HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN KONSEP DI (1)

HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA
Kunthi Dwijayanti
Program Studi Psikologi, Universitas Brawijaya Malang
Kunthidwi@gmail.com
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan sense of humor dengan konsep
diri pada remaja. Data sense of humor diambil dengan menyebarkan skala yang diadaptasi
dari skala MSHS (Multidimensional Sense Of Humor Scale) yang dikembangkan oleh
Thorson dan Powell (1997) sedangkan konsep diri menggunakan skala TSCS (Tennesee Self
Concept Scale) yang dikembangkan oleh Fitts dan telah diadaptasi oleh Putra (2012). Subjek
dalam penelitian ini adalah 216 orang siswa SMK Negeri 2 Malang yang berusia 15 – 18
tahun. Penelitian ini menggunakan purposive sampling untuk pemilihan sekolah, simple
random sampling untuk pemilihan kelas, dan metode analisis korelasional. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dengan kategori rendah antara sense of
humor dengan konsep diri pada remaja berarti jika sense of humor tinggi maka konsep diri
pun akan tinggi.
Kata Kunci: Sense Of Humor, Konsep Diri, Remaja
ABSTRACT
This research was aimed to know the relations of sense of humor with the self concept in
adolescence. Sense of humor taken with spreading scale adapted from MSHS
(Multidimensional Sense Of Humor Scale) developed by Thorson and Powell (1997) whereas

self concept uses TSCS (Tennessee Self Concept Scale) developed by Fitts and that is already
adapted by Putra (2012). The subject in this study was 216 students of SMK Negeri 2 Malang
within the age of 15 to 18 years old. This research uses purposive sampling for the selection
of school, simple random sampling for the selection of class, and corelational analysis
method. The results showed that there is a positive relationship with low category between
sense of humor and self concept in adolescent means that if high sense of humor then self
concept will be high.
Keywords: Sense Of Humor, Self Concept, Adolescent

1

2

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masa remaja adalah peralihan masa perkembangan antara masa kanak-kanak ke masa
dewasa yang meliputi perubahan besar pada aspek fisik, kognitif, dan psikososial (Papalia,
Olds, dan Feldman, 2009). Masa remaja secara tahap perkembangan sosial memasuki krisis
identitas. Menurut Erikson, tugas utama dari masa remaja adalah menghadapi ”krisis” dari
identitas versus kekacauan identitas untuk menjadi orang dewasa yang unik dengan

pemahaman diri sendiri yang koheren dan memiliki peran yang bernilai dalam masyarakat.
Selain itu, remaja secara sosial pada umumnya memasuki suatu kelompok yang mereka
anggap cocok dengan dirinya masing-masing. Remaja cenderung memasuki suatu kelompok
untuk mendapatkan pengakuan serta mengikuti peraturan yang ada pada kelompok tersebut
sehingga perilaku remaja didasari oleh ajakan teman sebaya dalam kelompok tersebut.
Remaja baru menyadari bahwa perilaku mereka benar atau salah dari dampak perilaku yang
mereka lakukan. Hal ini menunjukkan bahwa secara psikologis remaja mulai mencari
gambaran tentang dirinya yang biasanya dinamakan konsep diri.
Konsep diri adalah sekumpulan keyakinan dan perasaan seseorang mengenai dirinya.
Keyakinan seseorang mengenai dirinya bisa berkaitan dengan bakat, minat, kemampuan,
penampilan fisik, dan lain sebagainya (Sarwono dan Meinarno, 2009). Konsep diri bukanlah
sesuatu yang tiba-tiba ada atau muncul. Pembentukan konsep diri merupakan hasil dari
tindakan sendiri dan dipengaruhi oleh orang lain dalam proses interaksi sosial (Sarwono dan
Meinarno, 2009). Konsep diri berdasarkan pembentukannya terdiri dari dua yaitu konsep diri
primer dan konsep diri sekunder. Konsep diri primer adalah konsep diri yang terbentuk
berdasarkan pengalaman anak di rumah.Konsep diri sekunder adalah konsep diri yang
terbentuk oleh lingkungan luar rumah seperti teman sebaya dan masyarakat (Ghufron &
Risnawati, 2012). Hal ini juga diungkapkan oleh Kirsh (2005) bahwa pembentukan konsep
diri pada remaja yaitu melalui interaksi dengan orang lain.
Ditinjau dari pembentukan konsep diri khususnya pada diri remaja, mereka belajar

tentang dirinya sendiri melalui umpan balik yang mereka terima dari orang lain, contohnya
jika teman mengunakan humor yang negatif maka individu yang menerima umpan balik akan
menurunkan konsep dirinya. Hal ini menunjukkan remaja mulai mengembangkan konsep
diri. Humor dapat membantu individu dalam mengembangkan konsep diri secara positif.

