

Kedalam tabung reaksi dimasukkan 3 ml media nutrien agar, didiamkan pada suhu kamar sampai sediaan membeku pada posisi miring 45O kemudian disimpan dalam lemari pendingin pada suhu 5OC.


(35)

3.4 Hidrolisis Minyak Kelapa Murni

Untuk penentuan bilangan penyabunan dilakukan prosedur sebagai berikut yaitu sejumlah 10 gram minyak ditimbang dalam labu alas 250 ml. Ditambahkan 100 ml NaOH metanol 0,5 N. Labu alas dihubungkan dengan pendingin tegak dan dipanaskan sampai tersabunkan sempurna (3 jam). Selanjutnya larutan didinginkan dan ditambahkan 1 ml larutan indikator fenolftalein, kemudian dititrasi dengan HCl 0,5 N sampai warna merah jambu menghilang. Bilangan Penyabunan dihitung dengan rumus:

(ml NaOH x N NaOH) – (ml HCl x N HCl)

Bilangan Penyabunan = x BM NaOH

gram minyak

Untuk hidrolisis parsial dari minyak dilakukan dengan memodifikasi prosedur bilangan penyabunan diatas, yaitu dengan mengurangi volume NaOH yang digunakan sesuai dengan tingkat hidrolisis. Volume NaOH yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 3.

Sejumlah 50 gram minyak ditimbang kemudian ditambahkan NaOH metanol 0,5 N sesuai tingkat hidrolisis 25%, 50%, 75% dan 100% kemudian labu alas dihubungkan dengan pendingin tegak dan dipanaskan selama 3 jam. Setelah penyabunan selesai maka campuran ditambahkan HCl 0,5 N untuk membebaskan asam lemak yang tersabunkan, selanjutnya diekstraksi 2 kali masing-masing dengan 50 ml heksan sehingga terbentuk dua lapisan. Lapisan atas (fraksi n-heksan) dikumpulkan kemudian ditambahkan 50 mg Na2SO4 anhidrat dan didiamkan selama 15 menit. Selanjutnya diuapkan di atas penangas air dalam cawan penguap untuk menghilangkan n-heksan. Minyak yang diperoleh


(36)

ditambahkan dalam pembuatan whipped cream dan diuji sifat antibakterinya (Permata, 2012).

3.5 Penentuan Bilangan Asam Minyak Kelapa Murni dan Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Murni

Penentuan bilangan asam dilakukan dengan cara ditimbang minyak kelapa murni sebanyak 5 gram di dalam erlenmeyer 200 ml. Ditambahkan 25 ml alkohol netral 95%, kemudian dipanaskan selama 10 menit dalam penangas air sambil diaduk. Larutan ini kemudian dititrasi dengan KOH 0,1 N dengan menggunakan indikator fenolftalein sampai tepat terlihat warna merah jambu. Dihitung bilangan asam dari minyak (Ketaren, 2005).

A x N x BM KOH Bilangan Asam =

G

Keterangan:

A = jumlah ml KOH untuk titrasi N = normalitas larutan KOH G = bobot minyak (gram) BM KOH = 56,1

3.6 Pembuatan Whipped Cream

Untuk pembuatan whipped cream dilakukan prosedur sebagai berikut yaitu sebanyak 400 gram mentega putih dan 50 ml susu kental manis dicampur dalam suatu wadah kemudian dikocok menggunakan mixer hingga mengembang dan homogen (Anonim, 2011).


(37)

3.6.1 Pembuatan Campuran Whipped Cream dengan Minyak Kelapa Murni

Minyak kelapa murni yang ditambahkan ke dalam whipped cream adalah 2% (Ginting, 2008). Ditimbang sebanyak 4,9 gram whipped cream kemudian ditambahkan 0,1 gram minyak kelapa murni dan selanjutnya campuran tersebut dilarutkan dengan n-heksan dengan perbandingan 1 : 1 kemudian diaduk hingga homogen.

3.6.2 Pembuatan Campuran Whipped Cream dengan Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Murni

Ditimbang sebanyak 4,9 gram whipped cream kemudian ditambahkan 0,1 gram hasil hidolisis minyak kelapa murni 25%, selanjutnya campuran tersebut dilarutkan dengan n-heksan dengan perbandingan 1 : 1 kemudian diaduk hingga homogen. Dilakukan hal yang sama untuk hasil hidrolisis minyak kelapa murni 50%, 75% dan 100%.

3.7 Pengujian Sifat Antibakteri Minyak Kelapa Murni dan Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Murni dalam Whipped Cream

3.7.1 Peremajaan Bakteri

Satu koloni bakteri diambil dari stok kultur dengan menggunakan jarum ose steril, lalu ditanam pada media NA miring dengan cara menggores. Kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 36-37OC selama 24 jam (Ditjen POM, 1995).

3.7.2 Pembuatan Inokulum

Koloni bakteri diambil dari peremajaan bakteri dengan jarum ose steril lalu disuspensikan dalam tabung reaksi yang berisi 10 ml larutan NaCl 0,9%. Kemudian diukur kekeruhan larutan pada panjang gelombang 580 nm sampai diperoleh transmitan 25% (konsentrasi bakteri 1x106 cfu/ml) (Ditjen POM, 1995).


