HAKIKAT MANUSIA DALAM ISLAM (2)

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Agama Islam
yang dibina oleh Bpk. Sugeng Santoso, Spd.

Oleh Kelompok II
Rizaldy Aga Pratama (145030200111067)
Rhizka Prahastyo (145030200111068)
Julian Dwiki Rivaldi (145030200111069)
Nur Ana Lailil (145030200111070)

ILMU ADMINISTRASI BISNIS
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kehadiran manusia tidak terlepas dari asal usul kehidupan di alam semesta. Manusia
hakihatnya adalah makhluk ciptaan Allah SWT. Pada diri manusia terdapat perpaduan antara
sifat ketuhanan dan sifat kemakhlukan. Dalam pandangan Islam, sebagai makhluk ciptaan
Allah SWT manusia memiliki tugas tertentu dalam menjalankan kehidupannya di dunia ini.
Untuk menjalankan tugasnya manusia dikaruniakan akal dan pikiran oleh Allah SWT. Akal
dan pikiran tersebut yang akan menuntun manusia dalam menjalankan perannya. Dalam
hidup di dunia, manusia diberi tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di
muka bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan alam.

1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas timbul beberapa masalah, diantaranya:
1. Bagaimana hakikat manusia menurut pandangan islam?
2. Bagaimana asal-usul dan proses penciptaan manusia dalam pandangan islam dan teori
evolusi ?
3. Apa sajakah status dan peran manusia sebagai abdullah dan khalifah?
4. Bagaimana tugas dan tanggungjawab manusia sebagai abdullah dan khalifah?

1.3 TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari topik makalah ini adalah:
1. Mengemukakan hakikat manusia menurut pandangan islam.

2. Membandingkan asal-usul proses terciptanya manusia dari pandangan islam dan teori
evolusi.
3. Menjelaskan hubungan status dan peran manusia sebagai abdullah dan khalifah.
4. Menjelaskan tugas dan tanggungjawab manusia sebagai abdullah dan khalifah.

1.4 METODE PENULISAN
Penulis memakai metode studi literatur dan kepustakaan dalam penulisan makalah ini.
Referensi makalah ini bersumber tidak hanya dari buku, tetapi juga dari media media lain
seperti perangkat media massa yang diambil dari internet.

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini disusun menjadi tiga bab, yaitu bab pendahuluan, bab pembahasan dan bab
penutup. Adapun bab pendahuluan terbagi atas : latar belakang, rumusan masalah, tujuan,
metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab pembahasan berisi tentang perincian dari
rumusan masalah. Bab penutup berisi kesimpulan.

BAB II
PEMBAHASAN

2. 2


HAKIKAT MANUSIA MENURUT PANDANGAN ISLAM

Siapakah manusia? Pertanyaan yang tampak sederhana tetapi tidak mudah untuk
menjawabnya. Hal ini disebabkan kerena masih banyak orang yang belum mengetahui
kebenaran tentang dirinya sendiri. Inilah yang akan menyebabkan perbedaan pemahaman
antara dirinya dengan orang lain. Karena adanya perbedaan pendapat itulah, akhirnya islam
menawarkan konsep yang guna untuk membantuu umat manusia untuk menjelaskan tentang
jati diri manusia secara utuh.
Dalam islam diajarkan bahwa yang dapat menjelaskan tentang hakikat manusia yang
sebenarnya adalah pencipta manusia itu sendiri, yaitu Allah SWT. Hal tersebut telah
dijelaskan dalam Q. S. Al-Isra’: 85. Dalam surat tersebut Allah menjelaskan bahwa “Sang
Penciptalah yang lebih memahami cipataan-Nya”.
Di dalam Quran itu sendiri telah dijelaskan tentang manusia dan penyebutan nama
manusia itu sendiri. Penyebutan manusia bisa dilihat dari berbagai aspek kehidupan manusia,
yaitu antara lain:
a) Aspek Historis
Manusia disebut dengan Bani Adam atau anak Adam. Telah dijelaskan dalam
Q.S. Al-A’raf: 31, yang artinya: “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di
setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”
b) Aspek Biologis
Manusia disebut sebagai Basyar, yang berarti menampakkan sesuatu dengan baik dan
indah. Dari kata tersebut, kemudian lahirlah basyarah yang berarti kulit yang
mencerminkan salah satu contoh gambaran manusia secara fisik atau biologis.
Hal ini juga sudah dijelaskan dalam Q. S. Al-Rum: 20, yang artinya: “Dan di antara
tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tibatiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak.”
c) Aspek Intelektual
Manusia disebut insan, yakni manusia adalah makhluk yang terbaik yang diberi akal
sehingga mampu menyerap ilmu pengetahuan. Hal ini sudah dijelaskan dalam

