LAPORAN PRAKTIKUM SOSIOLOGI PERTANIAN DI

LAPORAN PRAKTIKUM SOSIOLOGI PERTANIAN
DI DUSUN NGENEP DESA KARANGPLOSO
Oleh :
Kelompok 4 (Kelas J2)
1. Sonia Tambunan

105040201111171

2. Rizki Eka Fitriani F

105040201111173

3. Nike Rahma D

105040201111174

4. Anggi Widowati

105040207111005

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2011

DAFTAR ISI
Hal.
BAB I ................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ................................................................................1
1.2 Tujuan .............................................................................................1
BAB II ..............................................................................................................2
2.1 Deskripsi Keluarga dan Usahatani Pak Kasianto ...........................2
2.2 Deskripsi Keluarga dan Usahatani Pak Haji Dulasim ...................7
2.3 Deskripsi Keluarga dan Usahatani Pak Sutrisno ..........................11
2.4 Deskripsi Keluarga dan Usahatani Pak Dasir ...............................14
BAB III ...........................................................................................................17
3.1 Kesimpulan ...................................................................................17

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dalam pratikum sosiologi pertanaian kami melakukan fildtrip di desa
ngenep kabupaten karangploso dalam rangka memenuhi tugas akhir pratikum.
Kami medatangi kerumah warga-warga yang telah diberi kepada kita untuk
melakukan wawancari dengan pekerjaan utama mereka sebagai petani, untuk
mengetahui kepemilikan sawah, berapa jumlah ternak dengan cara bercocok
tanam juga cara mengelolah tanah persawahan, persemaian benih,dan
penggunaan benih. kelembagan yamg terdapat di desa ngenep yaitu HIPPA
dan GAKPOKTA sering juga didatangi oleh PKL untuk melakukan pengarah
terhadap petani. Dalam wawancara tersebut kami juga harus mengetahui
kepemilikan rumah dan benda elektronik yang terdapat dirumah warga dan
keadaan rumahnya.dan yang terahir kami harus mengetahui perkembangan
pertanian dari masa reformasi sampai masa orde baru apakah mengalami
kemajuan atau kemunduran dan cara penanggulangan bila tanah sawah warga
mengalami kemunduran.
1.2 Tujuan
Tujuan kami melakukan wawancara kepada warga-warga Ngenep
karena untuk mengetahi identifikasi petani, kebudayaan petani, stratifakasi
dan kelembagan, jaringan sosial dan perubahan sosial dan globalisasi yang
terhadap di desa Ngenep.


BAB II
ASPEK SOSIOLOGIS PETANI

2.1 Deskripsi Keluarga dan Usahatani Pak Kasianto
IDENTIFIKASI PETANI

Petani yang diwawancarai oleh Sonia Tambunan adalah Bapak
Kasianto yang berusia 56 tahun. Dengan pendidikan formal terakhir SMA
dan pekerjaan utamanya di PT KAI walaupun sudah pensiunan. Beliau
menjadi petani hanya sebagai sampingan saja, beliau telah menjadi petani
sejak lahir. Anggota keluarga yang dinafkahi hingga sekarang 2 anak dan 1
istri. Pak Kasianto memiliki sawah atas namanya dengan luas 4.449 meter
persegi sejak tahun 1978 dari membeli dan diwariskan dari orang tuanya.
Dan memiliki tegal atas namanya seluas 3.594 meter persegidari membeli
dan diwariskan dari orangtuanya sejak tahun 1978. Ternak yang dimilikinya
hanya 16 ekor ayam.

KEBUDAYAAN PETANI


Dalam satu tahun lahan Bapak Kasianto ditanami padi Cierang sejak
Juni 2010 hingga Oktober 2010, pada bulan November 2010 beliau menanan
padi Cierang lagi hingga Januari 2011. Dan dari bulan Februari 2011 hingga
sekarang Mei 2011 beliau menanam padi IR 64.

Cierang

Padi IR 64

Padi Cierang

Padi

Menurut Bapak Kasianto, beliau memilih pola tanam seperti diatas karena
agar kondisi lahan tetap baik dan dan hasil produksipun lebih melimpah.
Pak Kasianto punya cara sendiri dalam menanam padi, beliau mengolah
tanah menggunakan traktor tangan, lalu membeli benih yang diinginkan
ke toko pertanian, setelah itu dijemur hingga kering. Rendam benih
tersebut 3 hari lalu jemur kembali agar bebas penyakit dan kutu. Setelah
itu masukan di sak dan kucurkan air hingga berkecambah. Beliau