(38)

3.7.3 Pengenceran Inokulum

Dari suspensi bakteri (konsentrasi bakteri 1x106 cfu/ml) diambil 1 ml lalu dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi 9 ml NaCl 0,9% sehingga diperoleh pengenceran 10-1. Dari pengenceran 10-1 dipipet 1 ml dan dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisis 9 ml NaCl 0,9% sehingga diperoleh pengenceran 10-2. Dilakukan hal yang sama sampai diperoleh pengenceran 10-5. 3.7.4 Pengujian Pertumbuhan Bakteri pada Whipped Cream (Blanko)

Dari pengenceran suspensi bakteri 10-5 dipipet sebanyak 0,1 ml dan dimasukkan kedalam cawan petri. Kemudian dituang media PCA sebanyak 20 ml kedalam cawan petri, cawan petri segera digoyang dan diputar sedemikian rupa hingga suspensi tersebar merata. Setelah media memadat, dimasukkan 0,1 ml whipped cream dengan metode sebar dan selanjutnya diinkubasi pada suhu 35–37OC selama 24 jam dengan posisi dibalik. Setelah itu diamati dan dihitung jumlah koloni yang tumbuh dengan menggunakan colony counter, dilakukan percobaan triplo. 3.7.5 Pengujian Sifat Antibakteri pada Campuran Whipped Cream dengan

Minyak Kelapa Murni

Dari pengenceran suspensi bakteri 10-5 dipipet sebanyak 0,1 ml dan dimasukkan kedalam cawan petri. Kemudian dituang media PCA sebanyak 20 ml kedalam cawan petri, cawan petri segera digoyang dan diputar sedemikian rupa hingga suspensi tersebar merata. Setelah media memadat, dimasukkan 0,1 ml campuran whipped cream dengan minyak kelapa murni dengan metode sebar. Cawan diinkubasi pada suhu 35–37OC selama 24 jam dengan posisi dibalik. Setelah itu diamati dan dihitung jumlah koloni yang tumbuh dengan menggunakan colony counter, dilakukan percobaan triplo.


(39)

3.7.6 Pengujian Sifat Antibakteri pada Campuran Whipped Cream dengan Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Murni

Dari pengenceran suspensi bakteri 10-5 dipipet sebanyak 0,1 ml dan dimasukkan kedalam cawan petri. Kemudian dituang media PCA sebanyak 20 ml kedalam cawan petri, cawan petri segera digoyang dan diputar sedemikian rupa hingga suspensi tersebar merata. Setelah media memadat, dimasukkan 0,1 ml campuran whipped cream dengan hasil hidolisis minyak kelapa murni 25% dengan metode sebar. Cawan diinkubasi pada suhu 35–37OC selama 24 jam dengan posisi dibalik. Setelah itu diamati dan dihitung jumlah koloni yang tumbuh dengan menggunakan colony counter, dilakukan percobaan triplo. Dilakukan hal yang sama untuk hasil hidrolisis minyak kelapa murni 50%, 75% dan 100%.


(40)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Bilangan Asam Minyak Kelapa Murni dan Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Murni

Hidrolisis minyak kelapa murni akan menghasilkan gliserol yang larut dalam air, sedangkan asam lemak bebas, monogliserida dan digliserida tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut non polar seperti n-heksan. Pada saat hidrolisat diekstraksi dengan n-heksan, maka gliserol tidak akan terekstraksi sehingga bobot minyak kelapa murni yang dihasilkan menurun. Semakin banyak NaOH yang ditambahkan maka semakin sedikit minyak yang dihasilkan (Ketaren,2005; Widiyarti dan Hanafi,2008). Bobot hasil hidrolisis minyak kelapa murni dan bilangan asam dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1 Bobot Minyak Kelapa Murni dan Bilangan Asam Sebelum dan Setelah Hidrolisis

NO. Tingkat Hidrolisis Relatif Terhadap Bilangan

Penyabunan

Hasil Perolehan Kembali VCO setelah

Hidrolisis

Bilangan Asam (mg KOH/gram

minyak)*

1. 0% tanpa hidrolisis 100 gram 0,62

2. 25 % 89,005 gram 60,52

3. 50% 86,578 gram 141,95

4. 75% 84,329 gram 173,83

5. 100% 80,990 gram 254,23

Keterangan: *) hasil rata-rata tiga kali pengulangan

Minyak kelapa murni yang dihidrolisis akan menghasilkan minyak kelapa murni dengan kandungan asam lemak bebas yang tinggi. Bilangan asam merupakan salah satu ukuran dari jumlah asam lemak bebas yang terdapat dalam suatu minyak atau lemak. Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah miligram


(41)

KOH yang digunakan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak atau lemak (Ketaren,2005).

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa setelah minyak kelapa murni dihidrolisis maka akan terjadi peningkatan bilangan asam. Peningkatan bilangan asam hasil hidrolisis minyak kelapa murni sebanding dengan peningkatan jumlah NaOH yang ditambahkan dalam hidrolisis. Bilangan asam yang paling tinggi ditunjukkan pada hidrolisis penyabunan 100%.