Q. S. Al-Tin: 4, yang artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam
bentuk yang sebaik-baiknya.” Selain itu juga dijelaskan dalam Q. S. Al-Rahman: 3-4,
yang artinya: “Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara.”
Istilah Insan terdapat makna rohaniah yang sejak awal penciptaannya telah diberikan
oleh Allah kekuatan yang bersifat potensial yaitu nafsu, akal dan rasa.
d) Aspek Sosiologis
Manusia disebut Nas yang menunjukkan kecenderungannya untuk berkelompok
dengan sesama jenisnya.
“Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan

seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal...” (Q.S. Al-Hujarat: 13)
e) Aspek Posisional
Manusia disebut ‘abd yang menunjukkan kedudukannya sebagai hamba Allah yang
harus tunduk dan patuh kepada-Nya.
Menurut ajaran Islam, pada hakikatnya manusia adalah:
 Makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna dan dijadikan dalam bentuk
yang sangat baik. (Q.S. Al-Tin: 14)
 Diciptakan untuk mengabdi kepada-Nya.
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku” (Q.S. Al-Dzariyat: 56)
 Makhluk yang dikaruniai ruh.
 Makhluk yang dianugerahi akal. Sehingga ada manusia yang selalu tunduk
dan patuh, ada yang beriman dan ada pula yang kafir.
 Manusia diciptakan Allah untuk menjadi khalifah di muka bumi.
 Secara individual, manusia bertanggungjawab atas segala amal perbuatannya.
“Setiap orang bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukannya.”
(Q.S. Al-Thur:21)
Dalam ajaran islam mengemukakan bahwa sejatinya manusia terdiri dari empat unsur yakni:
1.

2.
3.
4.

Jasmani : Terdiri dari seluruh anggota badan atau fisik yang tampak dari luar manusia.
Hayat : Unsur hidup dalam diri manusia yang ditandai dengan gerak.
Roh
: Bekerja secara spiritual karena kehendak Allah SWT.
Nafsu : Keinginan yang lahir atau timbul dari pola pikir kerja otak manusia.

2.2

ASAL-USUL DAN PROSES PENCIPTAAN MANUSIA DALAM PANDANGAN
ISLAM DAN TEORI EVOLUSI
Penciptaan Manusia dalam pandangan Islam

Hal ini merupakan prinsip pertama dari perkembangan yang dapat dipahami dalam
Al-Quran, ketika menyatakan bahwa Allah sang Maha Pencipta. Dengan kata lain, kehidupan
manusia memiliki pola dalam tahapan-tahapan tertentu yang termasuk tahapan dari
perubahan sampai kematian.

Dalam Q.S Nuh 13-14 Allah SWT menyatakan bahwa manusia diciptakan dan ditentukan
untuk perkembangan dalam tahapan. Ayat ini dalam pengertian bahwa manusia diciptakan
dari nutfah (tetesan), kemudian diubah menjadi alaqah (segumpal pendarahan), kemudian
menjadi mudhgah (segumpal darah), dan seterusnya.
Dalam Q.S al-insyqaq 19 mempunyai pengertian yakni, bahwa manusia tumbuh dari satu
keadaan lain sedemikian rupa, menjadi kanak-kanak setelah bayi, menjadi tua setelah muda
dan kuat.
Dalam surat Al-Mu’minun ayat 12-15 Allah SWT berfirman bahwa:
“12. Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah.13. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim).14. Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah
itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang,
lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk
yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.15. Kemudian,
sesudah itu, Sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati.”
Dari ayat diatas dapat diketahui bahwa perkembangan embrio terjadi secara bertahap.
Tahapan-tahapan yang digambarkan dalam dua ayat tersebut adalah sama persis dengan
temuan ilmu pengetahuan modern. Secara global, pentahapan itu dapat dijelaskan sebagai
berikut :
Sel telur yang belum dibuahi diproduksi oleh organ wanita dan diletakan pada semacam

tabung yang disebut fallopian. Saat bersenggama, akan ada satu sperma laki-laki yang
membuahi sel telur. Sel telur yang dibuahi akan bergerak ke rahim (uterus)dan menempel
pada dinding rahim.
Ketika menempel di dinding rahim, embrio akan berkembang sekitar 3 bulan.Setelah itu,
terjadi perkembangan janin selama kurang lebih 6 bulan pada masa persalinan.

Dalam surat As-Sajadah ayat 7-9 yang artinya: “Yang membuat segala sesuatu yang Dia
ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia
menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani). Kemudian Dia
menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya roh (ciptaan) -Nya dan Dia
menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali
bersyukur.”
Dari terjemahan ayat Al-Quran diatas, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa manusia diciptakan
oleh Allah dari tanah. Tanah yang diinjak-injak sehari-hari, tanah yang dijadikan tempat
bercocok tanam,tanah yang kering dan yang basah, tanah yang dijadikan tempat hidup bagi
cacing-cacing, tanah yang dijadikan sebagai bahan baku membuat genting,bata merah untuk
membuat bangunan tempat tinggal, itulah bahan baku untuk kejadian seorang anak manusian
dan tiap-tiap manusia tanpa terkecuali. Di mulai dari apa yang dimakan sehari-hari, misalnya
nasi,gandum,jagung,sayur-mayur dan buah-buahan hingga daging, segala makanan yang
dikonsumsi manusia itu tumbuh dan mengambil sari makanan dari tanah.