3

Humor dipandang sebagai cara yang aman untuk mengeksplorasi guna proses
pengembangan konsep diri. Humor dibagi menjadi dua jenis yaitu adaptif humor adalah
humor yang bersifat positif sedangkan humor maladaptif adalah humor yang bersifat negatif.
Penggunaan humor adaptif berhubungan dengan konsep diri yang positif dibandingkan
dengan humor maladaptif. Humor juga dapat digunakan sebagai alat untuk menyelesaikan
masalah krisis identitas yang diungkapkan oleh Erikson. Sejauh ini humor merupakan cara
yang aman untuk berurusan dengan emosi negatif seperti rasa takut dan malu (Kirsh, 2005).
Humor itu sendiri memiliki definisi yaitu komunikasi yang dilakukan melalui gambar lucu
atau cerita singkat yang memiliki unsur kelucuan yang mampu menggelitik rasa ketawa
seseorang (Darmansyah, 2010). Respon penerima humor yaitu tersenyum atau tertawa. Bagi
individu yang dapat merasakan, mengamati, menciptakan dan mengungkapkan humor
dinamakan sense of humor (Zulkarnain dan Novliadi, 2009).
Menurut Darmansyah (2010) bagi individu memiliki sense of humor yang tinggi

merupakan salah satu bagian terpenting dari beberapa hal yang diperlukan untuk membentuk
sebuah kepribadian yang menarik. Sebagian individu lebih mudah bergaul dan merasa
nyaman ketika berada di hadapan teman yang humoris dan membuat individu terkesan
terlihat tidak terlalu kaku. Hal tersebut disebabkan karena individu memiliki selera humor
yang tinggi (Darmansyah, 2010). Sense of humor itu sendiri memiliki definisi menurut
Hughes

(2008)

merupakan

kemampuan

setiap

orang

dalam

mempersepsikan,


mengekspresikan, dan menikmati humor.
Bagi remaja, dimana membuat seseorang yang tertawa akan berdampak positif bagi
penerima humor karena individu tersebut sedang mengembangkan konsep diri mereka
sendiri. Selain itu, remaja awal mulai bereksperimen dengan satu jenis humor saja yaitu jenis
humor adaptif saja atau jenis humor maladaptif saja. Ketika mulai beranjak menuju remaja
akhir, mereka sudah mulai menggabungkan dua jenis humor adaptif dan maladaptif (Krish,
2005). Menurut Thorson dan Powell dkk, (1997) sense of humor jika ditinjau dari usia
individu yang lebih muda (17-21 tahun), kebutuhan untuk penciptaan humor lebih besar
dikarenakan untuk kebutuhan secara sosial. Individu yang lebih muda berusaha lebih keras
untuk menciptakan humor.
Berbagai penjelasan yang ada di atas yang akhirnya menggugah penulis untuk membuat
suatu penelitian hubungan sense of humor dengan konsep diri pada remaja. Peneliti
mengambil tema ini karena masa remaja adalah masa mencari gambaran diri yang sebenarnya

4

yang ada pada dirinya yang sesuai dengan teori tahap perkembangan sosial Erikson serta
remaja memiliki kebutuhan yang kuat untuk adanya penerimaan kawan sebaya. Selain itu,
penggunaan sense of humor dapat membuat suasana yang nyaman sehingga mempermudah