Hidrolisis minyak merupakan suatu proses penyabunan, dimana asam lemak akan terlepas dari molekul trigliserida dengan adanya bantuan logam alkali sebagai sabun dan melepaskan gliserol. Pemberian alkali yang berlebih mungkin akan menyebabkan terjadinya penyabunan yang sempurna, atau dengan kata lain hidrolisis total (Fessenden dan Fessenden 1989, Ketaren 2005). Tetapi apabila jumlah alkali yang ditambahkan tidak sebanding dengan jumlah minyak yang dihidrolisis maka tidak semua trigliserida akan tersabunkan (Darmoyuwono, 2006).

4.2 Sifat Antibakteri Minyak Kelapa Murni dan Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Murni dalam Whipped Cream

Pengujian sifat antibakteri minyak kelapa murni dan hasil hidrolisisnya dilakukan dengan menggunakan metode angka lempeng total. Pada metode ini pengenceran dilakukan sampai 10-5 sehingga setelah inkubasi terbentuk koloni dalam jumlah yang dapat dihitung dimana jumlah yang terbaik adalah antara 30-300 koloni. Jumlah bakteri yang terdapat dalam whipped cream ditentukan dengan mengalikan jumlah koloni dengan faktor pengenceran pada cawan yang bersangkutan. Hasil pengujian sifat antibakteri minyak kelapa murni dan hasil hidrolisisnya menunjukkan adanya daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri


(42)

Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Gambar hasil pengujian sifat antibakteri minyak kelapa murni dan hasil hidrolisisnya dapat dilihat pada Lampiran 5, Lampiran 6 dan Gambar 4.1 dibawah ini.

Gambar 4.1 Angka lempeng total pada bakteri uji Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.

Keterangan:

A: Blanko pada pengujian terhadap bakteri Staphylococcus aureus

B: Hidrolisis 100% pada pengujian terhadap bakteri Staphylococcus aureus C: Blanko pada pengujian terhadap bakteri Escherichia coli

D: Hidrolisis 100% pada pengujian terhadap bakteri Escherichia coli

Data hasil pengamatan sifat antibakteri minyak kelapa murni dan hasil

A B


(43)

aureus (gram positif) dan Escherichia coli (gram negatif) dapat dilihat pada Lampiran 7, Tabel 4.2 dan Gambar 4.2 di bawah ini.

Tabel 4.2 Sifat antibakteri minyak kelapa murni dan hasil hidrolisis minyak kelapa murni terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.

No Perlakuan Tingkat Hidrolisis

Jumlah Koloni Bakteri yang Tumbuh* (cfu)

Staphylococcus aureus (gram positif)

Escherichia coli (gram negatif)

1. Blanko 51x105 58x105

2. Minyak kelapa murni 31x105 55x105 3. Minyak kelapa murni

hidrolisis 25%

25x105 50x105

4. Minyak kelapa murni hidrolisis 50%

19x105 39x105

5. Minyak kelapa murni hidrolisis 75%

- 29x105

6. Minyak kelapa murni hidrolisis 100%

- 26x105

Keterangan: *): Hasil adalah rata-rata tiga kali pengulangan 0 10 20 30 40 50 60 70

Blanko M inyak

kelapa murni

25% 50% 75% 100%

koloni bakt eri 105

S. aur eus (gram posit if ) E. coli (gram negat if )

Gambar 4.2. Grafik sifat antibakteri minyak kelapa murni dan hasil hidrolisis minyak kelapa murni dalam whipped cream


(44)

pertumbuhan bakteri. Dari hasil pengujian tersebut diketahui bahwa minyak kelapa murni dan hasil hidrolisis minyak kelapa murni dapat menghambat pertumbuhan bakteri yang ada didalam whipped cream. Pada pengujian terhadap bakteri Staphylococcus aureus, jumlah koloni bakteri pada blanko adalah 51x105 cfu sedangkan pada campuran whipped cream dengan minyak kelapa murni jumlah koloninya 31x105 cfu. Pada pengujian terhadap bakteri Escherichia coli, jumlah koloni pada blanko adalah 58x105 cfu sedangkan pada campuran whipped cream dengan minyak kelapa murni jumlah koloninya 55x105 cfu.

Dari hasil pengujian diatas juga dapat diketahui bahwa semakin tinggi tingkat hidrolisis maka sifat antibakteri juga akan semakin meningkat. Pada pengujian terhadap campuran whipped cream dengan minyak kelapa murni hasil hidrolisis 25%, 50%, 75% dan 100% untuk bakteri Escherichia coli secara berturut-turut adalah 50x105 cfu, 39x105 cfu, 29x105 cfu dan 26x105cfu. Sedangkan pada bakteri Staphylococcus aureus jumlah koloninya 25x105 cfu dan 19x105 cfu tetapi pada hasil hidrolisis 75% dan 100% tidak ada koloni bakteri yang tumbuh. Dari data tersebut juga diketahui bahwa sifat antibakteri minyak kelapa murni dan hasil hidrolisisnya efektif terhadap bakteri Staphylococcus aureus (gram positif) tetapi kurang efektif terhadap bakteri Escherichia coli (gram negatif).

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Ginting (2009), dimana pada penelitian tersebut minyak kelapa murni sangat efektif sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus aureus didalam sedian krim. Sama halnya dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Widiyarti (2009), dimana monolaurin sintetik bersifat antibakteri terhadap Staphylococcus aureus.