menyemaikan langsung di sawah, varietas yang digunakan sekarang
adalah IR 64, jumlah benih untuk semua sawahnya adalah 40 kg, sawah
sebelumnya diberi pupuk PSP terlebih dahulu lalu disemai. Umur
persemaiannya adalah 18-20 hari. Jarak tanam yang beliau gunakan
adalah 25x25, dengan 6 bibit perlubang, dan kondisi airnya tidak terlalu
banyak hingga becek saja. Pak Kasianto memupuk 3x dalam 1x tanam.
Pertama saat usia 7-10 hst dengan pupuk organik 50 kg dan urea 100 kg.
Kedua saat usia 20 hst dengan urea 50 kg, ZA 50 kg, dan NPK 50 kg.
Ketiga saat usia 50 hst dengan ZA 50 kg dan NPK 50 kg. Pak Kasianto
menyiangi gulma di sawahnya hanya 2x yaitu 15 hst dan 25 hst. Sawah
beliau digenangi 3 hari dan dikeringkan 3 hari, begitu seterusnya hingga
panen agar padi banyak anakannnya. Beliau mengairi sawahnya dari air
sumber. Hama yang menganggu di sawah Pak Kasianto hanyalah tikus,
namun beliau tidak pernah meracunnya, hanya lahannya saja yang
dikeringkan. Menurut beliau dengan lahannya dikeringkan tikus menjadi
lebih sedikit. Dan beliau tidak pernah menggunakan pestisida. Apabila

sudah akan panen, beliau tidak memanen sendiri namun beliau menjual
padinya langsung dilahan masih dalam berupa tanaman.


Bapak Kasianto memperoleh pengetahuan cara bercocok tanaman padi
seperti yang diuraikan di atas dari orang tua dan Penyuluh Pertanian
Lapang (PPL). Cara bercocok tanam beliau tidak pernah berubah karena
sudah merasa cocok. Namun ada beberapa hal yang berubah yaitu cara
membuat jarak tanamnnya jadi menggunakan mesin dan bertambahnya
penggunaan pupuk menjadi organik dan NPK. Beliau merubah cara
bercocok tanamnnya karena lebih praktis dan hasilnya pun lebih lumayan
dibandingkan dulu.

STRATIFIKASI SOSIAL

Luas lahan pertanian Bapak Kasianto ada perubahan sejak awal
berkeluarga sampai saat ini. Pertambahan luas didapat beliau dari
membeli. Saat awal berkeluarga luas lahan sawah beliau hanya 222 meter
persegi, namun sekarang sudah 4.449 meter persegi. Begitupula dengan
tegalnya, awalnya hanya 351 meter persegi sekarang menjadi 3.594 meter
persegi. Kondisi rumahnya saat ini milik sendiri dengan luas 625 meter
persegi, dengan jenis lantai keramik, dinding berupa tembok, dan atap
genteng biasa. Bapak Kasianto memiliki mobil, sepeda motor, dan
sepeda. Beliau juga memiliki tv dengan ukura 21” dan memiliki HP dan

telefon rumah. Pak Kasianto hanya menjadi PNS yaitu pensiuanan PT.
Kereta Api Indonesia.

KELEMBAGAAN
Di desa ngenep terdapat gakpoktan ketua gakpoktana beranama
Pak Akrim dan Pak Kasianto menjadi anggota juga kegiatan yang ada
pada gakpoktan kegiatannya, yaitu 1) kerja bakti saluran air 2) bersihbersih parit-parit 3) membrantas tikus. Pak Kasianto termasuk orang yang
aktif dalam gakpoktan dan manfaat menjadi anggota gakpoktan adalah
penghasilan bisa menjadi meningkat tidak seperti dulu. Di desa Ngenep
juga ada HIPPA ketua dari HIPPA yaitu Pak Sanusi dan Pak Kasianto
juga sebagai anggota dalam HIPPA kegiatanya mengatur jalannya air
dari sumber-sumber ke sawah –sawah warga dan Pak Kasianto juga aktif
dalam HIPPA manfaat yang di dapat, petani lebih ringan untuk mengairi
sawahnya .
Selama menjalankan usaha tani Bapak Kasianto tidak pernah
meminjam uang sebagai modal usaha tani selanjutnya.

Lembaga Lain / Pranata Sosial dama Usaha Pertanian

Bapak Kasianto menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga dengan

sistem upah borongan. Untuk membajak beliau membutuhkan 2 orang
totalnya Rp 850.000,-, untuk menandur beliau membutuhkan 3 orang
totalnya Rp 375.000,-, dan untuk menyiangai beliau membutuhkan 3
orang totalnya Rp 400.000,-. Bapak Kasianto membeli benih dan pupuk
kimia dengan kontan. Sedangkan pupuk organik dan pestisida dapat dari
bantuan pemerintah. Walaupun bantuan, beliau tetap harus membayar
pupuk dan pestisda tersebut. Masing-masing sebesar Rp 52.500,-. Hasil
panen Bapak Kasianto dijual semua dengan cara ditebaskan di sawah
kepada pedagang.