Di dalam segala makanan itu ada segala macam saringan yang ditakdirkan Allah atas alam.
Di dalam makanan itu terdapat protein, karbohidrat, zat besi, berbagai macam vitamin dan
zat-zat lain yang memang sangat diperlukan bagi keperluan tubuh manusia. Sehingga dengan
makanan itu segala kebutuhan tubuh dapat tercukupi, makanan masuk ke dalam sisitem
pencernaan, kemudian makanan ini menjadi dua bagian, yaitu sari makanan dan sisa makanan
yang akhirnya dibuang oleh tubuh. Sedangkan sari makanan tadi diproses lebih lanjut
sehingga sebagian menjadi darah, hormon, air susu, lemak dan lain-lainnya termasuk air mani
(bagi laki-laki) yang tersimpan dalam tulang sulbi dan ovum (sel telur) bagi perempuan yang
tersimpan dalam tulang dada. Dan dengan kehendak Allah maka pria dan wanita pun
diciptakan untuk berpasang-pasangan karena dengan perpaduan gender mereka terciptalah
suatu nutfah, sebagaimana dijelaskan oleh Allah SWT dalam firmannya :
(45)‫قال ّزوْ أج ْي ِنال ّذ أك أر أو ْالُ ْنثأى‬
‫أوأأنّهُ أخلأ أ‬
ْ ُ‫ِم ْنن‬
(46)‫طفأ ٍةإِ أذاتُ ْمنأى‬
Artinya : dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan
wanita. dari air mani, apabila dipancarkan (Q.S an-najm ayat 45-46)
Dan kehendak ilahi berpadulah satu dengan zat mani pada perempuan yang merupakan telur
yang sangat kecil. Perpaduan keduanya itulah yang dinamakan nutfah, kian lama kian
besarlah nutfah itu, dalam empat puluh hari.

Dan dalam masa 40 hari mani yang telah berpadu, berangsur menjadi darah segumpal. Untuk
melihat contoh peralihan berangsur kejadian itu, dapatlah kita memecahkan telur ayam yang
sedang dierami induknya. Tempatnya aman dan terjamin, panas seimbang dengan dingin, di
dalam rahim bunda kandung, itulah “qararin makin”, tempat yang terjamin dan terpelihara.

Lepas 40 hari dalam bentuk segumpal air mani berpadu dan bertukar rupa menjadi segumpal
darah. Ketika ibu telah hamil setengah bukan. Penggeligaan itu sangat berpengaruh atas
badan si ibu,pendingin,pemarah, berubah-ubah perangai, kadang-kadang tak enak makan.
Dan setelah 40 hari berubah darah, dia berangsur membeku terus hingga jadi segumpal
daging, membeku terus hingga berubah sifatnya menjadi tulang. Dikelilingi tulang itu masih
ada persendian air yang kelaknya menjadi daging untuk menyelimuti tulang-tulang itu.
Mulanya hanya sekumpulan tulang, tetapi kian hari telah ada bentuk kepala, kaki dan tangan
dan seluruh tulang-tulang dalam badan. Kian lama kian diselimuti oleh daging. Pada saat itu
dianugrahkan kepadanya” ruh”, makanya bernafaslah dia. Dengan dihembuskan nafas pada
sekumpulan tulang dan daging itu, berubahlah sifatnya. Itulah calon yang akan menjadi
manusia. (Dudung Abdullah ; 1994 :3).
Dalam surat al-Hijr ayat 28-29 dijelaskan bahwa:
ٌ ِ‫ُ لِ ْل أم ألئِ أك ِة إِنِي خأال‬
٢٨﴿ ‫صا ٍل ِم ْن أح أمإ ٍ ّم ْسنُو ٍن‬
‫ال أربك أ‬

‫ص ْل أ‬
‫ق بأ أشرًا ِمن أ‬
‫﴾ أوإِ ْذ قأ أ‬
ُ ‫﴾ أس ّو ْيتُهُ أونأفأ ْخ‬
٢٩﴿ ‫ت فِي ِه ِمن رك و ِحي فأقأعُوا لأهُ أسا ِج ِدينأ‬
Artinya : Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya
Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur
hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah
meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan) Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan
bersujud . (Q.S. Al-Hijr: 28-29).
Tentang ruh (ciptaan-Nya) yang ditiupkan ke dalam rahim wanita yang mengandung embrio
yang terbentuk dari saripati (zat) tanah itu, hanya sedikit pengetahuan manusia, sedikitnya
juga keterangan tentang makhluk ghaib itu diberikan tuhan dalam Al-quran. “Dan (ingatlah),
ketika tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “sesungguhnya aku akan menciptakan
seorang manusia dari tenah liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk.
Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud (Q.S. Al-Hijr: 28-29). Yang
dimaksud”dengan bersujud” dalam ayat ini bukanlah menyembah, tetapi memberi
penghormatan.
Al-Quran tidak memberikan penjelasan tentang sifat ruh. Tidak pula ada larangan di dalam
al-quran intuk menyelidiki ruh yang gaib, sebab penyelikikan tentang ruh, mungkin berguna,
mungkin pula tidak berguna, dalam hubungan dengan masalah ruh ini tuhan berfirman dalam
surat al-isra:85

‫وح ِمنْ أَ ْم ِر َربِي َو َما أُوتِيتُم ِمنَ ا ْل ِع ْل ِم إِ لل قَلِ ل‬
٨٥﴿ ‫يل‬
ْ َ‫﴾ َوي‬
ّ ‫وحۖقُ ِل‬
ّ ‫َن‬
ُ ‫الر‬
ِ ‫سأَلُونَكَ ع‬
ِ ‫الر‬
Artinya : Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh itu termasuk
urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit” (Q.S. AlIsra:85).
Ayat-ayat diatas menunjukan bahwa manusia tumbuh dan berkembang mengikuti tahapan
tertentu. Jika analisis, al-quran dan hadits secara umum membagi kehidupan manusia
pertumbuhan dan perkebangan di dunia menjadi dua katagori besar, kelahiran dan pasca
kelahiran. Al-quran juga menyatakan, sebagimana petikan (Q.S Al-hajj 5) bahwa periode
perkelahiran telah ditentukan (biasanya 9 bulan dalam keadaan normal). Namun Al-quran
juga menyebutkan bahwa ada kasus-kasus pengecualian dimana periode prakelahiran
dihentikan, sebelum atau setelah waktu yang normal.