individu untuk bergaul dengan teman sebaya serta pengunaan humor yang bersifat positif
dapat memberikan dampak pengembangan konsep diri yang positif.
TINJAUAN PUSTAKA
Sense Of Humor
Menurut Gomes (Zulkarnain dan Novliadi, 2009) suatu proses dimana individu dapat
mengamati, merasakan, atau mengungkapkan humor, seseorang memerlukan kepekaan
terhadap humor yang sering disebut dengan sense of humor. Menurut Hughes (2008) sense of
humor merupakan kemampuan setiap orang dalam mempersepsikan, mengekspresikan, dan
menikmati humor.
Menurut Martin (2007) Sense of humor dikonsepkan sebagai perilaku kebiasaan
(kecenderungan untuk sering tertawa, untuk memberitahu lelucon dan menghibur orang lain
dengan spontan, menertawakan humor dari produksi orang lain), kemampuan (untuk
membuat humor, untuk menghibur orang lain, untuk mendapatkan lelucon, mengingat
lelucon), sifat temperamen (kebiasaan kegembiraan dan jiwa bermain), respon estetika
(kesenangan jenis tertentu dari bahan humoris), sikap (sikap positif terhadap humor dan
orang-orang

yang

humoris),


dan

mekanisme

pertahanan

(kecenderungan

untuk

mempertahankan perspektif humor dalam menghadapi kesulitan).
Konsep Diri
Konsep diri adalah konsep diri merupakan suatu skema, yaitu pengetahuan tentang diri,
yang mempengaruhi cara seseorang mengolah informasi dan mengambil tindakan (Sarwono
dan Meinarno, 2009). Selain itu, menurut Ghufron & Risnawati (2012) konsep diri adalah apa
yang dirasakan dan dipikirkan oleh seseorang mengenai dirinya sendiri. Sekaligus menurut
Fitts konsep diri adalah bagaimana individu melihat dirinya sendiri secara internal dan
eksternal (Gable dkk, 1973).
Remaja

Menurut Papalia, Olds, dan Feldman (2009) rentang usia remaja yaitu sekitar umur
sebelas tahun sampai dua puluh tahun. Menurut Santrock (2003) sekitar 10 tahun -12 tahun

5

sampai 18 tahun-21 tahun. Menurut Monks (2002) membedakan masa remaja menjadi tiga
bagian, yaitu masa remaja awal mulai dua belas tahun sampai lima belas tahun, masa remaja
pertengahan mulai lima belas tahun sampai delapan belas tahun, dan masa remaja akhir mulai
delapan belas tahun sampai dua puluh satu tahun.
Perkembangan remaja secara kognitif menurut Piaget sekitar usia 11 ke atas memasuki
tahap

operasional

formal

bahwa

remaja


memiliki

kemampuan

kognitif

untuk

mengembangkan hipotesis, atau memperkirakan cara memecahkan masalah dan mereka
melakukan secara deduksi secara sistematis (Santrock, 2003). Sedangkan secara sosial
menurut Erikson, tugas utama dari masa remaja adalah menghadapi ”krisis” dari identitas
versus kekacauan identitas untuk menjadi orang dewasa yang unik dengan pemahaman diri
sendiri yang koheren dan memiliki peran yang bernilai dalam masyarakat (Papalia, Olds, dan
Feldman, 2009).
METODE PENELITIAN
Responden dan Desain Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa SMK Negeri 2 Malang kelas X sebanyak 216 siswa.
Teknik pengambilan sampel sekolah pada penelitian ini adalah sampling purposive yaitu
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2009). Penulis
menetapkan kriteria sampel dalam penelitian ini adalah siswa SMA, laki-laki dan perempuan,

berumur 15 sampai 18 tahun. Teknik pengambilan sampel kelas pada penelitian ini adalah
simple random sampling karena pengambilan anggota sampel dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2009). Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional.
Alat Ukur dan Prosedur Penelitian
Sense Of Humor dalam penelitian ini diukur dengan skala yang disusun merupakan
adaptasi dari skala MSHS (Multidimensional Sense Of Humor Scale) milik Thorson dan
Powell (1997). Skal ini terdiri dari empat dimensi, yaitu humor production, coping with
humor, attitude toward humor humorous people, dan humor appreciation. Skala MSHS
terdiri dari 24 aitem, namun setelah uji coba pada penelitian ini, 4 aitem dari skala MSHS
tidak lolos dengan batasan korelasi aitem

0,30 dan tidak diikutsertakan dalam penelitian

yang sebenarnya. Cronbach’s Alpha pada saat uji coba sebesar sebesar 0,895 sehingga

6

reliabilitas dianggap sangat baik/ tinggi dan skala sense of humor merupakan alat ukur yang
reliabel.