JARINGAN SOSIAL

Setiap ada PPL Bapak Kasianto selalu berkonsultasi, namun jarang PPL
datang ke desanya. Beliau tidak pernah berkonsultasi dengan BPTP karena
memang lembaga tersebut tidak pernah datang ke desanya. Kerjasama Bapak
Kasianto dengan Kios Sarana Produksi Pertanian hanya sebatas membeli
keperluan pertanian saja, seperti benih dan pupuk kimia. Bapak Kasianto tidak
bekerja sama dengan kelompok tani dalam pemasaran hasil pertanian, karena
beliau sudah punya langganan sendiri. Bapak Kasianto menabung di BRI,
BNI, dan BTPN.


PERUBAHAN SOSIAL DAN GLOBALISASI

Menurut pengamatan dn pengalaman Bapak Kasianto, kondisi pertanian
Bapak Kasianto di desa Baba’an ini sekarang dibandingkan dengan kondisi
pernatian sebelum reformasi atau masa orde baru (masa presiden P. Soeharto)
mengalami kemajuan dalam hal penghasilan yang lebih meningkat. Fakor
yang mempengaruhi kemanjuan dalam bidang pertanian di desa Baba’an ini
kaerna pupuk menjadi lebih banyak jenis nya dan benih bisa dibeli. Tidak
seperti dulu benih tidak dijual, jadi menggunakan benih sebelumnya. Hargaharga hasil pertanian meningkat di desa ini karena kualitas berasnya lebih
bagus. Jadi di pasar pun harganya juga baik. Bapak Kasianto setuju dengan
program pupuk organik, karena tanahnya menjadi lebih subur dan lebih awet
karena tidak mudah larut dan menguap. Menurut Bapak Kasianto tranahnya
hingga sekarang masih tetap subur, tetapi apabila terlalu banyak diberi pupuk

NPK tanahnya menjadi sangat liat sehingga sulit untuk diolah. Upaya beliau
dalam menjaga kesuburan tanahnya dengan memberi pupuk organik pada
tanahnya.
2. 2 Deskripsi Keluarga dan Usahatani Pak Haji Dulasim
I.


IDENTIFIKASI PETANI

Pada praktikum sosiologi pertanian, diadakan filtrip yang dilaksanakan di
desa ngenep kecamatan karang ploso. Pada praktikum ini akan menanyakan
tentang pertanian yang yang ada di desa ngenep tersebut. Di desa ngenep saya
mewawancarai seorang petani yang bernama H. Dulasim yang bertempat
tinggal di desa ngenep RW 7. Bapak H. Dulasim tersebut sekarang berusia 68
tahun. Bapak menamatkan pendidikan terakhirnya di kursi duduk SMP.
Pekerjaan bapak sehari-hari sebagai petani, dan bapak sudah menghabiskan
waktunya dengan bertani. Bapak mulai jadi petani sejak tahun 1950, bapak
juga tinggal bersama seorang istri. Bapak memiliki luas lahan pertanian sawah
milik sendiri seluas 1/2 ha, dan memiliki lahan tegal milik sendiri seluas 1 ha,
bapak juga memiliki hewan ternak yang dipelihara yaitu 10 ekir ayam milik
sendiri.

II.

KEBUDAYAAN PETANI


Bapak H. Dulasim dalam satu tahun lahan sawah ditanami tanaman padi
dan sayuran,pada tanaman padi bapak menanam selama 6 bulan, dan sayuran
selama 2 bulan. Kenapa bapak memilih cara bercocok tanam seperti itu,
karena bapak itu mengutamakan padi, dan sayuran untuk sampingan saja.
Bapak mengolah tanah menggunakan bajak sapi untuk membajak tanahnya.
Bapak mempersiapkan benih untuk persemaian dengan cara benih yang
disemaikan, ditanam menggunakan polibeg. Bapak membuat persemaian
benih di sawahnya dan bapak menggunakan varietas padi hibrida, jumlah