(45)

Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Nuraida (2008), juga menunjukkan bahwa monogliserida memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus (gram positif) lebih tinggi dibandingkan terhadap Escherichia coli (gram negatif) tetapi aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli dapat meningkat dengan penurunan pH.

Apabila minyak kelapa murni dihidrolisis, maka trigliseridanya akan dipecah menjadi digliserida, monogliserida, dan asam lemak bebas. Asam lemak dan monogliserida menginaktivasi bakteri dengan cara merusak membran plasma dari bakteri tersebut. Aktivitas antimikroba dari asam lemak juga dipengaruhi oleh pH yang merupakan faktor penentu bagi bakteri dapat mati atau hanya terinaktivasi. (Subroto, 2006; Lieberman, 2006).


(46)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Hasil hidrolisis minyak kelapa murni mempunyai sifat antibakteri dimana sifat antibakteri hasil hidrolisis minyak kelapa murni efektif terhadap bakteri Staphylococcus aureus (gram positif) tetapi kurang efektif terhadap bakteri Escherichia coli (gram negatif).

2. Hidrolisis menggunakan NaOH meningkatkan kandungan asam lemak bebas sebanding dengan peningkatan NaOH yang digunakan dalam proses hidrolisis sehingga semakin tinggi tingkatan hidrolisis maka semakin tinggi pula sifat antibakteri hasil hidrolisis minyak kelapa murni.

5.2Saran

Dari hasil penelitian ini disarankan kepada peneliti selanjutnya agar dapat melakukan penelitian lebih lanjut terhadap minyak kelapa murni sebagai bahan pengawet pada makanan.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2011). Cara Membuat Butter Cream. En.petitchef.com/recipes/cara-membuat-butter-cream/html. Tanggal Akses 5 Maret 2012.

Darmoyuwono, W. (2006), Gaya Hidup Sehat Dengan Virgin Coconut Oil. Jakarta: Penerbit PT Indeks Kelompok Gramedia. Hal. 62-63.

Oxoid. (2006). The Oxoid Manual. Edisi 9. England: Limited Oxoid. Hal. 269-339.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 891-897.

Fessenden, R.J., dan Fessenden, J.S. (1989). Kimia Organik. Jilid 2. Edisi III. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal. 408-412.

Ginting, D.P. (2008). Pembuatan dan Uji Aktivitas Antibakteri Krim Minyak Kelapa Murni (VCO/Virgin Coconut Oil) Terhadap Staphylococcus aureus ATCC 29737 dan Pseudomonas aureginosa ATCC 25629. Skripsi. Medan: Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Ketaren, S. (2005). Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Hal. 49-65.

Lieberman, S., Enig, M.G., dan Preuss, H.G. (2006). A Review of Monolaurin and Lauric Acid. Natural Virucidal and Bactericial Agent. Alternative & Complementary Therapies. Desember. Hal. 310.

Nuraida, L., Dhenok, A., Indriana, S.M., dan Tri, H. (2008). Kajian Aktivitas Antibakteri Monoasilgliserol (MAG) dan Mono-Diasilgliserol (MDAG) dari Minyak Kelapa dan Minyak Inti Sawit. Penelitian dan Pengembangan untuk Mendukung Agribisnis Kelapa Sawit Nasional. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Hal. 124-213.

Permata, M.Y. (2012). Pengaruh Hidrolisis Parsial Terhadap Aktivitas Antibakteri Minyak Kelapa Murni. Tesis. Medan: Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Rindengan, B., dan Novarianto. (2005). Pembuatan dan Pemanfaatan Minyak Kelapa Murni. Seri Agretekno. Cetakan Keempat. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 22-23.

Subroto. (2006). VCO, Dosis Tepat Taklukkan Penyakit. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Hal. 22-23.


(48)

Sulistiyahningsih, Dewi, R. dan Sheli, O.Y. (2007). Aktivitas Antimikroba Minyak Kelapa Murni dengan Beberapa Metode Pembuatan Terhadap Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, dan Candida albicans dengan Metode Difusi Agar. Farmaka. 5(1): 1-5.

Sutarmi, dan Hartin, R. (2005). Taklukkan Penyakit dengan VCO. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 6-9.

Syah, A.N.A. (2005). Virgin Coconut Oil. Cetakan Kedua. Jakarta: Agromedia Pustaka. Hal. 8.

Widiyarti, G., dan Hanafi, M. (2008). Study on the Synthesis of Monolaurin As Antibacterial Agent Againts Staphylococcus aureus. Indo. J. Chem. 9(1): 99-106.

Waluyo, L. (2008). Teknik dan Metode Dasar Mikrobiologi. Malang: UMM Press. Hal. 209-213.


