Kelompok 8 TEMA JUDUL DAN KERANGKA KER

MAKALAH MATA KULIAH
BAHASA INDONESIA

TEMA, JUDUL DAN KERANGKA KARANGAN

KELOMPOK VIII

1. DEVRIANIDA
2. IQRA HUMAIRA
3. ITMU SUBHA DINATUL
4. MERI FUSPITA SARI
5. RICKY NOFIANDRI
MODERATOR : ROLAN SYAFRIADI

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MAHAPUTRA MUHAMMAD YAMIN
SOLOK
2016
1

TEMA, JUDUL DAN KERANGKA KARANGAN

A. Latar Belakang
Sehari – hari kita mengenal istilah tema, judul dan kerangka karangan dalam
pembuatan sebuah karangan baik itu dalam bahasa Indonesia maupun bahasa asing.
Tema sangat dibutuhkan dalam pembuatan kerangka tulisan awal sebelum benar –
benar menulis karena tema sebagai acuan dalam pengambilan data – data untuk di
tuangkan kesebuah tulisan. Tema juga berperan untuk pembatas agar sebuah tulisan
tidak melenceng dari apa yang diinginkan dan menghasilkan sebuah karangan yang
diinginkan oleh sang penulis tersebut.
Sedangkan judul bisa diartikan sebagai ujung tombak sebuah karangan karena
dengan judul yang menarik minat pembaca akan menimbulkan rasa penasaran dan
ingin mencoba membaca hasil karya tersebut walaupun belum mengetahui secara
persis apa isi karangan tersebut. Tapi dengan judul yang menarik maka secara tidak
langsung sebuah karangan tersebut seperti menarik orang untuk membacanya dan
mengetahui apa isi karangan tersebut. Keserasian antara 3 pokok tulisan ini (tema,
judul dan kerangka karangan) sangatlah penting untuk mencapai sebuah karangan atau
tulisan yang baik dan menarik.

B. Pembahasan
1. Tema
Secara etimologis, kata “tema” berasal dari bahasa Yunani yaitu tithenai yang

berarti ”sesuatu yang telah diuraikan”. Tema berarti pokok pemikiran. Pokok
pemikiran tertentu yang akan disampaikan oleh penulis dalam karangannya disebut
tema karangan. Penetapan tema sebelum mulai mengarang sangatlah penting untuk
menjamin penyampaian ide secara teratur dan jelas sehingga isi karangan akan dapat
dipahami oleh pembaca dengan mudah.
Tema hendaknya harus diungkapkan secara eksplisit agar dapat membantu
memudahkan penulis dalam menulis sebuah kerangka karangan (outline). Berdasarkan
uraian di atas, contoh berikut akan memperjelas kedudukan tema dalam suatu
kerangka karangan. Sekaligus membedakan antara topik, judul dan tema.
2

Topik :
Upaya mengatasi kemacetan lalu-lintas
Judul :
(dapat disesuaikan dengan selera penulis)
1. Macet lagi, Macet lagi... Pusing!
2. Lalu-lintas Macet, Penyakit Modernisasi
3. Kemacetan Lalu-lintas dapat Memicu Stress.
Tema :
Upaya mengatasi kemacetan lalu-lintas bukanlah semata-mata tanggung jawab

aparat kepolisian, melaikan juga menjadi tanggung jawab seluruh warga masyarakat
pemakai jalan. Permasalahan lalu-lintas tidak mungkin dapat dipecahkan tanpa
bantuan semua pihak yang terkait. Dalam hal ini yang paling diperlukan adalah adanya
kesadaran berlalu-lintas secara baik, teratur, sopan, dan bertanggung jawab, sebab
keteraturan berlalu lintas adalah cermin kepribadian bangsa.
Seperti dalam topik, tema juga perlu pembatasan dalam penulisannya agar
penulis tidak melantur atau melenceng dari pokok bahasan yang utama. Dengan begitu
penulis akan lebih mudah membuat suatu karangan yang efektif.

2.