benih 6 kg bapak membuat persemaian dengan cara menaburkan benih di
polibeg dan umur persemaiannya 15 – 20 hari. Bapak menanam padi
disawahnya dengan cara, jarak tanamnya 50 cm, jumlah bibit perlubangnya 1
bibit, kondisi airnya basa, karena sawah selalu dialiri air dari sawah. Bapak
untuk memupuk sawahnya menggunakan jenis pupuk organic, kimia-urea
phonska, ZA, dan pupuk cantik pada tanaman padi. Pupuk diberikan 1 minggu
sekali dan pupuk digunakan sebanyak 5 kg. Bapak melakukan penyiangan
dilakukan menggunakan tangan, dan dilakukan setiap 10 hari dengan kondisi
air yang cukup. Bapak mengairi lahan sawahnya yang ditanami padi dengan
cara sawah diairi dari air sungai. Tanaman padi bapak selama ini dijumpai
oleh beberapa jenis hama dan penyakit yaitu pada hama ulat dan cabuk, bapak
melakukan pengendalian hama penyakit tersebut dengan menggunakan cara
memberikan pestisida yang berjenis premik dan dosisnya 16 liter air diberi 1 –
2 sendok prenik. Bapak menentukan padinya sudah waktu panen menunggu
sampai padinya kering dan biasanya bapak melihat dari hitungan hari dari hari
ke 90 – 100 hari, bapak melakukan panen menggunakan sabit, dirontokkan
menggunakan gebyok, setelah dirontokkan kemudian dibersihkan dan
dijemur. Hasil panen biasanya separuh disimpan dan separuh langsung dijual.
Bapak memperoleh pengetahuan cara bercocok tanam dari pengalaman diri
sendiri. Lahan bapak pernah mengalami perubahan, dari sruktur tanahnya
karena pengolahan tanah selalu dibolak balik, dan penggunaan pupuk yang
sama sehingga kandungan unsur hara yang terkandung tetap. Bapak
melakukan perubahan cara budidayanya karena pengolahan tanahnya berubah,
sehingga tanaman yang akan ditanam juga berubah sesuai dengan kondisi
tanahnya.

III.

STRATIFIKASI SOSIAL

Lahan pertanian bapak tidak mengalami perubahan sejak awal
berkeluarga sampai saat ini. Kondisi rumah bapak saat ini adalah rumah

yang ditmpai itu milik sendiri , ukuran rumah 20 m x 25 m, jenis lantai
tegel/keramik, jenis dinding tembok, jenis atap genteng biasa. Bapak
memiliki alat transportasi mobil, sepeda motor, dan sepeda, bapak jjuga
memiliki TV 21 inc dan HP. Bapak kedudukannya dalam masyarakat
menjadi tokoh agama seperti ustat.

IV.

KELEMBAGAAN

Kelompok tani/gabungan kelompok tani
Didesa bapak ada kelompok tani/gapoktan, Di desa ngenep terdapat
gakpoktan ketua gakpoktana beranama pak Akrim dan pak sutrisno
menjadi anggota juga kegiatan yang ada pada gakpoktan kegiatannya,
yaitu 1. kerja bakti saluran air 2. bersih-bersih parit-parit 3. membrantas
tikus . Bapak termasuk orang yang aktif dalam gakpoktan dan manfaat
menjadi anggota gakpoktan adalah penghasilan bisa menjadi meningkat
tidak seperti dulu.di desa ngenep juga ada HIPPA ketua dari HIPPA yaitu
pak sanusi dan bapak juga sebagai anggota dalam HIPPA kegiatanya
mengatur jalannya air dari sumber-sumber ke sawah –sawah warga dan
pak sutrisno juga aktif dalam HIPPA manfaat yang di dapat, petani lebih
ringan untuk mengairi sawahnya .

Lembaga keuangan/perkreditan
Bapak selama menjalankan usaha taninya, bapak tidak pernah
membutuhkan modal dari luar keluarga bapak.
Lembaga lain/Pranata Sosial dalam Usaha Pertanian
Bapak dalam kegiatan usahatani padi atau yang lain, menggunakan tenaga
kerja dari luar keluarga. Dengan menggunakan sistem upah harian, untuk
semua kegiatan petani dari mulai menanam sampai panen perorang Rp.

15.000. Bapak mendapatkan sarana produksi usahatani benih membeli,
pupuk kimia membeli, pupuk organic membeli, pestisida membeli. Hasil
panen padi atau sayuran pada setiap musim panen milik bapak 50% dijual
dan 50% dikonsumsi sendiri. Bapak menjual hasil panennya ditengkulak.

V.

JARINGAN SOSIAL

Hubungan bapak dengan PPL didesa sering komsultasi dan diskusi
masalah pertanian. Hubungan bapak dengan Balai Penkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) dan petugasnya yang kekantornya di Karang Ploso
sering konsultasi dan diskusi masalah pertanian. Bapak tidak pernah
bekerjasama dengan Kios Sarana Produksi Pertanian, karena bapak tidak
mengenal atau mengetahui kios tersebut. Bapak juga tidak pernah
bekerjasama dalam kelompok tani bapak dalam pemasaran hasil pertanian,
karena bapak selalu menjual hasil panennya di tengkolak. Bapak tidak
pernah berhubungan dengan bank, karena menurut bapak memakai modal
sendiri itu sudah cukup.

VI.