Penciptaan manusia menurut teori Evolusi
Teori Evolusi ini pertama kali dikemukakan oleh Charles Robert Darwin. Seperti yang sudah
kita ketahui, bahwa Charles Robert Darwin (lahir di Shrewsbury, Shropshire, Inggris, 12
Desember 1809 – meninggal di Downe, Kent, Inggris, 19 April1882 pada umur 72 tahun)
adalah seorang naturalis Inggris yang teori revolusionernya meletakkan landasan bagi
teori evolusi modern dan prinsip garis keturunan yang sama (common descent) dengan
mengajukan seleksi alam sebagai mekanismenya. Teori ini kini dianggap sebagai komponen
integral dari biologi (ilmu hayat).
Bukunya On the Origin of Species by Means of Natural Selection, or The Preservation of
Favoured Races in the Struggle for Life(biasanya disingkat menjadi The Origin of Species)
(1859) merupakan karyanya yang paling terkenal sampai sekarang.Buku ini menjelaskan
evolusi melalui garis keturunan yang sama sebagai penjelasan ilmiah yang dominan
mengenai keanekaragaman di dalam alam. Darwin diangkat menjadi Fellow of the Royal
Society, melanjutkan penelitiannya, dan menulis serangkaian buku tentang tanaman dan
binatang, termasuk manusia, dan yang menonjol adalah The Descent of Man, and Selection in
Relation to Sex dan The Expression of the Emotions in Man and Animals. Bukunya yang
terakhir adalah tentang cacing tanah.
Teori Darwin yang menyatakan bahwa semua makhluk hidup bersaing di alam ini melalui
seleksi alam, membuat semua manusia terutama ras-ras tertentu merasa terancam. Sejak teori
ini dihembuskan, sejak itu pula secara signifikan manusia semakin berlomba untuk dapat
bertahan dengan berbagai cara, terutama melalui peperangan.
Keadaan dunia yang kacau seperti sekarang hanya karena untuk bertahan hidup membuat
segala kekacauan bersumber dari teori ini. Mereka beranggapan bahwa suatu ras harus
mendominasi agar dapat bertahan hidup.
Padahal yang benar adalah justru yang dominan atau mayoritas harus memelihara dan
menjaga yang minoritas. Jadi yang minoritas tak perlu khawatir punah, sedangkan yang
dominan tak perlu mengintimidasi dan memusnahkan yang minoritas. Itulah manusia,

makhluk yang diberi akal agar saling menjaga, bukan berperang atau saling berlomba
memusnahkan.
Tidak hanya itu, secara perekonomian, ideologi, sosial dan politik mereka juga saling
mengalahkan dan berusaha untuk bertahan dengan berbagai cara. Teori yang menjerumuskan
manusia agar berfikir untuk bertahan ini, membuat para ilmuwan mengkategorikan sebagai
“teori paling berbahaya sepanjang masa”.
Manusia Modern Sudah Ada Sejak Jutaan Tahun Lalu
Bukti manusia modern ada sejak 430,000 tahun lalu sebagai titik tolak manusia awal melalui
desain canggih yang ditemukan diwilayah utara, Jerman. Pendukung teori Darwin
menyatakan bahwa Homo Sapiens modern hidup sejak 50 ribu tahun yang lalu. Sementara
peneliti modern menyatakan bahwa nenek moyang manusia sudah hidup sekitar 100 ribu
tahun, bahkan sekarang banyak peneliti yang sepakat bahwa manusia mulai berkembang
sejak 275 ribu tahun lalu.
Peralatan batu yang ditemukan di Hueytalco-Meksiko berusia 250 tahun, jauh sebelum
manusia bermigrasi ke Amerika. Tengkorak manusia ditemukan diwilayah Buenos Aires,
Argentina yang berusia 1 juta tahun, dan patung manusia berukuran kecil ditemukan di
Nampa-Idaho dalam lapisan bebatuan berusia 2 juta tahun.
Bukti ini jelas menyatakan bahwa ras manusia sudah ada dan hidup berdampingan dengan
manusia kera sebagai ras primitif.
Bukti semakin bertambah, fosil-fosial yang ditemukan berusia terkadang lebih tua dari
pernyataan evolusi manusia. Kemungkinan manusia modern sudah ada sejak 2,5, atau bahkan
10 juta tahun yang lalu, dimana teori Darwin menyatakan manusia kera hidup ditahun-tahun
tersebut.
Sebagian manusia ada yang meyakini bahwa asal penciptaan manusia berasal dari kera. Jadi,
menurut teori ini, manusia awalnya berbentuk kera. Lalu mengalami perkembangan dan
evolusi yang mengubah struktur dan bentuk tubuh mereka lebih sempurna; cara berpikir juga
berkembang, dan perlahan-lahan berubah bentuk dari monyet jadi manusia sempurna. Inilah
“teori evolusi” batil yang pernah dicetuskan oleh Darwin. Teori ini didasari oleh sangkaan
dan perkiraan-perkiraan batil yang tidak dibangun di atas dalil dari wahyu.