Judul
Judul adalah nama yang dipakai untuk buku, bab dalam buku, kepala berita,
dan lain-lain; identitas atau cermin dari jiwa seluruh karya tulis, bersifat menjelaskan
diri dan yang manarik perhatian dan adakalanya menentukan wilayah (lokasi). Dalam
artikel judul sering disebut juga kepala tulisan. Ada yang mendefinisikan Judul adalah
lukisan singkat suatu artikel atau disebut juga miniatur isi bahasan.
Judul hendaknya dibuat dengan ringkas, padat dan menarik. Judul artikel
diusahakan tidak lebih dari lima kata, tetapi cukup menggambarkan isi bahasan. Judul
tidak harus sama dengan topik. Jika topik sekaligus menjadi judul, biasanya karangan

akan bersifat umum dan ruang lingkupnya sangat luas. Judul dibuat setelah selesai
menggarap tema, sehingga bisa terjamin bahwa judul itu cocok dengan temanya.
Sebuah judul yang baik akan merangsang perhatian pembaca dan akan cocok dengan
temanya.
3

Judul hanya menyebut ciri-ciri yang utama atau yang terpenting dari karya itu,
sehingga pembaca sudah dapat membayangkan apa yang akan diuraikan dalam karya
itu. Ada judul yang mengungkapkan maksud pengarang, misalnya dalam sebuah
laporan eksposisi, contohnya : “Suatu Penelitian tentang Korelasi antara Kejahatan
Anak-anak dan Tempat Kediaman yang Tidak Memadai “
2.1 Judul yang baik
1) Harus relevan, yaitu harus mempunyai pertalian dengan temanya, atau ada
pertalian dengan beberapa bagian penting dari tema tersebut.
2) Harus provokatif, yaitu harus menarik dengan sedemikian rupa sehingga
menimbulkan keinginan tahu dari tiap pembaca terhadap isi buku atau
karangan.
3) Harus singkat, yaitu tidak boleh mengambil bentuk kalimat atau frasa yang
panjang, tetapi harus berbentuk kata atau rangkaian kata yang singkat.
Usahakan judul tidak lebih dari lima kata. Jika pengarang tidak dapat

menghindarkan dari judul yang panjang (terpaksa), maka dapat menempuh
jalan keluar dengan menciptakan judul utama yang singkat, tetapi judul
tambahan yang panjang.
2.2 Ciri – ciri
1) Harus berbentuk frasa
2) Tanpa adanya singkatan atau akronim
3) Awalan kata harus huruf kapital, kecuali preposisi dan konjungsi
4) Tanpa tanda baca di akhir judul
5) Menarik perhatian
6) Logis
7) Sesuai dengan isi
8) Judul harus asli, relevan, proaktif, dan singkat.

3. Kerangka Karangan
Kerangka karangan adalah rencana teratur tentang pembagian dan penyusun
gagasan. Fungsi utama kerangka karangan adalah mengatur hubungan di antara
gagasan-gagasan yang ada. Kerangka mengandung rencana kerja bagaimana
4

menyusun karangan. Kerangka akan membantu penulis menggarap karangan menjadi

logis dan teratur serta memungkinkan penulis membedakan ide-ide utama dari ide-ide
tambahan. Kerangka karangan dapat mengalami perubahan terus menerus untuk
mencapai suatu bentuk yang lebih sempurna. Kerangka karangan dapat berbentuk
cacatan sederhana, tetapi dapat juga mendetail. Kerangka yang belum final disebut
outline sementara kerangka yang sudah tersusun rapi dan lengkap disebut outline final.
Kerangka karangan dapat membantu pengarang/penulis dalam hal-hal sebagai berikut.
a. Mempermudah pengarang menuliskan karangannya.
b. Mencegah pengarang menuliskan karangannya.
c. Memberi fokus atau arah sehingga pengarang tidak ke luar dari sasaran
yang telah ditetapkan.
d. Membantu pengarang mengatur atau menetapkan klimaks yang
berbeda-beda di dalam karangannya, juga menata detail karangan.
e. Sebagai miniatur dari keseluruhan karangan, melalui kerangka
karangan, pembaca dapat melihat intisari ide serta struktur suatu
karangan.
3.1 Macam dan Bentuk Kerangka Karangan
Kerangka Karangan ada 2 macam yaitu, kerangka topik dan kerangka
kalimat. Dalam pratik pemakaian, kerangka yang banyak dipakai adalah kerangka
topik. Kerangka topik terdiri atas kata, frasa, koma, atau klausa yang didahului
dengan tanda-tanda atau kode tertentu untuk menyatakan hubungan antar gagasan.

Tanda baca akhir (.) tidak diperlukan karena tidak dipakainya kalimat tidak lengkap.
Kerangka kalimat lebih bersifat resmi berupa kalimat lengkap. Pemakaian lengkap
menunjukan diperlukannya pemikiran yang lebih luas dari pada yang dituntut
didalam kerangka topik. Tanda baca titik harus dipakai pada akhir setiap kalimat
yang dipakai untuk menuliskan judul dan sub bab.
Kerangka kalimat banyak dipakai pada proses awal penyusunan outline. Bila
outline sudah selesai. Kerangka kalimat itu dapat dipadatkan menjadi kerangka topik,
demi kepraktisan. Pemakaian kalimat dapat saja untuk menulis judul bab. Jadi,
kerangka bisa saja berbentuk gabungan kerangka kalimat dan kerangka topik.