PERUBAHAN SOSIAL DAN GLOBALISASI

Kondisi pertanian bapak dan pertanian di desa ini sekarang
dibandingkan dengan kondisi pertanian sebelum reformasi atau masa orde
baru (masa presidenya P. Sueharto) lebih maju sekarang, karena
penghasilannya gagar baret lebih banyak ketimbang yang dulu,kondisi
pertanian di desa ngenep mengalami kemajuan karenan tinggi sekarang,
harga hasil pertanian pada masa reformasi dan masaorde baru lebih tinggi
masa reformasi karena harga jual lebih tinggi , pak sutrisno dalam memilih
pupuk organik dan juga pupuk kimia lebih memilih pupuk organik karena
pupuk organik lebih tanah lama terhadap tanah tanggapan bapak menyikapi
masalah ini

dengan ragu-ragu, karena menurut bapak tergantung pada

tanaman yang membutuhkan pupuk-pupuk tersebut. Menurut bapak
sawah/tegal

selama beberapa tahun terakhir ini

tidak mengalami

kemunduran tingkat kesuburnya. Upaya yang dapat dilakukan untuk
mencegah kemunduran tingkat kesuburan tanah bapak dengan member
pupuk kandang pada lahan persawahan.

2. 3 Deskripsi Keluarga dan Usahatani Pak Sutrisno
Dalam pratikum ini saya mewawancari nama petani bapak sutrisno
RW 9,umur bapak sutrisno sudah mencapai 58 tahun, tingkat pendidikan
terakhir yang beliu capai sampai dengan SD saja dengan pekerjaan Utama
bapak sutrisno sebagai petani sudah dijalankan pada 1987 tahun lalu, dan
pakerjaan sampingan beliu sebagai pekerja swasta di pabrik tahu
karangploso , jumlah anggota keluarga yang beliu nafkahi sekarang hanya 2
yaitu bakap Sutrisno sendiri dan juga istrinya. Pak Sutrisno memilik sawah
400 meter yang beliu dapatkan dari hasil warisan orang tuannya pada tahun
1981 dan juga memiliki jumlah kambing 2 ekor yang beliu beli sendiri.
Sawah yang dimiliki oleh bapak sutrisno ditanami dengan padi
cheirang terus pada bulan 3 dengan menggunakan pola tanama padi cheirang
dan juga sayuran musiman saja. Penggelolahan lahan sawah pak sutrisno
menggunakan bajak sapi,cara persemaian benih yang dilakukan oleh pak
sutrisno menggunakan biji ditabur tunggu sampai menyemai sekitar 20
harian dan dikasik air tidak terlalu banyak lalu baru melakukan penanaman
dilahan,media tanama yang dibuat untuk penyemaian adalah tanah varietas
biji yang disemai yaitu padi cheirang super dengan jumlah benih yang di
butuhkan untuk tanah perhektar mencapai 10 kg benih cheirang cara tanam
padi cheirang jarak tanamanya 25 cm jumlah bibit untuk satu lubang 2 biji
saja kondisi air untuk padi cheirang yang di tanamn pak sutrisno 2-3 cm
diatas tanah pupuk yang di berikan menggunakan pupuk organicatau granul

,NPK dan ZA.pupuk di berika pada saat umur tanama 15 hari menggunakan
ZA selanjutnya 15 hari lagi menggunakan NPKdan pada saat tanaman
berumur 45-50 hari terserah penggunaan pupuknya sesuai dengan yang di
butuhkan tanaman tersebut,pengguan pupuk NPK per hektar 50 kg dan ZA
terserah penyiangan yang dilakukan hanya 1 minggu sekali dengan air terus
menggenang selama tanaman berumur 45 hari bila pada saat kemarau 1
minggu sekali di airi dengan menggunakan sember air yang ada, jenis hama
yang di temui untuk tanaman berupa belalang dan ulat penyakit tanamannya
bercak kuning pada tanaman penggunaan penggendali hama penyakit
tanaman dengan cara di semprot pestisi da yang di berika yaitu pepsin dan
husban dosisnya 1

tengki 17 liter atau 3 tutup botol. pak sutisno bisa

mengetahi padi yang telah ditanam sudah waktunya di tanam bila sudah
kelihatan kering atau padi mengkuning,cheirang dipanen bila sudah mencpai
umur 110 hari,bramo 125 hari dan ss 105 hari.pak sutrisno merontokkan
gabah menggunakan sabit setelah perontokan di jemur selama 3 hari bila
panas berlebih jika mendung 1 minggu setelah di jemur di simpan dengan
cara padi yang sudah di masukan di sak di masukan lumbung padi,alasnya
meggunakan bambu

atau kayu agar tidak terjadi pengguapan atau

lembab.pak sutrisno mengetahui cara bercocok tanam dari lembaga
penyuluhan pertanian lapang (PKL) belajarnya di sawah pondokan dan cara
bercocok tanam pak sutrisno dari 5,10,15,20 tahun yang lalu tidak pernah
berubah karena bila tejadi kemaru doleh pak sutrisno tanamai sayuran atau
jagung bila tidak kemaru menggunakan padi terus.
Sawah yang dimiliki oleh pak sutrisno dari awal sampai sekarang
masih