2.3

STATUS DAN PERAN MANUSIA SEBAGAI ABDULLAH DAN KHALIFAH

Status dan peran manusia sebagai abdullah
Posisi manusia di alam atau kehidupan dunia ini, juga merupakan tujuan penciptaan
manusia oleh Allah SWT, adalah sebagai hamba (‘abid). Sebagai hamba, tugas utama
manusia adalah mengabdi (beribadah) kepada Sang Khaliq; menaati perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya.
Hubungan manusia dengan Allah SWT bagaikan hubungan seorang hamba (budak)
dengan tuannya. Si hamba harus senantiasa patuh, tunduk, dan taat atas segala perintah
tuannya. Demikianlah, karena posisinya sebagai ‘abid, kewajiban manusia di bumi ini
adalah beribadah kepada Allah dengan ikhlas sepenuh hati.
Ibadah berakar kata ‘abada yang artinya mengabdikan diri, menghambakan diri. Ibadah
dalam arti sempit ialah aktivitas keagamaan ritual seperti shalat, puasa, dan haji.
Dalam arti luas, ibadah adalah melaksanakan hidup sesuai dengan syariat Islam; aktivitas
ekonomi –seperti berdagang, politik, seni, dan lainnya sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Semua perbuatan baik yang mendatangkan manfaat bagi diri dan orang lain adalah ibadah
atau amal saleh.
Seorang Muslim harus memahami benar posisinnya di hadapan Allah sebagai ‘abid ini.
Pemahamannya itu harus terwujudkan dalam perilaku Islami, karena secara ideal,
seseorang yang mengaku Muslim, dirinya telah benar-benar ter-shibghah (tercelup)
kedalam “celupan Allah”, yakni syariat Islam.
Muslim yang sudah ter-shibgah, segala perilaku kesehariannya berpedoman pada ajaran
Islam, setiap gerak langkah dan perbuatannya “dikendalikan” oleh syariat Islam, sehingga
ia selalu berbuat kebaikan dalam segala hal.
Kedudukan manusia yang paling utama adalah sebagai Abdullah yang artinya sebagai
Hamba Allah. Oleh karena itu, sebagai hamba Allah maka manusia harus menuruti
kemauan Allah, yang tidak boleh membangkan kepada-Nya. Dalam hal ini, manusia
mempunyai dua tugas yaitu: pertama ia harus beribadah kepada Allah baik dalam
pengertian sempit (sholat, puasa, haji, dsb.) maupun luas (melaksanakan semua aktifitas
baik dalam hubungan dengan secara vertikal kepada Allah SWT maupun bermuamalah
dengan sesama manusia untuk memperoleh keridoan Allah sesuai dengan ketentuanketentuan Allah SWT dan Hadist). Kedua, sebagai khalifatullahi.
Selain itu, manusia bertugas sebagai ‘abdullah yaitu bisa dikaitkan dengan proses
kejadian manusia yang telah dikemukakan terdahulu. Dari uraian terdahulu dapat
difahami bahwa pada dasarnya manusia terdiri atas dua substansi, yaitu jasad/materi dan
roh/immateri. Jasad manusia berasal dari alam materi (saripati yang berasal dari tanah),
sehingga eksistensinya mesti tunduk kepada aturan-aturan atau hukum Allah yang berlaku
di alam materi (Sunnatullah). Sedangkan roh-roh manusia, sejak berada di alam arwah,
sudah mengambil kesaksian di hadapan Tuhannya, bahwa mereka mengakui Allah
sebagai Tuhannya dan bersedia tunduk dan patuh kepadaNya (Q.S. al-A’raf: 172). Karena

itulah, kalau manusia mau konsisten terhadap eksistensi dirinya atau naturnya, maka salah
satu tugas hidup yang harus dilaksanakannya adalah ’abdullah (hamba Allah yang
senantiasa tunduk dan patuh kepada aturan dan KehendakNya serta hanya mengabdi
kepadaNya).
Dalam islam, terdapat beberapa golongan manusia yang dikatakan sebagai hamba Allah
atau abdullah dijelaskan sebagai berikut yakni:
1. Golongan yang tidak tahu atau tidak sedar yang mereka itu hamba Allah.
Mereka ini adalah golongan yang tidak tahu, tidak sedar atau tidak mengambil tahu
apakah dirinya hamba Allah atau tidak kerana mereka tidak beriman dengan Al Quran
dan As Sunnah. Begitu juga mereka mentadbir kehidupan di dunia ini,tidak dengan
syariat Tuhan tetapi dengan
ideologi yang mereka buat sendiri.
2. Golongan yang tahu bahawa mereka adalah hamba Allah di bumi tetapi rasa
kehambaannya tidak ada atau tidak wujud.
Golongan ini tahu dan sedar bahwa mereka adalah hamba Allah di bumi tetapi kerana
jahil, lemah melawan hawa nafsu,cinta dunianya begitu kuat, kepentingan peribadinya
terlalu banyak, maka orang yang demikian rasa kehambaannya kepada Allah begitu
lemah. Sebab itulah pengabdiannya kepada Allah lemah. Boleh jadi langsung
tiada. Mereka ini adalah golongan umat Islam yang fasik atau zalim dan ditakuti kalau
dibiarkan terus boleh membawa kepada kekufuran.
3. Golongan yang merasa kehambaan kepada Allah di bumi.
Rasa kehambaannya kepada Allah itu kuat. Oleh itu mereka dapat melahirkan sifat-sifat
kehambaan serta memperhambakan diri kepada Allah dengan membaiki yang fardhu dan
sunat dengan sungguh-sungguh. Mereka juga dapat bertanggungjawab sebagai hambaNya di bumi sesuai dengan kedudukan dan kemampuan masing-masing. Mereka boleh
dibagikan
kepada beberapa bahagian pula iaitu:
a. Golongan yang sederhana (golongan ashabul yamin)
b. Golongan muqarrobin
c. Golongan as siddiqin
4. Golongan yang sifat kehambaannya dan memperhambakan diri kepada Allah lebih
menonjol daripada kekhalifahannya kepada Allah.
Maksudnya mereka yang dari golongan orang soleh tadi, ada di kalangan mereka,
penumpuannya kepada beribadah kepada Allah lebih nampak dan menonjol dengan
menghabiskan masa
beribadah, memperbanyakkan fadhoilul ‘amal, berzikir, membaca Al Quran,
bertasbih, berselawat dan mengerjakan amalan-amalan sunat sama ada sembahyang
sunat mahupun puasa sunat. Golongan ini dikatakan abid yang baik.