5

Meskipun pemakaian kerangka topik lebih dominan, tidaklah dipantangkan
mencampur dengan kerangka kalimat, meski hanya untuk penulisan judul-judul bab.
Kerangka dapat dibentuk dalam sistem tanda untuk kode tertentu. Hubungan
di antara gagasan yang ditunjukkan oleh kerangka dinyatakan dengan serangkaian
kode yang berupa huruf dan angka. Bagian utama biasanya didahului angka tertentu
(misalnya angka romawi), sedangkan bagian bawahnya (subbagian) menggunakan
tanda yang lain. Ada juga kerangka yang hanya menggunakan angka Arab saja, jika
karangannya tidak terlalu panjang, misalnya untuk makalah atau artikel sederhana.

Kode-kode itu akan lebih kompleks di dalam karangan yang benar seperti skripsi,
tesis, disertasi, dan buku. Perhatikan pemakaian kode kerangka berikut.
Benar
I.

..................................................

II.

..................................................
A. ..........................................

Salah
I.

....................................................
A.................................................*)

II.


.....................................................

1. ....................................

A..................................................

2. ....................................

B..................................................

B. ...........................................

1. .............................................*)

*) Salah karena tidak ada pasangannya.
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa, agar karangan terstruktur
rapi, pengarang harus membagi-bagi gagasan. Kaidah pembagian yang perlu diingat
adalah segala sesuatu yang terdapat di bawah sesuatu tanda harus berhubungan
langsung dan takluk kepada yang membawahkannya. Tanda-tanda yang dipakai (huruf
atau angka) harus ada pasangannya, minimal satu.

Contoh Kerangka Karangan
Topik

: Banjir

Tujuan : Untuk mengetahui penyebab dan dampak banjir
Tema

: Banjir di Indonesia

6

1. Banjir yang terjadi di Indonesia
1.1. Banjir di Pulau Jawa
1.1.1. Banjir di DKI Jakarta
1.1.2. Banjir di Surabaya
1.2. Banjir di luar Pulau Jawa
1.2.1. Banjir di Propinsi Nangroe Aceh Darussalam

2. Penyebab Banjir di Indonesia

2.1. Faktor Alam
2.1.1. Cuaca yang Extrim
2.1.2. Banjir Kiriman
2.2 Kelalaian Manusia
2.2.1. Penebangan Hutan
2.2.2. Membuang Sampah Sembarangan
3.2 Pola Penyusunan Kerangka Karangan
Ada dua pola terpenting yang lazim dipakai untuk menyusun kerangka
karangan, yaitu pola alamiah dan pola logis. Pola pertama disebut alamiah karena
memakai pendekatan berdasarkan faktor alamiah yang esensial, yaitu ruang (tempat)
dan waktu. Pola yang kedua dinamakan pola logis karena memakai pendekatan
berdasarkan jalan pikiran atau cara berpikir manusia yang selalu mengamati sesuatu
berdasarkan logika.
3.2.1 Pola Alamiah
Seperti yang telah diuraikan di atas, penyusunan kerangka karangan yang
berpola alamiah mengikuti keadaan alam yang berdimensi ruang dan waktu.
Oleh karena itu, urutan unit-unit dalam kerangka pola alamiah dapat dibagi dua,
yaitu urutan ruang dan urutan waktu.
1) Urutan ruang
Yang dimaksud dengan urutan adalah pola uraian yang menjabarkan keadaan
suatu ruang seperti dari kiri ke kanan, dari atas ke bawah, dan seterusnya. Urutan
ruang dipakai untuk mendeskripsikan suatu tempat atau ruang, umpamanya
kantor, gedung, lokasi atau wilayah tertentu. Berikut ini contoh bagian kerangka
karangan yang memakai urutan ruang.
7