sama

sawahnya,rumah

tidak

ada

penambah

ataupun

pengguranagan

lahan

yang di tinggali oleh pak sutrisno adalah milik

sendiri,ukuran rumahnya 219 m2 jenis lantai rumahnya kramik,jenis didingnya
tembok dan juga atapnya berupa genteng, memiliki kendaran berupa motor
dan juga sepedah,memiliki tv berkuran 17 inc dan mempunyai handphoen.pak

sutris pernah menjadi penggurus kelompok tani beliu menjabat sebagai
sekertaris.
Di desa Ngenep terdapat gakpoktan ketua gakpoktana beranama pak
Akrim dan pak sutrisno menjadi anggota juga kegiatan yang ada pada
gakpoktan kegiatannya, yaitu 1. kerja bakti saluran air 2. bersih-bersih paritparit 3. membrantas tikus . pak sutrisno termasuk orang yang aktif dalam
gakpoktan dan manfaat menjadi anggota gakpoktan adalah penghasilan bisa
menjadi meningkat tidak seperti dulu.di desa ngenep juga ada HIPPA ketua
dari HIPPA yaitu pak sanusi dan pak sutrisno juga sebagai anggota dalam
HIPPA kegiatanya mengatur jalannya air dari sumber-sumber ke sawah –
sawah warga dan pak sutrisno juga aktif dalam HIPPA manfaat yang di
dapat, petani lebih ringan untuk mengairi sawahnya .
Pak sutrisno dalam mengelohan sawahnya tidak pernah menggunakan
modal dari orang lain,pak sutrisno selalu membutuhkan tenaga kerja pada saat
waktunya panen dengan biaya harian Rp 30.000 dengan pekerjaan geblok,pak
sutrisno membeli benih,pupuk kimia,pupuk organik dan pestisida dengan beli
kontan dari hasil panennya yang sebelumnya pak sutrino tidak pernahmenjual
hasil panennya untuk keluarganya.
Pak sutrino sering konsultan bila didesa ada PPL dan juga BPTP,pak
sutrisno tidak pernah ada kerjasama dengan saran produksi pertanian
alasannay karana disana tida terdapat kiosnya, pak sutrisno juga tidak pernah
berhubungan dengan pihak bank manapun alasanya karena uang yang dimiiki
disimpan sendiri.
menurut pak sutrino masa reformasi sampai masa orde baru lebih maju
sekarang karena penghasilannya gagar baret lebih banyak ketimbang yang
dulu,kondisi pertanian di desa ngenep mengalami kemajuan karenan tinggi
sekarang, harga hasil pertanian pada masa reformasi dan masaorde baru lebih
tinggi masa reformasi karena harga jual lebih tinggi , pak sutrisno dalam

memilih pupuk organik dan juga pupuk kimia lebih memilih pupuk organik
karena pupuk organik lebih tanah lama terhadap tanah,sawah pak sutrisno
juga tidak mengalami kemunduran dan juga pak sutrisno mencegah tingkat
kemuduran tanah adalah apabila tanah sudah kelihatan keputihan maka
waktunya pengapuran karena tanah mengalamipengasaman ,menceganya
dalam satu tahun melakukan pangapuran tanah pada PH 4,5.
2. 4 Deskripsi Keluarga dan Usahatani Pak Dasir
I. INDENTIFIKASI PETANI
Dalam fieldtrip sosiologi pertanian kali ini, kami sekelompok
menginterview gabungan kelompok tani (Gapoktan) di desa Ngenep Dusun
Babaan kecamatan Karangploso. Saya Anggi, mendapat kesempatan untuk
menginterview bapak Dasir, tetapi saat saya berkunjung ke rumahnya
ternyata pak dasir sedang tidak ada dirumah, sehingga saya menginterview
isteri pak Dasir, yaitu Ibu Suwati. Ibu Suwati berumur 40 tahun. Tingkat
pendidikan terakhir Ibu Suwati ini adalah SD. Pekerjaan Utama Ibu Suwati
dan suaminya yaitu Tani dan tidak memiliki pekerjaan sampingan lainnya.
Ibu Suwati ini betani sejak usianya 16 tahun pada waktu itu tahun 1986.
Ibu Suwati hanya memiliki satu orang anak saja yanng kini telah bekerja
dan sudah menikah. Ibu Suwati memilliki lahan sawah sendiri pada tahun
1986 yang beliau dapat dari membeli yaitu seluar 1/6 ha, dan memiliki
lahan tegal saat usia 25 tahun yaitu pada tahun 1995 seluas 1/3 ha.
Disamping memiliki lahan sawah dan tegal Ibu Suwati ini juga memiliki
ternak yaitu seekor sapi, 25 ekor ayam dan 23 ekor bebek.
II. KEBUDAYAAN PETANI
Dalam satu tahun lahan sawah ibu Suwati ini selalu di tanami padi,
yang kira-kira 4 bulan lamanya menanam padi hingga panen. Disela-sela
pasca panen dan menyesuaikan dengan cuaca Ibu Suwati ini menanami