Status dan peran manusia sebagai Khalifah

Antara anugerah utama Allah kepada manusia ialah pemilihan manusia untuk menjadi
khalifah atau wakilNya di bumi. Dengan ini manusia berkewajipan menegakkan kebenaran,
kebaikan, mewujudkan kedamaian, menghapuskan kemungkaran serta penyelewengan dan
penyimpangan dari jalan Allah.
Firman Allah SWT :
“Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat: Sesungguhnya Aku jadikan di
bumi seorang Khalifah. Berkata Malaikat: Adakah Engkau hendak jadikan di muka bumi ini
orang yang melakukan kerosakan dan menumpahkan darah, sedangkan kami sentiasa
bertasbih dan bertaqdis dengan memuji Engkau? Jawab Allah: Aku lebih mengetahui apa
yang kamu tidak ketahui.” (Q.S. Al-Baqarah:30)
Dikalangan makhluk ciptaan Allah, manusia telah dipilih oleh Allah melaksanakan
tanggungjawab tersebut. Ini sudah tentu kerana manusia merupakan makhluk yang paling
istimewa.
Peran manusia sebagai khalifah Allah, manusia memniliki dua peran penting yang
diamanahkan kepadanya untuk dijalankan sampai hari kiamat. Dua peran tersebut sebagai
bagian dari fungsi statusnya sebagai seorang khalifah bagi Alla di bumi.
1. Memakmurkan bumi atau Al-‘imarah. Manusia secara kelompok memiliki
kewajiban untuk mengeksplorasi kekayaan alam agar dapan dimanfaatkan seluasluasnya bagi umat manusia. Pemanfaatan tersebut haruslah adil dan merata
dengan tetap menjaga kelestarian agar tidak punah untuk kehidupan generasi yang
berikutnya.
2. Memelihara bumi atau Ar-Ri’ayah. Termasuk di dalamnya memelihara akidah dan
akhlak manusianya sebagai Sumber Daya Manusia (SDM). Menjaga dan
memelihara bumi dari kerusakan dan kehancuran alam yang dilakukan oleh
manusia maupun alam itu sendiri. Sumber daya manusia yang rusak dan tidak
memiliki iman dapat berpotensi merusak alam.
Tidak ada kesia-siaan dalam proses penciptaan alam oleh Allah SWT. Seperti
proses penciptaan manusia dengan maksud untuk menjadikannya khalifah yang
bisa memakmurkan kehidupan bumi sesuai pentunjuk, yaitu pedoman yang ada
dalam agama islam.

Al-Quran menerangkan bahwa manusia disebut sebagai khalifah Allah SWT.

(Q.S. Al-Baqarah : 30)
Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui.”.”
Kandungan yang terdapat dalam ayat tersebut adalah: Allah menciptakan manusia di muka
bumi agar manusia bisa menjadi seorang khalifah di muka bumi tersebut. Yang dimaksud
dengan manusia sebagai khalifah Allah adalah bahwa manusia diciptakan untuk menjadi
penguasa yang mengatur apa-apa yang ada di bumi, seperti tumbuhannya, hewannya, airnya,
gunungnya, lautnya, perikanannya, dan seyogiyanya manusia harus mampu memanfaatkan
segala apa yang ada di bumi untuk kemaslahatannya.
Jika manusia telah mampu melaksanakan itu semua, maka sunatullah yang menjadikan
manusia sebagai khalifah di bumi benar-benar dijalankan dengan baik oleh manusia tersebut.
Terutama manusia yang beriman kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW.

2.4 TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB MANUSIA SEBAGAI ABDULLAH DAN
KHALIFAH

Tugas dan tanggungjawab manusia sebagai Abdullah.
Makna yang esensial dari kata ‘abd (hamba) adalah ketaatan, ketundukan, dan
kepatuhan. Ketaatan, ketundukan dan kepatuhan hanya layak diberikan kepada Allah, yang
dicerminkan dalam ketaatan, kepatuhan, dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan.
Sebagai hamba, tugas utama manusia adalah mengabdi (beribadah) kepada Sang
Khaliq; menaati perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Hubungan manusia dengan Allah SWT bagaikan hubungan seorang hamba (budak) dengan
tuannya. Si hamba harus senantiasa patuh, tunduk, dan taat atas segala perintah tuannya.
Demikianlah, karena posisinya sebagai ‘abid, kewajiban manusia di bumi ini adalah
beribadah kepada Allah dengan ikhlas sepenuh hati .
ّ ‫صي‬
‫اأ لِيأ ْعبُدُوا إِ أُ ِمرُوا أو أما‬
‫ْالقأيِ أم ِة ِدينُ أو أذلِ أ‬
ِ ِ‫ُ ال ّز أكااأ تُوا أوي ُْؤ الصّلاأ أويُقِي ُموا ُحنأفأا أء ال ِدينأ لأهُ ُم ْخل‬
Artinya “Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya, dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya
mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang
lurus." – (QS.98:5)