(49)

(50)

Lampiran 2. Perhitungan bilangan penyabunan total minyak kelapa murni 1. Pembakuan HCl untuk penentuan bilangan penyabunan total

Perhitungan Pembakuan

miligrek Na2CO3 = miligrek HCl mg / BE

N = ml Data Pembakuan HCl

No. Berat Na2CO3 (mg) Volume titrasi (ml)

1. 254 9,2

2. 253 8,7

3. 252 9,0

Normalitas rata-rata:

N1 + N2 =

2

N1 + N2

Deviasi = x 100% N

Normalitas rata-rata HCl No. Normalitas

(N)

Normalitas rata-rata (N)

Deviasi (%)

1. 0,5210 0,5349 2,60

2. 0,5488 0,5247 0,70

3. 0,5284 0,5386 1,89


(51)

2. Pembakuan NaOH metanol untuk penyabunan total

miligrek NaOH = miligrek HCl V NaOH x N NaOH = V HCl x N HCl

N NaOH = V HCl x N HCl

V NaOH

Data Pembakuan NaOH metanol

Normalitas rata-rata:

N1 + N2 =

2

N1 + N2

Deviasi = x 100% N

Normalitas rata-rata NaOH metanol No. Normalitas

(N)

Normalitas rata-rata (N)

Deviasi (%)

1. 0,4932 0,4959 0,54

2. 0,4985 0,4959 0,52

3. 0,4985 0,4985 0,00

Jadi normalitas NaOH metanol adalah 0,4985 N

No. Volume

NaOH metanol (ml)

Volume HCl 0,5247 N (ml)

1. 10 9,4

2. 10 9,5


(52)

3. Perhitungan Bilangan Penyabunan

Berat sampel (minyak kelapa murni) = 5,011 gram

Volume HCl 0,5247 N = 3,3 ml

Volume NaOH metanol 0,4985 N = 50 ml

mili ekivalen NaOH awal = V x N NaOH = 50 ml x 0,4985 N = 24,925 mmol mili ekivalen NaOH yang bereaksi dengan HCl = V x N HCl

= 3,3 ml x 0,5247 N = 1,7315 mmol mili ekivalen NaOH yang bereaksi dengan minyak kelapa murni

= 24,925 mmol – 1,7315 mmol = 23,1935 mmol

mg NaOH yang bereaksi = mili ekivalen x Mr

= 23,1935 mmol x 40 gram/mol = 23,1935 mmol x 40 mg/mol = 927,74 mg

1

Bilangan Penyabunan = x mg NaOH gram minyak

1

= x 927,74 5,001


(53)

Lampiran 3. Perhitungan jumlah NaOH metanol yang digunakan dalam hidrolisis metode penyabunan

1. Penyabunan 25%

Pembakuan NaOH metanol untuk penyabunan Perhitungan pembakuan:

miligrek NaOH = miligrek HCl V NaOH x N NaOH = V HCl x N HCl N NaOH = V HCl x N HCl V NaOH Data Pembakuan NaOH metanol

Normalitas rata-rata:

N1 + N2 =

2

N1 + N2

Deviasi = x 100% N

Data normalitas rata-rata NaOH metanol untuk penyabunan 25% No. Normalitas

(N)

Normalitas rata-rata (N)

Deviasi (%)

1. 0,5089 0,5063 0,51

2. 0,5037 0,5115 0,53

3. 0,5142 0,5089 1,04

Jadi Normalitas NaOH metanol adalah 0,5063 N

No. Volume

NaOH metanol (ml)

Volume HCl 0,5247 N (ml)

1. 10 9,7

2. 10 9,6


(54)

Volume NaOH metanol yang ditambahkan untuk hidrolisis 25% Minyak kelapa murni yang disabunkan = 100,169 gram

NaOH = 185,14 mg/gram minyak

Jumlah NaOH metanol yang ditambahkan

= 25% x 185,14 mg/gram minyak x 100,169 gram minyak

25

= x 185,14 mg/gram minyak x 100,69 gram minyak 100

= 4636,32 mg NaOH

mol NaOH = 4636,32 mg/ (40 gram/mol) = 4636,32 mg / (40 mg/mmol) = 115,908 mmol

Volume NaOH = mol / N

= 115,908 mmol / 0,5063 N = 228,93 ml ~ 229 ml

HCl yang ditambahkan setelah penyabunan untuk melepaskan alkali dari asam lemak bebas

= V NaOH x N NaOH / N HCl = 229 ml x 0,5063 N / 0,5247 N = 220,97 ml ~ 221 ml


(55)

2. Penyabunan 50%

Pembakuan HCl untuk pembakuan NaOH metanol Perhitungan Pembakuan

miligrek Na2CO3 = miligrek HCl mg / BE N =

ml

Data Pembakuan HCl 0,5 N

No. Berat Na2CO3 (mg) Volume titrasi

1. 221 8,6

2. 210 8,3

3. 215 8,4

Normalitas rata-rata:

N1 + N2 =

2

N1 + N2

Deviasi = x 100% N

Normalitas rata-rata HCl No. Normalitas

(N)

Normalitas rata-rata (N)

Deviasi (%)

1. 0,4850 0,4813 0,77%

2. 0,4775 0,4880 0,21%

3. 0,4830 0,4803 0,56%


(56)

Pembakuan NaOH metanol untuk penyabunan 50% Perhitungan pembakuan:

miligrek NaOH = miligrek HCl V NaOH x N NaOH = V HCl x N HCl N NaOH =V HCl x N HCl

V NaOH

Data Pembakuan NaOH metanol untuk penyabunan 50%

Normalitas rata-rata:

N1 + N2 =

2

N1 + N2

Deviasi = x 100% N

Data normalitas rata-rata NaOH metanol untuk penyabunan 50% No. Normalitas

(N)

Normalitas rata-rata (N)

Deviasi (%)