lahannya dengan jagung dan kanang, namun paling sering menanam padi.
Varietas tanaman padi yang Ibu Suwati tanam yaitu IR 64, karena menurut
Ibu Suwati varietas padi IR 64 ini yang paling cocok di tanam di lahan
sawahnya, hal ini juga sudah mengalami beberapa kali penanaman dengan
varietas padi yang lainnya namun hanya varietas padi IR 64 saja yang
cocok dan tumbuh baik di lahan sawah Ibu Suwati ini.
Dalam pengolahan lahannya Ibu Suwati ini menggunakan cangkul
dan sering kali menggunakan bajak dengan tenaga sapi. Dalam hal
persemaian Ibu Suwati ini membuat sendiri persemaiana tersebut langsung
di tanah dekat lahan yang nantinya akan ditanami padi. Umur persemaian
berkisar antara 22-25 hari. Jarak tanam padi yang digunakan oleh Ibu
Suwati ini adalah 25 cm dengan jumlah bibit perlubang dan dengan kondisi
tanah yang tergenang air yanng setara dengan permukaan tanah. Dalam
pemupukan padi ibu Suwati menggunakan pupuk Organik, Urea, ZA, dan
NPK. Selama penanaman hingga panen Ibu Suwati hanya melakuakan dua
kali pemupukan yaitu pada waktu penyiangan pertama, dalam penyiangan
ini umur tanaman kira-kira 20 hari, penyiangan dilakukan menggunakan
tangan yang sebelumnya lahan digenangi air agar mudah dalam
penyiangan. Jadi setelah dilakukan penyiangan yang pertama selanjutnya
dilakukan pemupukan dengan pupuk ZA dan Urea. Pemupukan yanng
kedua dilakukan disaat malai mulai tumbuh yaitu menggunakan pupuk
NPK, ZA dan sedikit pupuk Urea. Dalam hal pengairan atau mengairi
sawah lahan Ibu Suwati ini menggunakan air dari Sumber mata air.
Selama penanaman hingga panen pastilah terdapat hama yang
dijumpai di lahan Ibu Suwati ini dijumpai hama tikus, ulat dan cabuk. Ibu
Suwati menggunakan racun tikus untuk membasmi hama tikus. Tetapi Ibu
Suwati tidak menindaklanjuti hama ulat dan cabuk. Beliau membiarkan
hama tersebut karena menurut Ibu Suwati hama ulat dan cabuk tidak terlalu
meresahkan dan tidak memberikan dampak yang besar.

Dalam menentukan bahwa padi sudah siap panen Ibu Suwati
berpedoman pada warna padi yang telah menguning. Beliau menggunakan
sabit untuk memanen padi dan menggunakan geblok untuk memisahkan
bulir padi sari malainya. Setelah bulir padi sudah terpisah langkah
selanjutnya yaitu penjemuran. Setelah dilakukan penjemuran beberapa kali
dan dirasa bahwa padi sudah kering, maka bulir padi tersebut diselep
(memisahkan kulit bulir padi dari bulirnya menggunakan tenaga motor).
Hasil panen padi ini tidak semua diselep, namun sebagian disimpan dalam
bentuk bulir padi dan dimasukkan dikemas dalam karung. Dan berasnya
disimpan di genthong yang selanjutnya beras tersebut dikonsumsi keluarga
Ibu Suwati ini. Ibu Suwati ini memperoleh pengetahuan bercocok tanam
dari orang tua beliau yang sejak kecil telah mengajarkan beliau tentang
bagaimana bercocok tanam.
III. STRATIFIKASI SOSIAL
Luas lahan Ibu Suwati ini mengalami perubahan luas dari awal
menikah hingga sekarang. Lahan Ibu Suwati ini bertambah sempit karena
sebagian lahan beliau dijual. Lahan sawah yang pada awal berkeluarga
tahun 1986 seluar ¼ ha, kini pada tahun 2011 menjadi 1/6 ha, karena
sebagian lahan sawahnya dijual.
Ibu Suwati memiliki sebuah rumah yang berukuran 6 x 12 m, dengan
jenis lantai tegel, dinding tembok dan atap dari genteng. Ibu Suwati juga
memiliki kepemilikan komunikasi yaitu televisi 29 “inc. Dalam kehidupan
bermasyarakat suami Ibu Suwati ini pernah menjabat sebagai ketua RT di
desanya.