Konsep diri dalam penelitian ini diukur dengan skala yang disusun merupakan adaptasi
dari skala TSCS (Tennesee Self Concept Scale) milik Fitts yang sudah diadaptasi oleh Putra
(2012). Skala ini terdiri dari dua dimensi, yaitu dimensi internal dandimensi eksternal.
Dimensi internal terdiri dari Identity, Self Satisfaction, dan Behavior. Dimensi eksternal
terdiri dari Physical self, Moral-ethical self, Personal self, Family self, dan Social self. Skala
TSCS terdiri dari 100 aitem, namun setelah uji coba pada penelitian ini, 30 aitem dari skala
TSCS tidak lolos dengan batasan korelasi aitem

0,30 dan tidak diikutsertakan dalam

penelitian yang sebenarnya. Cronbach’s Alpha pada saat uji coba sebesar 0,957 sehingga
reliabilitas dianggap sangat baik/ tinggi dan skala konsep diri merupakan alat ukur yang
reliabel.
Adapun prosedur yang dilakukan yang pertama adalah menentukan variabel penelitian
kemudian peneliti mulai mencari informasi mengenai penelitian terdahulu yang berkaitan
dengan variabel. Kedua adalah menemukan desain penelitian termasuk menentukan subjek
penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis yang digunakan dalam proses
penelitian yang dilaksanakan. Ketiga adalah peneliti melakukan persiapan penelitian
termasuk membuat surat perizinan baik kepada pihak sekolah, penyusunan skala Sense Of
Humor yang diadaptasi dari Thorson dan Powell (1997) kemudian diterjemahkan dari bahasa
Inggris ke bahasa Indonesia bersama rekan penulis sedangkan skala konsep diri berdasarkan
teori konsep diri Fitts yang sudah diadaptasi oleh peneliti sebelumnya Putra (2012), dan
peneliti melakukan uji coba skala. Selain itu, penulis juga membuat blue print. Keempat
adalah peneliti akan melakukan pengolahan terhadap data penelitian dengan menggunakan
teknik analisis korelasi product moment. Kelima adalah peneliti melakukan pembahasan
mengenai hasil penelitian dengan teori semula.

HASIL
Hasil uji korelasi dapat diperoleh besarnya korelasi antara variabel sense of humor dan
konsep diri diperoleh besarnya korelasi yaitu 0.321. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan secara positif antara sense of humor dengan konsep diri, dimana semakin tinggi
tingkat sense of humor maka semakin tinggi tingkat konsep diri.
Hasil signifikansi yang diperoleh 0.000. Artinya nilai signifikansi lebih besar daripada α
yaitu 0.05. Oleh Karena itu H1 diterima, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat

7

hubungan yang signifikan antara sense of humor dengan konsep diri. Sesuai dengan pedoman
intepretasi koefisien korelasi milik Sugiyono (2009) penelitian ini memasuki hubungan
positif dengan kategorisasi yang rendah berarti jika sense of humor tinggi maka konsep diri
pun akan tinggi.

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil uji statistik yang telah dilakukan, diketahui bahwa variabel sense of
humor memiliki hubungan positif dengan kategorisasi yang rendah dengan konsep diri pada
remaja. Hal ini ditunjukkan dengan adanya hasil koefisien korelasi sebesar 0.321 dengan nilai
signifikansi 0.000.
Ada beberapa hal yang dapat mengungkapkan hubungan sense of humor dengan konsep
diri pada remaja. Jika ditinjau dari fungsi sense of humor bagi remaja, dapat mengantarkan
hubungan sosial. Sense of humor memberikan kepribadian yang menarik dalam bergaul
karena individu tersebut dapat membentuk suasana yang tidak kaku. Hal ini ditunjukkan pada
penelitian Thorson & Powell (1997) sense of humor pada remaja memiliki kebutuhan untuk
penciptaan humor lebih besar dikarenakan untuk kebutuhan secara sosial. Selain itu, humor
juga memiliki manfaat secara perkembangan sosial.
Jika ditinjau secara perkembangan sosial Erikson, remaja memasuki tahap identitas
versus kekacauan identitas untuk menjadi orang dewasa yang unik dengan pemahaman diri
sendiri yang koheren dan memiliki peran yang bernilai dalam masyarakat (Papalia, Olds, dan
Feldman, 2009). Sesuai dengan penelitian Kirsh (2005) memberikan alasan bahwa humor
dapat digunakan sebagai alat untuk menyelesaikan masalah krisis identitas yang diungkapkan
oleh Erikson, sejauh ini humor merupakan cara yang aman untuk berurusan dengan emosi
negatif seperti rasa takut dan malu. Humor juga dipandang sebagai cara yang aman untuk
mengeksplorasi untuk proses pengembangan konsep diri. Penggunaan adatif humor
berhubungan dengan konsep diri yang positif dibandingkan dengan maladaptif humor.
Adaptif humor berhubungan dengan positif identitas dan keintiman yang lebih tinggi,
kompetensi yang lebih tinggi pada perasaan penerimaan secara sosial, menarik secara fisik,
dan berhasil dalam persahabatan. Hal ini menunjukkan bahwa individu yang dapat
mengamati, merasakan, atau mengungkapkan humor berarti individu memiliki sense of
humor.
Hasil pengembangan konsep diri bagi remaja yaitu dapat mengembangkan pengalaman
atau peristiwa yang mereka alami. Konsep diri ini akan mengelola semua tindakan dan
pengalaman mereka sendiri, membentuk umpan balik mengenai informasi dari lingkungan