1. 0,4743 0,4815 1,50%

2. 0,4888 0,4880 2,00%

3. 0,4937 0,4913 0,49%

Jadi Normalitas NaOH metanol adalah 0,4913 N

No. Volume

NaOH metanol (ml)

Volume HCl 0,4840 N (ml)

1. 10 9,8

2. 10 10,1


(57)

Volume NaOH metanol yang ditambahkan untuk hidrolisis 50% Minyak kelapa murni yang disabunkan = 100,43 gram

NaOH = 185,14 mg/gram minyak

Jumlah NaOH metanol yang ditambahkan

= 50% x 185,14 mg/gram minyak x 100,43 gram minyak = x 185,14 mg/gram minyak x 100,43 gram minyak = 9296,81 mg NaOH

mol NaOH = 9296,81 mg / (40 gram/mol) = 9296,81 mg / (40 mg/mmol) = 232,42 mmol

Volume NaOH = mol / N

= 232,42 mmol / 0,4913 N = 473,07 ml ~ 473 ml

HCl yang ditambahkan setelah penyabunan untuk melepaskan alkali dari asam lemak bebas

= V NaOH x N NaOH / N HCl = 473 ml x 0,4913 N / 0,4840 N = 480,13 ml ~ 480 ml

3. Penyabunan 75%

Pembakuan NaOH metanol untuk penyabunan Perhitungan pembakuan:

miligrek NaOH = miligrek HCl V NaOH x N NaOH = V HCl x N HCl N NaOH = V HCl x N HCl


(58)

Data Pembakuan NaOH methanol untuk penyabunan 75%

Normalitas rata-rata:

N1 + N2 =

2

N1 + N2

Deviasi = x 100% N

Data normalitas rata-rata NaOH metanol untuk penyabunan 75% No. Normalitas

(N)

Normalitas rata-rata (N)

Deviasi (%)

1. 0,9825 0,9813 0,12%

2. 0,9801 0,9825 0,00%

3. 0,9825 0,9813 0,12%

Jadi Normalitas NaOH metanol adalah 0,9825 N

Volume NaOH metanol yang ditambahkan untuk hidrolisis 75% Minyak kelapa murni yang disabunkan = 100,043 gram

NaOH = 185,14 mg/gram minyak

Jumlah NaOH yang ditambahkan

= 75% x 185,14 mg/gram minyak x 100,043 gram minyak = x 185,14 mg/gram minyak x 100,043 gram minyak = 13891,47 mg NaOH

No. Volume

NaOH metanol (ml)

Volume HCl 0,4880 N (ml)

1. 10 20,3

2. 10 20,25


(59)

mol NaOH = 13891,47 mg / (40 gram/mol) = 13891,47 mg / (40 mg/mmol = 347,29 mmol

Volume NaOH = mol / N

= 347,29 mmol / 0,9825 N = 353,47 ml ~ 353 ml

HCl yang ditambahkan setelah penyabunan untuk melepaskan alkali dari asam lemak bebas

= V NaOH x N NaOH / N HCl = 353 ml x 0,9825 N / 0,4840 N = 716,53 ml ~ 717 ml

4. Penyabunan 100%

Pembakuan NaOH metanol untuk penyabunan Perhitungan pembakuan:

miligrek NaOH = miligrek HCl V NaOH x N NaOH = V HCl x N HCl N NaOH = V HCl x N HCl V NaOH

Data Pembakuan NaOH metanol untuk penyabunan 100%

No. Volume

NaOH metanol (ml)

Volume HCl 0,4840 N (ml)

1. 10 20,1

2. 10 20,25


(60)

Normalitas rata-rata:

N1 + N2 =

2

N1 + N2

Deviasi = x 100% N

Data normalitas rata-rata NaOH metanol untuk penyabunan 100% No. Normalitas

(N)

Normalitas rata-rata (N)

Deviasi (%)

1. 0,9728 0,9765 0,38%

2. 0,9801 0,9726 0,03%

3. 0,9723 0,9762 0,40%

Jadi Normalitas NaOH metanol = 0,9726 N

Volume NaOH metanol yang ditambahkan untuk hidrolisis 100% Minyak kelapa murni yang disabunkan = 100,28 gram

NaOH = 185,14 mg/gram minyak

Jumlah NaOH yang ditambahkan

= 100% x 185,14 mg/gram minyak x 100,28 gram minyak = x 185,14 mg/gram minyak x 100,28 gram minyak = 18565,84 mg NaOH

mol NaOH = 18565,84 mg / (40 gram/mol) = 18565,84 mg / (40 mg/mmol) = 464,15 mmol

Volume NaOH = mol / N

= 464,15 mmol / 0,9726 N = 477,23 ml ~ 477ml


(61)

HCl yang ditambahkan setelah penyabunan untuk melepaskan alkali dari asam lemak bebas

= V NaOH x N NaOH / N HCl = 477 ml x 0,9726 N / 0,4840 N = 958,53 ml ~ 956 ml

Jadi NaOH metanol dan HCl yang diperlukan adalah sebagai berikut: No Penambahan

NaOH

Normalitas NaOH metanol

(N)

NaOH metanol (ml)

HCl 0,5 N (ml)

1. 25% 0,5063 229 221

2. 50% 0,4913 473 480

3. 75% 0,9825 353 717


(62)