Topik : Laporan Lokasi Banjir di Indonesia
I. Banjir di Pulau Jawa
A. Banjir di Jawa Tengah
1. Daerah Semaranga
2. Daerah Pekalongan
B. Banjir di Jawa Barat
1. Daerah Ciamis
2. Daerah Garut
C. Banjir di Jawa Timur
2) Urutan waktu
Urutan waktu dipakai untuk menarasikan (menceritakan) suatu
peristiwa/kejadian, baik yang berdiri sendiri maupun yang merupakan rangkaian
peristiwa. Kerangka tentang sejarah pastilah memakai urutan waktu. Agar tidak
membosankan, urutan waktu seperti di atas dapat divariasikan dengan susunan
terbalik misalnya dari akhir ke awal. Perhatikan contoh kerangka karangan yang
memakai urutan waktu dibawah ini.
Topik : Riwayat Hidup Soekarno
1. Jati diri Soekarno
2. Pendidikan Soekarno
3. Karier Soekarno
4. Akhir Hidup Soekarno
Berdasarkan kerangka di atas dapat dibuat karangan singkat yang terdiri
atas satu alinea; dapat diperluas menjadi empat alinea; dapat diperluas lagi
menjadi empat bab; bahkan dapat dibuat menjadi satu buku. Begitulah
pentingnya membuat kerangka karangan sebelum mengarang.
3.2.2 Pola Logis
Di atas telah disebutkan bahwa pola logis memakai pendekatan
berdasarkan cara berpikir manusia. Cara dalam berpikir bermacam-macam yaitu
bergantung pada sudut pandangnya. Adapun macam-macam urutan logis adalah
klimaks – antiklimaks, sebab – akibat,

pemecahan masalah, dan umum –

khusus.
Contoh 1 (Urutan Klimaks)
8

Topik : Kejatuhan Soeharto
i. Praktik KKN Merajalela
ii. Keresahan di dalam Masyarakat
iii. Kerusuhan Sosial di Mana-mana
iv. Tuntutan Reformasi Menggema
v. Kejatuhan yang Tragis
Contoh 2 ( Urutan Sebab – Akibat)
Topik : Pemukiman Tanah Tinggi Terbakar
1. Kebakaran di Tanah tinggi
2. Penyebab Kebakaran
3. Kerugian yang Diderita Masyarakat dan Pemerintah
4. Rencana Rehabilitasi Fisik
Contoh 3 (Urutan Pemecahan Masalah)
Topik : Bahaya Ecstasy dan Upaya Mengatasinya
1. Apakah Ecstasy
2. Bahaya Ectasy
2.1 Pengaruh Ecstasy Terhadap Syaraf Pemakainya
2.2 Pengaruh Ecstasy terhadap masyarakat
2.2.1 Gangguan Kesehatan Masyarakat
2.2.2 Gangguan Kriminalitas
3. Upaya Mengatasi Bahaya Ecstasy
4. Kesimpulan dan Saran
Contoh 4 (Urutan Umum-Khusus)
Topik : Komunikasi Lisan
1. Komunikasi dan Bahasa
a. Bahasa Lisan
b. Bahasa Tulis
2. Komunikasi Lisan dan Perangkatnya
a. Kemampuan kebahasaan
1. Olah Vokal
2. Volume dan Nada Suara
b. Kemampuan Akting
9

1. Mimik Muka
2. Gerakan Anggota Tubuh
3. Praktik Komunikasi Lisan. dst

C. Penutup
Tema yang baik maka akan menghasilkan sebuah karangan yang baik pula dan
menarik orang untuk membacanya. Ditambah dengan judul yang mengesankan dan
membuat orang penasaran ingin membaca menjadi nilai tambah bagi sebuah karangan
tersebut. Menentukan judul yang tepat harus di dasarkan terhadap apa temanya jangan
sampai bertentangan apa lagi melenceng jauh dari kaidah – kaidah yang sudah di
tentukan dalam perumusan sebuah karangan tersebut.
Menentukan sebuah tema, judul dan kerangka karangan yang tepat wajib
hukumnya bagi semua orang dalam pembuatan sebuah karangan tertulis karena
membantu dalam penulisannya agar tertata daan sesuai yang diinginkan dari awal
penulisannya . Tema yang baik adalah tema yang menarik perhatian penulis. Dan judul
yang baik adalah harus relevan , provokatif dan singkat.

D. Daftar Pustaka
Rahardi, Kunjara.2009. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Erlangga
Tim Penulis Bahasa Indonesia UT-ASMI. 2002. Buku Materi Pokok Bahasa
Indonesia. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka
Catarina,S.Pd.Teori Ringkas Latihan Soal dan Pembahasan Bahasa Indonesia SMP.
Intersolusi Pressindo.Yogyakarta.
Hs, Widjono. 2008. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo
http://ita-kyu-kiyut.blogspot.com/2010/01/ragam-bahasa-tugaskelompok.html.Diakses,
Minggu 4 /12/2016.Pukul 22.00 WIB

http://community.gunadarma.ac.id/blog/view/id_36736/title_topik-tema-dan-judul/.
Diakses,Minggu 4/12/2016. Pukul 22.30 WIB

http://fikri-allstar.blogspot.com/2010/11/syarat-judul-yang-baik.html.Diakses, Minggu
4/12/2016.Pukul 22.35 WIB
10

11