IV. KELEMBAGAAN

Di desa Ngenep terdapat gakpoktan ketua gakpoktan beranama pak Akrim
dan suami Ibu Suwati yaitu pak Dasir menjadi anggota juga kegiatan yang ada
pada gakpoktan kegiatannya, yaitu 1. kerja bakti saluran air 2. bersih-bersih
parit-parit 3. membrantas tikus . pak sutrisno termasuk orang yang aktif dalam
gakpoktan dan manfaat menjadi anggota gakpoktan adalah penghasilan bisa
menjadi meningkat tidak seperti dulu. Di desa Ngenep juga ada HIPPA ketua
dari HIPPA yaitu pak Sanusi dan pak Dasir, suami Ibu Suwati juga sebagai
anggota dalam HIPPA kegiatanya mengatur jalannya air dari sumber-sumber
ke sawah –sawah warga dan pak sutrisno juga aktif dalam HIPPA manfaat
yang di dapat, petani lebih ringan untuk mengairi sawahnya.
Selama bertani Ibu Suwati tidak pernah membutuhkan modal dari luar
keluarga. Beliau juga tidak menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga.
Semua pekerjaan bertaninya dilakukan oleh Ibu Suwati dan suaminya saja.
Dalam mendapatkan sarara produksi Ibu Suwati membeli kontan dari Toko
yang menjual bibit lalu disemaikan sendiri atau terkadang Ibu Suwati juga
menggunakan bibit hasil panen sebelumnya. Begitu juga dengan pupuk kimia,
pupuk organik dan pestisida, beliau membeli kontan di Toko pertanian. Hasil
panen padi Ibu Suwati ini tidak pernah dijual, karena seluruh hasil panen
hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga untuk dikonsumsi sendiri.
V. JARINGAN SOSIAL
Di desanya Ibu Suwati tidak penah berhubungan dengan PPL, karena yang
sering ikkut serta mengikuti penyuluhan dari PPL adalah suami Ibu Suwati
yaitu Pak Dasir. Di desanya tidak pernah ada hubungan dengan Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). Ibu Suwati tidak pernah ada
kerjasama dengan Kios Sarana Produksi Pertanian. Karena Ibu Suwati hanya
membeli benih, pupuk dan pestisida dengan membeli kontan dan tidak ada
kerjasama lainnya. Dan juga karena Ibu Suwati tidak pernah menjual hasil
pertaniannya, maka Ibu Suwati juga tidak pernah bekerjasama untuk

memasarkan hasil pertaniannya. Beliau juga tidak pernah berhubungan
dengan Bank.
VI. PERUBAHAN SOSIAL DAN GLOBALISASI
Menurut pengamatan dan pengalaman Ibu Suwati kondisi pertanian sekarang
di desanya dibandingakan dengan kondisi pertanian sebelum reformasi atau
masa orde baru (masa presidennya P.Soeharto) di masa sekarang mengalami
kemunduran, di masa sekarang ini pupuk mahal, harga jual hasil pertanian
murah, dulu Ibu Suwati masih sering menjual hasil perrtaniannya karena
menurut beliau pada saat presidennya P.Soeharto harga jual hasil pertanian
tinggi, walaupun hanya dijual sebagian tetapi hasil penjualan hasil pertanian
cukup untuk memenuhi kebutuhan Ibu Suwati sekeluarga.
Ibu Suwati mengikuti apa yang telah digalakkan oleh pemerintah untuk
menggunakan pupuk organik, karena beliau merasakan sekali perubahan pada
hasil pertaniannya setelah menggunakan pupuk organik. Menurut beliau
menggunakan pupuk organik menjadikan padi hasil produksinya menjadi
lebih berbobot. Dan juga pupuk organik ini menjadikan atau mempertahankan
kesuburan lahan pertanian Ibu Suwati ini.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum fieldtrip sosiologi pertanian kali ini adalah
sebagai berikut:
a. Semua petani yang diwawancarai memiliki lahan pertanian atas nama
mereka sendiri.
b. Semua petani memiliki ternak ayam milik sendiri.
c. Hampir semua petani menanam padi di lahannya.
d. Cara pengolahan tanam sudah menggunakan mekanisasi pertanian
e. Petani sudah menggunakan pupuk organik
f. Mayoritas petani menggunakan padi varietas cierang dan IR 64
g. Hama yang menyerang petani kebanyakan tikus.
h. Semua petani mengetahui cara bercocok tanam dari orang tua dan PPL
i. Semua petani rumahnya milik sendiri dan sudah bertembok serta atap
dari genteng dan lantai kramik, memiliki televisi, telfon, dan kendaraan
pribadi.
j. Semua petani aktif dalam Gapoktan dan HIPPA
k. Semua petani membeli sarana produksi usaha tani (benih, pupuk,
pestisida) secara kontan.
l. Semua petani sering berhubungan dengan PPL