Lampiran 4. Perhitungan Bilangan Asam

1. Pembakuan KOH untuk penetapan bilangan asam

miligrek K.Biftalat = miligrek KOH = V x N KOH

Data pembakuan KOH NO Massa K. Biftalat

(mg)

Volume Titrasi (V) (ml)

Normalitas (N)

1. 315 15,6 0,0989

2. 310 15,4 0,0986

3. 320 15,8 0,0992

Normalitas rata-rata:

N1 + N2 =

2

N1 + N2

Deviasi = x 100% N

Data normalitas rata-rata KOH NO Normalitas

(N)

Normalitas rata-rata (N)

Deviasi (%)

1. 0,0989 0,0988 0,10

2. 0,0986 0,0990 0,20

3. 0,0992 0,0989 0,30

Jadi Normalitas pembakuan KOH adalah 0,0988 N

Perhitungan bilangan asam

A x N x BM KOH Bilangan Asam =


(63)

Keterangan:

ml = Volume titrasi N = NormalitasKOH BM KOH = 56,1

G = berat minyak yang diuji

2. Perhitungan Bilangan Asam Minyak Kelapa Murni Data perhitungan bilangan asam minyak kelapa murni

No Minyak kelapa murni (gram)

Volume titrasi (ml)

Bilangan Asam (mg KOH/g minyak)

1. 5,027 0,6 0,66

2. 5,043 0,6 0,66

3. 5,012 0,5 0,55

3. Perhitungan Bilangan Asam Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Murni Variasi

NaOH metanol

No. Minyak kelapa murni (gram) Volume titrasi (ml) Bilangan Asam (mg KOH/g minyak Normalitas KOH = 0,0988 N

25%

1. 5,024 54,4 60,02

2. 5,051 55 60,35

3. 5,090 55 61,20

50%

1. 5,057 129,4 141,82

2. 5,112 131,1 142,14

3. 5,008 128,2 141,89

75%

1. 5,128 161,5 174,56

2. 5,207 162,2 172,66

3. 5,092 160,1 174,27

100%

1. 5,097 232,4 252,72

2. 5,021 232,1 256,21


(64)

Lampiran 5. Gambar Angka Lempeng Total Bakteri Uji 1. Bakteri Staphylococcus aureus

Keterangan:

(A) Blanko

(B) Campuran whipped cream dengan minyak kelapa murni

(C) Campuran whipped cream dengan hasil hidrolisis minyak kelapa murni 25% (D)Campuran whipped cream dengan hasil hidrolisis minyak kelapa murni 50% (E) Campuran whipped cream dengan hasil hidrolisis minyak kelapa murni 75% (F) Campuran whipped cream dengan hasil hidrolisis minyak kelapa murni 100%

A B

C D


(65)

2. Bakteri Escherichia coli

Keterangan:

(A) Blanko

(B) Campuran whipped cream dengan minyak kelapa murni

(C) Campuran whipped cream dengan hasil hidrolisis minyak kelapa murni 25% (D)Campuran whipped cream dengan hasil hidrolisis minyak kelapa murni 50% (E) Campuran whipped cream dengan hasil hidrolisis minyak kelapa murni 75% (F) Campuran whipped cream dengan hasil hidrolisis minyak kelapa murni 100%

C

E F

D B A


(66)

Lampiran 6. Sifat Antibakteri Minyak Kelapa Murni dan Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Murni dalam Whipped Cream

1. Bakteri Staphylococcus aureus No Perlakuan Kosentrasi

hidrolisis

Jumlah koloni yang tumbuh (cfu)

Rata-rata (cfu)

I II III

1. Blanko 51x105 51x105 51x105 51x105

2. Minyak kelapa murni 32x105 32x105 30x105 31x105 3. Minyak kelapa murni

hidrolisis 25%

25x105 24x105 26x105 25x105 4. Minyak kelapa murni

hidrolisis 50%

20x105 20x105 18x105 19x105 5. Minyak kelapa murni

hidrolisis 75%

- - - -

6. Minyak kelapa murni hidrolisis 100%

- - - -

2. Bakteri Escherichia coli No Perlakuan Kosentrasi

hidrolisis

Jumlah koloni yang tumbuh (cfu)

Rata-rata (cfu)

I II III

1. Blanko 60x105 55x105 59x105 58x105

2. Minyak kelapa murni 55x105 55x105 56x105 55x105 3. Minyak kelapa murni

hidrolisis 25%

50x105 52x105 48x105 50x105 4. Minyak kelapa murni

hidrolisis 50%

39x105 39x105 40x105 39x105 5. Minyak kelapa murni

hidrolisis 75%

28x105 31x105 28x105 29x105 6. Minyak kelapa murni

hidrolisis 100%


(67)

Lampiran 7. Grafik Sifat Antibakteri Minyak Kelapa Murni dan Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Murni dalam Whipped Cream

1. Bakteri Staphylococcus aureus

0 10 20 30 40 50 60

Blanko M inyak

kelapa m urni

25% 50% 75% 100%

koloni bakt eri 105

Konsent rasi hidrolisis

2. Bakteri Escherichia coli

0 10 20 30 40 50 60 70

Blanko M inyak kelapa mur ni

25% 50% 75% 100%

koloni bakteri 105


(1)