8

sosial dan memotivasi tindakan dengan memberikan dorongan atau rangsangan dan perilaku
terencana (Asbah dkk, 2014).
Hasil dari penelitian ini terdapat hubungan positif dengan kategori yang rendah. Jika
dilihat dari jumlah subyek penelitian ini lebih banyak perempuan daripada laki-laki. Jika
ditinjau dari sense of humor antara laki-laki dan perempuan, sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Thorson dan Powell (1993) tidak ada perbedaan skor humor berdasarkan
gender. Jika dilihat dari konsep diri ada perbedaan skor antara gender. Sesuai dengan
penelitian Asbah dkk (2014) laki-laki memiliki skor konsep diri yang lebih tinggi daripada
perempuan. Hal ini disebabkan laki-laki memiliki tingkat kepercayaan diri lebih besar karena
mereka dibesarkan sebagai kepala keluarga yang nantinya akan menjadi pemimpin
masyarakat dan bangsa. Namun, wanita lebih pasif dan malu dibandingkan dengan laki-laki,
sehingga menghalangi mereka untuk menampilkan kepercayaan dirinya (Asbah dkk, 2014).
Hal ini juga diungkapkan penelitian milik Jackson (2009) menyatakan pengamatan perbedaan
gender pada beberapa dimensi konsep diri bahwa hasil laki-laki lebih tinggi daripada cewek
pada konsep diri secara sosial.
Selain itu, jika ditinjau dari perbandingan standar deviasi hipotetik sense of humor
sebesar 13.3 sedangkan standar deviasi empirik sebesar 9.109. Begitu pula pada konsep diri,
skor standar deviasi hipotetik sebesar 46.67 sedangkan standar deviasi empirik sebesar
23.947. Hal ini menunjukkan adanya variasi yang rendah antara sense of humor dengan
konsep diri yang berarti pola sebaran data dalam memberikan gambaran mengenai karakter
sampel yaitu masuk dalam kategori rendah.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil uji statistik yang telah dilakukan, diketahui bahwa variabel sense of
humor memiliki hubungan positif dengan kategorisasi yang rendah dengan konsep diri pada
remaja. Hal ini ditunjukkan dengan adanya hasil koefisien korelasi sebesar 0.321 dengan nilai
signifikansi 0.000. sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara sense of humor dengan konsep diri yang berarti jika sense of humor tinggi
maka konsep diri pun akan tinggi.
Hasil dari penelitian ini terdapat hubungan positif dengan kategori yang rendah. Jika
dilihat dari jumlah subyek penelitian ini lebih banyak perempuan daripada laki-laki. Jika
ditinjau dari sense of humor antara laki-laki dan perempuan menunjukkan tidak adanya
perbedaan skor sedangkan ditinjau dari konsep diri menunjukkan skor laki-laki lebih tinggi