Tanggung jawab abdullah terhadap dirinya adalah memelihara iman yang dimiliki dan
bersifat fluktuatif (naik-turun), yang dalam istilah hadist Nabi SAW dikatakan yazidu
wayanqushu (terkadang bertambah atau menguat dan terkadang berkurang atau melemah).
Seorang hamba Allah juga mempunyai tanggung jawab terhadap keluarga . tanggung jawab
terhadap keluarga merupakan lanjutan dari tanggung jawab terhadap diri sendiri, karena
memelihara diri sendiri berkaitan dengan perintah memelihara iman keluarga. Oleh karena itu
dalam al-qur’an dinyatakan dengan quu anfusakum waahlikum naaran (jagalah dirimu dan
keluargamu dengan iman, dari neraka).

Tugas dan tanggungjawab manusia sebagai Khalifah
Sebagai makhluk Allah, manusia mendapat amanat yang harusdipertanggung jawabkan
dihadapan-Nya. Tugas hidup yang dipikul manusia dimuka bumi adalah tugas kekhalifahan,
yaitu tugas kepemimpinan; wakil Allahdi muka bumi untuk mengelola dan memelihara alam.
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan.Manusia menjadi khalifah,
berarti manusia memperoleh mandat Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran di muka bumi.
Kekuasaan yang diberikan kepadamanusia bersifat kreatif, yang memungkinkan dirinya
mengolah danmendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Allah.
Kekuasaan manusia sebagai khalifah Allah dibatasi oleh ketentuan-ketentuan yang
telah digariskan oleh yang diwakilinya, yaitu hokum-hukumTuhan baik yang tertulis dalam
kitab suci (al-qaul), maupun yang tersirat dalamkandungan pada setiap gejala alam semesta
(al-kaun).
Seorang wakil yangmelanggar batas ketentuan yang diwakili adalah wakil yang
mengingkarikedudukan dan peranannya serta mengkhianati kepercayaan yang
diwakilinya.Oleh
karena
itu
dia
diminta
pertanggungjawaban
terhadap
penggunaankewenangannya dihadapan yang diwakilinya, sebagaimana firman Allah dalam
(Q.S. Al-Fathir : 39)
.
ٓ
ٰ
‫ض فِى خأ ٰلأئِفأ أج أعلأ ُك ْم ٱلّ ِذى ه أُو‬
ِ ْ‫أم ْق ۭتًا إِ ّ أربِ ِه ْم ِعن أد هُ ْم ُك ْف ُر ينأ ْٱل أكفِ ِر يأ ِزي ُد أو أ ُك ْف ُرهُ فأ أعلأ ْي ِه أكفأ أر فأ أمن ْٱلأر‬
ٰ
ْ
‫خأ أسا ۭ ًرا إِ ّ ُك ْف ُرهُ ْم ٱل أكفِ ِرينأ يأ ِزي ُد أو أ‬
Artinya : “Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barangsiapa yang
kafir, maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran orang-orang yang
kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran
orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka”.
Ketika memerankan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, ada dua peranan penting
yang diamanahkan dan dilaksanakan manusia sampai hari kiamat.
Pertama, memakmurkan bumi (al ‘imarah).
Dengan mengeksploitasi alam dengan sebaik-baiknya dengan adil dan merata dengan tetap
menjaga kekayaan agar tidak punah, supaya generasi berikutnya dapat melanjutkan
eksploitasi itu.
Kedua, memelihara bumi dari upaya-upaya perusakan yang datang dari pihak manapun (ar
ri’ayah).

Melihara bumi dalam arti luas termasuk juga memelihara akidah dan akhlak manusianya
sebagai SDM (sumber daya manusia). Memelihara dari kebiasaan jahiliyah, yaitu merusak
dan menghancurkan alam demi kepentingan sesaat. Karena sumber daya manusia yang rusak
akan sangat potensial merusak alam. Oleh karena itu, hal semacam itu perlu dihindari.
Dua peran yang dipegang manusia dimuka bumi, sebagai khalifah dan‘abdun merupakan
keterpaduan tugas dan tanggung jawab yang melahirkan dinamika hidup yang sarat dengan
kreatifitas dan amaliyah yang selalu berpihak pada nilai-nilai kebenaran.
Dua sisi tugas dan tanggungjawab ini tertata dalam diri setiap muslim sedemikian rupa.
Apabila terjadi ketidakseimbangan, maka akan lahir sifat-sifat tertentu yang menyebabkan
derajat manusia meluncur jatuh ketingkat yang paling rendah.