Lampiran 4. Perhitungan Bilangan Asam

1. Pembakuan KOH untuk penetapan bilangan asam

miligrek K.Biftalat = miligrek KOH = V x N KOH

Data pembakuan KOH NO Massa K. Biftalat

(mg)

Volume Titrasi (V) (ml)

Normalitas (N)

1. 315 15,6 0,0989

2. 310 15,4 0,0986

3. 320 15,8 0,0992

Normalitas rata-rata:

N1 + N2 =

2

N1 + N2

Deviasi = x 100% N

Data normalitas rata-rata KOH NO Normalitas

(N)

Normalitas rata-rata (N)

Deviasi (%)

1. 0,0989 0,0988 0,10

2. 0,0986 0,0990 0,20

3. 0,0992 0,0989 0,30

Jadi Normalitas pembakuan KOH adalah 0,0988 N

Perhitungan bilangan asam

A x N x BM KOH Bilangan Asam =


(2)

Keterangan:

ml = Volume titrasi

N = NormalitasKOH

BM KOH = 56,1

G = berat minyak yang diuji

2. Perhitungan Bilangan Asam Minyak Kelapa Murni Data perhitungan bilangan asam minyak kelapa murni

No Minyak kelapa murni (gram)

Volume titrasi (ml)

Bilangan Asam (mg KOH/g minyak)

1. 5,027 0,6 0,66

2. 5,043 0,6 0,66

3. 5,012 0,5 0,55

3. Perhitungan Bilangan Asam Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Murni Variasi

NaOH metanol

No. Minyak kelapa murni (gram)

Volume titrasi

(ml)

Bilangan Asam (mg KOH/g minyak Normalitas KOH = 0,0988 N

25%

1. 5,024 54,4 60,02

2. 5,051 55 60,35

3. 5,090 55 61,20

50%

1. 5,057 129,4 141,82

2. 5,112 131,1 142,14

3. 5,008 128,2 141,89

75%

1. 5,128 161,5 174,56

2. 5,207 162,2 172,66

3. 5,092 160,1 174,27

100%

1. 5,097 232,4 252,72

2. 5,021 232,1 256,21


(3)

Lampiran 5. Gambar Angka Lempeng Total Bakteri Uji

1. Bakteri Staphylococcus aureus

Keterangan:

(A) Blanko

(B) Campuran whipped cream dengan minyak kelapa murni

(C) Campuran whipped cream dengan hasil hidrolisis minyak kelapa murni 25% (D)Campuran whipped cream dengan hasil hidrolisis minyak kelapa murni 50% (E) Campuran whipped cream dengan hasil hidrolisis minyak kelapa murni 75% (F) Campuran whipped cream dengan hasil hidrolisis minyak kelapa murni 100%

A B

C D


(4)

2. Bakteri Escherichia coli

Keterangan: (A) Blanko

(B) Campuran whipped cream dengan minyak kelapa murni

(C) Campuran whipped cream dengan hasil hidrolisis minyak kelapa murni 25% (D)Campuran whipped cream dengan hasil hidrolisis minyak kelapa murni 50% (E) Campuran whipped cream dengan hasil hidrolisis minyak kelapa murni 75% (F) Campuran whipped cream dengan hasil hidrolisis minyak kelapa murni 100%

C

E F

D B A


(5)

Lampiran 6. Sifat Antibakteri Minyak Kelapa Murni dan Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Murni dalam Whipped Cream

1. Bakteri Staphylococcus aureus No Perlakuan Kosentrasi

hidrolisis

Jumlah koloni yang tumbuh (cfu)

Rata-rata (cfu)

I II III

1. Blanko 51x105 51x105 51x105 51x105

2. Minyak kelapa murni 32x105 32x105 30x105 31x105 3. Minyak kelapa murni

hidrolisis 25%

25x105 24x105 26x105 25x105 4. Minyak kelapa murni

hidrolisis 50%

20x105 20x105 18x105 19x105 5. Minyak kelapa murni

hidrolisis 75%

- - - -

6. Minyak kelapa murni hidrolisis 100%

- - - -

2. Bakteri Escherichia coli No Perlakuan Kosentrasi

hidrolisis

Jumlah koloni yang tumbuh (cfu)

Rata-rata (cfu)

I II III

1. Blanko 60x105 55x105 59x105 58x105

2. Minyak kelapa murni 55x105 55x105 56x105 55x105 3. Minyak kelapa murni

hidrolisis 25%

50x105 52x105 48x105 50x105 4. Minyak kelapa murni

hidrolisis 50%

39x105 39x105 40x105 39x105 5. Minyak kelapa murni

hidrolisis 75%

28x105 31x105 28x105 29x105 6. Minyak kelapa murni

hidrolisis 100%


(6)

Lampiran 7. Grafik Sifat Antibakteri Minyak Kelapa Murni dan Hasil Hidrolisis Minyak Kelapa Murni dalam Whipped Cream

1. Bakteri Staphylococcus aureus

0 10 20 30 40 50 60

Blanko M inyak kelapa m urni

25% 50% 75% 100%

koloni bakt eri 105

Konsent rasi hidrolisis

2. Bakteri Escherichia coli

0 10 20 30 40 50 60 70

Blanko M inyak kelapa mur ni

25% 50% 75% 100%

koloni bakteri 105