9

daripada skor perempuan. Hal ini disebabkan laki-laki menunjukkan tingkat kepercayaan diri
lebih besar daripada perempuan.
Diharapkan setelah mengetahui hasil ini, remaja lebih terbuka untuk mengenali humor,
mengungkapkan humor, merasakan humor, menciptakan humor, dan menggunakan humor
sebagai mekanisme coping dalam berbagai situasi pergaulan antar teman sebaya atau
lingkungan sekitar. Penggunaan humor sebaiknya menggunakan humor yang bersifat positif
yang artinya menggunakan lelucon dengan bahasa yang sopan daripada humor yang bersifat
negatif yang artinya menggunakan orang lain sebagai bahan ejekan.
Penelitian selanjutnya diharapkan memilih alternatif tempat lain untuk mengadakan
penelitian, waktu pengisian skala yang tepat, jumlah perempuan dan laki-laki tidak berbeda
jauh, dan peneliti selanjutnya dapat menggunakan alat ukur ini atau mengembangkannya
lebih lanjut serta dapat menggunakan topik yang serupa tetapi berbeda, misalnya dikaitkan
dengan jenis humor.

DAFTAR PUSTAKA
Asbah dkk. (2014). Self Concept: Different among Malay Adolescent by Gender. Journal
(online) Vol 10, 265-275. (http://search.proquest.com) diakses atau diunduh 6 Juni 2014
Bungin,Burhan. (2001). Metodologi Penelitian Sosial Format-Format Kuantitatif dan
Kualitatif. Surabaya: Airlangga University Press
Darmansyah. (2010). Strategi Pembelajaran Menyenangkan Dengan Humor. Jakarta: PT
Bumi Aksara
Gable, Robert K., La Salle, Arthur J., & Cook, Keith E. (1973). Dimensionality Of SelfPerception Tennessee Self-Concept Scale. Journal Perceptual and Motor Skills, 36, 551560 (online). (e-resources.pnri.go.id), diakses atau diunduh 24 Februari 2014
Ghufron, M. Nur., & Risnawati, Rini. (2012). Teori-Teori Psikologi Cetakan III. Yogyakarta:
Ar-ruzz media
Hughes, W.Larry. (2008). A Correlational Study of The Relationship Between Sense of
Humor and Positive Psychological Capacites. Economics & Business journal: Inquiris &
Perspektif (online). (e-resources.pnri.go.id), diakses atau diunduh 8 Oktober 2013

10

Jackson, Linda A., dkk. (2009). Self Concept, Self Esteem, Gender, Race, and Information
Technology Use. Journal. CyberPsychology & Behavior Volume 12, Number 4 (online).
(e-resources.pnri.go.id), diakses atau diunduh
Kirsh, Gillian A. (2005). Humor Generation And Reception: Relationships With SelfConcept And Well Being. Thesis (online). The University Of Western Ontario. (eresources.pnri.go.id), diakses atau diunduh 6 Februari 2014
Martin, Rod.A. (2007). The Psychology of Humor An Integrative Approach. USA: Elsivier
Academic Press (online). (https://ia600304.us.archive.org). Diakses atau diunduh 9 Maret
2013
Monks, Knoers. (2002). Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya
Cetakan Kedua. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Papalia, Olds, dan Feldman. (2009). Human Development, Edisi Kesepuluh. Salemba
Humanika: Jakarta
Putra, Bima Setiadi. (2012). Hubungan Konsep Diri Dengan Prestasi Akademik Siswa Kelas
I Dan II Sma Santo Lukas Penginjil I Jakarta. Skripsi (tidak diterbitkan). Universitas Bina
Nusantara Jakarta
Santrock, W. John. (2003). Adolescence Edisi Keenam. Erlangga: Jakarta
Sarwono, Sarlito W., &

Meinarno, Eko A. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba

Humanika.
Thorson, James, Powell, F.C, dkk. (1997). Psychological Health And Sense Of Humor.
Journal of clinical psychology, vol 53 (8), 605-619(1997(online). (http://users.skynet.be).
Diakses atau diunduh 26 Juni 2013
___________________ (1993). Sense Of Humor And Dimensions Of Personality. Journal of
clinical psychology, Vol. 49, No.6 (online). (http://pdf-release.net). Diakses atau diunduh
27 Juni 2013.
Zulkarnain., & Novliadi, Ferry. (2009). Sense Of Humor dan Kecemasan Menghadapi Ujian
di Kalangan Mahasiswa. Jurnal. Majalah Kedokteran Nusantara Volume 42, No.
1.(http://repository.usu.ac.id). Diakses atau diunduh 28 Juni 2013.