BAB III
PENUTUP
3.1

KESIMPULAN

Berdasarkan berbagai aspek yang telah kami bahas, maka kami dapat menyimpulkan bahwa
pandangan islam tentang manusia yaitu tujuan dari manusia diciptakan oleh Sang Pencipta
yakni Allah SWT, nantinya manusia akan dijadikan menjadi makhluk yang bisa menjadi
seorang abdullah yang nantinya akan menjadi hamba yang taat sebagai hamba Allah yang
beriman dan juga dijadikan seorang khalifah di muka bumi untuk menjaga, merawat dan
melestarikan segala apapun yang ada di bumi dan juga yang nantinya akan mampu merubah
bumi ini kearah yang lebih baik. Hal ini yang menjadikan manusia sebagai khalifah adalah
karena manusia memiliki kelebihan yang tidak dimiliki makhluk lainnya, seperti akal dan
perasaan. Selain itu manusia diciptakan Allah dalam bentuk yang paling baik, ciptaan Allah
yang paling sempurna.
3.2

HASIL DISKUSI

Pertanyaan:
1.) Jelaskan kembali tentang aspek historis! (Penanya: Nisrina)
2.) Bagaimana pandangan islam tentang menikah beda agama? (Penanya: Lucky Berliana
Ovianti)
3.) Apakah Nabi Adam AS dahulunya bentuk fisiknya seperti seekor kera? (Penanya:
Oxy)
4.) Apakah islam memperbolehkan adanya bayi tabung? Apa hukumnya? (Penanya:
Yudha)
5.) Mengapa Nabi Adam AS dikatakan sebagai khalifah pertama? Kenapa bukan
dikatakan sebagai makhluk pertama? (Penanya: Alfin Febriansyah)
6.) Apa saja peran manusia sebagai Abdullah? Berikan contohnya. (Penanya: Ravelia
Risky)
7.) Apakah ada manusia monster seperti tokoh “Hagrid” yang ada di film Harry Potter
yang hidup pada zaman Rasulullah? (Penanya: Harisatul agustin)
Pembahasan:
1.) Aspek Historis adalah dimana manusia disebut dengan Bani Adam atau anak Adam.
Telah dijelaskan dalam
Q.S. Al-A’raf: 31, yang artinya: “Hai anak Adam,
pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah,
dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berlebih-lebihan.”
2.) Pandangan islam tentang menikah beda agama telah diterangkan oleh pak Sugeng
bahwa pernikahan beda agama boleh dilaksanakan antara calon mempelai beragama
islam dan calon mempelai beragama non-islam, dengan syarat calon mempelai lakilaki harus beragama islam dan calon mempelai perempuan boleh beragama non-islam
yang terpenting calon mempelai laki-laki harus beragama islam. Jika syarat tersebut
tidak terpenuhi maka pernikahan beda agama tersebut dinyatakan tidak sah dalam
pandangan islam atau haram hukumnya dalam aturan ajaran islam.
3.) Alquran telah menegaskan dengan memberi memberi jawaban bahwa manusia bukan
keturunan kera, melainkan keturunan manusia pertama (Adam) yang diciptakan oleh

Allah dari tanah. Hal tersebut menjelaskan bahwa Nabi Adam dahulunya fisiknya
tidak terbentuk seperti kera, melainkan berwujud seperti manusia.
4.) Telah diterangkan oleh Bapak Sugeng bahwa melakukan bayi tabung boleh dilakukan
dan halal hukumnya dalam agama islam. Namun, ada beberapa syarat yang harus
dipatuhi untuk mendapatkan kehalalan tersebut antara lain:
a. Jika rahim seorang istri masih dalam keadaan baik dan masih bisa hamil dengan
normal dilarang untuk melakukan bayi tabung.
b. Benih bayi tabung hanya boleh berasal dari suami sah saja, tidak boleh dari benih
lelaki lain.
c. Hasil benih bayi tabung hanya boleh diletakkan di dalam rahim istri sah saja, tidak
boleh diletakkan di rahim wanita lain.
5.) Berdasarkan ungkapan surat Albaqoroh ayat 30 terlihat suatu gambaran bahwa
Adam bukanlah makhluk pertama, tetapi ia khalifah pertama.
6.) Peran manusia sebagai abdullah dan contohnya.
Peran manusia sebagai Abdullah adalah mengabdi (beribadah) kepada Sang Khaliq;
menaati perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Contohnya yaitu dengan kita selalu taat dengan perintah yang sudah Allah berikan
dan menjauhi larangan-Nya. Contoh dari sikap taat atau wujud dari sikap taat kepada
Allah SWT yaitu dengan taat beribadah, melaksanakan sholat lima waktu dengan
tertib. Dan contoh atau wujud dari kita harus menghindari larangan Allah SWT yaitu
dengan menjaga keimanan agar tidak tergoda melakukan tindakan tidak terpuji seperti
zina dan menduakan Allah SWT.
7.) Belum tahu apakah manusia monster hidup di zaman Rasulullah SAW, karena belum
ada bukti yang kuat untuk membuktian kebenarannya.

DAFTAR PUSTAKA

http://carapedia.com/pengertian_definisi_manusia_menurut_para_ahli_info508.html
http://limubermanfaat.blogspot.com/2011/01/fungsi-dan-peran-manusia.html
http://monggominarak.blogspot.com/2011/12/proses-kejadian-manusia-dalam.html
http://covalenters.blogspot.com/2012/11/tanggung-jawab-manusia-sebagai-khalifah.html
http://www.anneahira.com/manusia-sebagai-khalifah-allah.htm
http://abayalbiruni.blogspot.com/2011/09/kedudukan-dan-fungsi-manusia-sebagai.html